Você está na página 1de 37
PENGARUH FAKTOR USIA, STATUS GiZI DAN PENDIDIKAN ‘TERHADAP INTERNATIONAL PROSTATE SYMPTOM SCORE (IPSS) PADA PENDERITA PROSTAT HIPERPLASIA (PH) Oleh : ‘Adi Nugroho Pembimbing Dr. H. Riki Muslim, SpB., Sp.U. BAGIAN ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2002 TTULISAN INI TELAH SELESAI DIPERIKSA DAN DIKOREKSI ‘Semarang, Apri 2002 Pombimbing Dr, H. Rifé Muslim, $pB, SpU. NIP. 130 348 802 Dr. H. Abdul Wahab, SpB.,SpBO, FICS NIP. 130345 795 NIP. 130 675 341 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjstken kKehadiat Allah SWT, hanya karena dengan rakhmat dan hidayahNya kami mampu_menyelesaiken tugas penulisan Karya Tulls Akhir dalam upaya memenuhi persyeratan untuk menyelesaikan program pendidikan dokter spesialis | dalam bidang limu Bedah di Fekuitas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang, Kami menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, \alaupun kami teleh berusaha semaksimal mungkin. Hal ini semate-mate arena hetidak mampuan kami, namun Karena dorongan dan bimbingan Guru-guru kami, keluarga dan teman-eman sehingga tulsen ini dapat {terwujud dengan memberikan kebanggaan bagi kami Oleh Karena itu, pada kesempatan ini perkenenkaniah kami menghalurkan rasa hormat dan terima kasih yang tulus kepada 4. Prof. Dr. H. Heyder bin Heyder (Alm) selaku sesepun Bagian Bedah yang patut kami suritauladani 2. Dekan Fakultas Kedokteren UNDIP Semarang, yang teleh ‘memberi kesempatan kepada kami untuk mengikuti pendicikan spesiaisasi 3, Direktur RSUP Dr. Keriadi Semarang beserta staf, yang telah memberikan kesempatan dan kerjasama yeng baik selama menjalani pendiciken, 4, Dr. H. Abdul Wahab SpB,SpBO.FICS, selaku Ketua Bagian ‘Bedah FK UNDIP/Kepala SMF Bedah RSDK Semarang yang telah berkenan memberikan bimbingen dan arahan selama menempuh pendickan, 5. Dr. Djoko Handojo SpB.,SpBOnk selaku Ketua Program Studi lim Bedah yang telsh dengan susah payah mendicik kami 6. Dr. H. Rifki Muslim, SpB., Sp.U. seleku pembimbing lengsung dalam penuisan Kerya Tul ini 7. Gura-guru kami di bagian Bedah FKUNDIP yang sangat kami hormati: Dr. F Suteko SpB, SpBP,, Dr. R. Saleh Mangunsudirdjo ‘$pB., SpBO., FICS. (Alm), Dr. Darsito SpB,KBD., DR. Dr. Rudy ‘Yuwana SpB, SpU, Dr. H. Riki Muslim $pB, SpU, Dr. H. Abdul Wehab SpB., Sp80,FICS., Dr. Andy Maleachi SpB. KBD., Prof. DR Dr. HA. Faik Heyder SpB.,SpBTV., Prof, DR. Dr. Riwanto SpB,KBD., Dr. Djoko HandojoSpB., SpBOnk, Dr. Yulianto Suvardi $pB.SpBA, Dr. Sidharta Darsojono SpB., SpU,, Dr. H Subianto SpB,SpBOnk, Dr. Karsono Mertowidjojo SpB..SpBP. Dr. Johny Sjosib SpB., KBD,, Or. Bambang Sutedjo Spb, SpBO,FICS., Dr. Ardy Santosa SpU, Dr. Artisto Putro SpB., SpBOnk, (aim), Dr. M Mulyana Sef, KAD, Or. Sahal Falah SpA. Spaty, 8 Rekan-rekan Residen PPDS | llmy Bedah FK UNDIP atas kerja ‘samanya dalam suka dan duka selama menempuh pendiikan, 9, Kedua orang tuaku, bapak Sosharto Mangoendihardjo dan ibu Siti Khotigjah yang dengan penuh Kasih sayang telah mengantar dan mendicik kami mengensl kehidupan, tering doa dan sujud ssungkem kami heturkan, 10.Bapek mertua Soegiharto Prawiro Hardjono dan ibu mertua Titi Soemami alas sagala bimbingan dan doa restunya, sujud ‘sungkem keri