Você está na página 1de 38

ANALISIS LAPORAN

KEUANGAN
PEMDA SURABAYA DAN
PEKALONGAN
Kelas 5X
1. Habib Kusuma
2. Jauzi Al Aziz
3. Junita Maryanti Marpaung
4. Karina Elfa Pratiwi
5. Lina Liyana

HABIB

JUNI
KARINA
JAUZI

LINA

PENDAHULUAN
Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.22 tahun
1999, tentang pelaksanaan otonomi daerah, maka terjadi
perubahan yang mendasar dalam pengelolaan keuangan
daerah. Otonomi daerah adalah wewenang yang dimiliki
daerah
otonom
untuk
mengatur
dan
mengurus
masyarakatnya menurut kehendak sendiri berdasarkan
aspirasi masyarakat, sesuai dengan peraturan UU yang
berlaku. Untuk menilai kinerja Pemerintah Daerah (Pemda)
dalam mengelola keuangan daerahnya, antara lain adalah
dengan melakukan analisis rasio keuangan terhadap
laporan keuangan Pemda. Hasil analisis rasio keuangan
selanjutnya dipergunakan sebagai tolak ukur

Undang Undang no. 17 tahun 2003 mewajibkan Presiden dan


Gubernur/Bupati/Walikota
untuk
menyampaikan
Laporan
Pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD berupa Laporan
Keuangan, yang meliputi :
1. Laporan realisasi APBN/APBD
2. Neraca
3. Laporan Arus Kas
4. Catatan atas laporan keuangan
5. Dilampiri laporan keuangan Negara/daerah dan badan lainnya.
6. Disusun sesuai Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)

Menurut PSAP No 02
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) merupakan
salah satu komponen laporan keuangan
pemerintah yang menyajikan informasi tentang
realisasi dan anggaran entitas pelaporan secara
tersanding untuk suatu periode tertentu.

Isi LRA

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN


"menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit
informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya
yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna
antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif
maupun non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui
kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting
dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat."
(Harahap, 1998).

Penelitian ini menggunakan variabel berupa rasiorasio keuangan yang relevan yaitu :
1.

Rasio Kemandirian Keuangan Daerah

2.

Rasio Efektivitas

3.

Rasio keserasian
Rasio Belanja rutin terhadap APBD
Rasio Belanja Modal terhadap APBD

4.

Rasio Pertumbuhan

5.

Rasio DSCR (Debt Service Coverage Ratios)

RASIO KEMANDIRIAN DAERAH


Kemandirian keuangan daerah (otonomi fiskal) mengindikasikan
kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan
pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat yang telah
membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan daerah
(abdul halim,2012).

Rasio kemandirian juga menggambarkan tingkat


partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah
Kemandirian daerah ditunjukkan oleh besar kecilnya rasio
kemandirian juga digambarkan ketergantungan daerah
terhadap sumber dana eksternal, terutama dari pemerintah
pusat dan provinsi.

1.75

Surabaya
2013

1.7
1.65

Rasio Kemandirian =

1.6

= 1.53 atau
153,3%

2013
2014

1.55
1.5

2014

1.45

Rasio Kemandirian =

1.4

= 1.71 atau
171,65%

Surabaya

0.25

Pekalongan

0.2

2013
0.15

Rasio Kemandirian =

2013

=0.146 atau
14.637%

0.05

2014
Rasio Kemandirian =

0
Pekalongan

= 0.22 atau
22.89%

2014

0.1

Rasio Efektivitas
Rasio yang menggambarkan
kemampuan Pemerintah dalam
merealisasikan Pendapatan asli
daerah yang ditargetkan dengan
target yang ditetapkan dengan
potensi daerah

