Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Halusinasi adalah kesalahan persepsi yang berasal dari kesalahan
lima
panca
indra
yaitu
pendengaran,
penglihatan,
klien
peraba,
meniali
dan
ditinggalkan
oleh
orang
yang
diicintai,
tidak
dapat
adalah
suatu
keadaan
dimana
seseorang
persepsinya
akurat,
mampu
penciuman
melalui panca
dan
indera
perabaan)
(pendengaran,
klien
halusinasi
stimulus
panca
indera
tidak
sesuai
stimuls
yang
Adaptif
Maladaptif
Respon Adaptif
Distorsi pikiran
- Respon logis
- Distorsi pikiran
- Persepsi akurat - Perilaku aneh/
- Perilaku sesuai tidak sesuai
Gejala pikiran
- Delusi halusinasi
- Perilaku disgonisasi
Sulit
berespon
Emosi sosial
- Menarik diri
dengan
pengalaman
- Emosi berlebihan
normal
jika
menghadapi
suatu
masalah
akan
dapat
secara
kokoh
C. Etiologi
neurobiologis
yang maladaptif
baru mulai
kortikal
terhadap
stressor
dan
masalah
koping
dapat
proses
informasi
serta
abnormalitas
pada
mempengaruhi
respon
individu
dalam
menanggapi stressor.
D. Manifestasi
Menurut Stuart dan Sundeen (1998) yang dikutip oleh Nasution
(2003), seseorang yang mengalami halusinasi biasanya
memperlihatkan gejala-gejala yang khas yaitu:
1. Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai.
2. Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara.
3. Gerakan mata abnormal.
4. Respon verbal yang lambat.
5. Diam.
6. Bertindak seolah-olah dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan.
7. Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukkan ansietas
misalnya peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah.
8. Penyempitan kemampuan konsenstrasi.
9. Dipenuhi dengan pengalaman sensori.
10.
Mungkin kehilangan kemampuan untuk membedakan
antara halusinasi dengan realitas.
11.
Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan
oleh
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
orang lain.
19.
Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti
amuk dan agitasi.
20.
Menarik diri atau katatonik.
21.
Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang
kompleks.
22.
Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang.
E. Proses terjadinya halusinasi
Halusinasi berkembangan dalam empat fase (Stuart,G.W,
Sundeen,S.J, ;2005,; 424)
Tahap
Fase I :
Comforting
Ansietas
Sedang
Halusinasi
menyenangka
n
Karakteristik
Perilaku klien
rasa
bersalah,
ketakutan
dan
mencoba
ansietas.
mengenali
bahwa
pikiran-pikiran
dan
dapat
Tersenyum atau
tertawa yang tidak
sesuai
.Menggerakkan bibir
tanpa suara
Pergerakan mata
cepat
Respon verbal yang
lambat jika sedang
asyik
Diam dan asyik
ditangani.
Nonpsikotik
Pengalaman sensori menjadi
Meningkatnya tanda-
Fase II :
Condemning
Ansietas Berat
ansietas seperti
Halusinasi
peningkatan denyut
menjadi
jantung, pernafasan
menjijikkan
dipersepsikan. Klien
mungkin mengalami
Rentang perhatian
6
dipermalukan oleh
menyempit
Asyik dengan
pengalaman sensori
Psikotik ringan
dan kehilangan
kemampuan
membedakan
halusinasi dan
realita.
Tahap
Karakteristik
Perilaku klien
Fase III
Kemauan yang
Controlling
perlawanan terhadap
dikendalikan
Ansietas Berat
Pengalaman
diikuti.
sensori
Kesukaran
menjadi
berhubungan
berkuasa.
dengan orang
lain.Rentang
Psikotik
perhatian hanya
beberapa detik atau
menit.
Adanya tanda-tanda
fisik ansietas berat :
berkeringat, tremor,
tidak mampu
Fase IV :
mematuhi perintah.
Perilaku terror akibat
Conquering
panik.
Panik
mengikuti perintah
Umumnya
halusinasi.
atau homicide
menjadi
Aktivitas fisik
melebar dalam
merefleksikan isi
halusinasi.
halusinasi seperti
terapeutik
perilaku kekerasan,
7
(Psikotik).
