Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PNEUMONIA BALITA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT berkat Rahmat dan karuniaNya Pedoman Tatalaksana Pneumonia Balita dapat direvisi pada tahun ini
sesuai dengan perkembangan situasi terkini di dunia maupun di Indonesia.
Pneumonia merupakan penyakit yang perlu mendapat perhatian khusus,
karena menjadi penyebab utama kematian pada bayi dan balita. Berdasarkan
Riskesdas 2007, Survei Registrasi Sampel (SRS) tahun 2015, pneumonia juga
sebagai penyebab kematian utama pada bayi dan balita. Strategi
pengendaliannya adalah penemuan sedini mungkin dan tatalaksana sesuai
standar program pada anak batuk atau kesukaran bernapas.
Sejak tahun 1990 Kementerian Kesehatan telah mengadaptasi, menggunakan
dan menyebarluaskan pedoman tatalaksana pneumonia Balita. Pedoman
tersebut sebagai panduan dalam melaksanakan tatalaksana standar program
yang bertujuan untuk menemukan sedini mungkin dan mengobati sampai
sembuh sehingga tidak memperberat penyakitnya dan menyebabkan kematian.
Berdasarkan hasil penelitian di Kabupaten Bandung yang dilaksanakan RSHS
tahun 2012 tentang angka resistensi antibiotik (kotrimoksasol) cukup tinggi (40,6 %)
dan berdasarkan pedoman WHO terkini maka perlu dilakukan revisi.
Pedoman ini merupakan revisi yang keempat, diharapkan dapat menjadi
panduan terkini untuk tenaga kesehatan baik untuk dokter, bidan, perawat
maupun tenaga kesehatan lain dalam melaksanakan tatalaksana pneumonia
pada Balita di pelayanan kesehatan dasar. Semoga pedoman ini bermanfaat
bagi upaya peningkatan kesehatan masyarakat di Indonesia.
iii
iv
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR GRAFIK ........................................................................................... viii
DAFTAR BAGAN ........................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix
LAMPIRAN ....................................................................................................... ix
DAFTAR ISTILAH ........................................................................................... x
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Besaran Masalah Pneumonia Balita..................................................... 1
1.1.1. Angka Kematian Pneumonia Balita.................................................. 1
1.1.2. Angka Kesakitan ISPA Balita............................................................ 1
1.2. Denisi Pneumonia............................................................................... 2
1.3. Cara Penggunaan Bagan Tatalaksana Anak Batuk atau Kesukaran
Bernapas ............................................................................................. 3
1.3.1. Menilai Anak Batuk atau Kesukaran Bernapas..................................... 3
1.3.2. Membuat Klasikasi dan Menentukan Tindakan Sesuai untuk
2 Kelompok Umur Balita....................................................................... 4
1.3.3. Menentukan Pengobatan dan Rujukan................................................. 4
1.3.4. Memberi Konseling Bagi Ibu.................................................................. 4
1.3.5. Memberi Pelayanan Pemantauan Obat ................................................. 5
1.3.6. Penerapannya di Puskesmas................................................................. 5
8
9
10
10
BAB IV. KLASIFIKASI DAN TINDAKAN UNTUK BAYI BATUK ATAU KESUKAR AN
BERNAPA S UMUR < 2 BULAN
4.1. Menentukan Penyakit Sangat Berat pada Bayi Berumur <2 Bulan ..
4.2. Menentukan Klasikasi dan Tindakan ............................................
4.3.1 Klasikasi .......................................................................................
30
31
31
34
34
35
37
39
39
40
42
48
48
49
49
50
50
51
51
52
52
vi
54
55
57
57
57
58
58
59
60
63
64
vi
DAFTAR GRAFIK
Target Nasional 2015 2019 ................................................................
59
DAFTAR TABEL
Batas Napas Cepat Sesuai Golongan Umur .........................................
Pemberian Antibiotik Oral ....................................................................
Pemberian Parasetamol ........................................................................
Dosis Parasetamol ................................................................................
Wheezing Episode Pertama ..................................................................
Salbutamol Nebulisasi ..........................................................................
Adrenalin Subkutan .............................................................................
Salbutamol Oral ...................................................................................
13
30
35
36
37
38
39
39
40
43
43
46
DAFTAR BAGAN
Menghitung Frekuensi Napas Bayi Umur <2 Bulan ............................
Klasikasi & Tindakan Anak Batuk atau Kesukaran Bernapas
Untuk Kelompok Umur 2 Bulan s.d 59 bulan .......................................
Klasikasi & Tindakan Anak Batuk atau Kesukaran Bernapas
Untuk Kelompok Umur < 2 Bulan ........................................................
Wheezing Pada Kelompok Umur 2 bulan s.d 59 bulan ........................
Pereda Batuk Yang Aman ....................................................................
Kunjungan Ulang ................................................................................
viii
3
19
22
37
52
55
DAFTAR GAMBAR
Anatomi Saluran Pernapasan ...............................................................
Tarikan Dinding Dada Bagian Bawah ke Dalam .......................................
Marasmus .............................................................................................
Kwashiorkor ..........................................................................................
Stempel Program P2 ISPA .......................................................................
Alat Spacer Dan Sungkup Wajah ............................................................
Contoh Surat Rujukan ...........................................................................
Selang Hidung (Nasal Prong) ....................................................................
Oksigen Konsentrator .............................................................................
Contoh Label Obat .................................................................................
2
14
17
17
25
38
41
44
45
49
DAFTAR LAMPIRAN
Formulir 2B : Formulir Supervisi Care Seeking Program P2 ISPA
Tingkat Kabupaten/Kota ....................................................
65
67
69
70
ix
PENGERTIAN
Akut
Alat pengukur waktu (Timer)
Gizi buruk
Hipoksia
Hipoksemia
Inuenza
Nebulizer
Ronki
Selesma
Sepsis
Sesak napas
Sianosis
Stridor
Wheezing/mengi
infeksi
virus
yang
menyebabkan
penyempitan saluran pernapasan atas dan
menimbulkan stridor
Terlihat sangat kurus dan atau edema
(klinis) BB/TB atau BB/PB <-3 SD
(antropometri)
Kadar oksigen rendah atau kekurangan
oksigen dalam jaringan.
Kadar oksigen rendah atau kekurangan
oksigen dalam darah SPO2 kurang dari
90%.
Penyakit infeksi saluran napas akibat virus
inuenza dengan spektrum klinis mulai
dari rinofaringitis hingga pneumonia.
Alat untuk mengubah obat cair menjadi
partikel-partikel dalam ukuran sangat kecil
terlihat seperti uap.
Suara napas abnormal berupa suara
seperti gelembung yang terputus-putus.
Infeksi virus yang akut pada saluran
pernapasan bagian atas (juga disebut
common cold)
Keadaan
yang
merupakan akibat
masuknya bakteri toksinnya dalam aliran
darah (juga disebut Septikemia)
Kesukaran atau kesulitan bernapas yang
ditandai oleh gejala retraksi suprasternal,
retraksi interkostal, retraksi epigastrium
(TDDK)
Warna kebiruan atau ungu pada mukosa
atau kulit akibat hipoksia (biasanya terlihat
di bibir, mukosa mulut atau ujung jari.
Suara nada tinggi bergetar biasanya pada
fase inspirasi yang menandakan adanya
obstruksi (sumbatan) saluran napas atas.
Suara siulan bernada tinggi, biasanya
terkait dengan sesak napas.
xi
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. BESARAN MASALAH PNEUMONIA BALITA
1.1.1. ANGKA KEMATIAN PNEUMONIA BALITA
Pneumonia merupakan penyebab utama kematian balita di dunia, lebih
banyak dibanding dengan gabungan penyakit AIDS, malaria dan campak.
Penyakit ini lebih banyak menyerang pada anak khususnya di bawah usia 5
tahun dan diperkirakan 1,1 juta kematian setiap tahun disebabkan
Pneumonia (WHO, 2012). Diperkirakan 2 Balita meninggal setiap menit
disebabkan oleh pneumonia (WHO,2013).Pada tahun 2013 sekitar 940.000
anak meninggal akibat Pneumonia (15% dari semua kematian balita;
UNICEF 2015).
Di Indonesia, Pneumonia masih merupakan masalah besar mengingat angka
kematian akibat penyakit ini masih tinggi. Berdasarkan SDKI (Survei
Demogra Kesehatan Indonesia) 2012, Angka kematian bayi 32/1.000 kelahiran
hidup, angka kematian balita 40/1.000 kelahiran hidup, lebih dari 3/4
kematian balita pada tahun pertama kehidupan, terbanyak saat neonatus.
Hasil survey Sistem Registrasi Sampel (SRS) oleh Balitbangkes tahun 2014
menyebutkan proporsi kematian Pneumonia pada balita yaitu 9,4%.
Menentukan
tindakan
berarti mengambil tindakan pengobatan
terhadap infeksi bakteri yang secara garis besar dibedakan menjadi 3 (tiga)
yaitu:
ASI, memberi anjuran pemberian makan yang baik serta kapan harus
membawa anaknya kembali ke fasilitas kesehatan.
BAB II
MENILAI ANAK BATUK
ATAU
KESUKARAN BERNAFAS
BAB II
MENILAI ANAK BATUK ATAU
KESUKARAN BERNAPAS
Anak yang menderita batuk atau kesukaran bernapas salah satu
kemungkinannya adalah menderita pneumonia, suatu penyakit yang berat
dan dapat mengakibatkan kematian. Tetapi batuk atau kesukaran bernapas
juga dapat disebabkan laringobronkitis, asma, pertusis, tuberkulosis
maupun campak. Penilaian yang teliti dapat menemukan kasus sedini
mungkin dan melakukan tatalaksana sesuai standar sehingga dapat mencegah
perburukan dan kematian.
Di bawah ini adalah bagian bagan yang harus diikuti:
Tanyakan
1. Berapa umur anak?
2. Apakah anak menderita batuk atau sukar bernapas? Berapa Lama?
Kemudian tanyakan tanda bahaya :
3.
4.
5.
6.
7.
Apakah anak 2 bulan s.d 59 bulan tidak bisa minum atau menetek?
Apakah bayi < 2 bulan kurang bisa minum atau menetek?
Apakah anak pernah mengalami wheezing/mengi? Apakah berulang?
Apakah anak demam? Berapa lama?
Apakah anak kejang?
Lihat :
Anak harus dalam kondisi tenang
1.
2.
3.
4.
Raba :
Apakah teraba demam/ terlalu dingin?
Dengar :
1 . Apakah terdengar stridor?
2. Apakah terdengar wheezing?
Dengarkan dengan seksama apa yang disampaikan ibu. Hal ini akan
menyakinkan ibu bahwa saudara sungguh-sungguh menanggapi
permasalahannya.
Gunakan kata-kata yang dimengerti ibu. Jika ibu tidak mengerti pertanyaan
yang diajukan, Saudara tidak akan mendapatkan jawaban yang dibutuhkan
untuk menilai dan mengklasikasikan anak itu dengan tepat.
kunjungan pertama
atau kunjungan
Jika anak datang untuk pertama kali karena penyakit ISPA saat ini maka
disebut kunjungan pertama.
Jika anak sudah diperiksa dalam (48 jam) yang lalu untuk penyakit yang
sama maka disebut kunjungan ulang.
TANYAKAN (5 langkah)
LIHAT (3 langkah)
DENGAR (2 langkah)
TANYAKAN
Perlu diperhatikan, yang ditanyakan adalah sebagai berikut:
Apakah anak BISA minum atau menetek? (Jika anak berusia 2 bulan s.d 59 bulan)
Apakan anak KURANG BISA minum atau menetek? (Jika anak berusia
< 2 bulan)
LIHAT
DENGAR
Setelah melalui langkah diatas, kemudian satu demi satu tulislah hasil
pemeriksaan yang diperoleh. Adapun penjelasan tanya, lihat, dengar
diatas, sebagai berikut:
2.2.1.3. TANYA : Apakah anak BISA minum atau menetek? (Jika anak berusia 2 bulan s.d 59 bulan
Anak menunjukkan tanda tidak bisa minum atau menetek jika anak
terlalu lemah untuk minum atau tidak bisa mengisap atau menelan apabila
diberi minum atau diteteki.
10
Jika Saudara bertanya kepada ibu, apakah anaknya bisa minum, pastikan
bahwa ibu mengerti pertanyaan itu. Apakah anak dapat menerima cairan
dalam mulutnya dan menelannya. Jika Saudara ragu akan jawaban ibu,
mintalah agar ibu memberi anak tersebut minum air matang atau
menetekinya. Perhatikan apakah anak bisa menelan atau menetek .
Anak yang menetek, sulit mengisap jika hidungnya tersumbat. Apabila anak
dapat menetek setelah hidungnya dibersihkan, berarti anak tidak
mempunyai tanda tidak bisa minum atau menetek
TANYA: Apakah anak KURANG BISA minum atau menetek? ( jika anak berusia < 2 bulan)
Pertanyaan ini mirip dengan pertanyaan di atas. Bedanya, pada anak yang
lebih tua adalah tidak bisa minum sama sekali, sedangkan pada usia <2
bulan, kemampuan minumnya paling banyak hanya setengah dari
kebiasaannya menyusu/minum susu buatan. Ibu dapat memperkirakan
jumlah ASI yang dihisap anaknya berdasarkan lamanya menyusu.
Anak yang tidak bisa minum mungkin menderita pneumonia berat,
bronkiolitis, sepsis/septikemia, infeksi otak (meningitis atau malaria
cerebral) dan abses tenggorok.
11
malaria
12
Kalau hasil penghitungan kedua masih juga 60 kali per menit atau
lebih berarti napas cepat.
Kalau hasil penghitungan kedua <60 kali per menit, berarti tidak
ada napas cepat
HASILNYA
<60 X/MENIT
HASILNYA
<60 x/MENIT
ULANG HITUNG
NAPAS
HASILNYA
>60 X/MENIT
NAPAS CEPAT
Selanjutnya perhatikan ada atau tidaknya tarikan dinding dada bagian bawah
ke dalam (TDDK) pada saat anak menarik atau mengeluarkan napas.
Adapun penjelasannya, sbb :
2.2.2.2. LIHAT : Apakah terlihat tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (TDDK)?
Bukalah baju anak pada saat menghitung napas. Lihatlah apakah dinding dada
tertarik ke dalam pada saat anak menarik napas. Perhatikan dada bagian bawah
(tulang rusuk terbawah). Pada pernapasan normal, seluruh dinding dada (atas
dan bawah) dan perut bergerak keluar ketika anak menarik napas.
Anak dikatakan mempunyai TDDK jika dinding dada bagian bawah MASUK ke
dalam saat anak MENARIK napas.
13
Jika nampak dada anak tertarik ke dalam hanya pada saat anak
menangis atau diberi makan, berarti tidak terdapat TDDK.
Jika yang tertarik ke dalam itu hanya jaringan lunak di antara rusuk
saat anak menarik napas (yang juga disebut tarikan/retraksi
interkostal), berarti tidak terdapat TDDK.
Jika tidak yakin ada TDDK, periksalah lagi dengan meminta ibu
mengganti posisi anaknya sehingga posisi anak tidak tertekuk di
pinggangnya. Sebaiknya anak dibaringkan di atas pangkuan ibunya.
Bila tidak nampak pada posisi tersebut berarti tidak ada TDDK.
Berhati-hatilah melihat TDDK pada bayi umur kurang dari 2 bulan, tarikan
dinding dada yang ringan biasa terjadi karena tulang rusuknya relatif
masih lunak. Tetapi jika tarikan dinding dada tersebut kuat (sangat dalam
dan mudah terlihat), hal ini merupakan tanda adanya pneumonia.
Anak dengan TDDK umumnya menderita pneumonia berat. TDDK terjadi
bila
kemampuan
paru-paru
mengembang
berkurang
dan
mengakibatkan perlunya tenaga untuk menarik napas. Anak dengan
TDDK tidak selalu disertai pernapasan cepat. Jika anak menjadi letih
bernapas, akhirnya anak akan bernapas lambat. Karena itu TDDK
mempunyai risiko kematian yang lebih besar dibanding dengan anak
yang hanya menderita napas cepat tanpa disertai TDDK.
14
Tanda anak yang tidak sadar yaitu tidak dapat dibangunkan, tidak
bereaksi ketika disentuh, digoyang atau diajak bicara. Tanyakan kepada
ibu apakah anaknya mengantuk tidak seperti biasanya atau tidak dapat
dibangunkan. Perhatikan apakah anak terbangun bila diajak bicara atau
digoyang, atau jika ada yang bertepuk tangan.
Mengantuk/letargis atau tidak sadar merupakan salah satu tanda adanya
infeksi berat pada bayi muda.
15
pilek. Setelah usia dua tahun, hampir semua wheezing disebabkan oleh
asma. Kadang-kadang
anak dengan pneumonia disertai dengan
wheezing . Diagnosis pneumonia harus selalu dipertimbangkan terutama
pada usia dua tahun pertama.
Dengarkan wheezing dengan cara mendekatkan telinga pada mulut anak,
sebab sering kali kurang terdengar. Wheezing disebabkan karena
penyempitan jalan napas di paru-paru. Fase pengeluaran napas menjadi
lebih lama dari normal dan memerlukan tenaga.
Kadang-kadang tidak terdengar bising apapun karena jumlah udara
hanya sedikit. Amatilah apakah saat mengeluarkan napas perlu tenaga
dan lebih lama dari normal.
Bila anak wheezing , tanyakan apakah tanda seperti itu pernah terjadi
sebelum anak sakit pada periode ini. Bila pernah, berarti anak dianggap
mengalami wheezing berulang.
16
Anak dengan gizi buruk mempunyai risiko yang besar untuk menderita
pneumonia dan dapat tanpa disertai tanda-tanda khas pneumonia.
Saturasi oksigen adalah (SPO2) : Ukuran seberapa banyak prosentasi
oksigen yang mampu dibawa oleh haemoglobin
Cara Pengukuran saturasi dengan menggunakan pulse oxymetri
adalah :
1. Selipkan jari pasien diantara katup
2. Jika posisinya benar dalam beberapa detik akan muncul hasil
saturasi oksigen dan frekwensi denyut jantung
17
BAB III
KLASIFIKASI & TINDAKAN
UNTUK ANAK UMUR
2 BULAN S.D 59 BULAN
BAB III
KLASIFIKASI & TINDAKAN
UNTUK ANAK UMUR
2 BULAN S.D 59 BULAN
Pada anak usia 2 bulan s.d. 59 bulan dengan batuk atau kesukaran bernapas,
sebelum menentukan klasikasi lakukan penilaian tanda bahaya untuk
menetukan tindakan rujukan.
Klasikasi : PENYAKIT SANGAT BERAT
Tindakan : RUJUK SEGERA KE RUMAH SAKIT
Bila tidak ditemukan tanda bahaya, tentukan klasikasi apakah termasuk
Pneumonia Berat, Pneumonia, atau Batuk Bukan Pneumonia. Tabel klasikasi
mempunyai 3 (tiga) kolom: merah, kuning, hijau. Warna kolom menunjukkan
derajat keparahan penyakit serta tindakan maupun pengobatan yang
diperlukan.Tindakan diberikan sesuai klasikasi yang telah ditentukan,
sebagai berikut :
Klasikasi : PNEUMONIA BERAT
Tindakan : RUJUK SEGERA KE RUMAH SAKIT
Klasikasi : PNEUMONIA
Tindakan : BERI ANTIBIOTIK DENGAN PERAWATAN DI RUMAH
Klasikasi : BATUK BUKAN PNEUMONIA
18
19
Tanda bahaya
Klasikasi
PENYAKIT
SANGAT BERAT
TINDAKAN
Kirim segera ke
rumah sakit
Beri satu dosis
antibiotik
Obati
demam,
jika ada
Bila
sedang
kejang
beri
diazepam
Bila ada stridor
menandakan
adanya
sumbatan jalan
napas atas
Bila ada stridor,
sianosis,
dan
ujung
tangan
dan kaki
pucat dan dingin
berikan oksigen
Cegah agar gula
darah
tidak
turun
Jaga anak tetap
hangat
RUJUK SEGERA
Tanda/Gejala
Klasikasi
TINDAKAN
PNEUMONIA
BERAT
- Beri Oksigen
maksimal 2-3 liter
per menit
- Beri dosis pertama
antibiotik yang
sesuai
- Rujuk segera ke
RS
- Obati wheezing
bila ada
- Napas cepat
PNEUMONIA
- Berikan
Amoksisilin oral
dosis tinggi 2 kali
per hari untuk 3
hari***
- Beri pelega
tenggorokan dan
pereda batuk yang
aman
- Apabila batuk > 14
hari rujuk
- Apabila wheezing
berulang rujuk
- Nasihati kapan
kembali segera
- Kunjungan ulang
dalam 3 hari
- Obati wheezing
bila ada
BATUK BUKAN
PNEUMONIA
- Beri pelega
tenggorokan dan
pereda batuk yang
aman
- Apabila batuk > 14
hari rujuk
- Apabila wheezing
berulang rujuk
- Nasihati kapan
kembali segera
- Kunjungan ulang
dalam 5 hari bila
tidak ada perbaikan
- Obati wheezing
bila ada
20
TINDAKAN
21
Anak yang mempunyai salah satu tanda bahaya harus dirujuk segera
ke rumah sakit.
Tanda bahaya
Klasikasi
TINDAKAN
PENYAKIT
SANGAT BERAT
Gizi buruk
KLASIFIKASI
Seorang anak berumur 2 bulan s.d 59 bulan diklasikasikan menderita
pneumonia berat apabila dari pemeriksaan ditemukan:
Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (TDDK)
Atau
Saturasi oksigen <90
TINDAKAN
-
Berikan satu kali dosis antibiotik suntikan/oral sebelum anak dirujuk (bila
memungkinkan).
Apabila tidak dapat dirujuk, lihat petunjuk BAB V Pengobatan & Rujukan.
Tanda/Gejala
Klasikasi
TINDAKAN
PNEUMONIA BERAT
Rujuk segera ke RS
22
KLASIFIKASI
Seorang anak berumur 2 bulan s.d 59 bulan
diklasikasikan menderita
pneumonia apabila berdasarkan pemeriksaan ditemukan:
Tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (TDDK)
Adanya napas cepat:
- 50 x/menit atau lebih pada anak umur 2 bulan s.d.<12 bulan
- 40 x/menit atau lebih pada umur 12 bulan s.d. 59 bulan
TINDAKAN
Penderita pneumonia cukup diberikan pengobatan antibiotik di rumah.
-
Klasikasi
TINDAKAN
- Napas cepat
PNEUMONIA
23
3.2.3. Batuk Bukan Pneumonia pada anak berumur 2 Bulan s.d 59 Bulan
Sebagian besar pasien batuk-pilek tidak disertai tanda-tanda bahaya atau
tanda-tanda pneumonia (TDDK dan napas cepat). Pasien tersebut hanya
mengalami batuk-pilek biasa atau selesma dan diklasikasikan sebagai batuk
bukan pneumonia
KLASIFIKASI
Seorang anak berumur 2 bulan s.d. 59 bulan diklasikasikan menderita batuk
bukan pneumonia apabila dari pemeriksaan:
Tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke d alam
Tidak ada napas cepat, frekuensi napas:
- Kurang dari 50 x/menit pada anak umur 2 bulan s.d. <12 bulan
- Kurang dari 40 x/menit pada umur 12 bulan s.d. 59 bulan
TINDAKAN
-
Tanda/Gejala
-
Tidak
ada
tarikan
dinding dada ke dalam
Tidak ada napas cepat
Klasikasi
TINDAKAN
BATUK
BUKAN
PNEUMONIA
Sebagian anak dengan batuk pilek dapat juga disertai penyakit lain seperti
TB, asma, Pertusis/ batuk rejan atau yang lainlain. Rujuklah ke rumah
sakit/Puskesmas perawatan bila anak batuk lebih 2 minggu.
24
CONTOH KASUS
Cara
menentukan
klasikasi
dan
tindakan
pengobatan
menggunakan bagan tatalaksana umur 2 bulan s.d. 59 bulan.
dengan
Umur
Tahun
Bulan
Hari
Gangguan Napas:
Tandabahaya:
Kejang
YA / TIDAK
Stridor
Wheezing
Giziburuk
Frekuensi napas :
kali permenit
Klasikasi
Tindak lanjut:
Rawat jalan
Obat yang :
Antibiotika:
diberikan
Obatlain:
Nasihat :
25
Batuk:
TDDK :
Pneumonia Berat
Hari
YA/TIDAK
Pneumonia
Rujuk ke:
Kontrol ulang :
Hari
Cara minum obat :
Pemberian makanan-minuman:
Umur 2 Tahun
Tandabahaya:
YA / TIDAK
Bulan
Kejang
Stridor
Kesadaran menurun
Demam dingin
Wheezing
Giziburuk
32 kali permenit
Klasikasi
Tindak lanjut:
Rawatjalan
TDDK :
Pneumonia Berat
Hari
YA/TIDAK
Pneumonia
BatukbukanPneumonia
Rujukke:
Obat yang:
Antibiotika:
diberikan
Nasihat :
Gangguan Napas:
Frekuensi napas :
Batuk:4Hari
26
UmurTahun6Bulan
Tandabahaya:
YA / TIDAK
Kejang
Stridor
Wheezing
Demam dingin
Giziburuk
Frekuensi napas :
27
58 kali permenit
Klasikasi
Tindak lanjut:
Rawat jalan
TDDK :
Pneumonia Berat
YA/TIDAK
Pneumonia
Rujukke:
Obat yang:
Antibiotika: Amoksilin
diberikan
Obatlain: Parasetamol
Nasihat :
Hari
BAB IV
KLASIFIKASI DAN TINDAKAN
UNTUK BAYI BATUK
ATAU KESUKARAN BERNAPAS
UMUR < 2 BULAN
BAB IV
KLASIFIKASI DAN TINDAKAN UNTUK
BAYI BATUK ATAU KESUKARAN BERNAPAS
UMUR < 2 BULAN
Bayi muda yang menderita pneumonia berat seringkali tidak dapat
dibedakan dengan penyakit infeksi berat lainnya, seperti meningitis atau
sepsis, sehingga diklasikasikan sebagai penyakit sangat berat.
Pada anak usia<2 bulan dengan batuk atau Kesukaran bernapas, sebelum
menentukan klasikasi lakukan penilaiantanda bahaya :
Napas cepat
TDDK
kurang mau minum,
demam,
kejang
kesadaran menurun
stridor
tangan dan kaki teraba dingin
wheezing
Tanda gizi buruk.
Napas cepat dan TDDK yang sebelumnya merupakan tanda gejala pneumonia
berat, bukan merupakan tanda gejala pneumonia berat lagi namun
merupakan tanda bahaya penyakit sangat berat. Pada bayi <2 bulan dengan
batuk atau Kesukaran bernapas tetap harus dilakukan hitung napas dan
lihat TDDK untuk mengetahui apakah ada tanda bahaya tersebut sehingga
dapat dilakukan tindakan rujukan segera agar tidak memperberat
penyakitnya sehingga menyebabkan kematian. Penjelasan tentang napas
cepat dan TDDK, sbb :
28
RUMAH SAKIT
TINDAKAN
-
Bayi yang mempunyai salah satu tanda bahaya harus dirujuk segera ke
rumah sakit.
Sebelum bayi meninggalkan Puskesmas, petugas kesehatan dianjurkan
memberi pengobatan pra rujukan, (misal atasi demam, wheezing , kejang
dan sebagainya), tulislah surat rujukan ke rumah sakit dan anjurkan pada
ibu agar anaknya dibawa ke rumah sakit sesegera mungkin.
Berikan satu kali dosis antibiotik sebelum anak dirujuk (bila
memungkinkan).
Anjurkan ibunya untuk tetap memberikan ASI.
Penting untuk menjaga agar bayi tetap hangat. Cara terbaik untuk
mempertahankan kehangatan adalah dengan menyelimuti bayi dan tetap
menempelkan
ke
tubuh
ibunya.
Hipotermi
dapat
berakibat
fatal/mematikan untuk bayi muda.
Kalau tidak dapat dirujuk, lihat petunjuk BAB V PENGOBATAN & RUJUKAN.
29
Tanda bahaya
Ada salah satu tanda berikut:
- napas cepat ( 60 kali/menit),
ATAU
- napas lambat ( 30
kali/menit), ATAU tarikan
dinding dada ke dalam yang
sangat kuat (TDDK),ATAU
kurang mau minum
- demam,kejang
- kesadaranmenurun
- stridor
- tangan dan kaki teraba dingin
- wheezing
- Tanda giziburuk
Klasikasi
PENYAKIT
SANGAT BERAT
TINDAKAN
RUJUK SEGERA
Tindakan Pra rujukan :
Kirim segera ke RS
Beri 1dosis antibiotik
Obati demam,jika ada
Obati wheezing , jika
ada
Tetap beri ASI
4.1. MENENTUKAN PENYAKIT SANGAT BERAT PADA BAYI BERUMUR <2 BULAN
Bayi muda dengan tanda bahaya sangat berisiko untuk meninggal. Sulit
membedakan antara pneumonia, sepsis atau meningitis pada kelompok umur
ini. Tetapi Saudara tidak perlu membedakan penyakit yang diderita, cukup
dengan mengenali tanda-tanda bahaya yang menunjukkan penyakit sangat
berat.
TINDAKAN
- Bayi yang mempunyai salah satu tanda bahaya harus dirujuk segera ke
rumah sakit.
- Sebelum bayi meninggalkan puskesmas, petugas kesehatan dianjurkan
memberi pengobatan pra rujukan, (misal atasi demam, wheezing, kejang
dan sebagainya), tulislah surat rujukan ke rumah sakit dan anjurkan pada
ibu agar anaknya dibawa ke rumah sakit sesegera mungkin.
- Berikan satu kali dosis antibiotik sebelum anak dirujuk (bila memungkinkan).
- Anjurkan ibunya untuk tetap memberikan ASI.
- Penting untuk menjaga agar bayi tetap hangat. Cara terbaik untuk
mempertahan-kan kehangatan adalah dengan menyelimuti bayi dan tetap
30
TINDAKAN
o Bayi yang mempunyai TDDK kuat serta napas cepat harus dirujuk segera ke
rumah sakit.
o Sebelum bayi meninggalkan Puskesmas, petugas kesehatan dianjurkan
memberi pengobatan pra rujukan, (misal atasi demam, wheezing , kejang
dan sebagainya), tulislah surat rujukan ke rumah sakit dan anjurkan pada
ibu agar anaknya dibawa ke rumah sakit sesegera mungkin.
o Berikan satu kali dosis antibiotik sebelum anak dirujuk (bila memungkinkan).
o Anjurkan ibunya untuk tetap memberikan ASI.
o Penting untuk menjaga agar bayi tetap hangat. Cara terbaik untuk
mempertahankan kehangatan adalah dengan menyelimuti bayi dan tetap
menempelkan ke tubuh ibunya. Hipotermi dapat berakibat fatal/mematikan
untuk bayi muda.
o Kalau tidak dapat dirujuk, lihat petunjuk BAB V PENGOBATAN & RUJUKAN.
CONTOH KASUS
Pada contoh kasus berikut Saudara dapat berlatih menentukan klasikasi dan
tindakan pengobatan dengan menggunakan Bagan Tatalaksana Umur <2
Bulan.
Cermatilah cara pencatatannya dengan menggunakan stempel Program P2
ISPA dikartu berobat milik masing-masing anak.
Pada tempat yang tersedia:
- isilah data/informasi yang ditemukan
- berilah tanda pada kotak pilihan yang sesuai
- lingkari pilihan yang sesuai
31
Umur 14 Hari
Batuk:__ Hari
Tandabahaya:
Kejang
YA / TIDAK
Stridor
Wheezing
Giziburuk
Frekuensi napas :
65/72
kali permenit
Klasikasi
Tindak lanjut:
Rawat jalan
Obat yang:
Antibiotika
diberikan
Obat lain:
Nasihat :
Pneumonia Berat
TDDK : YA/TIDAK
Pneumonia
Rujukke:
32
Tandabahaya:
YA / TIDAK
Kejang
Stridor
Wheezing
Demam dingin
Giziburuk
Frekuensi napas :
Klasikasi
Tindaklanjut:
Rawat jalan
Obat yang
diberikan
Nasihat :
33
kali permenit
TDDK :
Pneumonia Berat
YA/TIDAK
Pneumonia
Antibiotika
Obat lain:
Kontrol ulang : 2 Hari
Cara minum obat :
Pemberian makanan-minuman:
BAB V
MENILAI ANAK BATUK
ATAU
KESUKARAN BERNAFAS
BAB V
PENGOBATAN & RUJUKAN
5.1. PENGOBATAN
5.1.1. PEMBERIAN ANTIBIOTIK ORAL
Berikan antibiotik oral PILIHAN PERTAMA AMOKSISILIN. Ini dipilih karena sangat
efektif, cara pemberiannya mudah dan murah. Antibiotik PILIHAN KEDUA
ERITROMISIN.
Untuk menentukan dosis antibiotik yang tepat:
- Lihat kolom yang berisi daftar kandungan obat dan sesuaikan dengan
sediaan tablet atau sirup yang ada di puskesmas.
- Selanjutnya pilih baris yang sesuai dengan umur atau berat badan anak.
Untuk menentukan dosis yang tepat, memakai berat badan lebih baik
daripada umur. Dosis yang tepat tertera pada perpotongan antara kolom
jenis obat dan baris umur atau berat badan.
- Antibiotik diberikan selama 3 hari dengan jumlah pemberian sebagaimana
pada tabel.
- Khusus untuk daerah prevalens HIV tinggi, antibiotik diberikan 5 hari
- Jangan memberikan antibiotik bila anak atau bayi memiliki riwayat
analaksis atau reaksi alergi sebelumnya terhadap jenis obat tersebut.
Gunakan jenis antibiotik lain. Kalau tidak mempunyai antibiotik yang lain
maka rujuklah.
Tabel 5.1. Pemberian Antibiotik
Dosis :
Amoksisilin: 80 - 100 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis
Eritromisin : 40 60 mg/KgBB/hari dibagi 3 - 4 dosis
Catatan : Jika mampu laksana pemberian antibotik disesuaikan secara
individual (taylor made). Jika tidak mampu laksana ikuti cara yang lebih
sederhana seperti tabel berikut ini.
34
KATAGORI
PNEUMONIA
AMOKSISILIN tablet
(250mg)
AMOKSISILIN sirup
125mg dalam5ml
(sendoktakar)
ERITROMISIN
sirup 125mg dalam 5ml
(sendok takar)
2 x 1 tablet/hr
2 x 10 ml
3 x 5 ml
2 x 2 tablet/hr
2 x 20 ml
3 x 10 ml
Tindakan Prarujukan :
Anak-anak berusia 2- < 60 bulan dengan pneumonia berat harus ditangani
dengan ampisilin parenteral (atau penisilin) dan gentamisin sebagai pengobatan
lini pertama.
-
Ampisilin
: 50 mg/kg BB IM diberikan hanya 1 kali suntikan DAN
Gentamisin : 7,5 mg/kg BB IM diberikan hanya 1 kali suntikan
Pada bayi berumur <2 bulan pemberian antibiotik oral merupakan tindakan
pra- rujukan dan diberikan jika bayi masih bisa minum. Jika bayi tidak bisa
minum maka diberikan dengan injeksi intramuskular .
35
TABLET 500 mg
1
TABLET 100
mg
36
Inhalasi
Bronkodilator kerja cepat, bila belum
membaik dapat diberikan sampai 3
kali dalam 1 jam
Wheezing Tidak
Menghilang
Bukan Asma
Berikan Tatalaksana
Pneumonia
Asma
Wheezing pada bayi dan balita dapat disebabkan oleh bronkiolitis atau asma. Kemungkinan bronkiolitis akan lebih besar
jika terjadi pada anak <2 tahun, wheezing baru pertama terjadi dan tidak mereda dengan pemberian bronkodilator. Pasien
dengan bronkokiolitis ditatalaksana sebagai pneumonia.
Bila whezzing sudah terjadi berulang dan mereda dengan pemberian bronkodilator maka kemungkinan bersar pasien
mengalami asma dan ditatalaksana asma sesuai buku pedoman asma.
37
A. SALBUTAMOL NEBULISASI
Tuangkan obat bronkodilator ke dalam mangkuk nebulizer. Bila perlu tambahkan
NaCl 0,9% untuk memenuhi volume isi yang biasanya sekitar 5 ml.
Tabel 5.4 .Salbutamol Nebulisasi
BRONKHODILATOR KERJA CEPAT
SALBUTAMOLNEBULISASI
1 ampul
DOSIS
2,5 mg / 2,5 ml
Tambahkan NaClhingga memenuhi volume isi
biasanya sekitar 5 ml.
38
DOSIS
Epinefrin(Adrenalin)subkutan
1:1000=0.1%
BRONKHODILATORORAL
SALBUTAMOLTABLET 2 & 4 MILIGRAM
Ketika anak jelas membaik untuk bisa dipulangkan bila tidak tersedia atau
tidak mampu membeli salbutamol hirupan, berikan salbutamol oral
(dalam sirup atau tablet).
Tabel 5.6 . Salbuta mol Oral
SALBUTAMOL ORAL 3 KALI SEHARI SELAMA 3 HARI
UMUR atau BERAT BADAN
TABLET 2 mg
TABLET 4 mg
2 BULAN <12BULAN (<10Kg)
1/2
1/4
1 TAHUN <5TAHUN (1019Kg)
1
1/2
5.2. RUJUKAN
5.2.1.PENGOBATAN PRA RUJUKAN (ANTIBIOTIK DOSIS PERTAMA)
Tindakan Prarujukan :
Bayi muda (<2 bulan) dengan penyakit sangat berat harus ditangani dengan obat
suntikan:
- Ampisilin: 50 mg/kgBB IM diberikan hanya 1 kali suntikan DAN
- Gentamisin: 7,5 mg/kgBB IM diberikan hanya 1 kali suntikan
39
MENCEGAH AGAR GULA DARAH TIDAK TURUN PADA BAYI < 2 BULAN
Mencegah agar gula darah tidak turun merupakan tindakan penting sebelum
merujuk bayi dengan klasikasi merah. Penurunan kadar gula sangat berbahaya
karena dapat menyebabkan kerusakan otak.
Tabel 5.7 .Mencegah Agar Gula Darah Tidak Turun
MENCEGAH AGAR GULA DARAH TIDAK TURUN kemudian RUJUK SEGERA
Jika bayi masih bisa menetek:
Ibu diminta tetap meneteki bayinya.
Jika bayi tidak bisa menetek tapi
Beri ASI peras dengan cangkir kecil atau sendok atau ditetesi pipet.
masih bisa menelan:
Berikan 30 50 ml sebelum dirujuk. Jika tidak memungkinkan,
beri susu pengganti atau air gula.
Jika bayi tidak bisa menelan:
Jika bayi juga menderita
GANGGUAN SALURAN CERNA:
Beri 50ml ASI peras, susu pengganti atau air gula melalui pipa
lambung kecuali bayi juga menderita GANGGUAN SALURAN CERNA.
Bila memungkinkan segera beri infus Dekstrosa5% sesuai umur
atau berat badan
5.2.2.MERUJUK ANAK
5.2.2.1.MENJELASKAN PERLUNYA RUJUKAN
Jelaskan kepada ibu tentang pentingnya rujukan. Minta persetujuan ibu untuk
membawa anaknya kerumah sakit. Bila ibu tidak mau membawa anaknya, cari
penyebabnya. Contoh alasan yang dikemukakan adalah:
- Ibu tidak mempunyai uang untuk biaya transportasi, perawatan dirumah
sakit, obat-obatan atau makanan untuk ibu sendiri selama tinggal
dirumah sakit.
- Ibu tidak dapat meninggalkan rumah untuk menunggui anak selama
tinggal dirumah sakit karena:
tidak ada yang merawat anak-anaknya yang lain
ibu harus bertani
ibu bisa kehilangan pekerjaan
Hilangkan kekhawatiran ibu dan bantu ibu mengatasi setiap masalah,misalnya:
- Diskusikan dengan ibu cara ibu berangkat kerumah sakit. Bila perlu, bantu
ibu mengatur transportasinya.
- Jika ibu memerlukan bantuan dirumah selama ibu dirumah sakit, beri
saran tentang siapa yang mungkin dapat membantu. Misalnya, tanyakan
apakah ada anggota keluarga yang dapat membantu merawat anak yang
lain dan menyiapkan makanan serta menggantikan tugasnya selama ibu
dirumah sakit.
Usahakan agar ibu mau membawa anaknya kerumah sakit dan bantulah
semampu saudara untuk memecahkan masalahnya.
Pedoman Tatalaksana Pneumonia Balita
40
Beri ibu instruksi dan peralatan yang diperlukan untuk merawat anak selama
perjalanan ke rumah sakit.
- Bila rumah sakit jauh, beri ibu dosis antibiotik oral berikutnya jika anak
masih bisa minum. Jelaskan kepada ibu kapan antibiotik tersebut harus
diberikan (sesuai jadwal dosis pada Tabel 5.1)
- Ibu diminta menjaga agar anak tetap hangat selama perjalanan
- Nasihati ibu untuk melanjutkan meneteki/memberi minum
nasehat
perawatan di rumah
Pneumonia berat/
Penyakit sangat berat
Anak-anak berusia 2 s.d. 59 bulan dengan pneumonia berat harus ditangani dengan :
- Ampisilin: 50 mg/kg BB/hr setiap 6 jam selama setidaknya lima hari
- Gentamisin: 7,5 mg/kg IM/IV sekali sehari selama setidaknya lima hari
- Jelaskan kepada orang tua keadaan bayi yang sedang sakit berat. Minta
persetujuan orangtua (informedconsent) untuk tindakan/ pengobatan yang
akan Saudara lakukan.
- Berikan antibiotik intramuskular selama 3 hari (lihat tabel 5.11 dan5.12).
- Untuk kelompok umur 2 bulan s.d 59 bulan beri Ampisilin (50mg/kg
BBintramuskular/ intravena setiap 6 jam) DAN Gentamisin (7.5mg/kg
BBintramuskular/ intravena setiap 24 jam).
- Untuk kelompok umur <2 bulan Ampisilin intramuskular/intravena
(100mg/kgBB/ 24 jam diberikan tiap 12 jam DAN Gentamisin (5mg/kg
BBintramuskular/ intarvena dibagi dalam 2 dosis).
- Bila anak memberikan respon yang baik maka lanjutkan pemberian injeksi
selama 5 hari.
- Jika diantara waktu tersebut telah memungkinka nuntuk dirujuk, RUJUK
SEGERA
- Selanjutnya terapi bisa dilanjutkan dirumah dengan amoksisilin oral
(50mg/kg BB dibagi dalam 2 dosis) dan Gentamisin IM sekali/hari selama 5
hari lagi untuk melengkapi keseluruhan pengobatan 10 hari.
Pedoman Tatalaksana Pneumonia Balita
42
AMPISILINDosis:
50mg/kg BB
Tambahkan4mlaquadest dalam
1vial1000mgsehinggamenjadi:
1000mg=5mlatau200mg/ml
GENTAMISIN
Dosis:7.5mg/kg BB/24Jam
Sediaan80mg/2ml
2-<4BULAN
(4-6Kg)
1.25ml=250mg
1ml=40mg
4-<9BULAN
(6-<8 Kg)
1.75ml=350mg
1.25ml=50mg
9-<12 BULAN
(8-<10Kg)
2.25ml=450mg
1.75ml=70mg
1-<3TAHUN
(10-<14 Kg)
3ml=600mg
2.5ml=100mg
3.75ml=750mg
3ml=120mg
3-s.d. 59 TAHUN
(14-<19 Kg)
GENTAMISIN
Dosis:2.5mg/kg BB/12jam
Sediaanvial 80mg/2ml
0.1ml
2000-<3000 g
0.6ml=120mg
0.2ml
3000-<4000 g
0.8ml=160mg
0.3ml
4000-<5000 g
1.0ml=200mg
0.4ml
43
Sianosis sentral
Penurunan kesadaran, tidak responsif, atau responsif hanya pada rangsang nyeri
Kepala terangguk-angguk atau mengerang
Telapak atau konjungtiva sangat pucat (anemia berat) dengan tarikan dinding dada
bawah ke dalam atau frekuensi napas cepat
Pedoman Tatalaksana Pneumonia Balita
Oksigen merupakan sumber daya yang mahal. Oleh karena itu diperlukan
pertimbangan klinis yang teliti untuk menentukan pasien yang betul-betul
memerlukan terapi oksigen, berapa dosis yang diperlukan serta untuk berapa
lama terapi diberikan.
Peralatan utama untuk memberikan oksigen (konsentrator, tabung, pipa
sumber oksigen) atau pilihan lainnya. Beberapa metode pemberian yang dapat
digunakan antara lain menggunakan kanul nasal, kateter hidung, kateter N-F,
head box, inkubator, dan sungkup wajah. Penggunaan kateter oral tidak
direkomendasikan.
Sungkup wajah, kanul nasal, dan selang oksigen dapat dibersihkan dengan
mudah menggunakan sabun dan air, direndam dalam cairan pembersih dan
dibiarkan hingga kering sebelum digunakan kembali.
-
44
45
UMUR
<2 BULAN
0.5
>2 BULAN
Bayi muda berumur <2 bulan dengan pneumonia lebih mudah meninggal
dibanding bayi yang lebih tua sehingga pemberian oksigen secara tepat
merupakan hal penting. Jagalah sungguh-sungguh pada bayi prematur untuk
menghindari pemberian oksigen terlalu banyak karena dapat mengakibatkan
kebutaan.
Terapi Oksigen
Respon membaik
Lanjutkan
n
Periksa adakah masalah klinis lain?
-
Efusi pleura
Penumotoraks
Obstruksi saluran napas akut
Bronkospasme
Penyakit jantung siano k atau gagal
jantung konges f
- Kegagalan ven lasi
46
- Pasang kembali O2
- Klinis dan saturasi stabil,
ulangi penyapihan esok pagi
Cek saturasi
berkala
Stabil 24 jam
Perencanaan pulang
47
BAB VI
MENILAI ANAK BATUK
ATAU
KESUKARAN BERNAFAS
BAB VI
KONSELING IBU
6.1. MENGAJARI IBU CARA PEMBERIAN OBAT ORAL DIRUMAH
6.1.1.IBU MEMBERI DOSIS PERTAMA PADA ANAK
Pemberian obat dosis pertama hendaknya dilaksanakan diPuskesmas, baik anak
yang akan dirujuk kerumah sakit, maupun yang akan meneruskan
perawatannya di rumah. Apabila jarak kerumah sakit rujukan sampai dengan
mendapat pelayanan bisa ditempuh kurang dari satu jam, misalnya didaerah
perkotaan, pemberian dosis pertama diPuskesmas ini tidak perlu. Jika anak
dirawat oleh ibu dirumah, saat ini merupakan kesempatan yang baik bagi
petugas kesehatan untuk memberi contoh bagaimana cara pemberian obat yang
benar.
-
48
Setelah memberi dosis pertama, ibu diminta mengawasi anak selama 30 menit
setelah pemberian obat. Bila dalam 30 menit anak muntah (tablet atau sirup ada
dimuntahan), beri satu dosis l lagi (ulangilagi). Bila anak muntah lagi sampai
timbul tanda dehidrasi maka atasi dehidrasinya terlebih dahulu sebelum ibu
memberikan obat dosis berikutnya. Konseling bagi ibu.
Berikan antibiotik cukup untuk 3 hari. Jelaskan kepada ibu bahwa ia harus:
Memberikan antibiotik selama 3 hari
Selesaikan pemberian sampai 3 hari penuh, walaupun anak sudah tampak
sehat sebelum 3 hari. Jelaskan bahwa bakteri tetap berada dalam tubuh
walaupun tanda-tanda penyakit sudah hilang.
Cantumkan nama dan umur penderita.
Cantumkan dosis yang tepat untuk penderita (jumlah tablet/sirup, berapa
sendok takar).
Gambar 6.1. Contoh Label Obat
49
50
ASI adalah bahan penyembuh terbaik bagi bayi yang mendapat ASI Eksklusif.
Hindari penggunaan bahan yang membahayakan. Jangan menggunakan obat
batuk yang mengandung bahan-bahan berbahaya seperti: atropin, f e n o t i a z i n ,
d i f e n h i d r a m i n , d e k s tr o m e t o r f a n , codein dan turunannya atau alkohol.
Bahan-bahan tersebut dapat menurunkan kesadaran anak sehingga
mengganggu jadwal makan anak. Selain itu obat-obat tersebut juga
mempengaruhi kemampuan anak untuk mengeluarkan lendir dari paru-paru.
Obat tetes hidung juga harus dihindari penggunaannya, kecuali tetes hidung
yang hanya mengandung larutan garam.
Dalam melaksanakan konseling kepada ibu, dapat digunakan bahan-bahan KIE.
Program Pengendalian Pneumonia Balita seperti:
- Buku Pedoman Program P2 ISPA
- Buku Pedoman dan VCD Tatalaksana Pneumonia pada Balita
- Bagan Dinding Tatalaksana ISPA Balita
- Poster
- Leaet
- Lembar Balik Pneumonia Balita
- Kit Pemberdayaan untuk Kader Kesehatan
52
53
BAB VII
PEMANTAUAN
PENGOBATAN
BAB VII
Pemantauan Pengobatan
7.1. KUNJUNGAN ULANG UNTUK PNEUMONIA
Setiap anak dengan pneumonia yang mendapat antibiotik harus dibawa kembali
2 hari kemudian, pemeriksaan kedua ini sama dengan pemeriksaan pertama.
Dari keterangan yang diperoleh, dapat ditentukan apakah penyakitnya:
MEMBURUK
TETAP SAMA
MEMBAIK
MEMBURUK
Apabila anak menjadi sulit bernapas, tak mampu minum, timbul TDDK
atau tanda bahaya yang lain. Anak yang demikian harus dirujuk segera untuk
rawat inap. Sebelum merujuk berikan:
Satu dosis antibiotik atau
Injeksi intramuskular Ampisilin dan Gentamisin
TETAP SAMA
Apabila keadaan anak sama seperti pemeriksaan sebelumnya. Tanyakan
pemberian antibiotiknya:
Apakah antibiotiknya diminum/diberikan
Apakah dosis dan jadwal pemberian sesuai dengan anjuran.
- Apabila antibiotik tidak diminum sesuai anjuran, cobalah teruskan dengan
antibiotik yang sama. Beri dosis pertama antibiotik didepan petugas kesehatan
dan cek apakah ibu tahu cara memberi obat dirumah. Bantu ibu untuk
mengatasi masalahnya seperti membujuk anak untuk minum obat jika anak
menolak. Minta agar ibu membawa anak kembali dalam 2 hari untuk
kunjungan ulang kedua.
- Apabila anak telah minum antibiotik sesuai anjuran, berarti antibiotik harus
diganti dengan antibiotik yang lain (jika tersedia) dan berikan untuk 3 hari.
Misalnya:
54
MEMBAIK
Apabila pernapasan anak melambat, demamnya menurun/menghilang,
nafsu makan bertambah walau mungkin masih batuk. Beritahukan ibunya untuk
meneruskan pemberian antibiotik sampai 3 hari.
Tindaklanjut pada kunjungan ulang merupakan hal yang penting. Oleh
sebab itu, bila mungkin Puskesmas Saudara membuat alur pelayanan khusus
untuk kunjungan ulang agar ibu tidak perlu menunggu lama untuk mendapatkan
pelayanan.
Langkah-langkah pada waktu kunjungan ulang berbeda dengan kunjungan
pertama. Pengobatan yang diberikan biasanya berbeda dengan pengobatan pada
waktu kunjungan pertama. Pilihlah tindakan dan pengobatan berdasarkan
tanda-tanda yang ada pada anak saat kunjungan ulang.
Ikutipetunjuk pada bagan TATALAKSANA PENDERITA BATUK DAN ATAU
KESUKARAN BERNAPAS PADA BALITA pada bagian: NILAI KEMBALI DALAM 2 HARI
ANAK YANG MENDAPAT ANTIBIOTIK.
Ingatlah bahwa pada Tindak Lanjut ini digunakan untuk kelompok umur 2 bulan
< 60 bulan.
Tanda
- Napasnya melambat
- Panasnya turun
- Nafsu makan membaik
55
56
BAB VIII
PENERAPAN
DI PUSKESMAS
BAB VIII
PENERAPAN DI PUSKESMAS
8.1. PERSIAPAN PENERAPAN DI PUSKESMAS
8.1.1. DISEMINASI INFORMASI KEPADA SELURUH PETUGAS PUSKESMAS
Kegiatan diseminasi informasi Tatalaksana Standar Pneumonia Balita dilakukan
dalam suatu pertemuan di Puskesmas yang dihadiri oleh seluruh petugas yang
terlibat dalam proses pelayanan terhadap Balita yang menderita batuk dan atau
kesukaran bernapas.
Informasi yang harus disampaikan:
Ringkasan Tatalaksana Standar Pneumonia Balita
Peran dan tanggung jawab petugas dalam penerapan Tatalaksana Standar ISPA
Balita di Puskesmas
57
Pada program P2 ISPA yang disebut SASARAN adalah: Semua anak Balita yang
diperkiraan menderita pneumonia di suatu wilayah tertentu.
Sedangkan TARGET adalah sebagian dari sasaran yang diperkirakan menderita
pneumonia. Oleh karena keterbatasan sumber daya yang ada baik sumber daya
manusia, logistik maupun biaya operasional maka dibuatlah besaran target
yang harus dicapai setiap tahun.
58
86&
76&
66&
56&
46&
UmurTahunBulan
Tandabahaya:
YA / TIDAK
Batuk:HariGangguan Napas:Hari
Tidak bisaminum
Kurang bisaminum
Kesadaranmenurun
Demam dingin
Frekuensi napas :
Klasikasi
Tindaklanjut:
kali permenit
Kejang
Stridor
Wheezing
Giziburuk
Pneumonia Berat
TDDK :
YA/TIDAK
Rujukke:
Obat yang:
Antibiotika
diberikan
Obatlain:
Nasihat :
59
UmurTahunBulan
Tandabahaya:
YA / TIDAK
Batuk:HariGangguan Napas:Hari
Frekuensi napas :
Klasikasi
kali permenit
Tindak lanjut:
Rawat jalan
Kejang
Stridor
Wheezing
Gizi buruk
Pneumonia Berat
TDDK :
Pneumonia
YA/TIDAK
Rujuk ke:
Obatyang:
Antibiotika
diberikan
Obatlain:
Nasihat :
SUMBER DATA
1. CAKUPAN
Jumlah penderita pneumonia yang diobati
x100%
Pemantauan program P2 ISPA dapat dilakukan di semua tingkat mulai dari tingkat
Puskesmas sampai dengan Pusat. Pemantauan dilakukan terhadap:
hasil penemuan penderita pneumonia Balita yang diobati atau yang
ditatalaksana Sesuai standar atau yang disebut cakupan pelayanan
logistik: yang dimiliki, dibutuhkan dan yang dikirim dari tingkat lebih atas
laporan dari tingkat yang lebih bawah
60
Pemantauan ini dapat dilakukan setiap bulan atau triwulan. Dari hasil analisis
dapat segera dilakukan tindakan atau intervensi untuk memperbaikinya. Pada
prinsipya pemantauan hampir sama dengan evaluasi, hanya evaluasi dilakukan
kurun waktu yang lebih lama yaitu tahunan atau semesteran.
Program biasanya melakukan evaluasi sekali setahun untuk mengetahui
kemajuan maupun kemunduran program dan untuk menentukan
perencanaan maupun kegiatan yang dapat dilakukan untuk tahun berikutnya.
Oleh karena evaluasi tahunan biasanya sudah terlambat untuk intervensi pada
target program yang telah ditentukan pada tahun yang sedang berjalan, maka
kegiatan pemantauan sangat penting dilakukan khususnya pemantauan
cakupan di tingkat Puskesmas.
Berikut ini diperkenalkan alat (tool) pemantau sederhana yang disebut alat
pemantauan wilayah setempat (PWS) berupa tabel pemantauan cakupan per
bulan yang dapat digunakan di semua tingkat terutama di Puskesmas. Tabel ini
dapat dibuat menjadi grak yang lebih mudah dianalisis. Prinsipnya tabel/grak
ini tidak untuk dilaporkan akan tetapi sebagai alat untuk mengetahui
kemajuan/kemunduran suatu wilayah mengenai suatu cakupan pelayanan
yang harus dicapainya pada suatu saat tertentu dan untuk segera dapat
melakukakan intervensi berupa peningkatan kegiatan dan lain sebagainya.
Contoh:
Format Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) pneumonia di tingkat Puskesmas
Bagilah target cakupan Puskesmas secara proporsional sesuai jumlah Balita di
masing-masing desa. Pemantauan dilakukan setiap bulan dengan target perkiraan
kasus pneumonia Balita harus ditemukan 5,5% (16 kasus).
Tabel di atas menunjukkan kasus yang ditemukan tidak selalu 16 orang, akan
tetapi bervariasi yang kemungkinan dipengaruhi oleh cuaca (waktu) dan faktor
risiko yang ada (tempat). Penemuan kasus bisa melebihi target yang telah
ditentukan, mengingat target adalah sebagian dari sasaran.
Dari contoh diatas dapat dilihat bahwa pemantauan yang dilakukan sangat
berguna, untuk mendorong Puskesmas Labuhan dalam mencapai target bahkan
melebihi target yang telah ditentukan. Pada akhir tahun akan didapatkan jumlah
kasus pneumonia per desa, dengan menjumlahkan kasus per bulan.
Persentase (%) Jumlah kasus yang ditemukan pada akhir tahun diperoleh
dari:
Jumlah kasus akhir tahun x 100%
Sasaran
Dengan melakukan pemantauan yang teratur seperti diatas dapat diketahui
dengan cepat, strategi apa yang harus dilakukan untuk mencapai target yang
telah ditentukan pada 3 bulanan, 6 bulanan dan seterusnya sehingga evaluasi
diakhir tahun dapat mencapai target yang diinginkan. PWS ini perlu
Pedoman Tatalaksana Pneumonia Balita
61
62
DAFTAR PUSTAKA
63
64
LAMPIRAN
LAMPIRAN
FORM 2B
FORMULIR SUPERVISI CARE SEEKING PROGRAM
P2 ISPA TINGKAT KABUPATEN/KOTA
PROPINSI
KABUPATEN/KOTA
:.....................................................
:.....................................................
DIWAWANCARAI
: ......................................
: ......................................
: ......................................
...............
II. DEMOGRAFI
1. Luas wilayah Kabupaten/Kota: .....................................................
2. Jumlah Penduduk : .....................................................
3. Jumlah Kecamatan : .....................................................
4. Jumlah Desa
: .....................................................
5. Jumlah RS Umum/Swasta : .....................................................
6. Jumlah Puskesrnas : .....................................................
7. Jumlah Puskesrmas Pembantu :.....................................................
III. KETERSEDIAAN DANA KEGIATAN
YA
TIDAK
67
V. FAKTOR RISIKO
1. Adakah survei faktor-faktor yang berpengaruh pada ISPA?
2. Adakah pembuatan media promosi faktor risiko ISPA?
3. Apakah ada kerjasama atau kemitraan dalam mengatasi
faktor risikoISPA untuk program:
YA
TIDAK
68
Supervisor,
Responden
(..........................)
(..........................)
FORM 2D
FORMULIR
KUNJUNGAN RUMAH PENDERITA PNEUMONIA
BALITA DALAM RANGKA CARE SEEKING
PROGRAM P2 ISPA
PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA
NAMA PETUGAS
TANGGAL KUNJUNGAN
:
:
:
:
I. PEMERIKSAAN PENDERITA
1. Nama
2. Tanggallahir
3. Nama KK
4. Alamat
......................................
......................................
......................................
......................................
...............
......................................
...............
: ......................................
: ......................................
...............
: ......................................
BERAT
BADAN
SUHU
TINDAKAN
Umur <2bulan
Tanda bahaya:
- Kejang
- Stridor
- Wheezing
Batuk
Frek.Napas
Napas cepat
TDDK Kuat
:
:
:
:
......................hari
...............kali/menit
YA/TIDAK
YA/TIDAK
Klasikasi
TANGGAL UMUR
BERAT
BADAN
SUHU
TINDAKAN
:
:
:
:
....................hari
.............kali/menit
YA/TIDAK
YA/TIDAK
Klasikasi
Pedoman Tatalaksana Pneumonia Balita
69
MEMBURUK
- Tidak dapat minum
- Ada tarikan dinding dada
bagian bawah ke dalam
- Ada tanda bahaya
MENETAP
TIDAK BERUBAH
MEMBAIK
- Napasnya lebih lambat
- Panasnya turun
- Nafsu makan membaik
TINDAKAN
Ganti
antibiotika/rujuk
segera ke Puskesmas
perawatan/rumah
sakit
Teruskan pemberian
antibiotik selama 5
hari
70
Provinsi
Papua Barat
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab/Kota
Fakfak
Kaimana
TelukWondama
TelukBintuni
Manokwari
Manokwari Selatan
PegununganArfak
Sorong Selatan
Sorong
Raja Ampat
Sorong
Maybrat
Tambrauw
71
72
Provinsi
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
5
6
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
8
9
10
Lampung
Bangka Belitung
Kep. Riau
11
DKI Jakarta
12
Jawa Barat
1
2
1
2
3
4
1
2
3
1
2
3
4
5
1
1
2
3
4
1
2
1
1
1
2
3
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Kota
Kota
Kab.
Kab.
Kab.
Kota
Kab.
Kota
Kota
Kab.
Kab.
Kab.
Kota
Kota
Kota
Kab.
Kab.
Kota
Kota
Kota
Kota
Kota
Kota
Kab.
Kota
Kota
Kota
Kota
Kota
Kota
Kota
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab/Kota
Banda Aceh
Lhokseumawe
LabuhanBatu
Simalungun
Deli Serdang
Medan
Solok
Padang
Bukittinggi
Indragiri Hilir
Bengkalis
RokanHilir
Pekanbaru
Dumai
Jambi
OganKomeringIlir
Banyu Asin
Palembang
Prabumulih
RejangLebong
Bengkulu
Bandar Lampung
Pangkal Pinang
Karimun
Batam
Tanjung Pinang
Jakarta Selatan
Jakarta Timur
Jakarta Pusat
Jakarta Barat
Jakarta Utara
Bogor
Sukabumi
Cianjur
Bandung
Garut
Tasikmalaya
Ciamis
Kuningan
Cirebon
Majalengka
Sumedang
Indramayu
Subang
Kawarang
Bekasi
Bandung Barat
17
18
19
20
No
Provinsi
Jawa Barat
13
Jawa Tengah
14
DIY
15
JawaTimur
16
Banten
21
22
23
24
25
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
1
2
3
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
Kota Bogor
Kota Sukabumi
Kota Bandung
Kota Cirebon
Kabupaten/Kota
Kota Bekasi
Kota Depok
Kota Cimahi
Kota Tasikmalaya
Kota Banjar
Kab. Cilacap
Kab. Banyumas
Kab. Kebumen
Kab. Wonosobo
Kab. Magelang
Kab. Boyolali
Kab. Klaten
Kab. Sukoharjo
Kab. Karanganyar
Kab. Sragen
Kab. Grobogan
Kab. Pati
Kab. Jepara
Kab. Demak
Kab. Semarang
Kab. Kendal
Kab. Batang
Kab. Pemalang
Kab. Tegal
Kab. Brebes
Kota Magelang
Kota Surakarta
Kota Salatiga
Kota Semarang
Kota Tegal
Kab. Bantul
Kab. Sleman
Kota Yogyakarta
Kab. Tulungagung
Kab. Kediri
Kab. Malang
Kab. Jember
Kab. Banyuwangi
Kab. Sidoarjo
Kab. Jombang
Kota Kediri
Kota Malang
Kota Surabaya
Kab. Tangerang
Kab. Serang
Kota Tangerang
73
74
17
Bali
18
NTB
4
5
1
2
3
1
2
3
No
19
Provinsi
NTT
20
Kalimantan Barat
21
Kalimantan Tengah
22
23
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
24
25
Kalimantan Utara
Sulawesi Utara
26
27
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
28
Sulawesi Tenggara
29
30
Gorontalo
Sulawesi Barat
31
32
Maluku
Maluku Utara
1
2
1
2
3
4
1
2
1
1
2
1
1
2
3
1
1
2
3
1
2
1
1
2
1
1
Kota Cilegon
Kota Tangerang Selatan
Kab. Badung
Kab. Buleleng
Kab. Denpasar
Kab. Lombok Tengah
Kab. Lombok Timur
Kota Mataram
Kabupaten/Kota
Kab. Sikka
Kota Kupang
Kab. Pontianak
Kab. Sanggau
Kota Pontianak
Kota Singkawang
Kota WaringinTimur
Kota Palangka Raya
Kota Banjarmasin
Kota Balikpapan
Kota Samarinda
Kota Tarakan
Kota Manado
Kota Bitung
Kota Tomohon
Kota Palu
Kab, Jeneponto
Kab. SidenrengRappang
Kota Makassar
Kota Kendari
Kota Bau-Bau
Kota Gorontalo
Kab. Majene
Kab. Mamuju
Kota Ambon
Kota Ternate