Você está na página 1de 46

Sabtu, 4 12 2010

UJIANTESIS

PEREGANGAN OTOT DAN MOBILISASI SARAF


SETELAH LATIHAN LEBIH EFEKTIF
DIBANDINGKAN SEBELUM LATIHAN DALAM
MENGURANGI GEJALA DAN TANDA DELAYED
ONSET MUSCLE SORENESS OTOT OTOT
TUNGKAI ATAS

ARI SUDARSONO
0990361007

PROGRAM MAGISTER FISIOLOGI LATIHAN


UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR

Latar Belakang Masalah


PENDAHULUAN

Delayed Onset Muscle Soreness adalah keluhan pegal


otot yang paling banyak dikeluhkan olah orang yang
berolahraga baik
orang yang berolahraga untuk
rekreasi ataupun atlet sekalipun
Hampir selalu dalam berolahraga rangkaian latihan
yang dilakukan berupa: Pemanasan, latihan inti dan
pendinginan
Setiap selesai latihan jika dirasa ada otot yang cedera,
maka biasanya mereka yang berolahraga akan
melakukan kompres es atau massage bagian yang
cedera
Gerakan pada olahraga permainan termasuk bola
basket yang paling banyak adalah gerakan yang
melibatkan otot-otot pinggang bawah, tungkai dan kaki
sehingga lebih sering terkena cidera

Rumusan Masalah
1 Apakah pemberian peregangan dan mobilisasi saraf sebelum
latihan dapat mengurangi gejala dan tanda DOMS otot-otot
tungkai atas?
2 Apakah

pemberian peregangan dan mobilisasi saraf setelah

latihan dapat mengurangi gejala dan tanda DOMS otot-otot


tungkai atas?
3

Manakah

dari

kedua

intervensi

tersebut

yang

dapat

mengurangi gejala dan tanda DOMS otot-otot tungkai atas

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengurangan gejala dan tanda DOMS bila


dilakukan peregangan dan mobilisasi saraf setelah latihan
sebagai program pendinginan.

Tujuan Khusus

Untuk mengetahui pengurangan gejala dan tanda DOMS bila


dilakukan peregangan dan mobilisasi saraf setelah latihan
Untuk mengetahui pengurangan gejala dan tanda DOMS bila
dilakukan peregangan dan mobilisasi saraf sebelum latihan.
Untuk mengetahui perbedaan hasil pengurangan gejala dan
tanda DOMS antara peregangan dan mobilisasi saraf setelah
latihan dan sebelum latihan

Manfaat penelitian

Manfaat dalam teoritis: Sebagai


rujukan bagi peneliti lain dan
masyarakat yang ingin mengurangi
gejala dan tanda DOMS setelah
latihan
Manfaat praktis: Bermanfaat sebagai
bahan
acuan
dalam
memilih
intervensi yang diberikan setelah
program latihan untuk mengurangi
gejala dan tanda DOMS

KAJIAN PUSTAKA

Pengertian Delayed Onset Muscle Soreness:


Delayed Onset Muscle Soreness (DOMS) adalah gangguan
pada jaringan otot berupa peningkatan tonus, rasa pegal
dan nyeri serta penurunan kemampuan fungsi yang terjadi
minimal 24 jam setelah latihan dengan intensitas tinggi

Cara mengetahui DOMS:


1. Kemampuan lompat (jump performance)
2. Pengukuran lingkar paha (thigh circumference)
3. Ambang Nyeri tekan/ Pressure pain threshold (PPT)

Faktor yang menyebabkan DOMS:

- Latihan dengan kontraksi eksentrik yang intensif


- Tidak melakukan pemanasan sebelum latihan
- Tidak melakukan pendinginan setelah latihan

Contd

Peregangan/ Stretching
Adalah teknik manual terapi berupa penguluran
jaringan kontraktil dan jaringan lunak lain
Ada berbagai macam teknik, antara lain
- Pasif Streching; PNF Stretching, Forced Streching
- Active Stretching; Ballistic Stretching
Mobilisasi saraf/ Neural Mobilization
Adalah teknik manual terapi berupa penguluran
jaringan syaraf-syaraf tepi yang mensyarafi otot mulai
dari akar syaraf yang keluar dari spinal sampai ujung
yaitu di Neuro Muscular Junction

KERANGKA KONSEP

F. INTERNAL:

Inflamasi akut jaringan otot


Genetik

LATIHAN
BOLA BASKET

BEBAN PADA JAR.


