Você está na página 1de 5

TUGAS AUDIT SEKTOR PUBLIK

DOSEN

: Suyanto., Ph.d., CA

AUDIT IN THE NONPROFIT SECTOR


Current Challenges from the Perspective of German-Speaking Countries

Disusun oleh :

Abdul Aziiz muhsyi

15/386973/PEK/20696

Lukman Dermawan Asis

15/387027/PEK/20577

Muhammad Ridwan Azim

15/387039/PEK/20589

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS


UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016

Pertanyaan mengenai kualitas dan tantangan untuk kualitas audit semakin


memperoleh sebuah momentum selama beberapa dekade terakhir. Terutama dalam kegagalan
perusahaan yang pernah terjadi, seperti ENRON atau permalat pada awal tahun 2000-an
ataupun runtuhnya lembaga keuangan besar karena krisis keuangan. Dalam hal ini, perlu
adanya perhatian yang lebih dari regulator, pemegang saham dan pemangku kepentingan
lainnya terkait dengan isu-isu yang berkaitan dengan akuntabilitas keuangan, pengawasan
dan proses tata kelola sebuah perusahaan/organisasi.
Berdasarkan definisi yang telah ada tentang nirlaba maupun audit nirlaba, pertama
banyak pertanyaan yang muncul terkait dengan relevan dan tingkat pendidikan auditor.
Kedua, tentang masalah ataupun ancaman terhadap independensi seorang auditor. Dalam
bidang lainnya, seperti pengendalian manajemen yang secara spesifik organisasi nirlaba yang
jauh lebih di eksplorekan ke publik. Didalamnya terkait katar belakang/hierarki yang
merupakan karakteristik dari organisasi-organisasi tersebut. Meningkatnya tuntutan mengenai
profitabilitas dan struktur hubungan sehubungan dengan pemangku kepentingan internal dan
eksternal, sehingga tantangan yang muncul untuk organisasi nirlaba sering dianggap berbeda,
dengan demikian akan membatasi penggunaan transferringbagi framework organisasi nirlaba.
Dalam paper ini mengatakan bahwa hal sama akan beralaku sehubungan dengan audit
pada organisasi nirlaba. Semua aspek yang relevan dengan kualitas audit dipengaruhi secara
spesifik oleh organisasi ini. Selama ini terlalu sedikit perhatian yang telah diberikan pada
sebagian besar pertanyaan berasal dari situasi ini. Hal ini berlaku Terutama dalam kasus
negara-negara Jerman, di mana undang-undang sejauh ini tidak dapat mengatasi banyak
pertanyaan-pertanyaan ini karena fokus pada bentuk hukum bukan pada substansi ekonomi.
Dalam paper ini disusun dan dijelaskan dalam masing-masing bab yang dimana
diantaranya Bab II dan III meninjau tentang status quo literatur dan undang-undang audit di
negara Jerman dari organisasi nirlaba. Bab IV merumuskan tesis tentang tantangan-tantangan
khusus untuk melakukan audit di sektor nirlaba. Bab V merupakan kesimpulan dari penelitian
ini.
Selanjutnya, pada bab dua dalam paper ini membahas status quo pada audit organisasi
nirlaba mengenai studi empiris yang telah dibahas dan literatur normatif. Sejauh ini tidak
banyak penelitian empiris mengenai audit di sektor nirlaba, yang ada hanyalah literaturliteratur yang berfokus pada fee audit dan komite audit dalam organisasi nirlaba. Sebuah studi
dari Beattie et al menunjukan bahwa fee jauh lebih rendah dibandingkan dengan audit yang
dilakukan di sektor nirlaba. Selain studi empiris, ada literatur terkait audit organisasi yang
membahas mengenai peran komite audit dalam organisasi nirlaba yang mewakili mekanisme

pengendalian internal bersamaan dengan mekanisme pengendalian eksternal sebagai form


audit.
Pada dasarnya, masih kurangnya penelitian empiris yang dilakukan pada organisasi
sektor nirlaba. Karena sebagian besar penelitian mengarah pada fee audit, komite audit, dan
mekanisme pengendalian internal dan eksternal, tetapi belum ada penelitian mengenai
kualitas auditor dalam organisasi sektor nirlaba layaknya penelitian kualitas audit pada
organisasi sektor laba. Hal ini mungkin saja menyangkut sulitnya data yang diperoleh para
peneliti dalam menentukan kualitas audit dan peraturan-peraturan hukum yang masih kurang
atau bahkan belum ada.
Literatur normatif memiliki beberapa argumen mengenai alasan para penulis bahwa
standar dan konsep yang dikembangkan dalam konteks organisasi sektor laba lebih transparan
dibandingkan organisasi sektor nirlaba. Selain itu, beberapa literatur mengemukakan bahwa
praktek di sektor nirlaba cenderung meniru praktek di sektor laba, bahkan ada beberapa
literatur yang menyimpulkan bahwa praktek dari organisasi laba ditransfer ke organisasi
nirlaba. Bahkan penulis lain mengungkapkan keyakinan mereka bahwa budaya, organisasi,
dan keuangan dari nirlaba juga berpengaruh pada peran auditor yang memiliki keganjilan
mengenai persyaratan akuntansi, laporan yang dikeluarkan dan sifat penggunaan laporan
tersebut. Di AS, ada beberapa yuridiksi dimana ada standar auditing yang memang terpisah
antara pemerintah dan organisasi nirlaba.
Audit sering dianalisis dari perspektif principal agent, dimana auditor membantu
mengurangi asimetri informasi dan meningkatkan nilai shareholder. Isu terkait lainnya,
dimana isu audit menekankan pada buku standar internasional dalam akuntansi oleh
organisasi nirlaba. Terdiri dari dua aspek: ruang lingkup audit yang diperluas, tantangan
seperti pertanyaan etis yang timbul dalam pembelajaran audit. Karena tidak ada pengukuran
yang pasti dari kesuksesan dalam organisasi nirlaba. Organisasi nirlaba diukur dengan cara
yang lebih komples dan pada umumnya berhubungan dengan efektifitas dan efesiensi
penggunaan sumber daya yang mereka miliki.
Dalam penelitian anthony,1989 menyatakan bahwa ada banyak program akademik
pada sistem akuntansi yang digunakan oleh organisasi pemerintah dan nirlaba di AS, namun
menurutnya tidak menjawab inti dari peramsalahan secara relevan. Begitu juga yang terjadi
di Jerman saat ini, hampir tidak ada program dari akadeik ataupun unit akademik yang
membahas tentang topik tersebut. Situasi yang terjadi di jerman dan Austria nampaknya

