Você está na página 1de 11

BAB I

PEMBUKA

A. Latar Belakang
Ilmu adalah sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan manusia, karena
dengan ilmu manusia mampu memenuhi kebutuhannya dengan lebih mudah, cepat
serta sesuai dengan harapannya.Tidak dapat dipungkiri bahwa ilmu telah banyak
mengubah wajah dunia.Hal ini dapat kita lihat di antaranya telah banyak obat-obatan
yang dibuat manusia untuk memberantas dan bahkan mencegah berbagai macam
penyakit, penemuan bibit unggul pada hewan dan tumbuhan untuk memenuhi
kebutuhan pangan manusia. Peran ilmu juga membuat kita menikmati kemudahan
berbagai fasilitas dalam bidang transportasi, pendidikan, sistem komunikasi jarak
jauh yang semakin canggih serta perkembangan pengetahuan untuk memprediksi dan
mengontrol gejala alam.
Namun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa ilmu juga dapat berdampak
negatif dan menimbulkan kerugian atau bahkan malapateka bagi ummat manusia.
Seperti misalnya pembuatan senjata kimia atau senjata biologis yang digunakan dalam
peperangan, penambahan bahan

pengawet dan pewarna buatan yang berbahaya

dalam makanan, penyalahgunaan obat-obatan dan zat kimia serta penggunaan internet
yang tidak terkontrol bagi generasi muda.
Ilmu itu sendiri bersifat netral, tidak mengenal baik atau buruk. Ketika
kemudian dampaknya bersifat positif atau negatif, hal itu tergantung kepada orang
yang menggunakan ilmu tersebut. Ketika ilmu tentang kuman dipakai untuk
memberantas penyakit yang disebabkan kuman tersebut, maka ilmu itu bersifat
positif, namun ketika ilmu yang sama dipakai untuk menciptakan senjata biologis
untuk membunuh, maka ilmu tersebut justru menjadi malapetaka bagi ummat
manusia.
Aksiologi merupakan bagian dari filsafat ilmuyang mempertanyakan
bagaimana manusia menggunakan ilmunya.Aksiologi adalah istilah yang berasal dari
Bahasa Yunani, yaitu axios, yang artinya nilai dan logos yang berarti ilmu. Para ahli
filsafat mempunyai definisi masing-masing tentang aksiologi, namun umumnya
definisi tersebut selalu menyangkut masalah nilai, yaitu sesuatu yang dimiliki
manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Dalam
1

Kamus Bahasa Indonesia, aksiologi memiliki arti kegunaan ilmu pengetahuan bagi
kehidupan manusia tentang nilai-nilai, khususnya estetika.Dengan demikian dapat
dinyatakan bahwa pembahasan aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu,
dimana pada situasi tertentu ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan
etika dalam suatu masyarakat. Harapannya adalah bahwa nilai kegunaan ilmu tersebut
dapat dirasakan masyarakat, bukan sebaliknya menimbulkan kesengsaraan bagi
ummat manusia, baik untuk masa sekarang maupun masa yang akan datang.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa definisi aksiologi menurut para ahli?
2. Manakah teori-teori tentang nilai yang menjadi acuan dalam aksiologi?
3. Apa manfaat aksiologi terhadap tujuan ilmu pengetahuan?
4. Apa manfaat aksiologi pengetahuan filsafat dalam kehidupan manusia?
5. Untuk apa pengetahuan itu digunakan?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan gambaran tentang
nilai-nilai yang berkaitan dengan definisi aksiologi serta bagaimana cara
memanfaatkan ilmu pengetahuan untuk kesejahteraan manusia dalam pandangan
aksiologi.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Aksiologi Menurut Para Ahli