OTOT
PEREGANGAN DAN
MOBILISASI SYARAF
SETELAH LATIHAN
PEGAL OTOT YANG
TERLAMBAT MUNCUL
(DOMS) BERKUANG

KEBUGARAN
FISIK

F. EKSTERNAL

Kurangnya pemanasan
Kurangnya pendinginan
Latihan yang tidak lazim atau fokus
terus menerus pada grup otot terten

HIPOTESIS
1.

Ada pengaruh pemberian peregangan dan mobilisasi saraf


sebelum latihan dalam mengurangi gejala dan tanda DOMS
otot otot tungkai atas

2.

Ada pengaruh pemberian peregangan dan mobilisasi saraf


setelah latihan dalam mengurangi gejala dan tanda DOMS
otot otot tungkai atas

3.

Ada perbedaan pengaruh antara pemberian peregangan


dan mobilisasi saraf setelah latihan dan sebelum latihan
dalam mengurangi DOMS otot otot tungkai atas

Rancangan Penelitian
Pretest-postest Control Group Design

O1

P1

O2

O3

P2

04

Keterangan

P = Populasi
R = Randomnisasi
S = Sampel
O1 = Data Awal Streching & Neural Mobilization stlh latihan
O3 = Data Awal Streching & Neural Mobilization sblm latihan
P1 = Perlakuan Kelompok I: peregangan dan mobilisasi saraf
sblm latihan
P2 = Perlakuan Kelompok II: pere gangan dan mobilisasi saraf
stlh latihan
O2 = Data Akhir peregangan dan mobilisasi saraf sblm latihan
O4 = Data Akhir peregangan dan mobilisasi saraf stlh latihan

Tempat dan Waktu


Penelitian

Tempat
Fitness Center Mandira RS.Dr.
Suyoto, Bintaro Jakarta Selatan
Waktu

Dilakukan pada akhir bulan


Nopember 2010

KRITERIA PEMILIHAN SAMPEL


1.
.

.
.
.

Kriteria Inklusi
Berbadan sehat (tidak sedang cedera atau
mendapatkan terapi akibat cedera)
Berusia 18 35 tahun
Bersedia menjadi sampel dalam penelitian
Mampu mengerti instruksi yang diberikan.

2. Kriteria eksklusi
.

Menderita sakit atau cedera pada sistem


muskuloskeletal
Meminum obat pereda nyeri ketika dalam rentang
penelitian

TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL


1.

2.
3.

Populasi : Adalah mereka yang biasa bermain


bola basket di lingkungan kompleks Sawangan
Regensi, Depok
Pilih berdasarkan Kriteria inklusi & eksklusi
Didapat sampel sesuai kriteria, jumlah dihitung
dengan rumus Pocock dan didapatkan jumlah 8
orang setiap kelompok

VARIABEL PENELITIAN
1. Variabel bebas
Peregangan
dan
Mobilisasi
Stretching & Neural mobilization
2. Varibel tergantung
Pegal Otot yang terlambat
Delayed Onset Muscle Soreness
3. Variabel kontrol
umur, tidak cedera.

saraf/

muncul/

METODE

Jenis Penelitian : Quasi eksperimen


Desain : pre test post test control
group design.

Perlakuan I
Stretching &
Neural
mobilization
sebelum latihan
Subyek penelititan

Insiden DOMS

Perlakuan II
Stretching & Neural
mobilization
sebelum latihan

Subyek penelitian

Insiden DOMS

Tehnik Analisa Data


UJI NORMALITAS DATA
1. Untuk mengetahui apakah populasi
terdistribusi normal maka digunakan uji
normalitas dengan menggunakan uji
Saphiro Wilk

Ho nilai P< nilai (0,05)


Ha nilai P> nilai (0,05),

UJI HOMOGENITAS
2. Untuk menguji homogenitas sampel
digunakan Levenes Test, untuk mengetahui
apakah data yang dianalisis bersifat homogen
atau tidak.

