Você está na página 1de 18

JOURNAL READING

Signifikansi Klinis dari Tegangan Rendah pada


Pasien Asimtomatik Dengan Efusi Perikardial
Yang Bukan Berasal dari Penyakit Jantung
Yoshihiro Kudo, MD; Fumiyasu Yamasaki, MD; Tadafumi Doi, MT;
Yoshinori Doi, MD, dan Tetsuro Sugiura, MD, FCCP
Tujuan penelitian: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi nilai diagnostik
tegangan rendah dengan PR-segmen dan perubahan gelombang ST-T dalam menentukan
jumlah klinis efusi perikardial yang terdeteksi dalam echocardiography rutin.
Desain: Seri analisis kasus berturut-turut.
Pengaturan: Departemen kardiologi noninvasif dari sebuah rumah sakit universitas.
Pasien: Di antara 8.041 pasien berturut-turut dirujuk ke laboratorium echocardiography,
kami mempelajari 121 pasien tanpa gejala efusi perikardial yang bukan berasal dari
penyakit jantung.
Intervensi: Echocardiography dan EKG.
Pengukuran dan hasil: Jumlah (kecil atau sedang / besar) efusi perikardial berkorelasi
dengan EKG. Di antara 121 pasien dengan efusi perikardial, tegangan rendah terdeteksi
pada 32 pasien (26%), sedangkan depresi segmen PR diamati pada 32 pasien (26%) dan
elevasi segmen ST 8 pasien (7%). Meskipun ada kejadian secara signifikan yang lebih
tinggi dari tegangan rendah pada pasien dengan efusi perikardial moderat / besar
dibandingkan dengan efusi perikardial kecil, 13 dari 32 pasien (41%) dengan tegangan
rendah memiliki efusi perikardial kecil. Pada pasien dengan efusi perikardial rendah, 7
dari 13 pasien (54%) dengan tegangan rendah memiliki depresi segmen PR, sedangkan
15 dari 85 pasien (18%) tanpa tegangan rendah memiliki depresi segmen PR, perbedaan
itu signifikan (p 0,011). Pada pasien dengan efusi perikardial moderat / besar, tidak ada
perbedaan yang signifikan dalam kejadian depresi segmen PR antara pasien dengan dan
tanpa tegangan rendah, masing-masing (47% vs 25%; p 0,791).
Kesimpulan: Dengan adanya depresi segmen PR, bahkan efusi perikardial kecil
mungkin menyebabkan tegangan rendah di permukaan EKG.
Kata kunci: EKG, echocardiography, efusi pericardial

BAB I

PENDAHULUAN
JUDUL

: Signifikansi

Klinis

dari

Tegangan

Rendah

pada

Pasien

Asimtomatik dengan Efusi Perikardial yang Bukan Berasal dari


Penyakit Jantung
PENELITI

: Yoshihiro Kudo, MD; Fumiyasu Yamasaki, MD; Tadafumi Doi, MT;


Yoshinori Doi, MD, dan Tetsuro Sugiura, MD, FCCP

A. LATAR BELAKANG
Perikardial terdiri atas dua lapisan yaitu perikardial viseralis dan perikardial
parietalis. Perikardial viseralis merupakan lapisan dalam yang berhubungan
langsung dengan epikardial. Sedangkan perikardial parietalis merupakan lapisan
luar yang berhubungan langsung dengan dinding dada. Diantara lapisan perikardial
parietalis dan viseralis terdapat suatu rongga perikardial, normalnya berisi cairan
sebanyak 1550 ml yang disekresi oleh sel mesotelial yang mengandung elektrolit,
protein dan cairan limfe.
Perikardial berfungsi untuk membungkus bagian epikardial (dalam) jantung.
Selain itu, perikardium juga berfungsi untuk mempertahankan posisi jantung,
menjaga fleksibilitas pergerakan jantung, memberi pelumasan, dan menahan
pembesaran berlebihan yang terjadi apabila jantung terisi darah dalam jumlah yang
melebihi kapasitas normalnya.
Efusi perikardial dapat berkembang pada pasien dengan perikarditis akut atau
dengan hubungan dengan berbagai gangguan sistemik. Efusi pericardial
mendefinisikan kehadiran sejumlah abnormal dan/atau karakter dalam ruang
pericardial. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai gangguan lokal dan sistemik,
atau mungkin idiopatik. Efusi pericardial dapat akut atau kronis dan tentu saja
waktu pembangunan memiliki dampak yang besar pada gejala pasien
Tegangan rendah adalah salah satu manifestasi EKG pada efusi perikardial,
tetapi tidak spesifik atau cukup sensitif untuk mendiagnosis adanya efusi
pericardial. Elevasi segmen ST dan depresi segmen PR adalah dua hal yang sensitif,
dengan distribusi yang tepat, tanda-tanda EKG spesifik dari perikarditis akut yang
mungkin terjadi pada pasien dengan inflamasi efusi perikardial. Meskipun

