Você está na página 1de 10

1

INTERNATIONAL STANDARD FOR TUBERCULOSIS CARE


(ISTC) DALAM PENEGAKAN DIAGNOSIS TUBERKULOSIS
OLEH DOKTER UMUM PRAKTEK SWASTA
DI BANDUNG
Meylani Ardianty1, Budiman, Wida Purbaningsih2
1
Fakultas Kedokteran Unisba
2
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

ABSTRAK
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis complex (MTBC).Angka kejadian tuberkulosis di
Provinsi Jawa Barat didapatkan sejumlah 62.218 per 100.000 penduduk.
Sedangkan di kota Bandung didapatkan sejumlah 6.274 per 100.000
penduduk.WHO menerbitkan International Standard for Tuberculosis Care
(ISTC) sebagai kumpulan standar diagnosis dan penanganan tuberkulosis pada
tahun 2006.Tetapi, berdasarkanhasilbeberapapenelitiansebelumnya,
sebagianbesartenagamedisbelummemahamidenganbenarmengenaistandar
diagnosis tuberkulosis yang terdapatpada ISTC. Penelitian dilakukan untuk
mengetahui gambaran tingkat pengetahuan penegakan diagnosis tuberkulosis
berdasarkan International Standard for Tuberculosis Care (ISTC) pada dokter
umum praktek swasta di Kelurahan Tamansari dan Kelurahan Burangrang
Penelitiantelahdilakukan secara deskriptif terhadap dokterumumpraktek
swasta di Kelurahan Tamansari dan Kelurahan Burangrang mengenai
gambarantingkatpengetahuanpenegakan
diagnosis
tuberkulosisberdasarkanInternational
Standard
for
Tuberculosis
Care
(ISTC).Penelitianinidilakukandenganmenggunakansampel
minimal
30
responden.Pengambilansampeldilakukansecara random danpengumpulan data
dilakukandenganmenggunakankuesioner.
Hasilpenelitianmenunjukanjumlahrespondendengankategoripengetahuan
yang
baikmengenaipenegakan
diagnosis
tuberkulosisberdasarkan
ISTCyaitusebanyak
25
orang(83,3%)untukstandar
1,
14
orang(46,7%)untukstandar
2,
17
orang(56,7%)untukstandar
3,
23
orang(76,7%)untukstandar 4, 25 orang (83,3%)untukstandar 5, 24
orang(80,0%)untukstandar 6.
Kesimpulandarihasilpenelitian ini yaitu pengetahuan mengenai penegakan
diagnosis tuberkulosisberdasarkan ISTCsudahcukupbaikpadadokterumumpraktek
swasta di Kelurahan Tamansari dan Burangrang, Kota Bandung.
Kata Kunci : Bandung, Dokter Umum, ISTC, Pengetahuan, Praktek Swasta
Tuberkulosis.

ABSTRACT
Tuberculosis is an infectious disease caused by Mycobacterium
tuberculosis complex (MTBC). The incidence of tuberculosis in West Java
Province was estimated 62 218 per 100,000 population. While in the city, there
were estimated 6,274 per 100,000 population. WHO published International
Standard for Tuberculosis Care (ISTC) as standard for diagnosis and treatment of
tuberculosis in 2006. However, based on the results of several previous studies,
most of the medical practitioners do not understand correctly how to diagnosis
for tuberculosis based on ISTC. The study was conduct to determine the
knowledge level of the diagnosis of tuberculosis based on the International
Standards for Tuberculosis Care (ISTC)on general practitioners in private
practice in Tamansari Village and Burangrang Village of Bandung City.
Descriptive research has been done on general practitioners in private
practice in Tamansari Village and Burangrang Village of Bandung City on the
knowledge level of the diagnosis of tuberculosis based on the International
Standards for Tuberculosis Care (ISTC).This research was conducted using
minimal sample, there were 30 respondents. Sampling was done randomly and
data collection using questionnaire.
The results shownumber of respondents with good knowledge about
diagnosis of tuberculosis by ISTC as many as 25 people (83.3%) for the standard
1, 14 (46.7%) for standard 2, 17 people (56.7%) for standard 3, 23 people
(76.7%) for the standard 4, 25 people (83.3%) for the standard 5, 24 people
(80.0%) for the standard 6.
The conclusion is knowledge according to the diagnosis of tuberculosis by
ISTC has been better at general practitioners in Tamansari Village and
Burangrang Village of Bandung City.
Keyword :Bandung, General Practitioner, ISTC, Knowledge, Private Practice,
Tuberculosis
PENDAHULUAN
Tuberkulosis (TB) masih merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan di
dunia. Berdasarkan Global Tuberculosis Report, angka kejadian TB di dunia pada
tahun 2012 adalah 8,6 juta jiwa terkena penyakit TB dan 1,3 juta jiwa meninggal
dunia dikarenakan menderita TB, dimana jumlah penderita TB yang meninggal
dunia sudah termasuk penderita HIV-AIDS yang positif TB sebanyak 320.000
jiwa. Angka kejadian penderita TB di Asia sekitar 58% dari jumlah jiwa di
dunia.1Angka kejadian TB di Provinsi Jawa Barat didapatkan sejumlah 62.218 per
100.000 penduduk. Sedangkan di kota Bandung didapatkan sejumlah 6.274 per
100.000 penduduk.2
Tuberkulosis (TB) memiliki beberapa gejala klinis yang hampir sama
dengan gejala klinis infeksi saluran pernafasan atas. Berdasarkan hal tersebut,
tuberkulosis cukup sulit untuk didiagnosis secara langsung, sehingga dibutuhkan
beberapa pemeriksaan lanjutan untuk penegakan diagnosis tuberkulosis.World

