Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
I.
PENDAHULUAN
Liana Rahardja
B. Perumusan Masalah
Liana Rahardja
Peningkatan produk yang menyeluruh merupakan hal yang penting dalam perusahaan
untuk dapat memenangkan persaingan di pasar domestik maupun internasional. Ada beberapa
faktor yang mendukung peningkatan mutu produk perusahaan tersebut. Salah satunya adalah
penerapan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan ISO seri 9000, yang merupakan sistem
manjemen mutu ISO seri 9000 yang telah menetapkan 20 elemen terkait sebagai pendukung
peningkatan mutu dan sekaligus sebagai persyaratan bagi perusahaan yang ingin
mendapatkan sertifikat ISO 9000.
Melalui TQM, diharapkan hambatan-hambatan maupun masalah-masalah yang sering
terjadi dapat dihilangkan, dengan demikian mutu produk yang diinginkan oleh pihak
perusahaan maupun pelanggan dapat ditigkatkan dan dapat meningkatkan produktivitas mutu
produk tersebut. Untuk itu dalam penulisan penelitian ini, masalah yang dapat dikemukakan
adalah:
1. Bagaimana penerapan TQM pada PT Mustika Ratu?
2. Bagaimana penerapan sistem manajemen mutu ISO 9002 PT Mustika Ratu?
3. Bagaimana peranan TQM dikaitkan dengan proses penerapan dalam upaya untuk
meningkatkan produktivitas PT Mustika Ratu?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan dari latar belakang dan perumusan masalah yang telah dirumuskan diatas,
maka tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Melihat penerapan TQM pada PT Mustika Ratu.
2. Melihat penerapan ISO 9000 pada PT Mustika Ratu.
3. Melihat peranan TQM dan ISO 9000 dalam meningkatkan produktivitas PT Mustika
Ratu.
Dari hasil evaluasi dan penelitian yang telah dilakuakan, maka penulis berharap
penelitian ini berguna bagi perusahaan dalam hal untuk:
a. Meningkatkan kinerja, produktivitas dan pendapatan perusahaan.
b. Membantu untuk mengatasi masalah yang sering terjadi di dalam proses produksi, mutu
produk, pelayanan dan sebagainya.
II.
KERANGKA TEORITIS
A. Tinjauan Pustaka
Tinjauan atas Mutu
Pengertian Mutu
Gregory B. Hutchins dalam buku Introduction to Quality: Management, Assurance, and
Control (1991:1-2), mengemukakan bahwa mutu adalah:
1. Conformance to applicable specifications and standards (sesuai dengan syarat dan standar
yang dipakai).
2. Fitness for use (Ketepatan penggunaan).
3. Satisfaction of customer wants, needs, and expectations at a competitive cost (Kepuasan
akan keinginan, kebutuhan dan harapan pelanggan, serta biaya yang dapat bersaing).
Kata mutu memiliki banyak pengertian, akan tetapi pada dasarnya mangacu pada
pengertian pokok yaitu: mutu terdiri dari sejumlah keistimewaan atau keunggulan produk
yang dapat memenuhi keinginan konsumen, yang pada akhirnya akan dapat memberikan
kepuasan kepada pelanggan atas penggunaan produk yang bersangkutan.
Unsur Mutu Produk
Liana Rahardja
Shigeru Mizuno dalam buku A.V Fingenbaum yang berjudul Total Quality Control
(1992:59-61), berpendapat bahwa terdapat beberapa unsur penting dalam mengukur sifat
mutu suatu produk: (1) Harga yang wajar, (2) Ekonomis, (3) Tahan lama, (4) Aman, (5)
Mudah digunakan, (6) Mudah dibuat, (7) Mudah dibuang
Fungsi Mutu
Pada dasarnya ada tiga fungsi utama mutu produk, yaitu:
1. Pemeriksaan Mutu (Quality Inspection), merupakan tindakan untuk mengetahui apakah
produk sesuai dengan yang dimaksud atau tidak.
2. Pengendalian Mutu (Quality Control), bila suatu produk tidak sesuai dengan persyaratan
pada waktu pemeriksaan mutu, maka harus ditindaklanjuti agar dapat sesuai dengan
kondisi yang dimaksud.
3. Pemastian Mutu (Quality Assurance), mutu tidak dijamin melalui pemeriksaan saja, tetapi
memerlukan rancangan yang rasional, pelaksanaan operasi, dan prosedur pengendalian
mutu yang benar. Mutu dapat dipastikan sedemikian rupa sehingga konsumen yang
membeli bebas dari rasa cemas dalam jangka panjang.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu
Menurut A.V. Feigenbaum dalam buku Total Quality Control (1991:59-61), mutu
produk secara langsung dipenuhi oleh 9 faktor dasar, yang dikenal dengan nama 9 Ms),
yang terdiri dari: (1) Market (Pasar), (2) Money (Uang), (3) Manajemen, (4) Manusia, (5)
Motivasi, (6) Materi, (7) Mesin, (8) Metode Informasi, (9) Mounting Product Requirements.
