Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
ABSTRAK
Pada kenyataannya, terutama di kota-kota besar di Indonesia pembinaan dan
pengelolaan jalan belum berjalan sebagaimana mestinya. Hal ini ditandai dengan adanya
kemacetan lalu lintas akibat pertumbuhan lalu lintas yang pesat dan terbaurnya peranan
arteri, kolektor, dan lokal pada ruas-ruas jalan yang ada. Hal ini menunjukkan belum
adanya kesesuaian persepsi dalam penentuan peranan dan fungsi serta administrasi
jalan di wilayah perkotaan.
Setidaknya ada tiga Peta Jaringan Jalan existing di Kota Banda Aceh.
Pertama, Peta Jaringan Jalan Departemen PU Tahun 1996. Kedua, Peta Jaringan Jalan
SK Mendagri Tahun 2000. Ketiga, Peta Jaringan Jalan Dinas Prasarana Wilayah Kota
Banda Aceh. Ketiga Peta Jaringan Jalan existing tersebut mempunyai penekanan yang
berbeda-beda. Dengan kata lain peta-peta tersebut belum secara lengkap
mengungkapkan sistem jaringan jalan sesuai dengan persyaratan dan kriteria penentuan
klasifikasi fungsi jalan di kawasan perkotaan.
Hasil studi dalam bentuk Peta mengenai penentuan klasifikasi fungsi jaringan
jalan di kawasan perkotaan dengan studi kasus Kota Banda Aceh ini telah sesuai dengan
Pedoman Penentuan Klasifikasi Fungsi Jaringan Jalan di Kawasan Perkotaan.
Kata Kunci : Kemacetan lalu lintas, sistem jaringan jalan, klasifikasi fungsi jalan.
PENDAHULUAN
Transportasi merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan kita.
Transportasi adalah suatu kegiatan untuk memindahkan orang atau barang dari suatu
tempat ke tempat lain dan fasilitas yang digunakan untuk memindahkannya.
Perpindahan/pergerakan manusia merupakan hal yang penting dipikirkan khususnya di
daerah perkotaan, sedangkan angkutan barang sangat penting untuk menunjang
kehidupan perekonomian.
Transportasi mempunyai karakteristik dan atribut yang menunjukkan arti dan
fungsi spesifiknya. Fungsi utamanya adalah untuk menghubungkan manusia dengan tata
guna lahan.
Pada kenyataannya, terutama di kota-kota besar di Indonesia pembinaan dan
pengelolaan jalan tersebut belum berjalan sebagaimana mestinya. Hal ini ditandai
dengan adanya kemacetan lalu lintas akibat pertumbuhan lalu lintas yang pesat dan
terbaurnya peranan arteri, kolektor dan lokal pada ruas-ruas jalan yang ada, sehingga
mempercepat penurunan kondisi dan pelayanan perjalanan. Hal ini menunjukkan belum
adanya kesesuaian persepsi dalam penentuan peranan dan fungsi serta administrasi
jalan di wilayah perkotaan, yang berakibat pada inefisiensi penggunaan dan pembinaan
jalan dalam hal ini adalah jalan perkotaan.
Maksud paper ini adalah untuk mengetahui bagaimana sistem jaringan jalan di
wilayah kota dibina, direncanakan dan dilaksanakan dengan memperhatikan peraturan
perundangan yang berlaku dan kriteria penentuan klasifikasi jalan yang telah ada.
Tujuan akhir yang akan dicapai adalah menghasilkan sebuah peta jaringan jalan di Kota
Banda Aceh yang merupakan salah satu alternatif informasi penentuan klasifikasi fungsi
jaringan jalan yang perlu dipertimbangkan oleh Pemerintah Kota Banda Aceh.
Sistem Jaringan Jalan Indonesia Tinjauan Normatif
Berdasarkan Undang-undang RI No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan, Undangundang RI No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, Peraturan Pemerintah (PP) No.
47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), dan Peraturan
Pemerintah (PP) No. 26 Tahun 1985 tentang Jalan, antara lain menyatakan bahwa
klasifikasi jalan dapat dibagi berdasarkan sistem jaringan, peranan, dan wewenang
pembinaannya.
