Você está na página 1de 39

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit inflamasi pada system pencernaan sangat banyak, diantaranya
appendisitis dan divertikular disease. Appendisitis adalah suatu penyakit inflamasi
pada apendiks diakibanya terbuntunya lumen apendiks. Divertikular disease
merupakan penyakit inflamasi pada saluran cerna terutama kolon. Keduanya
merupakan penyakit inflamasi tetapi penyebabnya berbeda. Appendisitis
disebabkan terbuntunya lumen apendiks. dengan fecalit, benda asing atau karena
terjepitnya apendiks, sedang diverticular disebabkan karena massa feces yang
terlalu keras dan membuat tekanan dalam lumen usus besar sehingga membentuk
tonjolan-tonjolan divertikula dan divertikula ini yang kemudian bila sampai
terjepit atau terbuntu akan mengakibatkan diverticulitis
Insiden apendisitis akut lebih tinggi pada negara maju daripada Negara
berkembang, namun dalam tiga sampai empat dasawarsa terakhir menurun secara
bermakna, yaitu 100 kasus tiap 100.000 populasi mejadi 52 tiap 100.000 populasi.
Kejadian ini mungkin disebabkan perubahan pola makan, yaitu Negara
berkembang berubah menjadi makanan kurang serat. Menurut data epidemiologi
apendisitis akut jarang terjadi pada balita, meningkat pada pubertas, dan mencapai
puncaknya pada saat remaja dan awal 20-an, sedangkan angka ini menurun pada
menjelang dewasa. Sedangkan insiden diverticulitis lebih umum terjadi pada
sebagian besar Negara barat dengan diet rendah serat. Lazimnya di Amerika
Serikat sekitar 10%. Dan lebih dari 50% pada pemeriksaan fisik orang dewasa
pada umur lebih dari 60 tahun menderita penyakit ini
Apendisitis dan divertikulitis termasuk penyakit yang dapat dicegah
apabila kita mengetahui dan mengerti ilmu tentang penyakit ini. Seorang perawat
memiliki peran tidak hanya sebagai care giver yang nantinya hanya akan bisa
memberikan perawatan pada pasien yang sedang sakit saja. Tetapi, perawat harus

mampu menjadi promotor, promosi kesehatan yang tepat akan menurunkan


tingkat kejadian penyakit ini.
Sehingga makalah ini di susun agar memberi pengetahuan tentang
penyakit apendisitis dan diverticulitis sehingga mahasiswa calon perawat dapat
lebih mudah memahami tentang pengertian, etiologi, patofisiologi, tanda dan
gejala, asuhan keperawatan, penatalaksanaan medis pada pasien dengan
apendisitis dan diverticulitis.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konsep apendisitis ?
2. Bagaimanakah proses asuhan keperawatan pada apendisitis ?
1.3 Tujuan
a. Tujuan umum
Menjelaskan konsep dan proses asuhan keperawatan pada apendisitis.
b. Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi definisi dari apendisitis
2. Mengidentifikasi anatomi dan fisiologi apendisitis
3. Mengidentifikasi etiologi dari apendisitis
4. Mengidentifikasi patofisiologi dari apendisitis
5. Mengidentifikasi manifestasi klinis dari apendisitis
6. Mengidentifikasi proses keperawatan dari apendisitis
1.4 Manfaat

1. Mahasiswa mengetahui dasar konsep dasar apendisitis


2. Mahasiswa mampu melakukan proses asuhan keperawatan pada
apendisitis

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. ANATOMI DAN FISIOLOGI APENDIKS


a. Anatomi apendiks
Saluran pencernaan (traktus digestivus) pada dasarnya adalah suatu
saluran (tabung) dengan panjang sekitar 30 kaki (9m). yang berjalan melalui
bagian tengah tubuh dari mulut sampai ke anus (sembilan meter adalah panjang
saluran pencernaan pada mayat; panjangnya pada manusia hidup sekitar
separuhnya karena kontraksi terus menerus dinding otot saluran). Saluran
pencernaan mencakup organ_organ berikut: mulut; faring; esophagus; lambung;
usus halus; (terdiri dari duodenum, jejunum, dan ileum); usus besar (terdiri dari
sekum, apendiks, kolon dan rectum); dan anus (Lauralee Sherwood, 2001).
Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm
(kisaran 3-15 cm), dan berpangkal di sekum. Lumennya sempit di bagian
proksimal dan melebar di bagian distal. Namun demikian, pada bayi, apendiks
berbentuk kerucut, lebar pada pangkalnya dan menyempit pada ujungnya.
Keadaan ini mungkin menjadi sebab rendahnya insiden apendisitis pada usia itu.
Pada 65% kasus, apendiks terletak intraperitoneal. Kedudukan itu memungkinkan
apendiks bergerak dan ruang geraknya bergantung pada panjang mesoapendiks
penggantungnya. Pada kasus selebihnya, apendiks terletak retroperitoneal, yaitu di
belakang sekum, di belakang kolon asendens, atau di tepi lateral kolon asendens.
Gejala klinis apendisitis ditentukan oleh letak apendiks.

Persarafan parasimpatis berasal dari cabang n.vagus yang mengikuti


a.mesenterika superior dan a.apendikularis, sedangkan persarafan simpatis berasal
dari n.torakalis X. oleh karena itu, nyeri visceral pada apendisitis bermula di
sekitar umbilikus. Pendarahan apendiks berasal dari a.apendikularis yang
merupakan arteri tanpa kolateral. Jika arteri in tersumbat, misalnya karena
trombosis pada infeksi, apendiks akan mengalami gangren(Wim De Jong,2004).

Gambar 2.2. Posisi anatomi apendiks


b. Fisiologi Apendiks
Apendiks menghasilkan lendir 1-2ml per hari. Lendir itu normalnya
dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran
lendir di muara apendiks tampaknya berperan pada pathogenesis apendisitis(Wim
De Jong,2004).
Immunoglobulin

sekretoar

yang

dihasilkan

oleh

GALT

(gut

associatedlymphoid tissue) yang terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk


apendiks ,ialah IgA. Imunoglobulin itu sangat efektif sebagai pelindung terhadap
infeksi. Namun demikian, pengangkatan apendik tidak memengaruhi system imun
tubuh karena jumlah jaringan limf di sini kecil sekali jika dibandingkan dengan
jumlahnya di saluran cerna dan di seluruh tubuh(Wim De Jong,2004).
2.2 DEFINISI APENDISITIS
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai
cacing (apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi
bertambah parah, apendiks itu bisa pecah. Apendiks merupakan saluran usus yang
ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal usus besar atau sekum (cecum).

