Você está na página 1de 7

JKK, Tahun 2015, Volume 4(4), halaman 94-100

ISSN 2303-1077

PENGARUH 3-AMINOPROPYLTRIETHOXYSILANE TERHADAP SIFAT


DAN MORFOLOGI KOMPOSIT KARET ALAM-SELULOSA TANDAN KOSONG
KELAPA SAWIT
Riska Oktaviana1*, Berlian Sitorus1, Mariana Baraallo Malino2
1

Progam Studi Kimia, Fakultas MIPA, UniversitasTanjungpura,


Jln. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi 78124, Pontianak
*
email: riskagiyono@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh 3-APTES (3-aminopropyltriethoxysilane)
terhadap sifat dan morfologi komposit karet alam berpengisi selulosa dari tandan kosong
kelapa sawit (TKKS). Variasi volume 3-APTES yang ditambahkan yaitu 0%, 2%, 3%, 4% dan
5%. Standar uji yang digunakan pada uji tarik komposit adalah ISO 37 tipe 2 serta ISO 289-1
untuk uji viskositas mooney. Berdasarkan hasil uji tarik, komposit dengan penambahan 3APTES cenderung mengalami peningkatan kekuatan tarik, modulus elastisitas dan
perpanjangan putus pada volume 5% 3-APTES. Nilai kekuatan tarik, modulus elastisitas dan
perpanjangan putus sebesar 26,25 105 N/m2; 6,14 105 N/m2 dan 328%. Nilai viskositas
mooney pada komposit sebelum dan setelah penambahan 3-APTES belum memenuhi standar
ISO 289 sebesar 60-70 ML(1+4)100OC. Morfologi komposit berdasarkan hasil SEM
menunjukkan bahwa penambahan 3-APTES menunjukkan kecenderungan kompatibilitas yang
semakin baik antara filler dan matriks seiring meningkatnya kadar 3-APTES.
Kata kunci: karet alam, komposit, selulosa TKKS, 3-APTES
PENDAHULUAN

kosong kelapa sawit (TKKS) karena


memiliki kandungan selulosa. Novia et al.
(2011)
dalam
penelitiannya
mengungkapkan
bahwa serat TKKS
mengandung selulosa sebesar 30-50%.
Namun, komposit dengan menggunakan
serat alam memiliki ikatan yang kurang baik
antara matriks dan serat sebagai filler. Hal
ini terjadi karena polimer sebagai matriks
bersifat hidrofobik sedangkan serat alam
sebagai filler bersifat hidrofilik. Perbedaan
sifat ini akan menurunkan daya ikatan
antara
serat
dan
matriks
polimer
Zabihzadeh (2010) dalam Pang et al.
(2013).
Permasalahan ini dapat diatasi dengan
penambahan
coupling
agent
(agen
penggandeng). coupling agent memiliki
kemampuan
untuk membentuk ikatan
antara bahan organik dan anorganik,
sehingga dapat meningkatkan kekuatan
mekanik
bahan
(PCCL,
2009).
Penambahan coupling agent pada komposit
serat alam dapat menambah sifat mekanik
hingga 61% dibandingkan tanpa coupling
agent (Kim et al. (2011) dalam Prasetyo et
al. (2013).

Berdasarkan penelitian Zeng et al. (2007)


dalam Hildayati et al. (2009) diungkapkan
bahwa karet alam memiliki kekuatan tarik
dan kekuatan putus yang kurang baik. Oleh
karena itu, untuk meningkatkan sifat fisik
dari karet alam tersebut perlu dilakukan
alternatif dengan menambah bahan pengisi
(filler) ke dalam formulasi karet alam.
Penambahan filler diharapkan dapat
meningkatkan nilai kekuatan fisik pada
komposit agar dapat digunakan untuk
produksi
bahan
baku
selanjutnya
(Egwaikhide et al., 2008).
Bahan pengisi (filler) yang digunakan
ialah berasal dari serat alam. Serat alam
digunakan sebagai pengisi (filler) karena
memiliki kandungan selulosa yang sifatnya
sebagai penguat. Nurudin et al. (2011)
dalam penelitiannya membuat komposit
berpenguat serat kulit waru. Menurutnya,
penggunaan
serat
alam
memiliki
keuntungan
diantaranya
jumlahnya
berlimpah, dapat didaur ulang dan tidak
mencemari lingkungan. Salah satu serat
alam yang berpotensi untuk dijadikan
sebagai filler adalah berasal dari tandan
94