Klasifikasi Jalan Berdasarkan Sistem Jaringan Jalan dan Peran
Berdasarkan sistem jaringannya, jalan dikelompokkan ke dalam jaringan jalan
primer dan jaringan jalan sekunder, sedangkan berdasarkan peranannya, jalan
dikelompokkan kedalam jalan arteri, jalan kolektor, dan jalan lokal.
a. Sistem Jaringan Jalan Primer
Sistem Jaringan Jalan Primer adalah sistem jaringan jalan yang disusun
mengikuti ketentuan pengaturan tata ruang dan struktur pengembangan wilayah
tingkat nasional, yang menghubungkan simpul-simpul jasa distribusi [PP RI No. 26
Tahun 1985].
Simpul-simpul Jasa Distribusi adalah pusat-pusat kegiatan yang mempunyai
jangkauan pelayanan nasional, wilayah, dan lokal.
Jaringan Jalan Primer yaitu jaringan jalan yang menghubungkan secara menerus
pusat kegiatan nasional, pusat kegiatan wilayah, pusat kegiatan lokal, dan pusat
kegiatan di bawahnya sampai ke persil dalam satu satuan wilayah pengembangan.
[Pedoman Konstruksi dan Bangunan Pd T-18-2004-B].
Adapun jenis-jenis dari Sistem Jaringan Jalan Primer adalah :
1). Jalan Arteri Primer yaitu jalan yang secara efisien menghubungkan antar pusat
kegiatan nasional atau antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan
wilayah.
2). Jalan Kolektor Primer yaitu jalan yang secara efisien menghubungkan antar
pusat kegiatan wilayah atau menghubungkan antara pusat kegiatan wilayah
dengan pusat kegiatan lokal.
3). Jalan Lokal Primer yaitu jalan yang secara efisien menghubungkan pusat
kegiatan nasional dengan persil atau pusat kegiatan wilayah dengan persil atau
pusat kegiatan lokal dengan pusat kegiatan lokal, pusat kegiatan lokal dengan
pusat kegiatan di bawahnya, pusat kegiatan lokal dengan persil, atau pusat
kegiatan di bawahnya sampai persil.
b. Sistem Jaringan Jalan Sekunder
Sistem Jaringan Jalan Sekunder adalah sistem jaringan jalan yang disusun
mengikuti ketentuan pengaturan tata ruang kota yang menghubungkan kawasankawasan yang mempunyai fungsi primer, fungsi sekunder kesatu, fungsi sekunder
kedua, fungsi sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan. [PP RI No. 26
Tahun 1985].
Adapun jenis-jenis dari Sistem Jaringan Jalan Sekunder adalah:
1). Jalan Arteri Sekunder yaitu jalan yang menghubungkan kawasan primer dengan
kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu
dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder
kesatu dengan kawasan sekunder kedua.
2). Jalan Kolektor Sekunder yaitu jalan yang menghubungkan kawasan sekunder
kedua dengan kawasan sekunder kedua atau menghubungkan kawasan
sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga.
3). Jalan Lokal Sekunder yaitu jalan yang menghubungkan kawasan sekunder
kesatu dengan perumahan, menghubungkan kawasan sekunder dengan
perumahan, kawasan sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan
Secara konsep kegiatan, skema jaringan jalan antar kota dan dalam kota (perkotaan)
terdapat kesamaan. Hierarki pusat-pusat kegiatan pada jaringan jalan antar kota berupa
kegiatan kota berjenjang, sedangkan pusat-pusat kegiatan pada jaringan jalan perkotaan
berupa kegiatan yang bersifat lokal.
Klasifikasi Jalan Berdasarkan Kewenangan Pembinaan
Berdasarkan kewenangan pembinaannya, jalan dikelompokkan ke dalam Jalan
Nasional, Jalan Propinsi, dan Jalan Kabupaten/Kota dan Jalan Khusus. [UU RI No.38/
2004].
a. Jalan Nasional
Jalan yang mempunyai nilai strategis terhadap kepentingan nasional, yaitu ruas jalan
yang karena tingkat kepentingan kewenangan pembinaannya berada pada
Pemerintah Pusat.
