Você está na página 1de 24

MAKALAH

NYERI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah : Komprehensif I

Oleh:
KELOMPOK III
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

AnisaRahmawati
Eka Trismiyana
Evi Efriliana Dewi
Mila Erma
Novita Ria
Riyan
Wijaya Mandaraga

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
KATA PENGANTAR

Segala

puji

syukur

kehadirat

Allah

SWT,

yang

telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua


diberikan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
ini dengan baik dan tepat waktu.
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah mendukung dalam menyelesaikan tugas mandiri ini. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari bahwa dalam penyelesaian tugas ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat saya harapkan
demi

untuk

perbaikan

dalam

penyelesaian

tugas

lainnya.

Semoga tugas yang saya susun ini bermanfaat untuk kita semua.
Bandar Lampung, Desember
2015

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................2
A. Pengertian Tingkah Laku Dan Psikologi Tingkah Laku
.......................................................................................
2
B. Aliran Psikologi Tingkah Laku.........................................3
C. Pendekatan Psikologi Tingkah Laku................................9
D. Cara Mempelajari Psikologi Tingkah Laku.......................14
BAB III PEMBAHASAN...............................................................
A. Pengertian Tingkah Laku Dan Psikologi Tingkah Laku
.......................................................................................
2
B. Aliran Psikologi Tingkah Laku.........................................3
BAB IV KESIMPULAN.................................................................
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

Nyeri bukanlah hal yang tak dapat dihindari tetapi ini


merupakan komplikasi bermakna pada sebagian besar pasien.
Definisi dari nyeri itu sendiri adalah pengalaman sensorik dan
motorik yang tidak menyenangkan, yang berhubungan dengan
jaringan yang rusak, cenderung rusak atau segala sesuatu yang
menunjukkan kerusakan (Cunningham, 2010).
Bebas dari nyeri merupakan kebutuhan dasar yang harus
dipenuhi manusia. Nyeri merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kenyamanan tubuh. Jika seseorang menderita
nyeri maka akan mempengaruhi fisiologis dan psikologis dari
orang tersebut. Seseorang dapat menjadi mudah marah, denyut
nadi cepat, cemas, dang gangguan pola tidur bahkan aktivitas
sehari hari dapat terganggu (Brunner & Suddarth, 2002).
Dalam
manajemen

penatalaksanaan
secara

nyeri

farmakologis

biasanya

atau

digunakan

obatobatan

baik

analgetika narkotika atau non narkotika. Dan juga diberikan


tindakan non farmakologis. Tindakan non farmakologis ini adalah
berupa teknik massase, distraksi, teknik relaksasi, hipnotis dan
stimulasi dingin dan hangat. Teknik stimulasi yang digunakan
adalah pemberian kompres dingin.
Metode

nonfarmakologi

dapat

meningkatkan

kepuasan

selama persalinan jika ibu dapat mengontrol perasaan dan


ketakutannya. Tehnik relaksasi, teknik pernapasan, pergerakan,
perubahan posisi, massage, hidroterapi, terapi panas/dingin,
guided imagery, akupresur, aromaterapi merupakan beberapa
teknik nonfarmakologi yang dapat meningkatkan kenyamanan
ibu saat bersalin dan mempunyai pengaruh yang efektif terhadap
pengalaman persalinan (Cunningham, 2010).

Penatalaksanaan

dalam

mengatasi

nyeri

persalinan

berdasarkan penelitian di sembilan rumah sakit, di Amerika


Serikat tahun 1996, sebanyak 4171 pasien, yang ditolong oleh
perawat-bidan menggunakan beberapa tipe penatalaksanaan
nyeri untuk mengatasi nyeri. Sekitar 90% diantaranya memilih
managemen nyeri dengan metode nonfarmakologis, metode
tersebut adalah pilihan yang disukai oleh ibu melahirkan
(Cunningham, 2010).
Salah satu tindakan pengobatan nyeri tanpa obat untuk
bisa membantu mengurangi nyeri adalah diberikan kompres
dingin

pada

area

nyeri.

Terapi

es

dapat

menurunkan

prostatglandin, dengan menghambat proses inflamasi. Stimulasi


kulit dalam hal ini pemberian kompres dingin dipercaya dapat
meningkatkan pelepasan endorfin yang memblok transmisi
stimulasi nyeri dan juga menstimulasi serabut saraf berdiameter
besar A-Beta sehingga menurunkan transmisi implus nyeri
melalui serabut kecil A-delta dan serabut saraf C.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Nyeri
Nyeri adalah Pengalaman Sensori dan emosional yang
tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang
aktual

dam

potensial.

