Você está na página 1de 131

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes Melitus pada saat ini merupakan masalah kesehatan yang diderita
hampir seluruh lapisan masyarakat di dunia. Menurut Renold tidak kurang
dari 30 juta penduduk dunia menderita penyakit ini dan angka kematian
semakin bertambah seiring bertambahnya harapan hidup. Di negara maju
Diabetes Melitus merupakan problem utama, sedangkan di negara
berkembang penyakit menular dan kurang gizi masih menjadi masalah
kesehatan. (Suyono Joko dan Arisman, 1995)
Walaupun pemerintah telah melakukan upaya untuk menurunkan angka
kematian bagi penderita Diabetes Melitus, tetapi khususnya di NTB sebagian
masyarakatnya tidak mengetahui bagaimana cara mengatur jumlah makanan
dan minuman apa saja yang boleh dikonsumsinya.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesehatan dalam
kaitannya dengan Diabetes Melitus adalah keturunan dan kesehatan
lingkungan (nutrisi, kebersihan lingkungan dan lain-lain). Usaha kesehatan
yang dilakukan adalah untuk meningkatkan kesehatan masyarakat yang
mempunyai ruang lingkup antara lain: Mencegah penyakit, membina
kebersihan pribadi, pengobatan penyakit sendiri dan membina peran serta
masyarakat dalam rangka memelihara kesehatan.

Usaha untuk membina dan mengembangkan kebiasaan hidup sehat


dilakukan secara terpadu, baik melalui program pendidikan maupun melalui
suatu penyuluhan yang dilaksanakan dalam rangka pembinaan dan
pemeliharaan kesehatan masyarakat. Yang sebenarnya adalah dengan
mengikut sertakan peran aktif dari klien, keluarga, dan tenaga kesehatan
dalam memberikan pendidikan dan pemahaman kepada klien Diabetes
Melitus, mengingat bahwa status kesehatan di Nusa Tenggara Barat masih
tergolong rendah.
World Health Organization memperkirakan, prevalensi global Diabetes
Melitus tipe II akan meningkat dari 171 juta orang pada tahun 2000 menjadi
366 juta orang tahun 2030. Indonesia berada di urutan ke-4 terbanyak kasus
Diabetes di dunia. Beberapa waktu lalu, International Diabetes Federation
(IDF) menyatakan tahun 2007 terdapat 194 juta orang terkena Diabetes.
(Prof. Sidartawan, 2008) Dari data Medical Record Rumah Sakit Umum
Mataram tahun 2007 terdapat 288 kasus Diabetes Melitus dengan persentasi
penyakit ini terbanyak pada usia 40-60 tahun dengan jumlah penderita lakilaki lebih banyak dibandingkan jumlah penderita wanita.
Berikut perincian data : terdiri dari penderita laki-laki 151 orang (52,43
%) dan penderita perempuan 137 orang (47,57 %). Dan jumlah kematian
sepanjang tahun 2007 adalah 23 orang (7.98 %).

Tabel 1.1. Penderita Diabetes Melitus di RSU Mataram

TAHUN
2010

Jumlah
kematian

JENIS KELAMIN
L

151

52,43

137

47,57

JUMLAH

PERSENTASE
(%)

288

100

23 orang

7,98

Di Wilayah Kerja Puskesmas Kediri, perawat sudah melakukan asuhan


keperawatan pada klien Diabetes Melitus sesuai dengan prosedur yang ada,
tapi klien masih menunjukkan peningkatan gula darah.
Melihat kenyataan demikian, penulis tertarik mengambil kasus Diabetes
Melitus di wilayah kerja puskesmas kediri sebagai bahan Karya Tulis karena
pada umumnya masyarakat kurang menyadari dengan baik mengenai
penyakit Diabetes Melitus ini. Dengan demikian diharapkan melalui asuhan
keperawatan yang intensif, terarah dan berkesinambungan, komplikasi yang
terjadi sebagai akibat dari diabetes melitus dapat dicegah dan diobati secepat
mungkin sehingga pada akhirnya dapat sembuh dengan sempurna walaupun
harus menjalani perawatan, pengobatan serta merubah pola dan gaya hidup
klien terutama dalam hal Diit untuk jangka waktu yang lama. Adapun tujuan
utama penatalaksanaan klien dengan diabetes adalah untuk mengatur glukosa
darah dan mencegah timbulnya komplikasi akut dan kronis (Rumaharbo).
Penatalaksanaan klien dengan diabetes melitus adalah sebagai berikut:
makan-makanan sehat, melakukan kesehatan jasmani secara teratur,

menggunakan obat diabetes secara aman, teratur, dan pada waktu spesifik,
melakukan pemantauan glukosa darah secara mandiri dan memanfaatkan
berbagai informasi yang ada, melakukan perawatan kaki secara berkala,
mengelola diabetes dengan baik, mengembangkan sistem pendukung untuk
mengajarkan keterampilan, dan dapat mempergunakan fasilitas perawatan
kesehatan (www.alwis.com).
Diabetes Melitus merupakan salah satu penyakit yang mempunyai banyak
komplikasi. Menurut Askandar, komplikasi DM antara lain: kebutaan dan
gangguan penglihatan. Penyebab terbanyak dari amputasi kaki bagian bawah,
merupakan muara dari penyakit-penyakit lain yaitu: jantung, ginjal, tekanan
darah tinggi, kolesterol, dan lain-lain (Askandar, 1998).
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka penulis mengambil
beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana melakukan pengkajian data yang baik dan benar pada
klien dengan Diabetes Melitus.
1.2.2 Bagaimana merumuskan diagnosa perawatan yang baik dan benar
pada klien Diabetes Melitus.
1.2.3 Bagaimana menyusun rencana perawatan yang baik dan benar pada
klien Diabetes Melitus.
1.2.4 Bagaimana melaksanakan tindakan perawatan yang baik dan benar
pada klien Diabetes Melitus.

1.2.5 Bagaimana melakukan evaluasi asuhan keperawatan yang baik dan


benar pada klien Diabetes Melitus.
1.2.6 Bagaimana melakukan Dokumentasi Asuhan Keperawatan yang baik
dan benar pada klien Diabetes Melitus
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mendapatkan pengalaman dan gambaran yang nyata
tentang asuhan keperawatan pada klien Diabetes Melitus secara baik
dan benar serta dapat melaksanakan asuhan keperawatan bagi klien
Diabetes

Melitus

dengan

menggunakan

pendekatan

proses

keperawatan yang benar dan terarah.


1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Melakukan pengkajian data pada klien Diabetes Melitus
komplikasi gangren.
1.3.2.2 Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien Diabetes
Melitus komplikasi gangren.
1.3.2.3 Menyusun rencana asuhan keperawatan pada klien Diabetes
Melitus komplikasi gangren.
1.3.2.4 Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien Diabetes
Melitus komplikasi gangren.
1.3.2.5 Agar dapat mengevaluasi asuhan Keperawatan pada klien
Diabetes Melitus komplikasi gangren.

1.3.2.6 Melaksanakan dokumentasi keperawatan pada klien dengan


Diabetes Melitus komplikasi gangren.
1.3.3 Manfaat Penelitian
1.3.3.1 Teoritis
Dapat digunakan sebagai masukan dalam rangka
meningkatkan dan mengembangkan ilmu keperawatan.
1.3.3.2 Praktisi
Dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan klien
terutama untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Diabetes Melitus


2.1.1 Pengertian
Diabetes Melitus atau kencing manis adalah suatu gejala kelainan
dalam tubuh yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah dan
adanya gula dalam air kencing (Ngafenan, 1999)
Diabetes Melitus berasal dari kata Yunani diaberneris tembus
atau pancaran air, dan kata Latin mellitus rasa manis yang
umumnya dikenal sebagai kencing manis adalah penyakit yang
ditandai dengan hiperglikemia yaitu peningkatan kadar gula darah
yang melebihi batas normal, yang terus menerus dan bervariasi,
terutama setelah makan. Sumber lain menyebutkan bahwa yang
dimaksud dengan Diabetes Melitus adalah keadaan hiperglikemia
kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan
hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata,
ginjal, kelainan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis
dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron, kelainan kulit atau
ekstrimitas dapat berupa furunkel, karbunkel, ulkus kaki yang terjadi
karena

distribusi

tekanan

abnormal

sekunder

neuropati

diabetik/kepekaan yang berkurang atau menghilang akibat komplikasi


diabetes, yang biasanya terjadi pada bagian-bagian yang menonjol
(pressure points). Rangkaian kejadian yang khas dalam proses ulkus

diabetik pada kaki dimulai dari cideranya jaringan lunak, kemudian


terbentuknya fisura antara jari-jari kaki atau didaerah kulit yang
kering, dimana ulkus tersebut tidak dirasakan oleh klien yang
kepekaan kakinya sudah hilang, sehingga jika klien tidak memiliki
kebiasaan untuk memeriksakan setiap hari, cidera atau fisura tersebut
dapat berlangsung tanpa diketahui sampai akhirnya terjadi infeksi
yang serius yaitu pengeluaran nanah, pembengkakan, kemerahan,
akibat selulitis yang akhirnya akan menimbulkan gangren.
Gangren adalah suatu nekrosis atau kematian jaringan akibat
obstuksi, hilangnya, atau berkurangnya suplai darah di jaringan,
gangren dapat terlokalisasi pada daerah yang sempit atau dapat
melibatkan seluruh ekstrimitas atau organ. Dikenal beberapa macam
gangren antara lain :
Gangren Kering yaitu keadaan nekrosis atau kematian jaringan
yang biasanya timbul pada jari-jari, dimana jaringan ujung jari-jari
tersebut sudah menjadi nekrotik karena suplai darah yang buruk
sehingga memudahkan dan mempercepat pertumbuhan jaringan
saprofit yang lama kelamaan mati dan menghitam. Biasanya gangren
kering terjadi pada ujung-ujung ekstrimitas bawah (ujung jari kaki).
Gangren Basah yaitu keadaan nekrotik atau kematian jaringan yang
dapat melibatkan organ dalam akibat kurangnya suplai darah yang
diperoleh organ tersebut, seperti gangren yang terjadi pada lengkung
usus halus yang mengalami gangren dibagian kanan atas akan

menimbulkan kontak dengan usus bagian kanan bawah, sehingga


bakteri saprofit akan tumbuh subur pada jaringan yang nekrotik, dan
menyebar pada daerah yang terkena kontak.
Gangren Kaseossa / gangren keju yaitu keadaan nekrotik atau
kematian jaringan yang terjadi pada sebelah kanan tengah batang otak,
dimana terdapat daerah nekrotik yang besar, pada keadaan ini jaringan
yang mati tidak hancur, tidak pula mencair melainkan meyusut dan
membeku yang akan menyerupai keju (kaseossa) gangren pada jenis
ini hanya terjadi akibat tuberculosis.
Gangren Liquefaktiva yaitu keadaan nekrotik atau kematian
jaringan yang disebabkan oleh hilangya suplai darah pada jaringan
yang pada beberapa keadaan nekrotik, sedikit demi sedikit jaringan
nekrotik tersebut melunak, kemudian mencair dan meningalkan defek
permanen, yang diakibatkan oleh adanya kerja enzim pada organ yang
terkena, contohnya nekrotik liquefaktiva pada otak.
Gangren Emboli yaitu gangren yang terjadi setelah penyumbatan
pembuluh darah oleh embolisme, kemudian pembuluh darah tersebut
mati dan menjadi nekrosis pada jaringan yang dialiri oleh pembuluh
darah tersebut.
Fourinrs gangren yaitu gangren akut fascitis necrotinalis pada
scrotum, penis, perineum, yang mencakup organisme gram positif,
enteric bacilli, atau bakteri anaerob lainnya, yang dapat terjadi setelah
terjadinya trauma lokal, prosedur operasi, atau penyakit saluran kemih

yang mendasari proses inflamasi/ peradangan akut ditempat yang jauh.


Gaseus gangren/ gangren Gass yaitu keadaan nyeri akut dan hebat
yang sering berasal dari luka laserasi kotor hingga otot dan jaringan
subkutan menjadi terisi dengan gas dan eksudat serosanguinossa yang
disebabkan oleh bakteri anaerob misalnya C sporogenes, C novyi, C
septicum.
Pressure Gangren yaitu gangren yang disebabkan oleh penekanan
pada suatu bagian tubuh dalam waktu yang lama, contohnya gangren
pada ulkus decubitus.
Traumatic Gangren yaitu keadaan nekrotik atau kematian jaringan
yang terjadi sebagai akibat trauma atau luka yang didapat karena
kecelakaan.
Sehingga apabila gangren dibiarkan dalam jangka waktu yang lama
tanpa pengobatan dan perawatan dapat menimbulkan kematian
jaringan yang parah, dengan prognosis yang buruk pada ekstrimitas
sehingga harus dilakukan pemotongan jaringan atau

bagian

ekstrimitas yang sudah rusak atau mati tersebut yang biasa disebut
dengan Amputasi.
Diabetes Melitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa/gula
sederhana di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan
atau menggunakan insulin secara adekuat

Diabetes Melitus kondisi dimana produksi insulin sel beta pankreas

terganggu ataupun respon organ target jaringan otot dan lemak


terhadap

insulin

berkurang,

akibatnya

kemampuan

tubuh

memetabolisme glukosa menurun dan kadar gula darah meningkat


Diabetes Melitus adalah suatu penyakit metabolik, dimana karena
adanya gangguan metabolisme zat hidrat arang yang kebanyakan
herediter dan klinis, sebagai akibat dari kurangnya insulin efektif baik
oleh karena adanya disfungsi sel beta pankreas atau ambilan glukosa
di jaringan perifer (biasanya DM Tipe-2), atau kurangnya insulin
absoulut (DM tipe 1) dengan tanda-tanda hiperglikemi dan glukosuria,
disertai dengan gejala klinis akut (poliuria, polidipsia, penurunan berat
badan) dan ataupun gejala kronik ataupun kadang-kadang tanpa
gejala.

2.1.2 Anatomi dan Patofisiologi

Gambar 2.1 Pangkreas


Pancreas adalah sebuah kelenjar saluran cerna berwarna merah

muda keabuan yang berbentuk memanjang dengan panjang 12-15 cm


dan terletak melintang pada dinding abdomen dorsal, membelakangi
lambung, Pancreas menghasilkan :
2.1.1.1 Sekret eksokrin (getah pankreas) yang dicurahkan ke dalam
duodenum melalui ductus pancreaticus
2.1.1.2 Sekret endokrin (glukagon dan insulin) yang dicurahkan
langsung ke dalam darah.
Pankreas terdiri dari lobulus-lobulus, masing- masing terdiri dari
satu pembuluh kecil yang mengarah pada duktus utama dan berakhir
pada sejumlah alveoli, Alveoli dilapisi sel-sel yang mensekresi enzim
yang disebut tripsinogen, amilase dan lipase. Tripsinogen diubah
menjadi tripsin aktif oleh enterokinase, enzim yang disekresi usus
halus, dalam bentuk aktifnya, tripsin mengubah pepton dan protein
menjadi asam amino. Amilase mengubah zat pati menjadi maltosa,
dan Lipase mengubah lemak menjadi asam lemak dan gliserol setelah
empedu mengemulsi lemak.
Caput pancreatis terletak dalam lengkungan duodenum. Caput
pancreatis memiliki bagian yang menonjol ke arah kranial kiri, dorsal
dari pembuluh mesenterica superior, dan dikenal sebagai processus
uncinatus. Ke arah dorsal caput pancreatis berbatas langsung pada
vena cava inferior, arteria renalis dextra dan vena renalis dextra dan
vena renalis sinistra. Ductus choledochus yang melintas ke duodenum,
terletak dalam alur pada permukaan dorsokranial caput pancreatis.

Collum pancreatis di sebelah dorsal beralur, disebabkan oleh


pembuluh mesenterica superior. Permukaan ventralnya tertutup oleh
peritoneum dan berbatas pada pylorus. Persatuan vena mesenterica
superior dengan vena splenica (lienalis) menjadi vena portae hepatis
terdapat dorsal dari collum pancreatis.
Corpus pancreatis meluas ke kiri dengan melintasi Aorta dan
vertebra L2, dorsal dari bursa omentalis. Corpus pancreatis
berhubungan erat dengan pembuluh splenica (lienalis). Permukaan
ventral pancreas tertutup oleh peritoneum dan turut membentuk
palungan gaster (stomach bed). Permukaan dorsal pancreas yang sama
sekali tidak memiliki lapisan peritoneum, berhubungan dengan Aorta,
Arteria mesenterica superior, glandula suprarenalis sinistra dan ren
sinistra serta pembuluh renalis.
Cauda pancreatis terletak antara kedua lembar ligamentum
splenorenale (lienorenale) bersama pembuluh splenica (lienalis).
Ujung cauda pancreatis biasanya menyentuh hilum splenicum.
Ductus pancreaticus berawal dalam cauda pancreatis dan melalui
massa kelenjar ke caput pancreatis untuk membelok ke kaudal dan
mendekati ductus choledochus (biliaris). Biasanya kedua ductus ini
bersatu, membentuk ampulla hepatopancreatica, sebuah pelebaran
pendek yang bermuara melalui ductus bersama ke dalam duodenum
pada puncak papilla duodeni major. Musculus sphincter ductus
pancreatici mengitari bagian akhir ductus pancreaticus (ductus

Wirsung)

juga

hepatopancreaticae

terdapat
(sphincter

musculus

sphincter

Oddi)

mengitari

ampullae
ampulla

hepatopancreatica. Kedua sphincter tersebut mengatur aliran empedu


dan getah pancreas ke dalam duodenum.
Ductus pancreaticus accesorius (ductus Santorini) menyalurkan
getah pancreas dari proccesus uncinatus dan bagian kaudal caput
pancreatis. Biasanya ductus pancreaticus accessorius berhubungan
dengan ductus pancreaticus major, tetapi pada sekitar 9% dari populasi
ductus pancreaticus accessorius tetap terpisah. Secara khas pipa ini
bermuara ke dalam duodenum pada papilla duodeni minor.
Arteri-arteri pancreas berasal dari arteria pancreaticoduodenalis.
Sampai 10 cabang arteria splenica (lienalis) mengantar darah kepada
corpus

pancreatis

dan

cauda

pancreatis.

Arteria

pancreaticoduodenalis anterior dan posterior, yakni cabang arteria


gastroduodenalis, dan ramus anterior arteria pancreaticoduodenalis
inferior dan ramus posterior arteria pancreaticoduodenalis inferior,
yakni cabang arteria mesenterica superior, mengantar darah kepada
caput pancreatis. Vena-vena pancreas menyalurkan darah ke vena
portae hepatis, vena splenica (lienalis) dan vena mesenterica superior,
tetapi yang terbanyak ke vena splenica (lienalis).
Pembuluh limfe pancreas mengikuti pembuluh darah. Terbanyak
pembuluh ini berakhir pada nodi lymphoidei pancreaticoduodenales
sepanjang arteria splenica (lienalis), tetapi beberapa pembuluh

berakhir pada nodi lymphoidei pylorici. Pembuluh eferen dari


kelenjar-kelenjar itu ditampung oleh nodi lymphoidei coeliaci, nodi
lymphoidei hepatici, nodi lymphoidei mesenterici superiores. Sarafsaraf pancreas berasal dari nervus vagus dan nervi splanchnici
thoracici. Serabut parasimpatis dan simpatis dari plexus coeliacus dan
plexus mesentericus superior mencapai pancreas dengan mengikuti
arteri-arteri. (Sumber : Moore and Agur, 2002. Essential Clinical
Anatomy. alih bahasa Hendra Laksman, Hipokrates-Jakarta).

2.1.3 Patofisiologi
Diabetes Melitus disebabkan oleh penurunan kecepatan insulin
oleh sel-sel beta pulau langerhans, sebagian besar patologi Diabetes
Melitus dikaitkan dengan satu dari tiga efek utama kekurangan insulin
sebagai berikut :
Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, yang dapat
menyebabkan peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah setinggi
300-1200 mg%/ml, peningkatan nyata mobilisasi lemak dari
penyimpanan lemak dapat menyebabkan kelainan metabolisme lemak
maupun

pengendapan

lipid

pada

dinding

vaskular

yang

mengakibatkan artetiosklerosis dan pengurangan protein dalam


jaringan tubuh.
Tetapi selain itu dapat terjadi beberapa masalah patofisiologi pada

Diabetes Melitus yang tidak tampak, yaitu :


Kehilangan glukosa dalam urin pada penderita Diabetes Melitus,
yang masuk ke dalam tubulus ginjal dalam filtrat glomerulus
meningkat kira-kira 225 mg/menit, glukosa dalam jumlah bermakna
mulai dibuang ke dalam urin, dan jika jumlah filtrasi glomerulus yang
terbentuk tiap menit tetap, maka luapan glukosa terjadi bila kadar
glukosa darah meningkat melebihi 180 mg% akibatnya sering disebut
bahwa ambang darah untuk timbulnya glukosa dalam urin adalah
sekitar 180 mg%.

