Você está na página 1de 11

Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB

Kajian Ketercapaian Kota Layak Huni (Liveable City) Kota


Balikpapan
Gina Nawangwulan

(1)

, Ridwan Sutriadi (2)

(1)

Program Magister Perencanaan Wilayah dan Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan kebijakan (SAPPK), ITB.
Kelompok Keahlian Perencanaan dan Perancangan Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), ITB.

(2)

Abstrak
Tujuan penelitian ini mengkaji ketercapaian konsep kota nyaman/layak huni (liveable city) di Kota
Balikpapan. Metoda analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan
pendekatan analisis data kuantitatif dan kualitatif (pendekatan campuran/mix approach). Analisis
kuantitatif pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Importance Performance Analysis dan
analisis kualitatif pada penelitian ini dilakukan dengan metoda content analysis (analisis isi). Pencapaian
konsep liveable city di Kota Balikpapan mencapai 30 (tiga puluh) indikator atau sebesar 71,43% dari 42
indikator konsep liveable city dengan rincian untuk distribusi masing masing indikator secara berurutan:
aspek fisik 10 (sepuluh) indikator, aspek lingkungan manusia 9 (sembilan), aspek lingkungan alam 7
(tujuh) indikator dan aspek ekonomi 4 (empat) indikator. Secara keseluruhan untuk hasil analisis aspek
manajemen pengembangan kota di Kota Balikpapan sudah berjalan dengan baik. Kemudian untuk
aspek komunikasi yang dianggap aspek penting maka perlu diketahui komponen audit komunikasi yang
berjalan di Kota Balikpapan, hasilnya komponen audit komunikasi sebagian besar dipersepsikan sangat
baik hal ini terbukti dari berbagai penghargaan yang diperoleh Kota Balikpapan sebagai akibat dari
komunikasi antara stakeholder di Kota Balikpapan yang baik. Faktor kepemimpinan, komitmen dan
political will serta aspek koordinasi dan komunikasi merupakan faktor kunci yang mendorong
pencapaian konsep liveable city di Kota Balikpapan. Pada dasarnya pengembangan liveable city Kota
Balikpapan memang belum bisa sepenuhnya tercapai karena dalam mencapai liveability yang ideal
membutuhkan sebuah proses yang panjang. Walaupun demikian, pengembangan liveable city di Kota
Balikpapan bisa dijadikan lesson learn dan model pengembangan kota layak/nyaman huni bagi
kota/kabupaten lain yang ingin mengembangkan liveable city serupa.
Kata-kunci: indikator, Ketercapaian, liveable city, manajemen, pengembangan

Pendahuluan
Kota nyaman/layak huni (liveable city)
menggambarkan
sebuah
kota
dengan
lingkungan dan atmosfer yang nyaman untuk
ditinggali dan bekerja yang dilihat dari berbagai
aspek, baik itu fisik maupun non fisik, pinsipnya
adalah ketersediaan kebutuhan dasar, fasilitas
publik, ruang terbuka untuk interaksi sosial,
keamanan, dukungan fungsi ekonomi sosial, dan
sanitasi. Livability adalah nilai tertinggi dari new
urbanism dengan fokus managemen konflik
pertumbuhan dengan mengintegrasikan nilai
livability dan ekonomi melalui desain urban.
Selama kurun waktu 5 (lima) tahun Balikpapan
telah
menetapkan
visi
sebagai
kota

nyaman/layak huni (liveable city) yang termuat


dalam RPJMD Tahun 2011-2016 (Perda No.8
Tahun
2011).
Kota
Balikpapan,
yang
berkembang pesat, berada di tengah jaringan
transportasi Trans Kalimantan dan Trans
Nasional dan posisinya strategis baik internal
maupun
eksternal.
Tahun
2014
laju
pertumbuhan ekonomi Kota Balikpapan di atas
rata-rata nasional sebesar 6,02%. Pertumbuhan
penduduk juga cukup tinggi mencapai 5,01%
dari tahun 2013-2014. Berdasarkan survei
Indonesian Most Liveable City Index 2014 yang
dilakukan Ikatan Ahli Perencana Indonesia yang
merupakan snapshot sederhana berdasarkan
persepsi warga sebagai penerima manfaat
pembangunan kota, kota Balikpapan tampil
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V4N2 | 315

Kajian Ketercapaian Kota Layak Huni (Liveable City) Kota Balikpapan

sebagai kota paling nyaman dan layak huni di


Indonesia dengan nilai di atas rerata secara
nasional. Kota Balikpapan sudah seharusnya
dapat menyediakan keadaan lingkungan yang
mendukung aktivitas penduduknya sehari-hari
agar kebutuhan kenyamanan penduduk dapat
terpenuhi yang ditopang oleh manajemen kota
yang baik.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji
ketercapaian konsep liveable city di Kota
Balikpapan.
Sasaran dari penelitian ini adalah:
1. Teridentifikasinya
ketercapaian
konsep
Liveable City di Kota Balikpapan.
2. Terpetakannya manajemen pengembangan
kota di Kota Balikpapan.
3. Terumuskannya keterkaitan antara konsep
liveable
city
dengan
manajemen
pengembangan kota di Kota Balikpapan.
Tinjauan Pustaka
Konsep livability yang diadaptasi oleh Berke et al
(2006) dari Goldschalk (2004) dalam Urban
Land Use Planning (5th Ed) adalah livability
merupakan nilai tertinggi dari new urbanism
dengan fokus managemen konflik pertumbuhan
dengan mengintegrasikan nilai livability dan
ekonomi melalui desain urban.

