Você está na página 1de 7

Latar Belakang

Dalam sistem pencernaan manusia, komponen penyusun sistem menelan terdiri dari
faring, sfingter esofageal atas (UES), esofagus, dan sfingter esofageal bawah (LES). Sepertiga
bagian atas esofagus dan struktur yang proksimal darinya tersusun atas otot skeletal; bagian
distal esofagus dan sfingter esofageal bawah tersusun atas otot polos. Komponen ini bekerja
secara terintegrasi yang mentranspor makanan dari mulut menuju lambung serta mencegah
terjadinya refluks makanan kembali ke esofagus. Melalui proses ini, organ pencernaan dalam
tubuh dapat mulai mencerna makanan menjadi bentuk yang sederhana.1
Fungsi esofagus yang terganggu dapat mengganggu proses pencernaan makanan.
Gangguan yang terjadi pada esofagus dapat berupa obstruksi atau gannguan yang mempengaruhi
fungsi motorik esofagus. Pada umumnya, riwayat perjalanan penyakit dari anamnesis pasien
dapat mendiagnosa 80% dari penyebab pasti gangguan esofagus. Selain itu, dapat juga dilakukan
berbagai tes dan pemeriksaan lanjutan. Tes yang sering dilakukan salah satunya uji waktu
menelan, sedangkan pemeriksaan lanjutan yang dilakukan berupa pemeriksaan radiologi.1
Sejak penemuan sinar-x pada tahun 1895, bidang radiologi diagnostik telah berkembang
dengan cepat. Penggunaannya dalam membantu diagnosis meningkat kira-kira 5% hingga 10%
setiap tahun. Ini karena pemeriksaan ini relatif lebih cepat, lebih murah dan mudah dilakukan
berbanding pemeriksaan lain yang lebih canggih dan akurat. Karena efektivitas dan efisiensinya,
pemeriksaan radiologi telah dikembangkan untuk dapat memeriksa seluruh organ dalam
manusia, termasuk pemeriksaan saluran cerna.2
Saat ini di Indonesia pelayanan radiologi telah menjangkau masyarakat bahkan sampai
tingkat kecamatan. Selain itu, perkembangan tersebut tentunya harus diterapkan secara cepat,
terutama oleh sumber daya yang terlibat pada pelayanan radiologi, khususnya sumber daya
manusia (Dokter Umum). Dokter Umum selain dituntut untuk mampu mengikuti berbagai
perkembangan ilmu dan teknologi, juga diharapkan dapat mempunyai pengetahuan luas tentang
pemeriksaan diagnostik pada bidang kesehatan (radiologi) supaya dapat membuat diagnosis
penyakit pada pasien se-efektif dan se-efisien mungkin. 2 Agar pengetahuan tentang pemeriksaan
diagnostik radiologi tersebut sememangnya telah dikuasai oleh para dokter umum maka akan

dibahas tentang berbagai metode pemeriksaan radiologi, khusunya yang dapat diterapkan untuk
pencitraan pada esofagus.

Anatomi Esofagus
Esofagus merupakan struktur berbentuk tabung yang panjangnya sekitar 10 inci (25 cm),
ke atas melanjutkan diri sebagai pars laryngeal pharyngis yang terletak setinggi vertebra
cervicalis VI. Esofagus berjalan melalui diafragma setinggi vertebra thoracica X untuk bersatu
dengan lambung.3
Di dalam leher, esofagus terletak di depan columna vertebralis, di lateral dibatasi oleh
lobus glandula thyroidea, dan di anterior berhubungan dengan trachea dan nervus laryngeus
recurrens. Di dalam thorax, esofagus berjalan ke bawah dan dan kiri menuju mediastinum
superior dan kemudian mediastinum posterior. Pada setinggi angulus sterni, arcus aorta
mendorong esofagus ke arah garis tengah. Di dalam abdomen, esofagus berjalan turun ke bawah
sekitar 1,3 cm dan kemudian masuk ke lambung. Di anterior esofagus berhubungan dengan lobus
sinistra hepatis dan di posterior dengan crus sinistrum diafragma.3
Esofagus memiliki beberapa daerah penyempitan: 4
1. Daerah krikofaringeal, setinggi C. VI. Daerah ini disebut juga Bab el Mandeb / Gate of Tear,
merupakan bagian yang paling sempit, mudah terjadi perforasi sehingga paling ditakuti ahli
esofagoskopi.
2. Daerah aorta, setinggi Th. IV
3. Daerah bronkus kiri, setinggi Th. V
4. Daerah diafragma, setinggi Th. X
Esofagus dilapisi oleh epitel gepeng berlapis tak berkeratin yang tebal dan memiliki dua
sfingter yaitu sfingter atas dan sfingter bawah. Sfingter esofagus atas merupakan daerah
bertekanan tinggi dan daerah ini berada setinggi kartilago krikoid. Fungsinya mempertahankan
tonus, kecuali ketika menelan, bersendawa dan muntah. Meskipun sfingter esofagus atas bukan
merupakan barrier pertama terhadap refluks, namun dia berfungsi juga untuk mencegah material
refluks keluar dari esofagus proksimal menuju ke hipofaring. Sfingter bawah esofagus
panjangnya kira-kira 3 cm, dapat turun 1-3 cm pada pernafasan normal dan naik sampai 5 cm
pada pernafasan dalam, merupakan daerah bertekanan tinggi yang berada setinggi diafragma.
Sfingter ini berfungsi mempertahankan tonus waktu menelan dan relaksasi saat dilalui makanan

