Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Tutorial Klinik
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
Disusun oleh:
Dhyani Chitta Mayasari
14100290016
Pembimbing:
dr. Diane M. Supit, Sp. A
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Acute lymphoblastic leukemia (ALL) adalah salah satu jenis kanker darah
yang tersering pada anak-anak. Ada 6.070 orang di Amerika Serikat yang
didiagnosis ALL pada tahun 2013, dan ada 66.030 orang di Amerika Serikat yang
hidup dengan ALL atau remisi ALL pada tahun 2013 (Leukemia and Lymphoma
Society, 2014).
ALL merupakan proliferasi klonal maligna dari prekursor limfoid yang
didominasi oleh sel B (ALL-B). Pada anak-anak ALL adalah 81% dari seluruh
leukemia anak, dan leukemia mencakup 1/3 dari seluruh kanker pada anak usia 014 tahun dan lebih sering pada laki-laki daripada perempuan. Angka bertahan
hidup pada anak-anak dengan ALL-B mencapai 90% , walaupun demikian bayi
mempunyai prognosis terburuk dengan angka bertahan hidup yang rendah (Woo,
Alberti, & Tirado, 2014).
Di Indonesia saat ini terdapat sekitar 80.000.000 anak dibawah usia 15
tahun. Diperkirakan ada sekitar 3000 kasus ALL baru anak setiap tahunnya.
Mosert dkk tahun 2006 di Yogyakarta melaporkan bahwa dari semua penderita
ALL, 35% menolak pengobatan, 23% mengalami kematian yang berhubungan
dengan pengobatan, 22% mengalami perburukan atau kekambuhan dan 20%
mengalami event free survival. Temuan ini kurang lebihnya juga menggambarkan
situasi di Indonesia secara umum (Indonesian Childhood ALL, 2013).
Angka kesembuhan dan angka bertahan hidup pasien ALL meningkat pada
dekade terakhir (National Comprehencive Cancer Network, 2014). Angka
bertahan hidup pada anak-anak dengan ALL-B mencapai 90% , walaupun
demikian bayi mempunyai prognosis terburuk dengan angka bertahan hidup yang
rendah (Woo, Alberti, & Tirado, 2014). Mengingat prognosis yang membaik
dalam dekade terakhir, maka penting bagi dokter muda untuk mampu mengenali
ALL dan merujuk untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
BAB 2
KASUS
Identitas pasien
-
Nama
: An. S
Jenis kelamin
: Perempuan
Umur
: 2 tahun
Alamat
Anak ke
MRS
: 1 dari 2 saudara
: 9 September 2015
Nama Ayah
: Tn. S
Umur
: 28 tahun
Alamat
Pekerjaan
: Swasta
Pendidikan terakhir
: SMK
Ayah perkawinan ke
:1
Riwayat kesehatan
: Sehat
Nama Ibu
: Ny. E
Umur
: 24 tahun
Alamat
Pekerjaan
: IRT
Pendidikan terakhir
: SMK
Ibu perkawinan ke
:1
Riwayat kesehatan
: Sehat
Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara heteroanamnesa pada tanggal 9 September
2015 dengan ibu kandung pasien.
Keluhan Utama :
Pucat
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD RSUD A.W Sjahranie pada tanggal 9 September
2015 dengan keluhan pucat seluruh badan. Keluhan dirasakan sejak 1 minggu
SMRS. Pasien merupakan pasien rawat inap rujukan RSUD Sangatta dengan
kelainan darah dan dirawat sejak tanggal 2 September 2015. Pada saat dirujuk ke
RSUD AWS pasien merasa perutnya kembung dan nyeri. Pasien juga mengalami
mimisan satu kali dan perdarahan gusi, namun tidak ada perdarahan spontan
lainnya. Pasien tidak merasa lemas, lesu, dan tidak ada demam serta nyeri tulang.