Nyeri

sangat

mengganggu

dan

menyulitkan lebih banyak orang-orang di banding suatu


penyakit

manapun.

Nyeri

terjadi

bersamaan

dengan

terjadinya proses penyakit atau bersamaan dengan beberapa


pemeriksaan diagnostik atau pengobatannya. Nyeri sangat
mengganggu dan menyulitkan lebih banyak orang dari pada
penyakit apapun.
Nyeri

didefinisikan

sebagai

suatu

keadaan

yang

mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila


seseorang

pernah

mengalaminya.

Menurut

International

Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori


subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang
didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun
potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan
((Brunner & Suddarth, 2002).
B. Penyebab Nyeri
Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk
menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan
sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit
yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara
potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga nosireceptor,
secara anatomis reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang
bermielien dan ada juga yang tidak bermielin dari syaraf
perifer.

Berdasarkan

letaknya,

nosireseptor

dapat

dikelompokkan dalam beberapa bagaian tubuh yaitu pada


kulit (Kutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan pada
daerah viseral, karena letaknya yang berbeda-beda inilah,
nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang berbeda.
Nosireceptor kutaneus berasal dari kulit dan sub kutan, nyeri
yang berasal dari daerah ini biasanya mudah untuk dialokasi
dan didefinisikan.
Penyebab nyeri dapat diklasifikasikan ke dalam dua
golongan yaitu penyebab yang berhubungan dengan fisik dan
berhubungan dengan psikis. Secara fisik misalnya, penyebab
nyeri adalah trauma (baik trauma mekanik, termis, kimiawi,
maupun elektrik), neoplasma, peradangan, gangguan sirkulasi
darah, dan lainlain. Sedangkan secara psikis, penyebab nyeri
terjadi oleh karena adanya trauma psikologis (Brunner &
Suddarth, 2002).
C. Klasifikasi Nyeri
Nyeri dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa golongan
berdasarkan pada tempat, sifat, berat ringannya nyeri, dan
waktu serangannya.
1.

Nyeri Berdasarkan Tempatnya


a. Pheriperal pain
Pheriperal

pain

adalah

nyeri

yang

terasa

pada

permukaan tubuh. Nyeri ini termasuk nyeri pada kulit


dan permukaan kulit. Stimulus yang efektif untuk
menimbulkan nyeri di kulit dapat berupa rangsangan
mekanis, suhu, kimiawi, atau listrik.
b.

Deep pain
Deep pain adalah yang terasa pada permukaan tubuh
yang lebih dalam (nyeri somatik) atau pada organ tubuh
visceral (nyeri visceral). Nyeri somatik mengacu pada
nyeri yang berasal dari otot, tendon, ligamentum,

tulang, sendi, dan arteri. Demikian juga pada nyeri


Viseral adalah Nyeri yang disebabkan oleh kerusakan
organ internal. Nyeri yang timbul bersifat difus dan
durasinya cukup lama.Sensasi yang timbul biasanya
tumpul.
c.

Refered pain
Reffered pain adalah nyeri dalam yang disebabkan
karena

penyakit

organ/struktur

dalam

tubuh

yang

ditransmisikan ke bagian tubuh di daerah yang berbeda,


bukan dari daerah asal nyeri. Misalnya, nyeri pada
lengan kiri atau rahang berkaitan dengan iskemia
jantung atau serangan jantung.
d.

Central pain
Central pain adalah nyeri yang terjadi karena
perangsangan pada sistem saraf pusat, spinal cord,
batang otak, talamus, dan lain-lain (Brunner & Suddarth,
2002).

2. Nyeri Berdasarkan Sifat


a.

Incidental Pain
Incidental pain adalah yaitu nyeri yang timbul sewaktuwaktu lalu menghilang.

b.

Steady Pain
Steady pain adalah nyeri yang timbul dan menetap serta
dirasakan dalam waktu yang lama. Pada distensi renal
kapsul dan iskemik ginjal akut merupakan salah satu jenis
steady pain. Tingkatan nyeri yang konstan pada obstruksi
dan distensi

e.

