Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Disusun Oleh :
Arisyanudin Prastyo, S.Kep
3215002
LEMBAR PENGESAHAN
ANALISA JURNAL
PENGARUH LATIHAN NAFAS DIAFRAGMA (DIAPHRAGMA
BREATHING) TERHADAP PENURUNAN SESAK NAFAS PADA PASIEN
PPOK DIRUANG DHOHO BRSD PROF. SOEKANDAR MOJOSARI
MOJOKERTO
Disusun Oleh :
Arisyanudin Prastyo
3215002
Tanggal
Pembimbing Akademik
Pembimbing Klinik
(Sihono, S. Kep
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Di Indonesia saat ini ada kecenderungan peningkatan jumlah kasus
paru obstuktif kronis (PPOK) ( Sinarharapan, 2004). Penyakit paru obstruktif
menahun (PPOK) adalah penyakit atau gangguan
kelainan ventilasi berupa ganggan
progresif non reversible atau reversible parsial. Sering pula disebut dalam
istilah asing Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD). Gangguan
obstruktif yang terjadi menimbulkan dampak buruk terhadap penderita karena
menimbulkan gangguan oksigenasi dengan segala dampaknya.
Obstruktif
saluran napas yang terjadi bisa bertambah berat jika ada gangguan lain seprti
infeksi saluran napas dan eksaserbasi akut penyakitnya ( Yunus Faisal.1997).
PPOK terdiri atas bronkitis kronik, emfisema, bronkiekstasi dan asma
(Smeltzer & bare, 2002).
Penderita PPOK kebanyakan mengalami gejala sesak napas akibat
obstruksi jalan napas yang mengarah pada ketidakefektifan pola napas. Hal ini
juga terjadi pada pasien PPOK di RSUD Panembahan Senopati Bantul. Rata
rata semua pasien PPOK datang dengan keluhan sesak napas sedang dan berat.
Penderita mengalami gangguan udara yang progresif yang dapat menjurus ke
kegagalan pernapasan dan resiko kematian.
Pasien Tn. Y datang ke IGD dengan keadaan sadar, Tn. T mengeluh
sesak nafas sejak tadi pagi. Sebelumnya klien batuk sejak 7 hari yang lalu. TD :
110/70 mmHg, Nadi 145 x/menit, RR : 40 x/menit, Suhu : 36,7oC, pasien
tampak gelisah, keringat dingin, tanyan tampak sianosis. Saat di IGD Tn. Y
mendapatkan terapi O2 3 lpm NRM, infus NaCL 15 tpm, inj. Furosemid 40
mg, Aspilet 160 mg, ISDN % mg, Azithromycin 500 mg. Pada kasus ini
perawat hanya memberikan intervensi kolaboratif berupa pemberian terapi
farmakologis dalam penanganan sesak nafas Tn. Y.
Perawat memiliki peran dalam pengelolaan sesak nafas pada pasien
dengan PPOK yaitu berupa intervensi keperawatan yang meliputi intervensi
Bantul,
hanya
menggunakan
intervensi
kolaboratif
secara
B. NAMA PENELITI
6. Penelitian ini dilakukan oleh Duwi Basuki, Agus Hariyanto, dan Dia
Metasari.
D. TUJUAN PENELITIAN
7. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh latihan nafas diafragma
untuk menurunkan sesak nafas pada pasien PPOK Di Ruang Dhoho BRSD
Prof. Soekandar Mojosari.
E. POPULASI
8. Populasi dalam penelitian Duwi Basuki, Agus Hariyanto, dan Dia Metasari
yaitu pasien yang mengalami sesak nafas dengan diagnosa PPOK di ruang
Dhoho BRSD Prof. Soekandar Mojosari. Jumlah sampel dalam penelitian ini
adalah 16 orang.
F. METODE
9. Desain penelitian ini adalah pra eksperimen one group pre-post test
design. Penelitian ini adalah mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan
cara melibatkan satu kelompok subyek. Kelompok subyek diobservasi
sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah dilakukan
intervensi.
G. INTERVENSI
10.
saja dengan merasakan udara mengalir dari hidung atau mulut secara
perlahan-lahan menuju ke paru dan berbalik melalui jalur yang sama sehingga
semua rangsangan yang berasal dari indra lain dihambat
11.Langkah langkah Diafragma Breathing yaitu:
1. Letakkan kedua tangan di atas perut
2. Tarik nafas melalui hidung, rasakan perut mengembang
3. Buang nafas, rasakan perut kembali melembut mengempis,
4. Lakukan selama 10 menit dan lakukan sambil memejamkan mata.
12.
1. Posisikan tubuh secara nyaman : pilih posisi nyaman, duduk relaks maupun
berbaring setengah tidur dengan mata tertutup.
2. Pernapasan diafragma memerlukan keyakinan untuk tetap memusatkan perhatian
hanya pada pernapasan. Cara yang biasa dilakukan yaitu dengan merasakan aliran
uadara yang masuk dan keluar dari hidung atau mulut, menuju paru dan
merasakan naiknya perut dan turun kembali, merasakan udara keluar dari paru,
tenggorokan dan rongga hidung. Ada 4 fase yang dapat digunakan untuk
meningkatkan konsentrasi pada napas dalam yaitu :
a. Fase I : Inspirasi, menarik udara masuk ke dalam paru melalui saluran
hidung (atau mulut) dilakukan dalam empat kali hitungan (4 detik)
b. Fase II : Berikan sedikit jeda sebelum udara dikeluarkan dari paru
c. Fase III : Ekshalasi, mengeluarkan udara dari paru melalui saluran
masuknya udara. Dilakukan setelah hitungan ke-5 sampai 10.
d. Fase IV : Beri jeda setelah mengeluarkan nafas sebelum mulai
menghirup napas kembali
3. Visualisasi : pernapasan diafragma yang diikuti dengan imajinasi sangat
13.