Gambar 2. 1 Prism Model of Sustainability

Sumber: (diadopsi dari) Berke et al (2006) and


Godshalk's (2004)

Hal yang akan dibahas dalam konsep liveable


city dan manajemen pengelolaanya adalah
mengenai aspek layak huni dan mekanisme
316 | Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V4N2

pengembangannya yang indikatornya diambil


dari beberapa kajian literatur. Justifikasi
ketercapaian liveable city mengacu pada kajian
yang dilakukan Bigio dan Dahiya (2004), Vliet
(2008), Yang Song (2012), Hai-Yan (2012),
Khee Giap Tan et al (2012), Ikatan Ahli
Perencanaan (2014), CLC Singapore (2014) dan
Lowe et al (2013). Sementara itu untuk kriteria
manajemen
pengembangan
liveable city
mengacu pada kajian yang dilakukan Edward III
dan Gorge CM. (1980), Parkinson (1990),
Goggin dan Malcolm L et al (1990), Devas dan
Rakodi (1993), Baccus (2001), Hargie dan
Tourish (2003), Jeffres (2010), Pathak (2008)
dan UNESCAP (2009).
Metodologi
Metoda analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan
pendekatan
kuantitatif
dan
kualitatif
(pendekatan
campuran/mixed
approach).
Analisis kuantitatif pada penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan Importance Performance
Analysis dan analisis kualitatif pada penelitian ini
dilakukan dengan metoda content analysis
(analisis isi). Penelitian bersifat eksploratif, yaitu
dengan mengacu pada pengumpulan data
melalui data sekunder, penelitian lapangan,
observasi dan wawancara responden.
Berdasarkan justifikasi variabel liveable city dari
berbagai literatur maka diperoleh faktor/
indikator/sub indikator dan alat ukur yang akan
digunakan dalam penelitian ini. Namun, karena
tidak tersedianya data dan kendala biaya,
sejumlah besar indikator teoritis akan dikurangi
menjadi satu set indikator praktis yang dapat
dilihat pada tabel 1 di bawah ini.

Gina Nawangwulan
Tabel 1 Penentuan Faktor, Indikator dan Sub-indikator Liveable city

Ekonomi

Faktor

Indikator

Tenaga Kerja
dan
Pendapatan

Sub-indikator +/Produk Domestik Bruto (PDB)


Tingkat Pengangguran
Tingkat Lapangan Kerja
Prosepek
Ketenagakerjaan
( Lapangan Kerja)
Distribusi Pendapatan
Akses Ke Sekolah Dasar Milik
Pemerintah
Akses Ke Sekolah Dasar Milik
Pemerintah
Ratio Guru Murid di Sekolah

Pendidikan

Kedekatan Dengan Perguruan


Tinggi dan Tempat Kursus /
Pelatihan
Akses Ke Internet (Rumah)

Alat Ukur
Laju Pertumbuhan PDB
Orang
yang
Menganggur
yang
Dinyatakan
Sebagai
Persentase
Dari Angkatan Kerja
Orang Yang Bekerja, Dinyatakan
Sebagai Persentase Penduduk Usia
15 Tahun Ke Atas
Persentase Perubahan Pertumbuhan
Lapangan Kerja
Indeks Gini
Jumlah Sekolah Dasar Negeri per
1000 Penduduk
Jumlah Sekolah Menengah Negeri per
1000 Penduduk
Ratio Guru Terhadap Murid pada
Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah
Jumlah Perguruan Tinggi, Universitas,
Sekolah Profesional Dalam Radius 30
Mil Dari Pusat Kota
Jumlah Masyarakat yang Dapat
Mengakses Internet dan Jumlah
Masyarakat
yang
Mengakses

Literatur/Sumber
Community
Indicators

Jumlah
Korban
Jiwa
Akibat
Kecelakaan di Jalan Per 100.000
Penduduk
Jumlah Kecelakaan di Jalan Per
100.000 Penduduk
Jumlah Rak Sepeda yang Dapat
Diakses di Ruang Publik
Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas
( Korban Cacat dan Korban Jiwa) Per
Kapita
Jumlah Tenaga Kesehatan per Jumlah
Penduduk
Jarak Rata Rata Ke Pelayanan
Kesehatan Terdekat (Km)
Jumlah Tempat Tidur di Rumah Sakit
per Jumlah Penduduk
Banyaknya Klinik Medis Terhadap
Angka (Jumlah) Tenaga Medis Tiap
1000 Penduduk
Jumlah Fasilitas Kesehatan Dalam
Radius 32 Km Dari Pusat Lingkungan
Kepadatan Penduduk, Diukur Dengan
Tiap Orang Per Hektar

Community

Victoria. Data Framework.


2013
Money Magazine. Best
Places to Live: Compare
Cities. 2011

Community

Indicators
Victoria. Data Framework.
2013
Money Magazine. Best
Places to Live: Compare
Cities. 2011
Findlay, A., A. Morris, and
R. Rogerson, 1988

Internet Broadband

Transportasi

Korban
Jiwa
Akibat
Kecelakaan Lalu Lintas di
Jalan
Kecelakaan Lalu Lintas Di
Jalan
Rak Sepeda