Sehat/tida
persalinan
: 2.600 gram
: 51 cm
: 11 kg
: 86 cm
Gigi keluar
: 10 bulan
Tersenyum
: lupa
Miring
: lupa
Tengkurap
: lupa
Duduk
: 5 bulan
Merangkak
: lupa
Berdiri
: 10 bulan
Berjalan
: 10 bulan
: lupa
meninggal
meninggal
Makan Minum Anak (Usia berapa sampai berapa, berapa kali, jumlah
pemberian)
ASI
: 0 bulan - 1 tahun
Dihentikan
: Ya
Alasan
Susu sapi/buatan
: 1 tahun - sekarang
Bubur susu
: 6 bulan
Buah
: 1 tahun
Pemeliharaan Prenatal
Periksa di
: BPS
Penyakit Kehamilan
:-
Riwayat Kelahiran :
Lahir di
: BPS
: Bidan
: 9 bulan 10 hari
Jenis partus
: Spontan
Pemeliharaan postnatal :
Periksa di
: Posyandu
Keadaan anak
: Sehat
Keluarga berencana
: Ya
Memakai sistem
: Suntik 3 bulan
Imunisasi
Imunisasi
Hepatitis B
PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pada tanggal 9 September 2015
Kesan umum
: Sakit sedang
Kesadaran
: E4V5M6
Tanda Vital
Frekuensi nadi
Frekuensi napas
Temperatur
Antropometri
Berat badan
: 11 kg
Panjang Badan
: 86 cm
Status Gizi
: Gizi baik
Kepala
Rambut
: Hitam
Mata
Mulut
Leher
Palpasi
Perkusi
Abdomen
Inspeksi
: Tampak cembung
Palpasi
Perkusi
: Timpani
Auskultasi
Ekstremitas
Pemeriksaan Penunjang
36.720
1,73x10
Urin lengkap
BJ
pH
Protein
Keton
Glukosa
Epitel
Leukosit
Eritrosit
1,020
5,5
+1
+
0-2
0-6
D
a
r
19.840
1,58x10
18.000
D
a
r
25.800
3,61x10
12.000
Ki
Elek
mi
troli
Da
18.400
3,23x10^6
10.000
Feses Lengkap
Tinja
Warn
K
u
n
i
n
g
K
e
c
o
k
l
a
t
a
Kons
n
L
istens
e
m
b
e
Dara
k
-
Lend
Eritr
osit
Leuk
2
1
osit
Kimi
Elekt
rolit
Dara
3,23x10^
8
0,
,
5
Tanggal 12 September 2015
Feses Lengkap
Tinja
Warn
C
o
k
l
a
Kons
t
K
istens
e
r
a
Dara
s
-
Lend
Eritr
osit
Leuk
2
0
osit
D
a
r
17.700
10.000
17.700
Diagnosis Kerja
Diagnosis Lain
:-
Diagnosis Komplikasi
:-
Penatalaksanaan di IGD
-
Penatalaksanaan di Ruangan
-
Follow Up
Tanggal
Hari ke-1
9-9-2015
Melati
perut (+)
P:
(skin test)
Inj. Gentamicin 2x25 mg
Paracetamol syrup 3 x cth I
Rencana BMP dan kultur
darah
BB 11 kg
Hari ke- 2
10-9-2015
Melati
A: Susp. ALL
P:
Hari ke-3
11-9-2015
Melati
Transfusi TC 4 unit
Cek HDT, SGOT, SGPT,
2 detik
BB 11 kg
BMP
S: pucat (+)
A: Susp. ALL
hepatomegali
(+)
P:
Inj. Ceftriaxone 2x250 mg
hari 3
Inj. Gentamicin 2x25 mg
Paracetamol syrup 3 x cth I
2 detik
rencanakan BMP
BB 11 kg
Hari ke-4
12-9-2015
Melati
A: Susp. ALL
P:
Inj. Ceftriaxone 2x250 mg
hari 4
Inj. Gentamicin 2x25 mg
Paracetamol syrup 3 x cth I
Hari ke-6
14-9-2015
Melati
2 detik
BB 12 kg
PLT 12.000
S: demam (+), nyeri kaki kanan
(+)
O: T:37,7 Nadi 120 x/i RR 36 x/i,
Ane (+/+), ikt (-/-), sianosis (-)
Rh (-/-), Wh (-/-), BU(+) N,
A: Susp. ALL
P:
Inj. Ceftriaxone 2x250 mg
hari 6
Inj. Gentamicin 2x25 mg
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
3. Leukimia Limfoblastik Akut
3.2 Etiologi
Penyebab leukemia masih belum diketahui namun diduga berhubungan
dengan hal-hal berikut :
Faktor Genetik
Insiden leukemia pada anak-anak penderita sindrom down adalah 20 kali lebih
banyak daripada normal. Kelainan pada kromosom 21 dapat menyebabkan
leukemia akut. Insiden leukemia akut juga meningkat pada penderita dengan
virus
atau
bakteri
seperti
Graves
(National
Wiscot-Aldrich
Syndrome,
congenital
Hypogammaglobulinemia
danAtaxia-Telangiectasia.