JKK, Tahun 2015, Volume 4(4), halaman 94-100

Penelitian
yang
dilakukan oleh
Hildayati et al. (2009) membuat suatu
komposit
karet
alam-silika
dengan
menggunakan
3-APTES
(3aminopropyltriethoxysilane) sebagai agen
penggandeng.
Hasil
penelitian
ini
meningkatkan kuat tarik, tensile modulus
dan perpanjangan putus pada komposisi 912% wt SiO2
di dalam karet alam.
Handayani et al. (2007) dalam penelitiannya
menyebutkan bahwa pengaruh coupling
agent 3-APTES terhadap perubahanstruktur
mikro
komposit
PP-CaCO3
dapat
meningkatkan
kompatibilitas
dan
meningkatkan kekuatan tarik 188,48 kg/cm2
hingga 281,76 kg/cm2).
Lin et al. (2011) juga melakukan
penelitian mengenai penambahan empat
jenis
silane
coupling
agent
pada
nanokomposit polypropylene (pp) yang
mengandung
nanosilika
diantaranya
aminopropyiltriethoxysilane
(APTES),
glycidyloxypropyltrimethoxy
silane
(GPTMS), trimethoxysilylpropyl metakrilat
(TMPM)
dan
dichlorodimethyl silane
(DCMS). Kekuatan tarik tertinggi dihasilkan
oleh penambahan silane jenis APTES dan
diikuti silane GPTMS, TMPM dan DCMS.
Selain itu, APTES menunjukkan dispersi
nanosilika yang lebih baik di dalam matriks
PP dan membentuk aglomerasi yang lebih
sedikit dibandingkan dengan silane coupling
agent lain yang digunakan dalam penelitian
tersebut.
Oleh sebab itu, pada penelitian ini
dilakukan pembuatan karet alam berpengisi
selulosa dari serat TKKS yang dimodifikasi
dengan penambahan coupling agent 3APTES.
Pengujian komposit dilakukan
menggunakan Universal Testing Machine
(UTM), Viskositas Mooney, dan analisis
Scanning Electron Microscope (SEM).

ISSN 2303-1077

nitrat
(HNO3),
asam
stearat
(CH3(CH2)16COOH),
dephenylguanidine
(DPG), etanol (C2H5OH), ionol, lateks (karet
alam), natrium hidroksida (NaOH), natrium
hipoklorit (NaClO), natrium nitrit (NaNO2),
natrium sulfit (Na2SO3), selulosa TKKS,
sulfur, zink oksida (ZnO), zink stearat
([CH3(CH2)16COO)]2Zn)
dan
3aminopropyiltriethoxysilane (3-APTES).
Cara Kerja
Preparasi Serat Tandan Kosong Kelapa
Sawit (TKKS)
Tandan kosong kelapa sawit (TKKS)
diambil di lokasi PT. Bumi Pratama
Khatulistiwa, Kubu Raya. TKKS yang telah
diperoleh diuraikan secara manual untuk
mendapatkan
benang-benang
serat.
Kemudian dibersihkan dengan cara dicuci
dan dikeringkan dibawah sinar matahari
selama 2-4 hari. TKKS selanjutnya dioven
pada suhu 105oC untuk menghilangkan
kadar air yang masih tersisa. TKKS
dihaluskan dengan cara digiling, kemudian
diayak menggunakan ayakan 80 mesh.
Isolasi Selulosa dari Serat Tandan
Kosong Kelapa Sawit (TKKS)
Isolasi selulosa TKKS mengacu pada
penelitian Aulia et al. (2013). Sebanyak 50
gram serat TKKS dimasukkan ke dalam
labu leher 2 ukuran 1000 ml, kemudian
ditambahkan 1 L campuran HNO3 3,5% dan
10 mg NaNO2, direfluk pada suhu 90oC
selama 2 jam. Setelah itu disaring dan
ampas dicuci hingga filtrat
netral.
Selanjutnya direfluk kembali dengan 500
mL larutan yang mengandung NaOH 2%
dan Na2SO3 2% pada suhu 50oC selama 1
jam. Kemudian disaring dan ampas dicuci
sampai netral. Setelah itu dilakukan
pemutihan dengan 250 mL larutan NaClO
1,75% pada temperatur mendidih selama
30 menit, lalu disaring dan ampas dicuci
sampai filtrat netral. Selanjutnya dioven
pada suhu 60oC selama 1 jam.