Kehilangan glukosa di dalam urin dapat menyebabkan diuresis


karena efek osmotik glukosa di dalam tubulus adalah mencegah
reabsorbsi cairan oleh tubulus, keseluruhan efeknya adalah dehidrasi
ruangan intrasel yang kemudian menyebabkan dehidrasi ruangan
extrasel juga, jadi salah satu gambaran Diabetes yang paling penting
adalah kecenderungan timbulnya dehidrasi ekstra sel dan intra sel, dan
ini juga sering disertai dengan kolapsnya sirkulasi dalam tubuh.
Asidosis terjadi pada diabetes bila tubuh menggantungkan hampir
seluruh energinya pada lemak, kadar asam asetat dan asam
hidroksibutirat dalam cairan tubuh dapat meningkat dari 1 meq/L
sampai setinggi 10 meq/L, dan jelas ini mudah menyebabkan asidosis,
efek kedua yang biasanya lebih penting dalam menyebabkan asidosis
adalah pada peningkatan langsung asam amino keto dimana asam

amino keto adalah penurunan konsentrasi natrium yang disebabkan


oleh efek asam-asam keto yang mempunyai ambang eksresi ginjal
yang rendah, oleh karena itu bila kadar asam amino pada diabetes
meningkat sebanyak 100-200 gram maka akan dieksresikan ke dalam
urin setiap hari, dan karena mengandung asam amino yang kuat yang
sangat sedikit bisa dieksresikan dalam bentuk asam, dan sebagai
gantinya maka terjadi ikatan dengan natrium yang berasal dari cairan
intra sel, sebagai akibatnya konsentrasi natriun diganti oleh ion
hidrogen, jadi sangat meningkatkan terjadinya asidosis, dan jelas
semua reaksi yang terjadi dalam asidosis metabolik berlangsung pada
asidosis diabetika, termasuk pernafasan cepat dan dalam, namun yang
terpenting adalah asidosis dapat menyebabkan koma dan kematian.
2.1.3.1 Pada Diabetes tipe I: Pada diabetes

tipe ini terdapat

ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel


beta pangkreas telah dihancurkan oleh proses autoimun,
hiperglikemia saat puasa yang terjadi akibat produksi glukosa
yang tidak diukur oleh hati, disamping itu glukosa yang
berasal dari makanan yang tidak bisa disimpan dalam hati
meskipun tetap berada dalam darah dan dapat menimbulkan
postprandial yaitu puncak peningkatan kadar gula dalam
darah pada 2 jam sesudah makan. Jika konsentrasi glukosa
dalam darah cukup tinggi ginjal tidak dapat menyerap
kembali glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa

tersebut muncul dalam urin yang disebut Glukosuria dan


ketika glukosa yang berlebihan itu dieksresikan ke dalam
urin,

eksresinya

ini

biasanya

akan

disertai

dengan

pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan, dan


keadaan ini dinamakan Diuresis Osmotik yang terjadi sebagai
akibat terjadinya kehilangan cairan tubuh yang berlebihan,
yang ditandai dengan klien mengalami peningkatan dalam
berkemih

(poliuria)

yang

secara

langsung

dapat

menyebabkan peningkatan rasa haus (polidipsia). Defisiensi


insulin juga dapat mengganggu metabolisme protein dan
lemak yang menyebabkan penurunan berat badan, sehingga
tidak jarang ditemukan penderita Diabetes yang kurus, akibat
terjadinya penurunan berat badan.
2.1.3.2 Diabetes tipe II: Pada diabetes tipe ini terdapat dua masalah
utama yang berhubungan dengan insulin yaitu resistensi
insulin dan gangguan sekresi insulin normalnya insulin akan
terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai
akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut terjadinya
suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam
sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan
penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin
menjadi tidak efektif

untuk menstimulasi pengambilan

glukosa jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan

mencegah terbentuknya glukosa dalam darah harus terdapat


peningkatan jumlah insulin yang disekresi.
2.1.3.3 Diabetes pada kehamilan/ Diabetes Gestasional : terjadi
pada wanita yang tidak menderita Diabetes Melitus sebelum
kehamilannya, dan Hiperglikemia terjadi selama kehamilan
adalah akibat sekresi hormon-hormon plasenta sehingga pada
saat wanita tersebut hamil dianjurkan memulai program
terapi yang intensif (pemeriksaan kadar glukosa darah empat
kali per hari dan pemberian suntikan insulin tiga hingga
empat kali perhari), dengan maksud untuk mencapai kadar
hemoglobin dan glukosa darah yang normal tiga bulan
sebelum

pembuahan.

Pemantauan

yang

ketat

dan

pemeriksaan oleh dokter spesialis untuk kehamilan beRisiko


tinggi padi ibu dengan Diabetes Melitus sangat dianjurkan.
2.1.4 Klasifikasi
Klasifikasi DM yang dianjurkan oleh PERKENI (2006) adalah
yang sesuai

dengan

klasifikasi DM oleh American Diabetes

Assosiation (ADA 2006)


2.1.4.1 DM tipe I (destruksi sel beta biasanya menjurus ke defisiensi
insulin absolut): Autoimun, Idiopatik
Diabetes tipe ini hanya disebabkan oleh rusaknya sel-sel
pada pankreas karena infeksi virus dan sebagainya, sehingga
kelenjar ini hanya dapat menghasilkan sedikit sekali insulin

atau tidak ada sama sekali. Diabetes tipe ini termasuk tipe
keturunan dan biasanya diderita sejak masih kanak-kanak,
mereka bergantung sepenuhnya kepada suntikan insulin.
2.1.4.2 DM tipe II (biasanya berawal dari resistensi insulin yang
predominan dengan defisiensi insulin relatif menuju ke defek
sekresi insulin yang predominan dengan resistensi insulin).
Diabetes tipe ini memiliki sel-sel pankreasnya yang masih
utuh tetapi tidak dapat menghasilkan insulin dalam jumlah
yang dibutuhkan, lagi pula insulin yang hanya sedikit ini tidak
secepatnya tersalurkan/dialirkan ke dalam peredaran darah,
berkat diet yang tepat, olah raga teratur, dan tablet insulin,
penyakit ini bisa ditanggulangi.
2.1.4.3 DM tipe spesifik lain:
Diabetes tipe ini, penderita memiliki pankreas yang masih
berfungsi menghasilkan insulin, tetapi insulin ini tidak
berfungsi secara efisien. Hal ini disebabkan terlalu banyak
lemak di dalam tubuh, jenis diabetes ini sangat umum pada
mereka yang menderita kegemukan (obesitas).
1; Defek genetik fungsi sel beta
a; Maturiti Onset of The Young (MODY) 1.2.3.4.5.6
(yang terbanyak MODY 3)
b; DNA mitokondria
c; dan lain-lain

2; Defek genetik kerja insulin


3; Penyakit eksokin pankreas
a; Pankreatitis
b; Tumor pankreatomi
c; Pankreatopati fibrokalkulus
d; dan lain-lain
4; Endokrinopati
a; Akromegali
b; Sindrom cushing
c; Feokromositoma
d; Hipertiroidisme
e; dan lain-lain
5; Karena obat/zat kimia
a; Vacor, pentamidin, asam nikotinat
b; Glukokortiroid, hormon tiroid
c; Tiazid, dilantin, interferon alfa dan lain-lain
6; Infeksi
Rubella kongenital, Cytomegalovirus(CMV)
7; Sebab imunologi yang jarang
a; Antibodi anti insulin
b; Lain-lain
8; Sindrom genetik yang lain berkaitan dengan DM
a; Sindrom down, sindrom klinefleter, sindrom turner dan

lain-lain.
2.1.5 Tanda dan Gejala
2.1.5.1 Gejala
1; Gejala Akut
Gejala pada klien Diabetes yang satu dengan yang lain
tidaklah selalu sama, gejala-gejala umumnya timbul
dengan tidak mengurangi kemungkinan adanya variasi
gejala yang lain, dan bahkan ada penderita Diabetes yang
tidak menunjukkan gejala apapun sampai pada suatu saat
tertentu.
Pada permulaan gejala yang timbul meliputi tiga P
yaitu:
a; Polifagia/ banyak makan
Sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih,
penderita mengalami penurunan berat badan, untuk
mengkompensasikan

hal

ini

penderita

sering

merasakan lapar yang luar biasa sehingga banyak


makan.
b; Polidipsia/ banyak minum
Akibat poliuri maka penderita merasakan haus yang
berlebihan sehingga banyak minum.
c; Poliuria/banyak kencing
Gejala awal berhubungan dengan efek langsung

dari kadar gula darah yang tinggi. Jika kadar gula


darah sampai di atas 160-180 mg/dl, maka glukosa
akan sampai ke air kemih, jika kadarnya lebih tinggi,
ginjal

akan

membuang

urin

tambahan

untuk

mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang,


karena ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah
yang berlebihan, maka sering berkemih dalam jumlah
yang banyak.
d; Berat badan menurun meskipun banyak makan dan
minum
e; Sering merasa lelah dan mengantuk
f; Mudah timbul bisul dan lama sembuhnya
g; Gatal-gatal terutama pada bagian luar alat kelamin
h; Nyeri otot
i; Menurunnya gairah seksual
j; Penglihatan kabur, sering ganti ukuran kaca.
Dalam keadaan ini penderita biasanya menunjukkan
peningkatan berat badan yang terus naik (gemuk),
karena pada saat ini kebutuhan insulin masih
mencukupi, dan bila keadaan tersebut tidak lekas
diobati maka lama kelamaan mulai terjadi kemunduran
kerja insulin, kemudian tidak terjadi 3P lagi melainkan
2P saja yaitu nafsu makan mulai berkurang, banyak

minum atau polidipsi, banyak kencing atau poliuria,


mudah lelah, berat badan turun dengan cepat yaitu
turun sampai 5-10 kg dalam 2-4 minggu, dan bila tidak
cepat diobati maka dapat timbul rasa mual bahkan
penderita dapat tidak sadarkan diri akibat peningkatan
kadar glukosa yang sangat tinggi, biasanya 600 mg %
yang disebut dengan Koma Diabetika.

2; Gejala kronik
Kadang-kadang penderita Diabetes Melitus tidak
menunjukkan adanya gejala akut atau mendadak, tetapi
penderita

tersebut

tidak

menunjukkan

gejala-gejala

sesudah beberapa bulan atau beberapa tahun mengidap


penyakit Diabetes Melitus, yang biasa disebut gejala
kronis menahun, dan gejala kronis yang sering timbul
adalah: Kesemutan, rasa panas di kulit, rasa tebal di kulit,
kram, capai, ngantuk, mata kabur yang berubah-ubah,
gatal di sekitar kemaluan terutama pada wanita, gigi
mudah goyah dan lepas, kemampuan seksual menurun,
sering pada ibu hamil mengalami keguguran, atau
melahirkan bayi mati. (Dr. H. Askandar Tjokroprawiro,

1996, Buku Diabetes Melitus )


2.1.5.2 Tanda
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan :
1; Test urin reduksi dan sedimen positif.
2; Kadar gula darah puasa lebih dari 120 mg/dl.
3; Glukosa darah 2 jam post puasa lebih dari 200 mg/dl.

2.1.6 Komplikasi Diabetes Melitus


Komplikasi

Diabetes

Melitus

merupakan

faktor

yang

membahayakan jiwa penderita, dengan adanya insulin komplikasi akut


dapat dicegah, akan tetapi harapan hidup penderita yang lebih panjang
sulit dihindarkan terjadinya komplikasi kronik.
2.1.6.1 Komplikasi Metabolik Akut
Selain hipoglikemia klien rentan terhadap dua penyakit
metabolik nonketotik, yaitu ketoasidosis diabetik merupakan
komplikasi IDDM (Independent Insulin Diabetes Melitus)
sedangkan koma hiperosmoler nonketotik biasanya terjadi
pada NIDDM (Non Independent Insulin Diabetes Melitus)
dan jarang terjadi, kecuali terjadi pada NIIDM sejati. Reaksi
Hipoglikemia yaitu gejala yang timbul akibat tubuh

kekurangan gula yaitu rasa lapar, gemetar, keringat dingin,


koma diabetika yaitu kadar glukosa melebihi 600 mg%.
Gejala: nafsu makan menurun, haus, banyak minum, banyak
kencing, sering biasanya disertai panas karena infeksi.
2.1.6.2 Komplikasi Metabolik Kronik
1; Kelainan sirkulasi

: Hipertensi, IMA, Isufisiensi koroner


dan

2; Kelainan mata

lain-lain.

: Retinopati Diabetika, katarak, dan


lain-lain

3; Kelainan syaraf

CVD,

Neuropati

Diabetika

merupakan gangguan metabolisme


syaraf sebagai akibat terjadinya
hiperglikemia kronis, yang secara
umum diyakini bahwa terdapat dua
kelompok gangguan patologis yang
sangat penting pada patogenesis
neuropati.
4; Kelainan Pernafasan: TBC dan lain-lain
5; Kelainan ginjal

: Pielonefritis, glomerulonekrosis dan


lain-lain.

6; Kelainan kulit/ekstrimitas: ganggren, furunkel, karbunkel,

dan Ulkus kaki


Ulkus kaki adalah berkembangnya ulkus pada kaki dan
tungkai bawah, ulkus terutama terjadi karena distribusi
tekanan abnormal sekunder karena neuropati diabetik.
7; Hati

: Sirosis Hepatis

8; Asidosis
(Kapita Selekta kedokteran)

2.1.7 Penatalaksanaan Medis


Penatalaksanaan Diabetes Melitus berupa serangkaian aturan yang
ketat yang harus dilakukan, dimana terdapat empat konsep dasar pada
pengobatan Diabetes Melitus:
2.1.7.1 Diet Diabetes Melitus
Berbeda dengan diet Diabetes di negara barat yang
biasanya mengandung karbohidrat sekitar 40%-50%, lemak
30-35%, protein 20-25%.
Di Indonesia diet disesuaikan dengan keadaan klien,
dimana jumlah kalori diperhitungkan sebagai berikut:
Berat badan ideal = (TB cm - 100) kg-10 % pada waktu
istirahat, dan diperlukan 25 kal/kg BB ideal.
Kemudian diperhitungkan pula :

1; Aktivitas: kerja ringan ditambah 10-20%, kerja sedang


ditambah 30%, kerja berat ditambah dengan 50%, dan
kerja berat sekali misalnya buruh kasar ditambah 75%.
2; Berat badan sebenarnya : gemuk dikurangi 20-30%,
kurus ditambah 20-30%
3; Stres (infeksi, operasi) : ditambah dengan 20-30%,
karbohidrat diberikan sesuai dengan menu orang
Indonesia rata-rata sehingga bisa lebih murah yaitu: 6070% dari kalori lebih baik diberikan karbohidrat berupa
tepung daripada bentuk gula, karena gula terlalu cepat
diserap sehingga dapat menyebabkan perubahan cepat
dalam sistem di tubuh, sedangkan tepung dicerna dulu
baru diserap perlahan-lahan.
4; Protein harus cukup yaitu sedikitnya 1 gr/kgBB untuk
orang dewasa dan 2-3 gr/kgBB untuk anak-anak.
5; Lemak sebaiknya dikurangi terutama yang banyak
mengandung lemak jenuh dan kolesterol, yang baik
adalah lemak jenuh yang terkandung dalam jenis
makanan seperti: lemak hewan, kuning telur, coklat,
kream, sedangkan yang banyak mengandung lemak tidak
jenuh: minyak jagung, minyak kapas dan minyak bunga
matahari.
2.1.7.2 Latihan Fisik atau Olah Raga

Sudah

lama

menimbulkan

diketahui

penurunan

bahwa

kadar

olah

raga

dapat

glukosa

darah

yang

disebabkan oleh karena peningkatan penggunaan glukosa


dalam pembuluh darah perifer, hal ini berlaku pada orang
normal maupun pada penderita Diabetes Melitus ringan.
Tetapi jika kadar glukosa darah tinggi yaitu 32 mg% atau
lebih dan apabila ada ketosis, olahraga sebaliknya akan
menyebabkan keadaan menjadi semakin parah, gula darah
dan ketonemia akan semakin meninggi, karena ketogenesis
yang terjadi selama olah raga itu berlangsung dan terus
sekalipun olah raga itu sudah selesai, sehingga hal tersebut
dapat menyebabkan terjadinya ketosis pasca olah raga.
Sebenarnya hal tersebut tidak terjadi jika sebelum olah raga
diberikan reguler insulin subcutan 1/3 dosis harian 1 jam
sebelum olah raga dimulai yang akan menyebabkan kadar
glukosa dalam darah akan turun waktu olah raga. Wahren dkk
(Kapita Selekta Kedokteran)
2.1.7.3 Pendidikan Kesehatan
Penyuluhan kesehatan pada klien Diabetes Melitus dapat
dilakukan dengan beberapa cara atau melalui beberapa media
misalnya: TV, kaset video, diskusi kelompok, poster, leaflet
dan lain sebagainya, penyuluhan kesehatan ini sangat penting
agar regulasi Diabetes Melitus mudah tercapai, dan

komplikasi Diabetes Melitus dapat dicegah peningkatan


jumlah dan frekwensinya. Adapun beberapa hal yang perlu
dijelaskan pada penderita Diabetes Melitus adalah:
1; Apakah penyakit Diabetes Melitus itu ?
2; Cara diit yang benar
3; Latihan ringan, sedang, teratur, setiap hari tidak boleh
latihan yang berat seperti berenang dan lain-lain
4; Menjaga kebersihan bagian bawah (daerah tungkai,
ujung kaki)

5; Tidak boleh menahan kencing (karena retensi urin dapat


memudahkan infeksi saluran kemih)
6; Komplikasi-komplikasi lain yang dapat timbul
2.1.7.4 Obat Hipoglikemik/Anti Diabetes (OAD dan Insulin)
Obat Hipoglikemik: Tablet OAD (obat anti Diabetes)
OAD sejak tahun 1953 telah dicoba khasiatnya selama 20
tahun untuk menurunkan kadar glukosa dalam darah, dan
akhirnya pada tahun 1954 mulai dicoba oleh Frangke dan
Fusch pada manusia yang menderita Diabetes Melitus.
Mekanisme kerja OAD (Sulfonilurae dan Biguanide) cara
kerja yang tepat dari OAD masih kontroversial, tetapi penulis
mencoba merangkum berdasarkan hasil sensitivitas insulin,
dengan demikian maka haruslah dipahami betul mekanisme

kerja insulin di daerah prereseptor, reseptor dan pasca


reseptor, dimana yang prereseptor dapat dibedakan jenis
pankreatik dan ekstra pankreatik.
Cara kerja Sulfonilurea
1; Merangsang sel beta pankreas untuk menghasilkan
insulin.
2; Menghalangi peningkatan insulin.
3; Mempertinggi kepekaan jaringan terhadap insulin.
4; Menekan pengeluaran glukagon.
Contohnnya: tolbutamid, gliclazid
Cara kerja Biguanid:
1; Meningkatkan uptake glukosa oleh jaringan perifer
sehingga dapat bekerja walaupun pankreas rusak.
2; Menurunnya glukogenesis dalam hati dan ginjal.
3; Tidak bekerja hipoglikemik pada orang non diabetes.
4; Menghalangi proses lipogenesis (pembentukan lemak).
5; Menurunkan

kadar

kolesterol

dalam

darah

dan

menyebabkan berat badan menurun.