Tinjauan atas Total Quality Management
Pengertian TQM
TQM adalah suatu filosofi yang menghendaki perubahan perilaku pada semua tingkat
organisasi dengan menaruh perhatian pada pentingnya kepuasan konsumen. Flosofi TQM
menekankan pada sumber daya manusia dan hubungan antar manusia yang tidak hanya
mengendalikan pemeriksaan kualitas pada akhir proses, tetapi lebih menitikberatkan pada
proses pembentukan kualitas itu sendiri dengan cara menghilangkan penyimpanganpenyimpangan yan terjadi selama proses produksi.
W. Edward Deming, seorang pakar mutu Amerika Serikat yang namanya diabadikan
dalam Deming Prize, dalam buku John Bank, The Essence of Total Quality Management
(1992:66-67), melihat mutu dari segi proses pencapaiannya, yaitu sesuai dengan sarannya
yang berupa 14 langkah yang harus ditempuh. Jika saran tersebut diikuti, maka sama artiya
dengan menerapkan konsep manajemen mutu. Ke-14 saran Deming pada dasarnya adalah
sebagai berikut:
1. Memiliki tujuan yang jelas dan konstan untuk perbaikan mutu produk yang dihasilkan.
2. Menerima filosofi baru yang tidak mentolelir kesalahan, keterlambatan, cacat produksi.
3. Tidak mengandalkan pada pemeriksaan masal.
4. Jangan hanya mengandalkan pada harga produk semata dalam menghargai produk.
5. Mencari masalah dan solusinya.
6. Terapkan metode yang tepat dalam pelatihan karyawan.
7. Mencari cara baru dalam memeriksa pekerja produksi.
8. Menghilangkan rasa takut pada karyawan, sehingga setiap karyawan dapat bekerja
dengan efektif.
9. Hilangkan penghalang komunikasi antar bagian.
10. Hilangkan standar kerja yang menerapkan kuota dalam bentuk angka, slogan, tidak ada
cacat produksi, dalam mencapai target produksi.
Liana Rahardja
11. Hilangkan standar kerja yang menerapkan kuota dalam bentuk angka untuk seluruh
karyawan.
12. Hilangkan hambatan antara atasan dengan bawahan dalam bekerja, sehingga tercipta
suasana yang harmonis dan bangga dengan produk yang dihasikan.
13. Lakukan pelatihan dan pendidikan untuk meningkatkan produktifitas kerja karyawan.
14. Didukung oleh manajemen perusahaan dalam mencapai saran ke-13 diatas.
Berdasarkan alasan tersebut diatas, maka TQM dapat disimpulkan sebagai suatu cara
yang digunakan oleh perusahaan untuk memenuhi kepuasan konsumen, dengan
mengikutsertakan seluruh sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan, di dalam usaha untuk
menghasilkan produk yang sesuai dengan harapan konsumen, dan dilakukan dengan cara
yang berkesinambungan, dan pada akhirnya akan dapat meningkatkan kinerja perusahaan.
Tujuan TQM
Secara singkat pelaksanaan TQM dalam suatu perusahaan adalah bertujuan untuk:
1. Meningkatkan mutu sumber daya manusia sehingga mampu dan terampil dalam
melaksanakan tugasnya dengan baik.
2. Meningkatkan mutu produk dan pelayanan agar kepuasan pelanggan terpenuhi.
3. Meningkatkan kerjasama antar karyawan sehingga semangat kerja dapat terpelihara
dengan baik.
4. Meningkatkan produktifitas kerja.
5. Menurunkan biaya.
6. Terlaksananya kebijakan dan sasaran perusahaan.
Unsur-unsur TQM
TQM merupakan model perbaikan mutu yang sifatnya terus menerus. Menurut Arthur R.
Tenner dan Irving J. De Toro dalam buku Total Quality Management (1992:32-33), model
TQM dibangun berdasarkan tiga prinsip mutu:
1. Fokus pada pelanggan
Dalam filosofi TQM, konsumen memegang peranan penting, sehingga segala sesuatunya
dimulai dan didasari oleh harapan konsumen. Mutu ditentukan oleh konsumen bukan oleh
manajemen perusahaan.
2. Proses perbaikan
Konsep perbaikan terus menerus dibentuk berdasarkan urutan langkah kegiatan terkait
dalam menghasilkan suatu produk. Langkah ini sangat penting dilakukan untuk dapat
menghasilkan produk yang minim kesalahan serta agar kepuasan konsumen tercapai.
3. Keterlibatan menyeluruh
Keterlibatan semua bagian perusahaan sangat penting untuk diperhatikan, mulai dari
pimpinan perusahaan yang dalam tugasnya untuk mencapai produk yang mempunyai
keunggulan kompetitif di pasar yang dimasuki, karyawan yang diberi wewenang untuk
memperbaiki output dengan cara kerjasama yang luwes dalam memecahkan masalah,
memperbaiki proses dan memuaskan pelanggan. Peranan pemasok juga harus
diperhatikan dalam memasok bahan baku yang berkualitas agar dapat memuaskan
pelanggan.
Hal-hal tersebut diatas merupakan faktor kunci untuk memenangkan persaingan, dan
dengan TQM akan tercipta produk dengan mutu yang lebih baik, harga yang lebih murah,
penyerahan produk yang lebih cepat, dan pelayanan kepada konsumen lebih baik
dibandingkan dengan para pesaingnya.