Fisik

Tingkat
Lintas

Kecelakaan

Lalu

Tenaga
Kesehatan
per
Jumlah Penduduk
Jarak
Ke
Pelayanan
Kesehatan
Kesehatan

Tempat Tidur di Rumah Sakit


Jumlah Tenaga Kesehatan
Kedekatan dengan Fasilitas
Kesehatan
Kepadatan Penduduk

Perumahan

Penggunaan Lahan Campuran

Keterjangkauan

Lingkungan Alam

Udara
Air

Kualitas Udara

Penggunaan
Listrik
Iklim

Kualitas Air
Timbulan Sampah Rumah
Tangga
Konsumsi Listrik Rumah
Tangga
-

Biodiversity

Sampah

Ruang Terbuka
Hijau

Ketersediaan Areal Hijau

Keragaman Penggunaan Lahan


(Kemerataan Sebaran Beberapa Jenis
Penggunaan Lahan)
Tarif Air Rata-Rata per Rumah Tangga
Rata-Rata Biaya Pemakaian Listrik Per
Rumah Tangga
Konsentrasi Ozon, Karbon Monoksida,
Nitrogen Dioksida, Sulfur Dioksida dan
Partikel Halus (PM10) di Udara
Kualitas Penyediaan Air
Jumlah Sampah Non-Daur Ulang yang
Dihasilkan Oleh Rumah Tangga
Konsumsi Listrik Per Rumah Tangga
Dalam Megawatt/Jam
Suhu Rata-Rata Tahunan
Kawasan Hutan (Luas Area Hutan
Per Kapita)
Total Areal Hijau Di Perkotaan
Ratio Ketersediaan
Areal Hijau
Terhadap Luas Wilayah Perkotaan

Indicators
Victoria. Data Framework.
2013
Honey-Ray, L. and C.
Enns, 2009
Litman, T. and D. Burwell,
2006.

Findlay, A., A. Morris and

R. Rogerson, 1988
Indicators
Victoria. Data Framework.
2013
Design For Health, Health
Impact
Assessment:
Threshold
Analysis
Workbook, 2008
Community

Findlay, A., A. Morris, and

R. Rogerson, 1988

Cicerchia., 1999
Li, F.Z., et al., 2008

Economist Intelligence

Unit, Liveability ranking


report, 2011
Findlay, A., A. Morris, and
R. Rogerson, 1988
Community Indicators
Victoria. Data framework.
2013
Hashimoto, A. and M.

Kodama, 1997.

Community

Indicators
Victoria. Data framework.
2013

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V4N2 | 317

KAJIAN KETERCAPAIAN KOTA LAYAK HUNI (LIVEABLE CITY) KOTA BALIKPAPAN


Faktor

Indikator

Sub-indikator +/-

Alat Ukur
Ketersediaan Areal Hijau Menurut
Unit Lingkungan dan Jenis Areal Jijau

Literatur/Sumber
Peraturan
Menteri

Tingkat Tindak Kekerasan


Keluarga
Tingkat Tindak Kejahatan
Terhadap Barang Kepemilikan

Lingkungan Manusia

Kriminalitas
Tingkat Tindak Kejahatan
Terhadap Orang

Tingkat Kejahatan

Kenyamanan
dan Budaya

Fasilitas
Berbelanja
Makanan dan
Barang Lokal
Lainnya

Ketersediaan Tempat
Hiburan/Rekreasi

Keterjangkauan Terhadap
Toko Makanan Sehat
Akses Terhadap
Pasar/Hipermarket

Sumber: Hasil Sintesis dari berbagai sumber, 2015.

Catatan Jumlah Tindak Kekerasan


Keluarga Dalam 1 Tahun
Catatan Jumlah Tindak Kekerasan
Terhadap Barang Kepemilikan Dalam
1 Tahun (Seperti Pembakaran,
Kerusakan
Properti, Pencurian,
Penipuan,
Penanganan
Barang
Curian Dan Pencurian)
Catatan Jumlah Tindak Kekerasan
Terhadap Orang Dalam 1 Tahun
(Seperti Pembunuhan, Pemerkosaan,
Seks, Perampokan, Penganiayaan,
Dan penculikan )
Catatan
Jumlah
Korban
Penyerangan / Kekerasan Seksual /
Perampokan Dalam 1 Tahun)
Rasio Bioskop / Teater Terhadap
Jumlah Penduduk
Ratio Gedung Pertunjukan Seni,
Musium dan Galeri Seni Terhadap
Jumlah Penduduk
Banyaknya Klub Sosial Terhadap
Jumlah Penduduk
Ketersediaan
Klub
Olah
Raga
Terhadap Jumlah Penduduk
Jumlah Supermarket atau Toka Buah
Dengan Radius Jarak 1600 Meter
Dari Pusat Lingkungan
Banyaknya Pasar dan Hipermarket
Terhadap Jumlah Penduduk

Berdasarkan
justifikasi
manajemen
pengembangan
kota
nyaman/layak
huni
(liveable city) dari berbagai literatur maka
diperoleh kriteria faktor sebagai berikut:
1. kepemimpinan;
2. kelembagaan (adanya instansi pengelola dan
kewenangan secara formal);
3. sumber pembiayaan;
4. keterlibatan dan partisipasi stakeholder;
5. transparansi dan akuntabilitas;
6. koordinasi dan komunikasi;
7. komitmen dan political will;
8. ketersediaan
sarana
dan
prasarana
penunjang; dan
9. kerjasama dengan berbagai pihak.
Sementara itu untuk variabel manajemen audit
komunikasi peneliti mengacu hasil studi Jeffres,
318 | Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V4N2

Pekerjaan Umum Nomor


05/PRT/M/2008 tentang
Pedoman Penyediaan dan
Pemanfaatan
Ruang
Terbuka Hijau di Kawasan
Perkotaan
UU No.26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang
Li, F.Z., et al., 2008
Community
Indicators
Victoria. Data framework.
2013
Findlay, A., A. Morris, and
R. Rogerson, 1988
Australian
Bureau
of
Statistics,
Crime
and
safety, Australia, 2005

Findlay, A., A. Morris, and

R. Rogerson, 1988

Findlay, A., A. Morris, and

R. Rogerson, 1988

(2010) Auditing Communication System to Help


Urban Policy Makers yang diadopsi oleh Ridwan
Sutriadi, Kota Komunikatif: Perspektif Perencana
(2014), yang dapat dilihat pada tabel 2 di
bawah ini.