Virus penyebab LLA akan mudah masuk ke tubuh manusia jika struktur
antigennya sesuai dengan struktur antigen manusia. Struktur antigen manusia
terbentuk oleh struktur antigen dari berbagai alat tubuh, terutama kulit dan selaput
lendir yang terletak di permukaan tubuh.World Health Association (WHO) telah
menetapkan istilah HL-A Human leucocyte locus A.Sistem HL-A individu ini
diturunkan menurut hukum genetika sehingga adanya peranan faktor ras dan
keluarga dalam etiologi leukemia tidak dapat diabaikan (Permono & Bambang,
2005).
Menurut Anderson & Sylvia (2006), manifestasi klinis LLA adalah adanya
bukti anemia, pendarahan dan infeksi, seperti demam, pucat, petekie dan
pendarahan, nyeri sendi dan tulang, nyeri abdomen yang tidak jelas,pembesaran
dan fibrosis organ-organ sistem retikuloendotieal hati limfa dan limfonudus.
Kemudian adanya peningkatan tekanan intrakranial karena infiltrasi meningens,
seperti sakit kepala,muntah bahkan penurunan kesadaran.
Limfosit imatur berproliferasi dalam susunan tulang dan jaringan
parenkim dan mengganggu perkembangan sel normal. Akibatnya hematopoesis
normal terhambat mengakibatkan penurunan jumlah sel darah merah dan
Biasanya
akan
ditemukan
leukositosis
(leukosit>10.000/uL),
Gambar 3.1 Cell Origin and Evolution of a Cancer Stem Cell (Galegos, et al,
2013)
Gambar 3.2 Infection Based Model dalam Patogenesis ALL (Ching, et al,
2008)
Gambar 3.3 Distribusi Kelainan Genetik pada ALL (Galegos, et al, 2013)
sesak nafas, pusing, infeksi dan mudah mengalami perdarahan. Pada anak-anak,
nyeri pada persendian dan tulang mungkin adalah satu-satunya gejala yang timbul
(National Comprehencive Cancer Network, 2014). Selain itu, dapat juga timbul
gatal pada kaki, lengan, atau paha, petekie, sesak nafas, muntah, dan penurunan
BB tanpa sebab (Leukemia and Lymphoma Society, 2014). Limfadenopati,
splenomegali, dan atau hepatomegali dapat ditemukan pada 20% pasien. Massa
pada abdomen dari keterlibatan gastrointestinal, rasa kebas di dagu dari
keterlibatan saraf kranial mengarah kepada ALL sel B matur (Leukemia and
Lymphoma Society, 2014).
3.5 Diagnosis
Diagnosis
LLA
berdasarkan
anamnesis,
pemeriksaan
fisik
dan
Gambar 3.4 Gambaran Hapusan Darah dan BMP ALL L1, L2, L3
(Pathologyoutlines, 2015)
3.6 Penatalaksanaan
Penatalaksaan ALL yang dibahas dalam tinjauan pustaka ini mengacu pada
Protokol ALL yang diterbitkan oleh Indonesian Childhood ALL pada tahun 2013.
