Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit inflamasi pada system pencernaan sangat banyak, diantaranya
appendisitis dan divertikular disease. Appendisitis adalah suatu penyakit inflamasi
pada apendiks diakibanya terbuntunya lumen apendiks. Divertikular disease
merupakan penyakit inflamasi pada saluran cerna terutama kolon. Keduanya
merupakan penyakit inflamasi tetapi penyebabnya berbeda. Appendisitis
disebabkan terbuntunya lumen apendiks. dengan fecalit, benda asing atau karena
terjepitnya apendiks, sedang diverticular disebabkan karena massa feces yang
terlalu keras dan membuat tekanan dalam lumen usus besar sehingga membentuk
tonjolan-tonjolan divertikula dan divertikula ini yang kemudian bila sampai
terjepit atau terbuntu akan mengakibatkan diverticulitis
Insiden apendisitis akut lebih tinggi pada negara maju daripada Negara
berkembang, namun dalam tiga sampai empat dasawarsa terakhir menurun secara
bermakna, yaitu 100 kasus tiap 100.000 populasi mejadi 52 tiap 100.000 populasi.
Kejadian ini mungkin disebabkan perubahan pola makan, yaitu Negara
berkembang berubah menjadi makanan kurang serat. Menurut data epidemiologi
apendisitis akut jarang terjadi pada balita, meningkat pada pubertas, dan mencapai
puncaknya pada saat remaja dan awal 20-an, sedangkan angka ini menurun pada
menjelang dewasa. Sedangkan insiden diverticulitis lebih umum terjadi pada
sebagian besar Negara barat dengan diet rendah serat. Lazimnya di Amerika
Serikat sekitar 10%. Dan lebih dari 50% pada pemeriksaan fisik orang dewasa
pada umur lebih dari 60 tahun menderita penyakit ini
Apendisitis dan divertikulitis termasuk penyakit yang dapat dicegah
apabila kita mengetahui dan mengerti ilmu tentang penyakit ini. Seorang perawat
memiliki peran tidak hanya sebagai care giver yang nantinya hanya akan bisa
memberikan perawatan pada pasien yang sedang sakit saja. Tetapi, perawat harus
BAB II
PEMBAHASAN
sekretoar
yang
dihasilkan
oleh
GALT
(gut
kelenjar
yang
senantiasa
mengeluarkan
lendir.Apendisitis
KLASIFIKASI
Adapun klasifikasi dari apendisitis terbagi atas dua, yaitu :
1. Apendisitis akut, dibagi atas: Apendisitis akut fokalis atau segmentalis, yaitu
setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Appendisitis purulenta difusi, yaitu
sudah bertumpuk nanah.
2. Apendisitis kronis, dibagi atas: Apendisitis kronis fokalis atau parsial, setelah
sembuh akan timbul striktur lokal. Apendisitis kronis obliteritiva yaitu
appendiks miring, biasanya ditemukan pada usia tua(Defa Arisandi, 2008).
2.4.
ETIOLOGI
Apendisitis akut merupakan infeksi bakteria. Berbagai hal berperan
Para ahli menduga timbulnya apendisitis ada hubungannya dengan gaya hidup
seseorang, kebiasaan makan dan pola hidup ayang tidak teratur dengan badaniah yang
bekerja keras. Penelitian epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan makanan rendah
serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendisitis. konstipasi akan menaikkan
tekanan intrasekal, yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan
meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semuanya ini akan mempermudah
timbulnya apendisitis akut.
2.5. PATOFISIOLOGI
Apendisitis akut pada dasarnya adalah suatu proses obstuksi (hyperplasia
Lnn.submucosa, fecolith, benda asing, strieture, tumor). Kemudian disusul dengan proses
infeksi sehingga gejalanya adalah mula-mula suatu obstruksi ileus ringan yakni : Kolik, mual,
muntah, anoreksia dan sebagainya yang kemudian mereda karena sudah jadi paralitik ileus.
Kemudian disusul oleh gejala keradangan yakni : nyeri tekan, defans muscular, subfebril dan
sebagainya.
Faktor obstruksi pada anak-anak terutama hyperplasia dari kelenjar lymphe
submucosal. Pada orang tua adalah fecolith, dan sedikit corpus alineum, strictura dan tumor.
Tumor pada orang muda adalah cacinoid dan pada orang tua adalah Ca caecum. Fecolith
diduga terbentuk bila ada serabut sayuran terperangkap masuk ke dalam apendiks, sehingga
keluar mucous berlebihan.