yang akan memasuki lambung serta mencegah refluks. Relaksasi juga diperlukan untuk
bersendawa.4
Pendarahan Esofagus

Sepertiga bagian atas esofagus diperdarahi oleh arteria thyroidea inferior, sepertiga
bagian tengah oleh cabang-cabang aorta thoracica, dan sepertiga bagian bawah oleh cabangcabang arteria gastrica sinistra. Vena-vena dari sepertiga bagian atas mengalir ke vena thyroidea
inferior, dan sepertiga bagian tengah ke vena azygos, dan sepertiga bagian bawah ke vena
gastrica sinistra, sebuah cabang vena porta.3
Aliran Limfe Esofagus

Pembuluh limfe dari sepertiga bagian atas esofagus mengalir masuk ke nodi cervicales
profundi, dari sepertiga bagian tengah esofagus masuk ke nodi mediastinales superior dan
posterior, dan dari sepertiga bawah masuk ke nodi lymphatici di sepanjang arteria dan vena
gastrica sinistra, serta nodi coeliaci.3
Persarafan Esofagus

Esofagus dipersarafi oleh serabut eferen dan aferen parasimpatis dan simpatis melalui
nervus vagus dan truncus symphaticus. Pada bagian bawah dalam perjalanannya di rongga
thorax esofagus dikelilingi oleh pleksus esofagus.3
Sfingter Esofageal Atas

Sfingter esofagus bagian atas ( UES ) adalah zona tekanan tinggi terletak di antara
faring dan esophagus serviks. UES adalah struktur musculocartilaginous terdiri dari permukaan
posterior tiroid dan tulang rawan krikoid , tulang hyoid , dan tiga otot : cricopharyngeus ,
thyropharyngeus , dan cranial cervical esofagus . Setiap otot memiliki peran yang berbeda dalam
UES function. Ketiga otot menyebar ke atas , posterior , di mana mereka masuk ke dalam
submukosa esofagus setelah melintasi bundel otot sisi berlawanan . Otot thyropharyngeus
berorientasi miring, sedangkan otot cricopharyngeus berorientasi melintang.5
Sfingter Esofageal Bawah

Sfingter esofagus bawah (LES) adalah zona tekanan tinggi terletak di mana
kerongkongan menyatu dengan perut. LES adalah unit fungsional terdiri dari komponen intrinsik
dan ekstrinsik. Struktur intrinsik LES terdiri dari serat otot kerongkongan dan di bawah pengaruh
neurohormonal . Komponen ekstrinsik terdiri dari otot diafragma , yang berfungsi sebagai
sfingter eksternal ajuvan yang meningkatkan tekanan dalam kerongkongan terminal terkait
dengan gerakan respirasi. Kerusakan di salah satu dari kedua komponen ini merupakan penyebab
gastroesophageal reflux dan gejala perubahan pada mukosa.5

Bibliography
Asroel, H. A. (2003, 1 23). Penyakit Refluks Gastroesofagus. Retrieved 5 17, 2015,
from Repository USU: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/3466
Braden Kuo, M. (2006, 5 16). Esophagus - anatomy and development. Retrieved 5
17, 2015, from Nature.com: www.nature.com/gimo/contents/pt1/full/gimo6.html
Kamaruddin, S. B. (2011). Pengetahuan Dokter Muda (Co-Ass) di RSUP Haji Adam
Malik Medan tentang Pemeriksaan Diagnostik Radiologi Foto Toraks. Repositori USU .
Michael C. DiMarino, M. (2014, May). Overview of Esophageal and Swallowing
Disorders. Retrieved May 17, 2015, from www.merckmanuals.com:
http://www.merckmanuals.com/professional/gastrointestinal-disorders/esophagealand-swallowing-disorders/overview-of-esophageal-and-swallowing-disorders
Snell, R. S. (2006). Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi 6. Jakarta:
EGC.

Você também pode gostar