Você está na página 1de 24

FARMAKOLOGI DASAR

ANASTESI UMUM
KELOMPOK 1
RAHMAT MULIADI
(F1F112046)
MUHAMMAD JULPAN K. (F1F112048)
WAODE NUR HAJIMAH (F1F112049)
YUNITA DAWU
(F1F112050)
EKA ASTUTI JANNAH
(F1F112051)
MILA ARMILA SARI
(F1F112052)
RACHMA MALINA
(F1F112053)
MUH. GERAL LAMAMBO
(F1F112057)
AYU ERNISA
(F1F112058)

ANESTETIK UMUM
Anastesia

yakni suatu keadaan depresi umum yang bersifat


reversibel dari pusat SSP, dimanA seluruh
perasaan dan kesadaran ditiadakan sehingga
mirip pingsan

ANESTETIK UMUM
Anestetika digunakan dalam pembedahan dengan
maksudmencapai keadaan pingsan, merintangi
rangsangan nyeri (analgesia), memblokir reaksi
refleksterhadap
manipulasi
pembedahan,
sertamenimbulkan pelemasan otot (relaksasi).
Untuk
pembedaham
umumnya
digunakan
kombinasihiptonika, analgetikdanrelaksansia
otot.

JENIS OBAT ANESTESI UMUM.

Jenis obat anestesi umum.


Anastesi Inhalasi

Jenis obat anestesi umum.


Anastesi Inhalasi
Obat obat ini diberikan sebagai uap
melalui saluran pernafasan.
Anastesi Inhalasi:halotan, enfluran, isofluran,
dan sevofluran.
Obat ini terutama digunakan untuk memelihara anastesi.
Dewasa

ini,

senyawa

kunoeter,kloroform,trikloretilen,dansiklopropanpraktis
tidak digunakan lagi karene efek sampingnya.

Anastesi Inhalasi
Farmakokinetik
Dalamnya anestesi ditentukan oleh konsentrasi anestetik
didalam susunan saraf pusat. Kecepatan pada konsentrasi
otak yang efektif (kecepatan induksi anestesi) bergantung
pada

banyaknya

ambilan

dan

menentukan

farmakokinetika

penyebaran
perbedaan

yang

anestetik.

kecepatan

mempengaruhi
Factor

transfer

tersebut
anestetik

inhalasi dari paru kedalam darah serta dari darah ke otak


dan jaringan lainnya. Faktor-faktor tersebut juga turut
mempengaruhi masa pemulihan anestesi setelah anestetik
dihentikan.

Anastesi Inhalasi
Ambilan & distribusi
Konsentrasi masing-masing dalam suatu campuran gas anestetik
sebanding dengan tekanan atau tegangan persialnya. Istilah
tersebut

sering

dipergunakan

secara

bergantian

dalam

membicarakan berbnagai proses transfer anestetik gas dalam


tubuh. Tercapainya konsentrasi obat anestetik yang adekuat
dalam otak untuk menimbulkan anestesi memerlukan transfer
obat anestetik dari udara alveolar kedalam darah dan otak.
Kecepatan pencapaian konsentrasi ini bergantung pada sifat
kelarutan anestetik, konsentrasinya dalam udara yang dihisap, laju
ventilasi

paru,

aliran

darah

paru,

dan

perbedaan

gradian

konsentrasi (tekanan parsial) obat anestesi antara darah arteri dan

Anastesi Inhalasi
Farmakodinamika
Anestesi

inhalasi

bekerja

secara

spontan

menekan

dan

membangkitkan aktivitas neuron berbagai area di dalam otak.


Untuk mendapatkan reaksi yang secepat-cepatnya, obat ini pada
permulaan harus diberikan dalam dosis tinggi.

Keuntungan
resorpsi cepat melalui paru
ekskresi melalui gelembung paru,
pemberian mudah dipantau
bila perlu setiap waktu dapt
dihentikan

Jenis obat anestesi umum.

