Você está na página 1de 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang mengatur tata keimanan
(kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang
berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.

Kata agama berasal dari bahasa Sanskerta, gama yang berarti tradisi. Sedangkan kata
lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan
berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti mengikat kembali. Maksudnya dengan
berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.

mile Durkheim mengatakan bahwa agama adalah suatu sistem yang terpadu yang terdiri
atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci. Kita sebagai umat
beragama semaksimal mungkin berusaha untuk terus meningkatkan keimanan kita melalui
rutinitas beribadah, mencapai rohani yang sempurna kesuciannya.

Islam (Arab: al-islm, : berserah diri kepada Tuhan) adalah agama yang mengimani
satu Tuhan, yaitu Allah. Dengan lebih dari satu seperempat miliar orang pengikut di seluruh
dunia, menjadikan Islam sebagai agama terbesar kedua di dunia setelah agama Kristen. Islam
memiliki arti penyerahan, atau penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan (Arab: , Allh).
Pengikut ajaran Islam dikenal dengan sebutan Muslim yang berarti seorang yang tunduk
kepada Tuhan, atau lebih lengkapnya adalah Muslimin bagi laki-laki dan Muslimat bagi
perempuan. Islam mengajarkan bahwa Allah menurunkan firman-Nya kepada manusia

melalui para nabi dan rasul utusan-Nya, dan meyakini dengan sungguh-sungguh bahwa
Muhammad adalah nabi dan rasul terakhir yang diutus ke dunia oleh Allah.

Akhlak dalam pandangan Islam


Akhlak merupakan representasi dari pemikiran seseorang yang nampak dari luar. Akhlak
sering dijadikan parameter baik buruknya seseorang dilihat dari sudut pandang manusia.
Akhlak bersifat relative dalam hal penilaian walaupun hanya disandingkan dari dua sisi yaitu
baik dan buruk.

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia dihadapkan pada tiga hubungan yang


mengharuskannya untuk berbuat sesuatu. Yaitu hubungan manusia dengan Allah SWT

ibadah ), hubungan manusia dengan sesama manusia ( muamalah dan uqubat ) dan hubungan
manusia dengan dirinya sendiri ( akhlak, makanan, minuman, pakaian, dan lain-lain ). Ketiga
hubungan tadi mengharuskan kita untuk menentukan sikap yang harus diambil sesuai dengan
pemikirannya, termasuk akhlak yang akan dibahas lebih mendalam pada tulisan ini.

Dalam perspektif Islam, akhlak merupakan bagian dari syariat Islam. Dalam syariat Islam
akhlak tidak menjadi bagian khusus yang terpisah, bahkan dalam fikih tidak dibuat satu bab
pun yang khusus membahas akhlak.

Berdasarkan fungsinya, akhlak merupakan pemenuhan terhadap perintah Allah atau menjauhi
larangan-Nya, bukan karena akhlak ini membawa manfaat atau madlarat dalam kehidupan.
Walhasil akhlak tidak dapat dijadikan dasar bagi terbentuknya suatu masyarakat. Akhlak
adalah salah satu dasar bagi pembentukan individu. Masyarakat tidak dapat dipebaiki dengan
akhlak, melainkan dengan dibentuknya pemikiran-pemikiran, perasaan-perasaan Islami, serta

diterapkannya peraturan Islam di tengah-tengah masyarakat itu. Yang menggerakkan


masyarakat bukanlah akhlak, melainkan peraturan-peraturan yang diterapkan di tengahtengah masyarakat itu, pemikiran-pemikiran, dan perasaan yang melekat pada masyarakat
tersebut.

