Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Logika Fuzzy
Logika fuzzy adalah cabang dari sistem kecerdasan buatan (Artificial Inteligent) yang
mengemulasi kemampuan manusia dalam berfikir ke dalam bentuk algoritma yang
kemudian dijalankan oleh mesin. Algoritma ini digunakan dalam berbagai aplikasi
pemrosesan data yang tidak dapat direpresentasikan dalam bentuk biner. Logika fuzzy
menginterpretasikan statemen yang samar menjadi sebuah pengertian yang logis (Sri
Kusumadewi, 2002).
Logika fuzzy merupakan salah satu cabang dari ilmu komputer yang mempelajari
tentang nilai kebenaran yang bernilai banyak. Berbeda dengan nilai kebenaran pada
logika klasik yang bernilai 0 (salah) atau 1 (benar). Logika fuzzy mempunyai nilai
kebenaran real dalam selang [0,1]. Logika fuzzy pertama kali dikembangkan oleh Lotfi
A. Zadeh seorang ilmuwan Amerika Serikat berkebangsaan Iran dari Universitas
California di Berkeley. Meskipun demikian, logika fuzzy lebih banyak dikembangkan
oleh praktisi Jepang (Novan Parmongan, 2011).
Ungkapan logika Boolean menggambarkan nilai-nilai benar atau salah.
Logika fuzzy menggunakan ungkapan misalnya : sangat lambat, agak sedang,
sangat cepat dan lain-lain untuk mengungkapkan derajat intensitasnya. Ilustrasi
antara keanggotaan fuzzy dengan Boolean set dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 2.1 Pendefinisian kecepatan dalam bentuk logika fuzzy dan logika Boolean
Dimana :
a=sangat lambat
d= lambat
b=agak sedang
e =sedang
c=sedikit cepat
f =cepat
Variabel linguistik.
Variabel ini merupakan variable yang memiliki nilai linguistik. Contoh variabel
linguistik adalah kecepatan, jumlah kendaraan.
b.
Nilai linguistik.
Nilai linguistik atau terma merupakan nilai dari variable linguistik, contohnya
untuk variable linguistik jumlah kendaraan bisa berupa tidak ada, sedikit,
sedang, banyak, sangat banyak.
c.
d.
Fungsi Keanggotaan
Fungsi keanggotaan logika fuzzy digunakan untuk menghitung derajat
keanggotaan suatu himpunan fuzzy. Setiap istilah linguistik diasosiasikan dengan
fuzzy set, yang masing-masing memiliki fungsi keanggotaan yang telah
didefinisikan. Fungsi keanggotaan (membership function) adalah suatu kurva
yang menunjukan pemetaan titik input data ke dalam nilai keanggotaannya
(sering juga disebut dengan derajat keanggotaan) yang memiliki interval antara 0
sampai 1. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mendapatkan nilai
keanggotaan adalah dengan melalui pendekatan fungsi. Adalah fungsi
keanggotaan yang biasa digunakan dalam penalaran logika fuzzy, diantaranya :
1) Representasi Linear
Pada representasi linear, pemetaan input ke derajat keanggotaannya
digambarkan sebagai sebuah garis lurus. Bentuk ini paling sederhana dan
menjadi pilihan yang baik untuk mendekati suatu konsep yang kurang jelas.
Ada dua keadaan himpunan fuzzy linear. Pertama, kenaikan himpunan
dimulai pada nilai domain yang memiliki derajat keanggotaan nol [0]
bergerak ke kanan menuju ke nilai domain yang memiliki derajat
keanggotaan lebih tinggi yang disebut dengan representasi fungsi linear naik.
Representasi fungsi keanggotaan untuk linear naik adalah sebagai berikut :
Kedua, merupakan kebalikan yang pertama. Garis lurus dimulai dari nilai domain
dengan derajat keanggotaan tertinggi pada sisi kiri, kemudian bergerak menurun ke
nilai domain yang memiliki derajat keanggotaan lebih rendah.
Representasi fungsi keanggotaan untuk linear turun adalah sebagai berikut:
Keterangan:
a = nilai domain terkecil yang mempunyai derajat keanggotaan nol
b = nilai domain yang mempunyai derajat keanggotaan satu
c = nilai domain terbesar yang mempunyai derajat keanggotaan nol
Keterangan:
a = nilai domain terkecil yang mempunyai derajat keanggotaan nol
b = nilai domain terkecil yang mempunyai derajat keanggotaan satu
c = nilai domain terbesar yang mempunyai derajat keanggotaan satu
d = nilai domain terbesar yang mempunyai derajat keanggotaan nol
x = nilai input yang akan di ubah ke dalam bilangan fuzzy.
10
11
e.
Keterangan :
A disebut antesenden.
B disebut konsekuen.