Proximal Pain
Proximal pain adalah nyeri yang dirasakan berintensitas
tinggi dan kuat sekali. Nyeri tersebut biasanya menetap

10-15 menit, lalu menghilang, kemudian timbul lagi


(Asmadi, 2008).
3. Nyeri Berdasarkan Ringan Beratnya
a.

Nyeri Ringan
Nyeri ringan adalah nyeri yang timbul dengan intensitas
yang ringan. Pada nyeri ringan biasanya pasien secara
obyektif dapat berkomunikasi dengan baik

b.

Nyeri Sedang
Nyeri sedang adalah nyeri yang timbul dengan intensitas
yang sedang. Pada nyeri sedang secara obyektif pasien
mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri
dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah
dengan baik

c.

Nyeri Berat
Nyeri berat adalah nyeri yang timbul dengan intensitas
yang berat. Pada nyeri berat secara obyektif pasien
terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih
respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi
nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak

dapat

diatasi dengan alih posisi nafas panjang (Asmadi, 2008).


C. Mengkaji Persepsi Nyeri
Menurut
Brunner dan Suddarth (2002), alat-alat
pengkajian nyeri dapat digunakan untuk mengkaji persepsi
nyeri

seseorang.

Agar

alat-alat

pengkajian

nyeri

dapat

bermanfaat, alat tersebut harus memenuhi kriteria berikut: 1).


Mudah dimengerti dan digunakan, 2). Memerlukan sedikit
upaya dengan pihak pasien, 3). Mudah dinilai, 4). Sensitif
terhadap perubahan kecil dalam intensitas nyeri. Alat alat
pengkajian nyeri dapat digunakan untuk mendokumentasikan
kebutuhan. Untuk mengevaluasi efektivitas intervensi dan
untuk

mengidentifikasi

kebutuhan

akan

alternatife

dan

tambahan jika intervensi sebelumnya tidak efektif dalam


meredakan nyeri individu.
1. Deskripsi Verbal tentang Nyeri
Individu merupakan penilai terbaik dari nyeri yang
dialaminya

dan

karenanya

harus

diminta

untuk

menggambarkan dan membuat tingkatannya. Informasi


yang diperlukan harus menggambarkan nyeri individu
dalam beberapa cara sebagai berikut:
a.

Intensitas Nyeri
Individu dapat diminta untuk membuat tingkatan nyeri
pada skala verbal misalnya tidak nyeri, sedikit nyeri,
nyeri hebat, atau sangat nyeri, atau 0-10, 0 = tidak
nyeri 10= nyeri hebat.

b.

Karakteristik Nyeri
Termasuk letak (arean dimana nyeri terasa), durasi
(menit, jam, hari), irama (terus menerus, hilang timbul,
berkurang dan bertambahnya intensitas) dan kualitas
nyeri

(seperti

ditusuk,

terbakar

dan

nyeri

sepeti

digencet)
c.

Faktor-faktor yang meredakan nyeri


Misalnya gerakan, urang bergerak, pengerahan tenaga,
istirahat, obat-obatan bebas dan apa yang dipercaya
pasien dapat membantu mengurangi nyeri.

d.

Efek terhadap aktivitas sehari-hari


Efek

terhadap

interakasi

tidur,

dengan

nafsu

orang

lain

makan,
gerakan

konsentrasi,
fisik

dan

pekerjaan.
e.

Kekhawatiran tentang nyeri


Dapat diliputi berbagai masalah yang luas seperti beban
ekonomi, pengaruh terhadap peran dan perubahan citra
diri.

D. Karakteristik Nyeri
Nyeri sukar digambarkan, saat pasien mengeluh nyeri,
dengarkan

(lakukan sesuatu) karena nyerinya adalah apa

yang

rasakan

ia

meskipun

ia

mungkin

kesulitan

menggambarkannya. Observasi objektif yang bisa ditemui


yakni (Brunner dan Suddarth, 2002).
a. Kulit menjadi pucat, dingin dan lembab saat nyeri hebat
dan lama
b. Ekspresi wajah kening mengernyit, mulut dan gigi terkatup
rapat, pasien mungkin meringis.
c. Mata tertutup rapat atau terbuka, pupil mungkin dilatasi
d. Nadi mungkin meningkat atau menurun dengan beragam
intensitas
e. Perspirasi,