Untuk menilai baik buruknya suatu akhlak, bisa ditinjau dari dua pendekatan yang paling
banyak dilakukan, yaitu kebenaran relative dan kebenaran mutlak. Dalam pendekatan
kebenaran relative, nilai sebuah akhlak menjadi relative karena disandarkan pada penilaian
subjektif manusia. Akhlak yang dianggap baik oleh masyarakat di suatu tempat belum tentu
baik bagi masyarakat di tempat lain, misalnya bagi orang-orang barat bergaul bebas antara
lawan jenis bukan hal yang tabu tapi bagi orang-orang islam yang taat hal seperti itu tentunya
sangat dilarang. Semua tergantung dari pemahaman manusia tentang perbuatan yang
dilakukan dan kebiasaan atau kebudayaan yang ada di suatu tempat. Dalam pendekatan
kebenaran mutlak hanya ada satu sudut pandang yang menyatakan akhlak itu baik atau buruk.
Tidak ada perdebatan diantaranya karena sumber dari penetapan baik dan buruk itu bersifat
pasti. Perintah dan larangan Allah SWT yang terdapat dalam al Quran merupakan parameter
penentu baik buruknya suatu akhlak tanpa memperhatikan apakah perasaan manusia
menganggapnya baik atau buruk. Dari kedua pendekatan diatas, dapat ditarik sebuah benang
merah bahwa penilaian sebuah ahlak hendaklah disandarkan pada kebenaran mutlak yang
terdapat dalam Al-Quran. Selain itu, akhlak yang biasa kita kategorikan sebagai akhlak yang
baik seperti jujur, sopan, ramah, dan lain-lain bisa saja menjadi akhlak yang buruk jika hal itu
bertentangan dengan perintah dan larangan Allah SWT. Misalnya, jujur kepada musuh saat
perang sangat tidak diperbolehkan karena dapat merugikan. Pada konteks ini jujur termasuk
akhlak yang tercela karena bisa membocorkan rahasia Negara atau saat perang kita bersikap
lemah lembut terhadap musuh, hal itu tidak diperbolehkan karena sudah menjadi kewajiban

kita untuk mengalahkan musuh saat terjadi peperangan.

Dalam membangun sebuah masyarakat, akhlak sering dijadikan sebagai fokus utama untuk
merekonstruksi sebuah masyarakat. Hal ini tentu saja sangat keliru mengingat akhlak adalah
dasar bagi pembentukan individu. Jika kita menitiberatkan dakwah kita pada akhlak, maka
yang timbul adalah pengkultusan pada tokoh tertentu tanpa mengetahui sebabnya kenapa
harus berbuat seperti itu. Untuk merekonstruksi sebuah masyarakat hendaklah berdakwah
yang berlandaskan pada pemikiran, karena dengan pemikiran suatu masyarakat akan bisa
bangkit dari keterpurukan menuju keadaan yang lebih baik. Walaupun demikian, pembinaan
akhlak tidak boleh dikesampingkan. Semua harus berjalan beriringan sehingga mengkasilkan
output yang baik bagi dakwah kita. Tinggal bagaimana kita menentukan fokus yang akan kita
ambil, apakah ingin menitiberatkan pembentukan karakter dengan akhlak atau pembentukan
system yang berlandaskan pada dakwah pemikiran sebagai sarana untuk menegakan hukum.
Semua itu tergantung pada analisis kondisi objek yang akan kita ubah. Dengan demikian kita
bisa menentukan strategi yang cocok untuk merubah masyarakat menjadi lebih baik lagi.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Akhlak

Kata Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu
keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik. Akhlak merupakan
bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab yang berarti perangai, tingkah laku,
atau tabiat. Tiga pakar di bidang akhlak yaitu Ibnu Miskawaih, Al Gazali, dan Ahmad Amin

menyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat
memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu.

Secara epistemologi atau istilah akhlak bisa diartikan berbagai perspektif sesuai dengan para
ahli tasawuf diantaranya :

Ibnu Maskawaih memberikan definisi sebagai berikut:

Artinya:

Keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa


melalui pertimbangan pikiran (lebih dahulu).

Imam Al-Ghozali mengemukakan definisi Akhlak sebagai berikut:

Artinya:

Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatanperbuatan dengan mudah, dengan tidak memertrlukan pertimbangan pikiran (lebih dahulu).

Prof. Dr. Ahmad Amin memberikan definisi, bahwa yang disebut akhlak Adatul-Iradah

atau kehendak yang dibiasakan. Definisi ini terdapat dalam suatu tulisannya yang berbunyi:

Artinya:

Sementara orang membuat definisi akhlak, bahwa yang disebut akhlak ialah kehendak yang
dibiasakan. Artinya bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu
dinakamakan akhlak.

Akhlak diartikan sebagai suatu tingkah laku, tetapi tingkah laku tersebut harus dilakukan
secara berulang-ulang tidak cukup hanya sekali melakukan perbuatan baik, atau hanya
sewaktu-waktu saja. Seseorang dapat dikatakan berakhlak jika timbul dengan sendirinya
didorong oleh motivasi dari dalam diri dan dilakukan tanpa banyak pertimbangan pemikiran
apalagi pertimbangan yang sering diulang-ulang, sehingga terkesan sebagai keterpaksaan
untuk berbuat Apabila perbuatan tersebut dilakukan dengan terpaksa bukanlah pencerminan
dari akhlak.