Cairan mucous ini mengandung banyak calcium sehingga bahan tersebut mengeras
dan dapat menimbulkan obstruksi,dan peregangan lumen apendiks, hambatan venous return
dana aliran lymphe yang berakibat oedema apendiks dimulai dengan diapedesis dan
gambaran ulcus mukosa. Hal ini merupakan tahap dari akut fokal apendisitis. karena apendiks
dan usus halus mempunyai tekanan intra luminal dengan akibat obstruksi vena dan
thrombosis sehingga terjadi oedema dan ischemi apendiks. Invasi bakteri malalui dinding
apendiks. Phase ini disebut akut supurative apendisitis. lapisan serosa apendiks berhubungan
dengan peritoneum parictalis
Nyeri somatis timbul dari peritoneum karena terjadi kontak dengan apendiks yang
meradang, dan ini tampak sebagai perubahan yang klasik dalam bentuk nyeri yang
terlokalisir di kwadrant kanan bawah perut. Seterusnya proses patologis mungkin mengenal
sistim arterial apendiks. Apendiks dengan vaskularisasi yang sangat kurang akan mengalami
gangrene dan terlihat. Sekresi yang terus menerus dari mukosa apendiks yang masih baik
serta peningkatan intra luminal berakibat perforasi melalui gangrenous infark. Timbul
perforated apendisitis.
Jika apendisitis tidak terjadi secara progressive, terbentuk perlekatan pada lubang
usus, peritoneum dan omentum yang mengelilingi apendiks. Kecepatan rentetan peristiwa
tersebut tentunya tergantung pada : virulensi mikroorganisme, daya tahan tubuh, fibrosis pada
dinding apendiks, omentum, usus yang lain, peritoneum parietale bahkan organ lain seperti
buli-buli, uterus, tuba, mencoba membatasi dan melokalisir proses keradangan ini. Bila
proses melokalisir ini belum dan sudah terjadi perforasi maka timbul peritonitis. Walaupun
proses melokalisir sudah selesai tetapi belum cukup kuat menahan tarikan/tegangan dalam
cavum abdominalis, karena itu pasien harus benar-benar bedrest.
Kadang-kadang apendisitis akut terjadi tanpa adanya obstruksi, ia terjadi karena
adanya penyebaran infeksi dari organ lain secara hematogen ke apendiks. Terjadi abscess
multiple kecil pada apendiks dan pembesaran lnn.mesentrica regional. Karena terjadi tanpa
obstruksi maka gambaran klinis tentunya berbeda dengan gejala obstruksi tersebut diatas.
PATHWAY
Appendisitis
peningkatan tekanan
Obstruksi Lumen
Mukosa lambung
kurang pengetahuan
Appendiks terinflamasi
ansietas/cemas
intalumenal
Mual dan muntah
Nyeri
peningkatan tekanan
Intra abdomen
Ketidak nyamanan
Tekanan pada area
Ggn pola tidur
appendisitis
lambung
Peritonium
Mual dan muntah
Peritonitis
Anoreksia
Resiko tinggi
Ggn pola nutrisi
infeksi
2.6.
MANIFESTASI KLINIS
Apendisitis memiliki gejala kombinasi yang khas, yang terdiri dari : Mual, muntah
dan nyeri yang hebat di perut kanan bagian bawah. Nyeri bisa secara mendadak dimulai
diperut sebelah atas atau di sekitar pusar, lalu timbul mual dan muntah. Setelah beberapa jam,
rasa mual hilang dan nyeri berpindah ke perut kanan bagian bawah. Jika dokter menekan
daerah ini, penderita merasakan nyeri tumpul dan jika penekanan ini dilepaskan, nyeri bisa
bertambah tajam.
Demam bisa mencapai 37,8-38,8 Celsius. Pada bayi dan anak-anak, nyerinya bersifat
menyeluruh, di semua bagian perut. Pada orang tua dan wanita hamil, nyerinya tidak terlalu
berat dan di daerah ini nyeri tumpulnya tidak terlalu terasa. Bila usus buntu pecah, nyeri dan
demam bisa menjadi berat. Infeksi yang bertambah buruk bisa menyebabkan syok.
2.7.
a.
DIAGNOSIS APENDISITIS
Gejala-gejala
Tanda-tanda
1. Tanda-tanda yang paling penting adalah nyeri tekan di daerah kuadran kanan bawah.
Nyeri tekan mungkin ditemukan juga di daerah panggul sebelah kanan kalau apendiks
terletak retrorektal. Rasa nyeri pada pemeriksaan rectum dan vagina ditemukan didaerah
rektum apabila terjadi apendisitis pelvis. Kalau letak apendiks itu lain dari yang lain,
maka rasa nyeri mungkin terlatak di tempat lain.