Implikasi ini digunakan untuk menentukan nilai linguistik dan nilai kuantitatif
dari B jika diberikan A. Bisa digunakan berbagai macam teknik, tapi untuk
metode Mamdani, yang digunakan adalah metode min (sama seperti AND).
Proses mekanisme dari logika fuzzy dapat dilihat pada gambar 2.
12
consequent
consequent
Input : x dan y.
Consequent-nya adalah f.
13
Gambar 2.8 Sistem inferensi fuzzy TSK dua masukan dengan dua aturan
Berdasarkan gambar 2 tiap-tiap input tersebut dibagi jadi 2 fungsi keanggotaan, x
dibagi dalam A1 dan A2 anggap misalnya A1 menyatakan small dan A2 menyatakan
big. Begitu juga y dibagi dalam fungsi keanggotaan B1 yang menyatakan small dan
B2 yang menyatakan big. Dari pemetaan tersebut x dan y sudah jadi variabel fuzzy
yang masing-masing punya nilai m small dan big tertentu. x mempunyai nilai mA1
dan mA2 sedangkan y punya nilai mB1 dan mB2. Nilai masing-masing pasangan
input tersebut lalu diagregasi dengan operasi T-norm, misalnya operasi ini adalah
operasi AND. Jadi w1 = (mA1 AND mA2) sedangkan w2 = (mB1 AND mB2).
Berdasarkan aturan yang telah ada, didapatkan :
if w = w1 then f1 = p1x + q1y + r1
if w = w2 then f2 = p2x + q2y + r2..........(4)
Telah didapatkan hasil dari f1 dan f2. Ini merupakan nilai output sinyal kontrol, yaitu
tegangan. Terjadi pemindahan dari domain input x dan y (kecepatan) ke domain
output f (tegangan). Tetapi itu adalah nilai p1, q1, r1, p2, q2, dan r2 dimana itu
merupakan nama parameter konsekuen yang ditentukan dengan nilai awal tertentu dan
akan berubah dengan pembelajaran (algoritma belajar). Selanjutnya diperlukan satu
14
nilai dari tegangan sebagai sinyal kontrol dari nilai f1 dan f2. Nilai akhir tersebut
dapat dihitung dengan persamaan:
..........(5)
Ini namanya defuzzyfikasi. Rumus tersebut sebenarnya diperoleh dari salah satu
metode defuzzyfikasi yaitu metode rata-rata tengah (Adi, Anton. 2000).
Dalam membangun sebuah sistem fuzzy dikenal beberapa metode penalaran,
antara
lain :
a. Metode Tsukamoto
Pada aplikasi simulasi lampu lalu lintas ini akan digunakan metode Tsukamoto.
Pada metode Tsukamoto, setiap konsekuen pada aturan yang berbentuk IF-THEN
harus direpresentasikan dengan suatu himpunan fuzzy dengan fungsi keanggotaan
yang monoton. Sebagai hasilnya, output hasil inferensi dari tiap-tiap aturan
diberikan dengan tegas (crisp) berdasarkan -predikat (fire strength). Hasil
akhirnya diperoleh dengan menggunakan rata-rata terbobot. Misalnya ada 2
variabel input, var-1(x) dan var-2(y) serta 1 variabel output var-3(z), dimana var-1
terbagi atas 2 himpunan yaitu A1 dan A2 dan var-2 terbagi atas himpunan B1 dan
B2. Sedangkan var-3 juga terbagi atas 2 himpunan yaitu C1 dan C2 (Kusumadewi,
2003).
Ada dua aturan yang digunakan yaitu:
[R1] IF (x is A1) and (y is B2) THEN (z is C1)
[R2] IF (x is A2) and (y is B1) THEN (z is C2).........(6)
Pada metode penarikan kesimpulan samar Tsukamoto, setiap konsekuen pada
aturan yang berbentuk IF-THEN harus direpresentasikan dengan suatu himpunan
samar dengan fungsi keanggotaan yang monoton. Sebagai hasilnya, output hasil
penarikan kesimpulan (inference) dari tiap-tiap aturan diberikan secara tegas
(crisp) berdasarkan-predikat (fire strength). Hasil akhir diperoleh dengan
menggunakan rata-rata berbobot (weight average) (Haryo, Endi .2013).
15
b. Metode Mamdani
Metode Mamdani sering juga dikenal dengan nama Metode Max-Min. Metode ini
diperkenalkan oleh Ebrahim Mamdani pada tahun 1975. Untuk mendapatkan
output, diperlukan 4 tahapan:
c. Metode Sugeno
Logika fuzzy yang pertama kali diperkenalkan oleh Lotfi A. Zadeh, memiliki
derajat keanggotaan dalam rentang 0 (nol) hingga 1 (satu), berbeda dengan logika
digital yang hanya memiliki dua nilai yaitu 1 (satu) atau 0 (nol). Fuzzy Model
Sugeno merupakan varian dari model Mamdani dan memiliki bentuk aturan
seperti :
16
17
dengan sistem simpang susun. Perencanaan sirkulasi lalu lintas, sistem angkutan
masal, sistem perparkiran merupakan sisi lain dari rekayasa lalu lintas.