METODOLOGI PENELITIAN
Alat dan Bahan
Alat-alat
yang
digunakan
dalam
penelitian ini antara lain adalah ayakan 80
mesh, cetakan ukuran 5 x 15 x 0,5 cm dan
5 x 10 x 0,5 cm, pH meter, peralatan gelas
standar, seperangkat alat refluks, SEM
(Carl Zeiss EVO MA10), UTM Galdabini,
Italy 1989 dan Viscometer Mooney.
Bahan-bahan yang digunakan dalam
penelitian ini antara lain adalah akuades
(H2O), asam asetat (CH3COOH), asam

Modifikasi Permukaan Selulosa dengan


3-APTES
Pada proses modifikasi, pertama-tama
dilakukan pencampuran asam asetat
(CH3COOH) ke dalam pelarut etanol 95%,
dijaga pH nya pada rentang 4,5-5,5. Setelah
itu, ditambahkan pelarut 3-APTES dengan
variasi 0%; 2%; 3%; 4% dan 5% , diaduk
selama 15 menit agar terjadi proses
95

JKK, Tahun 2015, Volume 4(4), halaman 94-100

hidrolisis dan membentuk gugus silanol.


Selanjutnya, dimasukkan selulosa TKKS ke
dalam campuran dan diaduk selama 45
menit agar terjadi proses kondensasi
sehingga membentuk ikatan antara 3APTES dengan selulosa (Demir et al., 2006
dan Arkles, 2011).

viskoelastisitas menggunakan Viscometer


mooney
dan
analisis
morfologi
menggunakan SEM.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Morfologi
Komposit
Sebelum
dan
Sesudah Modifikasi 3-APTES
Berdasarkan hasil morfologi komposit
karet
alam-selulosa
dengan
SEM
menunjukkan topografi pada permukaan.
Gambar
1.a
menunjukkan
belum
menyatunya selulosa dengan matriks karet
alam. Selain itu, terbentuk rongga kecil
diantara matriks yang mengindikasikan
interaksi yang kurang baik antara filler dan
matriks serta beberapa zat aditif belum
terdistribusi secara merata.
Hal ini disebabkan karena perbedaan
sifat antara matriks dan filler. Karet alam
merupakan material non polar, sedangkan
selulosa adalah senyawa polar, sehingga
pada pencampuran keduanya membentuk
komposit dengan kompatibilitas yang
kurang baik (Handayani et al., 2007).
Rongga-rongga
kosong
juga
mengindikasikan interaksi yang kurang baik
antara filler dan matriks (Helena et al.,
2014). Selain itu, pada gambar terlihat jelas
adanya garis-garis yang menunjukkan
adanya serat selulosa dipermukaan matriks.
Gambar
1.b menunjukkan bahwa
penambahan 3-APTES 2% mulai terjadi
interaksi antara matriks dan filler. Namun,
penambahan 2% 3-APTES ternyata kurang
maksimal, karena masih terdapat rongga
pada
permukaan
komposit.
Volume
coupling agent yang terlalu sedikit
mengakibatkan tidak semua filler tersebar
merata dipermukaan matriks (Sudirman et
al., 2009).
Sedangkan,
pada
Gambar
1.c
menunjukan hasil permukaan yang baik.
Filler dan bahan aditif lainnya terdistribusi
dengan baik, tidak terlihat rongga-rongga
dipermukaan komposit. Penambahn 3APTES sebanyak 4% membuat filler lebih
menyatu dengan matriks.

Karakterisasi Selulosa Sebelum dan


Sesudah Modifikasi 3-APTES
Selulosa dengan variasi volume 3APTES 0%; 2%; 3%; 4% dan 5%
selanjutnya
dikarakterisasi
dengan
menggunakan FT-IR dan XRD.
Pembuatan Komposit Karet AlamSelulosa TKKS
Prosedur
awal
yaitu
dengan
menyiapkan selulosa termodifikasi 3APTES masing-masing 0%, 2%, 3%, 4%
dan 5% serta bahan-bahan lainnya yang
disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Bahan Pembuatan
Komposit Karet Alam-Selulosa
Bahan

phr

Lateks
Selulosa
Sulfur 50%
ZnO 16,5%
DPG 25%
Ionol 50%
StAc
Zinc Stearat

100
20
4
2
1
2
1
1

massa
(g)