Gina Nawangwulan
Tabel 2 Variabel Audit Komunikasi dalam Pencapaian Liveable city di Kota Balikpapan
No.

Com m unication Audit

Inventarisasi kelengkapan rincian sistem komunikasi


1.
Peran Media Masa Bagi Pembangunan Kota untuk mencapai visi liveable city
2.
Komunikasi Dengan Perantara Teknologi Yang Dapat Menunjang Layanan Kepada Masyarakat Kota.
3.
Bentuk Komunikasi Interpersonal Yang Membahas Tentang Isu Isu Publik
4.
Ketersediaan Tempat Publik Untuk Saling Berinteraksi Antar Warga Kota
5.
Kegiatan Publik Bernuansa Publik Tradisional
Mengintegrasikan warga kota ke dalam sistem dinamik yang menyeluruh
6.
Kelengkapan Dari Sistem Komunikasi Yang Dapat Mengintegrasikan Warga Kota
7.
Kelengkapan Dari Sistem Komunikasi Dalam Konteks Perbedaan Etnis, Ras, Sosial, ataupun
Perbedaan Sosial Ekonomi Masyarakatnya Sebagai Bahan Untuk Tujuan Publik.
8.
Pemimpin Pemerintahan Termasuk Tokoh Masyarakat Terhubung Dengan Warga Kotanya Oleh Suatu
Sistem Komunikasi Tertentu
9.
Kelengkapan Dari Sistem Komunikasi Dapat Mendukung Pengambilan Keputusan Secara Kolektif Serta
Mendukung Dialog Antar Warga ataupun Publik.
Memungkinkan warga kota untuk terlibat dalam aktivitas kemasyarakatan dan berpartisipasi
dalam peran yang beragam
10. Keragaman Aktivitas Warga Yang Terbuka Bagi Semua Warga Kota dan Dapat Dimanfaatkan Oleh
Seluruh Warga Kota.
11. Partisipasi Dan Ataupun Keterlibatan Warga Melalui Forum-Forum Publik, Ataupun Institusi-Institusi
Tertentu, Serta Komunikasi Antar Warga Yang Membicarakan Isu Publik.
12. Kelengkapan Dari Sistem Komunikasi Yang Dapat Memfasilitasi Warga Kota Untuk Terlibat Dalam
Sistem Perekonomian (Sebagai Pengusaha, Konsumen Ataupun Pembeli Barang Ataupun Jasa,
Hubungan Antar Pegawai, atau Antara Clients-Resources Providers).
Membuat keseimbangan yang sesuai antara kegegasan dan kestabilan kondisi.
13. Sistem Komunikasi Yang Ada Tersebut Terbuka Untuk Ide, dan Masukan Dari Luar (External Inputs)
Serta Kritik-Kritiknya.
14. Media Yang Tersedia dan Kelengkapan Lainnya Dari Sistem Komunikasi Dapat Digunakan Pada Tradisi
dan Sejarah yang Ada Pada Masyarakat Termasuk Pula Budaya yang Ada.
15. Kelengkapan Dari Sistem Komunikasi Dapat Menjangkau Warga Yang Potensial Untuk Dapat
Berpartisipasi, Seperti Misalnya Ada Community Website.
Sumber: Jeffres, L.W. (2010) Auditing Comminication System to Help Urban Policy Makers
Diadopsi dari : Sutriadi, Ridwan. Perspektif Perencana : Smart City, Inovasi, Kota Komunikatif, dan Kota berkeadilan
(2015)

Hasil dan Pembahasan

Ekonomi
18
16
14
12

Ketercapaian Liveable City di Kota Balikpapan


Pencapaian konsep liveable city di Kota
Balikpapan secara keseluruhan untuk indikator
liveable city yang memiliki kesesuaian dengan
kondisi paparan data Kota Balikpapan saat ini
berjumlah 30 indikator atau konsep liveable city
di Kota Balikpapan telah mencapai 71,43% dari
jumlah keseluruhan indikator yang digunakan
dalam penelitian ini. Rincian untuk distribusi
masing masing indikator secara berurutan:
aspek fisik 10 (sepuluh) indikator, aspek
lingkungan manusia 9 (sembilan) indikator,
aspek lingkungan alam 7 (tujuh) indikator dan
aspek ekonomi 4 (empat) indikator.
Lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar 1 dan 2.

10
8
6

Lingkungan Manusia

4
2
0

Fisik

indikator tercapai per aspek

Lingkungan Alam

indikator liveable city per aspek

Gambar 1 Distribusi Indikator Liveable city yang


Sesuai Dengan Kondisi Paparan Data Saat Ini
Terhadap Masing Masing Aspek
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2015

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V4N2 | 319

KAJIAN KETERCAPAIAN KOTA LAYAK HUNI (LIVEABLE CITY) KOTA BALIKPAPAN

Sedangkan indikator penting lainnya dianggap


persepsi/kinerja
aktualnya
masih
belum
tercapai dan setelah dilakukan cross check
memang belum tercapai yaitu indikator:

28,57%

71,43 %

Gambar 2 Ketercapaian Konsep Liveable city


Kota Balikpapan
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2015
Keterangan:
hijau
: ketercapaian konsep liveable city kota
Balikpapan
merah : indikator liveable city yang belum
tercapai di Kota Balikpapan