F. Tipe Halusinasi
Jenis halusinasi
1. Halusinasi
Data subjektif
Data objektif
Mendengar
Mengarahkan
pendengaran
suara, menyuruh
telinga
(auditorik)
melakukan
yang
sumber suara
Bicara
atau
berbahaya
Mendengar suara
tertawasendiri
Marah-marah
tanpa sebab
Menutup telinga
Mulut berkomat-
kamit
Ada
sesuatu
yang
mengajak
bercakap-cakap
Mendengar
seseorang
pada
yang
sudah meninggal
Mendengar suara
gerkan
tangan
yang
mengancam
diri
atau
lain
2. Halusinasi
penglihatan
suara
yang
membahayakan
Melihat
seseorang
yang
Tatapan
pada
mata
tempat
8
(Visual)
sudah
meninggal,
melihat makhluk
tertentu,
meihat
tertentu
Menunjuk
arah tertentu
Ketakutan pada
obyek
bayangan, hantu
atau
ke
yang
dilihat
sesuatu
yang
menakutkan,
cahaya, monster
yang
memasuki
perawat
3. Halusinasi
Mencium sesuatu
Ekspresiwajah
penghidu
seperti
bau
(olfactory)
mayat,
darah,
sesuatu
dengan
gerakan
cuing
bau
hidung,
masakan,
parfume
seperti mencium
yang
mengarahkan
menyenangkan
Klien
sering
hidung
pada
tempat tertentu
mengatakan
mencium
bau
sesuatu
Tipe
halusinasi
ini
sering
meyertai
pasien
dimensia, kejang,
atau
4. Halusinasi
peraba (tactile)
penyait
serebrovaskuler
Klien
Mengusap
mengatakan
menggaruk-
adasesuatu yang
garuk , meraba-
menerayangi
rabapermukaan
tubuh
kulit.
seperti
Terihat
9
tangan, binatang
menggerak-
kecil,
gerakan
makhluk
halus
Merasakan
badan
seperti
merasakan
sesuatu
di
sesuatu rabaan
permukaan kulit,
merasa
sangat
panas
atau
dingin,
merasa
tersengat
5. Halusinasi
listrik
Klien
aliran
seperti
Seperti
pengecapan
sedang
mengecap
(gustatory)
merasakan
sesuatu, gerakan
masakan
mengunyah,
tertentu,
atau
meludh
mengunyah
6. Halusinasi
muntah
sesuatu
Klien melaporkan
cenestheitic&kin
bahwa
estetic
tubuhnya
fungsi
dapat
tiak
terrdetesi
misalnya:
adanya
di
tidak
deyutan
otak,
atau
atau
sensasi
Klien
terlihat
menatap
tuuhnya
sendiri,
dan
terlihat
merasakan
sesuatu
aneh
yang
tentang
tubuhnya
pembentukan
urin
di
dalam
tubuhnya,
perasaan
tubuhnya
melayang di atas
bumi
10
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keperawatan
1. Membantu klien mengenali halusinasi
Perawat mencoba menanyakan pada klien tentang isi halusinasi
(apa yang didenganr/dilihat), waktu terjadi halusinasi, frekuensi
terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul
dan perasaan pasien saat halusinasi muncul.
2. Melatih pasien mengontrol halusinasi
Untuk membantu klien agar mampu mengontrol halusinasi perawat
dapat mendiskusikan empat cara mengontrol halusinasi pada klien.
Keempat cara tersebut meliputi:
a. Menghardik halusinasi
menghardik halusinasi adalah upaya mengendalikan diri terhadap
halusinasi dengan cara menolak halusinasi yang muncul. Pasien
dilatih untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi yang muncul
atau tidak memperdulikan halusinasinta. Kalau ini bisa dilakukan,
pasien akan mampu mengendalikan diri dan tidak mengikuti
halusinasi yang muncul. Mungkin halusinasi akan tetap ada
namun dengan kemampuan ini pasien tidak akan larut untuk
menuruti apa yang ada didalam halusinasinya. Tahapan tindakan
meliputi :
1) Menjelaskan cara menghardik halusinasi
2) Memperagakan cara menghadik
3) Minta pasien memperagakan ulang
4) Memantau penerapan cara ini, menguatkan perilaku
pasien
5) Bercakap-cakap dengan orang lain
6) Melakukan aktivitas yang terjadwal
7) Mengunakan obat secara teratur
3. Melatih bercakap-cakap dengan orang lain
Untuk mengontrol halusinasi dapat juga dengan bercakapcakap dengan orang lain. Klitika pasien bercakap-cakap dengan
orang lain maka terjadi distraksi, fokus perhatian pasien beralih dari
halusinasi kepercakapan yang dilakukan dengan orang tersebut.
11
pasien
mengunakan
obat
secara
teratur
sehingga
akibatnya
klien
mengalami
kekambuhan.