2. Tanda-tanda lain adalah demam(kurang dari 38C), kekuan otot, nyeri tekan dan nyeri
lepas, nyeri alih, dan tanda-tanda psoas serta obturator positip.
3. Bayi mungkin membutuhkan sedasi. Terdapat nyeri lokal. Pada mereka yangsudah lanjut
usia rasa nyeri mungkin tidak nyata, dan lebih dapat menimbulkan salah duga yang
menyesatkan. Pada wanita hamil rasa nyeri terasa lebih tinggi di daerah abdomen
dibandingkan dengan biasanya.
c. Tes laboratorium
Jumlah leukosit berkisar antara 10.000 dan 16.000/mm dengan pergeseran ke kiri
(lebih dari 75 persen neutrofil) pada 75 persen kasus yang ada. 96 persen diantaranya
leukositosis atau hitung jenis sel darah putih yang abnormal. Tetapi beberapa pasien dengan
apendisitis memiliki jumlah leukosit yang normal. Pada urinalisis tampak sejumlah kecil
eritrosit atau leukosit.
d. Foto sinar-X
Tak tampak kelainan spesifik pada foto polos abdomen. Barium enema mungkin dapat
untuk diagnosis tetapi tundakan ini dicadangkan untuk kasus yang meragukan(Theodore R.
Schorock, MD).
2.6.5. Appendikogram
Apendikogram dilakukan dengan cara pemberian kontras BaSO4 serbuk halus yang
diencerkan dengan perbandingan 1:3 secara peroral dan diminum sebelum pemeriksaan
kurang lebih 8-10 jam untuk anak-anak atau 10-12 jam untuk dewasa, hasil apendikogram
diexpertise oleh dokter spesialis radiologi.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang paling sering adalah perforasi apendisitis. Perforasi usus buntu dapat
mengakibatkan periappendiceal abses (pengumpulan nanah yang terinfeksi) atau peritonitis
difus (infeksi selaput perut dan panggul). Alasan utama untuk perforasi appendiceal adalah
keterlambatan dalam diagnosis dan perawatan. Secara umum, semakin lama waktu tunda
antara diagnosis dan operasi, semakin besar kemungkinan perforasi. Risiko perforasi 36 jam
setelah onset gejala setidaknya 15%. Oleh karena itu, setelah didiagnosa radang usus buntu,
operasi harus dilakukan tanpa menunda-nunda.
Komplikasi jarang terjadi pada apendisitis adalah penyumbatan usus. Penyumbatan
terjadi ketika peradangan usus buntu sekitarnya menyebabkan otot usus untuk berhenti
bekerja, dan ini mencegah isi usus yang lewat. Jika penyumbatan usus di atas mulai mengisi
dengan cairan dan gas, distensi perut, mual dan muntah dapat terjadi. Kemudian mungkin
perlu untuk mengeluarkan isi usus melalui pipa melewati hidung dan kerongkongan dan ke
dalam perut dan usus.
Sebuah komplikasi apendisitis ditakuti adalah sepsis, suatu kondisi dimana bakteri
menginfeksi masuk ke darah dan perjalanan ke bagian tubuh lainnya. Kebanyakan komplikasi
setelah apendektomi adalah (Hugh A.F. Dudley, 1992):
1. Infeksi luka
2. Abses residual
3. Sumbatan usus akut
4. Ileus paralitik
5. Fistula tinja eksternal
2.9.
PENATALAKSANAAN
Bila diagnosis klinis sudah jelas, tindakan paling tepat dan merupakan satu-satunya
pilihan yang baik adalah apendektomi. Pada apendisitis tanpa komplikasi biasanya tidak
diperlukan pemberian antibiotik, kecuali pada apendisitis gangrenosa atau apendisitis
perforate. Penundaan tindak bedah sambil memberikan antibiotik dapat mengakibatkan abses
atau perforasi (Wim De Jong, 2004).
Apendektomi bisa dilakukan secara terbuka ataupun dengan cara laparskopi. Bila
apendektomi terbuka, insisi McBurney paling banyak dipilih oleh ahli bedah. Pada penderita
yang diagnosisnya tidak jelas sebaiknya dilakukan observasi terlebih dahulu. Pemeriksaan
laboratorium dan ultrasonografi bisa dilakukan bila dalam observasi masih terdapat keraguan.