haturkan, “1. Jstriku Dwiart Listyowali dan enak-anakku Amalia Hayudiarti dan ‘Sofi Rehmadianti atas segala pengorbanan dan kesetiaannya serta memberikan dorongan dan semangat selama menempuh Pendidikan. ‘Semoga Allah SWT selalu berkenan memberikan rahmat dan hidayehnya kepada kia semua, amin, ‘Semarang, April 2002 Penuis Datar isi Halaman judul Halaman pengesahan Kata pengantar Daftar isi BABI BABI BABII BABIV BABV BAB VI Pendahuluan A. Latar belakang masalah B, Rumusan masalan ©. Tuan D. Manfaat Tinjauan kepustakaan A. Luts (lower unirary tract symptom), B. IPSS (international prostate symptom score). C. Faktor-faktor yang berpengaruh techadap IPSS, 4. Usie 2, Status gi 3, Pendidikan Kerangka teori Hipotesis Bahan dan cara penelitian A, DeBAIN B, Tempat dan waktu ©. Subyek peneiitian D. Besar sampel E, Identitkasi variabe!. F. Alur penelitian G. Cara kerja H. Analisa data Hesil peneitan ‘A. Analisa sampet B. Karakteristic hasi penelitian ©. Analisis bivariat D. Analisis muttivariat E. Pembahasan BAB VII_Kesimpulan dan saran A. Kesimpulan 8. Seren Lampiran 1. Daftar singkatan. Lampiran 2, Kuesioner IPSS dalam bahasa lidonosia, Daftar pustake a 25 25 5 BABI PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH IPSS (‘international Prostate Symptom Score’) adalah sistim skor gejala prostat berupa kuesioner yang berisi pertanyaan 7gejala trektus urinarius agian bawah dan 1 perilaian kualitas hidup. Sistim skor ini telah banyak digunaken dan dite secara luas terutama di Eropa dan Amerika, sedangkan di Asia bolum banyak dilgperkan kecuall a Jepang dan Karas *#° Digunakannya IPSS secara luas Karena pertanyaan-pertanyean yang terkandung di dalamnya telah teri, terbulti Konsisten dan dapat dipercaya.* ojala traktus urinarius bagian bawah (‘Lower urinary tract symptom! atau LUTS) pada prostat hiperplesia (PH) mendorong penderita_ untuk berkonsultasi kepada dokter. Namun demikian sebagian penderita datang ppertama kali dalam kedaan IPSS derajat sedeng atau berat.** Di Semarang pada peneltian terhadap 52 laki-eki tanpa keluhan usia >40 tahun didapati 88% adalah IPSS derajatringan dan 12% IPSS sedang.” Lee (1997) di Korea melaporkan dari 614 lak-iaki yang dltelit 18,7 % adalah PH dengan IPSS derejat sedang dan 4,5% adalah PH dengan IPSS derajet erat Sedangkan Bosch (1995 J di Bolanda melaporkan dari 602 lakaki penderita PH didapati 24% dengen IPSS sedang dan 6% IPSS berat” Kondisi ketertambatan deteks! dini in dipengaruhi oleh beragamnya persepsi penderit terhadap keluhan yang dirasakan. Penilaian gejala PH dengan IPSS merupakan usaha penilaian gejela secera obyektif Karena telah mengslami numerifkasi, namun demikian pada hubungan dokter dan pasion PH sering dihadapkan pada persoalan cara mengukur derajad Keluhan menurut persepsi penderita. Later belekang ondisi penderita misalnya umur, status gizi (obesitss), kadar kolesterol TNH darah dan kondisieksternal misalnya pendiciken dan tempat tinggal (Kondisi geogrfis)ciduga mempengaruhi perilsian PSs." ‘Beberapa penelitl melaporkan pengaruh usia tua meningkatkan IPSS, diantaerya peneitian oleh Kojima dkk mongenai pengaruh usia. dan volume protatterhadap skor gojala yang menyetakan terdapat hubungan yang signifkan antara skor gejala dengan usia (p<0.0001).