echocardiography adalah prosedur pilihan untuk mendeteksi efusi perikardial, tidak


jelas menunjukkan dua dasar patofisiologis utama yang menyebabkan cairan
perikardial berlebihan: eksudasi cairan karena peradangan pericardial atau retensi
cairan dengan adanya kelainan hemodinamik (hydropericardium). Oleh karena itu,
penting untuk menemukan perubahan EKG yang berhubungan dengan terjadinya
efusi perikardial. Oleh karena itu, kami merancang penelitian untuk menentukan
nilai diagnostik tegangan rendah dengan PR-segmen dan perubahan ST-segmen
dalam mengevaluasi jumlah efusi pericardial dalam jantung normal..
B. TUJUAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi nilai diagnostik
tegangan rendah dengan PR-segmen dan perubahan gelombang ST-T dalam
menentukan jumlah klinis efusi perikardial yang terdeteksi dalam echocardiography
rutin.

.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
EFUSI PERICARDIAL
A. PENGERTIAN
Efusi

pericardial

adalah

penumpukan

cairan

abnormal

dalam

ruang perikardium. Ini dapat disebabkan oleh berbagai kelainan sistemik, lokal
atau idiopatik. Cairan tersebut dapat berupa transudat, eksudat, pioperikardium,
atau hemoperikardium. Efusi perikardial bisa akut atau kronis, dan lamanya
perkembangan memiliki pengaruh besar terhadap gejala-gejala pasien (Strimel
W, 2006)
Efusi perikardial mengacu pada masuknya cairan ke dalam kantung
perikardium. Kejadian ini biasanya disertai dengan perikarditis, gagal jantung,
atau bedah jantung. (Smeltzer, C. Suzanna, 2001).
Secara normal kantung perikardiun berisi cairan sebanyak kurang dari 50 ml.
Cairan perikardium ini akan terakumulasi akibat dari adanya peradangan,
kelainan sistemik, maupun akibat dari bedah jantung, sehingga cairan pada
kantung perikardium akan tersekresi semakin banyak melebihi kemampuan
absorpsinya.
B. ETIOLOGI
Menurut Smeltzer, C. Suzanne (2001) Efusi Perikardial sering diawali oleh
suatu keadaan peradangan pada Perikardium (Perikarditis), gagal jantung, dan
juga bedah jantung. Selain itu adanya tumor dan juga trauma pada jantung juga
dapat menyebapkan terjadinya efusi perikardial.
Disamping penyebab yang langsung mengenai jantung, terdapat penyebab
lain yang berasal dari organ tubuh yang lain yang dapat menyebapkan efusi
perikardial yaitu kanker paru dan kanker payudara. Hal ini dikarenakan
metaplasia dari sel kanker yang menyerang paru dan payudara dapat
bermetastase ke struktur terdekatnya, salah satunya adalah pericardial.
Etiologi efusi perikardium yang dapat menyebabkan tamponade jantung
antara lain: infeksi, keganasan, proses inflamasi dan hubungan perikardium
dengan intrakardiak. Etiologi terbanyak adalah keganasan, infeksi dan

perikarditis uremia. Tuberkulosis merupakan penyebab infeksi tersering pada


perikardium (Nagawidjaya, Budiyanto, 2007)
C. PATOFISIOLOGI
Ruang perikardial biasanya hanya berisi 15-50 ml cairan yang berfungsi
sebagai pelumas untuk lapisan visceral dan parietal perikardium. Cairan ini
diduga berasal dari perikardium visceral dan pada dasarnya merupakan
ultrafiltrat plasma.
Adanya penyebab seperti peradangan pada perikardium, gagal jantung,
bedah jantung, trauma jantung, dan kanker dapat mengakibatkan cairan
perikardium terakumulasi secara berlebihan yang tidak diimbangi dengan
absorpsi yang adekuat, yang terakumulasi secara lambat tanpa menyebabkan
gejala yang nyata. Namun demikian, perkembangan efusi yang cepat, dapat
meregangkan perikardium sampai ukuran maksimal dan menyebabkan
penurunan curah jantung serta peningkatan aliran balik vena ke jantung.
Efusi perikardial menyebabkan peningkatan tekanan rongga perikardium,
sehingga terjadi kompresi jantung; tekanan diastolik meningkat sama dengan
tekanan rongga perikardium. Kondisi tersebut mengakibatkan pengisian jantung
terganggu, tekanan vena sistemik dan vena pulmonal meningkat, serta aliran
balik ke jantung terhambat. Peningkatan tekanan vena sistemik menyebabkan
tanda-tanda gagal jantung kanan (distensi vena jugularis, hepatomegali, edema
perifer), sedangkan peningkatan vena pulmonalis menyebabkan bendungan paru.
Penurunan pengisian ventrikel pada fase diastolik menyebabkan penurunan isi
sekuncup dan curah jantung. Perfusi ke organ vital dan perifer pun berkurang,
dan terjadi syok yang dapat berakhir dengan kematian.
Penurunan curah jantung dapat mengakibatkan aliran darah koroner
menurun, sehingga dapat menyebapkan terjadinya iskemia pada miokardium.
Selain itu, penurunan curah jantung juga dapat menyebabkan perfusi jaringan
menurun yang berakibat pada tiga hal yaitu kongesti pada pulmonal yang
kemudian menyebapkan terjadinya sesak napas. Kemudian perfusi jaringan yang
menurun, mengakibatkan aliran darah sistemik yang tidak adekuat dan membuat

terjadinya kelemahan fisik. Terakhir perfusi jaringan yang menurun berakibat


pada kondisi dan prognosis penyakit yang dapat membuat pasien merasa cemas.
D. MANIFESTASI KLINIS
Pasien mungkin akan mengeluh dada terasa penuh atau sangat nyeri.
Peregangan kantung perikardium menyebabkan dada seperti tertekan. Tandatanda lain mencakup sesak napas, dan tekanan darah yang menurun dan
berfluktuasi. Pada saat inspirasi, tekanan darah menjadi rendah (pulsus
parodoksus) dan denyut nadi tidak dapat diraba. Tekanan vena cenderung
meningkat dan bunyi jantung lemah ditandai dengan pembesaran vena leher.
Tanda kardinal gangguan ini adalah tekanan darah arteri menurun, tekanan
denyut nadi menurun, tekanan vena meningkat dan bunyi jantung lemah
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada Efusi Perikardial diantaranya
sebagai berikut :
a. Foto Thorak: dilakukan untuk melihat adanya pembesaran jantung yang
biasanya akan berbentuk globuler. Gambaran jantung seperti ini baru tampak
jika cairan lebih dari 250 ml serta sering juga dijumpai efusi pleura
b. Echocardiograph: merupakan pemeriksaan noninvasif yang palig akurat,
disini akan tampak akumulasi cairan di dalam kantung perikardium.
Kadang-kadang tampak juga adanya metastase pada dinding perikardium.
c. Elektrokardiogram: gambaran elektrokardiografi tidak spesifik. Jika terdapat
perikarditis tanpa efusi masif maka gambaran elektrokardiografi biasanya
memperlihatkan elevasi segmen ST pada 2 atau 3 sadapan ekstremiti dan
prekordial. Kompleks QRS tidak memperlihatkan perubahan bermakna
kecuali penurunan voltase. Gambaran elektrokardiografi efusi perikardium
masif atau tamponade jantung berupa takikardi, komplek QRS voltase
rendah dan alternans
a. Perikardiosintesis: sebaiknya memakai tuntunan ekokardiografi sehingga
lebih aman. Sekitar 50% cairan aspirat bersifat hemoragik dan 10%
serosanguinus. Pada cairan ini dilakukan pemeriksaan kultur, hitung sel dan

sitologi. Pemeriksaan sitologi cukup sensitif dengan kemempuan diagnostik


sekitar 80%, tetapi hasil negatif palsu sering terjadi pada limfoma maligna
dan mesotelioma. Dalam keadaan demikian dilakukan biopsi perikardium.
b. CT-Scan: dilakukan untuk menentukan komposisi cairan dan dapat
mendeteksi sedikitnya 50 ml cairan dan dapat mendeteksi adanya kalsifikasi.
c. MRI: dilakukan untuk mendeteksi sedikitnya 30 ml cairan perikardial, dapat
mendeteksi adanya hemoragik atau tidak. Nodularity/penyimpangan dari
perikardium yang dilihat pada MRI mungkin merupakan indikasi dari efusi
gas.
F. PENATALAKSANAAN
Apabila fungsi jantung sangat terganggu, maka perlu dilakukan aspirasi
perikardial (tusukan pada kantung perikardium) untuk mengambil cairan dari
kantung perikardium. Tujuan utamanya adalah mencegah Tamponade jantung
yang dapat menghambat kerja jantung normal.
Selama prosedur, pasien harus dipantau dengan EKG dan pengukuran
tekanan hemodinamika. Peralatan resusitasi darurat juga harus tersedia. Kepala
tempat tidur dinaikkan 45-60 derajat, agar jantung lebih dekat dengan dinding
dada sehingga jarum dapat dimasukkan dengan mudah.
Jarum aspirasi perikardium dipasang pada spuit 50 ml, melalui three-way
stop cock. Lead V (kawat lead perkordial) EKG dihubungkan ke ujung jarum
menghisap dengan perekat aligator, karena EKG dapat membantu menentukan
apakah jarum telah menyentuh perikardium. Bila terjadi tusukan, maka akan
terjadi elevasi segmen ST atau stimulasi kontraksi ventrikel premature.
Ada berbagi tempat yang mungkin digunakan untuk aspirasi perikardium.
Jarum bisa dimasukkan pada sudut antara batas costa kiri dan sifoid, dekat apeks
jantung, antara rongga kelima dan keenam batas sternum, atau pada batas kanan
sternum pada rongga interkostal keempat. Jarum dimasukkan perlahan hingga
memperoleh cairan.
Bila terjaid penurunan tekanan vena sentral dengan disertai peningkata
tekanan darah ini menunjukkan tamponade jantungnya sudah hilang. Pasien
biasanya kemungkinan merasa lebih nyaman. Bila cairan dalam perikardium

cukup banyak, maka perlu dipasang kateter untuk mengalirkan perdarahan


ataupun efusi yang kambuh.
Selama prosedur ini dilakukan, perhatikan adanya darah dalam cairan yang
keluar. Darah perikardium tidak akan membeku dengan cepat, sementara darah
yang tidak sengaja terhisap dari bilik jantung akan segera membeku. Cairan
perikardium kemudaian akan dikirim ke laboratorium untuk pemeriksaan tumor,
kultru bakteri, analisa kimia dan serologis serta hitungan jenis sel.
G. KOMPLIKASI/PENYULIT EKSTUBASI
Komplikasi yang paling sering terjadi pada Efusi Perikardium adalah
Tamponade jantung yaitu situasi yang disebabkan oleh akumulasi cairan dalam
ruang perikardial, sehingga kompromi hemodinamik ventrikel berkurang
mengisi

dan berikutnya. Tamponade

jantung

adalah

keadaan

darurat

medis. Keseluruhan risiko kematian tergantung pada kecepatan diagnosis,


pengobatan disediakan, dan penyebab yang mendasari tamponade ini.

BAB III
BAHAN DAN METODE
A. DESAIN PENELITIAN
Analisis kasus berturut-turut
B. TEMPAT PENELITIAN
Department of Clinical Laboratory Medicine, Kochi Medical School, Japan.
C. PASIEN
Terdapat 8.041 pasien berturut-turut yang dirujuk ke ruang laboratorium
echocardiography pada 15 Januari 1996 sampai 12 Juli 2002, kami menyelidiki
121 klinis pasien asimtomatik (berusia 19 sampai 98 tahun) dengan efusi
perikardial dalam sinus ritme, dan tidak ada bukti EKG dan ekokardiografi yang
mengalami penyakit jantung. Pasien dengan takikardia sinus (120 denyut/ menit)
tidak termasuk dalam penelitian ini. Informed consent diperoleh dari semua
pasien sebelum prosedur penelitian.
D. ECHOCARDIOGRAPHY
M-mode dan ekokardiografi dua dimensi yang dibentuk dengan Toshiba SSH
160A sektor bertahap-array scanner (Toshiba, Tokyo, Jepang) menggunakan 3,75
mHz atau transduser 2,5 mHz

oleh echocardiographer berpengalaman.

Echocardiography diperoleh dengan pasien dalam posisi 45 lateral kiri, dan


semua pandangan klasik direkam pada rekaman video untuk analisis berikutnya
oleh pengamat yang tidak mengetahui data EKG. Anterior dan posterior efusi
perikardial diukur sebagai diastolik epicardial-perikardial pemisahan maksimal
direkam di tingkat ujung katup mitral, namun, pemisahan anterior dianggap
signifikan untuk efusi hanya diruang awal echo-bebas posterior. Efusi
perikardial adalah diklasifikasikan sebagai efusi kecil (pola C dengan ukuran <
10 mm), efusi sedang (pola D dengan 10 sampai 20 mm), dan efusi besar (pola
D dengan > 20 mm) dijelaskan oleh Horowitz et al dan Weitzman et al. Grafik
review terperinci dilakukan untuk menilai kemungkinan penyebab efusi

perikardial pada setiap pasien. Efusi perikardial sekunder akibat penyakit ganas,
penyakit jaringan ikat, hipotiroidisme, dan penyakit ginjal didiagnosis bila
kondisi tersebut ditemukan sehingga menjadi kemungkinan penyebab lain efusi.
E. EKG
12-lead EKG dilakukan dalam 24 jam setelah echocardiography. Tegangan
rendah di lead ekstremitas didefinisikan sebagai sebuah amplitudo QRS kurang
dari 5 mm di semua lead ekstremitas, dan tegangan rendah disadapan prekordial
didefinisikan sebagai amplitudo QRS kurang dari 10 mm pada semua sadapan
prekordial. Dalam studi ini, kami memilih untuk mendefinisikan tegangan
rendah pada pasien yang memiliki tegangan rendah pada salah satu sadapan
ekstremitas atau yang menunjukkan dikedua sadapan ekstremitas dan sadapan
prekordial. Segmen PR dinilai dengan menggunakan kaca pembesar dan
setidaknya 0,5 mm depresi segmen PR dari segmen TP di kedua lead ekstremitas
(lebih dari dua lead di lead I, II, aVL, dan aVF) dan sadapan prekordial (lebih
dari dua lead di V3 sampai V6 ) dugaan diagnostik depresi segmen PR. Elevasi
segmen ST didefinisikan lebih atau sama dengan 0,5 mm dari segmen TP di
kedua lead ekstremitas dan lead prekordial kecuali di aVR dan V1. Tegangan
rendah, PR-segmen dan penyimpangan ST-segmen dianggap muncul hanya
setelah didiagnosis oleh dua ahli jantung yang tidak memiliki pengetahuan
tentang temuan klinis. Dalam kasus perselisihan, konsensus dibuat dengan
pengamat ketiga.
F. ANALISIS STATISTIK
Analisis hasil dilaporkan sebagai rata-rata SD. Analisis statistik antara kedua
kelompok dilakukan dengan uji Studenttuntuk variabel kontinyu dan uji Fisher
probabilitas yang tepat untuk diskrit variabel; p 0,05 dianggap signifikan.

10

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
1. Karakteristik Klinik
69 pasien dengan penyakit ganas, 24 pasien memiliki penyakit jaringan ikat, 17
pasien hipotiroidisme, dan 11 pasien memiliki penyakit ginjal (gagal ginjal
kronis atau sindrom nefrotik).
98 pasien memiliki efusi perikardial kecil, dan 23 pasien memiliki efusi
pericardial sedang atau besar. Tidak ada pasien yang memiliki klinis atau bukti
echocardiografis dengan tamponade jantung.
Tabel 1. Etiologi Efusi Perikardial
Penyakit Keganasan
Kanker paru-paru

10

Payudara

Kanker GI

10

Kanker lainnya

32

Leukemia

13

Jaringan ikat
Lupus eritematosus sistemik

10

Dermatomyositis

Sclerosis sistemik progresif

Rheumatoid arthritis

Hypothyroidism

17

Penyakit ginjal
Gagal ginjal kronis

Sindrom nefrotik

2. Tegangan Rendah
Diantara 121 pasien dengan efusi perikardial, tegangan rendah terdeteksi
sebanyak 32 pasien (26%). Di sana ada perbedaan yang signifikan dalam usia,
distribusi seks dan denyut jantung antara pasien dengan dan tanpa tegangan
11

rendah. Meskipun ada kejadian secara signifikan lebih tinggi dari tegangan
rendah pada pasien dengan efusi perikardial sedang atau besar dibandingkan
dengan efusi perikardial kecil (P 0,001), 13 dari 32 pasien (41%) dengan
tegangan rendah memiliki efusi perikardial kecil. 32 dari 121 pasien (26%)
dengan efusi perikardial memiliki depresi segmen PR, dan 8 pasien (7%)
memiliki elevasi segmen ST dilead derivasi epicardial. Ada kejadian lebih tinggi
secara signifikan depresi segmen PR dan elevasi segmen ST pada pasien dengan
tegangan rendah dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki tegangan
rendah (masing-masing p 0,001 dan p 0,001).
Tabel 2 - Karakteristik Klinis *
Karakteristik
Umur, tahun
Pria / wanita
Denyut jantung
Jumlah efusi perikardial
Kecil
Sedang / besar
Depresi segmen PR
Ada
Tidak ada
Elevasi segmen ST
Ada
Tidak ada

Tegangan Rendah
ada
Tidak ada
(n=32)
(n=89)
63 15
64 18
14/18
38/51
8315
78 13

p Nilai
0,779
0,943
0.076

13
19

85
4

<0.001

16
16

16
73

0.001

7
25

1
88

<0.001

* Data disajikan sebagai rata-rata SD atau Tidak


3. Depresi Segmen PR
Tak satu pun dari pasien dengan hypothyroidisme atau penyakit ginjal memiliki
luas depresi segmen PR dan elevasi segmen ST (Tabel 3). Sebaliknya, 36%
dengan penyakit ganas dan 29% dengan penyakit jaringan ikat memiliki depresi
segmen PR, sementara 9% dengan penyakit ganas dan 8% dengan penyakit
jaringan ikat memiliki elevasi segmen ST. 8 dari 32 pasien dengan depresi
segmen PR memiliki elevasi segmen ST, tetapi tidak ada pasien dengan segmen
PR isoelektrik memiliki elevasi segmen ST (Tabel 4). Pada pasien dengan efusi
perikardial kecil, insiden signifikan lebih tinggi dari depresi segmen PR diamati
pada pasien dengan tegangan rendah daripada yang bebas dari tegangan rendah

12

(54% vs 18%, masing-masing; p 0,011). Sebaliknya, pada pasien dengan efusi


perikardial sedang atau besar, tidak ada perbedaan yang signifikan dalam
kejadian depresi segmen PR antara pasien dengan dan tanpa tegangan (47% vs
25% rendah, masing-masing; p 0,791). Di antara pasien dengan isoelektrik
segmen PR, tegangan rendah ditemukan pada 8% dengan efusi perikardial kecil,
sedangkan 77% pasien dengan efusi perikardial moderat atau besar memiliki
tegangan rendah, perbedaan itu signifikan (p 0,001).
Tabel 3 Segment PR dan Penyimpangan Segmen ST*
Penyakit
Depresi Segmen PR
Elevasi Segmen ST
Ganas
25 (36)
6 (9)
Jaringan ikat
7 (29)
2 (8)
Hypothyroidism
0 (0)
0 (0)
Penyakit ginjal
0 (0)
0 (0)
* Data disajikan sebagai No (%)
Tabel 4 Segment PR dan Penyimpangan Segmen ST pada Pasien dengan Perikardial Efusi *

PR-Segmen
Depresi
Isoelektrik

ST-Segmen
Elevasi
Isoelektrik
Tidak Ditentukan
Elevasi
Isoelektrik
Tidak Ditentukan

Perikardial Efusi Kecil


Tegangan Rendah
Ada
Tidak
3
3
1
0
6
0

1
13
1
0
66
4

Perikardial Efusi Sedang / Besar


Tegangan Rendah
Ada
Tidak
4
5
0
0
8
2

0
1
0
0
2
1

* Data disajikan sebagai No


Leads : I, II, aVL, aVF, V 3 sampai V 6
Undetermined: perubahan gelombang ST-T karena bundel-cabang blok

B. PEMBAHASAN
Kelainan EKG dihasilkan oleh efusi perikardial dapat dikaitkan dengan adanya
efusi atau cedera miokardium yang didasari oleh tekanan fluida atau superficial
miokarditis. Namun, dua dasar patofisiologis utama yang menyebabkan akumulasi
cairan perikardial berlebihan harus dipertimbangkan ketika mengevaluasi hubungan
antara kelainan EKG dan jumlah efusi perikardial. Di antara pasien stabil secara
klinis yang dirujuk ke laboratorium ekokardiografi untuk penilaian jantung,
tegangan rendah terdeteksi pada 26%. Berbeda dengan insiden rendah tingkat

13

elevasi segmen ST (7%), kami menemukan bahwa 26% dari pasien memiliki luas
depresi segmen PR. Data ini menunjukkan bahwa kejadian tegangan rendah dan
depresi segmen PR tidak jarang pada pasien dengan silent efusi perikardial secara
klinis.
EKG mendiagnosis perikarditis akut membutuhkan tingkat J-ST elevasi
(stadium I perubahan EKG), tetapi stadium I perubahan EKG sering tidak dicatat
dalam pasien dengan perikarditis akut. Tingkat depresi segmen PR pada sadapan
ekstremitas dan sadapan prekordial adalah hampir sama karakteristik peradangan
perikardial dari EKG sebagai tanda klasik penyimpangan segmen ST. Pentingnya
diagnostik depresi segmen PR pada pasien dengan keterlibatan perikardial adalah
bahwa depresi segmen PR dapat dideteksi pada pasien dengan isoelektrik segmen
ST (tahap II EKG perubahan perikarditis) dan didiagnosis pada pasien memiliki
perubahan segmen ST karena blok bundle-branch.
Cairan interstitial miokard adalah sumber cairan pericardial, dan fluks fluida
pada tingkat membran mikrovaskuler diatur oleh hidrostatik dan tekanan osmotik
yang dihasilkan dalam pembuluh darah mikro dan interstitium. Faktor-faktor yang
berhubungan dengan terjadinya non-inflamasi efusi perikardial adalah faktor
hemodinamik, peningkatan permeabilitas, obstruksi limfatik, tekanan rendah
osmotik koloid, dan atau retensi natrium dan air. Dalam penelitian ini, 28 pasien
dengan diagnosis hipotiroidisme atau penyakit ginjal telah memiliki depresi segmen
PR atau elevasi segmen ST mendorong terjadinya miokarditis subepicardial.
Hipotiroidisme efusi perikardial adalah efusi serosa yang berhungan dengan
kombinasi natrium atau retensi air, drainase getah bening lambat dan peningkatan
kemampuan permeabilitas kapiler dengan kebocoran protein ke dalam ruang
interstitial. Volume yang berlebihan dan/atau tekanan onkotik plasma rendah telah
dilaporkan untuk faktor yang utama dalam asal-usul asimtomatik efusi pericardial
pada pasien dengan penyakit ginjal. Menariknya, di antara pasien dengan isoelektrik
segmen PR, tegangan rendah ditemukan pada 8% dengan efusi perikardial kecil,
sedangkan 77% pasien dengan efusi perikardial moderat atau besar memiliki
tegangan rendah. Data ini menunjukkan bahwa dalam ketiadaan perubahan PRsegmen dan ST-segmen, efusi pericardial memiliki sedikit efek pada tegangan EKG
kecuali jumlah moderat ke besar cairan mengisolasi jantung.

14

Efusi neoplastik perikardial disebabkan karena keterlibatan keganasan


perikardial, namun keberadaan efusi perikardial mungkin karena nonmalignant
penyebab seperti radiasi sebelumnya, kemoterapi, dan infeksi. Efusi perikardial juga
merupakan manifestasi kardiovaskular dari penyakit autoimun yang disebabkan oleh
pericarditis. Dalam penelitian ini, depresi segmen PR diamati pada 36% penyakit
keganasan dan 29% dari penyakit jaringan ikat. Karena semua pasien dengan
depresi segmen PR memiliki penyakit ganas atau penyakit jaringan ikat, depresi
segmen PR pada pasien ini mencerminkan subepicardial lesi atrium akibat
peradangan pericardial. Selain itu, di antara pasien dengan efusi perikardial kecil
berbeda dengan 18% kejadian depresi segmen PR pada pasien bebas dari tegangan
rendah, 54% dari pasien dengan tegangan rendah memiliki depresi segmen PR. Data
ini menunjukkan bahwa keterlibatan miokard subepicardial oleh proses inflamasi
dapat menyebabkan tegangan rendah meskipun efusi perikardial kecil.
C. KETERBATASAN
Diagnosis akhir dari penyebab efusi perikardial terdeteksi oleh ekokardiografi
harus berdasarkan data spesifik yang diperoleh dengan metode invasif, tapi tidak ada
diagnosis baru dibuat pada saat tindak lanjut pada semua pasien. Meskipun
demikian, penilaian PR segmen dengan tegangan rendah dapat membantu penilaian
dari silent efusi perikardial secara klinis.

15

BAB V
IMPLIKASI KEPERAWATAN
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa efusi pericardial
didefinisikan sebagai kehadiran sejumlah abnormal dan/atau karakter dalam ruang
pericardial. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai gangguan lokal dan sistemik,
atau mungkin idiopatik. Efusi pericardial dapat akut atau kronis dan tentu saja
memiliki dampak yang besar pada gejala pasien. Pengobatan diarahkan untuk
mengeluarkan cairan pericardial dan menghilangkan penyebab yang mendasari.
Hasil penelitian ini memberi petunjuk kepada perawat bahwa penyebab efusi
pericardial tidak semata-mata disebabkan oleh kelainan pada jantung akan tetapi
dapat disebabkan oleh gangguan sistemik seperti keganasan, penyakit pada jaringan
ikat, hipotiroidisma dan penyakit pada ginjal dimana manifestasinya tidak
menunjukan efusi pericardial. Dengan demikian bila menemukan pasien dengan
gangguan sistemik tersebut segera berkolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan
diagnostik echokardiograpy dan EKG agar sedini mungkin mengantisipasi kejadian
efusi pericardial. Untuk mencegah hasil yang tidak akurat pada pemeriksaan EKG
dengan efusi pericardial asimptomatis hendaknya perawat memperhatikan dan teliti
dalam melakukan perekaman EKG kepada pasien karena pasien efusi perikardian
asimptomatis memiliki ciri tegangan rendah pada kompleks QRS, perubahan pada
segmen PR dan penyimpangan segmen ST.
Penyakit keganasan seperti kanker paru, kanker payudara, kanker
gastrointestinal, leukemia dan kanker lainnya dapat menimbulkan efusi perikardial.
Keberadaan efusi perikardial akibat keganasan ini dapat disebabkan karena
kemoterapi, radiasi dan infeksi, sehingga perawat bila menemukan pasien dengan
kondisi tersebut perlu mengantisipasi dan mewaspai akan munculnya efusi
perikardial. Oleh karena itu perlu pemberian asuhan keperawatan yang optimal dan
kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya secara profesional, intensif dan
berkesinambungan.

16

BAB VI
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kehadiran depresi segmen PR, meskipun kecil tapi inflamasi efusi pericardial
mungkin menyebabkan tegangan rendah pada EKG.
B. SARAN
Perlu penelitian lebih lanjut.

.
.

17

DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer S.C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Brunner Suddarth.
Diterjemahkan oleh Kuncoro, et.al. ed. 8. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Bernhard Maisch et.al (2013). Guidelines on the Diagnosis and Management of
Pericardial Disease, http://www.journals.org, diakses tanggal 9 Januari 2014
Corwin, Elizabeth J (2009). Buku Saku Patofisiologi. EGC: Jakarta
Udjianti, Wajan J. 2011. Keperawatan Kardiovaskuler. Salemba Medika: Jakarta

18

Você também pode gostar