Penatalaksanaan ALL terbagi menjadi dua yaitu : persiapan sebelum mengawali
pemberian sitostatika kemudian dilanjutkan dengan pemberian sitostatika. Berikut
pembahasan lebih detail mengenai kedua tahapan tersebut.
ke
dalam
cairan
parenteral
sebanyak
40-60
meq/L untuk
Gambar 3.5 Protokol Fase Induksi ALL Risiko Biasa (Indonesian Childhood
ALL, 2013)
Pada tanda bintang, bila BMP tidak remisi, induksi dilanjutkan sesuai
denganminggu ke-5 protokol RT. Bila tidak dijumpai sel blast pada pemeriksaan
liquor , terapi intratekal hanya menggunakan MTX, Bila dijumpai sel blast pada
pemeriksaan liquor,menggunakan MTX tripledrug (MTX/deksametason/ara-C ),
2x seminggu dilakukan sampai negatif 3x berturut-turut. Apabila terjadi relaps
CNS akan dikelola secara khusus. Dosis 30 mg/m2, bila tidak ada dapat diganti
Doxorubicin 20 mg/m.
Gambar 3.6 Protokol Fase Induksi ALL Risiko Tinggi (Indonesian Childhood
ALL, 2013)
Vinkristin (VCR) :
- Dosis 1,5 mg/m2 (dosis mak 2mg) IV pada hari 7, 14, 21, 28, 35 dan 42 (dalam
10 ml NaCl 0,9% secara bolus IV pelan dalam 5 menit).
Daunorubisin (DNR)intravena :
- untuk risiko biasa diberikan 2 x selama induksi yaitu hari ke 21 dan ke 28
dengan dosis 30 mg/m2.
- untuk pasien risiko tinggi dosis 30 mg/m2 , diberikan 4 kali pada hari ke-21, 28,
35,dan ke 42( DNR dilarutkan dalam NaCl 0,9 % 100 cc diberikan secara drip IV
dalam 1 jam ). Bila tidak tersedia adanya DNR, dapat diganti dengan
Daunorubicin dengan dosis 20 mg/m2.
L-Asparaginase (L-Asp) (jenis L-Asp E coli) :
- Pada risiko biasa dan risiko tinggi diberikan mulai hari ke 1 minggu ke 4 hingga
akhir minggu ke 5 (untuk RB), minggu ke enam untuk RT
- Diberikan 3 kali selang sehari dalam seminggu, sehingga total pemberian dalam
2 minggu adalah 6 kali, dan 9 x untuk penderita RT
1. Luas permukaan tubuh bisa dilihat dari tabel perkiraan permukaan tubuh
berdasarkan dari BB dan TB dari Gehan dan George Pada bayi (anak dibawah
1 tahun dengan BB < 10kg), dosis yang diberikan berdasarkan formula sbb ;
Dosis =dosis dalam mg/m2=.....mg/kg
30
BB < 6 kg : reduksi 50%
BB 6 -10 kg/< 1 tahun : reduksi 30%
2. Ikutilah protokol secara tepat selam induksi ini. Lekopeni atau trombositopeni
bukan merupakan indikasi untuk mengurangi dosis VCR, deksametason dan
L-Asp pada fase ini. Begitu juga dosis DNR pada risiko tinggi harus diberikan
secara penuh terlepas dari parameter hematologi.
3. Ketika terjadi reaksi alergi terhadap L-Asparaginase (produk dari E-coli),
terapi tetap bisa dilanjutkan dengan L-Asp dari Erwinia Caratova dengan dosis
yang sama atau bisa diberikan antihistamin sebagai profilaksis. Penggunaan
L-asp dihentikan bila terjadi gangguan fungsi hati yang berat, pankreatitis atau
hiperglikemia simtomatis. Jika sudah mencapai nilai normal, L-Asp bisa
dilanjutkan kembali dan dapat diberikan setengah dosis. Jika terjadi
hipofibrinogenemia (<50 mg %), bisa diberi FFP.
4. Setiap akan melakukan tindakan intratekal, hitung trombosit harus lebih dari
50.000/mm3 dan tidak ada perdarahan, serta faal hemostasis normal
5. Setelah pemberian obat intratekal, dianjurkan injeksi 2-5 ml saline. Pasien
harus tetap berbaring terlentang dengan posisi kepala lebih rendah dari tungkai
selama 2-4 jam setelah penyuntikan dengan maksud agar obat menyebar
sampai ke ruang araknoid (arachnoid space).
6. Periksa glukosa urin minimal 1 kali seminggu.
7. Bila jumlah lekosit 100.000/mm3, ada organomegali dan atau hiperurikemia
: beri allopurinol 200 mg/m2/hari p.o. selama 3 7 hari.