Secara etimologis, aksiologi berasal dari Bahasa Yunani yang terdiri atas kata
axios yang berarti nilai dan logos yang berarti teori atau ilmu. Jadi aksiologi
adalah teori tentang nilai. Dalam Kamus Bahasa Indonesia, aksiologi memiliki arti
kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia tentang nilai-nilai, khususnya
etika.
Jujun Suriasumantri dalam bukunya Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer
(234), mengartikan bahwa aksiologi adalah teori tentang nilai yang berkaitan dengan
kegunaan pengetahuan yang diperoleh.Menurut John Sinclair, dalam lingkup filsafat,
nilaimerujuk pada pemikiran atau suatu sistem seperti politik, sosial dan agama.
Sedangkan nilai itu sendiri adalah sesuatu yang diidamkan oleh setiap orang.
Menurut Bramel yang dikutip Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, M.A dalam bukunya
Filsafat Ilmu (163), aksiologi terbagi dalam tiga bagian.Pertama, moral conduct, yaitu
tindakan moral, bidang ini melahirkan disiplin khusus, yaitu etika.Kedua, esthetic
expression, yaitu ekspresi keindahan.Bidang ini melahirkan keindahan. Ketiga, sosiopoliticallife, yaitu kehidupan sosial politik, yang melahirkan filsafat politik.
Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan, aksiologi disamakan dengan
Value and Valuation. Ada tiga bentuk Value and Valuation, yaitu:
1. Nilai yang digunakan sebagai kata benda abstrak
Dalam pengertian yang sempit seperti baik, menarik dan bagus.Dalam pegertian
yang lebih luas mencakupi kewajiban, kebenaran dan kesucian.
2. Nilai sebagai kata benda konkret
Nilai seperti ini seringkali dipakai untuk merujuk kepada sesuatu yang bernilai.
3. Nilai sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai, memberi nilai dan dinilai.
B. Teori tentang Nilai dalam Aksiologi
Dari definisi tentang aksiologi, terlihat dengan jelas bahwa permasalahan yang
utama adalah tentang nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki
manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori
tentang nilai dalam aksiologi mengacu pada permasalahan etika dan estetika.
1. Etika
Istilah etika berasal dari Bahasa Yunani, yaitu ethos yang artinya adat
kebiasaan. Menurut Langeveld, definisi etika ialah teori perbuatan manusia, yaitu
ditimbang baik dan buruknya. Selanjutnya, Dagobert Runes, mengemukakan:
Ethies is that or discipline which concern it self with judgments of approval or
disapproval, judgments as to the rightess or wrongness, goodness or badness,
virtue or vice, desirability or wisdom of action, ends, ob objects or state of affairs.
Jadi, etika merupakan cabang filsafat yang membicarakan perbuatan manusia dan
3