Dalam rangka pelaksanaan pengelolaan lalu lintas di jalan, dilakukan rekayasa lalu
lintas [PP No.43 Th.1993] yang meliputi :
a. Perencanaan, pembangunan dan pemeliharaan jalan.
b. Perencanaan, pengadaan, pemasangan dan pemeliharaan rambu-rambu, marka
jalan, alat pemberi isyarat lalu lintas, serta alat pengendali dan pemakai jalan.
serta
penyusunan
program
pelaksanaannya.
Pemasangan
dan
penghapusan setiap rambu-rambu lalu lintas, alat pemberi isyarat lalu lintas, serta alat
pengendali, marka jalan dan alat pengamanan pemakai jalan harus didukung oleh
sistem informasi yang diperlukan. Jalan direncanakan dan dirancang sedemikian rupa
sehingga ada hirarki yang membentuk sistem pelayanan yang tak terpisahkan dengan
pola tata ruang kegiatan. Watak jalan yang mampu berperan sebagai pemicu dan
pemacu pembangunan adalah fakta yang nyata. Ruas jalan yang dibangun sebagai
penghubung antara satu kawasan dengan kawasan yang lain, dengan serta merta
mengubah nilai lahan pada jalur yang bersangkutan sebagai akibat dari akses yang
meningkat. Akibatnya, tak terelakkan lagi, kegiatan di sepanjang jalan tersebut
berkembang.
Menurut Guide to Traffic Engineering Practice Part I, Austroads 1988 kinerja
arus lalu lintas dan kapasitas jalan dipengaruhi oleh kondisi fisik jaringan jalan, yaitu :
a. Lebar jalur jalan;
b. Rancang geometric jalan;
c. Kondisi dan jenis perkerasan jalan;
d. Lebar dan banyaknya jalur;
e. Gradient;
f. Jarak pandang;
g. Frekuensi dan bentuk persimpangan;
h. Kelengkapan jalan;
i. Hamparan dan daya tarik lintas;
18
Apabila persyaratan teknis semua elemen tersebut di atas terpenuhi, baik kualitas
maupun kuantitas, maka kelancaran arus lalu lintas dapat terjamin. Guna
memperlancar arus lalu lintas kendaraaan, jalur jalan dapat ditetapkan menjadi jalur
searah atau jalur dua arah yang masing-masing dapat dibagi dalam beberapa jalur
sesuai dengan lebar badan jalan. Jalur adalah bagian jalan yang dipergunakan untuk
lalu lintas sedangkan lajur adalah bagian jalur yang memanjang, dengan atau tanpa
marka jalan, yang memiliki lebar cukup untuk laju satu kendaraan bermotor, selain
sepeda motor. Membangun median jalan untuk membuat satu jalur jalan menjadi dua
jalur yang berbeda arah dan tiap jalur terdiri atas beberapa lajur adalah upaya untuk
memperlancar arus lalu lintas.
Persimpangan jalan adalah sumber konflik lalu lintas. Satu perempatan jalan
sebidang menghasilkan 16 titik konflik. Oleh karena itu, upaya memperlancar arus
lalu lintas adalah dengan meniadakan titik konflik ini, misalnya dengan membangun
pulau lalu lintas atau bundaran, memasang lampu lalu lintas yang mengatur giliran
gerak kendaraan, menerapkan arus searah, menerapkan larangan belok kanan, maka
titik konflik tinggal 4 buah, dan dengan simpang susun titik konflik secara teori
ditiadakan (Triana, Anggi. 2009).
2.2.3 Rambu Lalu Lintas
Rambu lalu lintas adalah salah satu dari perlengkapan jalan yang berupa lambang,
huruf, angka, kalimat, dan atau perpaduan sebagai peringatan, larangan, perintah atau
petunjuk bagi pemakai jalan. Rambu lalu lintas mengandung berbagai fungsi yang
masing-masing memiliki konsekuensi hukum. Adapun jenis-jenis rambu lalu lintas
adalah rambu peringatan, rambu larangan, rambu perintah, rambu petunjuk, rambu
tambahan, dan rambu sementara. Salah satu rambu lalu lintas adalah lampu lalu lintas.
Alat pemberi isyarat lalu lintas berfungsi untuk mengatur lalu lintas kendaraan atau
para pejalan kaki.
Alat ini terdiri dari :
a. Lampu tiga warna
19