Ruas jalan yang termasuk ke dalam klasifikasi ini adalah jalan umum yang
pembinaannya dilakukan oleh Menteri; jalan arteri primer, dan jalan kolektor primer
yang menghubungkan antar ibukota propinsi.
b. Jalan Propinsi
Yang termasuk
yang
Jalan Khusus
Jalan yang pembinaannya tidak dilakukan oleh Menteri maupun Pemerintah Daerah,
tetapi dapat oleh instansi, badan hukum, atau perorangan yang bersangkutan
Wewenang yang dimaksud meliputi wewenang kegiatan pembinaan jalan dan kegiatan
pengadaan. Kegiatan pembinaan jalan meliputi penyusunan rencana umum jangka
panjang, penyusunan rencana jangka menengah, penyusunan program, pengadaan, dan
pemeliharaan. Kegiatan pengadaan meliputi perencanaan teknik, pembangunan,
penerimaan, penyerahan, dan pengambil-alihan.
Struktur Hierarki Perkotaan dan Sistem Jaringan Jalan Primer
Dilihat dari pusat pertumbuhan dan fungsi kota, terdapat pengelompokan kota
berdasarkan Pusat Kegiatan Nasional, Pusat Kegiatan Wilayah dan Pusat Kegiatan
Lokal.
Pusat jasa-jasa publik yang lain untuk nasional atau meliputi beberapa propinsi.
Pusat jasa-jasa yang lain untuk satu propinsi atau beberapa kabupaten.
yang
berperan
melayani
sebagian
dari
satuan
wilayah
pengembangannya, dengan kemampuan pelayanan jasa yang lebih rendah dari pusat
kegiatan lokal dan terikat jangkauan serta orientasi yang mengikuti prinsip-prinsip di
atas. [PP RI No. 47 Tahun 1997].
Menurut Pedoman Penentuan Klasifikasi Fungsi Jalan di Kawasan Perkotaan
Tahun 2004, hubungan antara hierarki perkotaan dengan peranan ruas jalan
penghubungnya dalam sistem jaringan jalan primer diberikan dalam bentuk matriks pada
Tabel 1. dan dalam bentuk diagram Gambar 1.
PKN
PKW
PKL
PK<PKL
PERSIL
PKN
Arteri
Arteri
Lokal
Lokal
Lokal
PKW
Arteri
Kolektor
Kolektor
Lokal
Lokal
PKL
Lokal
Kolektor
Lokal
Lokal
Lokal
PK< PKL
Lokal
Lokal
Lokal
Lokal
Lokal
PERSIL
Lokal
Lokal
Lokal
Lokal
Lokal
lebih berorientasi ke dalam dan jangkauan lokal; fungsi primer dan fungsi sekunder harus
tersusun teratur dan tidak terbaurkan; fungsi primer, fungsi sekunder kesatu, fungsi
sekunder kedua dan seterusnya terikat dalam satu hubungan hierarki.
Kawasan Sekunder adalah kawasan kota yang mempunyai fungsi sekunder;
fungsi sekunder sebuah kota dihubungkan dengan pelayanan terhadap warga kota itu
sendiri yang lebih berorientasi ke dalam dan jangkauan lokal; fungsi ini dapat
mengandung fungsi yang terkait pada pelayanan jasa yang bersifat pertahanan
keamanan yang selanjutnya disebut fungsi sekunder yang bersifat khusus; fungsi primer
dan fungsi sekunder harus tersusun teratur dan tidak terbaurkan; fungsi primer, fungsi
sekunder kesatu, fungsi sekunder kedua dan seterusnya terikat dalam satu hubungan
hierarki.
Fungsi Primer adalah fungsi kota dalam hubungannya dengan kedudukan kota
sebagai pusat pelayanan jasa bagi kebutuhan
wilayah
pengembangannya.
Fungsi Sekunder adalah fungsi kota dalam hubungannya dengan kedudukan
kota sebagai pusat pelayanan jasa bagi kebutuhan penduduk kota itu sendiri.
Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait
pada yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau
aspek fungsional. [Undang-undang RI No. 24 Tahun 1992].