memandangnya dari sudut baik dan tidak baik.Etika merupakan filsafat tentang
perilaku manusia.
Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, M.A (2012) mengungkapkan bahwa makna etika
dipakai dalam dua bentuk kata, pertama, etika merupakan suatu kumpulan
pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatan-perbuatan manusia. Seperti
ungkapan Saya pernah belajar etika. Arti kedua, merupakan suatu predikat yang
dipakai untuk membedakan hal-hal, perbuatan-perbuatan atau manusia-manusia
yang lain. Seperti ungkapan Ia bersifat etis atau ia seorang yang jujur atau
pembunuhan merupakan sesuatu yang tidak susila.
Etika menilai perbuatan manusia, maka lebih tepat kalau dikatakan bahwa
objek formal etika adalah norma-norma kesusilaan atau nilai-nilai kesusilaan
manusia. Dengan kata lain bahwa etika mempelajari tingkah laku manusia ditinjau
dari segi baik dan tidak baik di dalam suatu kondisi yang normatif, yaitu suatu
kondisi yang melibatkan norma-norma.Etika normatif menetapkan kaidahkaidahyang mendasari pemberian penilaian terhadap perbuatan-perbuatanapa
yang harus terjadi, apa yang harus dikerjakan dan apa yang seharusnya terjadi
serta menetapkan apa yang bertentangan dengan yang seharusnya terjadi.
Risieri Frondiz dalam bukunya What is Value mengemukakan bahwa nilai
itu menjadi objektif atau subjektif sangat tergantung pada hasil pandangan yang
muncul dalam filsafat. Nilai akan menjadi subjektif, apabila subjek sangat
berperan dalam segala hal. Kesadaran manusia menjadi tolak ukur segalanya; atau
eksistensinya, maknanya dan validitasnya tergantung pada subjek yang melakukan
penilaian tanpa mempertimbangkan apakah ia bersifat psikis atau fisis.
Dengan demikian, nilai subjektif akan selalu memperhatikan berbagai
pandangan yang dimiliki akal budi manusia, seperti perasaan dan intelektualitas.
Hasil nilai subjektif akan selalu mengarah pada perasaan suka atau tidak suka dan
senang atau tidak senang. Misalnya ketika seorang sedang menikmati
pemandangan di pantai pada saat matahari sedang terbenam.Akibat yang muncul
adalah timbulnya rasa senang melihat betapa indahnya pemandangan tersebut. Hal
ini merupakan nilai subjektif dari seseorang yang dengan orang lain berbeda
kualitasnya.
Nilai objektif tidak tergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai.Nilai
objektif muncul karena adanya pandangan dalam filsafat tentang objektivisme.
Objektivisme ini beranggapan bahwa tolak ukur suatu gagasan berada pada
objeknya, sesuatu yang memiliki kadar secara realitas benar-benar ada. Misalnya,
4

kebenaran tidak tergantung pada pendapat individu, melainkan pada objektivitas


fakta, kebenaran tidak diperkuat atau diperlemah oleh prosedur-prosedur.
Tujuan dari etika adalah agar manusia mengetahui dan mampu
mempertanggungjawabkan apa yang ia lakukan.
2. Estetika
Randall (1942) mengemukakan bahwa estetika merupakan nilai-nilai yang
berhubungan dengan kreasi seni, dengan pengalaman-pengalaman kita yang
berhubungan dengan seni atau kesenian. Kadang-kadang estetika diartikan sebagai
filsafat seni,

dan kadang-kadang prinsip-prinsip yang berhubungan dengan

estetika dinyatakan sebagai hakikat keindahan. Randall juga mengemukakan


bahwa ada tiga interpretasi tentang seni, yaitu:
a. Seni sebagai penembusan (penetrasi) terhadap realisasi di samping
pengalaman. Dengan merespons hasil karya seni (respons estetis) kita
dapat menembus terhadap apa yang kekal dan tidak berubah.
b. Seni sebagai alat untuk kesenangan. Seni tidak berhubungan dengan
pengetahuan tentang alam dan memprediksinya, tetapi berhubungan
dengan manipulasi alam untuk kesenangan kita.
c. Seni sebagai ekspresi sungguh-sungguh tentang pengalaman. Pandangan
ini menganggap bahwa seni berakar dalam tali-tali pengalaman. Seniman
berinteraksi dengan lingkungannya dengan cara-cara tertentu. Cipta seni
dihasilkan

dari

pengetahuannya,

kontribusi
daya

seniman

ingatan

dan

dalam

hal

imajinasinya

kepribadiannya,
serta

kontribusi

lingkungan dalam hal materi. Seni sebagai pengalaman mencerminkan


pengalaman dan menambah pengalaman.
Estetika merupakan bidang yang menyangkut apresiasi indah jeleknya suatu
objek atau karya seni, dan apresiasi tersebut banyak bersifat subjektif karena
menyangkut selera orang yang membuat apresiasi atau menikmatinya. Seperti orang
sering berkata: beauty is on the eyes of beholder (keindahan itu tergantung pada
mata yang memandang (J. Sudarminta: 81)
C. Manfaat Aksiologi terhadap Tujuan Ilmu Pengetahuan
Manfaat aksiologi terhadap tujuan ilmu pengetahuan dapat ditinjau dari dua
aspek, yaitu:
1. Filsafat sebagai kumpulan teori untuk memahami ilmu pengetahuan
Menurut Prof. Dr. Ahmad Tafsir dalam bukunya Filsafat Ilmu, Mengurai
Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi Pengetahuan (2004: 37-41), sekurang5