Bila
6. Pemberian psikofarmakoterapi
Gejala halusinasi sebagai salah satu gejala psikotik/skizofrenia
biasanya diatasi dengan mengunakan obat-obat anti psikotik antara lain
:
golongan butirofenon : haloperidol,haldol, serenace, ludomer, pada
kondisi akut biasanya diberikan dalam bentuk ijeksi 3x5 mg,.pemberian
injeksi biasanya cukup 3 x 24 jam. Setelahnya klien biasanya diberikan
obat peroral 3 x 5 mg. Golongan fenotiazin : chlorpromazine/
largactile/promactile. Biasanya diberikan peroral. Kondisi akut biasanya
diberikan 3 x 100 mg. Apabila kondisi sudah stabil dosis dapat dikurangi
1 x 100 mgpada malam hari saja.
7. Memantau efek samping obat
Perawat perlu memahami efek samping yang sering ditimbulkan
oleh obat-obat psikotik seperti : mengantuk, tremor, mata terlihat
keatas,
kaku-kaku
otot,
otot
bahu
tertarik
sebelah,hipersalivasi,
13
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
HALUSINASI
A. Pengkajian
Identitas klien dan penanggung
Yang perlu dikaji yaitu: nama, umur, jenis kelamin, agama,
suku, status, pendidikan, pekerjaan, dan alamat.
perawatan.
Faktor predisposisi
1. Faktor perkembangan terlambat
a. Usia bayi tidak terpenuhi kebutuhan makanan, minum dan
rasa aman.
b. Usia balita, tidak terpenuhi kebutuhan otonomi.
c. Usia
sekolah
mengalami
peristiwa
yang
tidak
terselesaikan.
2. Faktor komunikasi dalam keluarga
a. Komunikasi peran ganda.
b. Tidak ada komunikasi.
c. Tidak ada kehangatan.
d. Komunikasi dengan emosi berlebihan.
e. Komunikasi tertutup.
14
skizofrenia
berpeluang
15%
mengalami
Faktor presipitasi
Faktor faktor pencetus respon neurobiologis meliputi:
1. Berlebihannya proses informasi pada system syaraf yang
menerima dan memproses informasi di thalamus dan
frontal otak.
2. Mekanisme penghataran
listrik
di
syaraf
terganggu
Kesehatan
Nutrisi dan tidur kurang, ketidaksiembangan irama sirkardian,
kelelahan
dan
infeksi,
obat-obatan
system
syaraf
pusat,
kesehatan.
Lingkungan
Lingkungan sekitar yang memusuhi, masalah dalam rumah
tangga, kehilangan kebebasan hidup dalam melaksanakan pola
aktivitas sehari-hari, sukar dalam berhubungan dengan orang
lain, isoalsi social, kurangnya dukungan social, tekanan kerja
(kurang
terampil
dalam
bekerja),
stigmasasi,
kemiskinan,
pekerjaan.
Sikap
Merasa tidak mampu (harga diri rendah), putus asa (tidak
percaya diri), merasa gagal (kehilangan motivasi menggunakan
keterampilan
diri),
kehilangan
kendali
diri
(demoralisasi),
pengobatan
dan
ketidak
adekuatan
penanganan gejala.
Perilaku
Respon perilaku klien terhadap halusinasi dapat berupa
curiga, ketakutan, rasa tidak aman, gelisah, bingung, perilaku
merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu mengambil
keputusan, bicara inkoheren, bicara sendiri, tidak membedakan
yang nyata dengan yang tidak nyata.
Perilaku klien yang mengalami halusinasi sangat tergantung
pada jenis halusinasinya. Apabila perawat mengidentifikasi
adanya tanda tanda dan perilaku halusinasi maka pengkajian
selanjutnya harus dilakukan tidak hanya sekedar mengetahui
jenis halusinasi saja. Validasi informasi tentang halusinasi yang
diperlukan meliputi:
Isi halusinasi
16
apa
yang
dikatakan
suara
itu,
jika
halusinasi
visual,
bau
penghidu,
rasa
apa
apa
yang
yang
tercium
dikecap
jika
jika
halusinasi
halusinasi
perabaan.
halusinasi.
Situasi pencetus halusinasi.
Perawat perlu mengidentifikasi situasi yang dialami sebelum
halusinasi muncul. Selain itu perawat juga bias mengobservasi
apa yang dialami klien menjelang munculnya halusinasi untuk
memvalidasi
Respon Klien
Untuk
menentukan
pernyataan
sejauh
mana
klien.
halusinasi
telah
17
diri.
Kebutuhan persiapan pulang: yaitu pola aktifitas seharihari termasuk makan dan minum, BAB dan BAK, istirahat
tidur,
perawatan
diri,
pengobatan
dan
pemeliharaan
18
D. D
K
L.
1
M. Ga
ng
gu
an
se
ns
ori
pe
rs
ep
si
ha
lu
si
na
si
E. PERENCANAAN
I. KRITERI
J. INTERVENSI
A
EVALUA
SI
N. Pasien
O. Setelah
P. SP 1
mampu
pertemua
Bantu pasien
:
n pasian
dalam
Mengenai
dapat
mengenal
menyebu
halusinasi
halusinasi :
- Isi
tkan :
yang
- Frekuensi
dialaminya Isi , waktu,
- Situasi
Mengontro
frekuensi,
pencetus
l
situasi
- Perasaan
halusinasi
pencetus,
saat terjadi
nya
perasaan
halusinasi
Mengikuti
Mampu
Latih
program
memperaga
mengontrol
pengobata
kan cara
halusinasi
n secara
dalam
dengan cara
optimal
mengontrol
menghardik
halusinasi
Q. Tahapan
H. TUJUAN
tindakannya
meliputi :
- Jelaskan
cara
menghardik
halusinasi
- Peragakan
cara
menghardik
- Minta
pasien
memperaga
kan ulang
- Pantau
penerapan
cara ini, beri
penguatan
perilaku
K. RASION
AL
Mengetahui
jenis
halusinasi
sehingga
klien dapat
membedaka
n hal yang
nyata atau
tidak
R.
S.
T.
U.
Mengetahui
tindakan
yang
dilakukan
dalam
mengontrol
halusinasiny
a.
V.
W.
X.
Y.
Z.
AA.
AB.
AC.
19
AF.
AG.
AH.
AI. Setelah
pertemua
n pasien
mampu :
Menyebu
tkan
kegiatan
yang
sudah
dilakukan
Mempera
gakan
cara
bercakap
-cakap
dengan
orang
lain
AJ.
AM. AN.
AO.
AP.Setelah
pertemua
n pasien
mampu :
Menyebu
tkan
kegiatan
yang
sudah
dilakukan
dan
Membuat
pasien
AD.
- Masukkan
dalam
AE.
jadwal
kegiatan
pasien
AL.
AK.
SP 2
Evaluasi
Mengetahui
kegiatan yang
bahwa
lalu (SP 1)
pasien telah
Latih berbicara/
mengerti
bercakap
apa yang
dengan orang
telah dilatih
lain saat
oleh
halusinasi
Masukkan
perawat
sehingga
dalam jadwal
pasien dapat
kegiatan
menggunak
pasien
annya
kembali.
Mengetahui
dan
mengendalik
an
halusinasi
Mampu
mengontrol
setiap
perkembang
an
halusinasi
AT.
AQ.
SP 3
Mengetahui
Evaluasi
apakah
kegiatan yang
pasien telah
lalu (SP 1 dan
mengerti
SP 2)
Latih kegiatan
apa yang
telah dilatih
agar halusinasi
oleh
tidak muncul
AR.
Tahapann
perawat
ya :
sehingga
- Jelaskan
klien dapat
pentingn
melakukann
20
jadwal
kegiatan
seharihari dan
mampu
memper
agakan
ya
ya kembali
aktivitas Melatih
halusinasi
yang
tidak muncul
teratur
AU.
untuk
mengata
AV.
si
AW.
halusinas
AX.
i
- Diskusika
AY.
n
aktivitas
AZ.
yang
biasa
BA.
dilakukan
BB.
oleh
pasien
BC.
- Latih
pasien
BD.
melakuka
n
BE.
aktivitas
- Susun
BF.
jadwal
aktivitas
BG.
seharihari
sesuai
dengan
aktivitas
yang
telah
dilatih
(dari
bangun
pagi
sampai
tidur
malam)
AS. Pantau
pelaksanaan
jadwal
kegiatan,
21
BH. BI.
BP.
BQ.
BJ.
BR.
Ke
luarga
mampu
merawa
t pasien
BK.
BL.
Set
elah
pertemua
n pasien
mampu :
Menyebu
tkan
kegiatan
yang
sudah
dilakukan
Menyebu
tkan
manfaat
dari
program
pengobat
an
BS.
Set
elah
pertemua
n
keluarga
berikan
penguatan
terhadap
perilaku pasien
yang positif
BM.
BN.