frekwensinya

meningkat

dan

berubah

karakternya.
E. Respon Terhadap Nyeri
Respon tingkah laku terhadap nyeri
a. Respon perilaku terhadap nyeri dapat mencakup:
b. Pernyataan verbal (Mengaduh, Menangis, Sesak Nafas,
Mendengkur)
c. Ekspresi wajah (Meringis, Menggeletukkan gigi, Menggigit
bibir)
d. Gerakan tubuh (Gelisah, Imobilisasi, Ketegangan otot,
peningkatan gerakan jari dan tangan
e. Kontak dengan orang lain/interaksi sosial (Menghindari
percakapan, Menghindari kontak sosial, Penurunan rentang
perhatian, fokus pada aktivitas menghilangkan nyeri)
Individu yang mengalami nyeri dengan awitan mendadak
dapat

bereaksi

sangat

berbeda

terhadap

nyeri

yang

berlangsung selama beberapa menit atau menjadi kronis.

Nyeri dapat menyebabkan keletihan dan membuat individu


terlalu letih untuk merintih atau menangis. Pasien dapat tidur,
bahkan dengan nyeri hebat. Pasien dapat tampak rileks dan
terlibat

dalam

aktivitas

karena

menjadi

mahir

dalam

mengalihkan perhatian terhadap nyeri.


F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Respon Nyeri
Nyeri yang dialami oleh pasien dipengaruhi oleh sejumlah
faktor

termasuk

pengalaman

masa

lalu

dengan

nyeri,

ansietas, usia dan pengharapan tentang penghilang nyeri


(efek placebo). Faktor-faktor ini dapat meningkatkan atau
menurunkan

persepsi

nyeri

pasien,

meningkat

dan

menurunnya toleransi terhadap nyeri dan pengaruh sikap


respon terhadap nyeri.
1. Pengalaman Masa lalu dengan nyeri
Cara seseorang berespon terhadap nyeri adalah akibat
dari banyak kejadian nyeri selam rentang kehidupannya.
Sekali individu mengalami nyeri hebat, individu tersebut
mengetahui hanya seberapa berat nyeri itu dapat terjadi,
Sebaliknya individu yang tidak pernah mengalami nyeri
hebat tidak mempunyai rasa takut terhadap nyeri.
2. Ansietas dan Nyeri
Ansietas

yang

berhubungan

dengan

nyeri

dapat

meningkatkan persepsi pasien terhadap nyeri. Terdapat


beberapa kasus ansietas dapat meningkatkan nyeri. .
3. Budaya dan Nyeri
Budaya dan etniksitas mempunyai pengaruh pda
bagimana seseorang berespon terhadap nyeri, namun
budaya dan etnik tidak mempengaruhi persepsi nyeri.
Sejak dini pda masa kanak-kanak individu belajar dari

sekitar mereka respon nyeri dan bagaimana yang dapat


diterima atau tidak diterima.
4. Usia dan Nyeri
Pengaruh usia pada persepsi nyeri dan toleransi nyeri
dapat ditunjukkan dari pengkajian nyeri pada lansia yang
sedikit lebih sulit karena adanya perubahan fisiologis dan
psikologis yang menyertai proses penuaan. Cara lansia
berespon terhadap nyeri berbeda dengan cara merespon
nyeri pada usia yang lebih muda.
5. Efek Plasebo
Efek

placebo

terjadi

ketika

seseorang

berespon

terhadap pengobatan atau tindakan lain karena suatu


harapan bahwa pengobatan atau tindakan tersebut akan
memberikan hasil bukan karena tindakan atau pengobatan
tersebut benar-benar bekerja. Menerima pengobatan atau
tindakan dapat memberikan efek positif terhadap nyeri.
Efek placebo timbul dari produksi alamiah (endogen)
endorphin

dalam

sistem

kontrol

desenden.