kurangnya ada tiga teori sain (ilmu pengetahuan), yaitu sebagai alat pembuat alat
eksplanasi, peramal dan pengontrol.
a. Teori Sebagai Alat Eksplanasi
Menurut T. Jacob dalam bukunya Manusia, Ilmu dan Teknologi (1993:
7-8), seperti yang dikutif oleh Prof. Dr. Ahmad Tafsir, mengungkapkan bahwa
sain merupakan suatu sistem eksplanasi yang paling dapat diandalkan
dibandingkan dengan system lainnya dalam memahami masa lampau,
sekarang serta mengubah masa depan.
Salah satu contohnya misalnya pada akhir tahun 1997, Indonesia
mengalami krisis moneter di mana kurs rupiah terhadap dolar sangat
rendah.Keadaan

ini telah memberikan dampak yang cukup luas terhadap

kehidupan masyarakat Indonesia. Gejalanya adalah harga barang semakin


tinggi.
Teori teori ekonomi dapat mengeksplanasikan gejala ini.Teori
ekonomi menyatakan bahwa karena banyaknya utang luar negeri yang jatuh
tempo dan harus dibayar dengan dolar, maka banyak sekali orang yang
memerlukan dolar.Karenanya pula banyak sekali orang yang membeli dolar,
maka harga dolar naik dalam rupiah.Ini baru sebagian kondisi tersebut yang
dieksplanasikan. Meskipun demikian, gejala itu telah dapat dipahami
secukupnya, sesuai dengan apa yang telah dieksplanasikan.
b. Teori Sebagai Alat Peramal
Ketika membuat eksplanasi, umumnya ilmuan telah mengetahui
faktor-faktor penyebab terjadinya gejala itu.Dari sini, ilmuan dapat membuat
ramalan yang mereka sebut sebagai prediksi. Dalam contoh kurs dolar tadi,
ilmuan membuat ramalan-ramalan, misalnya: karena bulan-bulan mendatang
hutang luar negeri yang jatuh tempo semakin banyak, maka diprediksikan kurs
rupiah terhadap dolar semakin lemah. Prediksi lain dapat pula dibuat, misalnya
harga barang dan jasa pada bulan-bulan berikutnya akan terus naik. Ketepatan
prediksi yang dibuat ilmuan akan ditentukan oleh kekuatan teori yang ia
gunakan, kepandaian dan kecerdasan serta ketersediaan data di sekitar kita.
c. Teori Sebagai Alat Pengontrol
Berdasarkan eksplanasi ilmuan dapat membuat kontrol.Contoh dalam
kasus keadaan krisis moneter di atas, agar kurs rupiah menguat perlu
ditangguhkan pembayaran utang yang jatuh tempo. Yang dikontrol adalah
kurs rupiah terhadap dolar agar tidak naik. Kontrolnya adalah kebutuhan
6

terhadap dolar dikurangi dengan cara menangguhkan pembayaran utang


dengan dolar.
Agar lebih efektif, sebaiknya kontrol tidak hanya satu macam. Dalam
kasus di atas, misalnya bentuk kontrol lainnya adalah dengan menangguhkan
pembangunan

yang

memerlukan

bahan

import.