Hubungan antara kawasan perkotaan dengan peranan ruas jalan dalam sistem
jaringan jalan sekunder diberikan pada Tabel 2. dan Gambar 2. Tabel 2. disajikan dalam
bentuk matriks dan Gambar 4. disajikan dalam bentuk diagram.
Tabel 2. Hubungan Antara Kawasan Perkotaan dengan Peranan Ruas
Jalan dalam Sistem Jaringan Jalan Sekunder
PRIMER
KAWASAN
PRIMER
(F1)
SEKUNDER
(F2.1)
SEKUNDER
(F2.2)
SEKUNDER
(F2.3)
PERUMAHAN
SEKUNDER
SEKUNDER
SEKUNDER
II
III
(F1)
(F2.1)
(F2.2)
(F2.3)
--
Arteri
--
--
--
Arteri
Arteri
Arteri
--
Lokal
--
Arteri
Kolektor
Kolektor
Lokal
--
--
Kolektor
Kolektor
Lokal
--
Lokal
Lokal
Lokal
Lokal
PERUMAHAN
3). Jumlah jalan masuk ke jalan kolektor primer dibatasi secara efisien; jarak antar
jalan masuk/akses langsung tidak boleh lebih pendek dari 400 m.
4). Persimpangan pada jalan kolektor primer diatur dengan pengaturan tertentu yang
sesuai dengan volume lalu lintasnya.
5). Jalan kolektor primer mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu
lintas rata-rata.
6). Besarnya volume lalu lintas harian rata-rata pada umumnya lebih rendah dari
jalan arteri primer.
7). Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup seperti rambu, marka, lampu
pengatur lalu lintas, dan lampu penerangan jalan.
Dianjurkan tersedianya jalur khusus yang dapat digunakan untuk sepeda dan
kendaraan lambat lainnya.
Ciri-ciri Jalan Kolektor Primer terdiri atas :
1). Jalan kolektor primer dalam kota merupakan terusan jalan kolektor primer luar
kota.
2). Jalan kolektor primer melalui atau menuju kawasan primer atau jalan arteri
primer.
3). Kendaraan angkutan barang berat dan kendaraan umum bus dapat diijinkan
melalui jalan ini.
4). Lokasi parkir pada badan jalan sangat dibatasi dan seharusnya tidak diijinkan
pada jam sibuk.
c. Jalan Lokal Primer
Untuk penentuan Klasifikasi Fungsi Jalan Lokal Primer harus memenuhi
persyaratan kriteria sebagai berikut :
1). Jalan lokal primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20
km/h.
2). Lebar badan jalan lokal primer paling rendah 6,5 m.
3). Besarnya volume lalu lintas harian rata-rata pada umumnya paling rendah pada
sistem primer.
Ciri-ciri Jalan Lokal Primer terdiri atas :
1). Jalan lokal primer dalam kota merupakan terusan jalan lokal primer luar kota.
2). Jalan lokal primer melalui atau menuju kawasan primer atau jalan primer lainnya.
3). Kendaraan angkutan barang dan kendaraan umum bus dapat diijinkan melalui
jalan ini.
10
11
1). Jalan kolektor sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah
20 km/h.
2). Lebar badan jalan kolektor sekunder paling rendah 9 m.
3). Besarnya volume lalu lintas harian rata-rata pada umumnya lebih rendah dari
sistem primer dan arteri sekunder.
4). Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup.
Ciri-ciri Jalan Kolektor Sekunder terdiri atas :
1). Jalan kolektor sekunder menghubungkan antar kawasan sekunder kedua;
kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga; kendaraan
angkutan barang berat tidak diijinkan melalui fungsi jalan ini di daerah
pemukiman.
2). Lokasi parkir pada badan jalan dibatasi.
c. Jalan Lokal Sekunder
Untuk penentuan Klasifikasi Fungsi Jalan Lokal Sekunder harus memenuhi
persyaratan kriteria sebagai berikut :
1). Jalan lokal sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 10
km/h.
2). Lebar badan jalan lokal sekunder paling rendah 6,5 m.
3). Besarnya volume lalu lintas harian rata-rata pada umumnya paling rendah
dibandingkan dengan fungsi jalan lain.