Kemudian pencapaian pengembangan konsep


liveable city di Kota Balikpapan dilihat berdasar
tingkat kepentingan indikatornya dari penilaian
di kalangan pemerintah kota terhadap
indikator/sub indikator liveable city. Posisi
indikator didominasi di kuadran B (Keep up
w ith the good w ork - pertahankan
prestasi)
yaitu
menunjukkan
bahwa
kinerja/pelaksanaan dianggap penting dan
harapan kualitas yang dipersepsikan juga sudah
baik. Hal ini bisa dilihat pada gambar 3 dibawah.
Namun setelah dilakukan cross check masih
ditemukan adanya indikator penting yang
dipersepsikan/kinerja aktualnya tercapai namun
menurut data, indikator tersebut belum tercapai.
Indikator yang masuk dalam kategori tersebut
yaitu:
1. Jumlah sekolah dasar negeri per 1.000
penduduk;
2. Jumlah sekolah menengah negeri per 1.000
penduduk;
3. Jumlah tempat tidur di rumah sakit per
jumlah penduduk;
4. Banyaknya
klinik
medis
terhadap
angka/jumlah tenaga medis tiap 1.000
penduduk;
5. Jumlah sampah non-daur ulang yang
dihasilkan oleh rumah tangga.
320 | Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V4N2

1. Tingkat Lapangan Kerja (Orang yang


bekerja/% penduduk usia < 15 Tahun);
2. Rasio guru terhadap murid pada sekolah
dasar dan sekolah menengah;
3. Tarif air rata-rata per rumah tangga.
Sehingga kedelapan indikator di atas merupakan
indikator prioritas yang harus ditingkatkan
kinerjanya untuk meningkatkan pencapaian
konsep liveable city di Kota Balikpapan.
Setelah indikator di atas terpenuhi dalam
meningkatkan pencapaian konsep liveable city di
Kota Balikpapan lebih baik lagi, indikator yang
belum tercapai dengan tingkat kepentingan
yang dianggap kurang bisa dilakukan pada
tahap selanjutnya yaitu:
1. Jumlah rak sepeda yang dapat diakses di
ruang publik;
2. Jumlah tenaga kesehatan per jumlah
penduduk;
3. Konsumsi listrik per rumah tangga;
4. Rasio gedung pertunjukan seni, museum dan
galeri seni terhadap jumlah penduduk.
Selengkapnya posisi indikator liveable city
terhadap data saat ini dapat dilihat pada tabel 3
di bawah.

Gina Nawangwulan

Gambar 3 Diagram Kartesius Posisi Indikator Ketercapaian Liveable City di Kota Balikpapan
Sumber: Hasil Pengolahan Data Kuesioner 2015
Tabel 3 Posisi Indikator Liveable City Terhadap Data Saat Ini
Hasil Perhitungan
IPA untuk
(Posisi Kartesius)
Indikator
indikator
Ketercapaian
dibandingkan data
liveable city
kondisi terkini
10, 16, 19, 24,
Data dan persepsi/kinerja aktual menunjukan
Sesuai
29, 30, 31, 32, 42
adanya kesesuaian. Indikator pada bagian ini
Penting dengan
dianggap penting. Analisis: indikator ini tercapai.
persepsi/kinerja
aktual
Data/persepsi kinerja aktual menunjukan adanya
Tidak Sesuai
6,7, 17, 18, 26
memuaskan
ketidaksesuaian. Analisis: indikator ini belum
tercapai.
Data dan persepsi/kinerja aktual menunjukan
Sesuai
3, 8, 22
adanya kesesuaian. Analisis: indikator ini belum
Penting dengan
tercapai.
persepsi /kinerja
Data dan persepsi/kinerja aktual menunjukan tidak
aktual kurang
Tidak Sesuai
1, 2, 4, 21, 23,
adanya kesesuaian. Data saat ini menunjukan
memuaskan
indikator tersebut memiliki kinerja yang baik.
25, 41
Analisis: indikator ini tercapai.
5, 9, 11, 12, 20,
Sesuai
Data dan persepsi/kinerja aktual menunjukan
Kurang penting
28, 33, 35, 37,
adanya kesesuaian. Analisis: indikator ini tercapai.
dengan
39, 40
persepsi/kinerja
Data dan persepsi/kinerja aktual menunjukkan
aktual
Tidak Sesuai
15
tidak adanya kesesuaian. Analisis: indikator ini
memuaskan
belum tercapai.
Data dan Persepsi/Kinerja Aktual Menunjukan
Sesuai
13, 27, 38
Adanya Kesesuaian. Analisis: indikator ini belum
Kurang penting
tercapai.
dengan
persepsi/kinerja
Data dan Persepsi/Kinerja Aktual Menunjukan
aktual kurang
Tidak Sesuai
14, 34, 36
Tidak Adanya Kesesuaian. Namun data saat ini
memuaskan
menunjukan indikator tersebut memiliki kinerja
yang baik . Analisis: indikator ini tercapai.
Sumber: Hasil Pengolahan Data 2015
Keterangan :

:
:
:
:

Data dan persepsi/kinerja aktual sesuai, indikator tercapai.


Data dan persepsi/kinerja aktual tidak sesuai, indikator belum tercapai walau dianggap penting.
Sesuai Data, indikator ini belum tercapai walaupun indikator ini dianggap penting.
Sesuai Data, indikator ini belum tercapai dan dianggap indikator yang kurang penting.