Anestesi Intravena.
Mekanisme kerja umum
Pengaruh protein SSP dapat membentuk hidrat dengan
air yang bersifat stabil. Hidrat gas ini dapat merintangai
transmisi rangsangan di sinaps dg demikian
mengakibatkan timbulnya anestesia
Beberapa obat digunakan secara intravena (baik sendiri atau
dikombinasikan dengan obat lain) untuk menimbulkan anestesi,
atau sebagai komponen anestesi berimbang (balanced
anesthesia), atau untuk menenangkan pasien di unit rawat
darurat yang memerlukan bantuan napas buatan untuk jangka
panjang. Untuk anestesi intravena total biasanya menggunakan

SyaratAnestesi intravena
Cepat menghasilkan efek hipnotik
Mempunyai efek analgetika
Menimbulkan amnesia pasca anestesi
Dampak buruk mudah dihilangkan oleh
antagonisnya
Cepat dieliminasi
Tidak /sedikit mendepresi respirasi dan
kardiovaskuler

Farmakodinamika
Pengaruh FK tidak bergantung pada
disfungsi organ
Senyawa intravena ini umumnya digunakan untuk induksi
anestesi. Kecepatan pemulihan pada sebagian besar
senyawa intravena juga sangat cepat.

Tahapan Anestesi
Stadium I

Tahapan Anestesi
Stadium
(analgesia)
Penderita
Rasa

I
mengalami

nyeri

hilang,

analgesi,
Kesadaran

berkurang

Stadium II (delirium/eksitasi)
Penderita tampak gelisah dan kehilangan kesadaran Penderita
mengalami gerakan yang tidak menurut kehendak (tertawa,
berteriak, menangis) Volume dan kecepatan pernapasan tidak
teratur. Dapat terjadi mual dan muntah, Inkontinensia urin dan
defekasi sering terjadi. Midriasis, hipertensi

Tahapan Anestesi

adium III (anestesia,pembedahan/operasi)


Pernapasan menjadi dangkal, cepat, dan teratur, seperti pada
keadaan tidur (pernapasan perut) Gerakan mata dan refleks mata
hilang / gerakan bola mata tidak menurut kehendak Otot menjadi
lemas, misal; kepala dapat digerakkan ke kanan dan ke kiri
dengan bebas; lengan diangkat lalu dilepaskan akan jatuh bebas
tanpa ditahan

Stadium IV (paralisis medula oblongata)


Kegiatan jantung dan pernapasan spontan terhenti. Terjadi
depresi berat pusat pernapasan di medulla oblongata dan
pusat vasomotor. Tanpa bantuan respirator dan sirkulasi,
penderita akan cepat meninggal. Maka taraf ini sedapat

Efek Samping
Hampir semua obat anastetik umum mengakibatkan sejumlah efek
samping dan yang terpenting adalah :
Menekan pernapasan yang pada anastesi dalam terutama
ditimbulkan oleh halotan, enfluran, dan isofluran. Efek ini paling
ringan pada N20 dan eter.
Menekan sistem kardiovaskuler, terutama oleh halotan, enfluran,
dan isofluran. Efek ini juga ditimbulkan oleh eter, tetapi karena eter
juga merangsang SS simpatis, maka efek keseluruhannya manjadi
ringan.
Merusak hati (dan ginjal), terutama senyawa klor,misalnya
kloroform.
Oliguri (reversible) karena berkurangnya pengaliran darah di
ginjal, sehingga pasien perlu dihidratasi secukupnya.

Klasifikasi Obat- obat Anestesi


Umum

Anastesi Inhalasi
1. Halothane

Bau dan rasa tidak menyengat , Khasiat anestetisnya sangat kuat


tetapi khasiat analgetisnya dan daya relaksasi ototnya ringan, yang
baru adekuat pada anestesi dalam Bersifat menekan refleks dari
paring dan laring, melebarkan bronkioli dan mengurangi sekresi
ludah dan sekresi bronchi
Famakokinetik: sebagian dimetabolisasikan dalam hati
bromide, klorida anorganik, dan trifluoacetik acid.
Efek samping: menekan pernapasan dan kegiatan jantung,
hipotensi, jika penggunaan berulang, maka dapat
menimbulkan kerusakan hati.
Dosis: tracheal 0,5-3 v%.

