Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
DEFINISI
Eritroderma ( dermatitis eksfoliativa ) adalah kelainan kulit yang ditandai
dengan adanya eritema seluruh / hampir seluruh tubuh , biasanya disertai skuama (
Arief Mansjoer , 2000 ).
Dermatitis eksfoliata generalisata adalah suatu kelainan peradangan yang
ditandai dengan eritema dan skuam yang hampir mengenai seluruh tubuh
( Marwali Harahap , 2000 )
Dermatitis eksfoliata merupakan keadaan serius yang ditandai oleh inflamasi
yang progesif dimana eritema dan pembentukan skuam terjadi dengan distribusi
yang kurang lebih menyeluruh ( Brunner & Suddarth, 2002 )
B. ETIOLOGI
Berdasarkan penyebabnya , penyakit ini dapat dibagikan dalam 2 kelompok :
1.
2.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan darah didapatkan albumin serum yang rendah dan
peningkatan gammaglobulin, ketidakseimbangan elektrolit, protein fase
akut meningkat, leukositosis, maupun anemia ringan
2. Histopatologi
Pada kebanyakan penderita dengan eritroderma histopatologi dapat
membantu mengidentifikasi penyebab eritroderma pada sampai dengan
50% kasus, biopsi kulit dapat menunjukkan gambaran yang bervariasi,
tergantung berat dan durasi proses inflamasi. Pada tahap akut, spongiosis
dan parakeratosis menonjol, terjadi edema. Pada stadium kronis, akantosis
dan perpanjangan rete ridge lebih dominan.
3. Eritroderma akibat limfoma, yang infiltrasi bisa menjadi semakin
pleomorfik, dan mungkin akhirnya memperoleh fitur diagnostik spesifik,
seperti bandlike limfoid infiltrate di dermis-epidermis, dengan sel
cerebriform mononuclear atipikal dan Pautriers microabscesses. Pada
penderita dengan Sindrom Sezary ditemukan limfosit atipik yang disebut
sel Sezary. Biopsi pada kulit juga memberi kelainan yang agak khas, yakni
terdapat infiltrat pada dermis bagian atas dan terdapatnya sel Sezary.
Disebut sindrom Sezary, jika jumlah sel Sezary yang beredar 1000/mm 3
atau lebih atau melebihi 10% sel-sel yang beredar. Bila jumlah sel tersebut
di bawah 1000/mm3 dinamai sindrom pre-Sezary.
4. Pemeriksaan immunofenotipe infiltrate limfoid juga mungkin sulit
menyelesaikan
permasalahan
karena
pemeriksaan
ini
umumnya
dari
tempat-tempat
yang
dipilih
dengan
cermat
dapat
ekuivalen
dengan sitostatik,
biasanya
digunakan
F. PENGKAJIAN FOKUS
Pengkajian keperawatan yang berkelanjutan dilaksanakan untuk mendeteksi
infeksi. Kulit yang mengalami disrupsi , eritamatosus serta basah amat rentan
terhadap infeksi dan dapat menjadi tempat kolonisasi mikroorganisme
pathogen yang akan memperberat inflamasi antibiotik , yang diresepkan
dokter jika terdapat infeksi , dipilih berdasarkan hasil kultur dan sensitivitas.
I. BIODATA
a. Jenis Kelamin
Biasnya laki lak 2 -3 kali lebih banyak dari perempuan.
b. Riwayat Kesehatan
G. Riwayat penyakit dahulu ( RPM )
2.
Konsep diri
Adanya eritema ,pengelupasan kulit , sisik halus berupa kepingan /
lembaran zat tanduk yang besr besar seperti keras selafon ,
pembentukan skuama sehingga mengganggu harga diri.
3.
Pemeriksaan fisik
a. KU : lemah
b. TTV : suhu naik atau turun.
c. Kepala
Bila kulit kepala sudah terkena dapat terjadi alopesia.
d. Mulut
Dapat juga mengenai membrane mukosa terutama yang disebabkan
oleh obat.
e. Abdomen
Adanya limfadenopati dan hepatomegali.
f. Ekstremitas
Perubahan kuku dan kuku dapat lepas.
g. Kulit
Kulit periorbital mengalami inflamasi dan edema sehingga terjadi
ekstropion pada keadaan kronis dapat terjadi gangguan pigmentasi.
Adanya eritema , pengelupasan kulit , sisik halus dan skuama.
( Marwali Harahap , 2000 : 28 29 : Rusepno Hasan , 2005 : 239 ,
Brunner & Suddarth , 2002 : 1878 ).
kulit
Intervensi
a. beritahu pasien untuk tidak meggaruk saat gatal
b. mandikan seluruh badan pasien ddengan Nacl
c. oleskan badan pasien dengan minyak dan salep setelah pakai Nacl
d. jaga kebersihan kulit pasien
e. kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat pengurang rasa gatal
3. Resti infeksi bd hipoproteinemia
Tujuan : setalah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan
infeksi
Kriteria hasil : - tidak ada tanda tanda infeksi
( rubor , kalor , dolor , fungsio laesa )
- tidak timbul luka baru
Intervensi
a. monitor TTV
b. kaji tanda tanda infeksi
c. motivasi pasien untuk meningkatkan nutrisi TKTP
d. jaga kebersihan luka
e. kolaborasi pemberian antibiotik
DAFTAR PUSTAKA
tidak terjadi