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V4N2 | 321

Kajian Ketercapaian Kota Layak Huni (Liveable City) Kota Balikpapan

Manajemen Pengembangan Kota di Balikpapan


Berdasarkan kajian literatur, penelitian ini
menghasilkan 9 (sembilan) komponen utama
yang digunakan untuk mengetahui dan
mengidentifikasi
bentuk
dan
manajemen
pengembangan liveable city di Kota Balikpapan
yaitu: (1) Kepemimpinan; (2) Kelembagaan:
institusi pengelola dan kewenangan; (3) Sumber
Pembiayaan; (4) Keterlibatan dan Partisipasi
Seluruh
Pemangku
Kepentingan;
(5)
Transparansi dan Akuntabilitas; (6) Koordinasi
dan Komunikasi; (7) Komitmen dan political will;
(8) Ketersediaan sarana dan prasarana; dan (9)
Kerjasama dengan berbagai pihak. Secara
keseluruhan untuk
hasil analisis
aspek
manajemen pengembangan liveable city di Kota
Balikpapan sudah berjalan dengan baik.
Kemudian untuk aspek komunikasi yang
dianggap aspek penting maka perlu diketahui
komponen audit komunikasi yang berjalan di
Kota Balikpapan, hasilnya komponen audit
komunikasi beberapanya dipersepsikan sangat
baik hal ini dianggap dapat dibuktikan dari
berbagai penghargaan yang diperoleh Kota
Balikpapan sebagai akibat dari komunikasi
antara stakeholder di Kota Balikpapan yang
baik.

Gambar 4 Diagram Kartesius Posisi Variabel Audit


Komunikasi dalam Pencapaian
Liveable city di Kota Balikpapan
Sumber: Hasil Pengolahan Data Kuesioner, 2015

322 | Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V4N2

Manajemen
Pengembangan
Pencapaian Liveable City

Kota

dalam

Dari kesembilan komponen yang menunjang


manajemen pengembangan liveable city dan
dari pemaparan temuan penelitian di atas,
didapatkan
kesimpulan
bahwa
faktor
kepemimpinan, komitmen dan political will serta
aspek koordinasi dan komunikasi merupakan
faktor kunci yang mendorong pencapaian
konsep liveable city di Kota Balikpapan. Faktor
kepemimpinan dan komitmen/political will
secara tidak langsung mempengaruhi komponen
manajemen
lainnya,
terutama
indikator
keterlibatan dan komitmen para pemangku
kepentingan. Selain itu yang menjadi catatan
lain mengenai manajemen pengembangan
liveable city di Kota Balikpapan adalah
komunikasi. Aspek koordinasi dan komunikasi
merupakan
komponen
utama
selain
kepemimpinan serta komitmen dan political will
untuk keberhasilan manajemen pengembangan
kota nyaman/layak huni. Komunikasi antar
pemangku kepentingan di Balikpapan ini sangat
baik. Komunikasi dengan perantaraan teknologi
yang dapat menunjang layanan kepada
masyarakat Kota juga baik: Command Center
Kota Balikpapan berada di Twitter. Ratusan
CCTV digantikan mata kepala warga. Gaji aparat
diganti voluntarisme warga. Setiap akun
informasi perkotaan Balikpapan juga rutin
mengingatkan follower untuk terus partisipasi.
Balikpapan bisa mengalahkan Paris dan Jakarta,
dalam partisipasi di Big Data. Penghargaan yang
masih sejalan dengan kenyamanan kota seperti
Tata Ruang Kota terbaik ASEAN Environment
Sustainable City (ESC), Tata Ruang terbaik seIndonesia Tahun 2014 Kementerian PU dan
Perumahan Rakyat untuk kategori kota, dan
pengakuan dari ICLEI World Conggress di Seoul
Korea Selatan sebagai sustainable city dan most
liveable city di Tahun 2015.
Mekanisme pengembangan liveable city di Kota
Balikpapan memiliki keterbatasan. Kendala
utamanya adalah sumber pembiayaan yang
masih bertumpu pada APBD Kota Balikpapan
yang berakibat masih dianggap kurang
memadainya sarana dan prasarana penunjang.

Gina Nawangwulan

Seharusnya pengembangan liveable city tidak


hanya
bergantung
pada
kemampuan
manajemen para pemangku kepentingan dalam
lingkungan Pemerintah Kota Balikpapan saja
melainkan juga diperlukan kerjasama dan
partisipasi dari berbagai pihak, terutama swasta
untuk meunjang ketersediaan sarana dan
prasarana penunjang yang diperlukan.
Pada dasarnya pengembangan liveable city Kota
Balikpapan memang belum bisa sepenuhnya
tercapai karena dalam mencapai liveability yang
ideal dibutuhkan sebuah proses yang panjang.
Walaupun demikian, pengembangan liveable
city di Kota Balikpapan bisa dijadikan lesson
learned dan model pengembangan kota
layak/nyaman huni bagi kota/kabupaten lain
yang ingin mengembangkan liveable city
serupa.
Kesimpulan dan Rekomendasi
Kesimpulan
Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan:
a. Dari
keempatpuluh
dua
indikator
ketercapaian konsep
liveable city, maka
pencapaian konsep liveable city di Kota
Balikpapan sudah mencapai 30 (tiga puluh)
indikator atau sebesar 71,43% dengan
rincian untuk distribusi masing masing
indikator secara berurutan: aspek fisik 10
(sepuluh) indikator, aspek lingkungan
manusia 9 (sembilan), aspek lingkungan
alam 7 (tujuh) indikator dan aspek ekonomi
4 (empat) indikator.
b. Masih ditemukan indikator penting liveable
city yang dipersepsikan/kinerja aktualnya
baik namun menurut data indikator tersebut
belum tercapai, indikator di posisi ini
sebanyak 5 (lima) indikator. Sedang
indikator penting yang belum tercapai kinerja
aktualnya sebagaimana ditunjukkan data
sebanyak 3 (tiga) indikator.
c. Indikator yang dianggap kurang penting
dengan persepsi/kinerja aktual kurang baik
sebanyak 4 (empat) indikator.
d. Secara keseluruhan untuk hasil analisis
aspek manajemen pengembangan kota di
Kota Balikpapan sudah berjalan dengan baik.
Kemudian untuk aspek komunikasi yang