Sedangkan obat suntik berdasarkan cara kerjanya
dibedakan menjadi tiga yaitu :
1; Insulin kerja cepat, contohnya reguler insulin.
2; Insulin kerja sedang.
3; Insulin kerja lambat contohnya Protamizid Zing Insulin

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


Dalam pelaksanaan tugasnya seorang perawat harus berpedoman pada
proses keperawatan yaitu metode pemberian asuhan keperawatan yang logis,
sistematis, dramatis, teratur yang mempunyai tahap-tahap yaitu: pengkajian
keperawatan, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, pelaksanaan, dan
evaluasi.
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dalam proses keperawatan secara
keseluruhan, tahapan pengkajian terdiri atas pengumpulan data,
analisa data dan perumusan diagnosa keperawatan, yang meliputi:
2.2.1.1 Data Biografi
Identitas klien : Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, alamat,
tanggal masuk Rumah Sakit, nomor Rekam Medik, diagnosa
medis dan sumber biaya, penanggung jawab.
2.2.1.2 Keluhan Utama
Pada keluhan utama ditanyakan adalah keluhan atau
gejala apa yang manyebabkan klien datang berobat, yang
akan muncul saat awal dilakukan pengkajian pertama kali,
Biasanya pada kasus Diabetes Melitus, klien datang ke rumah
sakit setelah terjadi komplikasi, sehingga keluhan utamanya
seperti tidak ada nafsu makan, kuat minum dan kuat kencing,
badan lemas, luka yang tidak sembuh-sembuh, kesemutan.

2.2.1.3 Riwayat penyakit sekarang


Riwayat mengenai penyakit saat ini, yang dimulai dari
akhir masa sehat yang ditulis secara kronologis sesuai urutan
waktu, dicatat perkembangan dan perjalanan penyakitnya,
keluhan utama, dan gejala yang muncul seperti polifagia,
polidipsia, poliuria umumnya dialami oleh penderita Diabetes
Melitus, tetapi hal itu jarang diperhatikan sehingga klien
yang diopname di rumah sakit biasanya yang sudah
mengalami komplikasi TBC, Gangren, dan lain-lain, dan
keluhan utamanya biasanya keluhan yang lanjut dari Diabetes
Melitus seperti tidak ada nafsu makan, kuat minum dan
kencing, badan lemas, luka tidak sembuh-sembuh dan lainlain. Riwayat penyakit keluarga sering ditemukan pada
penderita Diabetes Melitus dan ada riwayat melahirkan bayi
besar dengan BBL > 400 gr juga merupakan salah satu faktor
pencetus.
2.2.1.4 Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit dahulu mencakup anamnesis tentang
penyakit sistem cardiovaskular, sistem pernafasan, sistem
pencernaan, kulit, adanya penyakit infeksi dll, yang dicatat
adalah keterangan terperinci mengenai semua penyakit dan
komplikasi yang pernah dialami, dan sedemikian mungkin
dicatat menurut urutan waktu.

2.2.1.5 Riwayat penyakit keluarga


Pada pengumpulan data tentang riwayat penyakit keluarga
adalah bagaimana riwayat kesehatan dan keperawatan yang
dimiliki pada salah satu anggota keluarga, pada klien dengan
Diabetes Melitus ditanyakan apakah ada keluarga yang
menderita penyakit yang sama dengan klien, penyakit kronis
atau penyakit degeneratif lainnya, serta upaya apa yang
dilakukan jika mengalami sakit.

2.2.1.6 Riwayat

Bio-Psiko-Sosial-Spiritual,

menurut

Virginia

Handerson
1; Pola Pernafasan
Pada pola pernafasan diperhatikan adalah frekwensi
pernafasan, gerakan dinding dada, pernafasan cuping
hidung, apakah klien merasa sesak, pada klien dengan
Diabetes Melitus biasanya tidak mengalami gangguan
pada sistem pernafasan.
2; Pola Nutrisi
Pada pola nutrisi yang ditanyakan adalah diet khusus,
suplement yang dikonsumsi, instruksi diet sebelumnya,
nafsu makan, jumlah cairan dan makanan yang masuk
perhari, ada tidaknya mual, muntah, kesulitan menelan,

penggunaan gigi palsu, riwayat penyembuhan kulit, ada


tidaknya masalah dalam status gizi dll, pada klien dengan
Diabetes Melitus mengalami gangguan atau perubahan
dalam memenuhi kebutuhan nutrisi. Klien mengalami
peningkatan nafsu makan, klien sering merasa lapar dan
haus, sehingga klien menjadi banyak makan dan banyak
minum.

3; Eliminasi
Pada pola ini yang perlu ditanyakan adalah jumlah
kebiasaan defekasi perhari, ada tidaknya konstipasi,
diarhea, inkontinensia, kebiasaan berkemih, ada/tidaknya
disuria, nocturia, urgensi, hematuri, retensi, inkontinentia,
ada/tidaknya terpasang kateter, Pada klien dengan
Diabetes Melitus mengalami gangguan dalam BAK,
karena efek peningkatan asupan cairan melalui Diit yang
juga berhubungan dengan efek peningkatan kadar gula
dalam darah, sehingga ginjal akan menghasilkan urin
dalam jumlah berlebih,yang menjadikan klien menjadi
sering BAK.
4; Gerak dan Keseimbangan Tubuh

Pada Aktivitas dibatasi untuk bergerak dan harus tirah


baring untuk mengurangi nyeri, klien dengan Diabetes
Melitus klien akan mengalami gangguan gerak atau
aktivitasnya dapat diakibatkan karena kelemahan, atau
akibat salah satu bagian ekstrimitasnya mengalami
gangguan, misalnya kelemahan otot, atau adanya luka
Ulkus atau gangren.
5; Istirahat Tidur
Pengkajian pola istirahat tidur ini yang ditanyakan
adalah jumlah jam tidur pada malam hari, pagi, siang,
merasa tenang setelah tidur, masalah selama tidur, adanya
terbangun dini, insomnia atau mimpi buruk. Pada klien
dengan Diabetes Melitus kien biasanya mengalami
kesulitan dalam istirahat dan tidurnya karena merasa
lapar, haus, atau ingin berkemih.
6; Kebutuhan berpakaian
Tidak

mengalami

gangguan

dalam

memenuhi

kebutuhan berpakain.
7; Mempertahankan temperatur tubuh dan sirkulasi
Pada klien dengan Diabetes Melitus tidak terjadi
gangguan dalam hal temperatur atau sirkulasi.
8; Hygiene
Pada pengumpulan data, klien tidak mengalami

hambatan untuk melakukan (menjaga) kebersihan dirinya,


kemungkinan

klien

mengalami

hambatan

dalam

pemenuhan personal hygienenya, pada klien Diabetes


Melitus dengan luka gangren

mengalami gangguan

dalam

berhubungan

hygienenya,

hal

itu

dengan

kebersihan dan bau yang ditimbulkan oleh luka gangren


tersebut.
9; Keamanan dan kenyamanan
Pada pengumpulan data akan ditemukan gangguan
rasa aman dan nyaman karna rasa nyeri akan timbul saat
klien melakukan aktivitas yang berat, dalam kebutuhan
keamanan ini perlu ditanyakan apakah klien tetap merasa
aman dan terlindungi oleh keluarganya.
10; Status sosial
Bagaimana hubungan klien dengan keluarga, tetangga
maupun orang lain, serta begaimana klien berinteraksi
dengan lingkungannya.
11; Spiritual
Yang perlu diperhatikan adakah perubahan saat klien
masih sehat dengan saat kilen sakit, biasanya tidak
mengalami hambatan dalam melakukan ibadah, pada
keadaan spiritual ini perlu diketahui tentang agama yang
dianut klien apakah tetap melakukan ajaran agama yang

dianutnya atau terganggu karena penyakit yang dialami.


12; Aktivitas
Pada pengumpulan data ini yang perlu ditanyakan
adalah pola aktivitas klien mengalami gangguan, karena
pada klien Diabetes Melitus aktivitasnya terganggu
karena kebiasaan sehari tidak dapat dilakukan atau tidak
dapat terpenuhi dengan baik jika keadaan umumnya
sudah memburuk.

13; Kebutuhan bermain dan rekreasi


Pada pengumpulan data hal yang perlu diperhatikan
adalah hal-hal apa saja yang membuat klien merasa
tenang, biasanya klien tidak bisa memenuhi kebutuhan
bermain dan rekreasi karena harus istirahat yang cukup,
pada klien dengan Diabetes Melitus tidak dapat
memenuhi kebutuhan, bermain dan rekreasi karena dalam
kondisi lemah
14; Kebutuhan Bekerja
Klien dengan Diabetes Melitus mengalami gangguan
dalam bekerja jika keadaan umumnya sudah lemah dan
buruk, disertai dengan komplikasi.
(kombinasi: Alimul, A. 2004. Doenges, Marillyn, 2000)

2.2.1.7 Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan Umum :
Data Biologis : Biasanya klien dengan gejala awal akan
mengeluh kuat makan, kuat minum, kuat kencing, dan jika
telat berobat maka keluhan klien menjadi nafsu makan
menurun bahkan hilang, kesemutan, mata kabur, luka yang
sulit sembuh, gatal-gatal, porsi makan yang tidak habis,
pusing bila duduk lama, mengeluh cepat lapar dan cepat
kenyang, ADL dibantu.

Data

Psikologis

kebingungan,

sering

ketakutan,
bertanya

stress,

tentang

kecemasan,

penyakit

dan

kesembuhan lukanya, mengeluh tidak bisa tidur, tatapan mata


kosong, tegang.
1; Pemeriksaan Fisik
Metode yang dapat digunakan untuk pemeriksaan
fisik, yaitu inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi, meliputi
pengkajian keadaan umum dan status generalis (Head to
toe)
a; Inspeksi: sering dijumpai status dehidrasi, gelisah,
keringat dingin, katarak, bintik-bintik coklat pada
tulang kering, meringis, gugup, ngantuk, gemetar.
b; Palpasi: nadi cepat, terdapat pembesaran hati, bila

disertai neuropatik maka akan ada sensasi terhadap


jarum, rasa getar serta reflek pergerakan kaki akan
hilang.
c; Auskultasi: diketahui adanya gagal jantung, radang
paru-paru, hipertensi atau hipotensi.
2; Pemeriksaan Penunjang
a; Pemeriksaan Darah
Glukosa Darah Puasa (GDP)

: Diatas 120 mg / dl

Glukosa Darah 2 Jam PP

: Diatas 200 mg / dl

Glukosa Darah Acak

: Diatas 200 mg / dl

b; Urin
Pemeriksaan reduksi biasanya 3 kali sehari
dilakukan 30 menit sebelum makan, dapat juga 4 kali
sehari, tetapi lebih lazim dilakukan 3 kali sehari
sebelum makan. Urin reduksi normal warna biru, bila
terdapat glukosa dalam urin :
Warna hijau

Warna kuning

++

Warna merah

+++

Warna merah bata / coklat

++++

Usia > 65 thn (proses penuaan dan defek


genetik)
Obesitas
Hipertensi

Faktor lingkungan (Virus)

- imunologi (autoimun)

Merusak sel beta pangkreas

Produktif
insulin
tidak seimbang
dengan
jumlah glukosa dalam darah
Perubahan reseptor hormon insulin,
Kerusakan
memberan
sel dan reaksi
intrasel

Kegagalan produksi insulin

WOC : Wab Of Caution


Resistensi insulin

Insulin menjadi tidak efektif


Peningkatan glukosa dalam darah

Jumlah insulin yang diproduksi


Peningkatan glukosa darah yang kronik

Peningkatan osmolaritas oleh karena glukosa

Sel beta gagal membagi kebutuhan insulin


Mempercepat terjadinya Arteriosklerosis

Penurunan sensitifitas
panas, dingin,
Neuropati
Penurunan
aliran darah ketungkai (makroDiabetes
angiopati)

Polidipsi
Poliphagi

ketidak seimbangan Diit dengan terapi insulin

Hipoglikemia/ Hiperglikemia
Ischemia
Resiko kerusakan integritas kulit
Penurunan fungsi imunitas
jaringan

Kekakuan/ kelemahan exstrimitas


Perubahan kartilago dalam persendian
Mual, muntah, Nafsu makan berkurang

Luka

Resiko tinggi infeksi

Gangren
Gangguan Body imageIntoleransi Aktifitas

Nurisi kurang dari kebutuhan tubuh

Skema 2.1 Web Of Caution


2.2.1.8 Analisa Data
Tabel 2.1 analisa data
SYMPTOM
ETIOLOGI
D/S: Klien mengeluh kesakitan Pelebaran luka ganggren
D/O: ada luka gangren, klien
mengenai saraf tepi
tampak meringis.
D/S: Klien mengeluh merasa gatalTingginya kadar
pada daerah sekitar luka
glukosa/gula dalam darah
D/O: ada luka gangren, kulit
menyebabkan aliran darah
sekitar luka tampak kemerahan. terganggu sehingga dapat
merusak jaringan

PROBLEM
Gangguan rasa
nyaman/nyeri
Gangguan
integritas kulit

D/S:klien mengeluh gatal, terasa Tingginya kadar glukosa Risiko Tinggi


panas dan kulit menegang
dalam darah , menyebabkanInfeksi
disekitar daerah luka
aliran darah terganggu,
D/O:Didaerah sekitar luka tampak sehingga dapat merusak
kemerahan
jaringan kulit
Didaerah sekitar luka tampak
bengkak
Ada nyeri tekan di daerah sekitar
luka
D/S: Klien sering bertanya
Perubahan status
Kecemasan
tentang penyakit dan kesembuhan kesehatan, ketidaktahuan
lukanya.
klien tentang penyakitnya

Klien mengeluh tidak bisa tidur


D/O: klien tampak gelisah, muka
tampak tegang, tatapan mata
kosong
D/S: klien mengatakan badannya Luka gangren dan
terasa lemas,
ketidakseimbangan antara
Klien mengeluh pusing bila lama kegiatan, diit dan terapi
duduk
insulin.
D/O: klien tampak gugup,
gemetar, ngantuk, adanya luka
pada ekstrimitas, pemenuhan
kebutuhan sehari-hari (ADL)
dibantu
D/S: klien mengeluh cepat lapar Pemberian obat anti
dan cepat kenyang
Diabetika oral (OAD) dan
D/O: peningkatan atau penurunan terapi insulin
kadar gula/glukosa darah
Porsi makanan ynag disediakan
tidak mampu dihabiskan.
2.2.2 Perumusan Diagnosa Keperawatan

Keterbatasan
aktivitas

Terjadinya
Hiperglikemia/
Hipoglikemia.

Berdasarkan atas analisa data di atas dapat dirumuskan beberapa


diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas masalah keperawatan
(Hirarki Abraham Maslow) yaitu:
2.2.2.1 Gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan dengan luka
gangren yang melebar sehingga mengenai syaraf tepi ditandai
dengan klien mengeluh kesakitan, tampak meringis, ada luka
gangren.
2.2.2.2 Gangguan integritas kulit sehubungan dengan terganggunya
sirkulasi darah ditandai dengan klien mengeluh gatal-gatal,
adanya luka gangren.
2.2.2.3 Risiko tinggi infeksi sehubungan dengan tingginya kadar
glukosa dalam darah, menyebabkan aliran darah terganggu,
sehingga dapat merusak jaringan kulit seperti gangren.

2.2.2.4 Keterbatasan aktivitas sehubungan dengan adanya luka


gangren, dan ketidakseimbangan antara diit dengan terapi
insulin, ditandai dengan klien mengatakan badannya lemas,
luka pada ekstimitas, klien tampak gugup, gemetar,
pemenuhan kebutuhan sehari-hari (ADL) dibantu.
2.2.2.5 Kecemasan sehubungan dengan perubahan status kesehatan,
ketidaktahuan

klien

tentang

penyakitnya

dan

luka

komplikasinya ditandai dengan klien mengatakan sulit tidur,


sering bertanya tentang penyakitnya, dan kesembuhan
lukanya, klien tampak tegang, dan gelisah, tatapan mata
kosong.
2.2.2.6 Terjadinya Hipoglikemia/Hiperglilkemia sehubungan dengan
pemberian obat anti Diabetika dan terapi insulin ditandai
dengan terjadinya peningkatan/penurunan kadar glukosa/gula
darah, mengeluh cepat lapar dan cepat kenyang, tidak mampu
menghabiskan porsi makan yang disediakan.
2.2.3 Rencana Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah suatu penyusunan rencana
tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi
masalah kesehatan sesuai dengan diagnosa keperawatan yang timbul
atau telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien.
Adapun rencana keperawatan sesuai dengan Diagnosa keperawatan
di atas yaitu :

2.2.3.1 Diagnosa 1: Gangguan nyaman nyeri sehubungan dengan


gangren yang melebar, mengenai saraf tepi, ditandai dengan
klien mengeluh kesakitan, klien tampak meringis, ada luka
gangren.
Tujuan keperawatan

Setelah diberikan perawatan selama 3 hari (3x24 jam)


nyeri dapat berkurang dan akhirnya hilang.

Kriteria hasil:
Klien tidak mengeluh kesakitan, tidak meringis, keadaan
luka membaik.
Rencana tindakan:
1; Kaji kualitas dan intensitas nyeri
R/: dengan mengetahui kualitas dan kuantitas nyeri
dapat

disesuaikan

dengan

terapi

pengobatan

dan

perawatan yang diberikan.


2; Anjurkan klien untuk mengatur posisi tubuhnya agar luka
tidak tertekan
R/: posisi tidur diatur agar tidak menekan luka karena
penekanan pada luka dapat menghambat vaskulerisasi
jaringan dan dapat meningkatkan rasa nyeri.
3; Jaga kesterilan alat dan teknik steril dalam mengobati

luka.
R/: jika alat dan penanganan luka dilakukan secara
steril dapat mempercepat proses kesembuhan luka
sehingga nyeri akan menghilang.
4; Konsultasi pada dokter jika nyeri tidak bisa hilang.
R/:

dengan

konsultasi

dengan

dokter

akan

memberikan manfaat dalam pemberian terapi pengobatan


dan perawatan selanjutnya.

5; Tehnik pembalutan luka yang tidak terlalu ketat


R/: Tehnik pembalutan luka yang terlalu ketat akan
menekan luka dan dapat meningkatkan nyeri.
2.2.3.2 Diagnosa 2: Gangguan integritas kulit sehubungan dengan
terganggunya sirkulasi darah sehingga merusak jaringan
ditandai dengan klien mengeluh gatal-gatal ada luka.
Tujuan keperawatan:
Setelah memberikan perawatan selama 3 hari (3x 24 jam),
luka membaik dan integritas kulit baik
Kriteri Hasil:
Klien tidak lagi mengeluh kulitnya gatal-gatal, integritas
kulit terjaga, luka membaik.
Rencana tindakan:
1; Beri penjelasan kepada klien tentang proses penyembuhan

lukanya yang lama


R/: dengan memberikan penjelasan tentang proses
penyembuhan lukanya, disamping untuk persiapan mental
juga agar klien lebih berpartisipasi dalam mempercepat
proses penyembuhan lukanya.
2; Pertahankan prinsip steril dalam perawatan luka
R/: Prinsip perawatan luka steril akan mencegah
terjadinya infeksi kuman.

3; Rawat luka 2 x sehari


R/: Merawat luka 2 kali sehari akan mempercepat
proses

penyembuhan

luka,

sehingga

bisa

tampak

perkembangan keadaan lukanya.


4; Kolaborasi dengan dokter dalam program pengobatan.
R/: Kolaborasi dengan dokter sangat diperlukan agar
dapat saling menunjang dalam penanganan keadaan luka
klien.
5; Beri obat antidiabetika sesuai program pengobatan
R/: Pemberian obat antidiabetika dapat mencegah
terjadinya infeksi berlanjut.
2.2.3.3

Diagnosa 3 : Risiko tinggi infeksi sehubungan dengan


tingginya kadar glukosa dalam darah , menyebabkan aliran
darah terganggu, sehingga dapat merusak jaringan kulit

seperti gangren ditandai dengan Klien mengeluh gatal, terasa


panas dan kulit menegang disekitar daerah luka, Didaerah
sekitar luka tampak kemerahan, didaerah sekitar luka tampak
bengkak, ada nyeri tekan di daerah sekitar luka
Tujan keperawatan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 hari (3 x
24 jam ), tidak terjadi penyebaran infeksi

Kriteria

Tidak ada tanda- tanda terjadinya infeksi.