Liana Rahardja
Liana Rahardja
ISO 9000 dalam kerangka dasarnya adalah sustu sistem manajemen mutu dan standar
jaminan mutu untuk lingkungan pabrikasi yang diarahkan pada suatu bentuk mutu yang dapat
dipastikan, yang pada akhirnya diaktualisasikan ke dalam bentuk tindakan.
ISO 9000 juga mencakup situasi pabrik yang terlibat dalam kegiatan desain, produksi,
instalasi, dan jasa pelayanan, termasuk perusahaan yang telah di desain dan perusahaan yang
hanya bergerak di bidang inspeksi akhir produk dan tes.
ISO 9000 merupakan suatu sistem manajemen mutu, bukan standar produk tetap
melibatkan standar produk individual maupun kalibrasi dan pengukurannya. ISO 9000
merupakan suatu sistem yang secara keseluruhan bermanfaat untuk kelangsungan seluruh
kegiatan, yaitu mulai dari pembelian bahan baku sampai dengan pengiriman akhir barang
jadi, yang secara keseluruhan dipadu dalam suatu standar manajemen mutu.
Prinsip dasar dari sistem manajemen mutu ISO 9000 ini adalah: Tuliskan apa yang
dikerjakan, dan kerjakan apa yang dituliskan.
Karakteristik ISO 9000
Brian Rothery, di dalam buku Analisis ISO 9000 (1995:4), menyatakan karakteristik
ISO 9000 yang secara otomatis member pengendalian untuk menjamin mutu produksi adalah:
1. Pengiriman bahan baku dan produk jadi tepat waktu.
2. Mengurangi dan meniadakan pemborosan bahan baku.
3. Meningkatkan efisiensi tenaga kerja.
4. Mengurang dan menetapkan waktu mati mesin.
5. Meningkatkan produktivitas.
Struktur Standar ISO 9000
Standar ISO 9000 dalam buku Total Quality Management (2007:89), Fandy Tjiptono
dan Anastasia Diana, adalah sebagai berikut:
JENIS
Pedoman
Sistem
kualitas
(model
kontraktual)
Liana Rahardja
Pedoman
bagi Sistem
Mutu Audit
Bagian 1: Auditing
Evaluasi
Produktivitas
Perencanaan
Produktivitas
Liana Rahardja
X 100%
Liana Rahardja
10
Rasio produktivitas meningkat jika biaya proses atau biaya pengerjaan ulang atau
keduanya menurun. Selain itu juga dapat meningkat jika lebih banyak unit barang bermutu
yang dapat dihasilkan.
B. Kerangka Pemikiran
Peningkatan mutu yang dilakukan oleh perusahaan pada umumnya hanya pada
produk yang dihasilkan saja, maka produk tersebut dapat dikatakan bermutu, namun
bentuk peningkatan mutu seperti ini tidaklah dapat dipertahankan konsistensinya karena
suatu produk yang bermutu bukan hanya mempunyai standar yang baik, akan tetapi lebih
menekankan pada kepuasan pelanggan.
Ada berbagai alternatif yang dapat digunakan untuk memperbaiki mutu produk
yang dihasilkan oleh perusahaan, antara lain Total Quality Management (TQM), Total
Quality Control (TQC) serta proses benchmarking.
Pembahasan ini mengangkat TQM sebagai salah satu cara untuk meningkatkan
mutu secara keseluruhan, yang diharapkan dapat mengatasi masalah-masalah yang timbul
di dalam perusahaan, misalnya mutu produk, biaya mutu, mutu waktu penyerahan produk
dan sebagainya agar perusahaan dapat memenangkan persaingan di pasar bebas.
Sedangkan kalau berbicara tentang mutu, sudah pasti mengarah ke standar yang
berlaku, yaitu: ISO 9000, yang merupakan standar sistem manajemen mutu yang dapat
meningkatkan dan menjaga konsistensi mutu produk melalui standarisasi sistem
manajemen mutu terhadap seluruh proses, mulai dari pembelian material sampai dengan
pelayanan purna jual produk.
Masalah peningkatan mutu dengan menggunakan kedua alternatif tersebut dianalisa,
apa peranan TQM, ISO 9000, dan peranan keduanya dalam menciptakan sinergi sistem
manajemen mutu, serta membandingkan antara teori yang ada dengan praktek lapangan,
dan kemudian ditelaah apakah peranan TQM dan ISO 9000 dapat meningkatkan kinerja
perusahaan dalam upaya untuk meningkatkan serta mempertahankan mutu produk.
C. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut diatas, penulis merumuskan hipotesis
sebagai berikut: penerapan TQM dapat meningkatkan produktivitas PT Mustika Ratu
yang berserifikat ISO 9002.
III.
METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang dilakukan adalah dengan melakukan pendekatan studi
kasus, yaitu dengan melakukan pembahasan atau permasalahan yang dihadapi oleh PT
Mustika Ratu dalam melakukan penerapan TQM.