Apendiks besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak di perut kanan


bawah. Strukturnya seperti bagian usus lainnya. Namun, lendirnya banyak
mengandung

kelenjar

yang

senantiasa

mengeluarkan

lendir.Apendisitis

merupakan peradangan pada usus buntu/apendiks (Defa Arisandi, 2008).


Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam
kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan
laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat,
angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai
cacing yang terinfeksi hancur. Apendisitis akut adalah penyebab paling umum
inflamasi akut pada kuadran bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling
umum untuk bedah abdomen darurat.
2.3.

KLASIFIKASI
Adapun klasifikasi dari apendisitis terbagi atas dua, yaitu :
1. Apendisitis akut, dibagi atas: Apendisitis akut fokalis atau segmentalis, yaitu
setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Appendisitis purulenta difusi, yaitu
sudah bertumpuk nanah.
2. Apendisitis kronis, dibagi atas: Apendisitis kronis fokalis atau parsial, setelah
sembuh akan timbul striktur lokal. Apendisitis kronis obliteritiva yaitu
appendiks miring, biasanya ditemukan pada usia tua(Defa Arisandi, 2008).
2.4.

ETIOLOGI
Apendisitis akut merupakan infeksi bakteria. Berbagai hal berperan

sebagai factor pencetusnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor yang


diajukan sebagai factor pencetus disamping hyperplasia jaringan limf, fekalit,
tumor apendiks, dan cacing askaris dapat pula menyebabkan sumbatan. Penyebab
yang lain yang diduga dapat menyebabkan apendisitis ialah erosi mukosa
apendiks karena parasit seperti E.histolytica. Namun menurut E. Oswari, kuman
yang sering ditemukan dalam apendiks yang meradang adalah Escherichia coli
danStreptococcus(E.Oswari,2000).

Para ahli menduga timbulnya apendisitis ada hubungannya dengan gaya hidup
seseorang, kebiasaan makan dan pola hidup ayang tidak teratur dengan badaniah yang
bekerja keras. Penelitian epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan makanan rendah
serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendisitis. konstipasi akan menaikkan
tekanan intrasekal, yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan
meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semuanya ini akan mempermudah
timbulnya apendisitis akut.
2.5. PATOFISIOLOGI
Apendisitis akut pada dasarnya adalah suatu proses obstuksi (hyperplasia
Lnn.submucosa, fecolith, benda asing, strieture, tumor). Kemudian disusul dengan proses
infeksi sehingga gejalanya adalah mula-mula suatu obstruksi ileus ringan yakni : Kolik, mual,
muntah, anoreksia dan sebagainya yang kemudian mereda karena sudah jadi paralitik ileus.
Kemudian disusul oleh gejala keradangan yakni : nyeri tekan, defans muscular, subfebril dan
sebagainya.
Faktor obstruksi pada anak-anak terutama hyperplasia dari kelenjar lymphe
submucosal. Pada orang tua adalah fecolith, dan sedikit corpus alineum, strictura dan tumor.
Tumor pada orang muda adalah cacinoid dan pada orang tua adalah Ca caecum. Fecolith
diduga terbentuk bila ada serabut sayuran terperangkap masuk ke dalam apendiks, sehingga
keluar mucous berlebihan.
Cairan mucous ini mengandung banyak calcium sehingga bahan tersebut mengeras
dan dapat menimbulkan obstruksi,dan peregangan lumen apendiks, hambatan venous return
dana aliran lymphe yang berakibat oedema apendiks dimulai dengan diapedesis dan
gambaran ulcus mukosa. Hal ini merupakan tahap dari akut fokal apendisitis. karena apendiks
dan usus halus mempunyai tekanan intra luminal dengan akibat obstruksi vena dan
thrombosis sehingga terjadi oedema dan ischemi apendiks. Invasi bakteri malalui dinding
apendiks. Phase ini disebut akut supurative apendisitis. lapisan serosa apendiks berhubungan
dengan peritoneum parictalis

Nyeri somatis timbul dari peritoneum karena terjadi kontak dengan apendiks yang
meradang, dan ini tampak sebagai perubahan yang klasik dalam bentuk nyeri yang
terlokalisir di kwadrant kanan bawah perut. Seterusnya proses patologis mungkin mengenal
sistim arterial apendiks. Apendiks dengan vaskularisasi yang sangat kurang akan mengalami
gangrene dan terlihat. Sekresi yang terus menerus dari mukosa apendiks yang masih baik
serta peningkatan intra luminal berakibat perforasi melalui gangrenous infark. Timbul
perforated apendisitis.
Jika apendisitis tidak terjadi secara progressive, terbentuk perlekatan pada lubang
usus, peritoneum dan omentum yang mengelilingi apendiks. Kecepatan rentetan peristiwa
tersebut tentunya tergantung pada : virulensi mikroorganisme, daya tahan tubuh, fibrosis pada
dinding apendiks, omentum, usus yang lain, peritoneum parietale bahkan organ lain seperti
buli-buli, uterus, tuba, mencoba membatasi dan melokalisir proses keradangan ini. Bila
proses melokalisir ini belum dan sudah terjadi perforasi maka timbul peritonitis. Walaupun
proses melokalisir sudah selesai tetapi belum cukup kuat menahan tarikan/tegangan dalam
cavum abdominalis, karena itu pasien harus benar-benar bedrest.
Kadang-kadang apendisitis akut terjadi tanpa adanya obstruksi, ia terjadi karena
adanya penyebaran infeksi dari organ lain secara hematogen ke apendiks. Terjadi abscess
multiple kecil pada apendiks dan pembesaran lnn.mesentrica regional. Karena terjadi tanpa
obstruksi maka gambaran klinis tentunya berbeda dengan gejala obstruksi tersebut diatas.

PATHWAY
Appendisitis

peningkatan tekanan

Obstruksi Lumen

perubahan status kesehatan

Mukosa lambung

kurang pengetahuan

Appendiks terinflamasi

koping tdk efektif

Tekanan intra lumenal

ansietas/cemas

intalumenal
Mual dan muntah
Nyeri

aliran darah terganggu

Kekurangan vol. Cairan


Nyeri

peningkatan tekanan
Intra abdomen

ulserasi dan invansi


bakteri pd dinding apendiks

Ketidak nyamanan
Tekanan pada area
Ggn pola tidur

appendisitis

lambung
Peritonium
Mual dan muntah
Peritonitis
Anoreksia
Resiko tinggi
Ggn pola nutrisi

infeksi

2.6.