dianggap aspek penting yang perlu diketahui


dalam manajemen pengembangan kota
maka komponen audit komunikasi yang
diteliti dianggap sudah berjalan sangat baik
di Kota Balikpapan.
e. Dari kesembilan komponen yang menunjang
sebuah manajemen pengembangan kota dan
dari pemaparan temuan penelitian di atas,
maka didapatkan kesimpulan bahwa faktor
kepemimpinan, komitmen dan political will
serta aspek koordinasi dan komunikasi
merupakan faktor kunci yang mendorong
pencapaian konsep liveable city di Kota
Balikpapan.
Rekomendasi
Dari analisis yang telah dijabarkan sebelumnya
maka untuk meningkatkan ketercapaian konsep
liveable city di Kota Balikpapan, beberapa
kesimpulan dan saran yang dapat diusulkan
antara lain:
a. Ada delapan indikator prioritas yang harus
ditingkatkan kinerjanya untuk meningkatkan
pencapaian konsep liveable city di Kota
Balikpapan yaitu:
1. Jumlah sekolah dasar negeri per 1.000
penduduk;
2. Jumlah sekolah menengah negeri per
1.000 penduduk;
3. Jumlah tempat tidur di rumah sakit per
jumlah penduduk;
4. Banyaknya
klinik
medis
terhadap
angka/jumlah tenaga medis tiap 1.000
penduduk;
5. Jumlah sampah non-daur ulang yang
dihasilkan oleh rumah tangga;
6. Tingkat Lapangan Kerja (Orang yang
bekerja/% penduduk usia < 15 Tahun);
7. Rasio guru terhadap murid pada sekolah
dasar dan sekolah menengah;
8. Tarif air rata-rata per rumah tangga.
Berikutnya, indikator yang belum tercapai
dengan tingkat kepentingan yang dianggap
kurang dapat dilaksanakan untuk tahap
selanjutnya yaitu:
1. Jumlah rak sepeda yang dapat diakses di
ruang publik;
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V4N2 | 323

Gina Nawangwulan

b.

c.

d.

e.

2. Jumlah tenaga kesehatan per jumlah


penduduk;
3. Konsumsi listrik per rumah tangga;
4. Rasio gedung pertunjukan seni, museum
dan galeri seni terhadap jumlah
penduduk.
Tahun 2016 Kota Balikpapan akan berganti
kepala daerah. Masih diperlukan pimpinan
daerah yang mampu mengembangkan jiwa
kepemimpinan transformasional dan juga
menjalin hubungan baik diantara para
pemangku kepentingan kekuasaan sehingga
dapat bekerjasama dan berkolaborasi untuk
mencapai
tujuan
bersama
khususnya
pencapaian liveable city.
Dalam
pengembangan
liveable
city,
sebaiknya dibentuk suatu institusi / lembaga
yang menangani dan mengelola berbagai
program pengembangan liveable city yang
melibatkan
stakeholder
lain
selain
pemerintah. Bentuk kelembagaannya bisa
berbentuk outsourcing ataupun Public
Private Partnership (PPP). Perlu adanya
sumber pembiayaan lain yang mendukung
pelaksanaan liveable city, sehingga program
kegiatan yang dikembangkan bisa berjalan
sesuai dengan tujuannya.
Hasil audit pelaksanaan liveable city
sebaiknya tidak hanya disosialisasikan ke
SKPD yang ada dilingkungan pemerintah
Kota Balikpapan tetapi dapat diketahui
masyarakat misalnya melalui media sosial
ataupun website pemerintah kota.
Komunikasi dan koordinasi pelaksanaan
manajemen kota untuk mencapai konsep
kota liveable city dapat disampaikan dan
dilakukan melalui media sosial ataupun
website pemerintah kota yang sudah baik
harus bisa lebih ditingkatkan.
Aspek-aspek dalam komponen audit
komunikasi yang dipersepsikan /berkinerja
aktual kurang baik padahal merupakan
harapan/kepentingannya tinggi menjadi
pekerjaan rumah di pemerintah kota agar
diperbaiki sehingga tujuan pembangunan
kota maupun penyampaian visi liveable
city tercapai. Perlu adanya strategi
komunikasi dalam percepatan reformasi
birokrasi dalam meningkatkan kualitas
pelayanan publik untuk mengubah sistem,