-Minggu pertama :
-Stabilisasi kondisi pasien. Masalah yang paling sering ditemukan adalah
infeksi, anemia, trombositopenia, dan neutropenia.
- Beri antibiotika dengan spekrum luas jika demam dan jumlah netrofil
rendah.
Pada fase konsolidasi, pemberian metotreksat dosis tinggi (HDMTX)dengan leukovorin rescue memerlukan perhatian yang khusus.
HD-MTX
- Sehari sebelum pemberian HD-MTX, pasien harus dalam kondisi klinis yang
baik(adekuat) dengan hasil pemeriksaan lab :
Lekosit 2000/mm3
Trombosit 75000/ mm3
Fungsi ginjal normal (ureum dan kreatinin tidak > 4 kali batas normal)
Peningkatan kimia enzim hati (S tidak lebih dari 10 kali dari batas atas
nilainormal.
Alkaline urine (pH >6.5 tapi < 8.0)
Tidak ada infeksi, diare, mucositis
Tidak ada gangguan kencing
- Seminggu sebelum pemberian HD MTX, diberikan bicnat oral.
- Saat pemberian HD-MTX
Berikan alkalinisasi urine dengan cara memberikan cairan hidrasi 2-3 L/m2/24
jam ditambah bicnat 40 meq/L selama 4 jam sehingga pH urine dibawah 8.
Pemberian HD-MTX- selama 24 jam, kemudian hidrasi dilanjutkan selama 24
jam, Leucovorin (injeksi/oral) diberikan 42 jam sejak dimulainyaHD-MTX,
diberikan selama 2 hari berturut-turut setiap 6 jam.
Tanda-tanda toksisitas: ulkus pada mulut (oral ulcer), toksisitas pada ginjal,
toksisitas pada liver ( >5x normal transaminase), atau infeksi, dan pemberian
tambahan 3 dosis tiap 6 jam. cotrimoksazol oral sementara dihentikan pada saat
pemberian HD-MTX.
Jika muncul efek samping yang berat (uncontrolled side effect), seperti gagal
liver, gagal ginjal, atau gangguan neurologi, pemberian HD-MTX dan semuanya
ditunda.
Hindari pemberian cotrimoksazol, obat anti inflamasi non steroid (NSAID), dan
penisilin bersamaan dengan HD-MTX. Leucovorin diberikan 15 mg/m2 iv pada
42,48, dan 54 jam setelah dimulainya HD-MTX.
Pemberian 6-MP dan MTX p.o seharusnya dengan dosis yang maksimal dapat
ditoleransi. Diberi 1 kali sehari (dosis tunggal) terutama dimalam hari saat perut
kosong (setidaknya 30 menit sebelum atau 60 menit setelah makan malam) dan
bukan dengan susu. Pemeriksaan fungsi hati selama pemeliharaan sebaiknya
dilakukan setiap 3 bulan.
Metotreksat (MTX) triple drug intrathecal.
- Diberikan 3 kali dalam fase induksi : hari ke 1, 14, dan 28
- Dosis yang digunakan tergantung umur (dikeluarkan 3-5 ml liquor).
- Gunakan 3 ml pelarut NaCl, dberikan intrathecal.
Cyclophosphamide
-Dosis 1000 mg/m2, diberi awal minggu ke 9 dan 13, tanpa dibarengi dengan
pemberian Mesna.
Pada fase ini mulai diberikan cotrimoksazol profilkasis dengan dosis 2-3
mg/kgbb/dosis (maksimal 2 x 80 mg/hari) diberi 3 kali seminggu.
MTX i.t
- MTX it triple drug diberikan pada minggu ke 15 dan 17 (cara pemberian dan
pedoman pemberian intratekal ini sama seperti pada fase induksi dan konsolidasi).
4. Fase Rumatan
- Untuk risiko biasa (RB), fase rumatan dimulai pada minggu ke 13 dan berakhir
pada minggu 110, sementara yang risiko tinggi (RT) dimulai minggu ke 18, dan
akan berakhir pada minggu ke 118
- Agar mendapat outcome yang baik , pemberian dosis yang tepat pada fase
rumatan merupakan hal yang esensi. Bergantung pada kondisi sensitifitas anak
terhadap kemoterapi.