° Tetapi Bosch (1995) di Bolanda hanya mendapati hubungan yang lomah antara usia dan IPSS (p=0,04)" Obesitas diduoa meningkatkan risiko prostatismus, tetani tidak semua parameter obesites memberikan hasl yang sama, Menurut Lee (1997) body mass index (BMI) tidak berhubungan dengan geile, tetepilingkar abdomen dan waist to hip ratio (WHR) yang menggambarkan ‘abdominal obesity meningkatkan risko protatismus Lee dalam penclitiannya melaporkan pula pengeruh HDL adalah meningkatkan rise prosttismus” Faktor pendiikan diasumsikan berpengaruh terhadep IPSS. Oi Jepang alam suatu peneitian epidemiclogh harya 42 % responden memberkan Jawaben pada kuesioner, namun menurut Moon (1984) faktor pendiikan tidek ada hubunganaya dengan IPSS." Cara pengisian IPSS. yaitudisi oleh doktor (wawancara) atau disi send oleh penderita masing masing _mempunyai Kelebhan dan kokurangen, juga diduga mempengeruhi akurasi IPSS.” Welaupun menurut laporen Plante (1996) tidak ada perbedaan bermakna diantara kedua cara tersebut (p>0,05)" Fktor penderita maupun fektor eksternal yang diduga berpengaruh terhadap IPSS telah cite namun sult cibendingken karena menggunakan sain yang berbeda, sedengkan di Indonesia belum baryak dllaporken. Diantara faor-faktor tersebut oi negara Eropa atau Amerika tentu berbeda dengan keadaan di negara berkembang termasuk Indonesia, Karena itu akan 30 kgim2. Pengukuran BMI mudah liakukan, murah dan mempunyai akurasi tinggi. WHR dlukur dengan ‘cara membandingken lingkar pinggang dengan lingkar panggul Pengukurannya dengan cara penderita dalam posi terlentang, tingkar pinggang diambil ukuran minimal antera xyphold dan umbilikus dan lingkar pinggul diambil ukuran maksimal lingkar gluteus - simfisis pubis. Pada lak-laki dinyatakan obesitas jika lingkar pinggang >102 om atau WHR >0.90 Lee (1977) dalam penelitiannya terhadap penderita PH usia diatas ‘50 tahun dengan PH dengan obesitas, mendapati BMI. tidak berhubungan dengan peningkatan_gejala, sedangkan lingkar abdomen tau WHR yang lebin mencerminkan obesitas abdominal. berhubungan dengan peningkatan gejala® 3. Pemaiihant Faktor pendidikan diesumsikan berpengaruh terhadap IPSS, ‘seperti cilaporkan Teukamato (1995) di Jepang, dari 289 responden usia 40-79 tahun yang memberikan jawaban terhadap kuesioner IPSS yang telah dimodifikasi menurut versi Jepang adalah 42%", sedangkan Hunter (1996) di Spanyo! melaporkan dari 2002 responden usia lebih dari 50 tahun yang memberikar jawaban adalah 68,1 %." Namun Moon dk (1994) di Amerika melaporkan faktor pendiikan tidak berpengaruh tethadap_skor gejale."" Mengenai hal ini di Indonesia bbelum dlaporkan tetepi Djoko Raharo berpendapat bahwa di Indonesia lebin mudah menggunekan skor gojala menurut Madsen Iversen dibandingkan IPSS, kerena pada umumnya penderta berusia tua dan sult untuk mengisl jawaben yang bersifat ‘self assessment.” BAB MI KERANGKA TEOR! PROSTAT HIPERPLASIA | B00 <— Kel. Uretra | RESPON DETRUSOR | Kel. Bul ———> LUTS <4 Faktor internal Usia ‘Status Gizi (Obesitas) rss y Ringan Sedang Borat o7 ato 20-35 BAB WV HIPOTESIS Dari hal-hal tersebut diatas dikemukakan hipotesis sebagai berikut Semakin tua umur penderita PH semakin tinggi