Health Organization (WHO) menerbitkan International Standard for Tuberculosis


Care (ISTC) sebagai kumpulan standar diagnosis dan penanganan TB pada tahun
2006 bersama dengan berbagai organisasi dunia yaitu Dutch Tuberculosis
Foundation (KNCV), American Thoracic Society (ATS), International Union
Against Tuberculosis and Lung Disease, US Centers for disease control and
prevention, serta Indian Medical Association.3
International Standard for Tuberculosis Care (ISTC) mempunyai tiga
kategori standar pada tahun 2006 yaitu diagnosis sebanyak enam standar, terapi
sebanyak sembilan standar, dan tanggung jawab kesehatan masyarakat sebanyak
dua standar, sehingga total semuanya ada 17 standar. International Standard for
Tuberculosis Care (ISTC) edisi kedua dikeluarkan pada tahun 2009 dengan
beberapa perubahan, terbagi atas empat kategori standar yaitu diagnosis sebanyak
enam standar, pengobatan sebanyak tujuh standar, standar TB dengan HIV atau
komorbid lain sebanyak empat standar, dan kesehatan masyarakat sebanyak empat
standar.3
Penerapan ISTC tidak selalu dapat berjalan sesuai dengan situasi dan
kondisi di setiap negara.Negara-negara di Benua Eropa membuat standar TB
untuk menggantikan ISTC.Hal ini dikarenakan ISTC tidak selalu bisa digunakan
sesuai dengan kondisi negara di Eropa. Berdasarkan kendala tersebut, European
Centre for Disease Prevention and Control (ECDC) dan European Respiratory
Society (ERS) membuat European Union Standards for Tuberculosis Care
(ESTC) dengan didasari dari standar yang terdapat di ISTC.4
Berdasarkan hasil penelitian mengenai penanganan TB oleh dokter pribadi
yang ada di India pada periode Desember 2010 sampai Juli 2011, disebutkan dari
hasil pemilihan sampel sebanyak 296 dokter pribadi, ditemukan sebanyak 201
praktisi tidak memenuhi standar yang ditentukan oleh ISTC dalam penanganan
TB. Dari hasil data yang didapatkan, kebanyakan praktisi yang tidak memenuhi
standar ISTC adalah laki-laki yang berumur 35 tahun.5
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Umum DKI
Jakarta pada tahun 2010, didapatkan data dari 138 responden yang terdiri dari
dokter umum dan dokter spesialis, hanya 69 responden yang mengetahui
mengenai standar diagnosis sesuai dengan ISTC secara benar. Penelitian tersebut
dapat memberi kesimpulan bahwa di Rumah Sakit Umum DKI Jakarta, sebagaian
besar tenaga medis belum mengetahui dan mengimplementasikan ISTC untuk
diagnosis tuberkulosis paru.6
.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini menggunakan rancangan metode deskriptif, dengan
pendekatan cross sectional dimana data diambil dalam satu waktuuntuk melihat
gambaran tingkat pengetahuan penegakan diagnosis tuberkulosis berdasarkan
International Standard for Tuberculosis Care (ISTC) pada dokter umum praktek
swasta di Kelurahan Tamansari dan Burangrang, Kota Bandung.
Populasi target dari penelitian ini yaitu dokter umum di Kelurahan
Tamansari dan Burangrang, Kota Bandung. Populasi terjangkau dari penelitian ini

