Você está na página 1de 18

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Obesitas terjadi akibat asupan energi lebih tinggi daripada energi yang
dikeluarkan. Asupan energi tinggi disebabkan oleh konsumsi makanan sumber energi
dan lemak tinggi, sedangkan pengeluaran energi yang rendah disebabkan karena
kurangnya aktivitas fisik dan sedentary life style. Obesitas pada masa anak
merupakan faktor yang berhubungan dangan meningkatnya mortalitas dan morbiditas
pada dewasa. Obesitas merupakan faktor risiko terjadinya penyakit jantung koroner,
aterosklerosis, kanker kolorektal, asam urat dan artritis. Obesitas yang menetap sejak
masa anak-anak sampai dewasa memicu terjadinya hipertensi dan penyakit jantung
iskemik
Hasil Riskedas tahun 2010 menunjukkan prevalensi kegemukan dan obesitas
pada anak sekolah (6-12 tahun) sebesar 9,2%. Sebelas propinsi, seperti D.I. Aceh
(11,6%), Sumatera Utara (10,5%), Sumatera Selatan (11,4%), Riau (10,9%),
Lampung (11,6%), Kepulauan Riau (9,7%), DKI Jakarta (12,8%), Jawa Tengah
(10,9%), Jawa Timur (12,4%), Sulawesi Tenggara (14,7%), Papua Barat (14,4%)
berada di atas prevalensi nasional. Angka obesitas pada anak-anak di Indonesia
hampir sama dengan estimasi WHO sebesar 10%. Semakin bertambahnya jumlah
anak Indonesia yang mengalami obesitas disebabkan karena anak-anak juga suka
makan di luar rumah, seperti rumah makan fast-food. Anak-anak di usia sekolah
sudah mulai dapat memilih dan menentukan makanan yang disukai, serta suka sekali
jajan. Jajan yang dibeli adalah seperti es, gula-gula atau makananlain yang tinggi
kalori dan lemak, serta rendah serat (Wijayanti, 2007).
Obesitas terutama disebabkan oleh faktor lingkungan. Faktor genetik
meskipun diduga juga berperan tetapi tidak dapat menjelaskan terjadinya peningkatan
prevalensi kegemukan dan obesitas. Pengaruh faktor lingkungan terutama terjadi
melalui ketidakseimbangan antara pola makan, perilaku makan dan aktivitas fisik.
Hal ini terutama berkaitan dengan perubahan gaya hidup yang mengarah pada
sedentary life style.
Pola makan yang merupakan pencetus terjadinya kegemukan dan obesitas
adalah mengkonsumsi makanan porsi besar (melebihi dari kebutuhan), makanan

tinggi energi, tinggi lemak, tinggi karbohidrat sederhana dan rendah serat. Sedangkan
perilaku makan yang salah adalah tindakan memilih makanan berupa junk food,
makanan dalam kemasan dan minuman ringan (soft drink). Selain pola makan dan
perilaku makan, kurangnya aktivitas fisik juga merupakan faktor penyebab terjadinya
kegemukan dan obesitas pada anak sekolah. Keterbatasan lapangan untuk bermain
dan kurangnya fasilitas untuk beraktivitas fisik menyebabkan anak memilih untuk
bermain di dalam rumah. Selain itu, kemajuan teknologi berupa alat elektronik
seperti video games, playstation, televisi dan komputer menyebabkan anak malas
untuk melakukan aktivitas fisik.
Perubahan peradigma pelayanan kesehatan dari kuratif kearah promotif
dan peventif ini telah direspon oleh ahli teori keperawatan Pender dengan
menghasilkan karya tentang Health Promotion Model atau model promosi kesehatan.
Model ini menggabungkan 2 teori yaitu teori nilai harapan (expectancy value) dan
teori kognitif social (social cognitive theory) yang konsisten dengan semua teori
yang memandang pentingnya promosi kesehatan dan pencegahan penyakit adalah
suatu yang hal logis dan ekonomis.
Data tentang obesitas atau anak-anak yang mengalami malnutrisi akan dapat
terus bertambah. Oleh sebab itu perlu adanya promosi kesehatan berkaitan dengan
perilaku olahraga dan diet untuk menurunkan berat badan pada anak yang obesitas.

B. Tujuan
Anak mampu memahami dan menjalankan aktivitas fisik dan diet untuk menurunkan
berat badan
C. Manfaat
Sebagai pengembangan aplikasi teori keperawatan HPM dalam pemberian inovasi
intervensi keperawatan pada kasus obesitas
D. Metode Penyusunan
Penyusunan rencana program inovasi berdasarkan studi literatur dari jurnal terdahulu
terkait rencana.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Obesitas
a. Definisi Obesitas
Obesitas adalah kelebihan lemak dalam tubuh, yang umumnya ditimbun
dalam jaringan subkutan (bawah kulit), sekitar organ tubuh dan kadang terjadi
perluasan ke dalam jaringan organnya (Misnadierly, 2007).
Obesitas merupakan keadaan yang menunjukkan ketidakseimbangan
antara tinggi dan berat badan akibat jaringan lemak dalam tubuh sehingga terjadi
kelebihan berat badan yang melampaui ukuran ideal (Sumanto, 2009).
b.

Penentuan Obesitas
Keadaan obesitas ditentukan dengan mengklasifikasikan status gizi berdasarkan
Indeks Massa Tubuh (IMT), seperti pada tabel 1.Indeks Massa Tubuh (IMT)
merupakan rumus matematis yang berkaitan dengan lemak tubuh orang dewasa,
dan dinyatakan sebagai berat badan dalam kilogram dibagi dengan kwadrat tinggi
badan dalam ukuran meter (Arisman,2007).
Rumus menentukan IMT : IMT = BB
TB

c.

Faktor yang menyebabkan obesitas secara langsung.


a). Genetik
Yang dimaksud factor genetik adalah faktor keturunan yang berasal dari orang
tuanya. Pengaruh faktor tersebut sebenarnya belum terlalu jelas sebagai penyebab
kegemukan . Namun demikian, ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa
factor genetic merupakan factor penguat terjadinya kegemukan (Purwati, 2001).
Menurut penelitian , anak-anak dari orang tua yang mempunyai berat badan
normal ternyata mempunyai 10 % resiko kegemukan. Bila salah satu orang
tuanya menderita kegemukan , maka peluang itu meningkat menjadi 40 50 %.
Dan bila kedua orang tuanya menderita kegemukan maka peluang factor
keturunan menjadi 7080% (Purwati, 2001).
b). Hormonal

Pada wanita yang telah mengalami menopause, fungsi hormone tiroid didalam
tubuhnya akan menurun. Oleh karena itu kemampuan untuk menggunakan energi
akan berkurang. Terlebih lagi pada usia ini juga terjadi penurunan metabolisme
basal tubuh, sehingga mempunyai kecenderungan untuk meningkat berat
badannya (Wirakusumah, 1997).

Selain hormon tiroid hormone insulin juga

dapat menyebabkan kegemukan. Hal ini dikarenakan hormone insulin


mempunyai peranan dalam menyalurkan energi kedalam sel-sel tubuh. Orang
yang mengalami peningkatan hormone insulin, maka timbunan lemak didalam
tubuhnyapun akan meningkat. Hormon lainnya yang berpengaruh adalah
hormone leptin yang dihasilkan oleh kelenjar pituitary, sebab hormone ini
berfungsi sebagai pengatur metabolisme dan nafsu makan serta fungsi hipotalmus
yang abnormal, yang menyebabkan hiperfagia (Purwati, 2001).
c). Obat-obatan
Saat ini sudah terdapat beberapa obat yang dapat merangsang pusat lapar didalam
tubuh. Dengan demikian orang yang mengkonsumsi obat-obatan tersebut, nafsu
makannya akan meningkat, apalagi jika dikonsumsi dalam waktu yang relative
lama, seperti dalam keadaan penyembuhan suatu penyakit, maka hal ini akan
memicu terjadinya kegemukan (Purwati, 2001).
d). Asupan makan
Asupan makanan adalah banyaknya makanan yang dikonsumsi seseorang.
Asupan Energi yang berlebih secara kronis akan menimbulkan kenaikan berat
badan, berat badan lebih (over weight), dan obesitas. Makanan dengan kepadatan
Energi yang tinggi (banyak mengandung lemak dan gula yang ditambahkan dan
kurang mengandung serat) turut menyebabkan sebagian besar keseimbangan
energi yang positip ini (Gibney, 2009). Perlu diyakini bahwa obesitas hanya
mungkin terjadi jika terdapat kelebihan makanan dalam tubuh, terutama bahan
makanan sumber energi. Dan kelebihan makanan itu sering tidak disadari oleh
penderita obesitas (Moehyi, 1997).
Ada tiga hal yang mempengaruhi asupan makan, yaitu kebiasaan makan,
pengetahuan, dan ketersediaan makanan dalam keluarga.

Kebiasaan makan

berkaitan dengan makanan menurut tradisi setempat, meliputi hal-hal bagaimana

makanan diperoleh, apa yang dipilih, bagaimana menyiapkan, siapa yang


memakan, dan seberapa banyak yang dimakan. Ketersediaan pangan juga
mempengaruhi asupan makan, semakin baik ketersediaan pangan suatu keluarga,
memungkinkan terpenuhinya seluruh kebutuhan zat gizi (Soekirman, 2000).
Ketersediaan pangan sangat dipengaruhi oleh pemberdayaan keluarga dan
pemanfaatan sumberdaya masyarakat. Sedangkan kedua hal tersebut sangat
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan kemiskinan.
e). Aktivitas Fisik
Obesitas juga dapat terjadi bukan hanya karena makan yang berlebihan, tetapi
juga dikarenakan aktivitas fisik yang berkurang sehingga terjadi kelebihan energi.
Beberapa hal yang mempengaruhi berkurangnya aktivitas fisik antara lain adanya
berbagai fasilitas yang memberikan berbagai kemudahan yang menyebabkan
aktivitas fisik menurun. Faktor lainnya adalah adanya kemajuan teknologi
diberbagai bidang kehidupan yang mendorong masyarakat untuk menempuh
kehidupan yang tidak memerlukan kerja fisik yang berat. Hal ini menjadikan
jumlah penduduk yang melakukan pekerjaan fisik sangat terbatas menjadi
semakin banyak, sehingga obesitas menjadi lebih merupakan masalah kesehatan
(Moehyi, 1997).
d.

Dampak terjadinya kegemukan (obesitas)


Menurut Budiyanto (2002: 22), kegemukan (obesitas) dapat menimbulkan
terjadinya berbagai macam jenis penyakit yang serius, antara lain:
1. Diabetes Militus (DM),
2. Hipertensi (Darah tinggi) dan Stroke
3. Ganguan Ortopedik
4. Jantung
5. Coronary Artery Disease
6. Ginjal
7. Gallbladder Disorders dan bahkan risiko kematian.

e.

Gerak dasar dan aktifitas jasmani


Bergerak dan bermain bagi anak-anak terutama yang masih berusia dini
merupakan sebuah pekerjaan dan menjadi kebutuhan paling utama dalam
kehidupannya. Pertumbuhan dan perkembangan gerak dasar sangat identik
dengan domain ranah psikomotorik dari aspek jasmaniah yang memberikan
sumbangan yang sangat besar terhadap perkembangan ranah kognitif (kecerdasan
intelektual/IQ) dan ranah afektif (sikap). Konsep gerak dasar sangat erat
hubungannya dengan ketrampilan yang harus dimiliki atau dikuasai oleh anakanak sebagai dasar untuk melakukan aktivitas yang lebih rumit dan kompleks.
Menurut pendapat dari Mutohir dan Gusril (2004: 26-28), gerak dasar utama
merupakan pola gerak yang inherent yang membentuk dasar untuk gerak-gerak
terampil yang kompleks dan khas. Gerak dasar inherent tersebut mencakup tiga
hal yaitu:
1. Keterampilan gerak dasar lokomotor, yaitu perilaku gerak yang mengubah atau
berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Contoh gerak dasar lokomotor
tersebut meliputi: merayap, merangkak, meluncur, berjalan, berlari, melompat,
meloncat, berguling, dan memanjat.
2. Ketrampilan gerak dasar nonlokomotor, yaitu perilaku gerak yang melibatkan
anggota badan atau bagian togok di dalam gerak yang mengitari sendi atau
poros tetapi posisi badan tetap berada satu tempat dan melakukan pola gerak
yang dinamis. Contoh gerak dasar nonlokomotor tersebut meliputi: menarik,
mendorong, mengayun, menghentikan, mengulur, menekuk, meliuk, dan
memutar.
3. Ketrampilan gerak dasar manipulatif, yaitu perilaku gerak yang digambarkan
dan mengkombinasikan gerak-gerak dari tangan, mata (visual), dan kaki, serta
kadang-kadang dengan modalitas sentuhan (tactile modality) yang dilakukan
secara terkoordinir.

Contoh gerak dasar manipulatif tersebut meliputi:

menendang, menangkap, mengeblok, memukul, dan menggenggam.


Aktivitas jasmani adalah segala bentuk gerak yang dilakukan oleh
manusia yang menggunakan atau melibatkan sekelompok otot tertentu untuk
mencapai tujuan tertentu, J. Matakupan, (1995: 32). Melalui aktivitas jasmani

yang dilakukan oleh seorang anak, anak akan mendapatkan banyak


pengalaman gerak, kebugaran jasmani, mengenal jati diri dan lingkungannya.
Selain itu melalui gerak atau aktivitas jasmani yang dilakukan oleh anak juga
dapat memberikan manfaat lain, yaitu untuk mencegah terjadinya kegemukan
(obesitas).
Anak yang malas bergerak atau beraktivitas jasmani akan cenderung
lebih cepat mengalami kegemukan. Bermain atau beraktivitas jasmani selain
untuk rekreasi dan menyalurkan hobi, beraktivitas jasmani juga dapat
digunakan sebagai sarana untuk menyalurkan kelebihan energi, meningkatkan
pengalaman gerak dan memperhalus keterampilan atau teknik selain itu juga
dapat membakar timbunan lemak dalam tubuh. Masa kanak-kanak adalah
masa yang paling krusial dalam proses tumbuh kembangnya, baik secara fisik,
psikis maupun sosial. Anak harus dilatih dan berikan banyak pengalaman dan
penguasaan gerak dasar yang bermanfaat bagi dirinya di masa yang akan
datang. Pengalaman dan penguasaan gerak yang dikuasai oleh anak sejak
masa kanak-kanak akan dibawanya ketahap selanjutnya untuk berkompetisi
dan mempertahankan hidup. Pengalaman atau penguasaan gerak dapat
diperoleh anak melalui orangtua, guru, pelatih, teman atau lingkungan (secara
otodidak). Orangtua atau keluarga merupakan pelaku awal yang terbaik yang
memberikan,

mengajarkan

dan

melatihkan

banyak

pengalaman

dan

penguasaan gerak sebagai pondasi atau dasar gerak selanjutnya. Seorang anak
yang malas bergerak atau beraktivitas jasmani akan beresiko/rentan terhadap
kegemukan begitu juga sebaliknya anak yang mengalami kegemukan juga
cenderung malas bergerak/beraktivitas jasmani.
Anak yang mengalami kegemukan akan cenderung malas beraktivitas
jasmani/bergerak

(manja)

sehingga

dapat

berakibat

pada

kurangnya

pengalaman gerak, tingkat penguasaan keterampilan gerak dasarnya menjadi


terhambat dan juga tingkat kebugaran jasmaninya akan relatif kurang baik.
Gerak atau aktivitas jasmani yang disarankan untuk menjaga kebugaran
jasmani bagi anak adalah minimal tiga kali dalam satu Minggu dengan durasi
waktu 60-90 menit dengan intensitas sedang. Melalui aktivitas jasmani yang
terukur ini diharapkan dapat membantu menjaga kebugaran jasmani dan

membantu penyaluran tenaga serta pembakaran lemak sehingga dapat


mencegah terjadinya kegemukan, (Djoko Pekik Irianto: 2000: 22)

B. Health Promotion Model atau model promosi kesehatan


a. Adapun komponen elemen dari teori ini adalah sebagai berikut:
a).

Teori Nilai Harapan (Expectancy value Theory)


Menurut teori nilai harapan, perilaku sehat bersifat rasional dan ekonomis.
Seseorang akan mulai bertindak dari perilakunya yang akan tetap digunakan
dalam dirinya, ada 2 hal pokok yaitu :

b).

Hasil tindakan bersifat positif


Pengambilan tidakan untuk menyempurnakan hasil yang di inginkan

Teori Kognitif Sosial (Social Cognitive Theory)


Teori model interaksi yang meliputi Iingkungan, manusia dan perilaku yang
saling mempengaruhi. Teori ini menekankan pada :

b.

Pengarahan diri (self direction)


Pengaturan diri (self regulation)
Persepsi terhadap kemajuan diri (self efficacy)
Penjelasan model HPM pender
1. Karakteristik dan pengalaman individu
a. Perilaku sebelumnya
Perilaku sebelumnya mempunyai pengaruh langsung atau tidak langsung
dalam pelaksanaan perilaku promosi kesehatan, yaitu:
1) Pengaruh langsung dari perilaku masa lalu terhadap perilaku promosi
kesehatan

saat

ini

dapat

menjadi

pembentuk

kebiasaan

yang

mempermudah seseorang melaksanakan perilaku tersebut secara otomatis.


2) Pengaruh tidak langsungnya adalah melalui persepsi pada self efficacy,
manfaat, hambatan dan pengaruhi aktivitas yang muncul dari perilaku
tersebut. Pengaruh positif atau negatif dari perilaku baik sebelum, saat itu
ataupun setelah perilaku tersebut dilaksanakan akan dimasukan kedalam

memori sebagai informasi yang akan dimunculkan kembali saat akan


melakukan perilaku tersebut di kemudian waktu. Perawat dapat membantu
pasien membentuk suatu riwayat perilaku yang positif bagi masa depan
dengan memfokuskan pada tahap perilaku tersebut. Membantu pasien
bagaimana mengatasi rintangan dalam melaksanakan perilaku tersebut dan
meningkatkan level/ kadar

efficacy dan pengaruh positif melalui

pengalaman yang sukses dan feed back yang positif.


b. Faktor Personal
Faktor personal meliputi aspek biologis, psikologis dan social budaya. Faktor
faktor ini merupakan prediksi dari perilaku yang didapat dan dibentuk secara
alami oleh target perilaku
c. Faktor Biologis Personal
Termasuk dalam faktor ini adalah umur, indeks massa tubuh, status pubertas,
status menopause, kapasitasa erobik, kekuatan, kecerdasan atau keseimbangan.
d.

Faktor Psikologis Personal


Varibel yang merupakan bagian dari faktor ini adalah harapan diri, motivasi,
kemampuan personal, status kesehatan,dan definisi sehat
e. Faktor social kultural
Faktor ini meliputi suku, etnis, pendidikan, dan status ekonomi

2. Perilaku Spesifik Pengetahuan dan Sikap (Behaviour-Spesific Cognitionsand


Affect)
a.

Manfaat Tindakan (Perceived Benefits of Actions)

Rencana seseorang melaksanakan perilaku tertentu tergantung pada antisipasi


terhadap manfaat atau hasil yang akan dihasilkan. Antisipasi manfaat
merupakan representasi mental dan konsekuensi perilaku positif.
b.

Hambatan Tindakan yang dirasakan (Perceived Barriers to Actions)


Hambatan yang diantisipasi telah secara berulang terlihat dalam penelitian
empiris, mempengaruhi intensitas untuk terlibat dalam suatu perilaku yang
nyata dan perilaku actual yang dilaksanakan. Dalam hubungannya dengan
perilaku promosi kesehatan, Hambatan-hambatan ini dapat berupa imaginasi
maupun

nyata.

Hambatan

ini

terdiri

atas

persepsi

mengenai

ketidaktersediaan, tidak menyenangkan, biaya, kesulitan atau penggunaan


waktu untuk tindakan-tindakan khusus. Hambatan-hambatan ini sering dilihat
sebagai suatu blocks, rintangan dan personal cost dari perilaku yang
diberikan. Hilangnya kepuasan dalam menghindari atau menghilangkan
perilaku-perilaku yang merusak kesehatan seperti merokok atau makan
makanan tinggi lemak untuk mengadopsi perilaku / gayahidup yang lebih
sehat

juga

dapat

membangunkan

menjadi

motivasi

suatu

untuk

halangan.

menghindari

Halangan

ini biasanya

perilaku-perilaku

yang

diberikan. Bila kesiapan untuk bertindak rendah dan hambatan tinggi maka
tindakan ini tidak mungkin terjadi. Jika kesiapan untuk bertindak tinggi dan
harnbatan rendah kemungkinan untuk melakukan tindakan lebih besar. Barier
tindakan seperti yang dilukiskan dalam HPM mempengaruhi prornosi
kesehatan secara langsung dengan bertindak sebagai locks terhadap tindakan
seperti penurunan komitmen untuk merencanakan tindakan.
c.

Kemajuan Diri (Perceived Self Efficacy)


Self efficacy seperti didefinisikan oleh Bandura adalah judgment / keputusan
dari kapabilitas seseorang untuk mengorganisasi dan menjalankan tindakan
secara nyata. Judgment dari personal efficacy dibedakan dari harapan yang
ada dalarn tujuan. Perceived self efficacy adalah judgment dari kemampuan
untuk menyelesaikan tingkat performance yang pasti, dimana tujuannya atau
harapannya adalah suatu judgment dari suatu konsekuensi (contohnya benefit
dan cost) sebanyak perilaku yang akan dihasilkan. Persepsi dari ketrampilan
dan kompetensi dalam domain Motivasi individu untuk melibatkan perilaku-

perilaku yang mereka lalui. Perasaan efficacy dan ketrampilan dalam


performance

seseorang

sepertinya

mendorong

untuk melibatkan/

menjalankan perilaku yang lebih banyak daripada perasaan ceroboh dan tidak
terampil
Pengetahuan individu tentang self efficacy didasarkan pada 4 tipe informasi :
1). Pencapaian performance dari perilaku yang dilaksanakan secara nyata dan
evaluasi performance yang berhubungan dengan beberapa standar pribadi
atau umpan balik yang diberikan
2). Pengalaman-pengalaman dan mengobservasi performan-ce orang lain dan
hubungannya dengan evaluasi diri sendiri dan umpan balik dan orang lain.
3). Ajakan secara verbal kepada orang lain bahwa mereka mempunyai
kemampuan untuk melaksanakan tindakan tertentu.
4). Kondisi psikologis (kecemasan, ketakutan, ketenangan) di mana seseorang
menyatakan kemampuannya
5). Dalam HPM,

self efficacy yang diperoleh dipengaruhi oleh aktivity

related affect. Makin positif affeck, makin besar persepsi eficacynya,


sebaliknya self eficacy mempengaruhi hambatan tindakan, dimana efficacy
yang

tinggi

akan

mengurangi

persepsi

terhadap

hambatan

untuk

melaksanakan perilaku yang ditargetkan. Self efficacy memotivasi perilaku


promosi kesehatan secara langsung dengan harapan efficacy dan secara tidak
langsung

dengan

mempengaruhi

hambatan

dan

komitmen

dalam

melaksanakan rencana tindakan.


Activity-Related Affect (sikap yang berhubungan dengan Aktivitas)
Perasaan subjektif muncul sebelum, saat dan setelah suatu perilaku,
didasarkan pada sifat stimulus perilaku itu sendiri. Respon afektif ini dapat
ringan, sedang atau kuat dan secara sadar di nanti, disimpan didalam memori
dan dihubungkan dengan pikiran-pikiran perilaku selanjutnya. Responrespon afektif terhadap perilaku khusus terdiri atas 3 komponen yaitu :
emosional yang muncul terhadap tindakan itu sendiri (activity-related),

menindak diri sendiri (self-related), atau lingkungan dimana tindakan itu


terjadi (context-related).
Perasaan yang dihasilkan kemungkinan akan mempengaruhi apakah individu
akan mengulang perilaku itu lagi atau mempertahankan perilaku lamanya.
Perasaan yang tergantung pada perilaku ini telah diteliti sebagai determinan
perilaku kesehatan pada penelitian terakhir. Perilaku yang berhubungan
dengan afek positif kemungkinan akan di ulang dan yang negatif
kemungkinan akan dihindari. Beberapa perilaku bisa menimbulkan
perasaan positif dan negatif. Dengan demikian, keseimbangan di antara
afek positif dan negative sebelum, saat dan setelah perilaku tersebut
merupakan hal yang penting untuk diketahui.
Activity-related Affect ini berbeda dari dimensi evaluasi terhadap sikap yang
dikemukakan olch Fishbein dan Ajzen. Dimensi evaluasi terhadap sikap lebih
mencerminkan evaluasi afektif pada hasil spesifik dari suatu perilaku dari
pada respon terhadap sifat stimulus perilaku itu sendiri. Untuk beberapa
perilaku yang diberikan, rentang penuh dari perasaan negatif dan positif
harus diuraikan sehingga keduanya dapat diukur secara akurat. Dalam
beberapa instrument untuk mengukur afek, perasaan negatif diuraikan secara
lebih luas dari pada perasaan positif. Hal ini tidak rnengherankan karena
kecemasan, ketakutan dan depresi telah diteliti lebih banyak dibandingkan
perasaan senang, gembira dan tenang. Berdasarkan teori kognitif social,
terdapat hubungan antara self-efficacy dan activity related affect.
McAulay dan Courneya menemukan bahwa respon afek positif saat latihan
merupakan predictor yang penting terhadap Efficacy setelah latihan. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Bandura bahwa respon emosional dan pengaruhnya
terhadap keadaan psikologis saat melakukan suatu perilaku berperan sebagai
sumberi

informasi

efficacy.

Dengan

demikian,

activity-related

Affect dikatakan mempengaruhi perilaku kesehatan secara langsung maupun


tidak langsung melalui
tindakan.
Interpersonal Influences

self-efficacy dan komitmen terhadap rencana

Menurut HPM, pengaruh interpersonal adalah kesadaran mengenai perilaku,


kepercayaan atau pun sikap terhadap orang lain. Kesadaran ini bisa atau
tidak bisa sesuai dengan kenyataan. Sumber utama pengaruh interpersonal
pada perilaku promosi kesehatan adalah keluarga (orang tua dan saudara
kandung), teman, dan petugas perawatan kesehatan. Pengaruh interpersonal
meliputi: norma (harapan dari orang-orang yang berarti), dukungan sosial
(dorongan instrumental dan emosional) dan modeling (pembelajaran melalui
mengobservasi perilaku khusus seseorang). Tiga proses interpersonal ini pada
sejumlah penelitian kesehatan tampak mempredisposisi seseorang untuk
melaksanakan perilaku promosi kesehatan. Norma sosial mernbentuk standar
pelaksanaan yang dapat dipakai atau ditolak oleh individu. Dukungan social
untuk suatu perilaku menyediakan sumber-sumber dukungan yang diberikan
oleh orang lain. Modeling menggambarkan komponen berikutnyadari
perilaku

kesehatan

dan

merupakan

strategi

yang

penting

bagi

perubahan perilaku dalam teori kognitif social. Pengaruh interpersonal


mernpengaruhi perilaku promosi kesehatan secara langsung maupun tidak
langsung melalui tekanan social atau dorongan untuk komitmen terhadap
rencana tindakan
Individu sangat berbeda dalam sensitivitas mereka terhadap harapan, contoh
pujian orang lain. Namun, diberikan motivasi yang cukup untuk berperilaku
dalam cara yang konsisten dengan pengaruh interpersonal, individu mungkin
akan melakukan perilaku-perilaku yang akan menimbulkan pujian dan
dukungan social bagi mereka.
Pengaruh Situasional (Situational Influences)
Persepsi dan kesadaran personal terhadap berbagai situasi atau keadaan dapat
memudahkan

atau

menghalangi

suatu

perilaku.

Pengaruh

situasi

pada perilaku promosi kesehatan meliputi persepsi terhadap pilihan yang ada,
kharakteristik permintaan, dan ciri-ciri estetik dari suatu lingkungan
dimana perilaku tersebut dilakukan. Individu tertarik dan lebih kompeten
dalam perilakunya di dalam situasi atau keadaan lingkungan yang mereka
rasa lebih cocok dari pada lingkungan yang tidak cocok, lingkungan
yang berhubungan dari pada yang asing, lingkungan yang aman dan

meyakinkan dari pada lingkungan yang tidak aman dan mengancarn.


Lingkungan yang menarik juga lebih diinginkan untuk melaksanakan
perilaku kesehatan
Dalarn HPM, pengaruh situasional telah dikemukakan sebagai pengaruh
langsung atau tidak langsung pada perilaku kesehatan. Situasi dapat secara
langsung mempengaruhi perilaku dengan menyediakan suatu lingkungan
yang diisi dengan petunjuk-petunjuk yang akan menimbulkan tindakan.
Sebagai contoh, sutau lingkungan yang di tulis dilarang merokok akan
menciptakan klarakteristik perilaku tidak merokok dilingkungan tersebut
seperti yang diminta. Kedua situasi ini mendukung komitmen untuk tindakan
kesehatan. Pengaruh situasional telah memberikan sedikit perhatian pada
penelitian HPM sebelumnya dan dapat diteliti lebih lanjut sebagai
determinan yang secara potensial penting bagi perilaku kesehatan. Mereka
dapat dipegang sebagai kunci penting dalam mengembangkan stategi baru
yang lebih efektif untuk memfasilitasi penerirnaan dan pemelihaman perilaku
kesehatan.
3. Hasil Perilaku
Tanggung jawab untuk merencanakan tindakan (POA) merupakan awal dari suatu
peristiwa perilaku. Tanggung jawab ini akan mendorong individu ke arah perilaku
yang di harapkan
o Tanggung Jawab Untuk Merencanakan Tindakan (POA)
Manusia umumnya meningkatkan perilaku berorganisasi dari pada tidak.
Kesengajaan adalah faktor utama yang menentukan kemauan berperilaku.
Tanggung dalam merencanakan tindakan pada HPM yang telah direvisi
menunjukkan pokok yang mendasari proses kognitif:
o Tanggung jawab untuk melakukan tindakan yang spesifik pada waktu dan
tempat yang telah diberikan dengan orang-orang tertentu atau secara
sendirian, dengan mengabaikan pilihan berkompetensi
o

Mengidentifikasi strategi-strategi yang menentukan untuk mendapatkan,


membawa dan memperkuat perilaku

o Kebutuhan mengidentifikasi strategi-strategi spesifik digunakan pada tempat


yang

berbeda

didalam

rangkaian

perilaku,

kedepannya

merupakan

kemungkinan yang disengaja dan yang lebih lanjut bahvva perencanaan


tindakan (POA) yang dikembangkan oleh perawat dan klien akan sukses di
implementasikan. Tanggung jawab sendiri tanpa strategi-strategi dari teman
sejawat sering mengahasilkan tujuan yang baik namun gagal membentuk
suatu nilai perilaku kesehatan
o

Kebutuhan Untuk Segera Berkompetisi dan Pilihan-Pilihan


Kebutuhan untuk segera berkompetisi atau pilihan-pilihan merujuk pada
alternatif perilaku yang memaksakan kedalam kebingungan sebagai bagian
dari yang mungkin terjadi sebelumnya dan segera diharapkan menjadi
perilaku promosi kesehatan yang direncanakan. Kebutuhan berkompetisi
dipandang sebagai perilaku alternatif dimana individu relatif memiliki level
kontrol yang rendah karena ketergantungan terhadap lingkungan seperti
bekerja atau tanggung jawab perawatan keluarga. Kegagalan berespon
terhadap suatu kebutuhan dapat memiliki efek yang tidak menguntungkan
untuk diri sendiri atau untuk hal-hal lain yang penting. Pilihan berkompetisi
dipandang sebagai alternatif perilaku dengan kekuatan penuh yang bersifat
lebih yang mana individu relatif menggunakan level kontrol yang tinggi.
Mereka dapat mengeluarkan perilaku promosi kesehatan dan setuju menjadi
perilaku kompetisi. Tingkat dimana individu mampu Melawan pilihan
kompetensi tergantung pada kemampuannya menjadi pengatur diri. Contoh
dari memberi pilihan kompetetisi adalah memilih makanan tinggi lemak
dari pada rendah lemak karena rasa atau selera pilihan; mengemudi dengan
melewati pusat rekreasi; selalu berlatih berhenti di mall (suatu pilihan untuk
melihat-lihat atau belanja daripada berolahraga). Kedua kebutuhan kompetisi
dan pilihan dapat menggelincirkan suatu rencana tindakan yang salah satunya
telah dilakukan. Kebutuhan kompetisi dapat berbeda dari rintangan yang
harus dibawa oleh individu dan perilaku yang tidak diantisipasi berdasarkan
pada kebutuhan eksternal atau hasil yang tidak baik/thengtintungkan dapat
terjadi. Pilihan kompetisi dapat berbeda dari rintangan seperti kekurangan
waktu, karena pilihan kompetisi adalah dorongan terakhir yang didasari pada
hirarki pilihan yang menggelincirkan suatu rencana untuk tindakan kesehatan

yang positif.

Ada

terdapat

bermacam

kemampuan

individu

untuk

mendukung perhatian dan menghindari gangguan. Beberapa individu dapat


mempengaruhi perkembangan atau secara biologis menjadi lebih mudah
dipengaruhi selama tindakan daripada yang lain. Hambatan pilihan
kompetensi memerlukan latihan dari pengaturan diri sendiri. Komitmen
yang kuat untuk trieteneanikati tindakan dapat mendukung pengabdian untuk
melengkapai suatu perilaku mengingat kebutuhan akan kornpetisi atau
pilihan. Didalarn HPM, kebutuhan kompetisi dengan segera dan pilihan
secara langsung mempengaruhi kemungkinan terjadinya perilaku kesehatan
sebagaimana penganth tanggung jawab modera
o Perilaku Prornosi Kesehatan
Variable pada model ini telah ditujukan secara ekstensif melalui buku
sehingga disini memerlukan sedikit diskusi yang lebih jauh. Perilaku promosi
kesehatan adalah titik akhir atau hasil tindakan pada HPM. Bagaimanapun
harus dicatat bahwa perilaku promosi kesehatan pada akhirnya adalah
langsung bertujuan untuk mencapai kesehatan yang positif bagi klien.
Perilaku promosi kesehatan, khususnya ketika berintegrasi menjadi gaya
hidup

sehat

yang

meliputi

semua

aspek kehidupan,

menghasilkan

pengalarnan kesehatan yang positif disepanjang proses kehidupan

BAB III
RENCANA INOVASI

A. Rancangan inovasi keperawatan kasus obesitas pada anak


Aktivitas fisik & diet terhadap penurunan berat badan pada obesitas anak dengan
pendekatan teori HPM Nola J Pender
B. Tujuan
Menganalisa rancangan pemberian Aktivitas fisik & diet terhadap penurunan berat
badan pada obesitas anakdengan pendekatan teori HPM Nola J Pender
C. Pelaksanaan Inovasi
Berdasarkan studi literatur jurnal penelitian yang telah dilaksanakan terkait kasus
obesitas terdapat banyak pilihan intervensi yang dapat dilakukan untuk menurunkan
berat badan pada obesitas anak.

Aktivitas fisik dan diet merupakan salah satu

intervensi yang dapat diberikan, dalam makalah ini melakukan pemberian intervensi
aktivitas fisik & diet dengan pendekatan aplikasi teori keperawatan HPM Nola J
Pender sehingga hasilnya diharapkan lebih maksimal.
Langkah yang dilakukan :
1. Karakteristik dan pengalaman individu
2. Perilaku Spesifik Pengetahuan dan Sikap (Behaviour-Spesific Cognitionsand
Affect)
3. Hasil Perilaku
Tanggung jawab untuk merencanakan tindakan (POA) merupakan awal dari suatu
peristiwa perilaku. Tanggung jawab ini akan mendorong individu ke arah perilaku
yang di harapkan.
Merencanakan

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

Pencegahan dan Penanggulangan kegemukan dan obesitas pada anak sekolah merupakan
suatu upaya komprehensif yang melibatkan stakeholder yang ada di wilayah. Stakeholders
mempunyai peran sesuai dengan tanggung jawab dan kewenangan, melalui koordinasi
dengan kepala Puskesmas. Kegiatan Pencegahan dan Penanggulangan kegemukan dan

obesitas pada anak sekolah meliputi promosi, penemuan dan tatalaksana kasus yang dalam
pelaksanaannya melibatkan anak, orangtua, guru, komite sekolah dan stakeholder

Você também pode gostar