MANIFESTASI KLINIS

Apendisitis memiliki gejala kombinasi yang khas, yang terdiri dari : Mual, muntah
dan nyeri yang hebat di perut kanan bagian bawah. Nyeri bisa secara mendadak dimulai
diperut sebelah atas atau di sekitar pusar, lalu timbul mual dan muntah. Setelah beberapa jam,
rasa mual hilang dan nyeri berpindah ke perut kanan bagian bawah. Jika dokter menekan
daerah ini, penderita merasakan nyeri tumpul dan jika penekanan ini dilepaskan, nyeri bisa
bertambah tajam.
Demam bisa mencapai 37,8-38,8 Celsius. Pada bayi dan anak-anak, nyerinya bersifat
menyeluruh, di semua bagian perut. Pada orang tua dan wanita hamil, nyerinya tidak terlalu
berat dan di daerah ini nyeri tumpulnya tidak terlalu terasa. Bila usus buntu pecah, nyeri dan
demam bisa menjadi berat. Infeksi yang bertambah buruk bisa menyebabkan syok.
2.7.
a.

DIAGNOSIS APENDISITIS
Gejala-gejala

1. Rasa sakit di daerah epigastrium, daerah periumbilikus, di seluruh abdomen atau di


kuadran kanan bawah. Ini merupakan gejala-gejala pertama. Rasa sakit ini samar-samar,
ringan samapai moderat, dan kadang-kadang berupa kejang. Sesudah 4 jam biasaya rasa
nyeri itu sedikit demi sedikit menghilangkemudian beralih ke kuadran bawah kanan dan
disini rasa nyeri itu menetap dan secara progresif bertambah hebat, dan semakin hebat
apabila pasien bergerak.
2. Anoreksia, mual dan muntah yang timbul selang beberapa jam sesudahnya merupakan
kelanjutan dari rasa sakit yang timbul permulaan.
3. Gejala-gejala lain adalah demam tidak tinggi dan konstipasi.
4. Bayi yang mengalami apendisitis gelisah, mengantuk dan anoreksia.
5. Mereka yang sudah lanjut usia gejala-gejalanya tidak senyata mereka yang lebih muda.
b.

Tanda-tanda

1. Tanda-tanda yang paling penting adalah nyeri tekan di daerah kuadran kanan bawah.
Nyeri tekan mungkin ditemukan juga di daerah panggul sebelah kanan kalau apendiks
terletak retrorektal. Rasa nyeri pada pemeriksaan rectum dan vagina ditemukan didaerah

rektum apabila terjadi apendisitis pelvis. Kalau letak apendiks itu lain dari yang lain,
maka rasa nyeri mungkin terlatak di tempat lain.
2. Tanda-tanda lain adalah demam(kurang dari 38C), kekuan otot, nyeri tekan dan nyeri
lepas, nyeri alih, dan tanda-tanda psoas serta obturator positip.
3. Bayi mungkin membutuhkan sedasi. Terdapat nyeri lokal. Pada mereka yangsudah lanjut
usia rasa nyeri mungkin tidak nyata, dan lebih dapat menimbulkan salah duga yang
menyesatkan. Pada wanita hamil rasa nyeri terasa lebih tinggi di daerah abdomen
dibandingkan dengan biasanya.
c. Tes laboratorium
Jumlah leukosit berkisar antara 10.000 dan 16.000/mm dengan pergeseran ke kiri
(lebih dari 75 persen neutrofil) pada 75 persen kasus yang ada. 96 persen diantaranya
leukositosis atau hitung jenis sel darah putih yang abnormal. Tetapi beberapa pasien dengan
apendisitis memiliki jumlah leukosit yang normal. Pada urinalisis tampak sejumlah kecil
eritrosit atau leukosit.
d. Foto sinar-X
Tak tampak kelainan spesifik pada foto polos abdomen. Barium enema mungkin dapat
untuk diagnosis tetapi tundakan ini dicadangkan untuk kasus yang meragukan(Theodore R.
Schorock, MD).
2.6.5. Appendikogram
Apendikogram dilakukan dengan cara pemberian kontras BaSO4 serbuk halus yang
diencerkan dengan perbandingan 1:3 secara peroral dan diminum sebelum pemeriksaan
kurang lebih 8-10 jam untuk anak-anak atau 10-12 jam untuk dewasa, hasil apendikogram
diexpertise oleh dokter spesialis radiologi.

Gambar 2.2. Gambaran apendiks normal pada apendikogram *Tanda panah


menunjukkan gambar apendiks normal
2.8.

KOMPLIKASI
Komplikasi yang paling sering adalah perforasi apendisitis. Perforasi usus buntu dapat
mengakibatkan periappendiceal abses (pengumpulan nanah yang terinfeksi) atau peritonitis
difus (infeksi selaput perut dan panggul). Alasan utama untuk perforasi appendiceal adalah
keterlambatan dalam diagnosis dan perawatan. Secara umum, semakin lama waktu tunda
antara diagnosis dan operasi, semakin besar kemungkinan perforasi. Risiko perforasi 36 jam
setelah onset gejala setidaknya 15%. Oleh karena itu, setelah didiagnosa radang usus buntu,
operasi harus dilakukan tanpa menunda-nunda.
Komplikasi jarang terjadi pada apendisitis adalah penyumbatan usus. Penyumbatan
terjadi ketika peradangan usus buntu sekitarnya menyebabkan otot usus untuk berhenti
bekerja, dan ini mencegah isi usus yang lewat. Jika penyumbatan usus di atas mulai mengisi
dengan cairan dan gas, distensi perut, mual dan muntah dapat terjadi. Kemudian mungkin
perlu untuk mengeluarkan isi usus melalui pipa melewati hidung dan kerongkongan dan ke
dalam perut dan usus.
Sebuah komplikasi apendisitis ditakuti adalah sepsis, suatu kondisi dimana bakteri
menginfeksi masuk ke darah dan perjalanan ke bagian tubuh lainnya. Kebanyakan komplikasi
setelah apendektomi adalah (Hugh A.F. Dudley, 1992):