Liana Rahardja
11
Alasan menggunakan pendekatan ini adalah permasalahan yang diteliti adalah kondisi
yang terjadi di perusahaan, sehingga berguna bagi penulis untuk melihat secara langsung
bagaimana penerapan teori-teori yang ada di dalam kondisi nyata.
B. Variabel dan Pengukurannya
Variabel independen, yaitu variable yang tidak dapat dipengaruhi oleh variabel
lainnya, dalam hal ini adalah TQM yang dapat diukur melalui: customer focus, process
improvement dan total involvement. Sedangkan variable dependennya adalah
produktivitas yang dapat diukur melalui: Quality Prouctivity Ratio (QPR).
C. Definisi Operasional Varibel
1. Total Quality Management (TQM)
Adalah suatu filosofi yang berisi suatu kegiatan yang dilakukan oleh manajemen
untuk melakukan suatu perbaikan secara berkesinambungan dengan menitikberatkan pada
kepentingan konsumen, peningkatan proses dan keterlibatan seluruh tingkatan
manajemen di dalam organisasi.
2. Produktivitas
Merupakan ukuran efektifitas perusahaan dalam mengubah masukan menjadi
keluaran. Indikator:
1. Mutu
Adalah gambaran dan karakteistik yang menyeluruh dari barang dan jasa yang
menunjukkan kemampuanna dalam memuaskan kebutuhan pelanggan, hal ini mengacu
kepada kepuasan pelanggan.
2. ISO 9000
Merupakan suatu sistem mutu yang dirancang dan spesifikasi produknya telah ditetapkan
terlebih dahulu sehingga sistem tersebut lebih fokus kepada kemampuan produksi dan
instalasi.
3. Rasio Produktivitas Mutu
Merupakan indeks produktivitas yang di dalamnya mencakup biaya mutu dan
produktivitas hasil produk itu sendiri.
4. Biaya Proses
Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam memproses suatu produk.
5. Biaya Pengerjaan Ulang
Biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki kerusakan agar dapat digunakan kembali.
6. Realisasi Produksi
Penilaian perusahaan terhadap produktivitas produk yang dihasilkan perusahaan yang
mencakup produksi nyata dan rencana produksi.
7. Quality Assurance
Bagian atau depertemen perusahaan yang bertanggung jawab terhadap mutu produk yang
dihasilkan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa:
1. Wawancara langsung
2. Penlitian lapangan
3. Studi kepustakaan
Data yang diperoleh penulis adalah:
1. Data primer
Liana Rahardja
12
Data ini berupa data-data tentang biaya produksi, jumlah total produk yang
dihasilkan, jumlah produk cacat dan biaya pengerjaan ulang.
2. Data sekunder
Data berupa penerapan TQM, dokumentasi ISO 9002, sejarah perusahaan, struktur
organisasi perusahaan, serta data yang diperoleh penulis dari buku-buku, literature,
maupun dari hasil penelitian yang dilakukan.
E. Metode Analisa
Metode analisa data yang digunakan penulis adalah:
1. Metode kualitatif
Menganalisa data non parametrik, misalnya penerapan TQM, ISO 9002, manajemen
perusahaan serta struktur organisasi.
2. Metode kuantitatif
Mengnalisa data parametrik, misalnya menghitung tingkat biaya produksi per unit,
dan menghitung QPR.
IV.
Departemen
Liana Rahardja
13
Pihak manajemen PT Mustika Ratu telah menerapkan prinsip TQM, yang pada
dasarnya adalah untuk meningkatkan mutu produk agar para konsumen merasa puas
dengan produk yang mereka beli. Berpatokan pada hal inilah, PT Mustika Ratu selalu
berusaha untuk meningkatkan mutu produk, melakukan inovasi-inovasi, melakukan
penelitian-penelitian tentang keinginan konsumen dan hal-hal lain yang turut mendukung
terciptanya kepuasan pelanggan.
PT Mustika Ratu menerapkan tiga prinsip dalam mendukung pencapaian tujuan
perusahaan, yaitu:
1. Fokus utama ada pelanggan (customer focus)
Konsumen merupakan pihak yang sangat penting dalam menentukan
keberhasilan suatu produk yang dijual di pasar bebas. Dengan banyaknya produsenprodusen yang bergerak di bidang kosmetik dan jamu tradisional, maka konsumen
memiliki banyak sekali pilihan dan sudah tentu pilihan konsumen jatuh kepada
produk yang bermutu tinggi, harganya bersaing, kemasannya menarik, dan faktorfaktor pendukung lainnya.
Dengan dasar itulah PT Mustika Ratu melakuan penelitian-penelitian terhadap
keinginan konsumen dengan cara melalui kuesioner-kuesioner, konsultasi melalui
beauty advisor (mempromosikan dan menjual produk), serta menilai keluhan-keluhan
pelanggan yang masuk.
Untuk meningkatkan pelayanan kepada para konsumen, maka perusahaan
melaksanakan pelatihan khusus bagi para beauty advisor maupun beauty consultant
yang diselengarakan setiap bulannya, yang berupa:
- Kemampuan berkomunikasi dengan konsumen.
- Cara menata rias dan perawatan wajah serta tubuh.