Dalam Encyclopedia Brittanica, akhlak disebut sebagai ilmu akhlak yang mempunyai arti
sebagai studi yang sistematik tentang tabiat dari pengertian nilai baik, buruk, seharusnya
benar, salah dan sebaginya tentang prinsip umum dan dapat diterapkan terhadap sesuatu,
selanjutnya dapat disebut juga sebagai filsafat moral.

1.

Syarat

Ada empat hal yang harus ada apabila seseorang ingin dikatakan berakhlak.

Perbuatan yang baik atau buruk.

Kemampuan melakukan perbuatan.

Kesadaran akan perbuatan itu

Kondisi jiwa yang membuat cenderung melakukan perbuatan baik atau buruk

B.

Sumber

Akhlak bersumber pada agama. Perangai sendiri mengandung pengertian sebagai suatu sifat
dan watak yang merupakan bawaan seseorang. Pembentukan peragai ke arah baik atau buruk,
ditentukan oleh faktor dari dalam diri sendiri maupun dari luar, yaitu kondisi lingkungannya.
Lingkungan yang paling kecil adalah keluarga, melalui keluargalah kepribadian seseorang
dapat terbentuk. Secara terminologi akhlak berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh
suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik. Para ahli seperti Al
Gazali menyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang yang
dapat memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu.
Peragai sendiri mengandung pengertian sebagai suatu sifat dan watak yang merupakan
bawaan seseorang.

C.

Budi Pekerti

Budi pekerti pada kamus bahasa Indonesia merupakan kata majemuk dari kata budi dan
pekerti.. Budi berarti sadar atau yang menyadarkan atau alat kesadaran. Pekerti berarti

kelakuan. Secara terminologi, kata budi ialah yang ada pada manusia yang berhubungan
dengan kesadaran, yang didorong oleh pemikiran, rasio yang disebut dengan nama karakter.
Sedangkan pekerti ialah apa yang terlihat pada manusia, karena didorong oleh perasaan hati,
yang disebut behavior.

Jadi dari kedua kata tersebut budipekerti dapat diartikan sebagai perpaduan dari hasil rasio
dan rasa yang bermanifestasi pada karsa dan tingkah laku manusia. Penerapan budi pekerti
tergantung kepada pelaksanaanya. Budi pekerti dapat bersifat positif maupun negatif. Budi
pekerti itu sendiri selalu dikaitkan dengan tingkah laku manusia. Budi pekerti didorong oleh
kekuatan yang terdapat di dalam hati yaitu rasio. Rasio mempunyai tabiat kecenderungan
kepada ingin tahu dan mau menerima yang logis, yang masuk akal dan sebaliknya tidak mau
menerima yang analogis, yang tidak masuk akal.

Selain unsur rasio di dalam hati manusia juga terdapat unsur lainnya yaitu unsur
rasa.Perasaan manusia dibentuk oleh adanya suatu pengalaman, pendidikan, pengetahuan dan
suasana lingkungan. Rasa mempunyai kecenderungan kepada keindahan. Letak keindahan
adalah pada keharmonisan susunan sesuatu, harmonis antara unsur jasmani dengan rohani,
harmonis antara cipta, rasa dan karsa, harmonis antara individu dengan masyarakat, harmonis
susunan keluarga, harmonis hubungan antara keluarga.

Keharmonisan akan menimbulkan rasa nyaman dalam kalbu dan tentram dalam hati Perasaan
hati itu sering disebut dengan nama hati kecil atau dengan nama lain yaitu suara kata
hati, lebih umum lagi disebuut dengan nama hati nurani. Suara hati selalu mendorong untuk
berbuat baik yang bersifat keutamaan serta memperingatkan perbuatan yang buruk dan
brusaha mencegah perbuatan yang bersifat buruk dan hina. Setiap orang mempunyai suara

hati, walaupun suara hati tersebut kadang-kadang berbeda. Hal ini disebabkan oleh perbedaan
keyakinan, perbedaan pengalaman, perbedaan lingkungan, perbedaan pendidikan dan
sebagainya. Namun mempunyai kesamaan, yaitu keinginan mencapai kebahagiaan dan
keutamaan kebaikan yang tertinggi sebagai tujuan hidup.

D.