Ciri-ciri Jalan Lokal Sekunder terdiri atas :
1). Jalan lokal sekunder menghubungkan antar kawasan sekunder ketiga atau
dibawahnya; kawasan sekunder dengan perumahan.
2). Kendaraan angkutan barang berat dan bus tidak diijinkan melalui fungsi jalan ini
di daerah pemukiman.
Data-data yang Diperlukan
Data-data
yang
12
e) Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional (RTRWN).
Selain peraturan perundangan, juga direview literatur-literatur lain yang
berhubungan dengan penetapan peran dan status ruas jalan seperti Panduan Penentuan
Klasifikasi Fungsi Jalan di Wilayah Perkotaan yang dikeluarkan oleh Ditjen Bina Marga
No. 010/T/BNKT/1990 dan kemudian disempurnakan dalam bentuk Pedoman Penentuan
Klasifikasi Fungsi Jalan di Kawasan Perkotaan yang dikeluarkan oleh Departemen
Permukiman dan Prasarana Wilayah No. Pd T-18-2004-B.
Data-data yang berkaitan langsung dengan obyek penelitian lapangan (data
primer), yaitu : Data-data teknis jalan, seperti Lebar Perkerasan Jalan, Kecepatan
Perjalanan, dan Volume Lalu lintas.
Penetapan Hierarki Kota di Kawasan Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam
Langkah awal dalam penentuan klasifikasi fungsi jalan adalah melihat secara
makro wilayah (Nasional), dimana hubungan antara kota dengan kota yang lain. Hal ini
sangat berguna untuk menentukan klasifikasi fungsi jalan primer. Kemudian diasumsikan
bahwa hierarki kota dalam suatu wilayah telah ditentukan, misalnya melalui RTRWN,
RTRW Propinsi atau Kabupaten/Kota. Di dalam RTRW (Nasional, Propinsi maupun
Kabupaten/Kota), telah ditentukan atau diidentifikasikan hierarki dan fungsi dari kota-kota
yang terkait. Penentuan ini didasarkan pada berbagai aspek pertimbangan, strategi dan
kebijakan pengembangan dan pembangunan, pemanfaatan lahan (land use) saat ini,
potensi yang ada dan lain-lain. Kebijakan Pemerintah berpengaruh besar terhadap
sistem hierarki kota, kebijakan otonomi daerah, dan strategi pengembangan ekonomi
akan mempengaruhi fungsi kota-kota, perubahan kebijakan dalam arah perkembangan
wilayah juga akan mengubah fungsi kota dan prasarana jalan pendukungnya. Awal dari
penentuan klasifikasi fungsi jalan ini dimaksudkan untuk melakukan klasifikasi jalan
primer yang melalui perkotaan (menerus), dimana penentuan ini berdasarkan hierarki
antar kota, sedangkan untuk penentuan klasifikasi jalan pada sistem primer antar kota
ditentukan dengan pedoman lain.
Secara garis besar langkah-langkah yang harus dilakukan adalah :
a. Review RTRWN, RTRW Propinsi dan RTRW Kabupaten/Kota.
b. Indikasikan pembagian Satuan Pengembangan Wilayah (SPW) dan strateginya.
c.
d. Indikasikan apakah prasarana jalan yang menghubungkan kota tersebut dengan kota
lainnya masuk kategori/klasifikasi sistem primer yang mana.
e. Indikasikan lintasan sistem primer yang masuk dalam perkotaan.
13
14
c.
d. Amati kondisi atau karakteristik lalu lintas yang lewat pada jalan tersebut.
e. Survey kondisi fisik jalannya.
Penentuan dan Rekomendasi Penetapan Klasifikasi Fungsi Jalan
Dengan telah ditentukan fungsi dan hierarki kawasan perkotaan, maka
berdasarkan pengertian klasifikasi fungsi jalan, kriteria dan ciri-ciri jalan, serta hasil
pengamatan di lapangan, maka dapat ditentukan klasifikasi fungsi jalan yang ada serta
rekomendasi yang diperlukan. Pengertian klasifikasi fungsi jalan dapat dipahami melalui
hubungan antar kawasan dalam perkotaan dengan fungsi jalan.