- Bersikap ramah dan sopan dalam berpakaian dan melaysni pelanggan.
Dalam pertemuan tersebut, mereka melaporkan hasil kerja mereka selama satu
bulan, selain itu juga diberikan tambahan pengetahuan yang bermanfaat, serta dibahas
mengenai kesulitan-kesulitan yang mereke temui dalam menghadapi para konsumen
dan diberikan solusinya.
Jadi PT Mustika Ratu telah melakanakan program-progam yang mndukung
tercapainya kepuasan konsumen dengan tepat dan terus menerus.
2. Proses perbaikan dan peningkatan produksi (process improvement).
Prinsip TQM yang berkaitan dengan proses produksi berorientasi pada
pencegahan agar proses dapat berlangsung tanpa hambatan dapat menghasilkan
produk sesuai dengan yang diharapkan.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka PT Mustika Ratu selalu melakukan
perubahan-perubahan maupun modifikasi-modifikasi yanga dianggap dapat
mendukung peningkatan mutu produk. Manajemen PT Mustika Ratu menetapkan
beberapoa syarat untuk mendukung hal tersebut diatas, yaitu:
1. Dokumentasikan hasil kegiatan
2. Meningkatkan pelatihan dan pendidikan kepada setiap karyawan.
3. Menetapkan suatu ukuran kinerja bagi perusahaan yang berfungsi untuk
memonitor kinerja proses dan setiap karyawan harus mengerti hal ini dengan baik.
Untuk meningkatkan dan memperbaiki proses tesebut, ada enam langkah yang
diterapkan oleh PT Mustika Ratu, yaitu:
1. Mendefinisikan masalah
Contoh: tingginya tingkat produk cacat dalam produksi.
Liana Rahardja
14
Jenis Produk
Perawatan wajah
Tata rias dasar
Tata Rias dekoratif
Perawatan tubuh
Perawatan rambut
Jamu
Minuman segar
1995
2007
(sebelum TQM)
(sesudah TQM)
Produksi (unit)
Cacat Produksi (unit)
Cacat
12,220,500
0,10
14,551,800
0,02
9,341,800
0.30
11,117,800
0,05
2,139,700
0.30
3,170,700
0,06
6,316,900
0.05
8,099,500 0,008
2,452,000
0.04
3,266,300
0,01
388,762,000
0.04
524,828,500
0,06
200,000
0.02
285,300 0,008
Liana Rahardja
15
421,432,900
565,319,900
Untuk menghitung tingkat kenaikan total produksi setelah penerapan TQM dapat
dilakukan dengan cara membagi peningkatan produksi (unit) dengan total produksi pada
tahun 1995 (sebelum penerapan TQM) dan dikalikan dengan 100%. Hasilnya dapat dilhat
dalam tabel berikut:
Tabel 6. Peningkatan produksi setelah penerapan TQM
Jenis Produk
Perawatan wajah
Tata rias dasar
Tata Rias dekoratif
Perawatan tubuh
Perawatan rambut
Jamu
Minuman segar
1995
(sebelum TQM)
Produksi (unit)
12,220,500
9,341,800
2,139,700
6,316,900
2,452,000
388,762,000
200,000
421,432,900
2007
(sesudah TQM)
Produksi (unit)
14,551,800
11,117,800
3,170,700
8,099,500
3,266,300
524,828,500
285,300
565,319,900
Peningkatan produksi
(unit)
(%)
2,331,300
19.08
1,776,000
19.01
1,031,000
48.18
1,782,600
28.22
814,300
33.21
136,066,500
35.00
85,300
42.65
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwan tingkat kenaikan produksi PT Mustika Ratu
mningkat dengan tajam mulai 19,01% sampai dengan 48,18% bahkan pada produk tata
rias dekoratif, produksinya naik sebesar 48,18% dibandingkan dengan sebelum penerapan
TQM. Keberhasilan ini merupakan suatu hal yang sangat baik. Sedangkan untuk
menghitung tingkat penurunan produk cacat dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 7. Penurunan produk cacat setelah penarapan TQM
Jenis Produk
Perawatan wajah
Tata rias dasar
Tata Rias dekoratif
Perawatan tubuh
Perawatan rambut
Jamu
Minuman segar
1995
(sebelum TQM)
Produksi (unit)
1,222,050
2,802,540
641,910
315,845
98,080
15,550,480
4,000
20,634,905
2007
(sesudah TQM)
Produksi (unit)
291,036
555,890
190,242
64,796
32,663
3,148,971
2,282
4,285,880
Berdasarkan tabel diatas dapat terlihat bahwa ada penurunan tingkat kecacatan produk
yang tajam antara sebelum penerapan TQM dengan sesudah penerapan TQM. Kenaikan
yang berkisar antara 42,94% sampai dengan 80,16%, sangat mengembirakan. Penurunan
tingkat kecacatan produk disebabkan adanya penerapan elemen-elemen ISO 9002 dengan
baik, peningkatan sumber daya manusia khususnya pada tenaga ahli dalam bidang
kosmetik dan jamu tradisonal. Hal ini akan berdampak pada meningkatnya jumlah produk
Liana Rahardja
16
yang baik, sehingga volume penjualan akan meningkat dan laba perusahaan juga ikut
meningkat.