Rencana Tindakan :
1; Observasi tanda- tanda infeksi
R/: Deteksi dini untuk penanganan lebih dini
2; Lakukan cuci tangan sebelum dan setelah melakukan
tindakan perawatan
R/: Mencegah terjadinya infeksi silang
3; Pertahankan tehnik aseptik pada prosedur infasif
R/ :Mencegah terjadinya infeksi
4; Beri perawatan pada kulit dengan mesagge pada daerah
tulang yang tertekan
R/: Sirkulasi perifer dapat terganggu sehingga dapat
menyebabkan Risiko terjadinya kerusakan pada kulit

5; Jaga agar kulit tetap kering, seprai kering dan tetap


kencang
R/:Iritasi pada kulit dapat mningkatkan Risiko
terjadinya infeksi
6; Pertahankan tehnik aseptik pada prosedur infasif
R/ :Penanganan awal dapat mencegah terjadinya
sepsis

2.2.3.4 Diagnosa 4: Keterbatasan aktivitas sehubungan dengan


adanya luka gangren dan ketidakseimbangan antara diit dan
terapi insulin ditandai dengan klien mengatakan badannya
lemas, pusing, ngantuk, luka pada ekstrimitas, gugup,
gemetar, ADL dibantu.
Tujuan keperawatan:
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 7 hari (7 x
24 jam) klien dapat melakukan aktivitas ringan.
Kriteri hasil:
Klien bisa makan, melap tubuhnya sendiri, lemas, pusing,
ngantuk, gugup, gemetar, luka membaik.
Rencana tindakan:
1; Beri penjelasan mengenai prosedur meminta bantuan jika
klien membutuhkan bantuan.

R/: Prosedur meminta bantuan yang dijelaskan kepada


klien, agar klien tidak memaksakan dirinya melakukan
aktivitas yang belum mampu dilaksanakan.
2; Jelaskan pada keluarga untuk membantu klien bila tidak
bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti BAK, BAK,
makan, minum, dan mandi.
R/: Penjelasan kepada keluarga klien untuk membantu
klien jika belum bisa dilakukan klien, dengan tujuan agar
tidak memperburuk keadaan klien yang sudah lemah.
3; Beri bantuan kepada klien dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
R/:

Memberikan

bantuan

kepada

klien

dalam

memenuhi kebutuhan sehari-hari bagi perawat merupakan


salah satu cara untuk mengevaluasi tingkat perkembangan
klien.
4; Anjurkan klien untuk memenuhi kebutuhannya secara
bertahap
R/: Kegiatan-kegiatan yang dilakukan klien dapat
melatih pergerakan otot secara bertahap.
5; Motivasi klien untuk menghabiskan diit yang diberikan.
R/: Menghabiskan diit yang disediakan oleh rumah
sakit sangat penting untuk metabolisme tubuh, karena
gejala-gejala seperti lemas, gugup, gemetar, disamping

dipengaruhi oleh insulin juga dipengaruhi oleh pemasukan


nutrisi.
2.2.3.5 Diagnosa 5: Terjadinya Hipoglikemia atau Hiperglikemia
sehubungan dengan pemberian obat antidiabetika dan insulin
ditandai dengan porsi makan yang disediakan tidak habis,
peningkatan atau penurunan kadar gula darah, klien mengeluh
cepat lapar dan cepat kenyang.

Tujuan keperawatan:
Setelah diberikan tindakan perawatan selama 7 hari (7 x
24 jam) klien tidak mengalami hipoglikemia/hiperglikemia.

Kriteria Hasil:
Kadar gula darah stabil, sekitar angka normal, makanan
yang disediakan sesuai porsi rumah sakit dapat dihabiskan.
Rencana tindakan:
1; Beri penyuluhan tentang diit
R/: penyuluhan tentang diit bagi klien Diabetes
Melitus sangat penting sebab diet yang benar dapat
mencegah komplikasi hiperglikemia/hipoglikemia.
2; Observasi intake dan output
R/: Mencatat intake dan output untuk mengevaluasi

apakah kebutuhan klien dapat terpenuhi atau tidak.


3; Observasi keadaan umum dan tanda-tanda hipoglikemia/
hiperglikemia
R/: Dengan mengobservasi keadaan umum dan gejalagejala

hiperglikemia/hipoglikemia

perawat

dapat

mengetahui tingkat perkembangan klien sehingga bila ada


komplikasi cepat diketahui dan bisa diatasi.

4; Periksa gula darah setiap 3 hari sekali dan monitor reduksi


urin 3 kali sehari.
R/: Dengan melakukan pemeriksaan gula darah dan
urin secara teratur akan memberikan gambaran keadaan
klien selama dirawat serta mengetahui perkembangan
klien.
2.2.3.6 Diagnosa 6: Kecemasan sehubungan dengan perubahan status
kesehatan, ketidaktahuan klien tentang penyakitnya dan
proses penyembuhan lukanya ditandai dengan klien tampak
gelisah, tegang, tatapan mata koosong.
Tujuan keperawatan:
Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 7 hari (7
x 24 jam) diharapkan kecemasan klien dapat berkurang.
Kriteria hasil:

Klien dapat tidur nyenyak, klien dapat mengerti tentang


penjelasan yang diberikan, klien tampak santai dan tidak
gelisah lagi.
Rencana tindakan:
1) Kaji tingkat kecemasan klien
R/: Kecemasan dapat berawal dari ringan sampai
berat, dengan mengkaji tingkat kecemasan klien sehingga
dapat menentukan tindakan perawatan yang diberikan.

2) Beri penjelasan tentang penyebab terjadinya luka dan cara


penyembuhannya.
R/: Penjelasan mengenai penyakit dan luka yang
timbul dapat memberikan gambaran yang terarah pada
klien

sehingga

dapat

mengurangi

kecemasan

dan

meningkatkan partisipasi klien dalam pengobatan serta


tindakan perawatan.
3) Lakukan pendekatan tiap melakukan tindakan
R/: Pendekatan yang diberikan tiap melakukan
tindakan bertujuan agar klien lebih yakin atas tindakan
yang diberikan perawat.
4) Observasi rasa cemas klien sebelum dan setelah
melakukan tindakan.
R/: Mengobservasi rasa cemas klien bertujuan apakah

penjelasan dan tindakan yang telah diberikan mampu


mengurangi kecemasan sebelumnya.
5) Mendengarkan keluhan-keluhan klien .
R/: Dengan mendengarkan keluhan-keluhan klien
bertujuan untuk memulihkan rasa percaya diri klien pada
perawat dan menandakan bahwa perawat memperhatikan
klien.

2.2.4 Implementasi/Pelaksanaan
Pelaksanaan perawatan merupakan realisasi dari rencana tindakan
perawatan yang telah ditetapkan dengan maksud agar kebutuhan klien
terpenuhi secara optimal.
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan pada klien Diabetes Melitus adalah
meliputi:
2.2.5.1 Klien menerima diet yang diberikan.
2.2.5.2 Luka sembuh dan kulit yang lain tidak terkena infeksi.
2.2.5.3 Nyeri dan rasa sakit pada luka hilang
2.2.5.4 Klien tidak cemas lagi.
2.2.5.5 Bisa melakukan aktivitas seperti biasa.
2.2.5.6 Tidak

ada

hipoglikemi.

tanda-tanda

komplikasi

hiperglikemi

atau

BAB 3
TINJAUAN KASUS
4.1 PENGKAJIAN
Hari, tanggal MRS
Jam MRS
Hari, tanggal pengkajian
Jam Pengkajian
No Rekam Medik
Diagnosa
Puskesmas
4.11; Data Biografi

: Senin 23 juni 2011


: 11.00 Wita
: Selasa, 24 Juni 2011
: 16.00 Wita
: 887064
: Diabetes Melitus komplikasi gangren
: Kediri

4.1.1.1 Identitas Klien


Nama

: Ny S

Umur

: 45 thn

Jenis kelamin

: Perempuan

Suku/ bangsa

: Sasak/ Indonesia

Agama

: Islam

Pendidikan

: Tidak tamat SD

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Status perkawinan

: Kawin

Alamat

: Kediri , Lombok Barat

4.1.1.2 Identitas Penanggung jawab


Nama

:Tn S

Umur

:52 thn

Pekerjaan

:Swasta

Hubungan dengan klien

:Suami

Alamat

:Kediri, Lombok Barat

4.12; Riwayat Kesehatan


4.1.2.1 Keluhan Utama :
Saat masuk Rumah sakit : Luka dikaki yang tidak sembuhsembuh.
Saat Dikaji

: Nyeri pada daerah gangren

4.1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang


Klien datang ke PKM Kediri melalui IGD pada tanggal
23 juni 2011 pada pukul 11.00 wita, dengan keluhan ada luka
dibagian kaki, tepatnya di jari kaki telunjuk, jari manis, jari
kelingking pada kaki sebelah kiri Luka sudah ada kira- kira
sejak 1 bulan yang lalu, disertai dengan pengeluaran darah
dan nanah, klien mengeluh pengelihatan mata kabur, klien

mengeluh pusing, lemas, tidak bertenaga, tidak kuat duduk


lama apalagi berdiri, klien juga mengeluh kuat makan, kuat
minum dan pada malam hari bisa BAK > dari 5 kali.

4.1.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu


Klien mengatakan pada tahun 2001 pernah dirawat di
Rumah Sakit Umum Mataram karena sesak nafas, klien
dirawat diruang Bougenvil selama kurang lebih 3 minggu.
4.1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan dalam keluarganya ada saudara yang
menderita penyakit seperti dirinya yaitu Ny M, dan Tn R.
Genogram

Genogram 4.1 Keluarga NY S


Keterangan

:
:Perempuan
:Laki- Laki
:Perempuan yang sudah meninggal
:Laki- Laki yang sudah meninggal

:Klien yang menderita Diabetes Melituss


:Garis Pernikahan
:Garis Keturunan
:Garis Serumah
:Keluarga yang menderita DM
4.13; Riwayat Bio- Psiko- Sosial- Spiritual
4.1.3.1 Pola Pernafasan
Sebelum sakit

:Klien mengatakan sebelum sakit klien


tidak mengalami gangguan pada sistem
pernafasan, klien dapat bernafas dengan
normal, tanpa ada keluhan seperti sesak
nafas, tidak menderita nyeri dada, tidak
batuk, tidak pilek, frekwensi nafas 20 kali
permenit.

Saat Sakit

:Klien mengatakan masih dapat bernafas


dengan normal, tidak ada keluhan sesak
nafas, nyeri dada, tidak menderita pilek,
kadang- kadang batuk tapi tidak berdahak,
tidak

mengeluarkan

darah,

frekwensi

pernafasan 20 kali permenit.


4.1.3.2 Pola Nutrisi
Sebelum Sakit

:Klien mengatakan sebelum sakit klien


tidak mengalami gangguan dalam pola

makan, klien mengatakan biasa makan 3- 4


kali sehari dengan porsi sedang, dengan
lauk- pauk seadanya, klien mengatakan
kadang mengkonsumsi daging dan jeroan
serta ikan air laut, klien mengatakan
minum 10- 15 gelas (250 cc) perhari, jadi
klien minum air putih sekitar 2500- 3750
cc,
Saat sakit

:Klien mengatakan sejak sakit mengalami


gangguan dalam pola makannya, pola
makan klien tidak teratur, jadwal makan
klien 3 kali sehari, jam makan tidak tentu,
terkadang

klien

meminta

makanan

tambahan

dari

luar,

nafsu

makan

berkurang

dan

klien

hanya

mampu

menghabiskan porsi yang disediakan di


Rumah sakit, klien megeluh cepat kenyang,
namun terkadang klien mengeluh lapar dan
haus diluar jam makan, klien minum 8 10
gelas (2000-2500 cc), BB sekarang : 45 kg
4.1.3.3 Pola Eliminasi
Sebelum sakit

:Klien mengatakan sebelum sakit tidak ada


gangguan dalam pola eliminasi, klien biasa

BAB 1-2 kali sehari dengan konsistensi


padat, warna kuning kecoklatan, bau khas
faeses, BAK > dari 5 kali sehari, dan 6-7
kali pada malam hari, warna urin kuning
keruh, bau khas urin.
Saat sakit

:Klien mengatakan selama berada di


Rumah Sakit

klien tidak pernah BAB,

BAK pada siang hari 8 kali (400cc) dan 56 kali (350 cc) pada malam hari (24 juni
2008), dengan warna kuning keruh, bau
khas urin.
4.1.3.4 Pola Gerak dan Keseimbangan
Sebelum sakit

:Klien mengatakan sebelum sakit tidak


mengalami gangguan dalam bergerak dan
menjaga keseimbangan tubuhnya, klien
mengatakan
diatas

mampu

kakinya

berdiri

sendiri,

seimbang

klien

juga

mengatakan mampu bergerak bebas tanpa


hambatan dengan ke4 ekstrimitasnya.
Saat sakit

:Klien mengatakan setelah sakit kien


mengalami kesulitan dalam bergerak dan
menjaga keseimbangan tubuhnya, klien
tidak

mampu

berdiri

dengan

kedua

kakinya, karena sejak 1 bulan yang lalu ada


luka dijari kaki sebelah kiri (Os metatarsal
3,4,5), ke4 ekstrimitas lemas, kekuatan otot
menurun.

4.1.3.5 Pola Aktivitas


Sebelum sakit

:Klien mengatakan sebelum sakit tidak


mengalami gangguan dalam beraktivitas,
klien mampu menjalankan aktivitas seharihari

seperti

mencuci,

memasak,

membersihkan rumah dan kegiatan ibu


rumah tangga lainnya dengan mandiri
tanpa bantuan orang lain
Saat sakit

:Klien mengatakan sejak sakit klien tidak


mampu menjalankan aktivitas sehari- hari
nya dengan baik, ADL(Aktivity daily life)
atau aktivitas sehari- hari klien dibantu
oleh keluarga dan perawat, klien hanya
bisa tidur terlentang di atas tempat tidur.

4.1.3.6 Pola Istirahat Tidur


Sebelum sakit

:Klien mengatakan sebelum sakit tidak


mengalami gangguan dalam istirahat tidur,
klien tidak pernah terbangun pada malam

hari, klien juga mengatakan tidak memiliki


kebiasaan ngorok atau mengigau saat tidur,
klien biasa tidur siang 1- 2 jam dan pada
malam hari sekitar pukul 22.00 wita dan
bangun pada pukul 05.00 wita jadi
frekwensi tidurklien 7- 8 jam perhari.
Saat sakit

:Klien

mengatakan

mengalami

sejak

gangguan

sakit

dalam

tidak

istirahat

tidurnya, klien mengatakan tidurnya tetap


nyenyak, sekalipun terkadang klien pernah
terbangun beberapa kali pada malam hari
untuk

BAK

atau

terkadang

merasa

terganggu dengan nyeri yang dirasakan


pada luka di kaki kirinya (Os Metatarsal
3,4,5)namun tidak sampai menggangu
istirahat tidur klien, klien mengatakan
biasa tidur siang (30-45 menit), dan pada
malam hari tidur mulai pukul 22.00 wita
dan terbangun pada pukul 06.00 wita.
4.1.3.7 Pola Personal Hygiene
Sebelum sakit

:Klien mengatakan sebelum sakit tidak


mengalami

gangguan

dalam

menjaga

kebersihan diri/ personal hiegienenya, klien

biasa

mandi

menggunakan

kali

sabun,

sehari

dengan

menggosok

gigi

dengan pasta gigi, mencuci rambut dengan


sammpo.

Saat sakit

:Klien mengatakan sejak sakit mengalami


gangguan

dalam

menjaga

kebersihan

dirinya, klien mengatakan sejak

2 hari

yang lalu hanya dilap 1kali sehari dengan


menggunakan air dingin, dan memakai
sabun oleh keluarga, tidak pernah mencuci
rambut, namun rambut tampak tersisir rapi,
seprai tempat tidur selalu diganti sewaktuwaktu oleh keluarga karena biasanya seprai
kotor, dan basah karena klien BAK diatas
tempat tidur.
4.1.3.8 Pola Kebutuhan Berpakaian
Sebelum sakit

:Klien mengatakan sebelum sakit klien


biasa mengganti pakaian dengan baju yang
bersih 2 kali sehari setelah mandi, atau
mengganti baju beberapa kali sesuai
dengan kebutuhan, pola berpakaian klien
dengan memggunakan baju berbahan kaos,

dengan bawahan kain sarung atau kain


panjang.
Saat sakit

:Klien mengatakan sejak di Rumah Sakit


klien mengganti baju 1 x sehari, klien
menggunakan

baju

panjang

berbahan

katun, dengan bawahan kain sarung, dan


berselimut kain panjang.
4.1.3.9 Pola Keamanan dan Kenyamanan
Sebelum sakit

:Klien mengatakan sebelum sakit tidak


mengalami gangguan dalam keamanan dan
kenyamanan,

klien

mampu

menjaga

keseimbangan dan keselamatan dirinya


dari cedera dengan baik, klien juga
mengatakan merasa nyaman dan tidak
nyeri pada seluruh bagian tubuhnya.
Saat sakit

:Klien mengatakan sejak sakit klien tidak


mampu menjaga keamanan dirinya, klien
merasa lemas, tidak bertenaga, untuk
bergerak/ merubah posisi tubuh klien
membutuhkan bantuan keluarga, klien juga
merasa nyeri dan tidak nyaman dengan
adanya luka gangren pada kaki sebelah
kiri, karena bau busuk,

serta darah

bercampur nanah yang dikeluarkan, skala


nyeri : P: Nyeri terasa pada kulit sekitar
luka gangren di Os metatarsal 3,4,5
sinistra, Q : Nyeri terasa seperti terbakar,
R:Nyeri pada daerah luka dan kulit sekitar
luka gangren, S : Skala nyeri 4 (0-5 Mc
gill), T : Nyeri menetap.
4.1.3.10 Pola Mempertahankan Tenperatur dan sirkulasi
Sebelum sakit

:Klien mengatakan tidak ada gangguan


dalam mempertahankan temperatur dan
sirkulasi dalam tubuhnya, klien tidak
mengalami hipotermi/ hipertermi, klien
juga

mengatakan

tidak

mengalami

hipertensi dan anemia, tekanan darah pada


saat periksa terakhit di PKM gangga
130/90 mmHg.
Saat sakit

:Klien mengatakan sejak sakit sering


mengalami

peningkatan

suhu

tubuh,

kadang klien merasa suhu tubuhnya tinggi,


namun suhu tubuh akan kembali normal
setelah minum obat kemasan (Bodrek)yang
bisa didapat di warung,
Suhu tubuh klien tgl 24/06/08 adalah 37.5.

4.1.3.11 Pola Kebutuhan Bermain dan Rekreasi


Sebelum sakit

:Klien mengatakan sebelum sakit biasanya


untuk memenuhi kebutuhan rekreasi, klien
dan keluarga mengunjungi tempat wisata di
daerah sekitar seperti pantai dan air terjun
sendang gile pada hari- hari besar yang
dilakukan 1 tahun sekali.

Saat sakit

:Klien hanya ditemani oleh anak dan


keluarga selama berada di Rumah Sakit,
klien tidak mampu kemana- mana karena
kelemahan dan tidak pernah turun dari
tempat tidur

4.1.3.12 Pola Kebutuhan Bekerja


Sebelum sakit

:Klien mengatakan sebelum sakit tidak


mengalami gangguan dalam bekerja, klien
mampu menjalankan pekerjaan sehariharinya sebagai ibu rumah tangga, seperti
mencuci, memasak, membersihkan rumah
dan kegiatan ibu rumah tangga lainnya
dengan mandiri tanpa bantuan orang lain

Saat sakit

:Klien mengatakan sejak sakit klien tidak


mampu bekerja seperti pada hari- hari
biasa karena kelemahan, ADL(Aktivity

daily life) atau aktivitas sehari- hari klien


dibantu oleh keluarga dan perawat, klien
hanya bisa tidur terlentang di atas tempat
tidur, dan untuk pekerjaan sehari- hari
dirumah dikerjakan oleh anak gadisnya.
4.1.3.13 Pola Berkomunikasi dengan orang lain dan mengekspresikan
emosi, keinginan, rasa takut serta pendapat
Sebelum sakit

:Klien

mengatakan

tidak

mengalami

gangguan dalam berinteraksi dengan orang


lain,

sekalipun

sakit

klien

mampu

berkomunikasi secara baik dengan suara


yang cukup keras, menjaga interaksi dan
hubungan baik dengan keluarga, tetangga,
perawat atau dengan klien lain yang 1
ruangan

dengannya

baik

dalam

mengekspresikan emosi, keinginan dan


rasa takut serta pendapatnya.
Saat sakit

:Klien lancar dalam berkomunikasi, dapat


mengenal orang, tempat dan waktu, GCS :
4,5,6 klien dan keluarga mengatakan cemas
dengan keadaanya saat ini, klien terlihat
bingung dan gelisah, klien selalu bertanya
tentang kadaan kesehatannya, dan apakah

luka klien bisa sembuh atau tidak.