Bila tersedia laparoskop, tindakan laparoskopi diagnostic pada kasus meragukan dapat segera
menentukan akan dilakukan operasi atau tidak (Wim De Jong, 2004).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
STUDY KASUS
Tn. R berusia 28th datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri pada perutnya, nyeri
terus bertambah hingga menjalar sampai ke perut sebelah kanan bawah. Nyeri dirasakan Tn.R
terus menerus dan dirasakan 3 hari sebelum ke rumah sakit, nyeri bersifat terus-menerus
sehingga klien sulit untuk tidur. Selain nyeri Tn.R juga mengeluh rasa mual dan muntah,
5x/hari, berisi air bercampur makanan, sebanyak gelas aqua sekali muntah dan disertai
tidak ada nafsu untuk makan. setelah dilakukan pemeriksaan vital sign hasilnya : TD : 130/90
mmHg, Nadi : 128x/ menit RR: 20 x/, Suhu : 38,6 C.
A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
Nama
Usia
Jenis kelamin
Pekerjaan
Agama
Suku
Pendidikan
Alamat
Tanggal
Medreg
Diagnosa
: Tn R
: 28 Tahun
: Laki-laki
: Wiraswasta
: Islam
: jawa
: Sma
: Jalan Sidoarjo komp bunga No . 72
: 17 April 2015
: 101.8680
: Appendisitis
Nama
Usia
J.kelamin
Agama
: Ny V
: 26 Tahun
: Perempuan
: Islam
Pekerjaan
Alamat
Hub dengan klien
: IRT
: Jln Sidoarjo komp . Bunga No 72
: Istri
3. Keluhan utama
Klien mengeluh nyeri perut kanan bawah.
4. Riwayat penyakit sekarang
3 Hari sebelum ke rumah sakit, nyeri bersifat terus-menerus semakin lama semakin
kuat tidak tertahankan, Disertai demam tinggi ketika nyeri dirasakan. Selain nyeri Tn.R juga
mengeluh rasa mual dan muntah, 5x/hari, berisi air bercampur makanan, sebanyak gelas
aqua sekali muntah dan Pasien tidak BAB sejak 3 hari yang lalu
5. Riwayat penyakit dahulu
Klien ada riwayat penyakit gastritis.
6. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga tidak mempunyai penyakit yang sama dengan klien.
7. Riwayat psikologis
Klien merasa stress, cemas/tidaknyamandenganpenyakitnya yang dideritanya.
8. Riwayat sosial
Klien mempunyai hubungan baik dengan keluarganya serta sering mengikuti kegiatan
dalam masyarakat dilingkunganya
9. Riwayat Spiritual
Klien beragama islam dan dalam keseharianya klien rajin beribadah tetapi saat masuk
RS klien hanya berdoa.
B. POLA AKTIVITAS SEHARI - HARI
N
Aktivitas
O
1
Pola nutrisi
Sebelum MRS
Saat MRS
a. Frekuensi makan
Jenis
Jumlah/porsi
Nafsu makan
Masalah
3X Sehari
1x sehari
Bubur + lauk+
sayur + roti
sayur
1 porsi
1/2 Porsi
Baik
Baik
Tidak ada
b. Minum
Jenis
Jumlah
Masalah
makan
Air putih
Air putih
Tidak ada
Ada Masalah
Pola eliminasi
a. BAB
Frekuensi
Konsisten
Warna
Masalah
b. BAK
Frekuensi
Warna
Masalah
1-2 x /hari
Lembek
Kuning
Tidak ada
3-4 x/hari
Keras
Hitam
1000-1500
ml/ har
Kuning jernih
Tidak ada
Susah BAB
1000-1500 ml/hr
Kuning jernih
Tidak ada
Malam
Lama tidur
5- 6 jam sehari
Tidur siang
1 jam
Tidak
Masalah
Personal hygiene
Tidak ada
Susah Tidur
Frekuensi mandi
2-3x sehari
2x sehari
2x sehari
2x sehari
Bersih
Bersih
Ganti pakaian
Rambut
Kuku
Bersih
Bersih
Tidak ada
Tidak ada
Makan/minum
Mandiri
Mandiri
Toileting
Mandiri
Mandiri
Mandi
Mandiri
Mandiri
ROM
Mandiri
Mandiri
Berpindah
Mandiri
Mandiri
Berpakaian
Mandiri
Mandiri
Mandiri
Mandiri
Tidak ada
Tidak ada
Masalah
Pola aktivitas dan latihan
Masalah
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
Kesadaran
: composmentis
TD
Pols
RR
Temp
: 130/90 mmHg
: 128x/menit
: 20x/menit
: 38,6 oC
2. Keadaan khusus
a. Kepala
Bentuk kepala
Rambut