2. Melalui penerapan TQM, maka mutu prodk yang dihasilkan akan selalu terjaga pada
suatu standar tertentu. Hal ini dapat dilihat pada pengawasan mutu yang baik dalam
pengendalian mutu yang dilaksanakan secara berkala. Dengan adanya dokumentasi di
setiap kegiatan perusahaan, maka dapat dilakukan pengawasan, dan jika terjadi kesalahan
akan dengan cepat diatasi agar tidak menganggu proses produksi.
3. Pihak manajemen PT Mustika Ratu melihat bahwa dengan penerapan TQM ini, biaya
produksi dapat ditekan. Hal ini terbukti dengan berkurangnya produk cacat, sehingga
biaya pengerjaan ulang semakin berkurang.
4. Secara tidak langsung, amnfaat penerapan TQM ini adalah meningkatnya motivasi
karyawan PT Mustika Ratu. Hal ini disebabkan karena para karyawan dilibatkan secara
langsung dalam pengambilan keputusan untuk kemajuan perusahaan. Dengan terciptanya
suasana kerja yang baik, maka kinerja peusahaan akan berjalan dengan baik pula.
Analisa Hambatan Penerapan TQM pada PT Mustika Ratu
PT Mustika Ratu menyadari bahwa penerapan TQM dan ISO 9002 bukan merupakan
suatu hal yang muah untuk dilaksanakan, hal ini membutuhkan dukungan dari semua pihak
yang terkait agar dapat mengatasi segala hambatan yang muncul. Berdasarkan hasil
wawancara dan pengamatan penulis, menemukan beberapa kelemahan atau hambatan yang
ada dalam penerapan TQM, yaitu:
1. Adanya masalah dokumentasi pada setiap pekerjaan cukup membebani para karyawan,
karena adanya jadwal audit internal yang dilaksanakan setiap 2 kali dalam satu bulan,
serta jadwal audit eksternal yang dilaksanakan setiap bulan. Oleh sebab itu karyawan
merasa pekerjaan lainnya terbengkalai. Selain itu juga muncul masalah dalam ketepatan
penyampaian dokumen antara depertemen-departemen yang terkait agaknya kurang
mendapatkan perhatian, sehingga sering menimbulkan kesalahpahaman yang tidak perlu.
2. Biaya penerapan TQM yang sangat besar juga dirasakan oleh pihak manajemen PT
Mustika Ratu. Adapun biaya yang besar itu disebabkan karena adanya pelatihan-pelatihan
bagi para manajer dan terutama untuk merubah sistem manajemen PT Mustika Ratu. Di
sisi lain biaya yang besar tadi akan diimbangi oleh peningkatan produktivitas, penurunan
produk cacat, dan berpeluang untuk meraih konsumen yang lebih banyak sehingga dapat
mendukung peningkatan penjualan produk PT Mustika Ratu karena mutunya selalu
terjaga dengan baik.
3. Masalah program-program pelatihan penerapan TQM serta ISO 9002 yang hanya
diberikan kepada para manajer level menengah dan keatas. Dengan pertimbangan atas
mahalnya biaya program-program pelatihan jika seluruh karyawan diikutsertakan.
4. Analisa Tingkat Produktivitas Mutu PT Mustika Ratu
Dalam rangka untuk menilai tingkat produktivitas mutu PT Mustika Ratu sebelum dan
sesudah penerapan TQM dan ISO 9002, maka dapat dihitung dengan menggunakan
rumus QPR (Quality Product Ratio). Berdasarkan tabel peningkatan produk setelah
penerapan TQM diatas, terlihat bahwa perusahaan telah mengalami perbaikan dengan
turunnya produk cacat . Diantara seluruh jenis produk, jamulah yang paling besar
produksinya sehingga dianggap sampel yang paling mewakili. Pada tahun 1995 (sebelum
penerapan TQM), jumlah produksinya adalah sebanyak 388.762.000 unit dengan tingkat
cacat 0,04, sedangkan pada tahun 2007 (sesudah penerapan TQM), meskipun produk
Liana Rahardja
17
jamu mengalami kenaikan produksi, namun tingkat cacat produksi menurun menjadi
0,06.