4.1.3.14 Pola Spiritual
Sebelum sakit

:Klien

menganut

mengatakan

agama

sebelum

menjalankan

ibadah

menjalankan

puasa

islam,
sakit

sholat

klien
selalu

waktu,

selama

bulan

rhamadan, membayar zakat fitrah serta


menjauhi hal-hal yang dilarang oleh agama
dan keyakinannya.
Saat sakit

:Klien mengatakan sejak sakit klien tidak


mampu untuk menjalankan sholat 5 waktu,
klien mengatakan sekalipun sakit klien
tidak

kehilangan

kepercayaan

dan

keyakinannya terhadap kekuasaan Allah,


klien mengatakan masih selalu berdoa
diatas tempat tidur dengan harapan semoga
dirinya lekas sembuh.
4.14; Pemeriksaan Fisik
4.1.4.1 Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum

: Lemah

Kesadaran

: Compos Mentis

GCS

: E4V5M6

Tanda- Tanda Viital

: TD

:170/100 mmHg

:88 x/mnt

:37,5 C

RR

:20 x/mnt

BB

: 45 kg

TB

: 156 cm

BB ideal : (TB - 100)- 10 %


=(156- 100)- 10 % = 65- 6,5
= 58 ,5 kg
4.1.4.2 Pemeriksaan Khusus (head to toe)
Kepala
Inspeksi

:Kepala simetris, rambut hitam, distribusi


rambut

merata, kusam, kulit kepala

berketombe, tidak ada udema, tidak ada lesi.


Palpasi

:Tidak ada pembengkakan pada kepala, tidak


ada udema, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan
di kepala

Wajah
Inspeksi

: Wajah tampak pucat dan sayu

Palpasi

: tidak ada oedem pada wajah

Mata
Inspeksi

: Bentuk dan gerakan bola mata simetris, mata


bersih,

mata

konjungtiva

tampak
anemis,

cekung
sklera

dan

tidak

sayu,
ikterus,

pengelihatan kabur, mata sering berair.


Telinga
Inspeksi

: Bentuk daun telinga simetris, tidak ada


kelainan, ada serumen pada lubang telinga, daya
pendengaran berfungsi dengan baik.

Hidung
Inspeksi

: Bentuk hidung simetris, bersih, tidak ada


sekret, tidak ada kelainan, tidak ada pernafasan
cuping hidung, daya penciuman berfungsi
dengan baik.

Mulut
Inspeksi

: Mukosa bibir tampak kering, lidah tidak kotor,


ada karies gigi, gigi geligi masih lengkap dan
berfungsi dengan baik, tidak ada peradangan
gusi.

Leher
Inspeksi

: Simetris, tidak ada pembesaran Vena Jugularis,


dan kelenjar limfe.

Palpasi

: tidak teraba adanya pembesaran vena jugularis


dan kelenjar tiroid, tidak ada pembengkakan,
tidak ada nyeri tekan

Dada
Inspeksi

: Bentuk simetris, areola simetris warna coklat

kehitaman,

pernafasan

spontan

tidak

ada

retraksi dinding dada.


Palpasi

: tidak ada pembengkakan di daerah dada,


tulang iga lengkap, tidak ada nyeri tekan pada
ulu hati.

Auskultasi

: suara jantung S1S2 tunggal, tidak ada murmur


ataupun gallop. Suara Paru vesikuler/vesikuler
tidak ada suara tambahan seperti wheezing dan
ronchi.

Abdomen
Inspeksi

: Bentuk simetris, umbilicus letak normal tidak


ada distensi abdomen, tidak ada nyeri tekan.

Auskultasi

: bising usus 15 x/menit.

Perkusi

: bunyi timpani.

Palpasi

: abdomen supel, tidak ada nyeri tekan abdomen

Genetalia
Inspeksi

:Distribusi bulu pubis merata, anus dan vulvae


Bersih, tidak ada lesi, tidak ada udema, tidak
ada distensi kandung kemih, BAB & BAK
normal, tidak terpasang Dowwer Cateter.

Integumen
Inspeksi

: Ada luka gangren di kaki sebelah kiri (Os


Metatarsal 3,4,5), tampak kemerahan, kulit

sekitar luka menegang.


Palpasi

:Turgor kulit menurun, ada pembengkakan


didaerah sekitar luka, ada nyeri tekan pada
daerah sekitar luka.

Extremitas

: oedem

, kekuatan otot

5
3

5
22

Nilai normal Kekuatan otot :


0

:Lumpuh

:Ada kontraksi

:Melawan

gravitasi

dengan sokongan
3

:Melawan gravitasi tapi tidak ada


tahanan

:Melawan tahanann dengan tahanan


sedikit

:Melawan tahanan dengan kekuatan


penuh

4.1.4.3 Pemeriksaan Penunjang


Hasil Laboratorium (18 juni 2011)
Tabel 4.1 Hasil laboratorium
Jenis Pemeriksaan
Glukosa Darah sewaktu
Albumin
Kolesterol total
Triglycerida
Hasil Laboratorium (24 juni 2011)

Hasil
261 Mg %
2.1 gr %
210 mg %
146 mg %

Nilai Normal
< 160 Mg %
3.55.0 gr %
< 200 mg %
< 200 mg %

Tabel 4.2 Hasil laboratorium


Jenis Pemeriksaan
Gula Darah Sewaktu (GDS)
Kreatinin

Hasil

Nilai Normal

291 Mg %
2.7 Mg%

<160
0.6-11

Hasil Laboratorium (25 juni 2011)


Tabel 4.3 Hasil laboratorium
Jenis Pemeriksaan
Glukosa Puasa
SGOT/ ASL
SGPT/ ALT
Albumin
Kolesterol Total
Triglycerida

Hasil
170Mg%
18U/L
10U/L
1.9gr%
212Mg%
157 Mg%

Nilia Normal
70-106 Mg%
<40 U/L
<41 U/L
3.5-5.0 gr%
<200 Mg%
<200 Mg %

Hasil Laboratorium (26 juni 2011)


Tabel 4.4 Hasil laboratorium
Jenis Pemeriksaan
Glukosa 2 jm Post puasa
SGOT/AST
SGPT/ALT
Albumin
Kolesterol Total
Triglycerida
4.1.4.4 Penatalaksanaan Terapi
- Cefotaxim

1 gr/ 8 jam

- Metronidazole

1 flass/ 12 jam

- RI

3x 6 UI/ IM

Hasil
160 mg
17 U/L
15 U/L
2,3 gr %
2,5 mg %
180 mg

Nilai Normal
70-106
<40
<41
3,5-5,0
<200
<200

ANALISA DATA :
Tabel 4.5 Analisa data
NO SYMPTOM
ETIOLOGI
PROBLEM
1
D/S :
Pelebaran luka gangren Gangguan
- Klien mengeluh kesakitan
rasa nyaman
nyeri
pada daerah sekitar lukanya
mengenai syaraf tepi
D/O :
- Ada luka gangren di jari kaki
(Os Metatarsal 3, 4, 5)
sebelah kiri,klien tampak menekan reseptor nyeri
meringis
- Nadi : 88x / mnt
- Skala nyeri 4 (0-5 Mc. gill) Infuls nyeri disampaikan
skala nyeri : P: Nyeri terasa
pada kulit sekitar luka
Nyeri
gangren di Os metatarsal
3,4,5 sinistra, Q:Nyeri terasa
seperti terbakar, R:Nyeri pada
daerah luka dan kulit sekitar
luka gangren, S : Skala nyeri
4 (0-5 Mc gill), T : Nyeri
menetap

D/S :
Tingginya kadar
Kerusakan
- Klien merasa gatal pada glukosa/gula dalam integritas kulit
darah
daerah sekitar luka (pada kaki
sebelah kiri, Os metatarsal
3,4,5)
Penurunan aliran darah
D/O :
ketungkai
- Ada luka gangren pada Os
metatarsal 3,4,5
- Klien tampak meringis
Ischemia
- Kulit tampak kemerahan dan
terkelupas di daerah sekitar
kulit
Penurunan sensitifitas
dingin, panas, Nyeri
Penurunan fungsi imun

NO
3
D/S:
D/O:
-

Kerusakan integritas
kulit
SYMPTOM
ETIOLOGI
PROBLEM
Tingginya kadar glukosa Risiko tinggi
Klien mengeluh gatal, terasa
dalam darah
penyebaran
infeksi
panas dan kulit menegang
disekitar daerah luka
Penurunan aliran darah
ketungkai
Didaerah sekitar luka tampak
kemerahan
Didaerah sekitar luka tampak
Ischemia jaringan
bengkak
Ada nyeri tekan di daerah
sekitar luka
Gangren
Resti penyebaran infeksi

D/S :
Peningkatan kadar
Gangguan
- Klien mengeluh cepat lapar glukosa dalam darah
pemenuhan
kebutuhan
dan cepat kenyang
nutrisi
- Klien mengeluh merasa mual
Peningkatan osmolaritas
saat makan
oleh glukosa
D/O :
- Nafsu makan klien berkurang
- Mukosa oral kering
Ketidak seimbangan
- Turgor kulit menurun
- BB ideal (165 cm- 100) - 10 antara Diit, dengan
Pemberian Obat Anti
% (65- 6,5)= 58, 5
Diabetika oral (OAD)
- BB sekarang : 45 kg
- Klien
tidak
mampu dan Terapi insulin.
menghabiskan semua porsi
yang di sediakan di rumah
Hipoglikemia
sakit
- Klien tampak lemah
Nafsu makan berkurang,
mual, muntah
Intake berkurang
Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

NO

SYMPTOM

ETIOLOGI

PROBLEM

D/S :
- Klien mengatakan badannya
terasa lemas
- Klien
mengeluh
pusing
setelah duduk yang lama.
D/O :
- Klien tampak mengantuk,
sering tertidur dipagi hari,
- Adanya luka gangren pada
jari kaki kiri (os metatarsal
3,4,5)
- Pemenuhan kebutuhan seharihari (ADL) dibantu oleh
perawat dan keluarga

Ketidak seimbangan
antara Diit, dengan
Pemberian Obat Anti
Diabetika oral (OAD)
dan Terapi insulin

Keterbatasan
aktivitas.

Hipoglikemia
Kelemahan otot,
Kekakuan extrimitas
Kerusakan mobilitas
fisik
Keterbatasan aktivitas

D/S :
Perubahan status
Kecemasan
- Klien sering bertanya tentang kesehatan dan kurang
penyakit dan kesembuhan pengetahuan klien
tentang penyakitnya
lukanya
D/O :
- Klien tampak gelisah, tatapan
Kurang pengetahuan
mata kosong.
kecemasan

4.1.4.5 Prioritas keperawatan

- Gangguan nyaman nyeri


- Kerusakan intergritas kulit
- Risiko tinggi penyebaran infeksi
- Keterbatasan aktivitas
- Nutrisi Kurang dari kebutuhan
- Kecemasan
4.2 Diagnosa Keperawatan
1; Gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan dengan luka gangren yang
melebar sehingga mengenai syaraf tepi ditandai dengan klien Klien
mengeluh kesakitan pada daerah sekitar lukanya, Ada luka gangren di jari
kaki (os metatarsal 3,4,5) sebelah kiri,klien tampak meringis, skala nyeri :
P: Nyeri terasa pada kulit sekitar luka gangren di Os metatarsal 3,4,5
sinistra, Q:Nyeri terasa seperti terbakar, R:Nyeri pada daerah luka dan
kulit sekitar luka gangren, S : Skala nyeri 4 (0-5 Mc gill), T : Nyeri
menetap (Wilkinson,2007)
2; Kerusakan

integritas

kulit

sehubungan

dengan

Tingginya

kadar

glukosa/gula dalam darah, menyebabkan aliran darah terganggu sehingga


dapat merusak jaringan kulit ditandai dengan klien mengeluh Klien merasa
gatal pada daerah sekitar luka (Os metatarsal 3,4,5) klien tampak meringis,
gatal-gatal,adanya luka gangren pada os metatarsal 3,4,5 (Wilkinson,
2007)

3; Risiko tinggi penyebaran infeksi sehubungan dengan tingginya kadar

glukosa dalam darah , menyebabkan aliran darah terganggu, sehingga


dapat merusak jaringan kulit seperti gangren ditandai dengan Klien
mengeluh gatal, terasa panas dan kulit menegang disekitar daerah luka,
didaerah sekitar luka tampak kemerahan, didaerah sekitar luka tampak
bengkak, ada nyeri tekan di daerah sekitar luka
4; Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan terjadinya
hipoglikemia dengan pemberian obat anti diabetika dan terapi insulin
ditandai dengan terjadinya peningkatan glukosa darah, dan klien mengeluh
cepat lapar, nafsu makan klien berkurang, klien tidak mampu
menghabiskan semua porsi yang di sediakan di rumah sakit (Bobak, 2004)
5; Keterbatasan aktivitas sehubungan dengan adanya luka gangren, dan
ketidakseimbangan antara diit dengan terapi insulin ditandai dengan klien
mengatakan badannya terasa lemas, klien mengeluh pusing setelah duduk
yang lama, Klien tampak mengantuk, sering tertidur dipagi hari, adanya
luka gangren pada jari kaki kiri (os metatarsal 3,4,5), pemenuhan
kebutuhan sehari- hari (ADL) dibantu oleh perawat dan keluarga
(Wilkinson, 2007)
6; Kecemasan sehubungan dengan perubahan status kesehatan dan kurangnya
informasi mengenai penyakitnya ditandai dengan klien sering bertanya
tentang penyakit dan kesembuhan lukanya, klien tampak gelisah dan
tatapan mata kosong.

4.3 Rencana Keperawatan


Tabel 4.6 Rencana keperawatan
Diagnosa
Tujuan dan
No Tanggal
Rencana Tindakan
Keperawatan
Kriteria
1 24 /07/11 Gangguan rasa
Setelah dilakukan
1; Observasi
1;
nyaman nyeri
tindakan
keadaan umum
sehubungan perawatan selama klien
dengan
luka
3 hari (3 x 24
gangren
yang
jam) nyeri dapat
2;
melebar
berkurang
dan
2; Observasi tandasehingga
akhirnya hilang, tanda vital klien
mengenai syaraf
dengan
kriteria
tepi
ditandai
hasil:
dengan
klien- Klien
tidak
3;
Klien mengeluh mengeluh
3; Observasi
kesakitan kesakitan, tidak kualitas
dan
intensitas nyeri
pada daerah meringis,
sekitar
keadaan
luka
lukanya, Ada membaik.
luka gangren
di jari kaki
(os metatarsal
3,4,5 sinistra)
4;
4; Anjurkan klien
untuk mengatur
posisi tubuhnya
agar luka tidak
tertekan

No Tanggal

Diagnosa
Keperawatan

Tujuan dan
Kriteria

Rencana Tindakan

Rasional
Untuk
mengetahui
keadaan
kesehatan klien
Sebagai
data
awal
untuk
mengetahui
status kesehatan
klien
Dengan
mengetahui
kualitas
dan
kuantitas nyeri
dapat
disesuaikan
dengan
terapi
pengobatan dan
perawatan yang
diberikan.
Posisi
tidur
diatur agar tidak
menekan
luka
karena
penekanan pada
luka
dapat
menghambat
vaskulerisasi
jaringan
dan
dapat
meningkatkan
rasa nyeri

Rasional

5; Jaga kesterilan5; Jika alat dan


alat dan teknik penanganan luka

steril
dalam dilakukan secara
mengobati luka. steril
dapat
mem-percepat
proses
kesembuhan
luka
sehingga
nyeri
akan
6; Konsultasi pada menghilang.
dokter jika nyeri6; Dengan
tidak bisa hilang konsultasi
dengan dokter
akan
memberikan
manfaat dalam
pemberian terapi
pengobatan dan
7; Tehnik
perawatan
pembalutan luka selanjutnya
yang
tidak7; Tehnik
terlalu ketat
pembalutan luka
yang
terlalu
ketat
akan
menekan
luka
dan
dapat
meningkatkan
nyeri

Diagnosa
Tujuan dan
Rencana Tindakan
Rasional
Keperawatan
Kriteria
25/07/11Gangguan
Setelah
1; Beri penjelasan1;Dengan
integritas kulitdilakukan
kepada
klien memberikan
sehubungan
tindakan
tentang proses penjelasan
dengan
perawatan
penyembuhan
tentang
proses

No Tanggal
2

Tingginya kadarselama 3 hari lukanya


yang penyembuhan
glukosa/gula (3x 24 jam), lama
lukanya,
dalam
darah,luka membaik
disamping untuk
menyebabkan dan
integritas
persiapan mental
aliran
darahkulit
baik
juga agar klien
terganggu
dengan kriteri
lebih
sehingga dapathasil:
berpartisipasi
merusak
- Klien tidak lagi
dalam
jaringan
kulit mengeluh
mempercepat
ditandai dengan kulitnya gatalproses
klien mengeluh gatal.
penyembuhan
Klien
lukanya.
- Integritas kulit
- merasa gatal terjaga
2;Prinsip perawatan
luka steril akan
pada daerah- Luka membaik.2; Pertahankan
prinsip steril mencegah
sekitar
luka
dalam
terjadinya infeksi
(pada
kaki
perawatan luka kuman.
sebelah kiri)
3; Merawat luka 1
klien tampak
3; Rawat luka 1 x kali sehari akan
meringis
sehari
mempercepat
gatalproses
gatal,adanya
penyembuhan
luka gangren
luka,
sehingga
pada
os
bisa
tampak
metatarsal
perkembangan
3,4,5
keadaan lukanya.
4;Pemberian obat
antidiabetika
dapat mencegah
4; Beri
obat terjadinya infeksi
antidiabetika
berlanjut.
sesuai program
pengobatan

No Tanggal

Diagnosa
Keperawatan

Tujuan dan
Kriteria

Rencana Tindakan

Rasional

5; Anjurkan pada5;kebersihan
diri
klien
untuk yang
terjaga
selalu menjaga dapat mengurangi
kebersihan
Risiko terjadinya
dirinya
kerusakan
integritas kulit

25/07/11 Risiko tinggi Setelah dilakukan1;


infeksi
tindakan
sehubungan keperawatan
dengan
selama 3x 24 jam
tingginya kadartidak
terjadi2;
glukosa dalam penyebaran
darah ,
infeksi, dengan
menyebabkan kriteria :
aliran darah
- Tidak terdapat
terganggu,
tanda-tanda 3;
sehingga dapat infeksi
merusak
- Perubahan gaya
jaringan kulit hidup
untuk
seperti gangren mencegah
4;
ditandai dengan infeksi
Klien mengeluh diharapkan
gatal, terasa
panas dan, kulit
menegang
Didaerah
sekitar luka
tampak
5;
kemerahan,
tampak
bengkak, ada
nyeri tekan di
daerah sekitar
luka

No Tanggal

Diagnosa
Keperawatan

Tujuan dan
Kriteria

Observasi
1; Deteksi
dini
tanda- tanda untuk
infeksi
penanganan
lebih dini
Lakukan cuci2; Mencegah
tangan
timbulnya
sebelum
infeksi silang
berhubungan
dengan klien
Pertahankan
tehnik aseptik3; Mencegah
pada prosedur terjadinya
infasif
infeksi
Beri perawatan
kulit
dan
massage
4; sirkulasi perifer
tulang
yang dapat terganggu
tertekan
yang
dapat
menempatkan
Risiko
terjadinya
keJaga kulit agar rusakan
pada
tetap
kulit
kering,seprai 5; Iritasi
pada
kering
dan kulit
dapat
tetap kencang
meningkatkan
Risiko infeksi

Rencana Tindakan

Rasional

6; Anjurkan
6; menurunkan
untuk makan terjadinya
dan
minum infeksi dengan

secara adekuat
7; Pertahankan
tehnik aseptik7;
pada prosedur
infasif

4 25 07 011Nutrisi kurang Setelah


1;
dari kebutuhan diberikan
tubuh
tindakan
sehubungan perawatan
dengan
selama 3 hari (3
terjadinya
x 24 jam) klien
hipoglikemia tidak mengalami
dengan
gangguan
pemberian obatpemenuhan
anti diabetika kebutuhan
dan terapi
nutrisi, dengan
insulin ditandaiKriteria Hasil:
dengan
- Nafsu
makan
terjadinya
klien baik, klien
peningkatan
mampu
glukosa darah, menghabiskan
dan klien
porsi
makan
mengeluh cepat yang
2;
lapar, nafsu
disediakan,
makan klien
klien
makan
berkurang klien secara teratur
tidak
sesuai jadwal
mampu.mengh makannya.
abiskan semua
porsi yang di
sediakan di
rumah sakit

