Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
VIRUS TORCH
(142110101019)
Devi Martadiana
(142110101038)
Miftahul Jannah
(142110101084)
(142110101132)
Kelompok 10 C
Denti Tarwiyanti
(142110101044)
(142110101099)
(142110101162)
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tanpa ada suatu
halangan apapun. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita
nabi besar Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya di yaumil qiyamah.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Mikrobiologi, yang
berjudul VIRUS TORCH. Penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Ibu Dr. Dwi Wahyuni, M.Kes. selaku dosen mata kuliah Mikrobiologi.
2. Ayah dan ibu tercinta di rumah yang selalu memberi dukungan dan doa sehingga makalah
ini dapat terselesaikan.
3. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Makalah ini telah disusun berdasarkan sumber-sumber yang ada, namun penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan
saran demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini akan kami terima dengan senang hati.
Penulis berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.........................................................................................................i
Daftar Isi .................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..1
1.2 Rumusan Masalah.1
1.3Tujuan Penulisan Makalah.1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Virus TORCH.......................................................................2
2.2 Toxoplasma.............................................................................................2
2.3 Rubella....................................................................................................7
2.4 CMV.....................................................................................................11
2.5 Herpes...................................................................................................13
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...........................................................................................20
3.2 Saran.....................................................................................................20
Daftar Pustaka........................................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
atau
binnary
fission,sedangkan
pada
fase
aseksual
cara
2.2.2 Klasifikasi
Kingdom
: Animalia
Sub kingdom
: Protozoa
Filum
: Apicomplexa
Kelas
: Sporozoasida
Sub Kelas
: Coccidiasina
Ordo
: Eucoccidiorida
Sub ordo
: Eimeriorina
Famili
: Sarcocystidae
Genus
: Toxoplasma
Spesies
: Toxoplasma gondii
c) Kista dalam tubuh hospes dapat ditemukan seumur hidup terutama di otak, otot
jantung, dan otot bergaris.
d) Di otak bentuk kista lonjong atau bulat, tetapi di dalam otot bentuk kista
mengikuti bentuk sel otot.
3. Bentuk Ookista (Berisi Sporozoid)
a) Ookista berbentuk lonjong, berukuran 12,5 mikron.
b) Ookista mempunyai dinding, berisi satu sporoblas yang membelah menjadi dua
sporoblas.
c) Pada perkembangan selanjutnya ke dua sporoblas membentuk dinding dan
menjadi sporokista.
d) Masing-masing sporokista tersebut berisi 4 sporozoit yang berukuran 8 x 2
mikron dan sebuah benda residu.
Morfologi Toxoplasma gondii mempunyai tiga bentuk, yang pertama
Ookista, dibentuk dalam mukosa usus kucing melalui gameto-gametogoni
(reproduksi seksual), dikeluarkan melalui tinja, dan di tanah akan membentuk
dua sporakista dan masing-masing membentuk 4 sporozoid. Ookista menjadi
matang dalam 1 5 hari menjadi sporozoid infektif. Seekor kucing mengeluarkan
10 juta ookista/hari dalam 2 minggu. Ookista mati dalam suhu 4550C atau
dikeringkan, dicampur formalin, amonia atau larutan iodium. Kedua Takizoit
(tachyzoid trofozoit yang membelah cepat). Bentuk ini ditemukan pada infeksi
akut. Trofozoit ini dibebaskan dari ookista dan kista ke aliran darah dan masuk
ke berbagai organ di tubuh dan akan menjadi kista. Terakhir adalah bentuk kista
terbentuk dalam jaringan tubuh hospes perantara, berisi bradizoit (trofozoit yang
membelah perlahan), jadi tidak dibentuk stadium seksual tetapi stadium istirahat
(kista).
menyebabkan
penyakit
Toxoplasmosis.Salah
satu
contohnya
wanita
hamil
dapat
mengakibatkan
terjadinya
hidrochephalus,
a. Diagnosis
Dapat dilakukan diantaranya dengan pemeriksaan trofozoit langsung,
isolasi parasit, pemeriksaan fetus, histologis, serologis. Pemeriksaan serologis
dilakukan dengan dasar bahwa antigen toksoplasma akan membentuk antibodi
yang spesifik pada serum darah penderita. Beberapa pemeriksaan serologi
yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis toksoplasmosis antara lain:
- Complement Fixation Test
- Dye Test Sabin Fieldman
- Immunoflourescense Assay (IFA)
- Enzyme Linked Immuno Sorbent Assay (ELISA)
4. PCR(Polymerase Chain Reaction)
Metode lain yang relatif singkat dengan sensitivitas yang tinggi adalah metode
PCR. Teknik PCR ini dapat mendeteksi toksoplasma yang berasal dari darah,
cairan serebrospinal, dan cairan amnion.
b. Gejala-gejala seseorang yang mengidap Toxoplasma
Biasanya orang normal tidak menunjukan
gejala
yang
Anak balita yang bermain di tanah atau ibu-ibu yang gemar berkebun,
juga petani sebaiknya mencuci tangan yang bersih dengan sabun sebelum
makan. Sayur mayur yang dimakan sebagai lalapan harus dicuci bersih,
karena ada kemungkinan ookista melekat pada sayuran. Makanan yang
matang harus ditutup rapat supaya tidak dihinggapi lalat atau kecoa yang
dapat memindahkan ookista dari tinja kucing ke makanan tersebut.