pola pikir dan budaya kerja di Pemerintah


Kota Balikpapan. Saluran komunikasi
(media) yang dipakai yaitu website, email,
call center dan radio komunitas.
Sedangkan untuk strategi komunikasi yang
dipakai dengan cara mengadakan rapat
koordinasi, sosialisasi dan juga survei
kepuasan.
Aspek-aspek dalam komponen audit
komunikasi yang dipersepsikan /berkinerja
aktual kurang baik dan dengan anggapan
harapan/kepentingan
kurang
jangan
diabaikan oleh kalangan di pemerintahan
kota. Hal ini karena seluruh proses
komunikasi
pada
akhirnya
menggantungkan
keberhasilan
pada
tingkat ketercapaian tujuan komunikasi,
yakni sejauh mana para partisipan
memberikan makna yang sama atas
pertukaran pesan, itulah yang dikatakan
sebagai komunikasi antarbudaya yang
efektif, sering di sebut pula dengan
efektivitas komunikasi antarbudaya.
Aspek-aspek dalam komponen audit
komunikasi yang dipersepsikan /berkinerja
aktual baik namun dengan anggapan
harapan/kepentingan
kurang
jangan
diabaikan oleh kalangan di pemerintahan
kota.
Hal
ini
disebabkan
untuk
meningkatkan manajemen kota komponen
komunikasi
penting
dalam
usaha
mendukung konsep liveable city adalah :
a. Meningkatkan infrastruktur komunikasi
dan informatika guna memperluas
aksesibilitas
masyarakat
terhadap
informasi
b. Mendorong
peningkatan
aplikasi
layanan publik yang aplikatif dan
terpadu
c. Mendorong peranan media cetak dan
elektronik
dalam
menciptakan
masyarakat
informatif
yang
menjunjung nilai nilai budaya
d. Mendorong
peranan
kelompokkelompok
masyarakat
dalam
mewujudkan masyarakat informasi.
f. Seharusnya penilaian ketercapaian visi Kota
Balikpapan sebagai liveable city didasarkan
pada referensi indicator yang digunakan kota
maju di dunia sehingga memberikan
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V4N2 | 324

Gina Nawangwulan

penilaian
konsep
liveable city yang
independen. Pada kenyataannya visi liveable
city tersebut dinilai atau audit secara rutin
menggunakan indikator Permendagri.
Ucapan Terima Kasih
Ucapan terima kasih peneliti berikan dengan
setulus-tulusnya kepada Dr. Ridwan Sutriadi
selaku
dosen
pembimbing
yang
telah
memberikan masukan, dukungan serta kritikan
yang membangun dalam penelitian ini.
Daftar Pustaka
Australian Bureau of Statistics. (2005). Crime
and Safety. Canberra: Australian Bureau of
Statistics.
Backus, M. (2001). E-governance in Developing
Countries. IICD Research Brief.
Badan Pusat Statistik Kota Balikpapan. (2014).
Balikpapan Dalam Angka. Balikpapan: BPS .
Bigio, A. G. and B.Dahiya. (2004). Urban

Environment and Infrastructure Toward


Livable Cities. Washington, DC: The

International Bank for Reconstruction and


Development/The World Bank.
Center for Liveable Cities Singapore. (2014).
Liveable and Sustainable Cities A Framework,
Singapore Civil Service College, Institute of
Governance and Policy.
Cicerchia, A. (1999). Measures of Optimal
Centrality: Indicators of City Effect and
Urban
Overloading.
Social
Indicators
Research. Vol. 46, Number, p. 273
Community Indicators Victoria. Data Framework.
(2013).
Available
From:
http://www.Communityindicators.Net.Au/Dat
a_Framework.

Design for Health, Health impact assessment:


Threshold analysis workbook. (2008).Design

for Health, University of Minnesota


Devas, N. and C. Rakodi, C. (eds). (1993).

Managing
Fast/Growing
Cities:
New
Approches
to
Urban
Planning
and
Management in Development World. New

Findlay, A., A. Morris, and R. Rogerson. (1988).


Where to live in Britain in 1988: Quality of
life in British cities. Cities, Vol. 5, Number 3,
pp. 268-276
Goggin,
Malcom
L.
et
al.
(1990).

Implementation, Theory and Practice:


Toward A Third Generation. Glenview, Il:

Scott Foresmann and Company.


Hashimoto, A. and M. Kodama. (1997). Has
livability of Japan gotten better for 19561990? A DEA approach. Social Indicators
Research, Vol. 40, Number 3, pp.359-373.
Honey-Ray, L. and C. Enns. (2009). Child and
youth friendly Abbotsford: Community
strategy. Abbotsford, Canada: City of
Abbotsford and Union of British Columbia
Municipalities.
Jeffres, L.W.(2010). The Communicative City:

Conceptualizing, Operationalizing, and Policy


Making.
Cleveland,
OH:
School
of

Communication, Cleveland State University.


Li, F.Z., et al. (2008). Built Environment,
Adiposity, and Physical Activity In Adults
Aged 50-75. American Journal of Preventive
Medicine. Vol.35, No., pp. 38-46
Litman, T. and D. Burwell. (2006) Issues in
Sustainable Transportation. International
Journal of Global Environmental Issues. Vol.
6, No.4, pp. 331-347
Lowe, Melanie. et al. (2013). Liveable, Healthy,
Sustainable: What Are the Key Indicators for
Melbourne Neighbourhoods? Place, Health
and Liveability Research Program. Research
Paper 1.
Money Magazine. (2011). Best places to live:
Compare
cities.
Available
from:
http://apps.money.cnn.com/bestplaces_201
Leadership and
Parkinson,
M.
(1990).
Regeneration in Liverpool: Confusion,
Confortation, or Coalition. Newburry, CA:
Sage Publication
Van Vliet, Willem. (2008). Creating Livable Cities
for All Ages: Intergenerational Strategies and
Initiatives. Working Paper CYE-WP1-2009.
Children, Youth and Environments Center,
University of Colorado

York: Wiley
Economist Intelligence Unit. (2011). Liveability
Ranking
Report.
London:
Economist
Intelligence Unit.
Edward III, Gorge CM. (1980). Implementing
Public Policy. Washington DC: Congessional
Quarterly Inc.
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V4N2 | 325

Você também pode gostar