Karsa

Dalam diri manusia itu sendiri memiliki karsa yang berhubungan dengan rasio dan rasa.
Karsa disebut dengan kemauan atau kehendak, hal ini tentunya berbeda dengan keinginan.
Keinginan lebih mendekati pada senang atau cinta yang kadang-kadang berlawanan antara
satu keinginan dengan keinginan lainnya dari seseorang pada waktu yang sama, keinginan
belum menuju pada pelaksanaan. Kehendak atau kemauan adalah keinginan yang dipilih di
antara keinginan-keinginan yang banyak untuk dilaksanakan. Adapun kehendak muncul
melalui sebuah proses sebagai berikut :

Ada stimulan kedalam panca indera

Timbul keinginan-keinginan
Timbul kebimbangan, proses memilih
Menentukan pilihan kepada salah satu keinginan
Keinginan yang dipilih menjadi salah satu kemauan, selanjutnya akan dilaksanakan.

Perbuatan yang dilaksanakan dengan kesadaran dan dengan kehendaklah yang disebut
dengan perbuatan budi pekerti.

E.

Moral

Moral, etika dan akhlak memiliki pengertian yang sangat berbeda. Moral berasal dari bahasa
latinyaitu mos, yang berarti adat istiadat yang menjadi dasar untuk mengukur apakah
perbuatan seseorang baik atau buruk. Dapat dikatakan baik buruk suatu perbuatan secara
moral, bersifat lokal. Sedangkan akhlak adalah tingkah laku baik, buruk, salah benar,
penilaian ini dipandang dari sudut hukum yang ada di dalam ajaran agama.

Perbedaan dengan etika, yakni Etika adalah ilmu yang membahas tentang moralitas atau
tentang manusia sejauh berkaitan dengan moralitas. Etika terdiri dari tiga pendekatan, yaitu
etika deskriptif, etika normatif, dan metaetika. Kaidah etika yang biasa dimunculkan dalam
etika deskriptif adalah adat kebiasaan, anggapan-anggapan tentang baik dan buruk, tindakantindakan yang diperbolehkan atau tidak diperbolehkan. Sedangkan kaidah yang sering
muncul dalam etika normatif, yaitu hati nurani, kebebasan dan tanggung jawab, nilai dan
norma, serta hak dan kewajiban.

Selanjutnya yang termasuk kaidah dalam metaetika adalah ucapan-ucapan yang dikatakan
pada bidang moralitas. Dari penjelasan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa etika adalah
ilmu, moral adalah ajaran, dan akhlak adalah tingkah laku manusia.

F.

Pembagian Akhlak

Secara umum akhlak atau perilaku/perbuatan manusia terbagi menjadi dua; pertama; akhlak
yang baik/mulia dan kedua; aklak yang buruk/tercela.

a.

Akhlak Baik (Al-Hamidah)

Jujur (Ash-Shidqu)
Berprilaku baik (Husnul Khuluqi)
Malu (Al-Haya)
Rendah hati (At-Tawadlu)
Murah hati (Al-Hilmu)
Sabar (Ash-Shobr)

Dari Amr bin Syuaib, dari ayahnya, dari kakeknya, semoga Allah merelakannya, berkata,
Rasulullah SAW. bersabda, Ketika Allah mengumpulkan segenap makhluk pada hari
kiamat kelak, menyerulah Penyeru, Di manakah itu, orang-orang yang utama (ahlul
fadhl) ?. Maka berdirilah sekelompok manusia, jumlah mereka sedikit, dengan cepatnya
mereka bergegas menuju syurga, para malaikat berpapasan dengan mereka, lalu menyapa
mereka. Kami lihat kalian begitu cepat menuju syurga, sipakah kalian ?. Orang-orang ini
menjawab, Kamilah itu orang-orang yang utama (ahlul fadhl). Apa keutamaan kalian ?,
tanya para malaikat. Orang-orang ini memperjelas, Kami, jika didzalimi, kami bersabar. Jika
diperlakukan buruk, kami memaafkan. Jika orang lain khilaf pada kami, kamipun tetap
bermurah hati. Akhirnya dikatakan pada mereka, Masuklah ke dalam syurga, karena
demikian itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal. Setelah itu menyerulah
lagi penyeru, :Di manakan itu, orang-orang yang bersabar (ahlush shabr) ?. Maka berdirilah
sekelompok manusia, jumlah mereka sedikit, dengan cepatnya mereka bergegas menuju
syurga, para malaikat berpapasan dengan mereka, lalu menyapa mereka. Kami lihat kalian
begitu cepat menuju syurga, sipakah kalian ?. Orang-orang ini menjawab, Kamilah itu
orang-orang yang sabar (ahlush shabr). Kesabaran apa yang kalian maksud ?, tanya para

malaikat. Orang-orang ini memperjelas, Kami sabar bertaat pada Allah, kamipun sabar tak
bermaksiat padaNya. Akhirnya Dikatakan pada mereka, Masuklah ke dalam syurga, karena
demikian itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal. (Hilyatul Auliyaa/ Juz
III/ Hal. 140)

b.