1. Infeksi luka
2. Abses residual
3. Sumbatan usus akut
4. Ileus paralitik
5. Fistula tinja eksternal
2.9.

PENATALAKSANAAN
Bila diagnosis klinis sudah jelas, tindakan paling tepat dan merupakan satu-satunya
pilihan yang baik adalah apendektomi. Pada apendisitis tanpa komplikasi biasanya tidak
diperlukan pemberian antibiotik, kecuali pada apendisitis gangrenosa atau apendisitis
perforate. Penundaan tindak bedah sambil memberikan antibiotik dapat mengakibatkan abses
atau perforasi (Wim De Jong, 2004).
Apendektomi bisa dilakukan secara terbuka ataupun dengan cara laparskopi. Bila
apendektomi terbuka, insisi McBurney paling banyak dipilih oleh ahli bedah. Pada penderita
yang diagnosisnya tidak jelas sebaiknya dilakukan observasi terlebih dahulu. Pemeriksaan
laboratorium dan ultrasonografi bisa dilakukan bila dalam observasi masih terdapat keraguan.
Bila tersedia laparoskop, tindakan laparoskopi diagnostic pada kasus meragukan dapat segera
menentukan akan dilakukan operasi atau tidak (Wim De Jong, 2004).

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

STUDY KASUS
Tn. R berusia 28th datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri pada perutnya, nyeri
terus bertambah hingga menjalar sampai ke perut sebelah kanan bawah. Nyeri dirasakan Tn.R
terus menerus dan dirasakan 3 hari sebelum ke rumah sakit, nyeri bersifat terus-menerus
sehingga klien sulit untuk tidur. Selain nyeri Tn.R juga mengeluh rasa mual dan muntah,
5x/hari, berisi air bercampur makanan, sebanyak gelas aqua sekali muntah dan disertai
tidak ada nafsu untuk makan. setelah dilakukan pemeriksaan vital sign hasilnya : TD : 130/90
mmHg, Nadi : 128x/ menit RR: 20 x/, Suhu : 38,6 C.

A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien

Nama
Usia
Jenis kelamin
Pekerjaan
Agama
Suku
Pendidikan
Alamat
Tanggal
Medreg
Diagnosa

: Tn R
: 28 Tahun
: Laki-laki
: Wiraswasta
: Islam
: jawa
: Sma
: Jalan Sidoarjo komp bunga No . 72
: 17 April 2015
: 101.8680
: Appendisitis

2. Identitas penanggung jawab

Nama
Usia
J.kelamin
Agama

: Ny V
: 26 Tahun
: Perempuan
: Islam

Pekerjaan
Alamat
Hub dengan klien

: IRT
: Jln Sidoarjo komp . Bunga No 72
: Istri

3. Keluhan utama
Klien mengeluh nyeri perut kanan bawah.
4. Riwayat penyakit sekarang
3 Hari sebelum ke rumah sakit, nyeri bersifat terus-menerus semakin lama semakin
kuat tidak tertahankan, Disertai demam tinggi ketika nyeri dirasakan. Selain nyeri Tn.R juga
mengeluh rasa mual dan muntah, 5x/hari, berisi air bercampur makanan, sebanyak gelas
aqua sekali muntah dan Pasien tidak BAB sejak 3 hari yang lalu
5. Riwayat penyakit dahulu
Klien ada riwayat penyakit gastritis.
6. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga tidak mempunyai penyakit yang sama dengan klien.
7. Riwayat psikologis
Klien merasa stress, cemas/tidaknyamandenganpenyakitnya yang dideritanya.
8. Riwayat sosial
Klien mempunyai hubungan baik dengan keluarganya serta sering mengikuti kegiatan
dalam masyarakat dilingkunganya
9. Riwayat Spiritual
Klien beragama islam dan dalam keseharianya klien rajin beribadah tetapi saat masuk
RS klien hanya berdoa.
B. POLA AKTIVITAS SEHARI - HARI
N

Aktivitas

O
1

Pola nutrisi

Sebelum MRS

Saat MRS

a. Frekuensi makan
Jenis
Jumlah/porsi
Nafsu makan
Masalah

3X Sehari

1x sehari

Nasi putih + lauk +

Bubur + lauk+

sayur + roti

sayur

1 porsi

1/2 Porsi

Baik

Baik

Tidak ada

Tidak ada nafsu

b. Minum
Jenis
Jumlah
Masalah

makan

Air putih

Air putih

6-7 gelas/ hari

4-5 gelas/ Hari

Tidak ada

Ada Masalah

Pola eliminasi
a. BAB
Frekuensi
Konsisten
Warna
Masalah
b. BAK
Frekuensi
Warna
Masalah

1-2 x /hari
Lembek
Kuning
Tidak ada

3-4 x/hari
Keras
Hitam

1000-1500
ml/ har
Kuning jernih
Tidak ada

Susah BAB

1000-1500 ml/hr
Kuning jernih
Tidak ada

Pola istirahat dan tidur


Kebiasaan tidur

Malam dan siang

Malam

Lama tidur

7-8 jam sehari

5- 6 jam sehari

Tidur siang

1 jam

Tidak

Masalah
Personal hygiene

Tidak ada

Susah Tidur

Frekuensi mandi

2-3x sehari

2x sehari

2x sehari

2x sehari

Bersih

Bersih

Ganti pakaian
Rambut

Kuku

Bersih

Bersih

Tidak ada

Tidak ada

Makan/minum

Mandiri

Mandiri

Toileting

Mandiri

Mandiri

Mandi

Mandiri

Mandiri

ROM

Mandiri

Mandiri

Berpindah

Mandiri

Mandiri

Berpakaian

Mandiri

Mandiri

Mobilisasi tempat tidur

Mandiri

Mandiri

Tidak ada

Tidak ada

Masalah
Pola aktivitas dan latihan

Masalah
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
Kesadaran

: composmentis

Tanda tanda vital :