Rasio Efektifitas =

Rasio Efektivitas
TAHUN

SURABAYA

PEKALONGAN

DAERAH
2013

105,06%

105,66%

2014

101,84%

119,31%

Kriteria Efektivitas Keuangan


Daerah
Kriteria Efektivitas

Presentasi %

Sangat efektif

>100

Efektif

>90-100

Cukup Efektif

>80-90

Kurang Efektif

>60-80

Tidak Efektif

<60

ANALISIS FAKTOR
Surabaya

Pekalongan

Realisasi Pajak
Realisasi > Anggaran

Realisasi pajak
Realisasi > Anggaran

Retribusi daerah
Realisasi > Anggaran

Retribusi daerah
Realisasi > Anggaran

Pengelolan kekayaan daerah


Realisasi > Anggaran

Pengelolan kekayaan daerah


Realisasi > Anggaran

Pendapatan lain-lain
Realisasi > Anggaran

Pendapatan lain-lain
Realisasi > Anggaran

Rasio Keserasian

Merupakan rasio yang mendeskripsikan aktivitas


Pemerintah Daerah dalam memprioritaskan alokasi
dananya pada belanja rutin dan belanja pembangunan
secara optimal. Semakin tinggi prosentase dana yang
dialokasikan untuk belanja rutin berarti prosentase belanja
investasi yang dipakai untuk menyediakan sarana
prasarana ekonomi masyarakat semakin kecil (Abdul
Halim, 2012).

a) Rasio belanja rutin/operasi =


b) Rasio belanja modal =
Sampai saat ini belum ada pedoman yang ideal tentang
besarnya rasio belanja rutin maupun rasio belanja modal,
karena sangat dipengaruhi dinamika pembangunan dan
kebutuhan investasi yang diperlukan untuk mencapai
pertumbuhan yang ditargetkan. (Abdul Halim, 2012).

Belanja Operasi
(Rp)

Tahun

2013

2014
2013

3.770.796.965.236,8
9
4.303.012.040.633,0
9

Total (Rp)

Rasio Belanja
Operasi
dibanding
Total APBD
(%)

5.057.279.664.344,
95

74.6%

5.707.378.466.054,
09

75,39%

74,6%

2014
=

75,39%
RASIO BELANJA OPERASI (SURABAYA)

Tahun

2013
2014
2013

Belanja Modal
(Rp)

Total (Rp)

1.281.394.616.149,
06

5.057.279.664.344,9
5

1.404.366.425.421,
00

5.707.378.466.054,0
9

25,34%

Rasio Belanja
Modal
dibanding
Total APBD
(%)
25,34%
24.6%

2014
=

24,6%

RASIO BELANJA MODAL

Tahun

2013

Belanja Operasi
(Rp)

Total (Rp)

1.035.228.375.846,
00

1.223.169.683.250,
00

2014
2013

1.163.472.803.447,
= 84,63%
00

1.352.531.845.321,
00

Rasio Belanja
Operasi
dibanding
Total APBD
(%)
84,63%
86,02%

2014
= 86,02%

RASIO BELANJA OPERASI (PEKALONGA

Tahun

2013
2014
2013

Belanja Modal
(Rp)

Total (Rp)

Rasio Belanja
Modal
dibanding
Total APBD
(%)

184.320.225.104,00 1.223.169.683.250,0
0

15,07%

187.872.466.874,00 1.352.531.845.321,0
0

13,89%

15,07%

2014
=

13,89%

RASIO BELANJA MODAL

Rasio Kemampuan
Membayar Kembali
Pinjaman (Debt Service
Coverage Ratio)

Debt Service Coverage Ratio


(DSCR)
Rasio

DSCR merupakan perbandingan antara


pendapatan asli daerah, bagian daerah dari
pajak bumi dan bangunan, penerimaan sumber
daya alam dan bagian daerah lainya serta dana
alokasi umum setelah dikurangi belanja wajib,
dengan penjumlahan angsuran pokok, bunga
dan biaya pinjaman lainnya yang jatuh tempo.
Ukuran minimal DSCR adalah 2,5.