Warna rambut
Kebersihan
Masalah
: Mesochepal
: Tidak ada kelainan
: Hitam
: Bersih
: Tidak ada
b. Mata
Letak
Konjungtiva
Sklera
Oedema
Jarak pandang
Masalah
: Simestris
: Normal
: Normal
: tidak ada
: Normal
: tidak ada
c. Hidung
Bentuk
Secret
Penciuman
Kebersihan
Masalah
: Simestris
: Tidak ada
: Normal
: Bersih
: Tidak ada
d. Telinga
Letak
Pendengaran
Kebersihan
Masalah
: Simestris
: Normal
: bersih
: Tidak ada
: Lembab
: Normal
: Tidak ada
: Bersih
: Tidak ada
f. Leher
Refleks telan
Tiroid
Masalah
: Normal
: tidak ada pembekakan
: Tidak ada
g. Dada
Bentuk
RR
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Masalah
: Simestris
: 20x/ menit
: Normal
: Normal
: bunyi nafas vesikuler
: Tidak ada
h. Abdomen
Bentuk
Palpasi
Auskultasi
Masalah
: Simestris
: Ada nyeri tekan dan nyeri bawah pada kuadran kanan bawah
: Tidak ada
: Nyeri tekan dan lepas pada kuadran kanan bawah
i. Genital
Jenis kelamin
Kateter
Masalah
j. Kulit
Warna
Turgor
Kebersihan
Masalah
: Normal
: Baik
: Bersih
: Tidak ada
k. Ekstremitas
Atas
Bawah
Masalah
: Normal
: Normal
: Tidak ada
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
No
Pemeriksaan
Hemoglobin
Hasil
10,8 gr/dl
Nilai Normal
12 14 gram/dl
2
3
4
5
6
7
8
9
Leukosit
Hemetokrit
Laju endap darah
Blooding time (BT)
Clothing time (CT)
Golongan darah
Foto sinar X
Appendikogram
11.400/ul
39%
25 mm/jam
2 menit
4 menit
A
5.000 10.000/ul
37 43 %
0 15 mm/jam
1 3 menit
2 6 menit
E. TERAPI
JENIS
RL
Cefotaxime
Metronidazole
Ranitidine
Ketorolac
DOSIS
500 ml/8jam
1 gr + 5 cc aquabides
500 ml
2 cc/50 mg
30 mg
FREKUENSI
20 tetes/menit
2x1 gr
2x1
2x1
2x1
CARA PEMBERIAN
IV
IV
IV
IV
Perdrip
F. ANALISA DATA
NO DATA
ETIOLOGI
MASALAH
1. Data Subjektif :
Obstruksi Lumen
Nyeri
saat bergerak.
Klien memegangi perut
Appendiks terinflamasi
Tekanan intraluminal
Nyeri
Data Subjektif :
Nyeri
2.
infeksi
Aliran darah terganggu
menerus.
Data Objektif :
Klien
kesakitan
Klien merasa tidak nyaman
terlihat
dan gelisah
Resiko tinggi
Appendicitis
Ke peritoneum
Periotonitis
Data subjektif :
3.
muntah
Klien mengatakan tidak
ada selera untuk makan
Data objektif :
nafsu makan
klien mengeluh merasa
mual dan muntah
Appendiks terinflamasi
Kekurangan
volume cairan
Peningkatan tekanan
intraluminal
nutrisi
Data Obyektif:
disediakan
klien tamapak pucat dan
lemas .
Anoreksia
Data Objektif:
Appendiks terinflamasi
Gangguan pola
istirahat tidur
Tekanan intraluminal
Nyeri
sehari
Klien sering bangun pada
Ketidaknyamanan
Data subjectif :
6.
penyakitnya
Klien mengatakan bahwa ia
ingin cepat sembuh
Data objektif :
Appendisitis terinflamasi
Ansietas/ cemas
Kurang pengetahuan
Ansietas/ cemas
G. PRIORITAS MASALAH
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan Ulserasi dan invansi bakteri pada dinding
appendiks
H. INTERVENSI KEPERAWATAN
No
Tgl / jam
Diagnosa
Tujuan
Intervensi
Rasional
keperawatan
1
Jumat,
17 April
2015/08.
00
Tujuan umum :
Nyeri
Setelah dilakukan
berhubungan
dengan appendiks
terinflamasi
Data Subjektif :
Kajinyeri,
tindakan
catatlokasi,
keperawata 2x24
karakteristik,
jam diharapkan
beratnya (skala
Rasa nyeri
0-10)
pengawasanke
efektifanobat,
kemajuanpeny
embuhan.
Perubahanpada
teratasi.
karakteristikny
Pasien
eri,
Kriteria hasil :
mengeluh
nyeri
pada
perut kuadran
menunjukkant
erjadinyaabses
Pasien
mengatakan
kanan bawah
nyeri
berkurang
Data Objektif :
atau tidak
Ekspresi
wajah pasien
merasa nyeri
Ekspresi
tampak
wajah pasien
/peritonitis.
