Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Transplantasi organ manusia yang pertama kali berhasil di lakukan
adalah transplantasi ginjal pada tahun 1953. Karena donor darah dan penerima
darah adalah kembar identik, tidak terjadi reaksi penolakan. Sejak itu telah
ribuan transplantasi ginjal di lakukan, dan perkembangan pengobatan
imunosupresif telah memungkinkan sebagian besar orang dapt hidup normal
dengan ginjal donor. Walaupun biasanya seseorang memiliki dua ginjal, namun
telah terbukti satu ginjal mampu menjalankan kerja yang kompleks, yang di
perlukan untuk mempertahankan cairan tubuh(Valerie c.scanlon, 2007).
Sistem perkemihan terdiri atas dua ginjal, dua ureter, vesika urinaria dan
uretra. Pembentukan urine merupakan fungsi ginja, sedanhakan bagian lain
system perkemihan berfungsi dalam pembuangan urine, sel-sel tubuh
memproduksi zat-zat sisa seperti, urea, kreatinin, dan ammonia, yang harus di
buang dari darah sebelum zat-zat tersebut berakumulasi dan mencapai kadar
toksik. Selain membentuk urine untuk mengekskresi produk sisa tersebut,
ginjal juga mempunyai beberapa fungsi (Tarwoto, 2009) :
1.
2.
3.
4.
tubuh.
5.
dari disfungsi kandung kemih dan dalam banyak kasus terutama dipengaruhi
oleh faktor degeneratif. (Kelly, CE, 2004).
Di
seluruh
dunia,
masalah
pada
sistim
perkemihan
mencapai
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan utama pembuatan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah sistem perkemihan .
Selanjutnya pembahasan masalah tentang Anatomi
fisiologi pada sistem perkemihan yang bertujuan untuk
mendalami
pengetahuan
tentang
anatomi
fisiologi
Agar
Agar
Agar
Agar
Agar
Agar
Agar
Agar
Agar
dapat
dapat
dapat
dapat
dapat
dapat
dapat
dapat
dapat
BAB II
PEMBAHASAN
oleh
tubuh
dan
menyerap
zat-zat
yang
masih
1. Ginjal (Ren)
2. Fungsi ginjal
3. Fascia renalis
lemak perirenal,
(kapsula fibrosa),
dan
meliputi
c) kapsula
yang sebenarnya
4. Stuktur ginjal
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa,
terdapat korteks renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat gelap, medulla
renalis di bagian dalam yang berwarna cokelat lebih terang dibandingkan
korteks. Bagian medulla berbentuk kerucut yang disebut piramides renalis,
puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil
yang disebut papilla renalis (Panahi, 2010).
Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu
masuknya pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus. Pelvis renalis
berbentuk corong yang menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi
menjadi dua atau tiga calices renalis majores yang masing-masing akan
bercabang menjadi dua atau tiga calices renalis minores. Struktur halus ginjal
terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit fungsional ginjal.
Diperkirakan ada 1 juta nefron dalam setiap ginjal. Nefron terdiri dari:
glomerulus, tubulus proximal, ansa henle, tubulus distal dan tubulus urinarius
(Panahi, 2010)
b. Proses reabsorbsi
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa,
sodium, klorida fosfat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya terjadi
secara pasif (obligator reabsorbsi) di tubulus proximal. Sedangkan pada
tubulus distal terjadi kembali penyerapan sodium dan ion bikarbonat bila
diperlukan tubuh. Penyerapan terjadi secara aktif (reabsorbsi fakultatif)
dan sisanya dialirkan pada papilla renalis.( Sherwood 2001 )
c. Proses sekresi
6. Pendarahan
7. Persarafan ginjal.
8. Ureter
10. Uretra
11. Urin.
Sifat fisis air kemih, terdiri dari:
a. Jumlah ekskresi dalam 24 jam 1.500 cc tergantung dari pemasukan
(intake) cairan dan faktor lainnya.
b. Warna bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
c. Warna kuning tergantung dari kepekatan, diet, obat-obatan dan
sebagainya.
d. Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau amoniak.
e. Berat jenis 1,015-1,020.
f. Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung daripada diet
(sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein member reaksi asam).
Komposisi air kemih, terdiri dari:
a. Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air.
b. Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea, amoniak
dan kreatinin.
c. Elektrolit natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fosfat dan sulfat.
d. Pigmen (bilirubin dan urobilin).
e. Toksin.
f. Hormon (Velho, 2013).
12. Mikturisi
c. Baunya tajam.
d. Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6
(Velho 2013).
Gejala saluran kemih bawah dapat dibagi menjadi dua yaitu : gejala
berkemih dan gejala penyimpanan, dan laki-laki mungkin hadir dengan
kombinasi dua kelompok gejala tersebut.