Besarnya biaya produksi jamu/unit dapat dihitung berdasarkan data biaya pembuatan
jamu dan pembungkusnya per 1.000 bungkus, datanya adalah sebagai berikut:
Tabel 8. Biaya Bahan Baku Jamu per 1.000 bungkus
Bahan Baku
Temulawak
Kencur
Adas
Pulosari
Bangle
Kayu Legi
Kunir
Kedawung
Mesoyi
Jati Belanda
Majakan
Tempuyung
Temukunci
TOTAL
Jumlah (kg)
0.63
0.63
0.32
0.42
0.42
0.42
0.63
0.42
0.32
0.70
0.35
1.05
0.70
Sebelum TQM
Harga/kg
(Rp)
Total (Rp)
1,800
1,134.00
1,700
1,071.00
2,950
929.25
3,050
1,281.00
2,400
1,008.00
3,950
1,659.00
1,900
1,197.00
5,550
2,331.00
8,150
2,567.25
1,600
1,120.00
11,850
4,147.50
7,500
7,875.00
1,850
1,295.00
27,615.00
Sesudah TQM
Harga/kg
(Rp)
Total (Rp)
1,850
1,165.50
1,725
1,086.75
3,000
945.00
3,100
1,302.00
2,500
1,050.00
4,000
1,680.00
2,000
1,260.00
5,600
2,352.00
8,200
2,583.00
1,650
1,155.00
11,900
4,165.00
7,600
7,980.00
1,900
1,330.00
28,054.25
Jumlah
(unit)
1,000
1.2
0
2.0
0
0.0
3
8.0
0
1.0
0
50.0
0
Harga (Rp)
Total (Rp)
25
25,000.00
3,000
3,600.00
300
600.00
2,000
60.00
24.00
1,000
1,000.00
Sesudah TQM
Harga
(Rp)
Total (Rp)
30,284.00
2
5
3,05
0
32
5
2,02
5
4
1,10
0
3
5
25,000.00
3,660.00
650.00
60.75
32.00
1,100.00
1,750.00
32,252.75
Liana Rahardja
18
2. Sesudah TQM:
Rp 28.054,25 + Rp 32.252,75 = Rp 60.307/1.000 unit = Rp 60,307/unit.
Selanjutnya data biaya pengerjaan ulang sebelum TQM adalah Rp 25,20/unit, sedangkan
sesudah TQM Rp 25,70/unit. Untuk memudahkan perhitungan QPR, maka ringkasan datanya
adalah:
Total
Cacat
Produk Baik
(sebelum TQM)
Produksi (unit)
(sesudah TQM)
Produksi (unit)
388,762,000
15,550,480
373,211,520
524,828,500
3,148,971
521,679,529
60,30
7
25.7
0
Biaya Produk
57,899
25.20
QPR =
373.211.520
(388.762.000 unit) (Rp 57.899) + (15.550.480) (25.50)
X 100%
373.211.520
Rp 22.900.803.136 / unit
= 1.63%
Sesudah penerapan TQM:
QP
R
521.679.529
(524.828.500 unit) (Rp 60.555) + (3.148.971)
(25.70)
X 100%
521.679.529
Rp 31.861.918.374,70 / unit
1.64%
Liana Rahardja
19
V.
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya, maka kesimpulan dengan adanya
penerapan TQM yang berkaitan dengan ISO 9002 adalah:
1. PT Mustika Ratu mengalami peningkatan mutu produk berdasarkan peningkatan
produksi dan penurunan produk cacat.
Liana Rahardja
20
2. Melalui penerapan mutu TQM, maka mutu produk akan selalu terjaga pada suatu
standar tertentu. Hal ini dapat dilihat dengan adanya sistem pengawasan mutu
yang baik. Dengan adanya dokumentasian setiap kegiatan, maka tingkat kesalahan
dapat diperkecil. Jika terjadi kesalahan, maka dapat segera diatasi sehingga tidak
mengganggu proses produksi.
3. Dengan penerapan TQM ini dapat menekan biaya produksi dengan berkurangnya
produk cacat sehingga biaya pengerjaan ulang dapat ditekan.
4. Manfaat tidak langsung adalah dapat meningkatkan motivasi karyawan PT
Mustika Ratu. Hal inidisebabkan karena para karyawan dilibatkan secara langsung
dalam pegambilan keputusan untuk kemajuan perusahaan. Dengan terciptanya
suasana kerja yang baik, maka kinerja perusahaan akan berjalan dengan baik pula.
Sedangkan PT Mustika Ratu dalam penerapan TQM yang tidak terlepas dari
ISO 9002 juga mengalami hambatan-hambatan yang harus segera diatasi. Hambatanhambatan tersebut adalah:
1. Adanya masalah dokumentasi pada setiap pekerjaan cukup membebani para
karyawan, karena adanya jadwal audit internal yang dilaksanakan setiap 2 kali
dalam satu bulan, serta jadwal audit eksternal yang dilaksanakan setiap bulan.
Oleh sebab itu karyawan merasa pekerjaan lainnya terbengkalai. Selain itu juga
muncul masalah dalam ketepatan penyampaian dokumen antara depertemendepartemen yang terkait agaknya kurang mendapatkan perhatian, sehingga sering
menimbulkan kesalahpahaman yang tidak perlu.
2. Biaya penerapan TQM yang sangat besar juga dirasakan oleh pihak manajemen
PT Mustika Ratu. Adapun biaya yang besar itu disebabkan karena adanya
pelatihan-pelatihan bagi para manajer dan terutama untuk merubah sistem
manajemen PT Mustika Ratu. Di sisi lain biaya yang besar tadi akan diimbangi
oleh peningkatan produktivitas, penurunan produk cacat, dan berpeluang untuk
meraih konsumen yang lebih banyak sehingga dapat mendukung peningkatan
penjualan produk PT Mustika Ratu karena mutunya selalu terjaga dengan baik.