Kista jaringan dalam hospes perantara (kambing, sapi, babi dan ayam)
sebagai sumber infeksi dapat dimusnahkan dengan memasaknya sampai
66C atau mengasap dan sampai matang sebelum dimakan. Bagi ibu yang
memasak, jangan mencicipi hidangan daging yang belum matang. Setelah
memegang daging mentah (tukang jagal, penjual daging, tukang masak)
sebaiknya cuci tangan dengan sabun sampai bersih. Yang paling penting
dicegah adalah terjadinya toksoplasmosis kongenital karena anak yang
lahir dapat menyebabkan cacat dengan retardasi mental dan gangguan
motorik.terapi danpencegahan toxoplasma di berikan terhadap 3 kelompok
penderita sebagai berikut:
1.kehamilan dengan infeksi akut
Spiramisin:antibiotika makrolide dengan spektrum antri baktetial
Piremitamin:guna menghindari efek akumulatif pada jaringan.
2.toxoplasma kongenital
Sulfadiazin dengan dosis 50-100 mg/kg/hari
3.penderita imunodefisiansi
Pengobatan dengan piremitamin,sulfadiazin,daan asam folinik.
d. Penularan
Pola transmisinya ialah melalui transplasenta pada wanita hamil.
Mempunyai masa inkubasi 10-23 hari bila penularan melalui makanan (daging
yang dimasak kurang matang) dan 5-20 hari bila penularannya melalui kucing.
Bila infeksi ini mengenai ibu hamil trimester pertama akan menyebabkan 20%
janin terinfeksi toksoplasma atau kematian janin, sedangkan bila ibu terinfeksi
pada trimester ke tiga 65% janin akan terinfeksi. Infeksi ini dapat berlangsung
selama kehamilan.Setelah siklus hidup Toxoplasma ditemukan maka usaha
pencegahannya diharapkan lebih mudah dilakukan.
2.3 Rubella
12
virus 60 70 nm .
5. Habitat virus rubella hidup di daerah tropis,subtropis,dan pada daerah yang
memiliki musim semi.
2.3.2 Klasifikasi
Family : togoviridae
Genus : rubivirus
Spesies : rubella virus
padat, dikelilingi oleh dua lapis lipid yang mengandung glycoprotein E1 dan
E2. Virus rubella dapat dihancurkan oleh proteinase, pelarut lemak, formalin,
sinar ultraviolet, PH rendah, panas dan amantadine tetapi nisbi (relatif) rentan
terhadap pembekuan, pencairan atau sonikasi.
Setelah memasuki sel inang, asam nukleat virus harus sudah terlepas
dari pembungkusnya, (uncoating) atau terlepas dari kapsulnya. Proses
mengawasalut (uncoating ) ini terjadi di permukaan sel dalam virus. Secara
umum, ini merupakan proses enzimatis yang menggunakan prakeberadaan
(pre-existing) ensim lisosomal atau melibatkan pembentukan ensim yang baru.
Setelah proses pengawasalutan (uncoating), maka biosintesis asam nukleat
dan beberapa protein virus merupakan hal yang sangat penting. Sintesis virus
terjadi baik di dalam inti maupun di dalam sitoplasma sel inang, bergantung
dari jenis asam nukleat virus dan kelompok virus. Pada virus RNA, seperti
Virus Rubella, sintesis ini terjadi di dalam sitoplasma, sedangkan pada
kebanyakan virus DNA, asam nukleat virus bereplikasi di inti sel inang
sedangkan protein virus mengalami replikasi pada sitoplasma. Tahap terakhir
replikasi virus yaitu proses pematangan partikel virus. Partikel yang telah
matang ini kemudian dilepaskan dengan bertunas melalui membrane sel atau
melalui lisis sel.
2.3.5 Patogenesis
Virus rubella ditransmisikan melalui pernapasan dan mengalami
replikasi di nasofaring dan di daerah kelenjar getah bening. Viremia terjadi
antara hari ke-5 sampai hari ke-7 setelah terpajan virus rubella. Dalam ruangan
tertutup, virus rubella dapat menular ke setiap orang yang berada di ruangan
yang sama dengan penderita. Masa inkubasi virus rubella berkisar antara 14
21 hari. Masa penularan 1 minggu sebelum dan empat (4) hari setelah
permulaan (onset) ruam (rash). Virus rubella akan berkembang biak dalam
sel-sel belakang tenggorokan dan hidung
Infeksi transplasenta janin dalam kandungan terjadi saat viremia
berlangsung. Infeksi rubella menyebabkan kerusakan janin karena proses
pembelahan terhambat. Dalam rembihan (secret) tekak (faring) dan air kemih
(urin) bayi dengan CRS, terdapat virus rubella dalam jumlah banyak yang
dapat menginfeksi bila bersentuhan langsung. Virus dalam tubuh bayi dengan
CRS dapat bertahan hingga beberapa bulan atau kurang dari 1 tahun setelah
kelahiran.
Kerusakan janin disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya oleh
kerusakan sel akibat virus rubella dan akibat pembelahan sel oleh virus.
15
a. Diagnosis
Didiagnosis melalui metode serologis yang cepat dan praktis. Berbagai
jenis jaringan, khususnya ginjal kera paling baik digunakan untuk
mengasingkan virus, karena dapat menghasilkan paras (level) virus yang lebih
tinggi dan secara umum lebih baik untuk menghasilkan antigen. Pertumbuhan
virus tidak dapat dilakukan pada telur, tikus dan kelinci dewasa.penderita
dengan panen sefalitis rubella progresif tidak memberikan resiko infeksi besar
pada yang lain,walaupun agaknya beralasan untuk mencegah pemanjanan
orang-orang rentan rubella terhadap darah penderita dengan penyakit ini.virus
rubella tidak terdeteksi dengan urine nya.
Menentukan status imun pada wanita umur reproduktif
Metode pemeriksaan :
Hemaglutination inhibition
Passive Hemaglutination (PHA)
16
b. Pencegahan
Pencegahan Rubella yang paling efektif adalah vaksinasi, terutama
bagi wanita yang berencana untuk hamil. Sekitar 90% orang yang menerima
vaksin ini akan terhindar dari rubella.
Pencegahan rubella tergabung dalam vaksin kombinasi MMR yang
juga mencegah campak dan gondong. Vaksin ini termasuk dalam daftar
imunisasi wajib bagi anak di Indonesia.di anjurkan diisolasi sekurangkurangnya 4 hari setelah gejala bintik-bintik merah.hindari kontak dengan
penderita sebisa mungkin,khususnya untuk ibu hamil yang belum menerima
vaksin MMR dan orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah.pindahkan
penderita keruangan terpisah yang jauh dari anggota keluarga.menjaga
kebersihan diri,misalnya selalu mencuci tangan,sebelum makan,setelah
berpergian,atau jika terjadi kontak dengan penderita.beristirahat sebanyak
mungkin,minum banyak air putih untuk mencegah dehidrasi,minum air hangat
bercmpur madu dan lemon untuk meredakan sakitt teggorokan dan hidung
beringus.
Vaksin MMR tidak sembarang boleh diberikan kepada semua orang,
diantaranya:
Mereka yang alergi terhadap antibiotik neomicyn.
Wanita yang sedang hamil atau bertujuan hamil dalam waktu satu
bulan setelah imunisasi.
Mereka yang menderita penyakit apa saja atau menerima pengobatan
yang menekan sistem kekebalan, seperti cortisone atau prednisolone.
-
c. Penularan
Virus
rubella
ditransmisikan
melalui
pernapasan
dan
Dalam ruangan tertutup, virus rubella dapat menular ke setiap orang yang
berada di ruangan yang sama dengan penderita. Masa inkubasi virus rubella
berkisar antara 1421 hari. Masa penularan 1 minggu sebelum dan empat (4)
hari setelah permulaan (onset) ruam (rash). Pada episode ini, Virus rubella
sangat menular.dapat menular melalui keringat didalam aliran tubuh virus
rubella
menyebar
melalui
aliran
darah,sendi,kelenjar
bulan ketiga.
Congenital Rubella Syndrome dapat terjadi pada infeksi di TR I
kehamilan.Kelainan-kelainan lain adalah CHD (PDA, VSD dan PT),
cataracts,
chorioretinitis,
microcephaly, mental
retardation
dan
deafness.
2.4 CMV
Cytomegalovirus atau disingkat CMV merupakan anggota keluarga virus herpes
yang biasa disebut herpesviridae. CMV sering disebut sebagai virus paradoks karena
bila menginfeksi seseorang dapat berakibat fatal, atau dapat juga hanya diam di dalam
tubuh penderita seumur hidupnya. Pada awal infeksi, CMV aktif menggandakan diri.