adalah dokter umum di Kelurahan Tamansari dan Burangrang yang memenuhi


kriteria inklusi dan eksklusi.
Sampel dalam penelitian ini diambil secara purposive dengan penentuan
Kelurahan Tamansari dan Burangrang dan secara convenient yaitu siapapun yang
bekerja sebagai dokter umum praktek swasta sesuai kriteria inklusi dan
eksklusi.Variabel dalam penelitian ini yaitu 6 standar diagnosis berdasarkan
ISTC.Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa kuesioner mengenai
standar diagnosis berdasarkan ISTC yang telah divalidasi. Data yang diperoleh
selanjutnya diolah secara deskriptif dengan menggunakan software Ms.Excell dan
disajikan dalam bentuk tabel, sehinnga didapatkan hasil mengenaigambaran
tingkat pengetahuan penegakan diagnosis tuberkulosis berdasarkan International
Standard for Tuberculosis Care (ISTC) pada dokter umum praktek swasta di
Kelurahan Tamansari dan Burangrang, Kota Bandung.
HASIL
Berdasarkan data kuesioner dengan jumlah sampel sebanyak 30 responden, ratarata responden berusia 26 tahun sampai 35 tahun dan memiliki lama praktek 1
tahun sampai 5 tahun, berikut disajikan hasil pengolahan data dalam bentuk tabel
Tabel 1 Kategori Pengetahuan Standar 1
No Kategori Pengetahuan F
1
Baik
25
2
Cukup
0
3
Kurang
5
Total
30

%
83,3
0,0
16,7
100,0

Tabel diatas menggambarkan kategori pengetahuan dari 30 orang yang


diteliti, 25 orang (83,3%) diantaranya memiliki pengetahuan yang baik dan 5
orang (16,7%) diantaranya memiliki pengetahuan yang kurang.
Tabel 2 Kategori Pengetahuan Standar 2
No Kategori Pengetahuan F
1
Baik
14
2
Cukup
11
3
Kurang
5
Total
30

%
46,7
36,7
16,7
100,0

Tabel diatas menggambarkan kategori pengetahuan dari 30 orang yang


diteliti, 14 orang (46,7%) diantaranya memiliki pengetahuan yang baik dan 5
orang (16,7%) diantaranya memiliki pengetahuan yang kurang.
Tabel 3 Kategori Pengetahuan Standar 3

No
1
2
3
Total

Kategori Pengetahuan
Baik
Cukup
Kurang

F
17
0
13
30

%
56,7
0,0
43,3
100,0

Tabel diatas menggambarkan kategori pengetahuan Dari 30 orang yang


diteliti, 17 orang (56,7%) diantaranya memiliki pengetahuan yang baik dan 13
orang (43,3%) diantaranya memiliki pengetahuan yang kurang.
Tabel 4 Kategori Pengetahuan Standar 4
No Kategori Pengetahuan F
1
Baik
23
2
Cukup
0
3
Kurang
7
Total
30

%
76,7
0,0
23,3
100,0

Tabel diatas menggambarkan kategori pengetahuan Dari 30 orang yang


diteliti, 23 orang (76,7%) diantaranya memiliki pengetahuan yang baik dan 7
orang (23,3%) diantaranya memiliki pengetahuan yang kurang.
Tabel 5 Kategori Pengetahuan Standar 5
No Kategori Pengetahuan F
1
Baik
25
2
Cukup
4
3
Kurang
1
Total
30

%
83,3
13,3
3,3
100,0

Tabel diatas menggambarkan kategori pengetahuan Dari 30 orang yang


diteliti, 25 orang (83,3%) diantaranya memiliki pengetahuan yang baik dan 1
orang (3,3%) diantaranya memiliki pengetahuan yang kurang.
Tabel 6 Kategori Pengetahuan Standar 6
No Kategori Pengetahuan F
1
Baik
24
2
Cukup
5
3
Kurang
1
Total
30

%
80,0
16,7
3,3
100,0

Tabel diatas menggambarkan kategori pengetahuan Dari 30 orang yang


diteliti, 24 orang (80,0%) diantaranya memiliki pengetahuan yang baik, 5 orang
(16,7%) diantaranya memiliki pengetahuan yang cukup dan 1 orang (3,3%)
diantaranya memiliki pengetahuan yang kurang.