Gejala berkemih mencakup aliran urin yang lemah, keraguan, dan
tidak lengkap mengosongkan atau mengejan dan biasanya karena pembesaran
kelenjar prostat. Gejala penyimpanan meliputi frekuensi, urgensi dan
nokturia dan mungkin karena aktivitas yang berlebihan otot detrusor. Pada
pria lansia yang hadir dengan gejala saluran kemih bawah, indikasi untuk
rujukan awal untuk ahli urologi termasuk hematuria infeksi berulang, batu
kandung kemih, retensi urin dan gangguan ginjal. Dalam kasus tanpa
komplikasi, medis terapi dapat dilembagakan dalam pengaturan perawatan
pertama. Pilihan untuk terapi medis termasuk alpha blocker untuk
2.
merupakan penghasil cairan semen yang hanya dihasilkan oleh pria. Prostat
berbentuk piramid, tersusun atas jaringan fibromuskular yang mengandung
kelenjar. Prostat pada umumnya memiliki ukuran dengan panjeng 1,25 inci
atau kira-kira 3 cm, mengelilingi uretra pria. Dalam hubungannya dengan
organ lain, batas atas prostat bersambung dengan leher bladder atau
kandung kemih. Di dalam prostat didapati uretra. Sedangkan batas bawah
prostat yakni ujung prostat bermuara ke eksternal spinkter bladder yang
terbentang
diantara
Bagian belakangnya
bladder
atau
kandung
kemih.
Sedangkan
Fascia
Normal Prostate
Enlarged Prostate
b. Histologi Prostat
Sebelum melanjutkan perbahasan secara lebih dalah mengenai
penyakit BPH dan kanker prostat, hams dilihat terlebih dahulu prostat itu
sendiri secara normal. Histologi prostat penting diketahui supaya mudah
dalam
bagiannya. Zona transisi, atau bagian yang terakhir dari kalenjar prostat
terdiri dari dua lobus, dan juga seperti dua zona sebelumnya, juga memiliki
duktus yang mana duktusnya menyambung hampir ke daerah sphincter pada
uretra prostat dan menempati 5% ruangan prostat. Seluruh duktus ini, selain
duktus ejakulator dilapisi oleh sel sekretori kolumnar dan terpisah dari stroma
prostat oleh lapisan sel basal yang berasal dari membrana basal (Schoor,
2009).
a. Pengertian BPH
Pembesaran prostat benigna atau lebih dikenal sebagai BPH sering
diketemukan pada pria yang menapak usia lanjut. Istilah BPH atau
benign prostatic hyperplasia sebenarnya merupakan istilah histopatologis,
yaitu terdapat hiperplasia sel-sel stroma dan sel-sel epitel kelenjar prostat.
Pertumbuhan kelenjar ini sangat tergantung pada hormon testosterone,
yang di dalam sel kelenjar prostat, hormon ini akan dirubah menjadi
metabolit
aktif
b. Patofisiologi BPH
Proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan, efek perubahan juga
terjadi perlahan. Pada tahap awal pembesaran prostat menyebabkan
penyempitan lumen uretra pars prostatika. Keadaan ini menyebabkan tekanan
intravesikal meningkat, sehingga untuk mengeluarkan urin, kandung kemih
harus berkontraksi lebih kuat untuk melawan tahanan tersebut. Kontraksi yang
terus menerus ini menyebabkan perubahan anatomik yaitu hipertrofi otot
detrusor. Fase penebalan otot detrusor ini disebut fase kompensasi dinding
otot. Apabila keadaan berlanjut, otot detrusor akan menjadi lelah dan akhirnya
mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi. Apabila
kandung kemih menjadi dekompensasi, akan terjadi retensi urin sehingga pada
akhir miksi masih ditemukan sisa urin di dalam kandung kemih, dan timbul
rasa tidak tuntas pada akhir miksi. Jika keadaan ini berlanjut, pada suatu saat
akan terjadi obstruksi total, sehingga penderita tidak mampu lagi miksi.
Karena produksi urin terus terjadi, pada suatu saat kandung kemih tidak
mampu
lagi
menampung
urin
sehingga
tekanan
intravesika terus
di
dalam
uretra
meningkat,
sehingga
kandung
kemih
harus memberikan tekanan yang lebih besar untuk dapat mengeluarkan urin.
2.
sehingga
menimbulkan
sering
berkemih
(frequency)
dan
6.
Residual
urin
juga
dapat
sebagai
predisposisi
terbentuknya
batu
kandung kemih.
7. Hematuria sering terjadi oleh karena pembesaran prostat menyebabkan
pembuluh darahnya menjadi rapuh.