SP 4
Evaluasi
kegiatan yang
lalu (SP 1, SP 2,
SP 3)
Tanyakan
program
pengobatan
Jelaskan
pentingnya
penggunaan
obat pada
gangguan jiwa
Jelaskan akibat
bila tidak
digunakan
sesuai program
Jelaskan akibat
putus obat
Jelaskan cara
mendapatkan
obat/ berobat
Jelaskan
pengobatan (5
B)
Latih pasien
minum obat
Masukkan
dalam jadwal
harian pasien
BO.
Meningkatk
an
pengetahua
n klien
tentang
fungsi obat
yang
diminum
agar klien
mau minum
obat secara
mandiri dan
teratur
Mengetahui
berobat
dengan
berkala
Meningkatk
an
pengetahua
n klien
tentang
fungsi obat
yang
diminum
Mampu
minum obat
secara
mandiri
Mengetahui
berobat
dengan
berkala
BU.
BT.SP 1
Mengetahui
Identifikasi
apa yang
masalah
dirasakan
keluarga dalam
keluarga
22
di
rumah
dan
menjadi
sistem
penduku
ng yang
efektif
untuk
pasien
mampu
menjelas
kan
tentang
halusinas
i
merawat
seperti
pasien
kesulitan
Jelaskan
dalam
tentang
merawat
halusinasi
pasien
- Pengertia
BV.
Meningkatka
n
halusinas
n
i
pengetahua
- Jenis
n keluarga
halusinas
BW.
ten
i yang
tang
dialami
halusinasi,
pasien
perawatan
- Tanda
terhadap
dan
klien
BX.
gejala
BY.
halusinas
BZ.
i
CA.
- Cara
merawat
pasien
halusinas
i (cara
berkomu
nikasi
pemberia
n obat
dan
pemberia
n
aktivitas
kepada
pasien)
- Sumbersumber
pelayana
n
kesehata
n yang
bisa
dijangkau
- Bermain
peran
23
CB. CC.
CH. CI.
CD.
CJ.
cara
merawat
Rencana
tindak
lanjut
keluarga,
jadwal
keluarga
untuk
merawat
pasien
CE.
Set
elah
pertemua
n
keluarga
mampu :
Menyeles
aikan
kegiatan
yang
sudah
dilakukan
Mempera
gakan
cara
merawat
pasien
CF.SP 2
Evaluasi
kemampuan
keluarga
Latih keluarga
merawat
pasien
RTL keluarga
atau jadwal
keluarga untuk
merawat
CK.
Set
elah
pertemua
n
keluarga
mampu :
Menyebu
tkan
kegiatan
yang
sudah
dilakukan
Mempera
gakan
CL.
SP 3
Evaluasi
kemampuan
keluarga (SP 2)
Latih keluarga
merawat
pasien
RTL keluarga
atau jadwal
keluarga untuk
merawat
pasien
CG.
Mengetahui
sejauh mana
kemampuaa
n keluarga
dalam
merawat
klien
Mengetahui
keluarga
apakah ikut
serta dalam
pemulihan
pasien
Mengidentifi
kasi
perkembang
an pasien
CM.
Mengetahui
sejauh mana
kemampuaa
n keluarga
dalam
merawat
klien
Mengetahui
keluarga
apakah ikut
serta dalam
pemulihan
pasien
Mengidentifi
24
CN. CO.
CP.
cara
merawat
pasien
serta
mampu
membuat
RTL
CQ.
Set
elah
pertemua
n
keluarga
mampu :
Menyebu
tkan
kegiatan
yang
sudah
dilakukan
Melaksan
akan
Follow Up
CT.
kasi
perkembang
an pasien
CS.
CR.
SP 4
Mengetahui
Evaluasi
sejauh mana
kemampuan
kemampuaa
keluarga
Evaluasi
n keluarga
dalam
kemampuan
merawat
pasien
RTL keluarga
klien
- Follow Up Mengidentifi
- Rujukan
kasi
kemampuan
pasien
selama
perawatan
25
CU.
DAFTAR PUSTAKA
CV.
CW. Dalami,
Ermawati.
2009.
Asuhan
Keperawatan
Klien
Dengan
Perencanaan
Jakarta: EGC
CY. Keliat, Budi Anna. 2010. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta: EGC
CZ. Kusumawati, Farida. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. 2010. Jakarta:
Salemba Medika
DA. Stuart,G.W,
Sundeen,S.J,
(2005), Keperawatan
Jiwa,
ed-3,
jakarta,EGC
DB. Yosep, Iyus. Keperawatan Jiwa .2007. Bandung : Refika Aditama
DC.
DD.
DE.
26