Akhlak Buruk (Adz-Dzamimah)

Mencuri/mengambil bukan haknya


Iri hati
Membicarakan kejelekan orang lain (bergosip)
Membunuh
Segala bentuk tindakan yang tercela dan merugikan orang lain ( mahluk lain)

G.

Ruang Lingkup Akhlak

Akhlak pribadi

Yang paling dekat dengan seseorang itu adalah dirinya sendiri, maka hendaknya seseorang itu
menginsyafi dan menyadari dirinya sendiri, karena hanya dengan insyaf dan sadar kepada diri
sendirilah, pangkal kesempurnaan akhlak yang utama, budi yang tinggi. Manusia terdiri dari
jasmani dan rohani, disamping itu manusia telah mempunyai fitrah sendiri, dengan semuanya
itu manusia mempunyai kelebihan dan dimanapun saja manusia mempunyai perbuatan.

Akhlak berkeluarga

Akhlak ini meliputi kewajiban orang tua, anak, dan karib kerabat. Kewajiban orang tua
terhadap anak, dalam islam mengarahkan para orang tua dan pendidik untuk memperhatikan
anak-anak secara sempurna, dengan ajaran ajaran yang bijak, setiap agama telah
memerintahkan kepada setiap oarang yang mempunyai tanggung jawab untuk mengarahkan
dan mendidik, terutama bapak-bapak dan ibu-ibu untuk memiliki akhlak yang luhur, sikap
lemah lembut dan perlakuan kasih sayang. Sehingga anak akan tumbuh secara sabar, terdidik
untuk berani berdiri sendiri, kemudian merasa bahwa mereka mempunyai harga diri,
kehormatan dan kemuliaan.

Seorang anak haruslah mencintai kedua orang tuanya karena mereka lebih berhak dari segala
manusia lainya untuk engkau cintai, taati dan hormati. Karena keduanya
memelihara,mengasuh, dan mendidik, menyekolahkan engkau, mencintai dengan ikhlas agar
engkau menjadi seseorang yang baik, berguna dalam masyarakat, berbahagia dunia dan
akhirat. Dan coba ketahuilah bahwa saudaramu laki-laki dan permpuan adalah putera ayah
dan ibumu yang juga cinta kepada engkau, menolong ayah dan ibumu dalam mendidikmu,
mereka gembira bilamana engkau gembira dan membelamu bilamana perlu. Pamanmu,
bibimu dan anak-anaknya mereka sayang kepadamu dan ingin agar engkau selamat dan
berbahagia, karena mereka mencintai ayah dan ibumu dan menolong keduanya disetiap
keperluan.

Akhlak bermasyarakat

Tetanggamu ikut bersyukur jika orang tuamu bergembira dan ikut susah jika orang tuamu
susah, mereka menolong, dan bersam-sama mencari kemanfaatan dan menolak
kemudhorotan, orang tuamu cinta dan hormat pada mereka maka wajib atasmu mengikuti

ayah dan ibumu, yaitu cinta dan hormat pada tetangga.

Pendidikan kesusilaan/akhlak tidak dapat terlepas dari pendidikan sosial kemasyarakatan,


kesusilaan/moral timbul di dalam masyarakat. Kesusilaan/moral selalu tumbuh dan
berkembang sesuai dengan kemajuan dan perkembangan masyarakat. Sejak dahulu manusia
tidak dapat hidup sendirisendiri dan terpisah satu sama lain, tetapi berkelompok-kelompok,
bantu-membantu, saling membutuhkan dan saling mepengaruhi, ini merupakan apa yang
disebut masyarakat. Kehidupan dan perkembangan masyarakat dapat lancar dan tertib jika
tiap-tiap individu sebagai anggota masyarakat bertindak menuruti aturan-aturan yang sesuai
dengan norma- norma kesusilaan yang berlaku.

Akhlak bernegara

Mereka yang sebangsa denganmu adalah warga masyarakat yang berbahasa yang sama
denganmu, tidak segan berkorban untuk kemuliaan tanah airmu, engkau hidup bersama
mereka dengan nasib dan penanggungan yang sama. Dan ketahuilah bahwa engkau adalah
salah seorang dari mereka dan engkau timbul tenggelam bersama mereka.