nial PSS. ‘Semakin tinggi pendidikan penderita PH semakin berkurang nila IPSS. Penderita PH dengan obese mempunyei ila IPSS. lebin tinggi 90%, Data berskala_ interval ‘+ Pendidikan : adalah tingkat pendidikan formal yang ditentukan erdasarkan jjazah yang diperoleh, dinyatakan dalam SD, SLTP, SLTA, PI. Data berskala orainal F. Alur Penelitian Luts Pom. Fisik (RT) TRUS PROSTAT Bukan PH HIPERPLASIA Eksidusl = | zB Inktusi Pongukuran : = lingkar pinggang ~lingkar panggul IPSS YY Ringan Sedang Borat o7 e419 2035 G. Cara Penelitian ‘Satiap penderita dengan keluhan LUTS dilakukan enamnesa mengensi gejala gojala tersebut serta diambil datanya meliputi usia dan pendidkanrya kemudian dilakukan pemeriksaan fisik (RT) dan pemeriksaan USG (TRUS) sehingga diagnosa Kiinis PH dapat clitegakkan, Pada penelitian ini pemeriksaan uroflowmetri tidak diakukan. Penderita PH disertal Kelainan Iain seperti tersebut dalam Kiteria feksklusi dikeluarkan dari penelitian, sedangkan yang memecuhi Kciteria inklusidllakukan penilaian IPSS menggunakan kuesioner IPSS terjemahan dalam bahesa Indonesia, pengisian kuestoner secara wawancara dilakukan oleh poneli. Kemudian dilakukan dilakuken ppengukuran lingkar pinggang dan lingkar penggul untuk menentukan WHR. H. Analisa Data Data ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik. Hubungan entara dia variabel ditentuken dengan koefisien korelasi Kendall (*) dan signifi kansi (©). Kekuatan hubungan ditentukan berdasarkan besamya nilai mutlak koetision korelasi sedangkan arah hubungan ditentukan berdasarkan rile posiif atau negat. Hubungan posit berarti jika variabel pertama bbertambah maka variabel kedua juga bertambeh sedangkan nilai negatit berartijke variabel pertama bertambah maka variabel kedua berkurang. Hubungan antara dua variabel dkatakan bermakna jka p < 0,0. ‘Tabel. Kekuatan hubungan antara dua variabel.? Ketuatan hubungan | Tidak aday iemah Koet Cucup Kut Sangat kuat BAB VI HASIL PENELITIAN A. Anal sampel ‘Sampel dalam peneiitian ini adalah semua penderite HP yang datang di IRJA maupun sudah dirawat di IRNA RSDK. Pengambilan data dengan kuesioner dilakukan di ruang pemeriksean dengan cara ‘wawancara dan pengisiannya dllakukan oleh peneli, Didapatkan 96 penderita HP. B. Karakteristik hasil penelitian, Retevata umur penderta adalah 62,04 + 9,05 tahun dengan ‘umur termuda 42 tahun dan tertua 81 tahun, Gambaran pola cistbusi ppenderita berdasarkan umur tampak dalam grafik 1. 2 | 0 ° sam Grafik 1, Pola distribusi penderita berdasarkan umur. Tingkat pendidikan penderta terbanyek adalah sekolah dasar dengan jumish 38 penderita dikuti dengan SMP dan SMU dengan jumiah yang sama yaitu 26 penderita dan Akademi! perguruan tinggi ‘sebanyak 6 penderita, Gambaran pola penderita. berdasarkan tingkat ppendidikan tampak dalam grafk 2 Grafik 2. Distbusi penderita berdasarkan tingkat pendidikan. ‘50100 160 200 250 30.0 75 126 175 25 275 325 less | Grafik 3. Pola distribusi penderita berdasarkan nilal IPSS, 8 Jumiah penderita yang mempunyai derajatringan sebanyak 12 (12,5 %), sedang 33 (84,4 %) dan borat 51 (53,1 9). Gambaran persentasi penderita tampak dalam grafk 4 Grafik 4, Grafik persentase penderita berdasarkan derajat IPSS. Rata-rata skor