8. Bladder outlet obstruction juga dapat menyebabkan refluk vesikoureter dan
sumbatan
saluran
kemih
bagian
atas
yang
akhirnya
menimbulkan
hidroureteronefrosis.
9.
Bila obstruksi cukup berat, dapat menimbulkan gagal ginjal (renal failure)
dan gejala-gejala uremia berupa mual, muntah, somnolen atau disorientasi,
mudah lelah dan penurunan berat badan.
Gejala dan tanda ini dievaluasi menggunakan International Prostate
Symptom Score (IPSS) untuk menentukan beratnya keluhan klinis (Furqan,
2003).
c.
pedoman
AUA
baru
menilai
kualitas
hidup.
Dengan
menunggu waspada untuk untuk pasien dengan gejala ringan (skor gejala dari
0 hingga 7). Manajemen medis umumnya rekomendasi pertama untuk pasien
dengan skor gejala lebih besar dari 7, jika mereka terganggu oleh gejalanya
(Vaughan, 2003).
IPSS mempunyai manfaat untuk :
1. Menilai tingkat keparahan gejala.
Tujuh index gejala IPSS masing-masing mempunyai skala 0 sampai 5,
sehingga skor total yang diperoleh berkisar antara 0-35. Dinyatakan dengan
IPSS ringan : skor 0-7. IPSS sedang : skor 8-19, IPSS berat : skor 20-35,
sedangkan keluhan yang menyangkut kualitas hidup pasien diberi nilai dari 1
hingga 7. Timbulnya gejala LUTS merupakan manifestasi kompensasi otot
buli-buli untuk mengeluarkan urin. Pada suatu saat, otot buli-buli mengalami
kepayahan (fatique) sehingga jatuh ke dalam fase dekompensasi yang
diwujudkan dalam bentuk retensi urin akut. Timbulnya dekompensasi bulibuli biasanya didahului oleh beberapa faktor pencetus, antara lain:
a.
Volume buli-buli tiba-tiba terisi penuh, yaitu pada cuaca dingin, menahan
kencing
pengawasan
(watchful
waiting).
Menurut Netto (1999) dalam penelitiannya terhadap 479 pasien,
mendapati 50 pasien dengan IPSS berat dimana 16 pasien (32%) diantaranya
dengan BOO. Setetah menjalani pengawasan (watchfull waiting) selama
periode 9-22 bulan,
16 pasien tersebut dievaluasi. 13 pasien (81%) stabil, dan 3 pasien (l9%)
mengalami
peningkatan
IPSS
menjadi
sedang
dimana
dua
pasien
Index gejala pada IPSS telah terbukti sensitif terhadap suatu perubahan,
Barry (1992) melaporkan terdapat penurunan IPSS preoperative rata-rata 17,6
menjadi 7,1 pasca prostatektomi (p<0,001).
5. Menilai pengaruh gejala yang dialami penderita terhadap kualitas hidup.
6.
Cara pengisian kuesioner IPSS ada 2, yaitu pasien atau responden mengisi
sendiri
(self
administered)
atau
dengan
cara
wawancara,
dimana
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem perkemihan adalah suatu sistem yang didalamnya terjadi penyaringan
darah sehingga darah bebas dari zat yang digunakan oleh tubuh. Fungsi utama sistem
perkemihan adalah untuk keseimbangan cairan dan elektrolit. Elektrolit terdiri dari ionion yang kemudian larut dalam air dan keseimbangan terjadi ketika elektrolit yang
masuk dalam tubuh sama dengan yang dilepaskan. Fungsi utama yang lain adalah
pengeluaran toksik hasil metabolisme, seperti komponen-komponen nitrogen
khususnya urea dan kreatinin
Kedua ginjal terletak di antara di kavitalis abdominis bagian atas, di kanan dan kiri
kolumna vertebralis di belakang peritoneum (retroperitoneal). Bagian atas ginjal
menempal pada permukaan bawah diafragma dan di lindungi oleh rangka iga
B. Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya bagi mahasiswa
mahasiswi Stikes Muhammadiyah Palembang
DAFTAR PUSTAKA
Pearce, C. Evelyn (2010). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama
Syaifuddin (2011). Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika
Syaifuddin (2006). Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : EGC
Tarwoto, dkk (2009) Anatomi dan Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : Trans
Info Media
Scanlon c. Valerie (2007). Anatomi Dan Fisiologi. Jakarta: EGC
Netter FH. Atlas of Human Anatomy. 4th ed. US: Saunders; 2006.
Guyton dan Hall. 2007. Buku Ajar FISIOLOGI KEDOKTERAN Edisi II. Jakarta: EGC
Pearce, Efelin C. 2006. Anatomi dan fisiologi untuk paramedic Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama