Você está na página 1de 18

ANALISIS WARNA PADA MAKANAN DENGAN METODE ANALISIS

SEDERHANA MENGGUNAKAN BENANG WOL SEBAGAI MEDIANYA


Eha Julaeha NIM 1203208, Mega Kusumah Putri NIM 1200312,
Mochamad Angga Kusumah NIM 1200070
Progam Studi Pendidikan Teknologi Agroindustri, Fakultas Pendidikan
Teknologi dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Indonesia
Jl. Dr. Setiabudhi No. 207, Bandung 40154

ABSTRACT
Makanan adalah salah satu kebutuhan manusia.dalam kehidupan
sehari-hari manusia tidak terlepas dari makanan. Sebagai kebutuhan
dasar , makanan tersebut harus mengandung zat gizi untuk dapat
memenuhi fungsinya dan aman dikonsumsi. Warna merupakan faktor
yang dapat digunakan sebagai indikator kesegaran atau kematangan
suatu produk. Warna juga merupakan daya tarik terbesar untuk menarik
konsumen untuk menikmati produk makanan tersebut. Warna dalam
makanan dapat meningkatkan penerimaan konsumen tentang sebuah
produk. Namun, penggunaan pewarna sintetis harus dilakukan sesuai
dengan peraturan yang berlaku karena dapat merugikan kesehatan.
Metode analisis kualitatif yang digunakan adalah menggunakan benang
wol sebagai media untuk mengetahui kandungan zat pewarna yang
terkandung pada sebuah makanan. Pada analisis kadar warna dilakukan
untuk mengetahui kandungan pewarna sintetis secara berlebihan
misalnya rhodamin, pewarna kain, dll yang mengandung zat kiia yang
berlebihan bagi tubuh yang menyebabkan berbagai penyakit bila terlalu
banyak masuk pada tubuh.
Kata Kunci : Makanan, pewarna sintetis, analisis kadar warna

I.

PENDAHULUAN

Makanan adalah salah satu kebutuhan manusia.dalam kehidupan


sehari-hari manusia tidak terlepas dari makanan. Sebagai kebutuhan
dasar , makanan tersebut harus mengandung zat gizi untuk dapat
memenuhi fungsinya dan aman dikonsumsi karena makanan yang tidak
aman dapat menimbulkan gangguan kesehatan bahkan keracunan
(Moehji, 1992). Aneka produk makanan dan minuman yang berwarnawarni tampil semakin menarik. Warna-warni pewarna membuat aneka
produk makanan mampu mengundang selera. bahan pewarna
tampaknya sudah tidak bisa dipisahkan dari berbagai jenis makanan
dan minuman olahan. Produsen pun berlomba-lomba untuk menarik
perhatian para konsumen dengan menambahkan pewarna pada
makanan dan minuman.
Warna dari suatu produk makanan ataupun minuman merupakan salah
satu ciri yang penting. Warna merupakan salah satu kriteria dasar untuk
menentukan kualitas makanan, antara lain warna dapat memberi
petunjuk mengenai perubahan kimia dalam makanan, seperti
pencoklatan (deMan JM. 1997). Selain itu, beberapa warna spesifik dari
buah juga dikaitkan dengan kematangan.
Warna juga mempengaruhi persepsi akan rasa. Oleh karena itu,
menimbulkan banyak pengaruh terhadap konsumen dalam memilih
suatu produk makanan dan minuman (Fennema OR. 1996; Smith J.
1991). Tujuan dari penggunaan zat warna tersebut adalah untuk
membuat penampilan makanan dan minuman menjadi menarik,
sehingga memenuhi keinginan konsumen. Awalnya, makanan diwarnai
dengan zat warna alami yang diperoleh dari tumbuhan, hewan, atau
mineral, akan tetapi proses untuk memperoleh zat warna alami adalah
mahal. Selain itu, zat warna alami umumnya tidak stabil terhadap
pengaruh cahaya dan panas sehingga sering tidak cocok untuk
digunakan dalam industri makanan. Maka, penggunaan zat warna
sintetik pun semakin meluas. Keunggulan-keunggulan zat warna sintetik
adalah lebih stabil dan lebih tahan terhadap berbagai kondisi
lingkungan. Daya mewarnainya lebih kuat dan memiliki rentang warna

yang lebih luas. Selain itu, zat warna sintetik lebih murah dan lebih
mudah untuk digunakan (deMan JM. 1997; Smith J. 1991; Nollet LML.
1996).
Sejak pertama kali dibuat pada tahun 1856 hingga saat ini, telah
banyak zat warna sintetik yang diciptakan. Akan tetapi, ternyata banyak
pula zat warna sintetik itu memiliki sifat toksik (Marmion DM. 1984).
Dalam suatu penelitian, diperoleh zat warna azo (Amaranth, Allura Red,
dan New Coccine) terbukti bersifat genotoksik terhadap mencit (Tsuda
S. et al. 2006). Selain itu, zat warna Red No. 3juga terbukti dapat
merangsang terjadinya kanker payudara secara in vitro (Dees C. et al.
2006). Maka, penggunaannya harus diatur secara tegas.
Penggunaan pewarna jenis itu dilarang keras, karena bisa menimbulkan
kanker dan penyakit-penyakit lainnya. Pewarna sintetis yang boleh
digunakan untuk makanan (food grade) pun harus dibatasi
penggunaannya. Karena pada dasarnya, setiap benda sintetis yang
masuk ke dalam tubuh akan menimbulkan efek. Namun masih saja ada
sejumlah oknum produsen makanan yang menambahkan pewarna
sintetis pada makanan, yang dilatar belakangi oleh inginnya mendapat
keuntungan besar namun pengeluaran modal yang sedikit atau minim,
tanpa
memikirkan
keamanan
bagi
tubuh
konsumen
yang
mengkonsumsi makanan tersebut. Biasanya produsen makanan
tersebut menjajahkannya di sekitar sekolah sekolah karena anak anak
tertarik akan warna yang mencolok sehingga anak anak sering
menjadi sasarannya. Biasanya makanan yang menggunakan pewarna
sintetis akan sangat mencolok dan sangat terang sekali warna yang di
timbulkan pada makanannya, tiak mudah pudar, dan menempel pada
tangan dan masih banyak ciri cirinya. Bahkan beberapa negara maju,
seperti Eropa dan Jepang telah melarang penggunaan pewarna sintetis
seperti pewarna tartrazine. Mereka lebih merekomendasikan pewarna
alami, seperti beta karoten.
Di Indonesia, zat warna makanan termasuk dalam Bahan Tambahan
Pangan yang diatur melalui UU RI No.7 tahun 1996 tentang Pangan
pada bab II, bagian kedua, pasal 10. Dalam UU tersebut, dinyatakan

bahwa dalam makanan yang dibuat untuk diedarkan, dilarang untuk


ditambah dengan bahan apapun yang dinyatakan dilarang atau
melampaui batas ambang maksimal yang ditetapkan. Selain itu, dalam
Peraturan Menteri Kesehatan RI No.239/Menkes/Per/V/85 dan Kep. Dir.
Jend. POM Depkes RI Nomor: 00386/C/SK/II/90 tentang Perubahan
Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 239/Menkes/Per/V/85,
terdapat 34 jenis zat warna yang dinyatakan sebagai bahan berbahaya
dan dilarang penggunaannya pada makanan (Utami ND. 2005; Dirjen
POM 1997).
Makanan yang beredar di masyarakat memiliki warna yang bermacammacam dan kebanyakan menggunakan zat warna sintetik. Dengan
adanya peraturan yang telah ditetapkan, diharapkan keselamatan
konsumen dapat terjamin. Akan tetapi, kenyataannya tidaklah
demikian. Hal tersebut dapat dilihat pada penjual makanan di pinggiran
jalan, biasanya menggunakan bahan tambahan makanan, termasuk zat
warna, yang tidak diijinkan. Hal itu disebabkan karena bahan-bahan itu
mudah diperoleh dalam kemasan kecil di toko dan pasar dengan harga
murah (Maskar DH. 2004; Sihombing N. 1985).
Oleh karena itu, adanya zat warna sintetik yang tidak diijinkan dalam
makanan, dapat terjadi karena kesengajaan produsen makanan
menggunakan zat warna sintetik itu, misalnya zat warna tekstil, untuk
menghasilkan warna yang lebih menarik. Atau, hal itu bisa terjadi
karena ketidaktahuan produsen makanan membeli zat warna sintetik
yang dikiranya aman, tetapi ternyata mengandung zat warna sintetik
yang tidak diijinkan.
Bahan pewarna yang sering digunakan dalam makanan olahan terdiri
dari pewarna sintetis (buatan) dan pewarna natural (alami). Pewarna
sintetis terbuat dari bahan-bahan kimia, seperti tartrazin untuk warna
kuning atau allura red untuk warna merah.
Kadang-kadang pengusaha yang nakal menggunakan pewarna bukan
makanan (non food grade) untuk memberikan warna pada makanan.
Demi mengeruk keuntungan, mereka menggunakan pewarna tekstil

untuk makanan. Ada yang menggunakan Rhodamin B pewarna tekstil


untuk mewarnai terasi, kerupuk dan minuman sirup.
Adapun jenis zat Pewarna menurut Winarno (1995), yang dimaksud
dengan zat pewarna adalah bahan tambahan makanan yang dapat
memperbaiki warna makanan yang berubah atau menjadi pucat selama
proses pengolahan atau untuk memberi warna pada makanan yang
tidak berwarna agar kelihatan lebih menarik. Menurut PERMENKES RI
No.722/Menkes/Per/IX/1988, zat pewarna adalah bahan tambahan
makanan yang dapat memperbaiki atau member warna pada makanan.
Berdasarkan sumbernya zat pewarna dibagi dalam dua golongan utama
yaitu pewarna alami dan pewarna buatan.
1.

Pewarna alami

Pada pewarna alami zat warna yang diperoleh berasal dari hewan dan
tumbuh-tumbuhan seperti : caramel, coklat, daun suji, daun pandan,
dan kunyit.
Jenis-jenis pewarna alami tersebut antara lain :
a.
Klorofil, yaitu zat warna alami hijau yang umumnya terdapat pada
daun, sehingga sering disebut zat warna hijau daun.
b.

Mioglobulin dan hemoglobin, yaitu zat warna merah pada daging.

c.
Karotenoid, yaitu kelompok pigmen yang berwarna kuning,
orange, merah orange, yang terlarut dalam lipid, berasal dari hewan
maupun tanaman antara lain, tomat, cabe merah, wortel.
d.
Anthosiamin dan anthoxanthim. Warna pigmen anthosianin
merah, biru violet biasanya terdapat pada bunga, buah-buahan dan
sayur-sayuran.

2.

Pewarna Buatan

Di Negara maju, suatu zat pewarna buatan harus melalui perlakuan


pemberian asam sulfat atau asam nitrat yang seringkali terkontaminasi
oleh arsen atau logam berat lain yang bersifat racun. Pada pembuatan
zat pewarna organik sebelum mencapai produk akhir, harus melalui
suatu senyawa dulu yang kadang-kadang berbahaya dan seringkali
tertinggal dalam hal akhir, atau terbentuk senyawa-senyawa baru yang
berbahaya (Cahyadi, 2006).
Namun sering sekali terjadi penyalahgunaan pemakaian pewarna untuk
sembarang bahan pangan, misalnya zat pewarna tekstil dan kulit untuk
mewarnai bahan pangan. Bahan tambahan pangan yang ditemukan
adalah pewarna yang berbahaya terhadap kesehatan seperti Amaran,
Auramin, Methanyl Yellow, dan Rhodamin B. Jenis-jenis makanan jajanan
yang ditemukan mengandung bahan-bahan berbahaya ini antara lain
sirup, saus, bakpau, kue basah, pisang goring, tahu, kerupuk, es cendol,
mie dan manisan (Yuliarti,2007).
Timbulnya penyalahgunaan bahan tersebut disebabkan karena
ketidaktahuan masyarakat mengenai zat pewarna untuk pangan, dan
juga disebabkan karena harga zat pewarna untuk industri lebih murah
dibanding dengan harga zat pewarna untuk pangan (Seto,2001).
Oleh karena itu perlu dilakukan analisis warna pada makanan yang
menurut kami mencurigakan, dengan menggunakan meode kualitatif
sederhana menggunakan benang wol sebagai medianya. Analisis ini
dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah makanan tersebut positif
mengandung pewarna sintetis atau tidak, dan dilakukan juga agar
mahasiswa dapat mengetahui cara analisis warna pada makanan
sekitarnya.

II.

METODOLOGI

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari kamis tanggal 22 Mei 2014 di


Laboratorium Prodi Pendidikan Teknologi Agroindustri, Lantai 4 Gedung
Baru, FPTK UPI.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada analisis warna ini adalah beaker glas 100 ml,
sudip, hotplat / penangas air, termometer, benang wol dan krustang.
Sementara itu bahan yang digunakan pada analisis ini adalah aquades,
larutan HCL, larutan NaOH 10%, larutan H2SO4 pekat, dan larutan
Na2SO4 12%. Dan sampel yang akan digunakan untuk analisis warna
diantaranya kerupuk warna warni (hijau dan merah), minuman bersoda
( fanta ), kukubima, segar sari, selai nanas, saos dan pewarna wantex
warna merah marun.
C. Tujuan
Agar mahasiswa dapat mengetahui cara mengidentifikasi zat pewarna
sintetis pada bahan pangan.
D. Prosedur
Prosedur yang dilakukan pada analisis warna ini yaitu :

Pengambilan larutan sampel sebanyak 30 ml, dan mengatur


pHnya agar 4, bila sampel ber pH tinggi ( dalam keadaan basa ) maka di
beri larutan HCl sampai pHnya mencapai 4, namun bila sampel ber pH
kurang dari 4 ( terlalu asam ) di beri larutan NaOH hingga pHnya 4.

Kemudian memanaskan benang wol di dalam aquades yang di


didihkan bersuhu 100o C, dilakukan selama 30 menit, setelah itu di
dilakukan pengeringan dalam oven kurang lebih 2 menit agar benang
kering seperti semula, lalu memotong benang menjadi 4 bagian.

Setelah itu memasukan benang wol yang sudah di potong


menjadi 4 bagian kedalam sampel, setelah benang dimasukan didihkan
sampel pada hotplate selama 30 menit juga dihitung sejak sampel
mendidih.


Setelah 30 menit benang di angkat lalu di bersihkan dengan
aquades dan oven benang agar kering seperti semula.

Menyimpan 4 bagian benang tersebut pada masing masing


cawan, lalu diteteskan HCL pada benang 1, NaOH pada benang 2,
Na2SO4 pada benang 3, dan H2SO4 pada benang 4.

Terakhir melakukan pengamatan terhadap perubahan warna yang


terjadi pada benang, lalu dilakukan analisis sesuai dengan table yang
tersedia, jika linear maka analisis positif mengandung pewarna sintetis
dan jika tidak linear/sejaja maka negatif mengandung pewarna sintetis,
kemudian mencatat hasilnya.

A. HASIL PENGAMATAN
Kelompok Sampel HCL PekatH2SO4 Pekat
12% Identifikasi Warna

NaOH 10%

1
Kerupuk warna hijauTidak berubah Lebih gelap
berubah Sedikit berubah
Tartrazine

NH4OH

Sedikit

2
Selai nanas + pewarna wantex
Lebih gelap
Ungu
kecoklatan Coklat keruh Sedikit berubah
Amaranth
3
Selai nanas
Sedikit Berubah

Sedikit Berbah Lebih Gelap

Sedikit

Berubah

4
Kerupuk warna merah
Sedikit berubah (Orange G)
kuning (Erythrosine) Tidak berubah (Erythrosine) Tidak
(Erythrosine)

Orangeberubah

5
Segar sari Violet merah
Tidak berubah Anline Yellow

Orange

kuning

Sedikit

berubah

6
Kukubuma ungu
Orange kuning Orange kuning Tidak berubah
Tidak berubah Erythrosine

Saus Sedikit berubah

(Orange G)Ungu kecoklatan


(Amaranth)

Coklat kusam merah

(Orange G)Sedikit berubah (Amaranth)

8
Fanta Tidak berubahKuning keemasan
berubah

B.

Tidak berubah Tidak

Pembahasan

Pewarna kimia didefinisikan sebagai bahan kimia aktif karena itu


memerlukan perhatian yang lebih besar daripada aditif lunak (bland)
seperti emulsifier. Pewarna pangan alami adalah diekstraksi dan
diisolasi dari tanaman dan hewan yang berbeda yang tidak memberikan
efek yang membahayakan sehingga dapat digunakan dalam beberapa
pangan dalam jumlah tertentu. Pewarna ini memiliki kestabilan yang
rendah, kurang cerah dan tidak merata, namun sangat murah. Namun,
pewarna sintetik dan produk metabolitnya jika dikonsumsi dalam jumlah
besar memungkinkan toksik dan menyebabkan kanker, deformasi dan
lain-lain (Vries 1996).
Warna makanan memegang peranan utama dalam penampilan
makanan, karena meskipun makanan tersebut lezat, tetapi
penampilannya tidak menarik waktu disajikan, akan mengakibatkan
selera orang yang akan memakannya menjadi hilang (Moehyi,1992).
Hal ini didukung oleh Sanjur (1982) bahwa penampakan dari makanan
dan minuman merupakan hal yang paling banyak mempengaruhi
preferensi dan kesukaan konsumen. Winarno (2004) menyatakan bahwa
penentuan mutu bahan makanan pada umumnya tergantung pada
beberapa faktor diantaranya cita rasa, warna, tekstur dan nilai gizi.
Tetapi

sebelum faktor-faktor itu dipertimbangkan, secara visual faktor warna


tampil lebih dahulu
dan terkadang sangat menentukan. Suatu bahan yang dinilai bergizi,
enak dan teksturnya yang sangat baik tidak akan dimakan yang tidak
sedap dipandang. Studi pada manusia menunjukkan bahwa pewarna
pangan dapat menginduksi reaksi-reaksi alergi secara lebih luas hanya
dalam individu-individu sensitive (Babu and Shenolikar, 1995).
Pada praktikum ini melakukan identifikasi Zat Pewarna Analisis yang
dilakukan di laboratorium meliputi beberapa tahap. Yaitu tahap pertama
melakukan persiapan bahan dan sampel yang akan dianalisis warnanya.
Kemudian dilakukan pengasaman terlebih dahulu terhadap sampel yang
akan diujikan dengan cara mengukur pHnya sampei mencapai 4, untuk
sampel yang bersifat basa/belum mencapai pH ditambahkan HCL dan
untuk sampel yang terlalu asam ditambahkan NaOH. Sampel yang
digunakan terdiri dari minuman seperti fanta, kukubima, segar sari.
Bahan basah seperti saos dan selai nanas, dan bahan padat seperti
kerupuk. Untuk sampel selai nanas dilakukan penambahan pewarna
sintetis secara sengaja yaitu pewarna pakaian wantex sebagai salah
satu parameter untuk melakukan perbandingan terhadap analisis dari
uji warna yang dihasilkan.
Identifikasi terhadap kandungan pewarna sintetis yang terdapat dalam
sampel, dilakukan dengan menggunakan benang wol. Sebelum
melakukan analisis, benang wol dipanaskan terlebih dahulu selama 30
menit pada suhu 100oC. Setelah itu benang wol dikeringkan dan
kemudian dimasukkan kedalam sampel yang sudah dilakukan
pengasaman dan dipanaskan selama 30 menit. Kemudian dilakukan
analisis dengan cara benang wol dicuci dengan aquades, kemudian
dikeringkan dan ditetesi dengan beberapa zat kimia sebagai parameter
untuk melakukan analisis yaitu potongan benang bagian 1 diteteskan
dengan HCL pekat, bagian 2 dengan H2SO4 pekat, bagian 3 dengan
NaOH 10% dan bagian 4 dengan NH4OH 12%.

Analisis warna dari sampel yang diujikan dilakukan dengan


membandingkan hasil pengamatan dengan tabel warna, jika hasil dari
analisis menunjukkan hasil yang linear/lurus maka makanan tersebut
positif mengandung zat pewarna sintesis sesuai dengan yang
diketahuinya zat apa. Sedangkan hasil pengujian yang tidak lurus
berarti hasilnya negatif, yaitu belum bisa dinyatakan bahwa makanan
tersebut mengandung zat pewarna sintetis.

Tabel Pembanding Buat menentukan Analisis Pewarna pada Makanan


Pewarna

HCL Pekat

H2SO4 Pekat

NaOH 10%

NH4OH

Leih biru

Lebih kebiruan

12%
Rhodamin B

Orange

Amaranth

Lebih gelap

keruhkemerahan
Erythrosine

Kuning

Ungu-kecoklatan

Coklat

Sedikit berubah

Orange kuning
Tidak berubah Tidak berubah

Orange

kuning

Tartrazine

Lebih gelap

Lebih gelap

Sedikit

Fast Green FCFOrange

Hijau coklat

Biru

Anline Yellow

Orange kuning Sedikit

berubah

Sedikit berubah

Violet merah

Biru
berubah

Tidak berubah
Orange G

Sedikit berubah Orange Coklat kusan merah Tidak

berubah
Acid Violet 6 B Kuning kecoklatanKuning kecoklatan gelap Kuning Lebih
kebiruan

Hasil pengamatan dari uji analisis terhadap beberapa sampel dengan


cara membandingkan dan melihat pada tabel yang tersedia yaitu
diantaranya sebagai berikut :
a.

Kerupuk warna hijau

Pada pengamatan terhadap kerupuk yang berwarna hijau ini dihasilkan


bahwa ketika sampel ditetesi dengan HCl pekat warnanya tidak
berubah, ditetesi dengan H2SO4 pekat warnanya menjadi lebih gelap,
ditetesi dengan NaOH 10% warnanya menjadi sedikit berubah dari
warna benang awalnya yang berwarna putih, dan ketika ditetesi dengan
NH4OH 12% warnanya sedikit berubah. Berdasarkan hasil pengujian
tersebut, setelah dilakukan analisis dengan melihat tabel warna maka
dapat diketahui bahwa kerupuk hijau positif mengandung pewarna
tartazine karena menunjukkan hasil yang linear. Sedangkan
penggunaan zat pewarna terutama tartrazine ini sangat berbahaya
untuk kesehatan manusia, diketahui bahwa penggunaan tartrazine ini
dapat menyebabkan tumor di ginjal dan adrenal pada hean yang di teliti

sebagai bahan percobaan sehingga untuk konsumsi manusia harus


lebih di cermati.
b.

Selai nanas dengan pewarna wantex

Pada pengamatan terhadap selai nanas yang sengaja ditambahkan


pewarna pakaian wantex ini dihasilkan bahwa ketika sampel ditetesi
dengan HCl pekat warnanya lebih gela, dan yang ditetesi dengan
H2SO4 pekat warnanya menjadi ungu kecoklatan, yang ditetesi dengan
NaOH 10% warnanya menjadi coklat keruh, dan yang ditetesi dengan
NH4OH 12% warnanya sedikit berubah. Berdasarkan hasil pengujian
tersebut, setelah dilakukan analisis dengan melihat tabel warna maka
dapat diketahui bahwa selai nanas positif mengandung pewarna
Amaranth karena menunjukkan hasil yang linear. Hal tersebut terjadi
karena pada selai nanas yang dibuat secara murni dan alami tanpa
penambahan pewarna terdeteksi mengandung pewarna karena
pengaruh penambahan zat pewarna yang disengaja untuk melihat
perbandingan dan menunjukkan bahwa pewarna pakaian wantex
mengandung pewarna amaranth yang berbahaya bagi tubuh dan
kesehatan manusia diantaranya dapat menyebabkan kematian yang
cepat.
c.

Selai nanas tanpa pewarna wantex

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap selai nanas yang tanpa


penambahan pewarna ini dihasilkan bahwa ketika sampel ditetesi
dengan HCl pekat warnanya sedikit berubah, dan yang ditetesi dengan
H2SO4 pekat warnanya menjadi lebih gelap, yang ditetesi dengan NaOH
10% warnanya menjadi sedikit berubah, dan yang ditetesi dengan
NH4OH 12% warnanya menjadi sedikit berubah. Berdasarkan hasil
pengujian tersebut, setelah dilakukan analisis dengan melihat tabel
warna maka dapat diketahui bahwa selai nanas negatif dan tidak
mengandung pewarna sintetis karena menunjukkan hasil yang tidak
sejajar, selain itu karena pembuatan dari selainyapun dilakukan secara
alami dan murni tanpa penambahan zat sintetis apapun.
d.

Kerupuk warna merah

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap kerupuk warna merah


dihasilkan bahwa ketika sampel ditetesi dengan HCl pekat warnanya
menjadi sedikit berubah, dan yang ditetesi dengan H2SO4 pekat
warnanya menjadi orange-kuning, yang ditetesi dengan NaOH 10%
warnanya tidak berubah, dan yang ditetesi dengan NH4OH 12%
warnanya tidak berubah juga. Berdasarkan hasil pengujian tersebut,
setelah dilakukan analisis dengan melihat tabel warna maka dapat
diketahui bahwa kerupuk merah negatif dan tidak mengandung
pewarna sintetis karena menunjukkan hasil yang tidak sejajar. Hasil
analisisdari kerupuk merah ini berbeda dengan kerupuk hijau, padahal
bahan yang digunakan merupakan sampel sejenis. Hal tersebut
mungkin pada kerupuk merah tidak terdeteksi pewarna yang
terkandung dalam kerupuk tersebut, atau mungkin terjadi suatu
kesalahn dan kekeliruan dalam melakukan analisis dan pengamatan
selama melakukan pengujian.
e.

Segar sari

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap sampel segar sari dihasilkan


bahwa ketika sampel ditetesi dengan HCl pekat warnanya menjadi
violet merah, dan yang ditetesi dengan H2SO4 pekat warnanya menjadi
orange kuning, yang ditetesi dengan NaOH 10% warnanya menjadi
sedikit berubah, dan yang ditetesi dengan NH4OH 12% warnanya
tidakberubah. Berdasarkan hasil pengujian tersebut, setelah dilakukan
analisis dengan melihat tabel warna maka dapat diketahui bahwa segar
sari positif mengandung pewarna sintetis Aniline Yellow karena
menunjukkan hasil yang sejajar.
f.

Kukubima Energi Anggur (Ungu)

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap sampel kukubima energi rasa


anggur dihasilkan bahwa ketika sampel ditetesi dengan HCl pekat
warnanya menjadi orange kuning, dan yang ditetesi dengan H2SO4
pekat warnanya juga menjadi orange kuning, yang ditetesi dengan
NaOH 10% warnanya tidak mengalami perubahan, dan yang ditetesi
dengan NH4OH 12% warnanya tidakberubah juga. Berdasarkan hasil

pengujian tersebut, setelah dilakukan analisis dengan melihat tabel


warna maka dapat diketahui bahwa kukubima energi positif
mengandung pewarna sintetis Erythrosine karena menunjukkan hasil
yang sejajar. Sementara itu, penggunaan erythrosine ini sangat
berbahaya bagi kesehtan diantaranya dapat mengakibatkan reaksi
alergiseperti nafas pendek, dada sesak, sakit kepala, dan iritasi kulit.
Efek samping lainnya adalah pada beberapa kasus berakibatpada
meningkatnya
hiperaktivitas,
juga
adanya
kemungkinan
hubungandengan mutagenisitas. Eritrosin mengakibatkan kenaikan
sensitivitascahaya pada orang yang sensitif terhadap sinar matahari.
g.

Saus

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap sampel saus dihasilkan bahwa


ketika sampel ditetesi dengan HCl pekat warnanya menjadi sedikit
berubah, dan yang ditetesi dengan H2SO4 pekat warnanya juga
menjadi ungu kecoklatan, yang ditetesi dengan NaOH 10% warnanya
menjadi coklat kusam merah, dan yang ditetesi dengan NH4OH 12%
warnanya sedikit berubah. Berdasarkan hasil pengujian tersebut,
setelah dilakukan analisis dengan melihat tabel warna maka dapat
diketahui bahwa saus negatif, berarti tidak mengandung pewarna
sintetis karena menunjukkan hasil yang tidak sejajar.
h.

Fanta

Dan hasil pengamatan terhadap sampel fanta dihasilkan bahwa ketika


sampel ditetesi dengan HCl pekat warnanya tidak berubah, dan yang
ditetesi dengan H2SO4 pekat warnanya juga menjadi kuning keemasan,
yang ditetesi dengan NaOH 10% warnanya tidak berubah, dan yang
ditetesi dengan NH4OH 12% warnanya tidak berubahjuga. Berdasarkan
hasil pengujian tersebut, setelah dilakukan analisis dengan melihat
tabel warna maka dapat diketahui bahwa fanta negatif, berarti tidak
mengandung pewarna sintetis karena menunjukkan hasil yang tidak
sejajar.
Dari beberapa sampel yang telah diujikan menunjukkan hasil yang
positif dan ada juga yang negatif. Hal tersebut menunjukkan bahwa