PEMBAHASAN
Pembahasan pada penelitian ini meliputi pembahasan setiap standar diagnosis
tuberkulosis berdasarkan ISTC.
1. Pembahasan mengenai standar 1 diagnosis berdasarkan ISTC
Hasil penelitian sebelumnya yang berjudul Penggunaan International
Standard for Tuberculosis Care (ISTC) Dalam Penegakan Diagnosis Tuberkulosis
Paru oleh Tenaga Medis pada Rumah Sakit Umum di DKI Jakarta menunjukan
sebanyak 69 orang (50,0%) dari 138 responden memiliki pengetahuan yang benar
mengenai standar 1 ISTC. Dokter di Kelurahan Tamansari dan Burangrang Kota
Bandung memiliki persentase pengetahuan dengan kategori baik yang lebih tinggi
dikarenakan standar 1 diagnosis tuberkulosis sudah sering dilakukan oleh dokter
umum praktek swasta Kelurahan Tamansari dan Burangrang Kota Bandung dan
juga sosialisasi mengenai tuberkulosis sudah sering dilakukan pada setiap dokter
umum.
2. Pembahasan mengenai standar 2 diagnosis berdasarkan ISTC
Hasil penelitian sebelumnya yang berjudul Penggunaan International
Standard for Tuberculosis Care (ISTC) Dalam Penegakan Diagnosis Tuberkulosis
Paru oleh Tenaga Medis pada Rumah Sakit Umum di DKI Jakarta menunjukan
bahwasebanyak 65 orang (47,1%) dari 138 responden memiliki pengetahuan yang
benar mengenai standar 2 ISTC. Berdasarkan hal tersebut, Kota Bandung
memiliki persentase pengetahuan dengan kategori baik yang lebih tinggi
dikarenakan sudah seringnya standarisasi terhadap dokter umum mengenai cara
dan waktu pengambilan dahak yang efektif bagi pasien tuberkulosis.
3. Pembahasan mengenai standar 3 diagnosis berdasarkan ISTC
Belum ada hasil penelitian sebelumnya yang membahas mengenai standar
3 ISTC, sehingga peneliti tidak dapat membandingkan hasil penelitian yang
didapatkan dengan hasil penelitian sebelumnya.Kota Bandung memiliki
persentase pengetahuan dengan kategori baik dengan jumlah yang cukup banyak
dikarenakan sudah seringnya sosialisasi mengenai standar ISTC di Kota Bandung
dan adanya peran serta dari Dinas Kesehatan Kota Bandung dalam penerapan
standar ISTC.
4. Pembahasan mengenai standar 4 diagnosis berdasarkan ISTC
Hasil penelitian sebelumnya yang berjudul Penggunaan International
Standard for Tuberculosis Care (ISTC) Dalam Penegakan Diagnosis Tuberkulosis
Paru oleh Tenaga Medis pada Rumah Sakit Umum di DKI Jakarta menunjukan
bahwa sebanyak 79 orang (57,2%) dari 138 responden memiliki pengetahuan
yang benar mengenai standar 4 ISTC. Persentase pengetahuan dengan kategori
baik di Kota Bandung lebih tinggi dikarenakan sudah seringnya sosialisasi oleh
pemerintah setempat mengenai cara diagnosis tuberkulosis yang baik dan benar.

5. Pembahasan mengenai standar 5 diagnosis berdasarkan ISTC


Hasil penelitian sebelumnya yang berjudul Penggunaan International
Standard for Tuberculosis Care (ISTC) Dalam Penegakan Diagnosis Tuberkulosis
Paru oleh Tenaga Medis pada Rumah Sakit Umum di DKI Jakarta menunjukan
bahwa sebanyak 45 orang (32,6%) dari 138 responden memiliki pengetahuan
yang benar mengenai standar 5 ISTC. Pengetahuan dengan kategori baik di Kota
Bandung lebih tinggi dikarenakan pengetahuan mengenai alur diagnosis
tuberkulosis di Kota Bandung oleh dokter umum sudah baik dan benar
berdasarkan standar yang ditetapkan oleh ISTC.Meskipun terkadang terdapat
beberapa langkah diagnosis tuberkulosis yang terlewatkan dalam pengaplikasian
pengetahuannya, hal ini dikarenakan pertimbangan biaya pengobatan yang harus
ditanggung pasien.
6. Pembahasan mengenai standar 6 diagnosis berdasarkan ISTC
Belum ada hasil penelitian sebelumnya yang membahas mengenai standar
6ISTC, sehingga peneliti tidak dapat membandingkan hasil penelitian yang
didapatkan dengan hasil penelitian sebelumnya.Namun, pengetahuan dokter
umum praktek swasta di Kota Bandung sudah cukup baik dikarenakan adanya
sosialisasi yang cukup sering dilaksanakan mengenai standar diagnosis
tuberkulosis pada anak dengan baik dan benar.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penilitian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
dokter umum di Kelurahan Tamansari dan Burangrang Kota Bandung telah
mengerti secara keseluruhan mengenai diagnosis tuberkulosis berdasarkan
ISTC.Hal ini menunjukan bahwa sosialisasi mengenai ISTC di Kota Bandung
sudah terlaksana dengan baik.Pemerintah diharapkan lebih rutin dalam
pelaksanaan sosialisasi mengenai ISTC agar semua dokter umum praktek swasta
mengetahui dengan benar mengenai standar yang terdapat pada ISTC.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Thaufiq
Boesoirie, dr., MS., SpTHT-KL(K)., selaku Rektor Universitas islam Bandung,
Prof. Dr. Hj. Ieva B. Akbar, dr. AIF., selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Bandung, Budiman, dr., M.KM selaku pembimbing utama, dan
Wida Purbaningsih, dr., M.Kes., selaku pembimbing pendamping yang telah
memberikan ilmu, arahan, bimbingan, serta saran yang sangat berharga bagi
penulis.Terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang turut
membantu dalam pelaksanaan penelitian ini.
PERTIMBANGAN MASALAH ETIK

Aspek etik yang perlu diperhatikan pada penelitian ini adalah kerahasian
dan kesediaan subjek menjawab kuesioner yang diberikan. Untuk mengatasi
kerahasiaan responden dijaga dengan tidak menampilkan namadan alamat praktek
dari responden. Sedangkan untuk kesediaan responden dalam menjawab
kuesioner, responden mendapatkan lembaran informed consent sebagai
pernyataan setuju dalam menjawab kuesioner.
DAFTAR PUSTAKA
1.

World Health O. Global Tuberculosis Report 2013. 2013 Contract No.:


ISBN 978 92 4 156465 6.

2.

Jumlah Kasus Baru TB Paru dan Kematian Akibat TB Paru Menurut Jenis
Kelamin, Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat Tahun 2012: Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Barat; 2013 [updated 28 Maret 2013; cited 2014
17 January]. Available from :
http://www.diskes.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/725

3.

World Health O. International Standard for Tuberculosis Care Second


Edition. 2009.

4.

Migliori GB, Zellweger JP, Abubakar I, Ibraim E, Caminero JA, De Vries G,


et al. European union standards for tuberculosis care. The European
respiratory journal. 2012 Apr;39(4):807-19. PubMed PMID: 22467723.
Pubmed Central PMCID: 3393116. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3393116/

5.

Achanta S, Jaju J, Kumar AM, Nagaraja SB, Shamrao SR, Bandi SK, et al.
Tuberculosis management practices by private practitioners in Andhra
Pradesh, India. PloS one. 2013;8(8):e71119. PubMed PMID: 23967158.
Pubmed Central PMCID: 3742777. Available from :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/pmid/23967158/

6.

Susanto AD, Ratnawati, Gayatri D, Samaria I, Tariswan, Mahendradata Y.


Penggunaan International Standard for Tuberculosis Care (ISTC) Dalam
Penegakan Diagnosis Tuberkulosis Paru oleh Tenaga Medis pada Rumah
Sakit Umum di DKI Jakarta. Parade Penelitian Tuberkulosis. 2010 27
April;Volume 2.

7.

Coscolla M, Lewin A, Metzger S, Maetz-Rennsing K, Calvignac-Spencer S,


Nitsche A, et al. Novel Mycobacterium tuberculosis Complex Isolate from a
Wild Chimpanzee. 2013 6 Juni;volume 19th. Available from :
http://wwwnc.cdc.gov/eid/article/19/6/12-1012_article.htm

8.

Fishman AP, Elias JA, Fishman JA, Grippi MA, Senior RM, Pack AI.
Pulmonary Diseases and Disorders 2008.

9.

Bouakaze1 C, Keyser C, Martino SJd, Sougakoff W, Veziris N, Dabernat H,


et al. Identification and Genotyping of Mycobacterium tuberculosis
Complex Species by Use of a SNaPshot Minisequencing-Based Assay.
Journal of clinical microbiology. 2010 March. Available from :
http://jcm.asm.org/content/48/5/1758.long#abstract-1

10.

Wong MK, Yadav RP, Nishikiori N, Eang MT. The association between
household poverty rates and tuberculosis case notification rates in
Cambodia, 2010. Western Pacific surveillance and response journal :
WPSAR. 2013 Jan;4(1):25-33.c. Pubmed Central PMCID: 3729111.
Available from : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3729111/

11.

Pertiwi RN, Wuryanto MA, Sutiningsih D. Hubungan antara karakteristik


individu, praktik hygiene dan sanitasi lingkungan dengan kejadian
tuberculosis di kecamatan Semarang Utara tahun 2011. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. 2012 Januari - Desember 2011;Volume 1, Nomor 2:p. 435-45.
Available from : http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm/article/view/1132

12.

Michael E. Hanley M, Carolyn H. Welsh M. Current Diagnosis & Treatment


in Pulmonary Medicine. Denver, Colarado: McGraw-Hill Companies, Inc;
2003.
Schaaf HS, Zumla A. TUBERCULOSIS. First Edition ed: SAUNDERS
ELSEVIER; 2009.

13.
14.

Nancy A. Knechel R, MSN, ACNP. Tuberculosis: Pathophysiology, Clinical


Features, and Diagnosis. American Association of Critical-Care Nurse. 2009
29 April. Available from :
http://www.aacn.org/WD/CETests/Media/C0923.pdf

15.

PEDOMAN PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS (TB). In:


Kesehatan M, editor. Jakarta2009.

16.

B Puvaneswaran MB, BSc (Hons), B Shoba MB, FCP (SA). Misdiagnosis


of tuberculosis in patients with lymphoma. The South African Medical
Journal. 2013. Available from :
http://www.samj.org.za/index.php/samj/article/view/6093/4700

17.

ZHAO N, YANG J-J, ZHANG G-S. Differential diagnosis between AML


infiltration, lymphoma and tuberculosis in a patient presenting with fever
and mediastinal lymphadenopathy: A case report. 2013. Available from :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3919864/

18.

Jacobson KR, Tierney DB, Jeon CY, Mitnick CD, Murray MB. Treatment
Outcomes among Patients with Extensively Drug-Resistant Tuberculosis:

10

Systematic Review and Meta-Analysis. Oxford Journals. 2010. Available


from : http://cid.oxfordjournals.org/content/51/1/6.full
19.

Jawetz, Melnick, Adelberg's. Medical Microbiology. 25th edition ed. United


States of America: Mc Graw Hill; 2010.

20.

Notoatmodjo PDS. Kesehatan Masyarakat Imu dan Seni. Jakarta: PT.


Rineka Cipta; 2007.
Darmawan D. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya; 2013 Mei.

21.
22.

Fuady M. Sumpah Hippocrates (Aspek Hukum Malpraktek Dokter).


Bandung : PT.Citra Aditya Bakti; 2005.

23.

The International of Human Rights. Undang-Undang republik Indonesia


Nomor 39 Tahun 1999.

IDENTITAS PENULIS
Penulis bernama lengkap Meylani Ardianty.Alamat penulis adalah
Apartement Galeri Ciumbuleuit 1, unit 911.
Email penulis adalah meylaniardiantyeffendy@yahoo.com

Você também pode gostar