Efek

ini

merupakan respon fisiologis yang dapat diputar balik oleh


nalokson suatu antagonis narkotik (Brunner dan Suddarth,
2002).
G. Strategi Penatalaksanaan Nyeri
Strategi

penatalaksanaan

nyeri

mencakup

baik

pendekatan farmakologis dan Non Farmakologis. Pendekatan


ini seleksi berdasarkan pada kebutuhan dan tujuan pasien
secara individu. Semua intervensi akan sangat berhasil bila
dilakukan

sebelum

nyeri

menjadi

lebih

parah,

dan

keberhasilan terbesar sering dicapai jika beberapa intervensi


diterapkan secara simultan (Burnner dan Suddarth, 2002).
1. Intervensi Farmakologis

Menanganai

nyeri

yang

dialami

pasien

melalui

intervensi farmakologi yang dilakukan dengan kolaborasi


dengan

dokter.

memblokade
perubahan

Nyeri

ditanggulangi

transmisi

persepsi

stimulant

dan

dengan

dengan

nyeri

cara

agar

terjadi

mengurangi

respon

kortikal terhadap nyeri. Adapun obat yang digunakan untuk


terapi nyeri adalah:
a. Analgesik Spesifik Narkotik
Opioid merupakan obat yang paling umum digunakan
untuk mengatasi nyeri pada klien, untuk nyeri sedang
hingga nyeri yang sangat berat. Opioid dapat diberikan
melalui

beragama

subkutan,

rute

intraspinal,

termasuk

ektal

oral,

dan

rute

intravena,

transdermal.

Pengaruhnya sangat bervariasi tergantung fisiologi klien


itu sendiri. Klien yang sangat muda dan sangat tua
adalah yang sensitive terhadap pemberian analgesic ini
dan hanya memerlukan dosisi yang sangat rendah
untuk meringankan nyeri. Narkotik dapat menurunkan
tekanan darah dan menimbilkan depresi pernafasan
pada

fungsifungsi

vital

lainya,

termasuk

depresi

respiratori, bradikardi dan mengantuk, mual muntah,


konstipasi.

Namun

pada

pasien

hipotensi

akan

menimbulkan syok akibat dosis yang berlebihan.


b. Obat-obat Antiinflamasi Nonsteroid (NSAID)
Obat-obat

Antiinflamasi

Nonsteroid

(NSAID)

diduga

dapat menurunkan nyeri dengan menghambat produksi


prostaglandin

dari

jaringan-jaringan

yang

engalami

trauma atau inflamasi yang menghambat reseptor nyeri


untuk menjadi sensitive terhadap stimulus menyakitkan.
Pada dosis rendah obat obat ini bersifat analgesic.
Pada dosis tinggi, obat obat ini bersifat antiinflamatori
sebagai tambahan dari khasiat analgesik. Prinsip kerja

obat ini adalah untuk mengendalikan nyeri sedang dari


dismenorea, arthritis dan gangguan musculoskeletal
yang lain, nyeri postoperative dan migraine. NSAID
digunakan untuk menyembuhkan nyeri ringan sampai
sedang.
2. Tindakan Non Farmakologis
Selain tindakan farmakologis untuk menanggulangi
nyeri ada pula tindakan nonfarmakologis untuk mengatasi
nyeri terdiri dari beberapa tindakan yakni:
a. Stimulasi dan Masase Kutancus
Teori

gate

control

nyeri

bertujuan

menstimulasi

serabut-serabut yang menstranmisikan sensasi tidak


nyeri memblok atau menurunkan transmisi impuls nyeri.
Masase adalah stimulasi kutaneus tubuh secara umum,
sering dipusatkan pda punggung dan bahu. Masase tidak
secara spesifik menstimulasi reseptor tidak nyeri pada
bagian reseptor yang sama seperti reseptor nyeri pada
bagian reseptor yang sama seperti reseptor nyeri tetapi
dapat

mempunyai

dampak

melalui

sistem

kontrol

desenden. Masase dapat membuat pasien lebih nyaman


karena massase membuat relaksasi otot.
b. Terapi Es dan Panas
Terapi es (dingin) dan panas dapat menjadi strategi
pereda nyeri yang efektif pada beberapa keadaan. Terapi
es dan panas bekerja dengan menstimulasi reseptor tidak
nyeri (non-nosiseptor) dalam bidang reseptor yang sama
seperti

pada

prostaglandin,

cedera.
yang

Terapi

es

memperkuat

dapat

menurunkan

sensivitas

reseptor

nyeri dan subkutan lain pada tempat cedera dengan


menghambat proses inflamasi. Agar efektif es harus
diletakkan pada tempat cedera segera setelah cedera
terjadi. Saat es diletakkan di sekitar cidera kebutuhan

analgesik menurun sekitar 50%. Penggunaan panas


mempunyai keuntungan meningkatkan aliran darah ke
suatu area dan kemungkinan dapat turut menurunkan
nyeri

dengan

mempercepat

penyembuhan.Namun

demikian, menggunakan panas kering dengan lampu


pemanas tampak tidak seefektif penggunaan es. Baik
terapi panas kering dan lembab kemungkinan memberi
efek analgesia. Baik terapi es maupun panas harus
digunakan dengan hati-hati dan dipantau dengan cermat
untuk menghindari cedera kulit.
c. Stimulasi Saraf Elektris Transkutan
Stimulasi

saraf

elektris

transkutan

(TENS)

menggunakan unit yang dijalankan oleh baterai dengan


elektroda yang dipasang pada kulit untuk menghasilkan
sensasi kesemutan, menggetar atau mendengung pada
area

nyeri

(TENS)

telah

digunakan

baik

pada

menghilangkan nyeri akut dan kronik. TENS diduga dapat


menurunkan nyeri dengan menstimulasi reseptor tidak
nyeri (non-nosiseptor) dalam area yang sama seperti
pada serabut yang mentransmisikan nyeri. Mekanisme ini
sesuai dengan teori nyeri gate control. Reseptor tidak
nyeri diduga memblok transmisi sinyal nyeri ke otak pada
jaras asenden sistem saraf pusat. Mekanisme ini akan
menguraikan keefektifan stimulasi kutan saat digunakan
pada area yang sama seperti pada cedera. Bila pasien
benar-benar mengalami peredaan nyeri, peredaan ini
biasanya berawitan cepat tetapi dengan cepat berkurang
saat stimulator dimatikan.
d. Tehnik Relaksasi
Relaksasi otot skeletal dipercaya dapat menurunkan
nyeri dengan merelaksasikan keteganggan otot yang
mendukung rasa nyeri. Teknik relaksasi mungkin perlu

diajarkan bebrapa kali agar mencapai hasil optimal.


Dengan

relaksasi

pasien

dapat

mengubah

persepsi

terhadap nyeri. Periode relaksasi yang teratur dapat


membantu untuk melawan keletihan dan ketegangan otot
yang terjadi dengan nyeri kronis dan yang meningkatkan
nyeri.

2. Distraksi
Mengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif untuk
nyeri ringan sampai sedang. Distraksi visual (melihat TV
atau pertandingan bola), distraksi audio (mendengar
musik),

distraksi

sentuhan

(massase,

memegang

mainan), distraksi intelektual (merangkai puzzle, main


catur)
3. Imajinasi Terbimbing
Imajinasi terbimbing adalah menggunakan imajinasi
seseorang dalam suatu cara yang dirancang secara
khusus untuk mencapai efek positif tertentu. Sebagai
contoh,

imajinasi

terbimbing

untuk

relaksasi

dan

meredakan nyeri dapat terdiri atas menggabungkan


napas berirama lambat dengan suatu bayangan mental
relaksasi dan kenyamanan. Setiap kali menghirup napas,
pasien membayangkan energi penyembuh dialirkan ke
bagian

yang

dihembuskan,
membayangkan

tidak

nyaman.

pasien
bahwa

Setiap

kali

diinstruksikan
udara

yang

napas
untuk

dihembuskan

membawa pergi nyeri dan ketegangan. Banyak pasien


ntulai mengalami efek rileks dari imajinasi terbimbing
saat pertama kali mereka mencobanya. Nyeri mereda
dapat berlanjut selama berjam-jam setelah imajinasi
digunakan.

4. Hipnosis
Hipnosis

efektif

dalam

meredakan

nyeri

atau

menurunkan jumlah analgesik yang dibutuhkan nada


nyeri akut dan kronis. Teknik ini membantu dalam
memberikan peredaan nyeri terutama dalam situasi sulit.
Mekanisme bagaimana kerjanya hipnosis tidak jelas
tetapi tidak tampak diperantarai oleh sistem enclortin.
Keefektifan

hipnosis

tergantung

pada

kemudahan

hipnotik individu. Pada beberapa kasus hipnosis dapat


efektif

pada

pengobatan

pertama;

keefektifannya

meningkat dengan tambahan sesi hipnotik berikutnya.

BAB III
PEMBAHASAN

A. Instrumen Untuk Mengkaji Nyeri


Tiga metode yang umumnya digunakan memeriksa intensitas
nyeri tersebut yaitu Verbal Rating Scale (VRS), Visual Analgue
(VAS), dan Numeric Rating Scale (NRS).
1. Verbal Rating Scale (VRS)
VRS adalah alat ukur yang menggunakan kata sifat untuk
menggambarkan level intensitas nyeri yang berbeda,
range dari no pain sampai nyeri hebat (extreme pain).
VRS merupakan alat pemeriksaan yang efektif untuk
memeriksa intensitas nyeri. VRS biasanya diskor dengan
memberikan angka pada setiap kata sifat sesuai dengan
tingkat

intensitas

nyerinya.

Sebagai

contoh,

dengan

menggunakan skala 5 point yaitu none (tidak ada nyeri)


dengan score 0, mild (kurnag nyeri) dengan score 1,
moderate (nyeri yang sedang) dengan score 2, severe
(nyeri keras) dengan score 3, very severe (nyeri yang
sangat keras) dengan score 4. Angka tersebut berkaitan
dengan kata sifat dalam VRS, kemudian digunakan untuk
memberikan score untuk intensitas nyeri pasien. VRS ini
mempunyai keterbatasan didalam mengaplikasikannya.
Beberapa

keterbatasan

VRS

adalah

adanya

ketidakmampuan pasien untuk menghubungkan kata sifat


yang

cocok

untuk

level

intensitas

nyerinya,

dan

ketidakmampuan pasien yang buta huruf untuk memahami


kata sifat yang digunakan.
Skala Analogi Visual sangat berguna dalam mengkaji
intensitas nyeri. Skala tersebut berbentuk garis horizontal
sepanjang 10 cm, dan ujungnya mengindikasikan nyeri
yang berat. Pasien diminta untuk menunjukkan titik pada

garis

yang

menunjukkan

titik

pada

garis

yang

menunjukkan letak nyeri yang terjadi di sepanjang rentang


tersebut. Ujung kiri biasanya menandakan tidak ada
nyeri atau tidak nyeri, sedangkan ujung kanan biasanya
menandakan berat atau nyeri yang paling buruk untuk
menilai hasil sebuah penggaris diletakkan sepanjang garis
dan jarak yang dibuat pasien pada garis diukur dan ditulis
dalam sentimeter.

Gambar 2.1 Skala Intensitas Nyeri


Skala

deskriptif

merupakan

alat

pengukuran

tingkat keparahan nyeri yang lebih objektif. Skala


pendeskripsian verbal, merupakan sebuah garis yang
terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsi yang
tersusun dengan jarak yang sama disepanjang garis.
Pendeskripsi ini diranking dari tidak terasa nyeri
sampai

nyeri

yang

tidak

tertahankan.

Perawat

menunjukkan klien skala tersebut dan meminta klien


untuk memilih intensitas nyeri terbaru yang ia rasakan.
Perawat juga menanyakan seberapa jauh nyeri terasa
paling menyakitkan dan seberapa jauh nyeri terasa
paling tidak menyakitkan.

2. Numeral Rating Scale


Numeral Rating Scale
meminta

adalah suatu alat ukur yang

pasien untuk menilai rasa

nyerinya

sesuai

dengan level intensitas nyerinya pada skala numeral dari


0-10 atau 0-100. Angka 0 berarti no pain dan 10 atau 100
berarti severe pain (nyeri hebat). Dengan skala NRS-101
dan skala NRS-11 point, dokter/terapis dapat memperoleh
data basic yang berarti dan kemudian digunakan skala
tersebut

pada

setiap

pengobatan

berikutnya

untuk

memonitor apakah terjadi kemajuan.


3. Visual Analgue Scale
VAS adalah alat ukur lainnya yang digunakan untuk
memeriksa intensitas nyeri dan secara khusus meliputi 1015 cm garis, dengan setiap ujungnya ditandai dengan level
intensitas nyeri (ujung kiri diberi tanda no pain dan ujung
kanan diberi tanda bad pain (nyeri hebat). Pasien diminta
untuk menandai disepanjang garis tersebut sesuai dengan
level intensitas nyeri yang diarasakan pasien. Kemudian
jaraknya diukur dari batas kiri sampai pada tanda yand
diberi oleh pasien, dan itulah skor nya yang menunjukkan
level intensitas nyeri. Kemudian skor tersebut dicatat untuk
melihat kemajuan pengobatan/terapi selanjutnya.
Wong-Baker FACES Pain Rating Scale Skala nyeri yang
satu ini tergolong mudah untuk dilakukan karena hanya
dengan melihat ekspresi wajah pasien pada saat bertatap
muka tanpa kita menanyakan keluhannya. Berikut skala
nyeri yang kita nilai berdasarkan ekspresi wajah: Skala
nyeri berdasarkan ekspresi wajah