No Tanggal

Diagnosa
Keperawatan

Tujuan dan
Kriteria

Beri diit sesuai1;


terapi

2;
Beri
penjelasan
kepada
keluarga agar
tidak
memberikan
makanan
tambahan dari
luar

Rencana Tindakan
3; Beri
penyuluhan
tentang diit

mempertahankan
asupan nutrisi
Penanganan
awal
dapat
membantu
mencegah
timbulnya
sepsis.
Dapat
menyeimbangka
n kadar gula
darah sehingga
akan mencapai
kadar gula darah
sekitar normal,
atau
sekitar
normal,
mengarahkan
keberat
badan
normal
dan
mencegah
terjadinya
komplikasi
Pemberian
makanan
tambahan dari
luar yang tidak
sesuai
dengan
diit
dapat
mengacaukan
terapi diit yang
telah diberikan
dirumah sakit

Rasional

3; Penyuluhan
tentang diit bagi
klien Diabetes
Melitus sangat
penting
sebab

4;
4; Observasi
keadaan umum
dan tanda-tanda
hipoglikemia/hi
perglikemia

5;
5; Pemberian
terapi insulin

No Tanggal

Diagnosa
Keperawatan

Tujuan dan
Kriteria

Rencana Tindakan
6; Periksa gula6;
darah setiap 3
hari sekali dan
monitor
reduksi urin 3
kali sehari

diet yang benar


dapat mencegah
komplikasi
hiperglikemia/
hipoglikemia
Dengan
mengobservasi
keadaan umum
dan gejala-gejala
hipoglikemia
perawat
dapat
mengetahui
tingkat
perkembangan
klien
sehingga
bila
ada
komplikasi cepat
diketahui
dan
bisa diatasi
Terapi
insulin
bertujuan untuk
memudahkan
penggunaan
glukosa oleh sel
dan jaringan

Rasional
Dengan
melakukan
pemeriksaan
gula darah dan
urin
secara
teratur
akan
memberikan
gambaran
keadaan
klien
selama dirawat
serta mengetahui

26/07/11 Keterbatasan Setelah


1;
aktivitas
dilakukan
sehubungan tindakan
dengan adanyaperawatan
luka gangren,selama 3 hari (3
dan
x 24 jam) klien
ketidakseimba dapat
ngan
antaramelakukan
diit dengan
aktivitas ringan.
terapi insulin Dengan kriteri
ditandai
hasil:
dengan:Klien - Klien
bisa
mengatakan
makan, melap
badannya terasa tubuhnya
lemas,
sendiri, tidak.2;
lemas, pusing,
ngantuk, gugup,
gemetar,
dan
luka membaik

No Tanggal

Diagnosa
Keperawatan
Klien
mengeluh
pusing bila
berdiri setelah
duduk yang
lama, Klien
tampak
mengantuk,
sering tertidur
dipagi hari,
adanya luka
gangren pada
jari kaki kiri
(osmetatarsal
3,4,5)
pemenuhan

Tujuan dan
Kriteria

Beri
1;
penjelasan
mengenai
prosedur
meminta
bantuan jika
klien
membutuhkan
bantuan.

2;
Jelaskan pada
keluarga untuk
membantu
klien bila tidak
bisa memenuhi
kebutuhan
sehari-hari,
seperti BAK,

Rencana Tindakan
Makan,
minum,
dan
mandi
3; Beri bantuan3;
kepada klien
dalam
memenuhi
kebutuhan
sehari-hari

sejauh
mana
perkembangan
status kesehatan
klien.
Prosedur
meminta
bantuan
yang
dijelaskan
kepada
klien,
agar klien tidak
me-maksakan
dirinya
melakukan
aktivitas
yang
belum
Mampu
dilaksanakan.
Penjelasan
kepada
keluarga klien
untuk membantu
klien jika belum
bisa di-lakukan
klien,
dengan
tujuan agar tidak
memperburuk
keadaan
Rasional
klien yang sudah
lemah.
Memberikan
bantuan kepada
klien
dalam
memenuhi
kebutuhan
sehari-hari bagi
perawat
merupakan salah
satu cara untuk
mengevaluasi
tingkat
perkembangan
klien

kebutuhan
sehari- hari
(ADL) dibantu
oleh perawat
dan keluarga

Diagnosa
Tujuan dan
Rencana Tindakan
Keperawatan
Kriteria
26/08/11 Kecemasan
Setelah
1; Observasi
1;
sehubungan dilakukan
tingkat
dengan
tindakan
kecemasan klien
perubahan
keperawatan
status
selama 3 hari (3
kesehatan dan x
24
jam)
kurangnya
diharapkan
informasi
kecemasan klien
mengenai
dapat berkurang,
2;
penyakitnya dengan kriteria
ditandai
hasil:
2; Beri penjelasan
dengan klien Klien dapat tidur tentang
sering bertanyanyenyak, klien penyebab
tentang
dapat mengerti terjadinya luka
penyakit dan tentang
dan
cara
kesembuhan penjelasan yang. penyembuhanny
lukanya, klien diberikan, klien a
tampak gelisah tampak
santai
dan tatapan
dan tidak gelisah
mata kosong lagi

No Tanggal
6

4; Kegiatankegiatan
yang
4; Anjurkan klien dilakukan klien
untuk
dapat
melatih
memenuhi
pergerakan otot
kebutuhanny-a secara bertahap
secara bertahap5; Menghabiskan
diit
yang
disediakan
5; Motivasi klien sangat penting
untuk
untuk
menghabiskan metabolisme
diit
yang tubuh,
karena
diberikan.
gejala-gejala
seperti
lemas,
gugup, gemetar,
disamping
dipengaruhi oleh
insulin
dan
pemasukan
nutrisi
Rasional
Dengan
mengkaji tingkat
kecemasan klien
sehingga dapat
menentukan
tindakan
perawatan yang
diberikan.
Penjelasan
mengenai
penyakit
dan
luka yang timbul
dapat
memberikan
gambaran yang
terarah
pada
klien sehingga
dapat
mengurangi
kecemasan dan
meningkatkan
partisipasi klien

dalam
pengobatan serta
tindakan
perawatan
3; Pendekatan yang
diberikan
tiap
melakukan
3; Lakukan
tindakan
pendekatan tiap bertujuan agar
melakukan
klien lebih yakin
tindakan
atas
tindakan
yang diberikan
perawat

No Tanggal

Diagnosa
Keperawatan

Tujuan dan
Kriteria

Rencana Tindakan
4; Ajarkan klien4;
tehnik relaksasi
dengan
cara
memikirkan halhal yang tidak
membuat
kecemasan
bertambah
5; Observasi rasa
cemas
klien5;
sebelum
dan
setelah
melakukan
tindakan

Rasional
Dengan tehnik
pengallihan
perhatian
diharapkan
kecemasan dapat
terkontrol

Mengobservasi
rasa cemas klien
bertujuan apakah
penjelasan dan
tindakan yang
telah diberikan
mampu
mengurangi
kecemasan
sebelumnya
6; Dengan
mendengarkan
6; Mendengarkan keluhan-keluhan
keluhan-keluhan klien bertujuan
klien.
untuk
memulihkan rasa
percaya
diri
klien
pada
perawat
dan

menandakan
bahwa perawat
memperhatikan
klien

4.4 Tindakan Keperawatan


Nama Klien

: Ny S

Umur

: 45 Thn

No MR

: 887064

Tabel 4.7 Tindakan keperawatan


No Tgl /Jam DX Tindakan Keperawatan
Respon/ Hasil
Paraf
1 24-07-11
16.00
5 1; Mengobservasi Keadaan1; Keadaan umum klien
Umum Klien.
lemah
16.05

5 2; Mengobservasi tandatanda vital klien

2; TD : 170/100 mmHg,
N :88 x/menit, S :37
C, RR :20 x/menit
3; klien
tampak
3; Melakukan pendekatan
kooperatif dan mau
sebelum melakukan
bekerja sama dalam
tindakan perawatan
tindakan
perawatan
yang diberikan
4; Klien tampak
4; Memberikan Terapi
kooperatif
insulin (IM 6 UI)
5; Diit klien (Bubur,sop
5; Memberikan Diit sesuai
sayur, oseng- oseng
terapi
tempe, telur rebus)
6; Klien menghabiskan
Diit yang diberikan
6; Memotivasi klien untuk
menghabiskan diit yang 7; Keluarga kien
diberikan
mengatakan mengerti
7; Memberikan penjelasan
tentang penjelasan
kepada keluarga agar
yang diberikan oleh
tidak memberikan
perawat dan berjanji
makanan tambahan dari
akan mematuhi
luar
anjuran perawat.

16.05

17.10

17.25

17.25

17.35

No Tgl /Jam DX Tindakan Keperawatan


Respon/ Hasil
Paraf
18.00
6 8; Mendengarkan keluhan- 8; Klien mengatakan
keluhan klien
cepat merasa lapar dan
haus dan terkadang
meminta makanan
tambahan dari
keluarga, klien juga
mengeluh kesulitan
dalam menjalani
aktivitas sehari- hari
9; Klien bertanya
18.05
4 9; Mengobservasi tingkat
seberapa lamakah
kecemasan Klien
lukanya bisa sembuh.
10; Keluarga mengatakan
mengerti tentang
18.10
4 10; Memberikan penjelasan prosedur meminta
kepada klien dan keluarga bantuan ke perawat
tentang prosedur meminta
bantuan ke perawat
11; Keluarga mengatakan
11; Menganjurkan pada
akan selalu membantu
keluarga .untuk
dan memenuhi
18.15
4 membantu klien jika klien kebutuhan klien
membutuhkan bantuan
seperti makan, BAB,
BAK, dll
25-07-08
5 1; Mengobservasi keadaan 1; Keadaan umum klien
09.00
umum klien
lemah
09.00
5 2; Mengobservasi tanda- 2; TD: 150/90mmHg,
tanda vital
N:88 x/mnt, S :36,5
C, RR :20 x/mnt
09.05
2 3; Melakukan pendekatan 3; Klien tampak
sebelum melakukan
kooperatif dengan
tindakan perawatan
tindakan yang akan
4; Mengambil sample
diberikan
09.07
5
darah untuk
4; Klien tampak
pemeriksaaan
kooperatif
5; Merawat luka dengan
09.10
2
menerapkan prinsip
5; Ada luka dikaki
steril dalam perawatan
debelah kiri pada os
luka
metatarsal 3,4,5, luka
tampak necrotic,
No Tgl /Jam DX

Tindakan Keperawatan

Respon/ Hasil
kehitaman, berbau,
mengeluarkan nanah

Paraf

09.20

09.25

09.30

09.40

09.50

10.05

10 15

dan darah
3 6; Mengobservasi tanda- 6; Pada kulit sekitar luka
tanda terjadinya infeksi tampak kemerahan,
kulit menegang, ada
pembengkakan, dan
ada nyeri tekan di
daerah sekitar luka.
7; Membalut luka dengan 7; klien tampak
2
bebat yang tidak terlalu kooperatif dan
ketat
mengatakan bebatnya
terasa tidak terlalu
ketat
8; Memberikan perawatan 8; Klien tampak nyaman,
3
pada kulit dengan cara
dan ikut memasagge
masagge tulang dan
daerah sekitar lututnya
daerah tertekan dengan
menggunakan minyak
kayu putih
9; Mengganti seprai dan 9; Klien tampak nyaman
merapikan linen yang
dan keadaan
3
digunakan klien
lingkungan yang sudah
rapi
10; Memberikan penjelasan 10; klien dan keluarga
pada klien dan keluarga mendengarkan
2
tentang proses
penjelasan dengan
penyembuhan lukanya
antusias, dan
yang lama dan
terkadang bertanya
menganjurkan pada
tentang hal- hal yang
klien untuk selalu
kurang dimengerti.
menjaga kebersihan
dirinya
11; klien menerima
11; Memberikan obat
injeksi cefotaxim 1gr
antidiabetika sesuai
dan metronidazole 1
2
program pengobatan
flass
12; Klien mengatakan
masih merasa nyeri
12; Mengobservasi kualitas
pada daerah luka
dan intensitas nyeri
disekitaar kaki
1
kirinya

No Tgl /Jam DX Tindakan Keperawatan


Respon/ Hasil
10.20
1 13; Anjurkan klien
13; Klien mengikuti
mengatur posisi
anjuran perawat,
tubuhnya agar luka
kilen mengambil

Paraf

tidak tertekan
3

26-07-11
08.20
08.25

08.30

08.35

08.37

09.00

posisi yang nyaman


dengan meletakkan
kakinya diatas bantal

2 1; Mengobservasi keadaan1;
umum klien
2 2; Mengambil sample
2;
darah untuk
pemeriksaan
laboratorium
6 3; Observasi tingkat
3;
kecemasan yang
dirasakan klien

6 4; Memberikan penjelasan4;
mengapa harus
dilakukan tindakan
necrotomi
5;
2 5; Mengantarkan klien ke
Ok minor untuk
menjalani necrotomi
6;
2 6; Melakukan perawatan
luka di OK minor
7;

09.30

No Tgl /Jam DX

7; Melakukan pembalutan
luka dengan cara tidak
terlalu ketat
Tindakan Keperawatan

Keadaan umum klien


masih lemah
Klien mau diambil
sample darahnya
Klien mengatakan
takut akan menjalani
tindakan necrotomi,
klien juga
mengatakan kalau
bisa
jangan dilakukan
tindakan
pemotongan/necroto
mi
klien mendengarkan
penjelasan dan mau
melakukan tindakan
necrotomi
klien menjalani
necrotomi
pada jari kaki 3,4,5
(os metatarsal 3,4,5)
klien tampak
kooperatif dalam
menerima perawatan
luka
klien menmgatakan
bebatnya tidak terlalu
ketat

Respon/ Hasil

Paraf

09.30

6 8; Mengobservasi
8;
kecemasan klien setelah
dilakukan tindakan
necrotomi

klien mengatakan
setelah menjalani
necrotomi klien sudah
tidak merasa takut
lagi, klien
mengatakan dapat
menerima keadaan
dirinya yang
sekarang.
9; Mengobservasi kualitas 9; klien mengatakan
dan kuantitas nyeri
masih meras nyeri di
daerah sekitar luka,
sekala nyeri 4 (0-5)
10; Anjurkan klien
10; Klien mengambil
mengatur posisi
posisi semi fowler
senyaman mungkin
dwengan posisi kaki
tetap diatas bantal
11; TD : 150/80 mmHg,
11; Mengobservasi tandaN: 88 x/mnit, S : 36
tanda vital
C, RR :20 x / menit..
12; Klien tampak
kooperatif
12; Memberikan terapi
insulin dengan dosis 6 13; Klien dan keluarga
UI/IM
mendengarkan
13; Memberikan
dengan antusias
penyuluhan tentang
DIIT Diabetes Melitus 14; klien mengatakan
14; Menganjurkan klien
akan mematuhi
untuk menghabiskan
anjuran
diit yang diberikan
15; Memberikaan Diit
15; klien menghabiskan
sesuai terapi.
semua porsi yang
diberikan

09.35

09.40

09.55

10.00

10.10

10.30

11.05

4.5 EVALUASI
Nama

: Ny S

No MR

: 887064

Umur

: 45 Thn

Tabel 4.8 Evaluasi


NO Tgl/jam
DX
Catatan Keperawatan
Paraf
1
24/07/11
1 S:
- Klien mengatakan masih merasa nyeri pada
daerah luka
O:
- Terdapat luka gangren di kaki sebelah kiri
(Os metatarsal 3,4,5)
- Klien tampak meringis jika lukanya
digerakkan atau disentuh
- Klien mengambil posisi tidur terlentang
dengan kaki di atas bantal
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
I:
- Observasi keadaan umum
- Observasi tanda- tanda vital
- Observasi keluhan nyeri yang dirasakan
- Ajarkan klien tehnik distraksi (nafas dalam)
untuk mengurangi nyeri
- Anjurkan klien untuk mempertahankan posisi
yang nyaman dan tidak menekan daerah yang
nyeri
2
26/07/08
1 S:
- Klien mengatakan masih merasa nyeri pada
daerah luka
O:
- Tampak luka post necrotomi pada Os
metatarsal 3,4,5 sinistra,
- Tampak kemerahan pada daerah sekitar luka
- Turgor kulit membaik, tampak lembab
- Klien tidak tampak meringis jika lukanya
disentuh atau digerakkan
- Klien mengambil posisi kaki diatas bantal

NO
3

Tgl/jam
25/07/11

DX
2

Catatan Keperawatan
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dihentikan, klien pulang
S:

Paraf

NO

26/07/11

25/07/11

Tgl/jam

DX

Klien mengatakan masih merasa gatal- gatal


didaerah sekitar lukanya

O:
- Ada luka gangren pada Os metatarsal 3,4,5
sinistra.
- Kulit sekitar luka tampak terkelupas
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
I:
- Rawat luka 1 x sehari
- Pertahankan prinsip steril dalam perawatan
luka
Beri penjelasan pada klien tentang proses
penyembuhan lukanya
S:
- Klien mengatakan gatal- gatal yang dirasakan
sudah berkurang
O:
- Telah dilakukan necrotomi pada jari kaki
sebelah kiri (Os metatarsal 3,4,5)
- Kulit klien tampak kemerahan
- Kulit tampak tidak bengkak
- Turgor kulit klien sudah membaik
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dihentikan, klien pulang
S:
- Klien mengatakan masih merasa masih gatalgatal didaerah sekitar lukanya
O:
- Pada daerah sekitar luka tampak kemerahan
- Ada pembengkakan didaerah sekitar luka
- Ada nyeri tekan didaerah sekitar luka
A: Maslah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan

Catatan Keperawatan
I:
- Observasi keadaan umum
- Observasi tanda- tanda vital
- Observasi tanda- tanda infeksi

Paraf

24/07/11

Jaga agar kulit tetap kering dan seprai tetap


kencang
Pertahankan tehnik aseptik dengan cara
mencuci tangan sebelum bersentuhan dengan
klien
S:
Klien mengeluh masih cepat merasa lapar
dan juga merasa cepat kenyang
Klien mengatakan masih sering meminta
makanan tambahan dari keluarga
Keluarga mengatakan mengerti tentang
penjelasan yang diberikan dan tidak akan
memberikan makanan tambahan lagi pada
klien

O:
- Nafsu makan klien masih baik
- Klien mengatakan masih mampu
menghabiskan porsi yang disediakan di
rumah sakit
- Klien mengatakan hari ini mendapat
makanan tambahan dari keluarganya.
7

NO

25/07/11

Tgl/jam

DX

Hasil pemeriksaan laboratorium (24/08/11)


GDS : 291 Mg %
Kreatinin: 2,7 %
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
I:
- Observasi keadaan umum
- Observasi tanda- tanda vital
- Pemberian Diit sesuai terapi
- Pemberian terapi insulin 6 UI
- Anjurkan keluarga untuk tidak memberikan
makanan tambahan dari luar

Catatan Keperawatan

Paraf

26/07/11

S:
- Klien mengeluh masih merasa cepat lapar
dan juga cepat kenyang
- Klien juga mengatakan sudah tidak meminta
makanan tambahan lagi dari luar
- Keluarga mengatakan sudah mengikuti
anjuran perawat untuk tidak
- memberikan makanan tambahan untuk klien
O:
- Nafsu makan klien sudah kembali baik
- Klien mampu menghabiskan porsi yang
disediakan oleh rumah sakit
- Berdasarkan hasil pemeriksaan gula darah
masih tinggi (25/06/08)
Glukosa puasa : 170 Mg %
SGOT/ASL
: 18 U/L
SGPT/ALT
: 10 U/L
Alb umin
: 1,9 gr %
Kolesterol total : 212 mg %
Triglycerida
: 157 mg %
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
I:
- Beri diet sesuai terapi
- Beri terapi insulin
- Anjurkan klien untuk menghabiskan dietnya
- Berikan penyuluhan kepada keluarga tentang
diet Diabetes Melitus

25/07/11

S:
- Klien mengatakan sudah tidak pernah lagi
meminta makanan tambahan dari
keluarganya
O:
- Nafsu makan klien baik
- Klien mampu menghabiskan diet yang
diberikan di rumah sakit