ISSN 2303-1077

komponen

381
76.2
15.24
7.62
3.81
7.62
3.81
3.81
499.11
Total
131
Proses dilakukan pertama kali pada
selulosa yang tidak termodifikasi 3-APTES
(0%). Bahan awal yang dimasukan lebih
dahulu ialah lateks, kemudian selulosa dan
diaduk
sampai
rata.
Selanjutnya
ditambahkan Zno, DPG, Ionol, StAc, ZnSt
dan terakhir Sulfur, diaduk sampai rata
selama 10 menit. Komposit yang telah rata
kemudian dimasukkan ke dalam cetakan.
Komposit dijemur dibawah sinar matahari
selama 1 jam. Setelah dijemur kemudian
dioven dengan temperatur 70oC selama 2
jam.
Pengujian
Komposit
Karet
AlamSelulosa TKKS
Pengujian
komposit
menggunakan
mesin
UTM
untuk
uji
tarik,
uji
96

JKK, Tahun 2015, Volume 4(4), halaman 94-100

ISSN 2303-1077

kekuatan tarik, modulus elastisitas dan


perpanjangan putus. Berdasarkan hasil
yang diperoleh bahwa komposit karet alamselulosa dari TKKS sebelum dan sesudah
modifikasi
3-APTES
menghasilkan
perubahan yang signifikan.
Kekuatan tarik komposit sebelum
dimodifikasi
3-APTES
sebesar
17,6 105N/m2. Penambahan 3-APTES 2%,
3%,
4%
dan
5%
masing-masing
meningkatkan kuat tarik sebesar 20,2
105N/m2; 20,5 105N/m2; 22,8 105N/m2
dan 26,25
105N/m2. Nilai kuat tarik
tertinggi terjadi pada penambahan 3-APTES
5%. Pada komposisi ini terjadi interaksi
yang kuat antara permukaan matriks karet
alam (lateks) dengan filler (selulosa TKKS).
Hasil pengujian menunjukkan peningkatan
kekuatan yang cukup signifikan dengan
menambah
5%
3-APTES.
Hal
ini
disebabkan oleh penyebaran serat yang
lebih merata (seragam) di dalam matriks
(Kord, 2011). Penelitian mengenai kekuatan
tarik yang tinggi terjadi pada produk lateks
karet alam berpengisi tepung kulit singkong
termodifikasi
alkanolamida
disebabkan
karena reaksi sambung silang akan
menahan sebagian besar gaya yang
diberikan pada produk lateks karet alam
(Harahap et al., 2015).
Nilai modulus elastisitas komposit karet
alam selulosa dari TKKS seperti ditunjukkan
dalam gambar 2 bahwa penambahan 3APTES memberikan hasil yang variatif.
Pada penambahan volume 3% 3-APTES
terjadi penurunan nilai modulus elastisitas
dan terjadi kenaikan divolume 4% dan 5%.

(a)

(b)

(c)

Gambar 1. Hasil SEM Komposit Karet


Alam-Selulosa TKKS (a) 0%
3-APTES, (b) 2% 3-APTES,
dan (c) 4% 3-APTES.
3-APTES sebagai coupling agent (agen
penggandeng) berfungsi sebagai zat
penyerasi yang mengatur kuat ikat antar
muka antara matriks dan filler. Serta
mempengaruhi daya adhesi antar muka
yang lebih kuat, sehingga membentuk
komposit yang memiliki kompatibilitas yang
lebih baik (Hildayati et al., 2009).
Uji Tarik Komposit Sebelum dan
Sesudah Modifikasi 3-APTES
Pengujian ini dilakukan sesuai standar
ISO 37 tipe 2 untuk karet dan elastomer.
Beberapa sifat yang akan diuji yaitu
97