gojala dari IPSS tampak dalam tabel 1 ‘abel 1. Reta-rata skor gelala Ratavata | SD | Minimum | Maksimum IPSS ttl we | 7 | 8 3 incomp.empy | 308 | at o 3 Frequen 22 | 1a | oo 8 inicmiteney | 248 «| 499 | 5 Urconey 2x | 1 | o 5 Weak steam aor | 189 0 5 siraning are | 180 0 5 Noctua aso | toe | 5 aot ase) 130 1 3 19 Rata-vatanilal WHR penderita adaleh 88,23 % + 4,54 % dengan nilai terendeh 76,92 % dan tertinggi 101,15 %. Gambaran distibusi Penderita berdasarkan WHR tampak dalam graf 5. Grafik 5. Distibusi penderita bordasarkan rilai WHR. ‘Jumlah penderta non obese sebanyak 77 penderita dan dengan obese sebanyak 19 penderia, seperti tampak dalam grafik 6 Obese 19.2% Non obese aoa Grafik 6, Distibusi penderita berdasarkan rilai obesitas. . Analisis bivariat. Hubungan antara umur dan IPSS mempunyal koefision korolasi (9.0331 dengan tingkat kemaknaan (p) 0,00. Kurva estimasi hubungan antara umur dengan IPSS tampak dalam grafik 7 iss Grafik 7. Kurva estimasi hubungan antara umur dengan IPSS. Hubungan antara_tingkat pendidikan dengan IPSS mempunyal koofisien Koretast (*) -0,12 dengan tingkat kemeknan (p) 0,08, Kurva festimasi hubungan antara tingkat pendidikan dengen IPSS tampak dalam grafik 8, IPs Grafik 8. Kurva estimasi hubungan antaratingkat pencicikan dengan IPSs. 2 Hubungan antara WHR dengan IPSS mempunyai koefision korotasi (¢) 0,17 dengan tingkat kemaknaan (p) 0,01. Kurva estimasi hubungan antara WHR dengan IPSS tampak dalam grafik 9. Grafik 8. Kurva estimasi hubungan antara WHR dengan IPSS, Hubungan antara obesitas dengan IPSS mempunyai koofisien koretasi (7) 0,18 dengan tingket Kemaknaan (p) 0,02, Kurva estimasi hubungan antara obesitas dengan IPSS tampak dalam grafik 10. pss, 0 a 40 opesiras Grafik 10, Kurva estimasi hubungan antara obesitas dengan IPSS, 2 D. Analisis multivariat. ‘Analisis yang sudeh dilakukan di atas adalah analisisbivariat yang hanya menghubungkan dua variabel tanpa_mempertimbnangakan variabel lain yang bisa mempengaruhi hasilnya Oleh Karena itu diakukan juga aralisis multvariat dengan tetap mempertimbangkan variabel yang iain Analisis hubungan antara umur dan rilai IPSS dihitung dengan ‘menggunakan kontrol Kendall pendidikan dan WHR dengan hasil ‘angka koefision Korelasi_(¢) 0,44 dan tingkat kemaknaan (p) 0,00. ‘Analisis hubungan antara pendidikan dan ila IPSS dlhitung dengan menggunakan kontrol! kendali uur dan WHR dengan hasi _angka kosfisien korelasi (1) 0,01 dan tingkat kemaknaan (p) 0.46. ‘Analisis hubungen antara WHR dan nilal IPSS dihitung dengan menggunekan kontrol! kendall umur dan pendidikan dengan hasi ‘angka koefision korolasi (1) 0,22 dan tingkat kemaknaan (p) 0,02 IPSS ihitung dengan menggunekan kontrol kendali umur dan pendidikan dengan hasil ‘angka koefision kerolasi (1) 0,25 dan tingkat kemaknaan (p) 0,01 Perbandingan nial Koefsion korelasi dan tingkat kemaknaan hasil ‘analisis bivariat den multvariat tameak dalam tatel 1 ‘Tabel 1. Perbandingan nial koefsion korelasi dan tingkat kemaknaan ‘anlara analsisbivariat dan multivariat ‘Analisis hubungan antara obesitas dan 1Pss Bivariat | _Multivariat "Kena Umar Je} 031 oat Benen dan WHR p| ooo | ooo Pendiivan |r | -02 | 001 | Umardan WHR p| oe | 046 | war |r| oar | 022 | Umurdan pendiskan o| oot | oo | ovesitas [fr | oxe | 025 | Umurdan pendiskan p| om | oor | E. Pembahasan. Dari analisis bivariat satu ekor dengan uji Kendall didapatkan hhubungan entara umur dan IPSS yang cukup kuat (0,31) dan bermaina (p<0,05). Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa makin tue penderita makin besar kemungkinan terjadinya pembesaran Kelenjar prostat sehingga terjadi peningkatan rilal IPSS. Bosch (1996) di Belande mendapatkan hubungan yang lemeh antare Usia dan IPSS_(p-0,04) sedangkan Kojima dkk(1997) mendapati hhubungan yang sangat bermakna antara usia dan IPSS (p<0,0001)."° Dari analisis multvariat satu ekor dengan molakukan kontrol terhadap variabelpendidikan dan WHR didapatkan hasil yang tidak jauh berbeda yaitu hubungan yang cukup kuat ('=0,41) dan bermekna (P<0,05). Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa dalam peneltian ini mur betu-betul mempunyai hubungan yang cukup kuat dan bermakna dengan peningkatan nial IPSS. Dari analisis bivariat satu ekor dengan uii Kendall didapatkan hhubungan antara pendidikan dan IPSS yang lemah, berbanding tebalik (0,12) dan tidak bermekna (p> 0,05). Berbanding terbelik artinya ‘makin tinggi pendidikan maka makin rendah nila IPSS. Dari analsis ‘muttivariat satu ekor dengan melakukan kontsolterhadap variabel umur dan WHR didapatkan hasil yang berbeda yaitu hubungan yang lemah tetapi berbanding lurus (0,01) dan tidak bermakna (p>0,05). Oleh kkarena itu dapat dikatakan bahwa dalam penelitian ini pendidikan belul-betul tidek mempunyai hubungan yang bermakna dengan rita IPSS. Sesuai dengan hasil peneitian Moon dk (1997) di Amerika yang ‘melaporken faklor pendidikan tidak berpengaruh tertiadap IPSS." Dari analisis bivariat satu ekor dengan uj Kendall didapatkan hhubungan antara WHR dan IPSS yang lemah (r=0,17) tetapi bermakne (P<0,08). Hal ini sesuai dengan teori yang menyatekan bahwa makin {gemuk penderita makin besar produksi estrogen sehingga makin besar kemungkinan terjadinya pembesaran kelerjar prostat sehingga terjaci ey peningkatan rilai IPSS. Hal ini sesuai juga dengan hasil peneiitian Lee (1997) yang mendepetkan adarya hubungan antara WHR dan prostatismus tetapi tidak ada hubungan jka menggunakan BMI (body mass index). Dari analisis multvariat satu ekor dengan melakukan kontrol terhadap variabel umur dan pendidkan didapatkan hesil yang tidak jauh berbeda yaitu hubungan yang lemah (10,22) tetapi bermakna (70,05). Oleh Karena itu dapat dikatakan bahwa dalam penelitian ini WHR betul-betul mempunyai hubungan yang bermakna dengan peningkatan nilai IPSS walaupun hubunaannva lemah, Dati analisis biveriat satu ekor dengan uji Kendall didapatkan hubungan antara obesitas dan IPSS yang lemah (70,18) tetapi bermakna (p<0,05). Hal ini sesuai dengan toori yang menyatakan bahwa makin gemuk penderita makin besar produksi estrogen sehingga makin besar Kemungkinan terjadinya pembesaran kelenjar prostat sehingga terjadl peningkatan nial IPSS. Dari analisis multivariat satu ekor dengan melakukan Konivol terhadap variabel umur dan pendidikan didapatkan hasil yang tidak jauh berbeda yaitu hubungan yang lemah ('=0,26) tetapi bermakne (p<0,08). Oleh karena itu dapat

Você também pode gostar