Menghilangka
ntegangan
abdomen yang
Pertahankanistir
bertambahden
ahatdenganposis
ganposisiterlen
i semi fowler
Berikan kantong
tang
Menghilangka
kesakitan
tidak nampak
terutama saat
kesakitan dan
es pada
mengurangi
bergerak.
gelisah.
TD : 120/80
abdomen
nyeri melalui
Klien memegangi
perut
bagian
kanan bawah.
Bergunadalam
TD : 130/90
mmHg,
n dan
penghilangan
mmHg
Pols :
80x/menit
Temp : 36,6oC
rasa ujung
saraf.
Merangsangpe
Dorongambulasi
ristaltikdankel
dini
ancaran flatus,
menurunkanke
Pols : 128x/
menit
Temp :38,6oC
tidaknyamanan
abdomen
Meningkatkanr
elaksasidandap
tt
atmeningkatka
Berikanaktifitas
nkemampuank
hiburan
oping
Menghilangka
ndanmenguran
ginyeri
Kolaborasipemb
eriananalgetik
Jumat,
Resiko tinggi
Tujuan umum :
17 April
infeksi
Setelah dilakukan
Perhatikandema
infeksi/
2015/09.
berhubungan
Tindakan
mmenggigil,
terjadinya
00
dengan Ulserasi
keperawatan 1x24
berkeringat,
perforasi dan
dan invansi
jam diharapka
perubahan
peritonitis.
bakteri pada
tidakterjadiinfeksi
dinding
mental.
Lakukanpencuci
antangan yang
appendiks
Data Subjektif :
mengeluh
nyeri
penyembuhan
terus-
luka dengan
menerus.
Data Objektif
Klien terlihat
meringis
kesakitan
Meningkatkan
benar
baikdanperawat
Kriteria Hasil :
Klien
Awasi TTV.
Dugaanadanya
Menurunkanris
ikopenyebaran
anluka aseptic
Berikaninforma
bakteri
si yang
tepatpadapasien/
keluargapasien
Pengetahuante
Bebas tanda
ntangkemajuan
infeksi atau
situasimemberi
inflamasi
kandukungane
mosi,
membantumen
Klien merasa
tidak nyaman
dan gelisah
urunkanansieta
Berikanantibioti
ksesuaiindikasi
s
Mungkindiberi
kansecaraprofi
laktikataumen
urunkanjumlah
organisme
(padainfeksi
yang
adasebelumny
a)
untukmenurun
kanpenyebaran
danpertumbuh
annya.
Tanda yang
Jumat,
Kekurangan
Tujuan umum :
17 April
volume cairan
setelah dilakukan
membantumen
2015/10.
berhubungan
tindakan
gidentifikasiflu
00
keperawatan 2x24
ktuasi volume
muntah
jam diharapkan
Observasi TTV
Data subjektif :
klien dapat
Klien
mempertahankan
mengeluh
keseimbangan
ranmukosa, kaji
mual dan
cairan
turgor
muntah
Klien
Kriteria hasil :
mengatakan
terjadinya
Observasimemb
kehilangan
cairan yang
makin buruk
kulitdanpengisia
Tidakadatand
nkapiler
Awasi intake
Penurunanpen
tidak ada
a-
dan output,
geluaran urine
selera untuk
tandadehidras
catatwarna
pekatdenganpe
makan
urine/konsentras
ningkatanberat
i
turgor kulit
i, beratjenis
jenisdidugadeh
baik,
tanda-tanda
Data objektif :
intravaskuler
Mencegah
Klien muntah
idrasi/kebutuh
ancairanmenin
air berisi
makanan
vital stabil
klien tidak
muntah lagi
sebanyak
tasigaster/munt
gelas aqua
gkat
Menurunkaniri
sekali
hkecilminumanj
muntah.
ernihbilapemasu
kanperoraldimul
ahuntukmemin
Berikansejumla
imalkankehila
ngancairan
Dekompresi
ai,
usus,
danlanjutkanden
meningkatnya
gan diet
istirahat usus,
sesuaitoleransi
Pertahankan
mencegah
muntah
penghisapan
4.
Jumat,
17 April
2015/11.
00
Tujuan umum :
Gangguan pola
nutrisi
berhubungan
dengan anoreksia
Data Subjektif:
Klien
mengeluh
tidak ada
nafsu makan
Klien
mengeluh
merasa mual
dan muntah
gaster/usus
Timbang berat
Mengevaluasi
Setelah dilakukan
badan sesuai
keefektifan
tindakan
indikasi
atau kebutuhan
keperawatan 2x24
mengubah
jam diharapkan
pemberian
Nutrisi klien
nutrisi
Membantu
terpenuhi.