NO

Tgl/jam

DX

Catatan Keperawatan

Paraf

10

NO

25/07/11

Tgl/jam

DX

Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium


(26/ 06/08), kadar glukosa darah masih
tinggi, yaitu :
Glukosa 2 jpp : 160 mg %
SGOT/AST : 17 U/L
SGPT/ALT : 15 U/L
Albumin
: 2,3 gr %
Kolesterol total : 2,5 gr %
Triglycerida
: 180 mg %
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dihentikan, klien pulang
S:
- Klien mengatakan masih mengeluh lemas
- Klien merasa pusing jika duduk dalam jangka
waktu lama
- Klien mengeluh kesulitan dalam melakukan
aktivitasnya
O:
- Klien tampak lemah
- Klien tampak mengantuk
- Klien hanya berbaring diatas tempat tidur
- ADL klien dibantu oleh keluarga dan perawat
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
I:
- Observasi keadaan umum
- Observasi tanda- tanda vital
- Anjurkan keluarga untuk selalu membantu
klien dalam beraktivitas
- Anjurkan keluarga untuk meminta
- bantuan pada perawat dalam memenuhi
kebutuhan klien

Catatan Keperawatan

Paraf

11

12

25/07/11

26/07/11

S:
- Klien mengatakan dirinya masih merasa
cemas dengan keadaan kesehatanya
- Klien juga mengatakan tidak mengerti
tentang penyakitnya
O:
- Klien masih tampak gelisah
- Klien bertanya apakah lukanya bisa sembuh
atau tidak
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
I:
- Observasi keadaan umum
- Observasi tanda- tanda vital
- Observasi tingkat kecemasan klien
- Lakukan pendekatan sebelum melakukan
tindakan
- Dengarkan keluhan- keluhan klien
Beri penyuluhan tentang penyakit
S:
- Klien mengatakan dirinya masih merasa
cemas tentang keadaan kesehatanya
- Keluarga mengatakan mengerti tentang
penjelasan tentang penyakit Diabetes Melitus
yang telah diberikan.
O:
- Klien sudah tampak tenang
- Klien sudah tidak gelisah lagi
- Klien sudah tidak bertanya lagi tentang
penyakitnya
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan, klien pulang

BAB 4
PEMBAHASAN

Pembahasan dalam penyusunan Karya Tulis ini mengacu pada tujuan


umum yaitu agar peneliti dapat menerapkan dan memahami asuhan keperawatan

pada klien Diabetes Melllitus komplikasi gangren sehingga peneliti dapat


memperoleh pengalaman dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien
dengan Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Daerah Mataram.
Dalam penerapan proses keperawatan klien Ny Sdengan Diabetes
Melitus Komplikasi gangren yang dirawat di ruang mawar lantai II, Rumah Sakit
Umum Mataram sejak tanggal 24- 26 juni 2008 akan dibahas tahap demi tahap
sesuai dengan komponen yang terdapat dalam proses keperawatan.
Adapun komponen proses keperawatan yang dimaksud yaitu : pengkajian,
penentuan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan Evaluasi.
5.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan pendekatan sistematis yang juga merupakan
langkah awal dalam mengumpulkan data yang terdiri dari pengumpulan
data, analisa data , kemudian menentukan masalah keperawatan yang
dialami klien, Tahap pengumpulan data penulis lakukan sebanyak satu kali
langsung menemui klien dan keluarga, adapun dalam tahap pengkajian ini
penulis mendapatkan data tentang identitas klien, identitas penanggung
jawab (suami), riwayat kesehatan (keluhan utama, riwayat penyakit
sekarang, riwayat penyakit dahulu, dan riwayat penyakit penyakit
keluarga), pemeriksaan fisik head to toe (inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auscultasi), kebutuhan biollogis- psikologis- sosial- spiritual (Virginia
Handerson) yang meliputi 14 kebutuhan dasar manusia dan melakukan
analisa data (A. Aziz Alimul H, 2004 ).
Pada pengkajian riwayat penyakit sekarang yaitu pada tanggal 24 juni

2008 didapatkan data- data sebagai berikut: Klien mengeluh ada luka
dibagian kaki, tepatnya di jari kaki tengah, jari manis, jari kelingking pada
kaki sebelah kiri Luka sudah ada kira- kira sejak 1 bulan yang lalu, disertai
dengan pengeluaran nanah dan darah, klien mengeluh pusing, lemas, tidak
bertenaga, tidak kuat duduk lama apalagi berdiri, klien juga mengeluh kuat
makan, kuat minum dan pada malam hari bisa BAK > dari 5 kali, klien juga
mengatakan mempunyai riwayat banyak makan, banyak minum, banyak
kencing, TB: 156 cm, BB: 45 Kg, TD: 170/100mmHg, N: 88 x/mnt, Rr: 20
x/mnt, suhu:37,5 C, sedangkan menurut teori didapatkan data- data sebagai
berikut: adanya gejala kuat makan, kuat minum, kuat kencing terutama pada
malam hari, serta komplikasi- komplikasi yang muncul yang mengakibatkan
klien

harus dirawat di rumah sakit seperti terjadinya komplikasi TBC,

gangren, serta keluhan seperti tidak ada nafsu makan, badan lemas, ada
riwayat keluarga yang menderita penyakit Diabetes Melitus, dan ada riwayat
melahirkan bayi dengan BBL lebih > 4000 gr yang juga merupakan salah
satu pencetus terjadinya Diabetes Melitus.
Secara nyata pengkajian pada Ny. S sesuai dengan teori hanya
beberapa keluhan yang tidak dimiliki yaitu tidak terjadinya komplikasi
TBC,dan tidak ada riwayat melahirkan bayi besar > 4000 kg, namun Ny S
pernah menjalani rawat inap di RSUD Mataram di ruang Bougenfil dengan
diagnosa Ashma Bronchiale.
Pada riwayat pemenuhan kebutuhan Bio Psiko Sosial - Spiritual,
dilihat dari 14 komponen hampir tidak ditemukan kesenjangan dengan yang

ada pada teori, yaitu: Pada kasus nyata Ny. S gangguan gangguan yang
ditemukan meliputi, gangguan rasa nyaman nyeri yang ditimbulkan oleh
adanya luka gangren pada Os metatasral 3,4,5 sinistra pada pemenuhan
kebutuhan nutrisi klien mengatakan cepat lapar dan haus akan tetapi klien
hanya dapat menghabiskan setengah porsi yang disediakan Rumah Sakit.
Pada pemenuhan aktivitas klien mengatakan pusing bila terlalu lama duduk
dan merasa pusing. Pada pola komunikasi klien dan keluarga mengatakan
cemas dengan keadaannya, klien terlihat tegang dan gelisah, tatapan mata
kosong, klien juga sering bertanya pada perawat apakah lukanya bisa
sembuh atau tidak.
Pada pemeriksaan fisik secara teori sering ditemukan data seperti adanya
status dehidrasi, keringat dingin, katarak, meringis karena nyeri, gugup,
ngantuk, gemetar, nadi cepat, terdapat pembesaran hati, refleks pergerakan
kaki akan hilang, adanya gagal jantung, radang paru- paru, hipertensi atau
hipotensi.
Sedangkan data yang diperoleh dari pemeriksaan fisik pada Ny S
adalah:

wajah tampak pucat dan sayu, tidak ada odema pada wajah,

konjungtiva anemis, pengelihatan kabur, mata sering berair, mukosa bibir


tampak kering, ada luka gangren dikaki sebelah kiri (Os metatarsal 3,4,5),
kulit tampak kemerahan, ada pembengkakan, dan ada nyeri tekan pada
daerah kulit sekitar luka.
5.2 Tahap Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan pernyataan yang jelas mengenai status

kesehatan atau masalah actual atau Risiko dalam rangka mengidentifikasi


dan menentukan intervensi keperawatan untuk mengurangi, mencegah
masalah klien yang ada pada tanggung jawabnya, dan dalam tahap Diagnosa
keperawatan ada tiga komponen yang perlu dicantumkan yaitu : problem
(P), Etiologi (E), Simptom (S) (A. Aziz Alimul H, 2004 )
Diagnosa Keperawatan dibuat berdasarkan Hirarki Abraham Maslow antara
lain :
5.2.1 Diagnosa yang mendapat prioritas utama adalah diagnosa yang
mengancam status kesehatan.
5.2.2 Diagnosa Aktual harus didahulukan dari diagnosa potensial.
5.2.3 Diagnosa

ditetapkan

berdasarkan

berat

ringannya

masalah,

mudahnya masalah untuk diatasi, luasnya lingkup masalah dan


banyaknya orang yang merasakan.
Perumusan Diagnosa Keperawatan berdasarkan teori adalah sebagai
berikut:
5.2.1 Gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan dengan luka gangren yang
melebar sehingga mengenai syaraf tepi ditandai dengan klien
mengeluh kesakitan, tampak meringis, ada luka gangren.
5.2.2 Gangguan integritas kulit sehubungan dengan terganggunya sirkulasi
darah ditandai dengan klien mengeluh gatal-gatal, adanya luka
gangren
5.2.3 Risiko tinggi penyebaran infeksi sehubungan dengan tingginya kadar
glukosa dalam darah , menyebabkan aliran darah terganggu,

sehingga dapat merusak jaringan kulit seperti gangren.


5.2.4 Keterbatasan aktivitas sehubungan dengan adanya luka gangren, dan
ketidakseimbangan antara diit dengan terapi insulin, ditandai dengan
klien mengatakan badannya lemas, luka pada ekstimitas, klien
tampak gugup, gemetar, pemenuhan kebutuhan sehari-hari (ADL)
dibantu .
5.2.5 Kecemasan sehubungan dengan perubahan status kesehatan,
ketidaktahuan klien tentang penyakitnya dan luka komplikasinya
ditandai dengan klien mengatakan sulit tidur, sering bertanya tentang
penyakitnya, dan kesembuhan lukanya, klien tampak tegang, dan
gelisah, tatapan mata kosong.
5.2.6 Terjadinya

Hipoglikemia/Hiperglilkemia

sehubungan

dengan

pemberian obat anti Diabetika dan terapi insulin ditandai dengan


terjadinya

peningkatan/penurunan

mengeluh

cepat

lapar

dan

kadar

cepat

glukosa/gula

kenyang,

tidak

darah,
mampu

menghabiskan porsi makan yang disediakan.

Sedangkan dalam kasus

nyata yang ditemukan pada klien, penulis

mengangkat 6
5.2.1 Gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan dengan adanya luka
ganggren yang melebar dan menngenai syaraf tepi.
5.2.2 Gangguan integritas kulit sehubungan dengan tingginya kadar gula

dalam darah.
5.2.3 Risiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan adanya luka
gangren.
5.2.4 Keterbatasan aktivitas sehubungan dengan adanya luka gangren dan
ketidak seimbangan antara diet dan terapi insulin.
5.2.5 Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan terjadinya
Hipoglikemia akibat pemberian obat antidiabetika dan terapi insulin.
5.2.6 Kecemasan sehubungan dengan kurang pengetahuan klien tentang
proses penyakit dan kesesembuhan lukanya.
Namun penulis mengangkat diagnosa keperawatan gangguan kebutuhan
nutrisi berhubungan dengan terjadinya hipoglikemi di dalam kasus nyata,
berhubungan

dengan Diagnosa terjadinya Hipoglikemia adalah diagnosa

yang biasanya muncul akibat adanya kesalahan dosis terapi yang diberikan
dan termasuk dalam pembahasan Medis, sehingga penulis merasa kurang
memiliki data- data yang menunjang untuk mengangkat diagosa tersebut
menjadi salah satu masalah keperawatan yang diangkat dalam karya tulis
ini.

5.3 Tahap Perencanaan


Perencanaan merupakan langkah penentuan apa yang akan dilakukan
untuk membantu klien memenuhi kebutuhan kesehatan dan mengatasi
masalah keperawatan yang telah ditemukan, Kegiatan dalam tahap
perencanaan ini adalah menentukan prioritas masalah keperawatan dan

menyusun rencana perawatan, dalam perencanaan ini meliputi penetapan


tujuan yang ingin dicapai dan rencana tindakan yang terdiri dari tindakan
keperawatan, tindakan observasi dan penyuluhan, serta pelaksaan program
terapi dokter maupun terapi dari ahli gizi, merasionalisasikan tindakan yang
direncanakan, kemudian yang terakhir adalah rencana evaluasi (A. Aziz
Alimul H, 2004 )
Secara teori dalam membuat perencanaan harus melibatkan keluarga
untuk membantu mengatasi masalah klien. Dalam hal ini penulis sudah
melibatkan keluarga dalam hal menyusun rencana dan tindakan perawatan.
Maksudnya disini agar keluarga bisa memberi perawatan sesuai dengan
kemampuannya.
Rencana perawatan pada Ny. S disusun sesuai dengan teori dari
masalah keperawatan yang dialami oleh klien, sehingga pelaksanaanya akan
lebih baik. Bila dikaitkan secara teori yang diprioritaskan menjadi masalah
keperawatan utama dalam perencanaan perawatan seperti masalah gangguan
rasa nyaman nyeri, kerusakan integritas kulit, Risiko tinggi penyebaran
infeksi, masalah nutrisi, keterbatasan aktivitas dan kecemasan karena
dengan penaggulangan masalah ini secara tidak langsung akan menangani
masalah yang lain, rencana keperawatannya sesuai dengan teori yang telah
dijabarkan dalam bab dua, sehingga dalam menyusun rencana keperawatan
klien tidak mengalami kesulitan.
5.4 Tahap Pelaksanaan
Secara teori sifat - sifat tindakan perawatan meliputi : pemberian

tindakan keperawatan, tindakan observasi, penyuluhan, pelaksanaan terapi.


Dimana dalam tindakan perawatan ini langsung mengatasi masalah
keperawatan yang terjadi pada klien. Penyuluhan dapat kita lakukan dengan
cara mengajak keluarga berdiskusi dan memotivasi keluarga, sambil
memberi contoh sehingga klien akan lebih mudah mengerti.
Pelaksanaan terapi yaitu dengan melakukan kolaborsi dengan dokter,
ahli gizi, maupun team kesehatan lainnya berupa pemberian obat, diit, dan
pemeriksaan laboratorium. Dalam pelaksanaan tidak semua rencana dapat
dilaksanakan karena kemungkinan masih dapat diatasi dengan cara lain
yang sudah kita cantumkan sebagai rencana tindakan. Begitu juga jika
terjadi masalah yang tidak dapat atau belum teratasi maka rencana yang
sudah dibuat dapat diulang kembali sebagai tindakan keperawatan sampai
masalah-masalah tersebut teratasi (A. Aziz Alimul H, 2004 ).
Dalam melaksanakan tahap pelaksanan pada kasus Ny S, penulis
dapat melaksanakan semua rencana yang ada dengan mengadakan
kerjasama dengan perawat ruangan, tim medis dan tenaga kesehatan lainnya
untuk mengetahui sejauh mana keefektifan asuhan keperawatan yang telah
dilaksanakan sehingga bisa mengikuti perkembangan kesehatan klien.
5.5 Tahap Evaluasi
Tahap Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan
dimana dalam tahap ini merupakan tahap penilaian keberhasilan suatu
asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan dan ditulis dalam catatan
perkembangan dalam bentuk SOAPI, Evaluasi dilaksanakan secara

berkesinambungan dengan cara mengamati langsung perubahan kondisi


kesehatan klien, dan untuk menilai apakah asuhan keperawatan yang telah
dilaksanakan kepada klien berhasil atau tidak dan harus sesuai dengan
rencana keperawatan yang telah dibuat (A. Aziz Alimul H, 2004 )
Pada dasarnya dalam evaluasi tidak ditemukan adanya kesenjangan
antara teori dan kenyataan yang ditemukan dilapangan.
Metode penelitian dilakukan dengan menggunakan metode SOAPI
(Subyektif, Obyektif, Assesment, Planing dan Intervensi) yang merupakan
catatan perkembangan, dan dari 6 Diagnosa keperawatan yang telah
diangkat, setelah dilakukan tindakan keperawatan

didapatkan beberapa

diagnosa keperawatan yang sudah teratasi adalah keterbatasan aktivitas


sudah teratasi, klien ada tenaga, tidak lemas, dan pusing saat duduk lama,
Kecemasan teratasi dengan klien sudah tampak tenang dan sudah tidak
bertanya lagi tentang penyakitnya, klien mengatakan mau menerima
keadaan atau penyakit yang dideritanya, dan beberapa diagnosa yang
teratasi sebagian seperti maslah gangguan rasa nyaman nyeri, Risiko tinggi
penyebaran infeksi, dan gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, serta
diagnosa keperawatan yang belum teratasi adalah terjadinya kerusakan
integritas kulit ditandai dengan turgor kulit belum baik, masih tampak
kemerahan dan menegang, serta adanya pengelupasan didaerah sekitar kulit.
Pelaksanaan selanjutnya dilakukan oleh perawat ruangan, sehingga
pelaksanaan awal dilanjutkan sampai didapatkan hasil masalah tersebut
sudah teratasi pada bagian evaluasi

Klien pulang pada tanggal 26 Juni 2008 dengan keadaan umum baik,
tekanan darah 140/90 mmHg, dengan menggunakan korsi roda, klien
tampak segar dan mampu bertahan duduk dalam waktu yang lama tanpa
merasa pusing.

BAB 6
KASIMPULAN dan SARAN

6.1 KESIMPULAN
6.1.1 Tahap Pengkajian yang dilakukan penulis pada Ny S dapat

dilaksanakan dengan baik sehingga didapat data- data yang mampu


menunjang munculnya suatu masalah, hasil pengkajian yang didapat
tidak jauh berbeda antara konsep teori dengan penerapan pada praktik,
akan tetapi ada beberapa data yang tidak muncul dalam teori namun
muncul pada kasus, seperti :
6.1.2 Diagnosa Keperawatan merupakan suatu proses perumusan masalah
keperawatan yang dapat timbul berdasarkan data yang diperoleh dari
proses pengkajian,yang penentuannya ditetapkan berdararkan prioritas
masalah yang paling mengancam dan paling dirasakan oleh klien, dan
didalam diagnosa keperawatan penulis tidak banyak mengalami
kesulitan karena diagnosa yang dijumpai dikasus hampir sama dengan
yang ada dikonsep teori
6.1.3 Dalam tahap perencanaan,kegiatan yang dilakukan adalah menetapkan
prioritas

masalah,merumuskan

tujuan

keperawatan,menetapkan

kriteria hasil,menentukan rencana tindakan dan rasionalisasinya, dan


dalam perencanaan penulis membuat rencana sesuai dengan masalah
yang dihadapi klien, dan rencana yang disusun dalam tinjauan kasus
dapat dilaksanakan semua.
6.1.4 Pelaksanaann perawatan pada klien Diabetes Melitus komplikasi
ganggren

pada dasarnya adalah lima tindakan yaitu memberikan

penyuluhan kesehatan,memberi makan sesuai diet,menganjurkan klien


olah

raga

ringan

sesuai

dengan

kondisi

dan

kemampuan

fisiknya,perawatan luka ganggren dan memberikan obat anti Diabetes

sesuai program terapi, dan dalam tahap pelaksanaan penulis dapat


melakukan semua tindakan berdasarkan perencanaan yang telah
disusun yang meliputi tindakan keperawatan mandiri dan tindakan
kolaboratif.
6.1.5 Evaluasi merupakan langkah terakhir dimana penulis membandingkan
respon hasil setelah dilakukan tindakan dengan tujuan dan kriteria
hasil pada perencanaan untuk mengetahui apakah masalah klien
teratasi atau belum yang disesuaikan dengan kriteria waktu pada
rencana, dan tujuan yang telah ditetapkan, Dengan harapan semua
masalah pada klien dapat diatasi.
6.1.6 Dalam Dokumentasi keperawatan hal yang perlu dilakukan adalah
mencatat data- data yang didapat dari hasil pengkajian, masalah dan
rencana keperawatan, serta tindakan dan respon hasil selama
dilakukan asuhan keperawatan pada klien.