H. HASIL
14.Hasil penelitian menunjukkan bahwa penurunan sesak nafas dari
sesak sedang sebanyak 15 (93,75) orang ke sesak ringan sebanyak 4 orang
(25%) adalah 68,75%. Dan dari perhitungan SPSS Wilcoxon Sign Rank Test
menunjukan signifikasi p = 0,002 dan = 0,05. Oleh karena signifikasi p=
0,002 < = 0,05 maka Ho ditolak yang berarti ada pengaruh latihan nafas
diafragma terhadap penurunan sesak nafas pada pasien PPOk di ruang Dhoho
BRSD Prof.Soekandar Mojosari.
I. HUBUNGAN HASIL PENELITIAN DENGAN KONDISI RIIL DI
KLINIS
15.
nafas,
sedangkan
intervensi
kolaboratif
berupa
pemberian
farmakologis.
16.
Panembahan Senopati Bantul, latihan nafas ini adalah salah satu cara untuk
mengurangi sesak nafas dengan cara nonfarmakologis pada pasien PPOK.
J. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN JURNAL
1. Kelebihan Jurnal
a. Judul mudah dipahami, sudah menyiratkan masalah keperawatan yaitu
pengaruh latihan
penurunan sesak nafas pada pasien PPOK di Ruang Dhoho BRSD Prof.
Soekandar Mojosari.
b. Abstrak sudah jelas dan mengandung ringkasan dari hasil utama
meliputi latar belakang, tujuan, metode, populasi, intervensi, dan hasil.
c. Pendahuluan sudah jelas, pernyataan masalah tidak ambigu dan mudah
diidentifikasi. Konsep dan populasi dalam penelitian sudah jelas
dicantumkan, selain itu masalah dalam jurnal mempunyai hubungan
dengan keperawatan.
d. Dalam penelitian ini menggunakan satu kelompok intervensi, kelompok
tersebut di evaluasi sebelum dan sesudah dilakukan intervensi.
e. Pemberian latihan nafas diafragma masih jarang dilakukan sehingga
bisa diterapkan.
2. Kekurangan Jurnal
19.
22.
ANALISA
23.
JURNAL PEMBANDING
24.
25.
1.
penelitian
27.
28.
2.
30.
penelitian
31.
Tempat
3.
33.
penelitian
34.
Metode
Masyarakat Surakarta
35. Quasi eksperiment Pretest-Postest
4.
36.
penelitian
37.
Populasi
5.
penelitian
39.
40.
5.
Judul
Nama
Hasil
dengan
penelitian
dimana
Lip
Breathing
Exercise
inflasi
46.
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Latihan nafas diafragma merupakan salah satu cara menurunkan sesak
nafas pada pasien PPOK secara nonfarmakologis. Latihan nafas difragma
yang dilakukan secara kontinu dapat mengurangi derajat obstruktif.
Selain itu, latihan nafas difragma adalah cara yang sederhana dan dapat
diterapkan pada semua pasien.
2. Ada pengaruh latihan nafas diafragma terhadap penurunan sesak nafas
pada pasien PPOK . dari peritungan SPPS Wilcoxon Rank Test
menunjukkan signifikansi 0,002 <0,05 maka Ho ditolak atau ada
pengaruh terhadap penurunan sesak nafas pada pasien PPOK. Latihan
nafas diafragma berpengaruh terhadap penurunan sesak nafas pada
pasien PPOK yang ditunjukkan dengan penurunan sesak nafas pada
pemeriksaan frekuensi pernafasan, nadi dan suara nafas normal.
B. SARAN
1. Bagi Rumah sakit
47. Diharapkan rumah sakit mampu meningkatkan dalam menyediakan
sarana dan prasarana yang dapat mendukung kesembuhan pasien.
2. Bagi Perawat IGD
48. Diharapkan perawat mampu melakukan intervensi keperawatan
mandiri contohnya berupa pemberian latihan nafas diafragma dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan PPOK.
3. Bagi institusi pendidikan
49. Diharapkan institusi mampu meningkatkan mutu
dalam
52.
51.
DAFTAR PUSTAKA
Benson, H., & Proctor, W. (2002). Dasar-dasar respon relaksasi :
Bagaimana menggabungkan respon relaksasi dengan keyakinan pribadi
53.
54.
55.
Mosby Company.
Elizabet, Wilson Mc. Carty. (2010). Pathofisiologi Konsep Klinik Proses-
56.
57.
58.
Jakarta : EGC.
Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1.Jakarta : Media
Price, S.A. & Wilson, L.M. (2002). Pathophysiology: Clinical Concept
of Disease Processes. 3th Edition. Alih bahasa : Anugerah, P. Jakarta:
59.
EGC
Price, S.A. & Wilson, L.M. (2005). Pathophysiology: linical Concept of
60.
61.
62.
63.
64.
65.
EGC
Suryono. (2012).Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : UI Press
66.