Kontrol

sebenarnya

merupakan tindakan-tindakan yang diduga dapat mencegah gejala yang tidak


diharapkan atau membuat gejala-gejala yang diharapkan menjadi kenyataan.
2. Filsafat sebagai metodologi dalam memecahkan masalah
Bila kita menghadapi kesulitan (biasa disebut masalah), kita menghadapi dan
menyelesaikan masalah tersebut dengan mengunakan ilmu.Tahap pertama yang
dilakukan mengidentifikasi masalah melalui penelitian.Hasil penelitian ini
dianalisis

untuk

mengetahui

dengan

tepat

pokok

permasalahan

yang

dihadapi.Kedua, mencari dan memilih teori yang dapat menjelaskan sebab-sebab


munculnya masalah tersebut.Ketiga, dengan bantuan literatur, kita memilih teori
yang bisa dijadikan landasan sekaligus menentukan tindakan-tindakan yang dapat
diambil untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.
Dengan demikian langkah baku sain dalam menyelesaikan masalah adalah
identifikasi masalah, mencari teori dan menetapkan tindakan penyelesaian
masalah.
D. Manfaat Aksiologi Pengetahuan Filsafat dalam Kehidupan Manusia
Tidak setiap orang perlu mengetahui filsafat.Tetapi orang-orang yang merasa
perlu untuk berpartisipasi dalam membangun dunia perlu mengetahui filsafat.Hal ini
karena dunia dibangun oleh dua kekuatan, yaitu agama dan filsafat.Menurut Prof. Dr.
Ahmad Tafsir (2004) manfaat filsafat dapat diketahui dengan melihat filsafat dari tiga
sudut pandang.Pertama, filsafat sebagai kumpulan teori filsafat, kedua filsafat sebagai
metodologi pemecahan masalah dan ketiga filsafat sebagai pandangan hidup
(philosophy of life)
Mengetahui teori-teori filsafat sangat perlu karena dunia dibentuk oleh teoriteori itu.Yang tidak kalah pentingnya adalah filsafat sebagai metodologi untuk
memecahkan masalah. Di sini filsafat digunakan sebagai satu cara atau model
pemecahan masalah secara mendalam dan universal. Filsafat selalu mencari sebab
terakhir dan dari sudut pandang seluas-luasnya.
Filsafat sebagai pandangan hidup sama dengan agama dalam hal
mempengaruhi sikaf dan tindakan penganutnya. Bila agama berasal dari Tuhan, maka

filsafat berasal dari pemikiran manusia. Sebagai pandangan hidup, filsafat bermanfaat
memberikan petunjuk dalam menjalani kehidupan,
E. Penggunaan Ilmu Pengetahuan
Sejak dalam tahap-tahap pertama pertumbuhannya, ilmu sudah dikaitkan
dengan tujuan perang. Ilmu bukan saja digunakan untuk menguasai alam, melainkan
juga untuk memerangi sesama manusia dan menguasai mereka. Bukan saja berbagai
macam senjata pembunuh yang berhasil dikembangkan, namun juga berbagai teknik
penyiksaan dan cara memperbudak manusia (Jujun Suriasumantri: 231). Tidak dapat
dipungkiri pula bahwa kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan saat ini telah
banyak menciptakan berbagai bentuk kemudahan bagi manusia. Akan tetapi, kita
harus waspada bahwa ilmu pengetahuan dapat saja membawa malapetaka dan
kesengsaraan bagi manusia.Sebagai contoh, dengan mempelajari teknologi pembuatan
bom atom, manusia bisa memanfaatkan wujudnya sebagai sumber energi bagi
keselamatan manusia. Tetapi di lain pihak, hal ini juga bisa memberikan ekses negatif
bagi manusia, yaitu ketika bom atom digunakan sebagai senjata dalam peperangan.
Dari sudut pandang aksiologis, seorang ilmuan harus mampu menilai mana
yang baik dan mana yang buruk, yang pada hakekatnya mengharuskan seorang
ilmuan mempunyai landasan moral yang kuat dan mematuhi etika keilmuan. Etika
keilmuan merupakan etika yang normatif yang merumuskan prinsip-prinsip etis yang
dapat dipertanggungjawabkan secara rasional dan dapat diterapkan dalam ilmu
pengetahuan. Tujuan etika keilmuan adalah agar seorang ilmuan menerapkan prinsipprinsip moral sehingga ia menjadi ilmuan yang bertanggung jawab. Etika normatif
menetapkan kaidah-kaidah yang mendasari pemberian penilaian terhadap perbuatanperbuatan apa yang seharusnya dikerjakan, apa seharusnya yang terjadi serta
menetapkan apa yang bertentangan dengan yang seharusnya terjadi.
Kekuasaan manusia atas ilmu pengetahuan harus mendapat tempat yang utuh
di mana eksistensi ilmu pengetahuan bukan untuk mendesak kemanusiaan, tetapi
kemanusiaan yang menggenggam ilmu pengetahuan untuk kepentingan kesejahteraan
manusia.
Bagi seorang ilmuan, nilai dan norma moral yang dimilikinya akan menjadi
penentu, apakah ia sudah menjadi ilmuan yang baik atau belum. Penerapan ilmu
pengetahuan yang telah dihasilkan oleh para ilmuan haruslah memperhatikan nilainilai kemanusiaan, nilai agama maupun nilai budaya.Oleh karena itu, tanggung jawab
penerapan ilmu pengetahuan di masyarakat adalah dapat menciptakan hal yang
positif.
8