Pengujian Hipotesis
3. Untuk menguji signifikasi dua sampel
yang saling berpasangan pada kelompok
pelakuan I dengan uji T-Test Related.
Dengan penguji hipotesa Ho diterima bila
nilai P> nilai (0,05), sedangkan Ho
ditolak bila P< nilai (0,05).
Ho:

Tidak ada perbedaan pengurangan gejala


dan tanda DOMS sesudah latihan.
Ha: Ada perbedaan pengurangan gejala dan
tanda DOMS sesudah latihan.

Definisi Operasional

Stretching
atau
peregangan
merupakan
tindakan yang bertujuan untuk memanjangkan
struktur jaringan lunak yang memendek secara
patologis maupun non patologis. Dilakukan
dengan metode contract-relax yaitu peneliti/
fisioterapis memberikan tahanan ketika atlet
mengkontraksikan otot yang akan diregang
selama 10 detik setelah itu maka dilakukan
gerakan yang berlawanan/ otot diregang lagi
oleh fisioterapis selama 20 detik (dilakukan
pada otot hamstring, quadriceps, illiotibial
band/ tensorfaciae latae, glutei, dan adductors.

Mobilisasi saraf yang diberikan berupa


gerakan slump test yaitu atlet duduk
dengan posisi sedikit membungkuk,
kedua tangan bertemu di belakang
punggung dengan jari-jari tangan saling
terjalin. Gerakan berikutnya yaitu tungkai
diangkat 900 dengan lutut lurus dan
pergelangan kaki dorsoflexi 900 lalu
gerakan terakhir kepala ditundukkan
pelan-pelan sampai dagu menyentuh
dada

Lingkar paha adalah diameter otot-otot


tungkai atas yang diambil dari titik tengah
Kemampuan lompat adalah kemampuan
untuk melompat keatas dengan memanggul
beban seberat 30% kemampuan
Nyeri tekan adalah rasa tidak nyaman
apapun yang dirasakan ketika otot diberi
tekanan. Dilakukan dengan spuit 10 cc
(yang sudah diambil jarumnya) dan diberi
nilai dari 0 10 dimana bila semakin rendah
sudah terasa nyeri maka NAB nyeri rendah

PROSEDUR PENELITIAN
1. Prosedur Administrasi

Pengumpulan buku, jurnal baik melalui perpustakaan


maupun internet sebagai sumber penelitian.
Menyusun blangko isian data sampel.
Mengundang sampel untuk mengisi blangko dan
menjelaskan prosedur penelitian

2. Prosedur pengukuran awal


.
.
.

Membagi sampel dalam 2 kelompok


Mengambil data karakteristik fisik
Diberi perlakuan untuk merangsang munculnya
DOMS
Segera diukur post pelatihan dan intervensi

TAHAP PENGUMPULAN
DATA

Mencatat identitas diri sampel nama,


umur, dan jenis kelamin.
Mengukur antropometri tinggi badan
(m) dan berat badan (kg).
Mengukur data awal lingkar paha,
kemampuan melompat dan nyeri tekan

ALAT PENGUMPUL DATA


Timbangan badan
. Antropometer tinggi badan
. Mesin leg press
. Stop wacth
- Alat-alat tulis
. Meteran
.

TEKNIK ANALISIS DATA


1.

2.

3.
4.

5.

Uji Deskripif untuk menganalisis varian umur,


tinggi badan, berat badan dan parameter
DOMS.
Uji Normalitas dengan Shapiro Wilk Test untuk
mengetahuai distribusi ketiga kelompok
perlakuan.
Uji Homogenitas antar kelompok dengan
Levenes Test.
Uji t-test paired/ wilcoxon untuk mengetahui
perbedaan rerata hasil antar kelompok
perlakuan
Uji independent t-test/ mann whitney untuk
mengetahui mana yang lebih baik antara
perlakuan I dan II

KELEMAHAN PENELITIAN
1.Waktu penelitian yang terlalu mepet sehingga
tidak bisa mendapatkan hasil seperti yang
diasumsikan
2.Pekerjaan tidak sama sehingga mempengaruhi
pola istirahat

Karakteristik kondisi fisik


subyek
Rerata + SD
Karakteristik
Subyek

Kelompok 1 (N=8)

Kelompok 2 (N=8)

Umur (th)

32,75 6,49

30,75 3,45

Berat badan

65.75 7.978

72,54 10.056

169.63 2.669

170.75 5.548

Tinggi Badan
Lingkar paha middle

51.588 6.5283

47.825 5.7797

Kemampuan Lompat

59.88 3.603

57.38 3.462

Nyeri tekan

7.563 1.0836

7.500 1.1019

DATA HASIL WAKTU PEMULIHAN


Tabel 5.5
Data Uji Normalitas dengan Shapiro Wilk Test hasil
pemberian minuman dari ketiga perlakuan yaitu
minum air kelapa muda, minum pocari sweat dan
minum teh manis
Variabel

Rerata
(detik)

SD

SW

Minum AKM

12

205,000 65,0174

0,890

Minum PCS

12

267,272 63,5753

0,927

Minum TMS

12

336,923 63,4277

0,888

0,118
0,384
0,091

HOMOGENITAS
Tabel 5.6
Data Uji Homogenitas waktu pemulihan antar kelompok
dengan Levenes Test
Variabel

Sig

Waktu pemulihan antar kelompok

0,027

0,973

UJI PERBEDAAN EFEK PERLAKUAN ANTAR


KELOMPOK PERLAKUAN
Tabel 5.7
Data Uji perbedaan efek perlakuan antar kelompok
perlakuan dengan Uji Oneway Anova
Vriabel

Sig

Waktu pemulihan antar kelompok


0,000

13,291

UJI PERBEDAAN EFEK PERLAKUAN ANTAR


KELOMPOK PERLAKUAN
Tabel 5.8
Data uji perbedaan efek perlakuan antar kelompok dengan Least
Significant
Diffrenes (LSD) untuk menentukan perbedaan
waktu pemulihan
Perlakuan (I)

Minum AKM
Minum PCS
Minum TMS

Perlakuan(J)
Rerata
I-J
(detik)

Beda
Standar
(detik)

Kesalahan
(p)

Sig

Minum PCS
-26,2727 26,71779 0,026
Minum TMS
-131,9231 25,62307 0,000
Minum AKM
62,2727
26,71779 0,026
Minum TMS
-69,6503
26,22172 0,012
Minum AKM
131,9231 25,62307 0,000
Minum PCS
69,6503
26,22172 0,012

PEMBAHASAN
1.

2.

3.

Karateristik Subjek: Umur 13-14 tahun, Tinggi


badan, Berat badan 45-48 kels D 48-51 kelas
E kg dan Kebugaran fisik 10,49-12,01
Rerata umur subjek ketiga kelompok secara
bertutut-turut Klp I=13,580,52, Klp II= 13,48
0,51 dan Klp III= 13,5 0,52.
Rerata tinggi badan subjek ketiga kelompok
secara bertururt-turut Klp I=147,83 8,17m,
Klp II=150,33 89m dan Klp III=150,08
7,23m

BB dan KBF
4. Rerata berat badan subjek ketiga kelompok
secara berturut-turut Klp I=47,52,35kg, Klp
II=47,162,57 dan Klp III=47,752,26kg.
5. Rerata kebugaran fisik subjek ketiga kelompok
secara berturut-turut Klp I= 11090,58m/dt,
Klp
II=
1107
0,42m/dt
dan
Klp
III=11060,42m/dt.

KARATERISTIK SEMUA SUBJEK HOMOGEN


1.Semua kelompok diberikan perlakuan yang
sama.
2.Hasil waktu pemulihan tidak dipengaruhi dari
karateristik subjek Akibat dari perlakuan
masing-masing kelompok.

DISTRIBUSI,VARIAN SUBJEK PENELITIAN


Distribusi subjek ketiga klp. Perlakuan diuji dgn
Shapiro Wilk Test hasil uji statistik menunjukan
rerata waktu pemulihan AKM=205,00
dengan nilai p=0,118, rerata PCS=267,28
dengan nilai p=0,384, rerata TMS=336,92
dengan nilai p=0,091 data menunjukan
tidak ada perbedaan yg bermakna (p>0,05)
distribusi waktu pemulihan ketiga klp.
normal uji parametrik bisa dilanjutkan.