Anastesi Inhalasi
2. Enfluran
Anestesi inhalasi kuat yang digunakan pada berbagai jenis
pembedahan, juga sebagai analgetikum pada persalinan.
Memiliki daya relaksasi otot dan analgetis yang baik, melemaskan
otot uterus
Tidak begitu menekan SSP
Efek samping: hipotensi, menekan pernapasan, aritmi, dan
merangsang SSP. Pasca bedah dapat timbul hipotermi (menggigil),
serta mual dan muntah, dapat meningkatkan perdarahan pada
saat persalinan, SC, dan abortus.

Anastesi Inhalasi
3. Isofluran (Forane)
Bau tidak enak
Termasuk anestesi inhalasi kuat dengan sifat analgetis dan
relaksasi otot baik
Daya kerja dan penekanannya thdp SSP = enfluran
Efek samping: hipotensi, aritmi, menggigil, konstriksi bronkhi,
meningkatnya jumlah leukosit. Pasca bedah dapat timbul mual,
muntah, dan keadaan tegang
Sediaan : isofluran 3-3,5% dlm O2; + NO2-O2 = induksi;
maintenance : 0,5%-3%

Anastesi Inhalasi
4. Desfluran

Dessfluran merupakan halogenasi eter yang rumus bangun dan

efek klinisnya mirip isofluran.

Desfluran sangat mudah menguap dibandingkan anestesi volatil

lain, sehingga perlu menggunakan vaporizer khusus (TEC-6).

Titik didihnya mendekati suhu ruangan (23.5C).

Potensinya rendah

Bersifat simpatomimetik menyebabkan takikardia dan hipertensi

Efek depresi napasnya seperti isofluran dan etran

Merangsang jalan napas atas, sehingga tidak digunakan untuk

induksi anestesi

Anastesi Inhalasi
5. Sevofluran
Merupakan halogenasi eter
Induksi dan pulih dari anestesi lebih cepat dibandingkan dengan
isofluran

Baunya tidak menyengat dan tidak merangsang jalan napas

Efek terhadap kardiovaskular cukup stabil, jarang

menyebabkan aritmia

Efek terhadap sistem saraf pusat seperti isofluran dan belum

ada laporan toksik terhadap hepar

Setelah pemberian dihentikan sevofluran cepat dikeluarkan

oleh badan

Anestesi Intravena.
1. Barbiturat

Blokade sistem stimulasi di formasi retikularis

Hambat pernapasan di medula oblongat

Hambat kontraksi otot. jantung, tdk timbulkan sensitisasi

jantung terhadap ketekolami

Dosis anestesi : rangsang SSP; dosis > = depresi SSP

Dosis : induksi = 2 mg/kgBB (i.v) dlm 60 dtk; maintenance =

dosis induksi
2. Fentanil dan droperidol
Analgesik & anestesi neuroleptik
Kombinasi tetap
Aman diberikan pd px yg alami hiperpireksia ok
anestesi umum lain
Fentanil :masa kerja pendek, mula keja cepat
Droperidol : masa kerja lama & mula kerja lambat

Anestesi Intravena.
3. Opioid
Opioid (morfin, petidin, fentanil, sufentanil) untuk induksi diberikan
dosis tinggi.
Opioid tidak mengganggu kardiovaskular, sehingga banyak
digunakan untuk induksi pasien dengan kelainan jantung.
Untuk anestesi opioid digunakan fentanil dosis induksi 20-50
mg/kg, dilanjutkan dengan dosis rumatan 0.3-1 mg/kg/menit.

Anestesi Intravena.
4. Diazepam
Suatu benzodiazepine dengan kemampuan menghilangkan kegelisahan,
efek relaksasi otot yang bekerja secara sentral, dan bila diberikan secara
intravena bekerja sebagai antikejang. Respon obat bertahan selama 12-24
jam menjadi nyata dalam 30-90 mnt stlah pemberian scra oral dan 15 mnt
slah injeksi intravena.
5. Propofol
Propofol dikemas dalam cairan emulsi lemak berwarna putih susu
bersifat isotonik dengan kepekatan 1% (1 ml=10 mg).
Suntikan intravena sering menyebabkan nyeri, sehingga beberapa
detik sebelumnya dapat diberikan lidokain 1-2 mg/kg intravena.

TERIMA KASIH

Você também pode gostar