- Persyaratan untuk mengawali rumatan.
kondisi umum baik.
tidak ada infeksi.
Gambar 2.11 Protokol Fase Rumatan ALL (Indonesian Childhood ALL, 2013)
3.7 Prognosis
Berikut ini faktor-faktor yang berpengaruh terhadap buruknya prognosis
ALL adalah sebagai berikut :
1. Jumlah leukosit awal >50.000/mm3
2. Umur pasien saat diagnosis dan pengobatan kurang dari 2 tahun atau lebih
3.
4.
5.
6.
dari 10 tahun
Jenis kelamin laki-laki
Ras African-American dan Hispanic
Translokasi kromosom 9 dan 22, 1 dan 19, atau 4 dan 11
Respon yang buruk pada saat pemberian kemoterapi inisial dilihat dari
(Endang & Caroline, 2002; Caroline, et al, 2008; Sri & Silvia, 2009; Indonesian
ALL Childhood Protocol, 2013)
BAB 4
PEMBAHASAN
KASUS
ANAMNESIS
laki-laki
dan
perempuan
dihubungkan
dengan
menderita
ALL
3,75
(LLA).
pada
Usia 2 tahun
Jenis kelamin perempuan
Tidak memiliki riwayat keluarga
dan
letargi,
gejala
konstitusional
(demam,
keringat
infeksi
dan
mudah
Anemia (mudah lelah, letargi, T:37,7 Nadi 100 x/i RR 28x/i, Ane
kebas
keterlibatan
di
dagu
saraf
dari
kranial
Pemeriksaan
Kudungga Sangatta
DL
WBC : 36.720
dan trombositopenia.
Pada pemeriksaan darah tepi dapat
HCT : 15,7
ditemukan
proliferasi
sel-sel
lymphoblast.
dari
RSUD
Hb : 5,2
Trombosit : 9.000
diagnosis
diagnosis
dengan
keluhan
digunakkan
menegakkan
datang
pasti
ALL gusi.
Hasil
pemeriksaan
darah
ditemukan
anemia,
cairan cerebrospinal.
sudah
dilakukan
dan
masih
Pada pemeriksaan darah lengkap menunggu hasil. Foto rontgen
akan didapatkan anemia, kelainan dalam batas normal dan tidak ada
jumlah
leukosit,
dan massa mediastinum.
trombositopenia.
Massa
dan
dilakukan
pemeriksaan sitologi.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan
pasien
ALL Perbaikan KU
kuratif.
suportif
meliputi
penyakit
lain
leukimia
dan
komplikasi
antara
pemberian
yang
lain
transfusi
trombosit,
pemberian
antibiotik,
pemberian
obat
untuk
sesuai
Pengobatan
dengan
ALL
BAB 5
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Leukemia limfoblastik akut adalah penyakit keganasan yang berciri khas
infiltrasi progresif dari sel limfoid imatur dari sumsum tulang dan organ limfatik
DAFTAR PUSTAKA
26/1/2015
dari
http://www.intechopen.com/books/clinical-
epidemiology-of-acute-lymphoblastic-leukemia-from-the-molecules-tothe-clinic/pathophysiology-of-acute-lymphoblastic-leukemia.
Gambar
HDT
dan
BMP
ALL
L1-3
diunduh
2/2/15
dari
http://www.pathologyoutlines.com.
Hasyimzoem, N. C. (2014). Leukemia Limfoblastik Akut pada Dewasa Dengan
Multiple Limfadenopati . Medula, 2(1), 30-38.
Indonesian Childhood ALL Protocol (2013)
Permono, Bambang. 2005. Leukemia Akut dalam Buku Ajar HematologiOnkologi Anak. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Hlm. 145-151.
Sri, M., Silvia, M. (2009). Leukemia Limfoblastik Akut pada Anak Usia di Bawah
Satu Tahun. Sari Pediatri, 11(3), 219-222.
Vikramjit, S. K. (2014). Pediatric Acute Lymphoblastic Leukemia. Diunduh
tanggal 29/1/2015 dari http://emedicine.medscape.com/article/990113overview#aw2aab6b2b3aa.