JKK, Tahun 2015, Volume 4(4), halaman 94-100

Penurunan nilai modulus yang terjadi


pada
penambahan
3%
3-APTES,
diperkirakan hal ini disebabkan oleh
distribusi filler kurang merata dalam matriks
sehingga berpengaruh pada elastisitas
komposit. Hal ini mengakibatkan terjadi
penggumpalan matriks dan filler sehingga
transfer beban dari matriks ke serat menjadi
terhambat.
Hasil
uji
perpanjangan
putus
(elongation at break) ditunjukkan pada
gambar 2. Perpanjangan putus adalah
kemampuan bahan dalam menahan beban
penarikan hingga putus. Nilai perpanjangan
putus pada komposit karet karet alamselulosa TKKS sebelum penambahan 3APTES (0%) sebesar 211,2%. Kemudian
komposit dengan penambahan 3-APTES
dengan variasi volume 2%; 3%; 4% dan 5%
menghasilkan nilai 225,6%; 287%; 301,2%
dan 328%. Nilai tertinggi dihasilkan oleh
penambahan
APTES
5%.
Hal
ini
disebabkan oleh kekuatan ikatan antara
matriks dan filler akibat pengaruh coupling
agent 3-APTES.

Nilai Kekuatan Tarik (Ts)


30
25
17.6

20

20.2

20.5

2%

3%

22.8

26,25

15
10
5
0
0%

4%

5%

Volume 3-APTES
Nilai Modulus Elastisitas (E)
6.2
6
5.8
5.6
5.4
5.2
5
4.8

6,14

6,07
5,7
5,8

5,3

0%

2%

3%

4%

ISSN 2303-1077

5%

Volume 3-APTES
Hasil Uji Viscositas Mooney Komposit
Sebelum dan Sesudah Modifikasi 3APTES
Viskositas karet mentah dinyatakan
sebagai
viskositas
mooney,
yang
menunjukkan panjangnya rantai molekul,
berat molekul, dan derajat pengikatan silang
rantai molekulnya. Jika nilai viskositas tinggi
berarti karet keras sehingga mutu karet
yang dihasilkan tinggi sebaliknya jika nilai
viskositas rendah berarti karet lunak
sehingga mutu karet yang dihasilkan turun
(Suparto et al., 2009). Standar viskositas
mooney karet alam adalah sebesar 69-70
MU (ISO 289).

Nilai perpanjangan putus (EB)


350
300
250
200
150
100
50
0

211.2

0%

225.6

2%

287

3%

301.2 328

4%

5%

Volume 3-APTES

Tabel 2. Viskositas Mooney karet-seluosa


denagan variasi 3-APTES
Nilai
viskositas
mooney
(ML(1+4)100OC)
3APTES Perlakuan Perlakuan Rata1
2
rata
0%
11
32
10.5
2%
33
28
32.5
4%
18
23
23

Gambar 2. Grafik Hubungan Kekuatan


Tarik, Modulus Elastisitas
dan Perpanjangan Putus
Terhadap Variasi Volume 3APTES.
Menurut
Prasetyo
et
al.
(2013)
peningkatan jumlah kandungan silane
coupling
agent
yang
ditambahkan,
cenderung
akan
meningkatkan
nilai
modulus tarik pada komposit. Hal ini
disebabkan karena ikatan antara serat dan
matriks yang semakin baik.

Berdasarkan hasil penelitian dari ketiga


penambahan 3-APTES dengan masingmasing variasi belum memenuhi syarat
standar. Hal ini disebabkan karena, berat
98

JKK, Tahun 2015, Volume 4(4), halaman 94-100

molekul yang diperoleh pada sampel sangat


rendah dan ketebalan yang terlalu tipis.