Dengan mempertimbangkan faktor-faktor di atas, maka dapat ditentukan salah satu ruas
jalan dari beberapa alternatif ruas jalan yang ada untuk ditentukan klasifikasi fungsi
jalannya, dimana dipilih ruas jalan yang mendekati kriteria yang telah ditetapkan.
Rekomendasi dimaksudkan untuk memberikan masukan kepada instansi yang
berwenang dalam penetapan klasifikasi fungsi jalan sesuai dengan perundang-undangan
yang berlaku.
Langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Pelajari pengertian tentang klasifikasi jalan yang ada, berdasarkan peraturan yang
berlaku.
b. Dipahami betul-betul kriteria dalam klasifikasi fungsi jalan, baik primer maupun
sekunder.
c.
Tentukan dulu sistem primernya yang melintas dalam kota tersebut, berdasarkan
pengertian dan kriteria klasifikasi jalan primer, hierarki kota dalam sistem primer,
serta hasil pengamatan di lapangan.
15
Nama Kota
Hierarki Kota
Banda Aceh
PKW
Lhokseumawe
PKW
Sabang
PKL
Sigli
PKL
Meulaboh
PKL
Blangpidi
PKL
Labuhan Haji
PKL
Tapaktuan
PKL
Singkil
PKL
10
Subulussalam
PKL
11
Kutacane
PKL
12
Langsa
PKL
13
Idi Rayeuk
PKL
14
Takengon
PKL
16
Hubungan
Lebar Perkerasan
Kecepatan
Hierarki
(m)
Rencana
Kota
(km/jam)
PKN-PKW
28
Terusan
28
Laks. Malahayati
Pelabuhan
40
Terusan
40
Terusan
40
jalan
terusan
lintasan
Kota
Sabang
(PKL)
melalui
pelabuhan
penyeberangan lama Ulee Lheue menuju pusat kegiatan perdagangan atau pusat
pasar di dalam Kota Banda Aceh (PKW). Ruas-ruas jalan tersebut dikenal dengan
nama Jalan Sultan Iskandar Muda - Sp. Jalan Sultan Aladin - Kawasan pusat kota.
2. Ruas-ruas jalan yang berasal dari terusan lintasan arah Bandara Blang Bintang di
Kabupaten Aceh Besar masuk menuju pusat kegiatan perdagangan atau pusat pasar
di dalam Kota Banda Aceh (PKW). Ruas-ruas jalan tersebut dikenal dengan nama
Jalan Lamgapang - Jalan Tengku Iskandar - Sp. Jalan Tengku Hasan Dek - Sp.
Jalan Tengku Cik Ditiro - Kawasan pusat kota.
3. Ruas-ruas jalan yang berasal dari terusan lintasan arah Meulaboh (PKL) masuk
menuju pusat kegiatan perdagangan atau pusat pasar di dalam Kota Banda Aceh
(PKW). Ruas-ruas jalan tersebut dikenal dengan nama Jalan Tjut Nyak Dhien - Jalan
Teuku Umar - Jalan Sultan Aladin - Kawasan pusat kota.
4. Ruas-ruas jalan terusan arah Lampeuneurut di Kabupaten Aceh Besar masuk ke
Kota Banda Aceh (PKW) melalui jalan arteri primer menuju pusat kegiatan
perdagangan atau pusat pasar di dalam Kota Banda Aceh (PKW), ditetapkan
sebagai jalan kolektor primer. Ruas
Malikul Saleh - Jalan Sultan Saladin - Sp. Teuku Umar - Sp. Sultan Aladin - Kawasan
pusat kota.
5. Ruas-ruas jalan terusan arah kota kecamatan Peukan Bada di Kabupaten Aceh
Besar masuk ke Kota Banda Aceh (PKW) menuju Pelabuhan Ulee Lheue dan melalui
Jalan Sultan Iskandar Muda menuju pusat kegiatan perdagangan atau pusat pasar di
dalam Kota Banda Aceh (PKW), ditetapkan sebagai jalan kolektor primer. Ruas jalan
ini dikenal dengan nama Jalan Lhok Nga.
6. Ruas-ruas jalan terusan arah kota kecamatan Ingin Jaya di Kabupaten Aceh Besar
masuk ke Kota Banda Aceh (PKW) melalui jalan arteri primer menuju pusat kegiatan
17
perdagangan atau pusat pasar di dalam Kota Banda Aceh (PKW), ditetapkan
sebagai jalan kolektor primer. Ruas jalan ini dikenal dengan nama Jalan Soekarno
Hatta.
7. Ruas-ruas jalan terusan yang berasal dari terusan lintasan kota Kecamatan
Darussalam melalui Kampus Unsyiah masuk ke Kota Banda Aceh (PKW), ditetapkan
sebagai jalan kolektor primer. Ruas jalan ini dikenal dengan nama Jalan Utama.
Ruas-ruas jalan kolektor primer tersebut di atas beserta persyaratan lebar perkerasan
jalan dan kecepatan rencana perjalanan dapat dilihat pada Tabel 5. di bawah ini.
Tabel 5. Ruas-ruas Jalan Kolektor Primer
No
Hubungan
Lebar
Kecepatan
Hierarki
Perkerasan
Rencana
Kota
(m)
(km/jam)
PKL-PKW
40
Lamgapang
PKW-PKW
40
Tengku Iskandar
Terusan
40
PKL-PKW
5,5 7
Sultan Saladin
Terusan
5,5 7
Lhok Nga
Terusan
40
Soekarno Hatta
Terusan
40
10
Terusan
PKW-PKW
28
Teuku Umar
Terusan
28
11
Terusan
40
12
Jalan Utama
Terusan
Hubungan
Lebar
Kecepatan
Hierarki
Perkerasan
Rencana
Kota
(m)
(km/jam)
Hasan Dek
F 22 F 22
40
Syiah Kuala
F 22 F 22
40
Panglima Polim
F 21 F 22
F 21 F 21
F 21 F 21
18
Hubungan
Lebar
Kecepatan
Hierarki
Perkerasan
Rencana
Kota
(m)
(km/jam)
KH Achmad Dahlan
F22-F23
Pocut Besar
F22-F23
W.R. Supratman
F22-F23
F22-F23
F22-F23
Jenderal Sudirman
F22-F23
Muhamad Jam
F22-F23
Wedana
F22-F23
5,5
Diponegoro
F22-F23
10
F22-Persil
Sistem jaringan jalan primer di kawasan perkotaan Kota Banda Aceh merupakan
terusan sistem jaringan jalan antara kota yang secara menerus masuk ke dalam kota
Banda Aceh menuju kawasan Pusat Kota.
d. Terdapat dua lintasan jaringan jalan di dalam Kota Banda Aceh yang berfungsi
sebagai jalan arteri primer.
e. Terdapat tujuh lintasan jaringan jalan di dalam Kota Banda Aceh yang berfungsi
sebagai jalan kolektor primer.
19
f.
Ruas-ruas jalan di dalam Kota Banda Aceh yang dapat diklasifikasikan fungsinya
menjadi jalan lokal primer, yaitu Jalan Rama Setia, Jalan Mesjid Ulee Kareng Prana,
Jalan Mesjid Tuha, Jalan Teuku Cik Dik Pineng, dan Jalan Tengku Yusuf.
g. Sistem jaringan jalan sekunder di kawasan perkotaan Kota Banda Aceh ditentukan
berdasarkan struktur hierarki kawasan kota, terdiri dari jalan arteri sekunder, kolektor
sekunder, dan lokal sekunder.
h. Terdapat lima ruas jalan di dalam Kota Banda Aceh yang berfungsi sebagai jalan
arteri sekunder, yaitu Jalan Hasan Dek, Jalan Syiah Kuala, Jalan Panglima Polim,
Jalan Tengku Nyak Makam, dan Jalan Ulee Kareng Prana.
i.
Jalan kolektor sekunder terdapat pada ruas-ruas jalan KH. Achmad Dahlan, Jalan
Pocut Besar, Jalan WR. Supratman, Jalan Habib Abdurrahman, Jalan Diponegoro,
Jalan Prof. A. Mahmud Ibrahim, Jalan Jenderal Sudirman, Jalan Muhamad Jam, dan
Jalan Wedana.
j.
20