3. Masalah program-program pelatihan penerapan TQM serta ISO 9002 yang hanya
diberikan kepada para manajer level menengah dan keatas. Dengan pertimbangan
atas mahalnya biaya program-program pelatihan jika seluruh karyawan
diikutsertakan.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan yang telah dilakukan, penulis
menyampaikan saran-saran, yang hendaknya tidak dianggap sebagai sesuatu hal yang
negatf, akan tetapi hendaknya dapat diterima sebagai sesuatu hal yang membangun,
demi kepentingan perusahaan sendiri maupun kepentingan konsumen. Adapun saran
yang akan diungkapkan adalah sebagai berikut:
1. Dalam penerapan TQM yang berhubungan dengan ISO 9002, masalah
dokumentasi agaknya cukup menjadi masalah, dengan adanya keharusan setiap
kegiata perusahaan didokumentasikan, dan sedikitnya waktu untuk melakukan hal
tersebut. Agar masalah ini dapat diatasi, maka diperlukan keterbukaan dan
kerjasama yang solid antar departemen, dengan tujuan agar kegiatan
pendokumentasian dapat dilakukan bersama-sama dengan membagi tugas,
sehingga menghemat waktu serta dapat menciptakan sinergi perusahaan yang
efisien dan kokoh.
2. Meskipun biaya penerapan TQM yang besar dikeluhkan oleh pihak manajemen
PT Mustika Ratu, akan tetapi biaya awal yang besar tersebut hendaknya dilihat
Liana Rahardja
21
sebagai awal dari perbaikan kinerja perusahaan, yang sudah tentu akan diimbangi
dengan peningkatan produktivitas, penurunan jumlah produk cacat, berpeluang
untuk meraih konsumen yang lebih banyak sehingga kinerja perusahaan
meningkat.
3. Program-program pelatihan kerja akan lebih baik jika diikuti oleh seluruh
karyawan, baik tingkat alas maupun bawah, dengan tujuan agar karyawan semakin
terampil dan semakin baik dalam kualitas kerja yang berujung pada peningkatan
mutu produk. Jika biayanya terlalu besar, maka perusahaan dapat membuat
pelatihan internal dengan instruktur yang berasal dari karyawan yang telah
mengikuti pelatihan tersebut sebelumnya.
4. Dengan prestasi yang sudah dicapai oleh perusahaan, bukanlah merupakan suatu
alas an untuk tidak terus melakukan perbaikan pada setiap aspek yang
berpengaruh pada keberhasilan karyawan. Prestasi hari esok harus lebih baik dari
hari sekarang.
VI.
REFERENSI
Bank John, The Essence of Total Quality Management. United Kingdom: Prentice Hall
International, LTD., 1992
Brocka, Bruce dan Suzanne M. Brocka, Quality Management. USA: Irwin Inc., 1992
Chatab, Nevizond, Panduan Penerapan dan Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9000.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2007
Creeh, Bill, Lima Pilar Manajemen Mutu Terpadu. Jakarta: PT Binarupa Aksara, 2007
Liana Rahardja
22
Feigenbaum, A.V, Total Quality Control. New York: Mc Graw-Hill Inc., 1991
Goetsch, David L dan Stanley Davis, Introduction to Total Quality: Quality, Productivity, and
Competitiveness. New Jersey: Prentice Hall International Inc., 1995
Harbunangin, Buntje dan Pardamean Ronitua Harapan, 111 Hal Penting Tentang ISO 9000.
Jakarta: PT Iron Damwim Sentosa, 1995
Hutchins, Gregory B, Introduction to Quality: Management, Assurance and Control. New
York: Maxwell Macmillan, 1991.
Juran, J. M. Juran on Quality by Design: The New Steps for Planning Quality into Goods and
Services. New York: The Free Press, 1992
Mutis, Thoby dan Vincent Gasperz, Nuansa Menuju Perbaikan Kualitas dan Produktivitas.
Jakarta: Universitas Trisakti, 1994
Pegels, C. Carl, Total Quality Management: A Survey of Its Important Aspects. New York:
Boyd and Fraser Publishing Company, 1995
Ravianto, J, Produktivitas dan Manusia Indonesia: Kumpulan Kertas Kerja. Jakarta: Lembaga
Sarana Informasi Usaha dan Produktivitas, 1985
Rothery, Brian, Analisis ISO 9000. Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo, 1995
Russel, Roberta S. dan Bernard W Taylor III, Production and Operation Management:
Focusing on Quality and Competitiveness. New Jersey: Prentice Hall Inc., 1995
Soin, Sarv Singh, Total Quality Control Essentials. Singapore McGraw-Hill Book, 1993
Stoner, James A. F., Management New Jersey: Prentice Hall Inc., 1982
Sumanth, David J, Productivity Engineering and Management. Singapore: McGraw-Hill
Book Company, 1985
Tenner, Arthur R. dan Irving J. de Toro, Total Quality Management: Three Steps to
Continuous Improvement. New York: Addison-Wesley Publishing Co., 1992
Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana, Total Quality Management. Jogjakarta: Andi Offset,
2007
Tunggal, Amin W, Manajemen Mutu Terpadu: Suatu Pengantar. Jakarta: PT Rineka Cipta,
1993