6.2 SARAN
6.2.1

Teoritis
Diabetes Melitus adalah salah satu penyakit dengan persentase
cukup tinggi, Diharapkan melalui Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan
tim kesehatan yang terkait baik perawat, dokter, dan ahli gizi untuk

secara bersama-sama dalam merawat klien dengan sebaik-baiknya.ahli


gizi memperhatikan diet yang diberikan, perawat memberikan
perawatan luka dan hal-hal lain yang merupakan kebutuhan klien,
serta dokter dalam memberikan terapi pengobatan, sehingga dapat
secara

bersama-sama

dapat

mengawasi

perkembangan

status

kesehatan klien.
6.2.2

Praktisi
Dalam hal pengkajian diharapkan perawat mampu menggali
keluhan- keluhan klien secara menyeluruh sehingga diperoleh data
yang akurat untuk menentukan masalah yang dirasakan klien, selain
itu perawat perlu memberikan pendidikan kesehaatan tentang penyakit
Diabetes Melitus, dan mengingat penyakit Diabetes Melitus adalah
merupakan penyakit yang kemungkinan untuk kambuh sangat besar,
maka kepada perawat dihimbau agar tidak lupa memberikan
penyuluhan kesehatan tentang cara perawatan luka dirumah dengan
selalu memperhatikan kebersihan alat-alat yang digunakan, tentang
diet, misalnya dengan memberikan contoh takaran nasi, lauk, pauk,
buah-buahan yang tidak terlalu manis, dan jenis makanan lain ynag
dapat dikonsumsi sesuai dengan anjuran ahli gizi, jadwal makan
teratur, serta tidak lupa menganjurkan klien untuk rajin mengontrol
kesehatannya.

DAFTAR PUSTAKA

Sylvia A, price.1994. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Proses Penyakit. Edisi


1 jakarta: EGC, Hal 120-124
Baughman, Diane C. dan john C.Hackley. 2000. Keperawatan Medikal Bedah
Buku Saku dari Brunner & Suddarth. Jakarta :EGC

Doengeus, marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk


Perencanaan 7 Pendokumentasian Perawatan Klien. Edisi III. Jakarta
:EGC
Hudah, Carolyn M. dan Gallo. 1996. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik.
Edisi IV, Volume II, Jakarta :EGC
Pamella, L. Swariengen. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi II. Jakarta
:EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner 7
Suddarth. Edisi VII, Volume II. Jakarta : EGC.
Elizabeth, Tara, MD & Eddy Soetrisno, 1998. Anda Perlu Tahu Diabetes.
Intermedia Ladang Pustaka : Jakarta
Nursalam, 2003. Konsep Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Salemba Medika : Jakarta.
Ramaharbo Hotma, 2002. Asuhan Keperawatan Klien dengan gangguan sistem
endokrin. EGC : Jakarta.
Tjokroprawiro, Askandar. 1997. Hidup Sehat dan Bahagia Bersama Diabetes.
Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.
Amedah, Yun. 2007. from www.infopus@jiptum.com diperoleh tanggal 10
Desember 2002
Aris, 2004. from www.medicastore.com diperoleh tanggal 29 Maret 2004
http://www.alwis.com

SATUAN ACARA PENYULUHAN


DIABETES MELLITUS

Pokok Bahasan

: Diabetes Mellitus

Sub Pokok Bahasan

: Konsep Dasar Diabetes Mellitus

Sasaran

: Ny S

Hari, Tanggal

: Kamis, 26 Juni 2008

Jam

: 12.00 WITA

Waktu

: 1 x 15 menit

Tempat

: Kamar 115 Ruang Melati RSU Mataram

Metode

: Diskusi

Tujuan Umum

: Ny S mengetahuti tentang Diabetes Mellitus

Tujuan Khusus

:
1;

Menjelaskan pengertian Diabetes Mellitus

2;

Menyebutkan faktor penyebab timbulnya Diabetes


Mellitus Menyebutkan tanda dan gejala penyakit
Diabetes Mellitus Menjelaskan Penatalaksanaan
Diabetes Mellitus

3;

Menjelasakan cara mengatasi Diabetes Mellitus di


rumah

Penyuluh

: RAHAYU ANGGRAENI (066 SYE 05)


Mahasiswa STIKES Yarsi Program Studi D.III
Keperawatan

Pelaksanaan

waktu
Kegiatan Penyuluh
3 menit Perkenalan
1; Mengucapkan salam dan
memperkenalkan diri
2; Menjelaskan tujuan dari
penyuluhan
3; Kontrak waktu dengan klien
4; Menyampaikan materi yang akan

Kegiatan Peserta
Menjawab salam dan memdengar
Mendengar
Menyetujui
Mendengar

diberikan
6 menit Pelaksanaan
1; Menjelaskan pengertian Diabetes
Mellitus
2; Menyebutkan faktor penyebab
timbulnya Diabetes Mellitus
Menyebutkan tanda dan gejala
penyakit Diabetes Mellitus
Menjelaskan Penatalaksanaan
Diabetes Mellitus
3; Menjelasakan cara mengatasi
Diabetes Mellitus di rumah

Mendengar dan memperhatikan


Mendengar dan memperhatikan
Mendengar dan memperhatikan
Mendengar dan memperhatikan
Mendengar dan memperhatikan

4 menit Evaluasi
1; Menanyakan kepada klien tentang Menjawab pertanyaan
materi yang telah disampaikan
2; Memberi kesempatan kepada Ny
S untuk menanyakan hal-hal
Ny S menanyakan tentang halyang kurang dimengerti
hal yang belum dimengerti
2 menit Terminasi
1; Mengucapkan terima kasih kepada Menjawab salam
klien dan mengucapkan salam
2; Berjabat tangan dengan klien
Menjabat tangan perawat

MATERI PENYULUHAN
DIABETES MELLITUS
A; Diabetes Melitus
Suatu gejala kelainan dalam tubuh yang ditandai dengan tingginya
kadar gula darah dan adanya gula dalam air kencing (Ngafenan, 1999)

Atau Suatu penyakit menahun yang ditandai oleh kadar glukosa darah yang
melebihi nilai normal
Nilai Normal:
Gula Darah Sewaktu (GDS) < 120 mg/dl
Gula Darah Puasa (GDP)

< 200 mg/dl

Diabetes Melitus Berasal dari bahasa YUNANI, yaitu :


Diabetes

:Pancuran

Melitus

:Madu/Gula

Diabetes Melitus :
Banyaknya air seni yang manis karena mengandung gula
Diabetes Melitus disebabkan oleh kekurangan hormon insulin yang dihasilkan
oleh pankreas sehingga dapat menurunkan kadar gula darah
B; Tanda dan Gejala
1. Gejala
Gejala Akut
Gejala pada pasien Diabetes yang satu dengan yang lain tidaklah
selalu sama, gejala-gejala umumnya timbul dengan tidak mengurangi
kemungkinan adanya variasi gejala yang lain, dan bahkan ada penderita
Diabetes yang tidak menunjukkan gejala apapun sampai pada suatu saat
tertentu.
Pada permulaan gejala yang timbul meliputi tiga P yaitu:
a) Polifagia/ banyak makan
Sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih, penderita

mengalami penurunan berat badan, untuk mengkompensasikan hal ini


penderita sering merasakan lapar yang luar biasa sehingga banyak
makan.
b) Polidipsia/ banyak minum
Akibat poliuri maka penderita merasakan haus yang berlebihan
sehingga banyak minum
c) Poliuria/banyak kencing
Gejala awal berhubungan dengan efek langsung dari kadar gula
darah yang tinggi. Jika kadar gula darah sampai di atas 160-180 mg/l,
maka glukosa akan sampai ke air kemih, jika kadarnya lebih tinggi,
ginjal akan membuang ari tambahan untuk mengencerkan sejumlah
besar glukosa yang hilang, karena ginjal menghasilkan air kemih
dalam jumlah yang berlebihan, maka sering berkemih dalam jumlah
yang banyak terutama pada malam hari.
d) Berat badan menurun meskipun banyak makan dan minum
e) Sering merasa lelah dan mengantuk
f) Mudah timbul bisul dan lama sembuhnya
g) Gatal-gatal terutama pada bagian luar alat kelamin
h) Nyeri otot
i) Menurunnya gairah seksual
j) Penglihatan kabur, sering ganti ukuran kaca..
Gejala kronik
Kadang-kadang penderita Diabetes Militus tidak menunjukkan adanya

gejala akut atau mendadak, tetapi penderita tersebut tidak menunjukkan


gejala-gejala sesudah beberapa bulan atau beberapa tahun mengidap
penyakit Diabetes Militus, yang biasa disebut gejala kronis menahun, dan
gejala kronis yang sering timbul adalah: Kesemutan, rasa panas di kulit,
rasa tebal di kulit, kram, capai, ngantuk, mata kabur yang berubah-ubah,
gatal di sekitar kemaluan terutama pada wanita, gigi mudah goyah dan
lepas, kemampuan seksual menurun, sering pada ibu hamil mengalami
keguguran,

atau

melahirkan

bayi

mati

(Dr.

H.

Askandar

Tjokroprawiro,1996,Buku Diabetes Militus )


2. Tanda
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan :
a. Test urine reduksi dan sedimen positif
b. Kadar gula darah puasa lebih dari 120 mg/dl
c. Glukosa darah 2 jam post puasa lebih dari 200 mg/dl

C; Faktor Resiko Diabetes Melitus


(Kencing Manis)
1; Umur (Resiko DM meningkat seiring dengan pertambahan umur)
2; Ada riwayat keluarga dengan Diabetes Militus
3; Riwayat Kehamilan dengan Diabetes Melitus (Diabetes Gestasional)

4; Riwayat lahir dengan berat badan bayi < 2500 gr


5; Obesitas/ Kegemukan
6; Kurang aktifitas fisik (Olah raga)
7; Hipertensi / Tekanan Darah Tinggi
8; Pola makan tidak sehat (tinggi kalori, tinggi lemak dan rendah serat)
D; PENATALAKSANAAN
1; Penyuluhan Kesehatan
a; Mencari informasi yang berkaitan dengan Diabetes Melitus
b; Mengikuti penyuluhan yang berkaitan dengan :
-

Makan- makanan sehat

- Aktifitas fisik (olah raga) teratur


- Pengobatan
- Komplikasi Diabetes Melitus
2; Makan makanan sehat untuk membantu diabetisi, memperbaiki kebiasaan
gizi untuk kontrol metabolik yang lebih baik (Pengendalian Glukosa)
Jumlah kandungan serat 25 gr/hri diutamakan serat larut, konsumsii garam
dikurangi pada pasien dengan hipertensi, pemanis buatan yang aman dan
dapat diterima oleh pasien DM sekalipun yang sedang hamil adalah
sakarin
Indeks masa tubuh dapat dihitung dengan rumus :
IMT :BB (Kg)/ TB (m)
Untuk menghitung kebutuhan kalori dapat dipakai rumus brosa berat
badan dengan rumus :

BB : (TB-100)*10%
3; Melakukan Aktifitas Fisik (Olah raga)
Jenis olah raga yang baik adalah olah raga yang memperbaiki kesegaran
jasmani memenuhi ketahanan, kekkuatan tubuh(fleksibilitas),
keseimbangan ketegangan tenaga dan bersifat kontinue, ritmis.
E; Pengobatan
1; Minum obat anti diabetes secara teratur (dosis sesuai anjuran dokter)
2; Lakukan pemeriksaan Kesehatan termasuk pemeriksaan gula darah secara
teratur dan berkala ke puskesmas atau sarana pelayanan kesehatan lain.

SATUAN ACARA PENYULUHAN


DIET DIABETES MELLITUS

Pokok Bahasan

: Diet Diabetes Mellitus

Sub Pokok Bahasan

: Konsep Dasar Diet Diabetes Mellitus

Sasaran

: Ny S

Hari, Tanggal

: Kamis, 26 Juni 2008

Jam

: 12.00 WITA

Waktu

: 1 x 15 menit

Tempat

: Kamar 206 Ruang Mawar RSU Mataram

Metode

: Diskusi

Tujuan Umum

: Ny S mengetahuti tentang Diet Diabetes Mellitus

Tujuan Khusus

:
4;

Menjelaskan pengertian Diet Diabetes Mellitus

5;

Menyebutkan faktor penyebab timbulnya Diabetes


Mellitus Menyebutkan tanda dan gejala penyakit
Diabetes Mellitus Menjelaskan Penatalaksanaan
Diabetes Mellitus

6;

Menjelasakan cara mengatasi Diabetes Mellitus di


rumah

Penyuluh

: RAHAYU ANGGRAENI (066 SYE 05)


Mahasiswa STIKES Yarsi Program Studi D.III
Keperawatan

Pelaksanaan

waktu Kegiatan Penyuluh


3 menit Perkenalan
5; Mengucapkan salam dan
memperkenalkan diri
6; Menjelaskan tujuan dari
penyuluhan
7; Kontrak waktu dengan klien
8; Menyampaikan materi yang akan
diberikan
6 menit Pelaksanaan

Kegiatan Peserta
Menjawab salam dan memdengar
Mendengar
Menyetujui
Mendengar

4; Menjelaskan pentingnya Diet


Mendengar dan memeperhatikan
Diabetes Mellitus
5; Menyebutkan tujuan Diet Diabetes Mendengar dan memeperhatikan
Mellitus
6; Menyebutkan syarat Diet Diabetes Mendengar dan memeperhatikan
Mellitus
7; Menyebutkan jenis makanan yang Mendengar dan memeperhatikan
dianjurkan untuk diet Diabetes
Mellitus
8; Menyebutkan jenis makanan yang Mendengar dan memeperhatikan
tidak dianjurkan untuk diet
Diabetes Mellitus
9; Memberikan contoh menu Diet
Mendengar dan memperhatikan
sehari untuk pasien Diabetes
Mellitus
4 menit Evaluasi
3; Menanyakan kepada klien tentang Menjawab pertanyaan
materi yang telah disampaikan
4; Memberi kesempatan kepada Ny
S untuk menanyakan hal-hal
Ny S menanyakan tentang hal-hal
yang kurang dimengerti
yang belum dimengerti
2 menit Terminasi
3; Mengucapkan terima kasih kepada Menjawab salam
klien dan mengucapkan salam
4; Berjabat tangan dengan klien
Menjabat tangan perawat

Materi Penyuluhan
DIET DIABETES MELLITUS

Diet Diabetes Mellitus jika tidak ditangani dengan baik dapat


mengakkibatkan timbulnya komplikasi pada berbagai organ tubuh, diantaranya

jantung karena hipertensi, ginjal dengan manifestasi sehubungan dengan Diabetes


Mellitus adalah Nefropati Diabetes.
A; Tujuan Diet
Tujuan Diet Diabetes Militus adalah membantu pasien memperbaiki
kebiasaan makan dan oleh raga untuk mendapatkan kontrol metabolik yang
lebih baik dengan cara :
1; Mempertahankan kadar glukosa darah supaya mendekati normal dengan
menyeimbangkan asupan makanan dengan insulin dengan obat penurun
glukosa oral atau aktivitas fisik.
2; Mencapai dan mempertahankan kadar lipid serum total
3; Memberi cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai berat badan
normal
4; Menghindari atau menangani komplikasi akut pasien yang menggunakan
insulin seperti hipoglikemia, komplikasi jangka pendek, dan jangka
panjang serta masalah yang berjaitan dengan latihan jasmani
5; Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang
optimal

B; SYARAT DIET
Syarat Syarat Diet Penyakit Diabetes Mellitus adalah :
1; Energi yang cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat badan
normal.
2; Kebutuhan protein normal yaitu 10-15 % dari kebutuhan energi total

3; Kebutuhan lemak sedang yaitu 20-25 % dari kebutuhan energi total.


4; Kebutuhan karbohidrat adalah sisa dari kebutuhan energi total, yaitu 6070 %
5; Penggunaan gula murni dalam minuman dan makanan tidak diperbolehkan
kecuali jumlahnya sedikit yang digunakan sebagai bumbu, namun bila
kadar glukosa darah sudah terkendali diperbolehkan mengkonsumsi gula
murni sampai 5 % dari kebutuhan energi total
6; Asupan serat dianjurkan 25 g / hari dengan mengutamakan serat larut air
yang terdapat dalam sayuran dan buah
7; Pasien DM dengan tekanan darah normal (tidak hipertensi) diperbolehkan
mengkonsumsi natrium dalam bentuk gagram dapur seperti orang sehat
yaitu 3000 mg/hari
8; cukup vitamin dan mineral, apabila asupan dari makanan cukup
penambahan makanan dalam bentuk suplement tidak diperlukan.

C; Bahan Makanan yang dianjurkan adalah sebagai berikut :


1; Sumber karbohidrat kompleks seperti nasi, roti, mie, kentang, singkong,
ubi, dan sagu
2; Sumber protein rendah lemak seperti ikan, ayam tanpa kulit, susu skim,
tempe, tahu, dan kacang- kacangan

3; Sumber lemak dalam jumlah terbatas yaitu makanan yang mudah dicerna,
makanan terutama diolah dengan cara dipanggang, dikukus, disetup,
direbus, dan dibakar.
D; Bahan makanan yang tidak dianjurkan adalah sebagai berikut :
1; Mengandung banyak gula sederhana seperti gula pasir, gula jawa, sirop,
selai, jeli, buah- buahan yang diawetkan dengan gula, susu kental manis,
minuman botol ringan dan es krim
2; Mengandung banyak lemak seperti cake, makanan siap saji / fast food, dan
goreng- gorengan
3; Mengandung banyak natrium seperti ikan asin, telur asin, dan makanan
lain yang diawetkan.

E; Contoh Menu Sehari untuk pasien Diabetes Mellitus


Diet DM 1900 kkal
Waktu
Pagi

Bahan Makanan
Nasi
Telur ayam
Tempe
Sayuran A
Minyak

Penukar
1 porsi
1 porsi
1 porsi
S
2 porsi

Ukuran
1 gls
1 btr
1 ptg sdg
1 sdm

Menu
Nasi
Telur dadar
Oseng-osengtempe
Soop oyong dan tomat

Siang

Malam

Buah
Nasi
Ikan
Tempe
Sayuran B
Buah
Minyak
Buah
Nasi
Ayam tanpa kulit
tahu
Tahu sayuran B
Buah
Minyak

1 porsi
2 porsi
1 porsi
1 porsi
1 porsi
1 porsi
2 porsi
1 posri
2 porsi
1 porsi
1 porsi
1 porsi
1 porsi
1 porsi

1 ptg sdg
1 gls
1 ptg sdg
1 ptg sdg
1 gls
1 buah sdg
1 sdm
1 buah
1 ptg sdg
1 buah
1 ptong
1 gls
1 ptong
1 sdm

Pepaya
Nasi
Pepes ikan
Tempe goreng
Lalapan kacang panjang
Nanas
Pisang
Nasi
Ayam bakar
Tahu bacem
Sup buncis/ wortel
Pepaya

RINGKASAN PASIEN PULANG

Nama Klien

: Ny S

Umur

: 45 Tahun

Alamat

: Gangga, lombok utara

Hari, tanggal MRS

: Senin, 23 Juni 2008

Hari, tanggak KRS

: Jumat 26 Juni 2008

Diagnosa Medis

: Diabetes Mellitus

Cara klien pulang

: Dengan menggunakan korsi roda

Klien pulang

: Atas permintaan keluarga, dengan alasan akan


melanjutkan perawatan di puskesmas tanjung

Kondisi klien

:
1; Keadaan umum baik
2; kesadaran Compos Mentis
3; Wajah tampak segar, mukosa oral lembab, mata tidak
cekung
4; Keadaan luka cukup baik
5; Turgor kulit baik, tidak bengkak dan terkelupas
6; tekanan darah : 140/90 mmHg, nadi 88 x/menit,
suhu : 36,5 C, dan pernafasan 20 x/menit

Pesan untuk dirumah :


a; Menganjurkan untuk tetap mempertahankan cara makan seperti makan
sesuai dengan porsi dan menu rumah sakit, yaiitu yang mengandung
karbohidrat berupa nasi, sumber protein murni seperti tempe bacem, ayam
tanpa kulit, tahu dan kacang- kacangan serta yang mengandung cukup
setar seperti sayur dan buah

b;

Menganjurkan untuk tidak mengkonsumsi makanan yang mengandung


gula, tidak diawetkan dengan bagan pemanis, susu kental manis, dodol,
makanan siap saji seperti goreng- gorengan dan juga makanan yang
banyak mengandung natrium seperti ikan asin, telur asin.

c; Menganjurkan untuk selalu memeriksakan keadaan dirinya dan


melakukan perawatan luka kepuskesmas minimal 3 kali sehari.
d; Menganjurkan untuk selalu mempertahankan tubuhnya terutama bagian
tungkai dan pada daerah tertekan seperti lutut dan tumit.
e; Menjelaskan bahwa makanan yang bergizi sangat penting untuk proses
penyembuhan lukanya
f; Menganjurkan untuk banyak beristirahat dan jangan mengerjakan
pekerjaan yang terlalu berat

Mataram, 26 Juni 2008,


Mahasiswa

Rahayu Anggraeni

Você também pode gostar