Penilaian Skala nyeri dari kiri ke kanan:

Wajah Pertama : Sangat senang karena ia tidak merasa


sakit sama sekali. Wajah Kedua : Sakit hanya sedikit.
wajah ketiga : Sedikit lebih sakit.
Wajah Keempat : Jauh lebih sakit.
Wajah Kelima : Jauh lebih sakit banget.
Wajah Keenam : Sangat sakit luar biasa sampai-sampai
menangis
Penilaian skala nyeri ini dianjurkan untuk usia 3 tahun ke
atas.
Skala Nyeri 0-10 (Comparative Pain Scale)
0
=
Tidak ada rasa sakit. Merasa normal.
1
=
nyeri hampir tak terasa (sangat ringan) =
Sangat ringan, seperti gigitan nyamuk. Sebagian
besar waktu Anda tidak pernah berpikir tentang rasa
2

sakit.
=
(tidak menyenangkan) = nyeri ringan, seperti

cubitan ringan pada kulit.


=
(bisa ditoleransi) = nyeri Sangat terasa, seperti
pukulan ke hidung menyebabkan hidung berdarah,

atau suntikan oleh dokter.


=
(menyedihkan) = Kuat, nyeri yang dalam,

seperti sakit gigi atau rasa sakit dari sengatan lebah.


=
(sangat menyedihkan) = Kuat, dalam, nyeri

yang menusuk, seperti pergelangan kaki terkilir


=
(intens) = Kuat, dalam, nyeri yang menusuk
begitu

kuat

sehingga

tampaknya

sebagian

mempengaruhi sebagian indra Anda, menyebabkan


7

tidak fokus, komunikasi terganggu.


=
(sangat intens) = Sama seperti 6 kecuali
bahwa rasa sakit benar-benar mendominasi indra
Anda

menyebabkan

tidak

dapat

berkomunikasi

dengan baik dan tak mampu melakukan perawatan


8

diri.
=

(benar-benar mengerikan) = Nyeri begitu kuat

sehingga Anda tidak lagi dapat berpikir jernih, dan

sering mengalami perubahan kepribadian yang parah


9

jika sakit datang dan berlangsung lama.


=
(menyiksa tak tertahankan) = Nyeri begitu kuat
sehingga Anda tidak bisa mentolerirnya dan sampaisampai menuntut untuk segera menghilangkan rasa
sakit apapun caranya, tidak peduli apa efek samping

10

atau risikonya.
=
(sakit
tak

terbayangkan

tak

dapat

diungkapkan) = Nyeri begitu kuat tak sadarkan diri.


Kebanyakan orang tidak pernah mengalami sakala
rasa sakit ini. Karena sudah keburu pingsan seperti
mengalami kecelakaan parah, tangan hancur, dan
kesadaran akan hilang sebagai akibat dari rasa sakit
yang luar biasa parah.
Pengelompokan:
Skala nyeri
: 1-3

berarti

Nyeri

Ringan

(masih

bisa

ditahan, aktifitas tak terganggu)


Skala nyeri 4-6 : berarti
Nyeri
Sedang
(menganggu
aktifitas fisik)
Skala nyeri 7-10 :
berarti Nyeri Berat (tidak dapat
melakukan aktifitas secara mandiri)

B.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan


Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Penerbit PT Salemba
Medika Jakarta.
Burrner dan Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Edisi 8. Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta
Doengoes. Marilynn E., 2000. Rencana Asuhan Keperawatan
Edisi 3. EGC : Jakarta.
Mansjoer Arif, 2008, Kapita
Aesculpalus, FKUI, Jakarta

Selekta

Kedokteran,

Medica.

Perry & Potter. 1998. Buku Ajar Fundamental Keperawatan.


Proses dan Praktik Edisi 4. Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
Potter, P.A, Perry, 2005, A.G. Buku Ajar Fundamental
Keperawatan : Konsep, Proses, Dan Praktik.Edisi 4.Volume
1.Alih Bahasa : Yasmin Asih, dkk. Jakarta : EGC.
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah. EGC : Jakarta

Você também pode gostar