Akhlak beragama

Akhlak ini merupakan akhlak atau kewajiban manusia terhadap tuhannya, karena itulah ruang
lingkup akhlak sangat luas mencakup seluruh aspek kehidupan, baik secara vertikal dengan
Tuhan, maupun secara horizontal dengan sesama makhluk Tuhan.

H.

Kedudukan dan Keistimewaan Akhlak dalam Islam

Dalam keseluruhan ajaran Islam akhlak menempati kedudukan yang istimewa dan sangat
penting. Hal itu dapat dilihat dalam beberapa nomor berikut :

Rasulullah SAW menempatkan penyempurnaan akhlak yang mulia sebagai risalah pokok
Islam.
Akhlak merupakan salah satu ajaran pokok agama Islam.

BAB III

PENUTUP

A.

Kesimpulan

Nabi SAW bersabda yang maksudnya:

Sesungguhnya aku diutus adalah untuk menyempurnakan budipekerti yang mulia.


(H.R.Ahmad)

Akhlak ataupun budipekerti memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Akhlak
yang baik akan membedakan antara manusia dengan hewan. Manusia yang berakhlak mulia,
dapat menjaga kemuliaan dan kesucian jiwanya, dapat mengalahkan tekanan hawa nafsu
syahwat syaitoniah, berpegang teguh kepada sendi-sendi keutamaan. Menghindarkan diri

dari sifat-sifat kecurangan, kerakusan dan kezaliman. Manusia yang berakhlak mulia, suka
tolong menolong sesama insan dan makhluk lainnya. Mereka senang berkorban untuk
kepentingan bersama. Yang kecil hormat kepada yang tua, yang tua kasih kepada yang kecil.
Manusia yang memiliki budi pekerti yang mulia, senang kepada kebenaran dan keadilan,
toleransi, mematuhi janji, lapang dada dan tenang dalam menghadapi segala halangan dan
rintangan.- Bacaan dan Tulisan Bismillahirrahmanirrahim

Akhlak yang baik akan mengangkat manusia ke darjat yang tinggi dan mulia. Akhlak yang
buruk akan membinasakan seseorang insan dan juga akan membinasakan ummat manusia.
Manusia yang mempunyai akhlak yang buruk senang melakukan sesuatu yang merugikan
orang lain. Senang melakukan kekacauan, senang melakukan perbuatan yang tercela, yang
akan membinasakan diri dan masyarakat seluruhnya. Nabi s.a.w.bersabda yang bermaksud:

Orang Mukmin yang paling sempurna imannya, ialah yang paling baik akhlaknya.
(H.R.Ahmad)

Manusia yang paling baik akhlaknya ialah junjungan kita Nabi s.a.w. sehingga budi pekerti
beliau tercantum dalam al-Quran, Allah berfirman yang maksudnya: Sesungguhnya engkau
(Muhammad), benar-benar berbudi pekerti yang agung. Sesuatu Ummat bagaimanapun
hebat Kekuatan dan Kekayaan yang dimilikinya, akan tetapi jika budi pekertinya telah binasa,
maka Ummat itu akan mudah binasa. Manusia yang tidak punya akhlak, mereka sanggup
melakukan apa saja untuk kepentingan dirinya. Mereka sanggup berbohong, membuat fitnah,
menjual marwah diri dan keluarga, malah dengan tidak segan silu lagi dia menjual Agama
dan negaranya.

Allah SWT menciptakan manusia dengan tujuan utama penciptaannya adalah untuk
beribadah. Ibadah dalam pengertian secara umum yaitu melaksanakan segala perintah dan
menjauhi segala larangannya dengan penuh kesadaran dan keikhlasan. Manusia
diperintahkan-Nya untuk menjaga, memelihara dan mengembangkan semua yang ada untuk
kesejahteraan dan kebahagiaan hidup. Dan Allah SWT sangat membeci manusia yang
melakukan tindakan merusak yang ada. Maka karena Allah SWT membenci tindakan yang
merusak maka orang yang cerdas akan meninggalkan perbuatan itu, dia sadar bahwa jika
melakukan perbuatan terlarang akan berakibat pada kesengsaraan hidup di dunia dan terlebihlebih lagi di akhirat kelak, sebagai tempat hidup yang sebenarnya. Maka intinya manusia
harus berakhlak yang mulia. ( sumber
:http://kuntummawar.wordpress.com/2013/05/16/makalah-akhlak/)

Você também pode gostar