Você está na página 1de 20

PENENTUAN KLASIFIKASI FUNGSI JARINGAN JALAN

PERKOTAAN STUDI KASUS KOTA BANDA ACEH


Adnal Shafir
Jurusan Teknik Sipil, FTSP, Universitas Gunadarma

ABSTRAK
Pada kenyataannya, terutama di kota-kota besar di Indonesia pembinaan dan
pengelolaan jalan belum berjalan sebagaimana mestinya. Hal ini ditandai dengan adanya
kemacetan lalu lintas akibat pertumbuhan lalu lintas yang pesat dan terbaurnya peranan
arteri, kolektor, dan lokal pada ruas-ruas jalan yang ada. Hal ini menunjukkan belum
adanya kesesuaian persepsi dalam penentuan peranan dan fungsi serta administrasi
jalan di wilayah perkotaan.
Setidaknya ada tiga Peta Jaringan Jalan existing di Kota Banda Aceh.
Pertama, Peta Jaringan Jalan Departemen PU Tahun 1996. Kedua, Peta Jaringan Jalan
SK Mendagri Tahun 2000. Ketiga, Peta Jaringan Jalan Dinas Prasarana Wilayah Kota
Banda Aceh. Ketiga Peta Jaringan Jalan existing tersebut mempunyai penekanan yang
berbeda-beda. Dengan kata lain peta-peta tersebut belum secara lengkap
mengungkapkan sistem jaringan jalan sesuai dengan persyaratan dan kriteria penentuan
klasifikasi fungsi jalan di kawasan perkotaan.
Hasil studi dalam bentuk Peta mengenai penentuan klasifikasi fungsi jaringan
jalan di kawasan perkotaan dengan studi kasus Kota Banda Aceh ini telah sesuai dengan
Pedoman Penentuan Klasifikasi Fungsi Jaringan Jalan di Kawasan Perkotaan.
Kata Kunci : Kemacetan lalu lintas, sistem jaringan jalan, klasifikasi fungsi jalan.

PENDAHULUAN
Transportasi merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan kita.
Transportasi adalah suatu kegiatan untuk memindahkan orang atau barang dari suatu
tempat ke tempat lain dan fasilitas yang digunakan untuk memindahkannya.
Perpindahan/pergerakan manusia merupakan hal yang penting dipikirkan khususnya di
daerah perkotaan, sedangkan angkutan barang sangat penting untuk menunjang
kehidupan perekonomian.
Transportasi mempunyai karakteristik dan atribut yang menunjukkan arti dan
fungsi spesifiknya. Fungsi utamanya adalah untuk menghubungkan manusia dengan tata
guna lahan.
Pada kenyataannya, terutama di kota-kota besar di Indonesia pembinaan dan
pengelolaan jalan tersebut belum berjalan sebagaimana mestinya. Hal ini ditandai
dengan adanya kemacetan lalu lintas akibat pertumbuhan lalu lintas yang pesat dan
terbaurnya peranan arteri, kolektor dan lokal pada ruas-ruas jalan yang ada, sehingga
mempercepat penurunan kondisi dan pelayanan perjalanan. Hal ini menunjukkan belum
adanya kesesuaian persepsi dalam penentuan peranan dan fungsi serta administrasi

jalan di wilayah perkotaan, yang berakibat pada inefisiensi penggunaan dan pembinaan
jalan dalam hal ini adalah jalan perkotaan.
Maksud paper ini adalah untuk mengetahui bagaimana sistem jaringan jalan di
wilayah kota dibina, direncanakan dan dilaksanakan dengan memperhatikan peraturan
perundangan yang berlaku dan kriteria penentuan klasifikasi jalan yang telah ada.
Tujuan akhir yang akan dicapai adalah menghasilkan sebuah peta jaringan jalan di Kota
Banda Aceh yang merupakan salah satu alternatif informasi penentuan klasifikasi fungsi
jaringan jalan yang perlu dipertimbangkan oleh Pemerintah Kota Banda Aceh.
Sistem Jaringan Jalan Indonesia Tinjauan Normatif
Berdasarkan Undang-undang RI No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan, Undangundang RI No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, Peraturan Pemerintah (PP) No.
47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), dan Peraturan
Pemerintah (PP) No. 26 Tahun 1985 tentang Jalan, antara lain menyatakan bahwa
klasifikasi jalan dapat dibagi berdasarkan sistem jaringan, peranan, dan wewenang
pembinaannya.
Klasifikasi Jalan Berdasarkan Sistem Jaringan Jalan dan Peran
Berdasarkan sistem jaringannya, jalan dikelompokkan ke dalam jaringan jalan
primer dan jaringan jalan sekunder, sedangkan berdasarkan peranannya, jalan
dikelompokkan kedalam jalan arteri, jalan kolektor, dan jalan lokal.
a. Sistem Jaringan Jalan Primer
Sistem Jaringan Jalan Primer adalah sistem jaringan jalan yang disusun
mengikuti ketentuan pengaturan tata ruang dan struktur pengembangan wilayah
tingkat nasional, yang menghubungkan simpul-simpul jasa distribusi [PP RI No. 26
Tahun 1985].
Simpul-simpul Jasa Distribusi adalah pusat-pusat kegiatan yang mempunyai
jangkauan pelayanan nasional, wilayah, dan lokal.
Jaringan Jalan Primer yaitu jaringan jalan yang menghubungkan secara menerus
pusat kegiatan nasional, pusat kegiatan wilayah, pusat kegiatan lokal, dan pusat
kegiatan di bawahnya sampai ke persil dalam satu satuan wilayah pengembangan.
[Pedoman Konstruksi dan Bangunan Pd T-18-2004-B].
Adapun jenis-jenis dari Sistem Jaringan Jalan Primer adalah :
1). Jalan Arteri Primer yaitu jalan yang secara efisien menghubungkan antar pusat
kegiatan nasional atau antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan
wilayah.

2). Jalan Kolektor Primer yaitu jalan yang secara efisien menghubungkan antar
pusat kegiatan wilayah atau menghubungkan antara pusat kegiatan wilayah
dengan pusat kegiatan lokal.
3). Jalan Lokal Primer yaitu jalan yang secara efisien menghubungkan pusat
kegiatan nasional dengan persil atau pusat kegiatan wilayah dengan persil atau
pusat kegiatan lokal dengan pusat kegiatan lokal, pusat kegiatan lokal dengan
pusat kegiatan di bawahnya, pusat kegiatan lokal dengan persil, atau pusat
kegiatan di bawahnya sampai persil.
b. Sistem Jaringan Jalan Sekunder
Sistem Jaringan Jalan Sekunder adalah sistem jaringan jalan yang disusun
mengikuti ketentuan pengaturan tata ruang kota yang menghubungkan kawasankawasan yang mempunyai fungsi primer, fungsi sekunder kesatu, fungsi sekunder
kedua, fungsi sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan. [PP RI No. 26
Tahun 1985].
Adapun jenis-jenis dari Sistem Jaringan Jalan Sekunder adalah:
1). Jalan Arteri Sekunder yaitu jalan yang menghubungkan kawasan primer dengan
kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu
dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder
kesatu dengan kawasan sekunder kedua.
2). Jalan Kolektor Sekunder yaitu jalan yang menghubungkan kawasan sekunder
kedua dengan kawasan sekunder kedua atau menghubungkan kawasan
sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga.
3). Jalan Lokal Sekunder yaitu jalan yang menghubungkan kawasan sekunder
kesatu dengan perumahan, menghubungkan kawasan sekunder dengan
perumahan, kawasan sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan
Secara konsep kegiatan, skema jaringan jalan antar kota dan dalam kota (perkotaan)
terdapat kesamaan. Hierarki pusat-pusat kegiatan pada jaringan jalan antar kota berupa
kegiatan kota berjenjang, sedangkan pusat-pusat kegiatan pada jaringan jalan perkotaan
berupa kegiatan yang bersifat lokal.
Klasifikasi Jalan Berdasarkan Kewenangan Pembinaan
Berdasarkan kewenangan pembinaannya, jalan dikelompokkan ke dalam Jalan
Nasional, Jalan Propinsi, dan Jalan Kabupaten/Kota dan Jalan Khusus. [UU RI No.38/
2004].

a. Jalan Nasional
Jalan yang mempunyai nilai strategis terhadap kepentingan nasional, yaitu ruas jalan
yang karena tingkat kepentingan kewenangan pembinaannya berada pada
Pemerintah Pusat.
Ruas jalan yang termasuk ke dalam klasifikasi ini adalah jalan umum yang
pembinaannya dilakukan oleh Menteri; jalan arteri primer, dan jalan kolektor primer
yang menghubungkan antar ibukota propinsi.
b. Jalan Propinsi
Yang termasuk

dalam Klasifikasi Jalan Propinsi, yaitu jalan umum

yang

pembinaannya dilakukan oleh Pemerintah Daerah; jalan kolektor primer yang


menghubungkan ibukota propinsi dengan ibukota kabupaten/kotamadya; jalan
kolektor primer yang menghubungkan antar ibukota kabupaten/kotamadya; jalan
yang mempunyai nilai strategis terhadap kepentingan propinsi; dan jalan dalam
Daerah Khusus Ibukota Jakarta, kecuali yang termasuk dalam jalan nasional.
c. Jalan Kabupaten
Yang termasuk dalam Klasifikasi Jalan Kabupaten, yaitu jalan kolektor primer yang
tidak termasuk jalan nasional dan propinsi; jalan lokal primer; jalan sekunder lain
selain jalan nasional dan propinsi; dan jalan yang mempunyai nilai strategis terhadap
kepentingan kabupaten.
d. Jalan Kota
Jaringan Jalan Sekunder di dalam kota.
e. Jalan Desa
Jaringan Jalan Sekunder di dalam desa.
f.

Jalan Khusus
Jalan yang pembinaannya tidak dilakukan oleh Menteri maupun Pemerintah Daerah,
tetapi dapat oleh instansi, badan hukum, atau perorangan yang bersangkutan

Wewenang yang dimaksud meliputi wewenang kegiatan pembinaan jalan dan kegiatan
pengadaan. Kegiatan pembinaan jalan meliputi penyusunan rencana umum jangka
panjang, penyusunan rencana jangka menengah, penyusunan program, pengadaan, dan
pemeliharaan. Kegiatan pengadaan meliputi perencanaan teknik, pembangunan,
penerimaan, penyerahan, dan pengambil-alihan.
Struktur Hierarki Perkotaan dan Sistem Jaringan Jalan Primer
Dilihat dari pusat pertumbuhan dan fungsi kota, terdapat pengelompokan kota
berdasarkan Pusat Kegiatan Nasional, Pusat Kegiatan Wilayah dan Pusat Kegiatan
Lokal.

Pusat Kegiatan Nasional (PKN) diklasifikasikan berdasarkan :

Pusat yang mempunyai potensi sebagai pintu gerbang ke kawasan-kawasan


internasional dan mempunyai potensi untuk mendorong daerah sekitarnya.

Pusat jasa-jasa pelayanan keuangan/bank yang melayani nasional atau melayani


beberapa propinsi.

Pusat pengolahan/pengumpul barang secara nasional atau meliputi beberapa


propinsi.

Simpul transportasi secara nasional atau meliputi beberapa propinsi.

Pusat jasa pemerintahan untuk nasional atau meliputi beberapa propinsi.

Pusat jasa-jasa publik yang lain untuk nasional atau meliputi beberapa propinsi.

Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) diklasifikasikan berdasarkan :

Pusat jasa-jasa pelayanan keuangan/bank yang melayani propinsi atau beberapa


kabupaten.

Pusat pengolahan/pengumpul barang yang melayani propinsi atau beberapa


kabupaten.

Simpul transportasi untuk satu propinsi atau beberapa kabupaten.

Pusat jasa pemerintahan untuk satu propinsi atau beberapa kabupaten.

Pusat jasa-jasa yang lain untuk satu propinsi atau beberapa kabupaten.

Pusat Kegiatan Lokal (PKL) diklasifikasikan berdasarkan :

Pusat jasa-jasa pelayanan keuangan/bank yang melayani satu kabupaten atau


beberapa kecamatan.

Pusat pengolahan/pengumpul barang untuk satu kabupaten atau beberapa


kecamatan.

Simpul transportasi untuk satu kabupaten atau beberapa kecamatan.

Pusat pemerintahan untuk satu kabupaten atau beberapa kecamatan.

Bersifat khusus karena mendorong perkembangan sektor strategis atau kegiatan


khusus lainnya di wilayah kabupaten.

Kota di bawah Pusat Kegiatan Lokal (PK < PKL)


Kota

yang

berperan

melayani

sebagian

dari

satuan

wilayah

pengembangannya, dengan kemampuan pelayanan jasa yang lebih rendah dari pusat
kegiatan lokal dan terikat jangkauan serta orientasi yang mengikuti prinsip-prinsip di
atas. [PP RI No. 47 Tahun 1997].
Menurut Pedoman Penentuan Klasifikasi Fungsi Jalan di Kawasan Perkotaan
Tahun 2004, hubungan antara hierarki perkotaan dengan peranan ruas jalan
penghubungnya dalam sistem jaringan jalan primer diberikan dalam bentuk matriks pada
Tabel 1. dan dalam bentuk diagram Gambar 1.

Tabel 1. Hubungan Antara Hierarki Kota dengan Peranan Ruas Jalan


dalam Sistem Jaringan Jalan Primer
PERKOTAAN

PKN

PKW

PKL

PK<PKL

PERSIL

PKN

Arteri

Arteri

Lokal

Lokal

Lokal

PKW

Arteri

Kolektor

Kolektor

Lokal

Lokal

PKL

Lokal

Kolektor

Lokal

Lokal

Lokal

PK< PKL

Lokal

Lokal

Lokal

Lokal

Lokal

PERSIL

Lokal

Lokal

Lokal

Lokal

Lokal

Sumber : Pedoman Konstruksi dan Bangunan Pd T-18-2004-B

Sumber : Pedoman Konstruksi dan Bangunan Pd T-18-2004-B


Gambar 1. Sistem Jaringan Jalan Primer
Struktur Kawasan Perkotaan dan Sistem Jaringan Jalan Sekunder
Menurut Pedoman Penentuan Klasifikasi Fungsi Jalan di Kawasan Perkotaan
Tahun 2004, struktur kawasan perkotaan dapat dibagi dalam beberapa kawasan
berdasarkan fungsi dan hierarkinya, antara lain; Kawasan Primer, Sekunder dan
Perumahan.
Kawasan Perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan
pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan,
pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan
ekonomi.
Kawasan Primer adalah kawasan kota yang mempunyai fungsi primer; fungsi
primer sebuah kota dihubungkan dengan pelayanan terhadap warga kota itu sendiri yang

lebih berorientasi ke dalam dan jangkauan lokal; fungsi primer dan fungsi sekunder harus
tersusun teratur dan tidak terbaurkan; fungsi primer, fungsi sekunder kesatu, fungsi
sekunder kedua dan seterusnya terikat dalam satu hubungan hierarki.
Kawasan Sekunder adalah kawasan kota yang mempunyai fungsi sekunder;
fungsi sekunder sebuah kota dihubungkan dengan pelayanan terhadap warga kota itu
sendiri yang lebih berorientasi ke dalam dan jangkauan lokal; fungsi ini dapat
mengandung fungsi yang terkait pada pelayanan jasa yang bersifat pertahanan
keamanan yang selanjutnya disebut fungsi sekunder yang bersifat khusus; fungsi primer
dan fungsi sekunder harus tersusun teratur dan tidak terbaurkan; fungsi primer, fungsi
sekunder kesatu, fungsi sekunder kedua dan seterusnya terikat dalam satu hubungan
hierarki.
Fungsi Primer adalah fungsi kota dalam hubungannya dengan kedudukan kota
sebagai pusat pelayanan jasa bagi kebutuhan

pelayanan kota, dan

wilayah

pengembangannya.
Fungsi Sekunder adalah fungsi kota dalam hubungannya dengan kedudukan
kota sebagai pusat pelayanan jasa bagi kebutuhan penduduk kota itu sendiri.
Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait
pada yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau
aspek fungsional. [Undang-undang RI No. 24 Tahun 1992].
Hubungan antara kawasan perkotaan dengan peranan ruas jalan dalam sistem
jaringan jalan sekunder diberikan pada Tabel 2. dan Gambar 2. Tabel 2. disajikan dalam
bentuk matriks dan Gambar 4. disajikan dalam bentuk diagram.
Tabel 2. Hubungan Antara Kawasan Perkotaan dengan Peranan Ruas
Jalan dalam Sistem Jaringan Jalan Sekunder
PRIMER
KAWASAN

PRIMER
(F1)
SEKUNDER
(F2.1)
SEKUNDER
(F2.2)
SEKUNDER
(F2.3)
PERUMAHAN

SEKUNDER

SEKUNDER

SEKUNDER

II

III

(F1)

(F2.1)

(F2.2)

(F2.3)

--

Arteri

--

--

--

Arteri

Arteri

Arteri

--

Lokal

--

Arteri

Kolektor

Kolektor

Lokal

--

--

Kolektor

Kolektor

Lokal

--

Lokal

Lokal

Lokal

Lokal

Sumber : Pedoman Konstruksi dan Bangunan Pd T-18-2004

PERUMAHAN

Sumber : Pedoman Konstruksi dan Bangunan Pd T-18-2004-B


Gambar 2. Sistem Jaringan Jalan Sekunder
Kriteria Penetapan Klasifikasi Fungsi Jalan
Pedoman Penentuan Klasifikasi Fungsi Jalan di Kawasan Perkotaan No. Pd T18-2004-B Tahun 2004 telah menetapkan kriteria dalam menentukan klasifikasi fungsi
jalan di perkotaan berdasarkan sistem jaringan dan peran jalan secara nasional. Kriteria
ini dimaksudkan sebagai ciri-ciri umum yang diharapkan pada masing-masing fungsi
jalan dan merupakan arahan yang perlu dipenuhi atau didekati oleh setiap wilayah
perkotaan dalam menentukan klasifikasi fungsi jalan di wilayahnya. Sketsa hipotesis
hierarki jalan kota dapat dilihat pada Gambar 3.

Sumber : Pedoman Konstruksi dan Bangunan Pd T-18-2004-B


Gambar 3. Sketsa Hipotesis Hierarki Jalan Perkotaan

Sistem Jaringan Jalan Primer


Berdasarkan peran jalan, Sistem Jaringan Jalan Primer mempunyai hierarki
Jalan Arteri Primer, Kolektor Primer dan Lokal Primer.
a. Jalan Arteri Primer
Untuk penentuan Klasifikasi Fungsi Jalan Arteri Primer harus memenuhi
persyaratan kriteria sebagai berikut :
1). Jalan arteri primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 60
km/h.
2). Lebar badan jalan arteri primer paling rendah 11 m.
3). Jumlah jalan masuk ke jalan arteri primer dibatasi secara efisien; jarak antar jalan
masuk/akses langsung tidak boleh lebih pendek dari 500 m.
4). Persimpangan pada jalan arteri primer diatur dengan pengaturan tertentu yang
sesuai dengan volume lalu lintasnya.
5). Jalan arteri primer mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas
rata-rata.
6). Besarnya volume lalu lintas harian rata-rata pada umumnya lebih besar dari
fungsi jalan yang lain.
7). Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup seperti rambu, marka, lampu
pengatur lalu lintas, lampu penerangan jalan dan lain-lain.
8). Jalur khusus seharusnya disediakan, yang dapat digunakan untuk sepeda dan
kendaraan lambat lainnya.
9). Jalan arteri primer seharusnya dilengkapi dengan median jalan.
Ciri-ciri Jalan Arteri Primer terdiri atas :
1). Jalan arteri primer dalam kota merupakan terusan jalan arteri primer luar kota.
2). Jalan arteri primer melalui atau menuju kawasan primer.
3). Lalu lintas jarak jauh pada jalan arteri primer adalah lalu lintas regional; untuk itu,
lalu lintas tersebut tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lokal, dari kegiatan lokal.
4). Kendaraan angkutan barang berat dan kendaraan umum bus dapat diijinkan
melalui jalan ini.
5). Lokasi berhenti dan parkir pada badan jalan tidak diijinkan.
6). Jalan arteri primer dilengkapi dengan tempat istirahat pada setiap jarak 25 km.
b. Jalan Kolektor Primer
Untuk penentuan Klasifikasi Fungsi Jalan Kolektor Primer harus memenuhi
persyaratan kriteria sebagai berikut :
1). Jalan kolektor primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 40
km/h.
2). Lebar badan jalan kolektor primer paling rendah 9 m.

3). Jumlah jalan masuk ke jalan kolektor primer dibatasi secara efisien; jarak antar
jalan masuk/akses langsung tidak boleh lebih pendek dari 400 m.
4). Persimpangan pada jalan kolektor primer diatur dengan pengaturan tertentu yang
sesuai dengan volume lalu lintasnya.
5). Jalan kolektor primer mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu
lintas rata-rata.
6). Besarnya volume lalu lintas harian rata-rata pada umumnya lebih rendah dari
jalan arteri primer.
7). Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup seperti rambu, marka, lampu
pengatur lalu lintas, dan lampu penerangan jalan.
Dianjurkan tersedianya jalur khusus yang dapat digunakan untuk sepeda dan
kendaraan lambat lainnya.
Ciri-ciri Jalan Kolektor Primer terdiri atas :
1). Jalan kolektor primer dalam kota merupakan terusan jalan kolektor primer luar
kota.
2). Jalan kolektor primer melalui atau menuju kawasan primer atau jalan arteri
primer.
3). Kendaraan angkutan barang berat dan kendaraan umum bus dapat diijinkan
melalui jalan ini.
4). Lokasi parkir pada badan jalan sangat dibatasi dan seharusnya tidak diijinkan
pada jam sibuk.
c. Jalan Lokal Primer
Untuk penentuan Klasifikasi Fungsi Jalan Lokal Primer harus memenuhi
persyaratan kriteria sebagai berikut :
1). Jalan lokal primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20
km/h.
2). Lebar badan jalan lokal primer paling rendah 6,5 m.
3). Besarnya volume lalu lintas harian rata-rata pada umumnya paling rendah pada
sistem primer.
Ciri-ciri Jalan Lokal Primer terdiri atas :
1). Jalan lokal primer dalam kota merupakan terusan jalan lokal primer luar kota.
2). Jalan lokal primer melalui atau menuju kawasan primer atau jalan primer lainnya.
3). Kendaraan angkutan barang dan kendaraan umum bus dapat diijinkan melalui
jalan ini.

10

Sistem Jaringan Jalan Sekunder


Berdasarkan peran jalan, Sistem Jaringan Jalan Primer mempunyai hierarki
Jalan Arteri Primer, Kolektor Primer dan Lokal Primer.
a. Jalan Arteri Sekunder
Untuk penentuan Klasifikasi Fungsi Jalan Arteri Sekunder harus memenuhi
persyaratan kriteria sebagai berikut :
1). Jalan arteri sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 30
km/h.
2). Lebar badan jalan arteri sekunder paling rendah 11 m.
3). Akses langsung dibatasi tidak boleh lebih pendek dari 250 m.
4). Persimpangan pada jalan arteri sekunder diatur dengan pengaturan tertentu
yang sesuai dengan volume lalu lintasnya.
5). Jalan arteri sekunder mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu
lintas rata-rata.
6). Besarnya volume lalu lintas harian rata-rata pada umumnya paling besar dari
sistem jalan sekunder yang lain.
7). Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup seperti rambu, marka, lampu
pengatur lalu lintas, dan lampu penerangan jalan dan lain-lain.
8). Dianjurkan tersedianya jalur khusus yang dapat digunakan untuk sepeda dan
kendaraan lambat lainnya.
9). Jarak selang dengan kelas jalan yang sejenis lebih besar dari jarak selang
dengan kelas jalan yang lebih rendah.
Ciri-ciri Jalan Arteri Sekunder terdiri atas :
1). Jalan arteri sekunder menghubungkan kawasan primer dengan kawasan
sekunder kesatul; antar kawasan sekunder kesatu; kawasan sekunder kesatu
dengan kawasan sekunder kedua; jalan arteri/kolektor primer dengan kawasan
sekunder kesatu.
2). Lalu lintas cepat pada jalan arteri sekunder tidak boleh terganggu oleh lalu lintas
lambat.
3). Kendaraan angkutan barang ringan dan kendaraan umum bus untuk pelayanan
kota dapat diijinkan melalui jalan ini.
4). Lokasi berhenti dan parkir pada badan jalan sangat dibatasi dan seharusnya
tidak diijinkan pada jam sibuk.
b. Jalan Kolektor Sekunder
Untuk penentuan Klasifikasi Fungsi Jalan Kolektor Sekunder harus
memenuhi persyaratan kriteria sebagai berikut :

11

1). Jalan kolektor sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah
20 km/h.
2). Lebar badan jalan kolektor sekunder paling rendah 9 m.
3). Besarnya volume lalu lintas harian rata-rata pada umumnya lebih rendah dari
sistem primer dan arteri sekunder.
4). Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup.
Ciri-ciri Jalan Kolektor Sekunder terdiri atas :
1). Jalan kolektor sekunder menghubungkan antar kawasan sekunder kedua;
kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga; kendaraan
angkutan barang berat tidak diijinkan melalui fungsi jalan ini di daerah
pemukiman.
2). Lokasi parkir pada badan jalan dibatasi.
c. Jalan Lokal Sekunder
Untuk penentuan Klasifikasi Fungsi Jalan Lokal Sekunder harus memenuhi
persyaratan kriteria sebagai berikut :
1). Jalan lokal sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 10
km/h.
2). Lebar badan jalan lokal sekunder paling rendah 6,5 m.
3). Besarnya volume lalu lintas harian rata-rata pada umumnya paling rendah
dibandingkan dengan fungsi jalan lain.
Ciri-ciri Jalan Lokal Sekunder terdiri atas :
1). Jalan lokal sekunder menghubungkan antar kawasan sekunder ketiga atau
dibawahnya; kawasan sekunder dengan perumahan.
2). Kendaraan angkutan barang berat dan bus tidak diijinkan melalui fungsi jalan ini
di daerah pemukiman.
Data-data yang Diperlukan
Data-data

yang

dimaksud meliputi data-data

yang bersifat peraturan

perundangan yang berlaku, keputusan-keputusan menteri terkait, buku pedoman dan


data-data umum Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Kota Banda Aceh, RTRW
Kota Banda Aceh dan data-data teknis jalan existing.
Peraturan perundang-undangan yang mengatur jalan, adalah :
a) Undang-undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan.
b) Undang-undang No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang.
c) Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.
d) Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 1985 tentang Jalan.

12

e) Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional (RTRWN).
Selain peraturan perundangan, juga direview literatur-literatur lain yang
berhubungan dengan penetapan peran dan status ruas jalan seperti Panduan Penentuan
Klasifikasi Fungsi Jalan di Wilayah Perkotaan yang dikeluarkan oleh Ditjen Bina Marga
No. 010/T/BNKT/1990 dan kemudian disempurnakan dalam bentuk Pedoman Penentuan
Klasifikasi Fungsi Jalan di Kawasan Perkotaan yang dikeluarkan oleh Departemen
Permukiman dan Prasarana Wilayah No. Pd T-18-2004-B.
Data-data yang berkaitan langsung dengan obyek penelitian lapangan (data
primer), yaitu : Data-data teknis jalan, seperti Lebar Perkerasan Jalan, Kecepatan
Perjalanan, dan Volume Lalu lintas.
Penetapan Hierarki Kota di Kawasan Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam
Langkah awal dalam penentuan klasifikasi fungsi jalan adalah melihat secara
makro wilayah (Nasional), dimana hubungan antara kota dengan kota yang lain. Hal ini
sangat berguna untuk menentukan klasifikasi fungsi jalan primer. Kemudian diasumsikan
bahwa hierarki kota dalam suatu wilayah telah ditentukan, misalnya melalui RTRWN,
RTRW Propinsi atau Kabupaten/Kota. Di dalam RTRW (Nasional, Propinsi maupun
Kabupaten/Kota), telah ditentukan atau diidentifikasikan hierarki dan fungsi dari kota-kota
yang terkait. Penentuan ini didasarkan pada berbagai aspek pertimbangan, strategi dan
kebijakan pengembangan dan pembangunan, pemanfaatan lahan (land use) saat ini,
potensi yang ada dan lain-lain. Kebijakan Pemerintah berpengaruh besar terhadap
sistem hierarki kota, kebijakan otonomi daerah, dan strategi pengembangan ekonomi
akan mempengaruhi fungsi kota-kota, perubahan kebijakan dalam arah perkembangan
wilayah juga akan mengubah fungsi kota dan prasarana jalan pendukungnya. Awal dari
penentuan klasifikasi fungsi jalan ini dimaksudkan untuk melakukan klasifikasi jalan
primer yang melalui perkotaan (menerus), dimana penentuan ini berdasarkan hierarki
antar kota, sedangkan untuk penentuan klasifikasi jalan pada sistem primer antar kota
ditentukan dengan pedoman lain.
Secara garis besar langkah-langkah yang harus dilakukan adalah :
a. Review RTRWN, RTRW Propinsi dan RTRW Kabupaten/Kota.
b. Indikasikan pembagian Satuan Pengembangan Wilayah (SPW) dan strateginya.
c.

Indikasikan klasifikasi/hierarki kota dalam satuan wilayah terkait.

d. Indikasikan apakah prasarana jalan yang menghubungkan kota tersebut dengan kota
lainnya masuk kategori/klasifikasi sistem primer yang mana.
e. Indikasikan lintasan sistem primer yang masuk dalam perkotaan.

13

Hierarki Sistem Pusat Kegiatan dalam Sistem Primer


Dengan telah ditentukannya RTRWN/RTRW Propinsi/RTRW Kabupaten/Kota,
maka dapat diindikasikan hierarki kota-kota dalam suatu wilayah (misalnya : PKN, PKW,
PKL atau PK < PKL). Perubahan fungsi kota dan hierarkinya, akan merubah prasarana
jalan yang melayaninya.
Secara garis besar langkah-langkah yang harus dilakukan adalah :
a. Indikasikan pusat-pusat kegiatan masyarakat dalam sistem primer.
b. Review kondisi saat ini dan kemungkinan perkembangan pada masa datang.
c.

Perkirakan rencana perubahan pusat-pusat kegiatan masyarakat di masa datang


berdasarkan potensi yang ada dalam sistem primer.

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota


Setelah melihat wilayah di luar kawasan perkotaan, khususnya berkaitan
dengan sistem primer, maka selanjutnya melihat wilayah perkotaan sendiri (kaitannya
dalam sistem sekunder). Pemahaman ini dapat dilihat melalui RTRW Kota dan dikaitkan
dengan sistem jaringan jalan perkotaan (sekunder).
Secara garis besar langkah-langkah yang harus dilakukan adalah :
a. Review RTRW kota setempat yang telah ditetapkan.
b. Pelajari strategi dan kebijakan pengembangan kota.
c.

Indikasikan pembagian Satuan Pengembangan Wilayah (SPW).

d. Indikasikan pusat-pusat kegiatan masyarakat dan hierarki masing-masing kawasan


dalam kota tersebut.
Struktur Hierarki dan Fungsi Kawasan Primer dan Sekunder di Kawasan Perkotaan
Dengan memperhatikan RTRW Kota, maka dapat diindikasikan hierarki dan
fungsi kawasan-kawasan perkotaan. Hal ini akan menentukan hierarki klasifikasi fungsi
jalan perkotaan. Dalam hal ini telah diasumsikan bahwa hierarki kawasan perkotaan
dalam suatu wilayah kota telah ditentukan. Dalam RTRW Kota, telah ditentukan atau
diidentifikasikan hierarki dan fungsi kawasan-kawasan kota. Penentuan ini didasarkan
pada berbagai aspek pertimbangan, strategi dan kebijakan pengembangan dan
pembangunan, pemanfaatan lahan (land use) saat ini, potensi yang ada dan lain-lain.
Kebijakan Pemerintah berpengaruh besar terhadap sistem hierarki kota, kebijakan
kawasan prioritas dan strategi pengembangan ekonomi akan mempengaruhi fungsi
kawasan perkotaan, perubahan kebijakan dalam arah perkembangan wilayah juga akan
mengubah fungsi kawasan perkotaan dan prasarana jalan pendukungnya.
Secara garis besar langkah-langkah yang harus dilakukan adalah :
a. Indikasikan pusat-pusat kegiatan masyarakat dalam sistem sekunder.
b. Review kondisi saat ini dan kemungkinan perkembangan pada masa datang.

14

c.

Perkirakan rencana perubahan pusat-pusat kegiatan masyarakat di masa datang


berdasarkan potensi kawasan yang ada dalam sistem sekunder.

Karakteristik Existing (Lapangan)


Dengan mengetahui hierarki kawasan perkotaan dan jaringan jalan yang ada,
maka perlu diidentifikasikan di lapangan, jaringan jalan yang tepat atau mendekati
dengan kriteria dan ketentuan teknis yang telah ditetapkan, untuk penilaian terhadap
kesesuaian dalam menentukan klasifikasi fungsi jalan di kawasan perkotaan dan
rekomendasi yang diperlukan.
Secara garis besar langkah-langkah yang harus dilakukan adalah :
a. Lakukan pengecekan di lapangan berdasarkan indikasi dalam RTRW yang ada.
b. Bila dalam indikasi hubungan antar hierarki kota atau kawasan terdapat lebih dari
satu alternatif jalan, maka indikasikan rute-rute alternatif tersebut dan lakukan
pengecekan di lapangan.
c.

Cek kondisi geometri masing-masing rute alternatif.

d. Amati kondisi atau karakteristik lalu lintas yang lewat pada jalan tersebut.
e. Survey kondisi fisik jalannya.
Penentuan dan Rekomendasi Penetapan Klasifikasi Fungsi Jalan
Dengan telah ditentukan fungsi dan hierarki kawasan perkotaan, maka
berdasarkan pengertian klasifikasi fungsi jalan, kriteria dan ciri-ciri jalan, serta hasil
pengamatan di lapangan, maka dapat ditentukan klasifikasi fungsi jalan yang ada serta
rekomendasi yang diperlukan. Pengertian klasifikasi fungsi jalan dapat dipahami melalui
hubungan antar kawasan dalam perkotaan dengan fungsi jalan.
Dengan mempertimbangkan faktor-faktor di atas, maka dapat ditentukan salah satu ruas
jalan dari beberapa alternatif ruas jalan yang ada untuk ditentukan klasifikasi fungsi
jalannya, dimana dipilih ruas jalan yang mendekati kriteria yang telah ditetapkan.
Rekomendasi dimaksudkan untuk memberikan masukan kepada instansi yang
berwenang dalam penetapan klasifikasi fungsi jalan sesuai dengan perundang-undangan
yang berlaku.
Langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Pelajari pengertian tentang klasifikasi jalan yang ada, berdasarkan peraturan yang
berlaku.
b. Dipahami betul-betul kriteria dalam klasifikasi fungsi jalan, baik primer maupun
sekunder.
c.

Tentukan dulu sistem primernya yang melintas dalam kota tersebut, berdasarkan
pengertian dan kriteria klasifikasi jalan primer, hierarki kota dalam sistem primer,
serta hasil pengamatan di lapangan.

15

d. Tentukan sistem sekunder berdasarkan pengertian dan kriteria klasifikasi fungsi


jalan, hierarki kawasan kota dalam sistem sekunder serta hasil pengamatan di
lapangan, pilih mana yang paling mendekati kriteria yang ada.
e. Lakukan program perbaikan/penyempurnaan jalan tersebut agar sesuai dengan
kriteria yang telah ditetapkan.
Sistem Jaringan Jalan Primer Kota Banda Aceh
Tabel 3. Pola Pengembangan Kawasan Propinsi NAD
No

Nama Kota

Hierarki Kota

Banda Aceh

PKW

Lhokseumawe

PKW

Sabang

PKL

Sigli

PKL

Meulaboh

PKL

Blangpidi

PKL

Labuhan Haji

PKL

Tapaktuan

PKL

Singkil

PKL

10

Subulussalam

PKL

11

Kutacane

PKL

12

Langsa

PKL

13

Idi Rayeuk

PKL

14

Takengon

PKL

Jalan Arteri Pimer


Setidaknya terdapat dua klasifikasi fungsi dan peran jalan arteri primer di
dalam Kota Banda Aceh, yaitu :
1. Ruas-ruas jalan yang berasal dari terusan lintasan arah Medan (PKN) masuk menuju
pusat kegiatan perdagangan atau pusat pasar di dalam Kota Banda Aceh (PKW).
Ruas-ruas jalan tersebut dikenal dengan nama Jalan Tengku Imum Leung Bata Jalan Tengku Cik Ditiro - Kawasan pusat kota.
2. Ruas-ruas jalan yang berasal dari terusan lintasan arah Pelabuhan Krueng Raya
masuk melalui pusat pemerintahan (Kantor Gubernur Propinsi NAD) menuju pusat
kegiatan perdagangan atau pusat pasar di dalam Kota Banda Aceh (PKW). Ruasruas jalan tersebut dikenal dengan nama Jalan Laksamana Malahayati - Jalan
Tengku Nyak Arief - Jalan Moh. Daud Beureuh - Kawasan pusat kota.

16

Tabel 4. Ruas-ruas Jalan Arteri Primer


No

Nama Ruas Jalan

Hubungan

Lebar Perkerasan

Kecepatan

Hierarki

(m)

Rencana

Kota

(km/jam)

Tgk. Imum Leung Bata

PKN-PKW

28

Tgk. Cik Dik Tiro

Terusan

28

Laks. Malahayati

Pelabuhan

40

Tgk. Nyak Arief

Terusan

40

Moh. Daud Beurueuh

Terusan

40

Jalan Kolektor Primer


Ruas-ruas jalan di dalam Kota Banda Aceh yang dapat diklasifikasikan
fungsinya menjadi jalan kolektor primer adalah :
1. Ruas-ruas

jalan

terusan

lintasan

Kota

Sabang

(PKL)

melalui

pelabuhan

penyeberangan lama Ulee Lheue menuju pusat kegiatan perdagangan atau pusat
pasar di dalam Kota Banda Aceh (PKW). Ruas-ruas jalan tersebut dikenal dengan
nama Jalan Sultan Iskandar Muda - Sp. Jalan Sultan Aladin - Kawasan pusat kota.
2. Ruas-ruas jalan yang berasal dari terusan lintasan arah Bandara Blang Bintang di
Kabupaten Aceh Besar masuk menuju pusat kegiatan perdagangan atau pusat pasar
di dalam Kota Banda Aceh (PKW). Ruas-ruas jalan tersebut dikenal dengan nama
Jalan Lamgapang - Jalan Tengku Iskandar - Sp. Jalan Tengku Hasan Dek - Sp.
Jalan Tengku Cik Ditiro - Kawasan pusat kota.
3. Ruas-ruas jalan yang berasal dari terusan lintasan arah Meulaboh (PKL) masuk
menuju pusat kegiatan perdagangan atau pusat pasar di dalam Kota Banda Aceh
(PKW). Ruas-ruas jalan tersebut dikenal dengan nama Jalan Tjut Nyak Dhien - Jalan
Teuku Umar - Jalan Sultan Aladin - Kawasan pusat kota.
4. Ruas-ruas jalan terusan arah Lampeuneurut di Kabupaten Aceh Besar masuk ke
Kota Banda Aceh (PKW) melalui jalan arteri primer menuju pusat kegiatan
perdagangan atau pusat pasar di dalam Kota Banda Aceh (PKW), ditetapkan
sebagai jalan kolektor primer. Ruas

jalan ini dikenal dengan nama Jalan Sultan

Malikul Saleh - Jalan Sultan Saladin - Sp. Teuku Umar - Sp. Sultan Aladin - Kawasan
pusat kota.
5. Ruas-ruas jalan terusan arah kota kecamatan Peukan Bada di Kabupaten Aceh
Besar masuk ke Kota Banda Aceh (PKW) menuju Pelabuhan Ulee Lheue dan melalui
Jalan Sultan Iskandar Muda menuju pusat kegiatan perdagangan atau pusat pasar di
dalam Kota Banda Aceh (PKW), ditetapkan sebagai jalan kolektor primer. Ruas jalan
ini dikenal dengan nama Jalan Lhok Nga.
6. Ruas-ruas jalan terusan arah kota kecamatan Ingin Jaya di Kabupaten Aceh Besar
masuk ke Kota Banda Aceh (PKW) melalui jalan arteri primer menuju pusat kegiatan

17

perdagangan atau pusat pasar di dalam Kota Banda Aceh (PKW), ditetapkan
sebagai jalan kolektor primer. Ruas jalan ini dikenal dengan nama Jalan Soekarno
Hatta.
7. Ruas-ruas jalan terusan yang berasal dari terusan lintasan kota Kecamatan
Darussalam melalui Kampus Unsyiah masuk ke Kota Banda Aceh (PKW), ditetapkan
sebagai jalan kolektor primer. Ruas jalan ini dikenal dengan nama Jalan Utama.
Ruas-ruas jalan kolektor primer tersebut di atas beserta persyaratan lebar perkerasan
jalan dan kecepatan rencana perjalanan dapat dilihat pada Tabel 5. di bawah ini.
Tabel 5. Ruas-ruas Jalan Kolektor Primer
No

Nama Ruas Jalan

Hubungan

Lebar

Kecepatan

Hierarki

Perkerasan

Rencana

Kota

(m)

(km/jam)

Sultan Iskandar Muda

PKL-PKW

40

Lamgapang

PKW-PKW

40

Tengku Iskandar

Terusan

40

Sultan Malikul Saleh

PKL-PKW

5,5 7

Sultan Saladin

Terusan

5,5 7

Lhok Nga

Terusan

40

Soekarno Hatta

Terusan

40

Tgk. A.Rahman Meunasah

Cut Nyak Dhien

10

Terusan

PKW-PKW

28

Teuku Umar

Terusan

28

11

St. Aladin Mahmudsyah

Terusan

40

12

Jalan Utama

Terusan

Ket : - = Data tidak diperoleh


Sistem Jaringan Jalan Sekunder di Kota Banda Aceh
Jalan Arteri Sekunder
Ruas jalan yang termasuk ke dalam jalan arteri sekunder dapat dilihat pada
Tabel 6. di bawah ini.
Tabel 6. Ruas-ruas Jalan Arteri Sekunder
No

Nama Ruas Jalan

Hubungan

Lebar

Kecepatan

Hierarki

Perkerasan

Rencana

Kota

(m)

(km/jam)

Hasan Dek

F 22 F 22

40

Syiah Kuala

F 22 F 22

40

Panglima Polim

F 21 F 22

Tgk Nyak Makam

F 21 F 21

Ulee Kareng Prana

F 21 F 21

18

Jalan Kolektor Sekunder


Memperhatikan hierarki kawasan kota, persyaratan kriteria dan ciri jalan
kolektor sekunder, maka ruas-ruas jalan yang memenuhi klasifikasi fungsi dan peranan
jalan kolektor sekunder dapat dilihat pada Tabel 7. di bawah ini.
Tabel 7. Ruas-ruas Jalan Kolektor Sekunder
No

Nama Ruas Jalan

Hubungan

Lebar

Kecepatan

Hierarki

Perkerasan

Rencana

Kota

(m)

(km/jam)

KH Achmad Dahlan

F22-F23

Pocut Besar

F22-F23

W.R. Supratman

F22-F23

Habib Abd. Rahman

F22-F23

Prof. A. Madjid Ibrahim

F22-F23

Jenderal Sudirman

F22-F23

Muhamad Jam

F22-F23

Wedana

F22-F23

5,5

Diponegoro

F22-F23

10

Tgk. Cik Di Pineng

F22-Persil

Ket : - = Data tidak diperoleh.


Penutup
Dengan data-data yang diperoleh dan kemudian di analisis, maka penulis
menarik kesimpulan sebagai berikut :
a. Pengembangan jaringan jalan di Kota Banda Aceh mengikuti pola yang sudah ada,
yaitu membentuk pola linier dan radial atau bersifat radial simetris sesuai dengan
bentuk dan morfologi lahan, efisiensi pemanfaatan lahan, kemudahan dalam sistem
utilitas, dan aksesibilitas yang ditimbulkannya.
b. Berdasarkan hierarki pusat kegiatan dan kawasan perkotaan, sistem jaringan jalan di
Kawasan Perkotaan Kota Banda Aceh terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan
sekunder.
c.

Sistem jaringan jalan primer di kawasan perkotaan Kota Banda Aceh merupakan
terusan sistem jaringan jalan antara kota yang secara menerus masuk ke dalam kota
Banda Aceh menuju kawasan Pusat Kota.

d. Terdapat dua lintasan jaringan jalan di dalam Kota Banda Aceh yang berfungsi
sebagai jalan arteri primer.
e. Terdapat tujuh lintasan jaringan jalan di dalam Kota Banda Aceh yang berfungsi
sebagai jalan kolektor primer.

19

f.

Ruas-ruas jalan di dalam Kota Banda Aceh yang dapat diklasifikasikan fungsinya
menjadi jalan lokal primer, yaitu Jalan Rama Setia, Jalan Mesjid Ulee Kareng Prana,
Jalan Mesjid Tuha, Jalan Teuku Cik Dik Pineng, dan Jalan Tengku Yusuf.

g. Sistem jaringan jalan sekunder di kawasan perkotaan Kota Banda Aceh ditentukan
berdasarkan struktur hierarki kawasan kota, terdiri dari jalan arteri sekunder, kolektor
sekunder, dan lokal sekunder.
h. Terdapat lima ruas jalan di dalam Kota Banda Aceh yang berfungsi sebagai jalan
arteri sekunder, yaitu Jalan Hasan Dek, Jalan Syiah Kuala, Jalan Panglima Polim,
Jalan Tengku Nyak Makam, dan Jalan Ulee Kareng Prana.
i.

Jalan kolektor sekunder terdapat pada ruas-ruas jalan KH. Achmad Dahlan, Jalan
Pocut Besar, Jalan WR. Supratman, Jalan Habib Abdurrahman, Jalan Diponegoro,
Jalan Prof. A. Mahmud Ibrahim, Jalan Jenderal Sudirman, Jalan Muhamad Jam, dan
Jalan Wedana.

j.

Penetapan kecepatan perjalanan yang ditetapkan dalam Pedoman Penentuan


Klasifikasi Fungsi Jaringan Jalan di Kawasan Perkotaan tidak dapat diterapkan pada
sistem jaringan jalan perkotaan di Kota Banda Aceh karena masyarakat Aceh dalam
melakukan perjalanan dengan menggunakan kendaraan bermotor bersikap hati-hati
dan sopan.

20

Você também pode gostar