PERBEDAAN EFEK PERLAKUAN KETIGA


KELOMPOK
Perbedaan waktu pemulihan dpt dilihat hasil beda rerata
ketiga klp perlk. dan dpt dilht dari nilai p dgn batas
kemaknaan 5%, bila nilai p>0,05, maka perb. Antar
klp tdk bermakna p0,5, maka perb. Bermakna.
Uji perbedaan oneway anova dengan least significant
differences. Beda rerata secara berturut-turut AKM
dgn PCS dan TMS= -62,28 dt dan -131,92 dt dgn nilai
p 0,026 dan 0,000. PCS dgn AKM dan TMS=62,28 dt
dan -69,65 dt dgn nilai p 0,026 dan 0,012. TMS dgn
AKM dan PCS=131,92 dt dan 69,65 dt dgn nilai p
0,000 dan 0,012. Ketiga klp perl. Menunjukan adanya
perbedaan yg bermakna (p < 0,05).

AKM LEBIH CEPAT


Dilihat dari rerata waktu pemulihan AKM lebih cepat dari
pada PCS dan TMS 205,0065,02 dgn p
0,118267,2863,58 dgn p 0,384 336,9263,43 dgn
p 0,091.
Hasil ini dpt dibandingkan dari penelitian Gusbakti
(2007) dengan pemberian minuman berion dpt
mencegah kelelahan dan mempercepat waktu
pemulihan. Penelitian dilakukan di Fak. Ked. Univ.
Islam
Sumatra
Utara,
sedangkan
penelitian
Susilodinata dan Daniel (2007) pd mahasiswa smt II
bagian Ilmu Faal Fak. Ked. Univ. Tarumanagara Jakarta,
dengan
pemberian
minum
beroksigen
dpt
mempercepat waktu pemulihan dng hasil rerata 14,64
menit dan rerata air biasa 24,47 menit.

KENAPA LEBIH CEPAT


Susunan zat gizi pada AKM mendekati komposisi cairan isotonik .
Gula
Asam amino
Vitamin
Mineral
Komposisi
Glukosa
Asam glutamat
C
Potasium/kalium
4,7% padatan
Fruktosa
Arginin
Asam
Kalsium 2,6% gula
Nikotinat
Sukrosa
Leusin
Asam
Magnesium
0,55% protein
pantotenat
Lisin
Biotin
Klorida
0,47% lemak
Prolin
Riboflavin
Sodium/ natrium
0,46%
mineral
Asam aspartat
Alanin
Histidin
Fenilalanin
Serin
Sistin dan Tirosin
1.

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
1.Pemberian
pemulihan
Dwijendra
pemulihan
2.Pemberian
pemulihan
Dwijendra
pemulihan

AKM mempengaruhi hasil waktu


setelah aktivitas pada pesilat SMP
Denpasar, dimana rerata waktu
205,00 65,02 dtk
PCS mempengaruhi hasil waktu
setelah aktivitas pada pesilat SMP
Denpasar, dimana rerata waktu
267,28 63,58 dtk

3.Pemberian

TMS mempengaruhi hasil waktu


pemulihan setelah aktivitas pada pesilat SMP
Dwijendra Denpasar, dimana rerata waktu
pemulihan 336,9263,43 dtk
4.Dari ketiga minuman tersebut AKM lebih cepat
memulihkan denyut nadi setelah akt. dari
pada PCS atau TMS, hal ini dibuktikan
berdasarkan hasil beda rerata secara berturutturut 62,28 detik dan -131,92 detik dengan
nilai p berturut-turut 0,026 dan 0,000. dengan
nilai F didapat 13,291 dan p 0,000

SARAN

1.

2.

3.

Dari hasil penelitian disarankan:


Bagi pembina, pelatih dan guru olahraga
untuk mempercepat waktu pemulihan setelah
aktivitas dalam cab. pencak silat agar
memberikan minuman AKM.
Untuk melakukan penelitian lebih mendalam
lagi pada cab. olahraga yang lain.
Bagi industri AKM dikembangkan sebagai
minuman isotonik alami.

TERIMA KASIH

Você também pode gostar