TD
Pols
RR
Temp

: 130/90 mmHg
: 128x/menit
: 20x/menit
: 38,6 oC

2. Keadaan khusus
a. Kepala
Bentuk kepala
Rambut
Warna rambut
Kebersihan
Masalah

: Mesochepal
: Tidak ada kelainan
: Hitam
: Bersih
: Tidak ada

b. Mata
Letak
Konjungtiva
Sklera
Oedema
Jarak pandang
Masalah

: Simestris
: Normal
: Normal
: tidak ada
: Normal
: tidak ada

c. Hidung

Bentuk
Secret
Penciuman
Kebersihan
Masalah

: Simestris
: Tidak ada
: Normal
: Bersih
: Tidak ada

d. Telinga
Letak
Pendengaran
Kebersihan
Masalah

: Simestris
: Normal
: bersih
: Tidak ada

e. Mulut dan gigi


Mukosa
Bibir
Caries
Lidah
Masalah

: Lembab
: Normal
: Tidak ada
: Bersih
: Tidak ada

f. Leher
Refleks telan
Tiroid
Masalah

: Normal
: tidak ada pembekakan
: Tidak ada

g. Dada
Bentuk
RR
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Masalah

: Simestris
: 20x/ menit
: Normal
: Normal
: bunyi nafas vesikuler
: Tidak ada

h. Abdomen
Bentuk
Palpasi
Auskultasi
Masalah

: Simestris
: Ada nyeri tekan dan nyeri bawah pada kuadran kanan bawah
: Tidak ada
: Nyeri tekan dan lepas pada kuadran kanan bawah

i. Genital
Jenis kelamin
Kateter
Masalah

: Normal, tidak ada kelainan


: tidak ada
: tidak ada

j. Kulit
Warna
Turgor
Kebersihan
Masalah

: Normal
: Baik
: Bersih
: Tidak ada

k. Ekstremitas
Atas
Bawah
Masalah

: Normal
: Normal
: Tidak ada

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

No

Pemeriksaan
Hemoglobin

Hasil
10,8 gr/dl

Nilai Normal
12 14 gram/dl

2
3
4
5
6
7
8
9

Leukosit
Hemetokrit
Laju endap darah
Blooding time (BT)
Clothing time (CT)
Golongan darah
Foto sinar X
Appendikogram

11.400/ul
39%
25 mm/jam
2 menit
4 menit
A

5.000 10.000/ul
37 43 %
0 15 mm/jam
1 3 menit
2 6 menit

E. TERAPI
JENIS
RL
Cefotaxime
Metronidazole
Ranitidine
Ketorolac

DOSIS
500 ml/8jam
1 gr + 5 cc aquabides
500 ml
2 cc/50 mg
30 mg

FREKUENSI
20 tetes/menit
2x1 gr
2x1
2x1
2x1

CARA PEMBERIAN
IV
IV
IV
IV
Perdrip

F. ANALISA DATA

NO DATA

ETIOLOGI

MASALAH

1. Data Subjektif :

Obstruksi Lumen

Pasien mengeluh nyeri pada perut

Nyeri

kuadran kanan bawah


Mukosa bendung
Data Objektif :

Ekspresi wajah pasien


tampak kesakitan terutama

saat bergerak.
Klien memegangi perut

bagian kanan bawah.


TD : 130/90 mmHg,
Pols : 128x/ menit
Temp : 38,6oC

Appendiks terinflamasi

Tekanan intraluminal

Nyeri

Data Subjektif :

Nyeri

2.

Klien mengeluh nyeri terus-

infeksi
Aliran darah terganggu

menerus.

Data Objektif :

menringis Ulserasi dan invansi bakteri


pada dinding appendiks

Klien

kesakitan
Klien merasa tidak nyaman

terlihat

dan gelisah

Resiko tinggi

Appendicitis

Ke peritoneum

Periotonitis

Resiko tinggi infeksi

Data subjektif :
3.

Klien mengeluh mual dan

muntah
Klien mengatakan tidak
ada selera untuk makan

Data objektif :

klien muntah air berisi


makanan sebanyak gelas

aqua sekali muntah.


Data Subjektif:
4.

klien mengeluh tidak ada

nafsu makan
klien mengeluh merasa
mual dan muntah

Appendiks terinflamasi

Kekurangan
volume cairan

Peningkatan tekanan
intraluminal

Mual dan muntah

Kekurangan volume cairan


Nyeri
Gangguan pola

nutrisi

Peningkatan tekanan intra


abdomen

Data Obyektif:

klien tidak menghabiskan


porsi makanan yang

disediakan
klien tamapak pucat dan

Tekanan pada area


lambung

Mual dan muntah

lemas .

Anoreksia

Gangguan pola nutrisi


Data subyektif:
5.

Klien mengeluh tidak bisa


tidur karena nyeri
diperutnya.

Data Objektif:

Appendiks terinflamasi

Gangguan pola
istirahat tidur

Tekanan intraluminal

Nyeri

Klien tidur hanya 5 jam

sehari
Klien sering bangun pada

Ketidaknyamanan

malam hari akibat nyeri.

Gangguan pola tidur

Data subjectif :
6.

Klien mengatakan bahwa


tidak tahu tentang
pengobatan terhadap

penyakitnya
Klien mengatakan bahwa ia
ingin cepat sembuh

Data objektif :

Klien merasa gelisah

dengan keadanya sekarang.


Klien selalu bertanya
tentang tindakan apa saja
yang dilakukan.

Appendisitis terinflamasi
Ansietas/ cemas

Perubahan status kesehatan

Kurang pengetahuan

Koping tidak efektif

Ansietas/ cemas

G. PRIORITAS MASALAH

Nyeri berhubungan dengan appendiks terinflamasi

Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan Ulserasi dan invansi bakteri pada dinding
appendiks

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah

Gangguan pola nutrisi berhubungan dengan anoreksia

Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri

Ansietas/cemas berhubungan dengan kurangnya informasi

H. INTERVENSI KEPERAWATAN
No

Tgl / jam

Diagnosa

Tujuan

Intervensi

Rasional

keperawatan
1

Jumat,
17 April
2015/08.
00

Tujuan umum :
Nyeri

Setelah dilakukan

berhubungan
dengan appendiks
terinflamasi
Data Subjektif :

Kajinyeri,

tindakan

catatlokasi,

keperawata 2x24

karakteristik,

jam diharapkan

beratnya (skala

Rasa nyeri

0-10)

pengawasanke
efektifanobat,
kemajuanpeny
embuhan.
Perubahanpada

teratasi.

karakteristikny

Pasien

eri,
Kriteria hasil :

mengeluh
nyeri

pada

perut kuadran

menunjukkant
erjadinyaabses

Pasien

mengatakan

kanan bawah

nyeri
berkurang

Data Objektif :

atau tidak

Ekspresi
wajah pasien

merasa nyeri
Ekspresi

tampak

wajah pasien

/peritonitis.
Menghilangka
ntegangan

abdomen yang

Pertahankanistir

bertambahden

ahatdenganposis

ganposisiterlen

i semi fowler

Berikan kantong

tang
Menghilangka

kesakitan

tidak nampak

terutama saat

kesakitan dan

es pada

mengurangi

bergerak.

gelisah.
TD : 120/80

abdomen

nyeri melalui

Klien memegangi
perut

bagian

kanan bawah.

Bergunadalam

TD : 130/90
mmHg,

n dan

penghilangan

mmHg
Pols :
80x/menit
Temp : 36,6oC

rasa ujung

saraf.
Merangsangpe

Dorongambulasi

ristaltikdankel

dini

ancaran flatus,

menurunkanke

Pols : 128x/

menit
Temp :38,6oC

tidaknyamanan

abdomen
Meningkatkanr
elaksasidandap

tt

atmeningkatka

Berikanaktifitas

nkemampuank

hiburan

oping
Menghilangka

ndanmenguran
ginyeri

Kolaborasipemb
eriananalgetik

Jumat,

Resiko tinggi

Tujuan umum :

17 April

infeksi

Setelah dilakukan

Perhatikandema

infeksi/

2015/09.

berhubungan

Tindakan

mmenggigil,

terjadinya

00

dengan Ulserasi

keperawatan 1x24

berkeringat,

perforasi dan

dan invansi

jam diharapka

perubahan

peritonitis.

bakteri pada

tidakterjadiinfeksi

dinding

mental.
Lakukanpencuci

antangan yang

appendiks
Data Subjektif :

mengeluh

nyeri

penyembuhan

terus-

luka dengan

menerus.
Data Objektif

Klien terlihat
meringis
kesakitan

Meningkatkan

benar

baikdanperawat

Kriteria Hasil :
Klien

Awasi TTV.

Dugaanadanya

Menurunkanris
ikopenyebaran

anluka aseptic
Berikaninforma

bakteri

si yang
tepatpadapasien/
keluargapasien

Pengetahuante

Bebas tanda

ntangkemajuan

infeksi atau

situasimemberi

inflamasi

kandukungane
mosi,

membantumen

Klien merasa

tidak nyaman
dan gelisah

urunkanansieta

Berikanantibioti
ksesuaiindikasi

s
Mungkindiberi
kansecaraprofi
laktikataumen
urunkanjumlah
organisme
(padainfeksi
yang
adasebelumny
a)
untukmenurun
kanpenyebaran
danpertumbuh

annya.
Tanda yang

Jumat,

Kekurangan

Tujuan umum :

17 April

volume cairan

setelah dilakukan

membantumen

2015/10.

berhubungan

tindakan

gidentifikasiflu

00

dengan mual dan

keperawatan 2x24

ktuasi volume

muntah

jam diharapkan

Observasi TTV

Data subjektif :

klien dapat

Klien

mempertahankan

mengeluh

keseimbangan

ranmukosa, kaji

mual dan

cairan

turgor

muntah
Klien

Kriteria hasil :

mengatakan

terjadinya

Observasimemb

kehilangan
cairan yang
makin buruk

kulitdanpengisia
Tidakadatand

nkapiler
Awasi intake

Penurunanpen

tidak ada

a-

dan output,

geluaran urine

selera untuk

tandadehidras

catatwarna

pekatdenganpe

makan

urine/konsentras

ningkatanberat

i
turgor kulit

i, beratjenis

jenisdidugadeh

baik,
tanda-tanda

Data objektif :

intravaskuler
Mencegah

Klien muntah

idrasi/kebutuh
ancairanmenin

air berisi
makanan

vital stabil
klien tidak

muntah lagi

sebanyak

tasigaster/munt

gelas aqua

gkat
Menurunkaniri

sekali

hkecilminumanj

muntah.

ernihbilapemasu
kanperoraldimul

ahuntukmemin

Berikansejumla

imalkankehila
ngancairan

Dekompresi

ai,

usus,

danlanjutkanden

meningkatnya

gan diet

istirahat usus,

sesuaitoleransi
Pertahankan

mencegah
muntah

penghisapan
4.

Jumat,
17 April
2015/11.
00

Tujuan umum :
Gangguan pola
nutrisi
berhubungan
dengan anoreksia
Data Subjektif:

Klien
mengeluh
tidak ada

nafsu makan
Klien
mengeluh
merasa mual
dan muntah

gaster/usus
Timbang berat

Mengevaluasi

Setelah dilakukan

badan sesuai

keefektifan

tindakan

indikasi

atau kebutuhan

keperawatan 2x24

mengubah

jam diharapkan

pemberian

Nutrisi klien

nutrisi
Membantu

terpenuhi.

Aukultasi bising

dalam

usus
Kriteria hasil :

menentukan

Klien

respon untuk
makan

makan baik
Klien tidak
mual dan

ngnya

muntah.

komplikasi
Meningkatkan

nafsu

atau berkemba

Berikan

Data Obyektif:

makanan

Klien tidak

dalam jumlah

menghabiskan

kecil dan dalam

porsi

waktu yang

makanan yang

sering dan

proses
pencernaan
dan toleransi
pasien
terhadap

disediakan
Klien

teratur

nutrisi yang
diberikan dan

tamapak pucat

dapat

dan lemas .

meningkatkan
kerjasama
pasien saat

Berikan

makan
Mencegah
ketidaknyaman

perawatan oral

an karena

teratur, sering

mulut kering

dan teratur

dan

termasuk minya

bibir pecah

k untuk bibir

yang
disebabkan
oleh pembatas

Kolaborasi

asupan diet

dengan ahli gizi


5

Jumat,

Gangguan pola

Tujuan umum :

Bantu klien

an cairan
Memberikan

yang tepat
Agar posisi

17 April istirahat tidur

Setelah dilakukan

dalam memilih

tidur klien

2015/12.

berhubungan

tindakan

posisi yang

nyaman dan

00

dengan rasa nyeri

keperawatan 2x24

nyaman untuk

tidak

jam diharapkan

istirahat dan

merasakan

Data subyektif:

Pola istirahat

tidur.

namanya sakit.

Klien

tidur klien

mengeluh

menjadi teratur.

tidak bisa
tidur karena
nyeri
diperutnya.
Data Objektif:

Kaji pola tidur

klien

mengetahui

Kriteria hasil:

Nyeri bisa

diatasi
Klien bisa
tidur secara

Untuk
pola tidur
pasien

Mininalkan
suasana

Lngkungan
yang tenang

Klien

tidur

teratur.

lingkungan

dapat

hanya 5 jam

membantu

sehari
Klien sering

klien untuk
beristirahat

bangun pada
malam

hari

akibat nyeri.

Anjurkan klien

Minum air

untuk minum air

hangat dapat

hangat sebelum

membantu

tidur

klien lebih
relaksasi dan
lebih nyaman

Ajarkan klien

Membantu

relaksasi dan

klien untuk

distraksi

mengurangi

sebelum tidur

persepsi nyeri
atau
mangalihkan
perhatian klien
dari nyeri yang
menghambat
tidur klien.

6.

Jumat,

Ansietas/cemas

Tujuan umum :

Pemberian obat

Membantu

analgesik

mengurangi

Jelaskan setiap

rasa nyeri.
pasien

17 April berhubungan

Setelah dilakukan

tindakan yang

kooperatif

2015/13.

dengan

tindaka

akan dilakukan

dalam segala

00

kurangnya

keperawatan 2x24

terhadap pasien

tindakan dan

informasi

jam diharapkan

mengurangi

Ansietas klien

kecemasan

teratasi.

pasien
untuk

Data seubjectif :

Klien

Kriteria hasil :

mengatakan

kecemasan

tahu tentang

mengerti

mengungkapkan

pengobatan

dan

perasaan akan

terhadap

cara

penyakitnya
Klien

mencegah
penyakitn

pemahaman

perlu untuk

mengatakan

ya

pasien / orang

memilih

terdekat tentang

intervensi yang

ingin cepat
sembuh

tau

ketakutannya
Evaluasi tingkat

tidak lagi

Memberikan
informasi yang

diagnosa medik

Klien

tepat
Sejumlahaktivi

Anjurkanaktivit

tasbaiksecaras

aspengalihanper

endirimaupund

Klien merasa

hatiansesuaikem

ibantuselamadi

gelisah

ampuanindividu

rawatdapatme

cemas dan
Data objektif :

pada pasien
untuk

bahwa ia

mengurangi

Klien

bahwa tidak

Beri kesempatan

gelisah.

dengan

mbuatpasienm

keadanya

erasaberkualita

sekarang.
Klien selalu

sdalamhidupny

bertanya

a.
Pasien dapat

Berikan

mengekspresik

tindakan apa

lingkungan yang

an rasa takut,

saja yang

rileks dan tidak

masalah, dan

dilakukan.

mengancam.

kemungkinan

tentang

rasa marah
akibat
diagnosisi dan
prognosis.

I.

Tanggal

IMPLEMENTASI

Diagnosa

Implementasi

Respon

keperawatan

17 April

Nyeri berhubungan

2015

dengan appendiks

catatlokasi,

terinflamasi

karakteristik, beratnya

Mengkajinyeri,

Klien megatakan nyeri


perut kanan bawah

(skala 0-10)

Mempertahankanistira

Klien merasa nyaman

Klien menerima instruksi

hatdenganposisi semi
fowler

Memberikan kantong

yang diberikan dan klien

es pada abdomen

merasa nyaman.

Klien merasa nyaman

Klien merasa nyaman dan

Mendorongambulasidi
ni

merasa nyeri berkurang

Mmeberikanaktifitashi
buran

Berkolaborasipemberi

yang diberikan

ananalgetik.
Resiko tinggi infeksi
17 April
2015

Mengawasi TTV.

berhubungan dengan

Perhatikandemammen

Ulserasi dan invansi

ggigil, berkeringat,

bakteri pada dinding

perubahan mental.

appendiks

Melakukanpencuciant
angan yang
baikdanperawatanluka

Klien menerima instruksi

Klien tidak ada


mengalami perubahan

Klien menerima tindakan

aseptic

Memberikaninformasi
yang tepatpadapasien/
keluargapasien

Klien mendengarkan apa


yang disampaikan

Memberikanantibiotik
sesuaiindikasi

Klien menerima tindakan


yang diberikan.

Kekurangan volume
17 April
2015

Mengobservasi TTV

Mengobservasimembr

Klien menerima instruksi

Klien menerima tindakan

Klien merasa nyaman.

Klien menerima tindakan

cairan berhubungan
dengan mual dan
muntah

anmukosa, kaji turgor


kulitdanpengisiankapil
er

Mengawasi intake dan


output, catatwarna
urine/konsentrasi,
beratjenis.

Memberikansejumlah
kecilminumanjernihbil
apemasukanperoraldi

apapun

mulai,

sehat.

asalkan

cepat

danlanjutkandengan

diet sesuaitoleransi
Mempertahankan
penghisapan
gaster/usus

Klien menerima instruksi

17 April

Gangguan pola nutrisi

2015

berhubungan dengan

Menimbang berat
badan sesuai indikasi

Klien menerima tindakan

Klien merasa nyaman

Klien makan dengan

anoreksia

Melakukan aukultasi
bising usus

Memberikan makanan
dalam jumlah kecil

jumlah kecil tapi teratur

dan dalam waktu yang


sering dan teratur

Memberikan
perawatan oral teratur,
sering dan teratur

Klien menerima tindakan


dan meras nyaman

termasuk minyak
untuk bibir

Berkolaborasi dengan
ahli gizi

Klien berharap nutrisi


nya terpenuhi.

17 April

Gangguan pola istirahat

2015

tidur

Membantu klien
dalam memilih posisi

berhubungan

berbaring merasa nyaman

yang nyaman untuk

dengan rasa nyeri

Klien mengatakan apabila


dan berani bergerak

istirahat dan tidur.

sedikit-sedikit

Mengkaji pola tidur

klien

Keluarga klien
mengatakan, klien sering
terbangun tidurnya
terutama malam hari
karena nyeri muncul dan
sering menangis

Memininalkan

Klien mengatakan apabila


suasana tidak bising bisa

suasana lingkungan

tidur nyenyak

Menganjurkan klien

Klien tampak minum air


hangat

untuk minum air


hangat sebelum tidur

Mengajarkan klien

Klien tampak tidur


nyenyak

relaksasi dan distraksi


sebelum tidur

Memberikan obat
analgesik

Klien nyeri nya


berkurang

Ansietas/cemas
17 April
2015

Menjelaskan setiap

berhubungan dengan

tindakan yang akan

kurangnya informasi

dilakukan terhadap

mendengarkan setiap
penjelasan tentang

klien

Memberi kesempatan

Klien berantusias

pada pasien untuk

tindakan.
Klien mengungkapan kan
ansietasnya.

mengungkapkan
perasaan akan
ketakutannya

Mengevaluasi tingkat
pemahaman pasien /
orang terdekat tentang

tentang penyakitnya.

diagnosa medik

Klien belum mengetahui

Menganjurkanaktivita
spengalihanperhatians
esuaikemampuanindiv
idu

Keluarga klien siaga 24


jam dalam mengurus

Memberikan

klien.

lingkungan yang rileks


dan tidak mengancam.

Klien merasa nyaman dan


rileks.

J. EVALUASI

Tanggal

Diagnosa Kperawatan

Catatan perkembangan

Jumat, 17 April
2015

Nyeri berhubungan dengan appendiks

S: Klien mengatakan nyeri nya sudah

terinflamasi

berkurang.
O: Ekspresi wajah klien tidak terlalu cemas
lagi
A: Masalah belum teratasi
P:Lanjutkan intervensi

Jumat, 17 April

Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan

2015

Ulserasi dan invansi bakteri pada dinding

S: Klien mengatakan tidak lagi nyeri lagi


pada bagian perut kanan bawah

appendiks

O: Klien tidak cemas dan meringis


kesakitan lagi
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
Jumat, 17 April
2015

Kekurangan

volume

cairan

dengan mual dan muntah

berhubungan S: klien mengatakan tidak mual dan


muntah lagi
O: kebutuhan volume cairan klien
terpenuhi
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan

Jumat, 17 April
2015

Gangguan pola nutrisi berhubungan dengan S: klien mengatakan tidak mual lagi dan
anoreksia

ada selera untuk makan


O: Klien menghabiskan porsi makan yang
disediakan.
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan

Jumat, 17 April
2015

Gangguan pola istirahat tidur berhubungan S: klien mengatakan sudah bisa tidur
dengan rasa nyeri

karena nyeri nya sudah berkurang


O: Klien tidak pucat lagi dan klien tidur
secara teratur serta nyaman.
A : masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan

Jumat, 17 April

Ansietas/cemas berhubungan dengan

2015

kurangnya informasi

S: Klien mengatakan tidak cemas lagi


O: klien sudah mendapatkan informasi
tentang penyakitnya
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Saluran pencernaan (traktus digestivus) pada dasarnya adalah suatu saluran (tabung)
dengan panjang sekitar 30 kaki (9m). yang berjalan melalui bagian tengah tubuh dari mulut
sampai ke anus (sembilan meter adalah panjang saluran pencernaan pada mayat; panjangnya
pada manusia hidup sekitar separuhnya karena kontraksi terus menerus dinding otot saluran).
Saluran pencernaan mencakup organ_organ berikut: mulut; faring; esophagus; lambung; usus
halus; (terdiri dari duodenum, jejunum, dan ileum); usus besar (terdiri dari sekum, apendiks,
kolon dan rectum); dan anus (Lauralee Sherwood, 2001).
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing
(apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah parah,
apendiks itu bisa pecah. Apendiks merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan
menonjol dari bagian awal usus besar atau sekum (cecum).
Apendiks besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak di perut kanan bawah.
Strukturnya seperti bagian usus lainnya. Namun, lendirnya banyak mengandung kelenjar
yang senantiasa mengeluarkan lendir.Apendisitis merupakan peradangan pada usus
buntu/apendiks (Defa Arisandi, 2008).
1.

Padaumumnyaobstruksiiniterjadikarena :

2.

Hiper plasia dari folikel limfoid, inimerupakan penyebab terbanyak.


Adanya faekolit dalam lumen appendiks.
Adanya benda asing seperti biji bijian. Seperti biji Lombok, biji jeruk dll.
Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya

Infeksi kumandari colon yang paling sering adalah E. Colidan streptococcus


Tanda dan gejalanya adalah nyeri terasapada abdomen kuadran kanan bawah
menembus kebelakang (kepunggung) dan biasanya disertai oleh demam ringan, mual, muntah
dan hilangnya nafsu makan. Nyeri tekan local pada titik Mc. Burney bila dilakukan tekanan.

Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen appendiks. Obs ttersebut


menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa appendiks mengalami bendungan.
Semakinlama mucus tersebut semakin banyak, namun elasitas dinding appendiks mempunyai
keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intra lumen. Tekanan tersebut akan
menghambat

aliran

limfe

yang

mengakibatkan

edema

dan

ulaserasi

mukosa.

Padasaatituterjadiapendisitisakutfokal yang ditandaidengannyeri epigastrium.


Bila sekresi mucus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan
menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah dan bakteri akan menembus dinding
sehingga peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum yang dapat menimbulkan
nyeri pada abdomen kanan bawah yang disebut apendisitis supuratif akut.
Apabila aliran arteri terganggu maka akan terjadi infrak dinding appendiks yang diikuti
ganggren. Stadium ini disebut apendisitis ganggrenosa. Bila dinding appendiks rapuh maka
akan terjadi prefesional disebut appendikssitis perforasi.
Pada apendisitis akut, pengobatan yang paling baik adalah operasi appendiks. Dalam
waktu 48 jam harus dilakukan. Penderita di obsevarsi, istirahat dalam posisi fowler, diberikan
anti biotic dan diberikan makanan yang tidak merangsang peristaltik, jika terjadi perforasi
diberikan drain diperut kanan bawah.
Komplikasinya :

Perforasi dengan pembentukan abses


Peritonitis generalisata
Pieloflebitis dan abseshati (jarangterjadi)
Cara memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan apendisitis

meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi.


3.2. Saran
Kepada seluruh pembaca baik mahasiswa maupun dosen pembimbing untuk melakukan
kebiasaan hidupsehat, karena pola hidup tidak sehat tentu tidak benar dan harus dihindari,
pengetahuan tentang penyakit dan makanan menjadi prioritas utama untuk menanamkan pola
hidup sehat. Salah satu penyakit yang timbul pada system pencernaan adalah apendisitis.

DAFTAR PUSTAKA

Price, Sylvia Anderson. 2005. PATOFISIOLOGI : konsep klinis proses-proses penyakit.


Jakarta : EGC.
R. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. 2004. Buku-Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC.
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : EGC
http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35840-Kep%20Pencernaan-Askep
%20Apendisitis.html#popup diakses Pada pukul : 13.00 wib
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21908/4/Chapter%20II.pdf diakses pada
pukul 13.30 wib

Você também pode gostar