Aukultasi bising
dalam
usus
Kriteria hasil :
menentukan
Klien
respon untuk
makan
makan baik
Klien tidak
mual dan
ngnya
muntah.
komplikasi
Meningkatkan
nafsu
atau berkemba
Berikan
Data Obyektif:
makanan
Klien tidak
dalam jumlah
menghabiskan
porsi
waktu yang
makanan yang
sering dan
proses
pencernaan
dan toleransi
pasien
terhadap
disediakan
Klien
teratur
nutrisi yang
diberikan dan
tamapak pucat
dapat
dan lemas .
meningkatkan
kerjasama
pasien saat
Berikan
makan
Mencegah
ketidaknyaman
perawatan oral
an karena
teratur, sering
mulut kering
dan teratur
dan
termasuk minya
bibir pecah
k untuk bibir
yang
disebabkan
oleh pembatas
Kolaborasi
asupan diet
Jumat,
Gangguan pola
Tujuan umum :
Bantu klien
an cairan
Memberikan
yang tepat
Agar posisi
Setelah dilakukan
dalam memilih
tidur klien
2015/12.
berhubungan
tindakan
posisi yang
nyaman dan
00
keperawatan 2x24
nyaman untuk
tidak
jam diharapkan
istirahat dan
merasakan
Data subyektif:
Pola istirahat
tidur.
namanya sakit.
Klien
tidur klien
mengeluh
menjadi teratur.
tidak bisa
tidur karena
nyeri
diperutnya.
Data Objektif:
klien
mengetahui
Kriteria hasil:
Nyeri bisa
diatasi
Klien bisa
tidur secara
Untuk
pola tidur
pasien
Mininalkan
suasana
Lngkungan
yang tenang
Klien
tidur
teratur.
lingkungan
dapat
hanya 5 jam
membantu
sehari
Klien sering
klien untuk
beristirahat
bangun pada
malam
hari
akibat nyeri.
Anjurkan klien
Minum air
hangat dapat
hangat sebelum
membantu
tidur
klien lebih
relaksasi dan
lebih nyaman
Ajarkan klien
Membantu
relaksasi dan
klien untuk
distraksi
mengurangi
sebelum tidur
persepsi nyeri
atau
mangalihkan
perhatian klien
dari nyeri yang
menghambat
tidur klien.
6.
Jumat,
Ansietas/cemas
Tujuan umum :
Pemberian obat
Membantu
analgesik
mengurangi
Jelaskan setiap
rasa nyeri.
pasien
17 April berhubungan
Setelah dilakukan
tindakan yang
kooperatif
2015/13.
dengan
tindaka
akan dilakukan
dalam segala
00
kurangnya
keperawatan 2x24
terhadap pasien
tindakan dan
informasi
jam diharapkan
mengurangi
Ansietas klien
kecemasan
teratasi.
pasien
untuk
Data seubjectif :
Klien
Kriteria hasil :
mengatakan
kecemasan
tahu tentang
mengerti
mengungkapkan
pengobatan
dan
perasaan akan
terhadap
cara
penyakitnya
Klien
mencegah
penyakitn
pemahaman
perlu untuk
mengatakan
ya
pasien / orang
memilih
terdekat tentang
intervensi yang
ingin cepat
sembuh
tau
ketakutannya
Evaluasi tingkat
tidak lagi
Memberikan
informasi yang
diagnosa medik
Klien
tepat
Sejumlahaktivi
Anjurkanaktivit
tasbaiksecaras
aspengalihanper
endirimaupund
Klien merasa
hatiansesuaikem
ibantuselamadi
gelisah
ampuanindividu
rawatdapatme
cemas dan
Data objektif :
pada pasien
untuk
bahwa ia
mengurangi
Klien
bahwa tidak
Beri kesempatan
gelisah.
dengan
mbuatpasienm
keadanya
erasaberkualita
sekarang.
Klien selalu
sdalamhidupny
bertanya
a.
Pasien dapat
Berikan
mengekspresik
tindakan apa
lingkungan yang
an rasa takut,
saja yang
masalah, dan
dilakukan.
mengancam.
kemungkinan
tentang
rasa marah
akibat
diagnosisi dan
prognosis.
I.