ISSN 2303-1077

Coupling
Agent
3-Aminopropil
Trietoksisilan, Jurnal Sains Material
Indonesia, 9(2):180-183.
Harahap, H.; Hadinatan, K.; Hartanto, A.;
Surya, E dan Surya, I., 2015,
Pemanfaatan Limbah Kulit Singkong
Termodifikasi Alkanolamida sebagai
Bahan Pengisi dalam Produk Lateks
Karet Alam: Pengaruh Waktu
Vulkanisasi, Majalah Kulit, Karet dan
Plastik, 3(1):01-08.
Helena, M.S.; Bahruddin dan Fadli, A.,
2014, Pengaruh Kadar Filler Abu
Sawit (Ukuran Direduksi) dan
Temperatur Pencampuran Terhadap
Morfologi dan Sifat Komposit
Polipropilen/Karet
Alam,
JOM
FTEKNIK, 1(2)
Hildayati; Triwikantoro; Faisal, H dan
Sudirman., 2009, Sintesis dan
Karakterisasi Bahan Komposit Karet
Alam-Silika,
Institut
Teknologi
Sepuluh November (ITS), Fakultas
MIPA, Surabaya.
Kord, B., 2011, Influence of Maleic
Anhydride on the Flexural, Tensile
and Impact Characteristics of
Sawdust
Flour
Reinforced
Polypropylene Composite, World
Applied
Science
Journal,
12(7):1014-1016.
Novia; Faizal, M; Ariko, M.F dan Yogamina,
D.H., 2011, Hidrolisis Enzimatik dan
Fermentasi
TKKS
yang
Didelignifikasi dengan Asam Sulfat
dan NaOH untuk Memproduksi
Etanol, Prosiding Seminar Nasional
AVoER ke-3.
Nurudin, A., 2011, Potensi Pengembangan
Komposit Berpenguat Serat Kulit
Waru (Hibiscus triliaceus) Kontinyu
Laminat Sebagai Material Pengganti
Fiberglass
pada
Pembuatan
Lambung
Kapal,
Info Teknik,
12(2):1.
Pang, A.L. and Ismail, H., 2013, Tensile
Properties, Water Uptake, and
Thermal
Properties
of
Polypropylene/Waste
Pulverized
Tire/Kenaf
(PP/WPT/KNF)
Composites, Bioresouces, 8(1):806817
Power Chemical Corporation Limited., 2009,
Silane Coupling Agents Guide.

SIMPULAN
1. Hasil uji tarik pada komposit karet alamselulosa TKKS setelah penambahan 3APTES mengalami peningkatan pada
volume sebesar 5%. Diperoleh nilai
kekuatan tarik, modulus elastisitas dan
perpanjangan putus sebesar 26,25
105 N/m2; 6,14 105 N/m2 dan 328%.
2. Pengaruh
penambahan
3-APTES
terhadap morfologi komposit karet alamselulosa
TKKS
menunjukkan
peningkatan
kompatibilitas
yang
semakin baik.
3. Uji viskositas mooney pada komposit
karet alam-selulosa TKKS diperoleh
hasil yang belum memenuhi standar
ISO 289 sebesar 60-70 ML(1+4)100OC.
DAFTAR PUSTAKA
Aulia, F; Marpongahtun dan Gea,S., 2013,
Studi
Penyediaan
Nanokristal
Selulosa Dari Tandan Kosong Sawit
(TKS), Jurnal Saintia Kimia, 1(2).
Arkles,
B.,
2011,
Hydrophobicity,
Hydrophilicity and Silane Surface
Modification, Gelest Inc, United
Kingdom.
Bahruddin; Saktiani, L.; Yanuar dan Satoto,
R., 2012, Pemanfaatan Limbah Fly
Ash Pabrik Kelapa Sawit Sebagai
Filler Substitusi untuk Material Karet
Alam Termoset: Pengaruh Nisbah
Fly Ash/Carbon Black dan Kadar
Coupling Agent Maleated Natural
Rubber, Prosiding InSINas.
Demir, H; Atikler, U; Balkose, D dan
Thmnloglu, F., 2006, The Effect of
Fiber Surface Treatments on the
Tensile
and
Water
Sorption
Properties of Polypropylene-Luffa
Fiber Composites, Science Direct,
447-456.
Egwaikhide, A.P.; Akporhonor, E.E and
Okieimen,
F.E.,
2008,
The
Characterization
of
Carbonised
Coconut Fibre as Fillers in Natural
Rubber Formulations, Trends in
Applied.
Handayani, A; K.K, Aloma; Deswita dan
Sudirman.,
2007,
Perubahan
Strukturmikro Komposit PolipropilenCaCO3
Akibat
Penambahan
99

JKK, Tahun 2015, Volume 4(4), halaman 94-100

Prasetyo, D; Raharjo, W.W dan Ubaidillah.,


2013,
Pengaruh
Penambahan
Coupling Agent Terhadap Kekuatan
Mekanik Komposit Polyester-Cantula
dengan Anyaman Serat 3D Angle
Interlock, Mekanika, 12(1).

ISSN 2303-1077

Suparto, D.; Syamsu, Y dan Cifriadi, A.,


2009, Sifat Teknis Karet Remah
dengan Viskositas Mooney dan
Kadar Gel Rendah, Prosiding
Lokakarya Nasional.

100

Você também pode gostar