hasil yang positif berarti mengandung zat pewarna sintetis yang


berbahaya bagi tubuh dan kesehatan manusia. Maka dari itu, konsumen
harus berhati-hati terhadap pembelian makanan atau jajanan yang
biasanya beredar dipasaran karena seringkali makanan dipasaran
sudah terkenal dengan beberapa indikasi tidak sehat dalam bentuk
kecurangan dari para pedagang yang menginginkan keuntungan tanpa
memperhatikan kesehatan dan keselamatan para konsumennya.
Namun, tidak semua makanan maupun pedagangnya terindikasi buruk
seperti itu, masih ada pedagang yang baik dan jujur serta makanan
yang sehat, aman yang dapat dikonsumsi dn dipercaya. Hal tersebut
kembali lagi kepada kepercayaan masing-masing. Dan adapun makanan
yang tidak terdeteksi mengandung zat pewarna sintetis, karena bahan
tersebut dibuat secara alami dan adapula yang mengandung pewarna
namun tidak terdeteksi dan tidak diketahui analisisnya mungkin karena
kesalahan dan kekurangan pada saat melakukan analisis.

III.

Simpulan dan Saran

A.

Kesimpulan

Salah satu unsur kualitas sensoris yang paling penting untuk makanan
adalah warna. Warna merupakan suatu sifat bahan yang dianggap
berasal dari penyebaran spectrum sinar.
Zat pewarna adalah bahan tambahan makanan yang dapat
memperbaiki warna makanan yang berubah atau menjadi pucat selama
proses pengolahan atau untuk memberi warna pada makanan yang
tidak berwarna agar kelihatan lebih menarik.
Pada praktikum dapat disimpulkan yaitu kerupuk warna hijau positif
mengandung tartrazine, selai nanas yang ditambahkan pewarna wantex
mengandung amaranth, selai nanas murni negatif/tidak mengandung
pewarna sintetis, kerupuk warna merah negatif/tidak mengandung
pewarna sintetis, segar sari positif mengandung anline yellow,
kukubima rasa ungu positif mengandung erythrosin, saus negatif/tidak

mengandung pewarna sintetis dan


mengandung zat pewarna sintetis.
B.

fanta

juga

tidak

terdetersi

Saran

Dalam melakukan praktikum analisis warna ini harus lebih diteliti dan
dilakukan sesuai dengan prosedur yang baik dan harus benar-benar
sesuai dalam pengambilan kesimpulan dalam analisisnya. Karena ada
beberapa makanan yang diprediksi dan diketahui alami tanpa
menggunakan pewarna tetapi teridentifikasi menggunakan pewarna,
begitupun sebaliknya untuk makanan yang diidentifikasi mengandung
pewarna tetapi tidak dapat terdeteksi dalam analisisnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Analisis Zat Warna Sintetik Terlarang Untuk Makanan


yang Beredar Di Pasaran. Majalah Ilmu Kefarmasian. Vol. IV, No. 1.7
25.
Anonim. 2010. Bahan Aditif Makanan Dan Pengaruhnya Bagi Kesehatan
Manusia. [ Online ] tersedia pada http://www.wordpress.com . Diakses
Pada tanggal 25 Mei 2014.
Azizahwati,. Maryati,. Heidi. 2007. Analisis Zat Warna Sintetik Terlarang
Untuk Makanan Yang Beredar Di Pasaran. [ Jurnal Ilmu Kefarmasian. Vol.
IV, No. 1, 7 25 ] Departemen Farmasi FMIPA. Universitas Indonesia.
Depok.
Puspita
Febrindari,
Ayu.
[Online].
Tersedia
di:
http://www.scribd.com/doc/97894726/Eritrosin. Diakses pada tanggal 28
Mei 2014.
Sumarlin, La Ode. 2009. Identifikasi Pewarna Sintetis Pada Produk
Pangan Yang Beredar di Jakarta dan Ciputat. [ Jurnal ] Progam Studi
Kimia. FST. Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Suyatma, DEA, Dr. Ir. Nugraha E. 2009. Analisis Warna. [ Materi Kuliah ]
Departemen ITP, FATETA IPB. Bogor.

Você também pode gostar