Tanggal
IMPLEMENTASI
Diagnosa
Implementasi
Respon
keperawatan
17 April
Nyeri berhubungan
2015
dengan appendiks
catatlokasi,
terinflamasi
karakteristik, beratnya
Mengkajinyeri,
(skala 0-10)
Mempertahankanistira
hatdenganposisi semi
fowler
Memberikan kantong
es pada abdomen
merasa nyaman.
Mendorongambulasidi
ni
Mmeberikanaktifitashi
buran
Berkolaborasipemberi
yang diberikan
ananalgetik.
Resiko tinggi infeksi
17 April
2015
Mengawasi TTV.
berhubungan dengan
Perhatikandemammen
ggigil, berkeringat,
perubahan mental.
appendiks
Melakukanpencuciant
angan yang
baikdanperawatanluka
aseptic
Memberikaninformasi
yang tepatpadapasien/
keluargapasien
Memberikanantibiotik
sesuaiindikasi
Kekurangan volume
17 April
2015
Mengobservasi TTV
Mengobservasimembr
cairan berhubungan
dengan mual dan
muntah
Memberikansejumlah
kecilminumanjernihbil
apemasukanperoraldi
apapun
mulai,
sehat.
asalkan
cepat
danlanjutkandengan
diet sesuaitoleransi
Mempertahankan
penghisapan
gaster/usus
17 April
2015
berhubungan dengan
Menimbang berat
badan sesuai indikasi
anoreksia
Melakukan aukultasi
bising usus
Memberikan makanan
dalam jumlah kecil
Memberikan
perawatan oral teratur,
sering dan teratur
termasuk minyak
untuk bibir
Berkolaborasi dengan
ahli gizi
17 April
2015
tidur
Membantu klien
dalam memilih posisi
berhubungan
sedikit-sedikit
klien
Keluarga klien
mengatakan, klien sering
terbangun tidurnya
terutama malam hari
karena nyeri muncul dan
sering menangis
Memininalkan
suasana lingkungan
tidur nyenyak
Menganjurkan klien
Mengajarkan klien
Memberikan obat
analgesik
Ansietas/cemas
17 April
2015
Menjelaskan setiap
berhubungan dengan
kurangnya informasi
dilakukan terhadap
mendengarkan setiap
penjelasan tentang
klien
Memberi kesempatan
Klien berantusias
tindakan.
Klien mengungkapan kan
ansietasnya.
mengungkapkan
perasaan akan
ketakutannya
Mengevaluasi tingkat
pemahaman pasien /
orang terdekat tentang
tentang penyakitnya.
diagnosa medik
Menganjurkanaktivita
spengalihanperhatians
esuaikemampuanindiv
idu
Memberikan
klien.
J. EVALUASI
Tanggal
Diagnosa Kperawatan
Catatan perkembangan
Jumat, 17 April
2015
terinflamasi
berkurang.
O: Ekspresi wajah klien tidak terlalu cemas
lagi
A: Masalah belum teratasi
P:Lanjutkan intervensi
Jumat, 17 April
2015
appendiks
Kekurangan
volume
cairan
Jumat, 17 April
2015
Gangguan pola nutrisi berhubungan dengan S: klien mengatakan tidak mual lagi dan
anoreksia
Jumat, 17 April
2015
Gangguan pola istirahat tidur berhubungan S: klien mengatakan sudah bisa tidur
dengan rasa nyeri
Jumat, 17 April
2015
kurangnya informasi
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Saluran pencernaan (traktus digestivus) pada dasarnya adalah suatu saluran (tabung)
dengan panjang sekitar 30 kaki (9m). yang berjalan melalui bagian tengah tubuh dari mulut
sampai ke anus (sembilan meter adalah panjang saluran pencernaan pada mayat; panjangnya
pada manusia hidup sekitar separuhnya karena kontraksi terus menerus dinding otot saluran).
Saluran pencernaan mencakup organ_organ berikut: mulut; faring; esophagus; lambung; usus
halus; (terdiri dari duodenum, jejunum, dan ileum); usus besar (terdiri dari sekum, apendiks,
kolon dan rectum); dan anus (Lauralee Sherwood, 2001).
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing
(apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah parah,
apendiks itu bisa pecah. Apendiks merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan
menonjol dari bagian awal usus besar atau sekum (cecum).
Apendiks besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak di perut kanan bawah.
Strukturnya seperti bagian usus lainnya. Namun, lendirnya banyak mengandung kelenjar
yang senantiasa mengeluarkan lendir.Apendisitis merupakan peradangan pada usus
buntu/apendiks (Defa Arisandi, 2008).
1.
Padaumumnyaobstruksiiniterjadikarena :
2.
aliran
limfe
yang
mengakibatkan
edema
dan
ulaserasi
mukosa.
DAFTAR PUSTAKA