Debt Service Coverage Ratio (DSCR)

DSCR =

Keterangan :
- Belanja wajib terdiri belanja pegawai dan belanja anggota DPRD
- Biaya lain meliputi biaya administrasi, provisi, komitmen, asuransi, denda

DSCR Pemerintah Kota Surabaya


Keterangan

2014 (Rp)

2013 (Rp)

PAD

3.307.323.863.978,47

2.791.580.050.709,51

DBH Pajak

246.211.550.026,00

255.690.446.250,00

DBH Bukan Pajak

21.419.313.519,00

15.247.050.379,00

DAU

1.200.889.359.000,00

1.160.025.693.000,00

Belanja Pegawai

2.187.887.736.524,00

2.049.262.468.474,52

Angsuran Pokok
Pinjaman

Belanja Bunga

DSCR Pemerintah Kota Surabaya


Karena

Pemerintah Kota Surabaya tidak


mempunyai angsuran pokok pinjaman dan
belanja bunga pada tahun 2013 dan 2014,
maka untuk tahun-tahun tersebut tidak ada
Rasio Kemampuan Membayar Kembali
Pinjaman (Debt Service Coverage Ratio)
yang diperhitungkan.

DSCR Pemerintah Kabupaten Pekalongan


Keterangan

2014 (Rp)

2013 (Rp)

PAD

255.037.017.191,46

148.550.938.168,61

DBH Pajak

27.435.144.007,00

26.509.468.413,00

DBH Bukan Pajak

1.270.248.091,00

879.768.617,00

DAU

831.579.000.000,00

768.500.117.000,00

Belanja Pegawai

821.585.043.183,00

727.898.687.170,00

Angsuran Pokok
Pinjaman

173.604.902,00

2.349.423.386,00

Belanja Bunga

46.576.748,00

67.258.638,00

DSCR Pemerintah Kabupaten Pekalongan

DSCR
=

DSCR 2013 =

= 89,6

DSCR 2014 =

= 1334

DSCR Pemerintah Kabupaten Pekalongan


Berdasarkan

tabel dan perhitungan tersebut


dapat disimpulkan bahwa kemampuan
membayar kembali pinjaman dari
Pemerintah Kabupaten Pekalongan pada
tahun 2013 dan 2014 sangat baik,
dikarenakan rasio DSCR nya di atas 2,5.

Rasio Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD)


Rasio pertumbuhan (growth ratio) mengukur seberapa besar
kemampuan Pemerintah Daerah dalam mempertahankan dan
meningkatkan keberhasilan yang telah dicapai dari periode ke
periode berikutnya. Dengan mengetahui pertumbuhan PAD, maka
dapat dilakukan evaluasi terhadap potensi-potensi daerah yang perlu
mendapat perhatian.
Semakin tinggi persentase pertumbuhan pendapatan asli daerah,
maka semakin besar kamampuan Pemerintah Daerah dalam
mempertahankan dan meningkatkan keberhasilan yang dicapai dari
setiap periode.

Rasio Pertumbuhan = PAD t- PAD (t-1)


PAD (t-1)

Rasio Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Surabaya

Tahun

Rasio Pertumbuhan = PAD t - PAD (t-1)


PAD (t-1)

Rasio

2012

Rasio = 2.279.613.848.832,61 - 1.886.514.301.580,72

1.886.514.301.580,72

20,84 %

2013

Rasio = 2.791.580.050.709,51 - 2.279.613.848.832,61


2.279.613.848.832,61

22,46 %

2014

Rasio = 3.307.323.863.978,47 - 2.791.580.050.709,51

2.791.580.050.709,51

18,47 %

Rasio Pertumbuhan

2014

Rasio Pertumbuhan

2013

2012

0.5

1.5

2.5

3.5

4.5

Rasio Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pekalongan

Tahun

Rasio Pertumbuhan = PAD t - PAD (t-1)


PAD (t-1)

2013

Rasio =148.550.938.168,61 - 114.793.365.902,00


114.793.365.902,00

2014

Rasio = 213.752.562.969,00 - 148.550.938.168,61

148.550.938.168,61

Rasio

29,41 %

43,90 %

Rasio Pertumbuhan

2014

Rasio Pertumbuhan

2013

4.4
4.5
4
3.5
3

2.9
2.5

2.5

1.8

2
1.5
1
0.5
0

2013

2014

Surabaya
Pekalongan

Danke !!!

Você também pode gostar