sedikit lebih baik di Swiss, namun pada umumnya masalah yang terjadi di Jerman, Swiss dan
Austria itu sama.
Kerangka peraturan yang relevan pada dasarnya dibangun di atas dua dasar, yaitu
pertama peraturan mengenai keawajiban untuk melakukan audit dan lingkup audit. Dalam hal
ini regulator mengatasi manajmen ataupun dewan pengawas dari organisasi tersebut secara
langsung. Peraturan tentang isu-isu tertentu yang terlibat dengan audit dan pedoman dasar
untuk melakukan audit yang nantinya akan codefied oleh auditor itu sendiri.
Kewajiban untuk memiliki audit yang dilakukan, ditetapkan dalam hukum nasional di
tiga negara, yaitu Jerman, Austri dan Swiss. Di Austria dan Jerman, hukum-hukum ini fokus
pada bentuk-bentuk hukum yang berbeda bahwa organisasi mungkin memiliki seperti
yayasan, perusahaan ataupun asosiasi. Untuk masing-masing badan hukun, undang-undang
khusus mengatur tentang ketentuan akuntansi yang relevan serta ruang lingkup dan isi audit.
Peraturan yang menangani organisasi nirlaba tidak ada, organisasi nirlaba tunduk pada aturan
yang sama seperti untuk keuntungan perusahaan.
Situasi seperti ini lazim dianggap lebih baik di Swiss dibanding di Jerman dan
Austria. Di Swiss, standar akuntansi terpisah untuk organisasi nirlaba (Swiss GAAP FER 21
atau Swiss Olympic GAAP) telah dibentuk. Selanjutnya, beberapa pedoman yang tidak
mengikat tentang isu-isu menangani akuntabilitas dan tatakelola telah sesuai. Sertifikasi yang
disyaratkan seperti dalam kasus sertifikat sumbangan ZEWO memberi mereka gelar cukup
relevansi praktis.Fokus pada sektor nirlaba hampir tidak ditangani, membiarkan auditor tanpa
banyak panduan tentang isu-isu kunci.
Bagian IV pada paper ini menjelaskan tentang penelitian audit di sektor nirlaba.
Dalam paper ini mencoba membahas topik yang pernah diteliti, akan tetapi masih
membutuhkan penelitian lebih lanjut, sebagai berikut:
a. Auditor menghadapi sebuah risiko lingkungan yang lebih kompleks karena
kegagalan mekanisme internal kontrol dan peningkatan pengawasan eksternal.
b. Struktur informal berperan penting dalam tata kelola dan audit sektor nirlaba
c. Sebagian besar isu yang diangkat mungkin menjadi lebih lazim pada sektor
nirlaba skala kecil dan menengah.
d. Hampir tidak ada tipikal situasi audit pada sektor nirlaba: spesialisasi sulit
diperoleh
e. Peran anggaran dan pendanaan meningkatkan ruang lingkup audit kepatuhan

f. Audit kinerja dari sektor nirlaba tidak hanya membutuhkan lebih banyak
standar tool kit untuk audit keuangan
g. Auditor independen seperti menjadi terancam karena nilai, persepti publik dan
emosional.
Sejauh ini sedikit perhatian yang diberikan pada isu yang berfokus pada audit nirlaba.
Banyak masalah yang memerlukan perhatian lebih dari auditor dan regulator. Mungkin,
prinsip-prinsip inti yang sama pada audit yang berlaku untuk kedua organisasi laba dan
organisasi nirlaba; Namun, ini tampaknya tidak cukup untuk menutupi pertanyaan yang
relevan yang muncul pada konteks nirlaba.
Peneliti dituntut untuk memperluas fokus studi pada spesifikasi audit di sektor nirlaba
dan juga pengembangan kerangka kerja yang komprehensif. Regulator dituntut untuk lebih
memperhatikan fokus ini. Lebih lanjut sangat perlu untuk memperluas hal ini agar tercipta
kerangka legal yang konsisten yang baik sehingga memberikan panduan yang cukup untuk
auditor.

Você também pode gostar