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang sudah disampaikan, maka diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat berbagai pendapat para ahli filsafat mengenai definisi aksiologi,
namun semuanyaselalu menyangkut masalah nilai. Dengan demikian dapat
dinyatakan bahwa definisi aksiologi adalah ilmu atau teori tentang nilai dalam
berbagai bentuk.
2. Teori-teori tentang nilai yang menjadi acuan dalam aksiologisemuanya
mengacu pada permasalahan etika dan estetika.
3. Manfaat aksiologi terhadap tujuan ilmu pengetahuan dapat ditinjau dari dua
aspek, yaitu:
a. Filsafat sebagai kumpulan teori untuk memahami ilmu pengetahuan.
Dalam hal ini, filsafat berfungsi sebagai alat untuk mengeksplanasi,
meramal dan mengontrol suatu kejadian.
b. Filsafat sebagai metodologi dalam memecahkan masalah.
4. Manfaat aksiologi pengetahuan filsafat dalam kehidupan manusia.
5. Ilmu pengetahuan yang benar akan memiliki manfaat yang positif. Untuk
dapat mencapai hal tersebut, penggunaannya harus berpegang teguh pada
nilai-nilai kemanusiaan, nilai agama maupun nilai budaya.
B. Saran-saran
Dengan memperhatikan bahwa ilmu pengetahuan tidak hanya berdampak
positif, tetapi juga menimbulkan akibat yang negatif, maka penting bagi kita
sebagai pemilik ilmu pengetahuan untuk mempelajari aksiologi secara lebih
mendalam.Hal ini karena aksiologi sebagai bagian ilmu filsafat selalu menyelidiki
9

tentang nilai-nilai, menjelaskan berdasarkan kriteria atau prinsip tertentu yang


dianggap baik di dalam tingkah laku manusia.

DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar, Amsal. 2004. Filsafat Ilmu. Jakarta: Rajawali Press.


Baqir As-Shadr, Muhammad. 1998. Falsafatuna-Pandangan Muhammad Baqir As-Shadr
terhadap Pelbagai aliran Filsafat Dunia. Bandung: Penerbit Mizan.
Salam, Burhanuddin. 2003. Logika Materiil (Filsafat Ilmu Pengetahuan). Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Sudarminta, J. 1994. Filsafat Proses-Sebuah Pengantar Sistematik Filsafat Alfred North
Whitehead. Yogyakarta: Kanisius.
Suriasumantri, Jujun. 2009. Filsafat-Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
afidburhanuddin. Wordpress.com/2013/05/21/epistemology-ontologi-aksiologi pengetahuan
filsafat-2/ (diakses tanggal 20 September 2014)
susanto-edogawa.blogspot.com/2013-05/aksiologi-filsafat ilmu.19.html. (diakses tanggal 20
September 2014)

10

11

Você também pode gostar