Sebagai respon, system kekebalan tubuh akan berusaha mengatasi kondisi tersebut,
sehingga setelah beberapa waktu virus akan menetap dalam cairan tubuh penderita
seperti darah, air liur, urin, sperma, lendir vagina, ASI, dan sebagainya. Penularan CMV
dapat terjadi karena kontak langsung dengan sumber infeksi tersebut, dan bukan melalui
makanan, minuman atau dengan perantaraan binatang.Cytomegalovirus juga jarang
ditemukan pada trasfusi darah.
2.4.1
Ciri-ciri CMV
Anggautafamiliherpesvirus
18
Subfamilibetaherpesvirus
Membentuk inclusion body intra nuclear atau sitoplasmik, dengan area terang
disekitarnya menyerupa imata burung hantu (owls eye)
2.4.2 Klasifikasi
Group : Group I (dsDNA)
Family : Herpesviridae
Genus : Cytomegalovirus
(HHV5)
Dimensi 100-200 nm.
infeksi dan peradangan CMV
2.4.3 Struktur dan Morfologi
Termasuk famili Herpesvirus, diameter virion 100-200 nanomikron,
mempunyai selubung lipoprotein(envelope), bentuk ikosahedral nukleokapsid,
dengan asam nukleat berupa DNA double-stranded. Nama "Cytomegalo"
mengacu pada ciri khas pembesaran sel yang terinfeksi virus, di dalam
nukleusnya, dijumpai inclusion bodies, dan membesar berbentuk menyerupai
mata burung hantu (owls eye).
19
2.4.4 Patogenesis
Infeksi bawaan cytomegalovirus dapat terjadi karena infeksi primer atau
reaktivasi dari ibu. Namun, penyakit yang diderita janin atau bayi yang baru
lahir dikaitkan dengan infeksi primer ibu. Infeksi primer pada usia anak atau
dewasa lebih sering dikaitkan dengan respon limfosit T yang hebat. Respon
limfosit T dapat mengakibatkan timbulnya simdroma mononukleosis yang
serupa seperti dialami setelah infeksi virus Epstein-Barr. Tanda khas infeksi ini
adalah adanya limfosit atipik pada darah tepi. Sekali terkena, selama masa
simtomatis infeksi primer, cytomegalovirus menetap pada jaringan induk
semangnya. Tempat infeksi yang menetap dan laten melibatkan bermacam sel
dan organ tubuh.proses penginfesian CMV:
1.interaksi virus dengan reseptor di permukaan sel
2.penetrasi dan maturasi
3.CMV menyebabkan pembesaran sel di sertasi inklusi intra nukleat
4.kromatin terdesak ke tepi
5.CMV menginfeksi sel epitl duktal
Etologi berdasarkan jenisnya :
1.kongenital:di dapat di dalam rahim melalui plasenta.40% bayi yang lahir
dari wanita CMV selama kehimlan juga terinfeksi
2.akut-didapat:di dapat atau selama kelahiran sa,pai dewasa.
Gejala mirip mononukleuosis
3.penyakit sistemik umum: terjadi pada individu yang menderita
imunosupresi,terutama jika mereka telah menjalani transpalasi organ.gejalagejalanya termasuk pneumonitis,hepatitis,leukopenia yang kadang-kadang
fatal.
Stimulasi antigen kronis (seperti yang timbul setelah transplantasi
organ) disertai melemahnya sistem imun merupakan keadaan yang paling
sesuai untuk pengaktifan cytomegalovirus dan penyakit yang disebabkan oleh
cytomegalovirus. Cytomegalovirus dapat menyebabkan respons limfosit T
yang lemah, yang sering kali mengakibatkan superinfeksi oleh kuman
oportunistik. Cytomegalovirus juga dapat menjadi faktor pembantu dalam
mengaktifkan infeksi laten HIV.
20
a. Diagnosis
Sebagian besar pasien dengan CMV retinitis membutuhkan trapi mata
oleh seorang ahli.seorang ahli bedah mata mendiagnosa CMV retinitis dengan
sepenuhnya memeriksa bagian belakang mata menggunakan ophthalmoscopy.
Fluorescein angiography mungkin dibutuhkan untuk mengevaluasi system
sirkulasi retina.
Dengan Karakteristik :
1.
Lekositosis
2.
Lymphocytosis
3.
Abnormal liver function test
Definitive diagnosis dapat dilakukan dengan isolasi virus CMV dari
urine dan blood dengan terdeteksi IgM atau peningkatan titer IgG. Deteksi IgG
antibodi bukan proteksi terhadap CMV infeksi kronik.
b. Pencegahan dan Pengobatan
pencegahan
1) Menjaga kebersihan atau sanitasi.
2) Hindari melakukan transfusi kepada bayi baru lahir dari ibu yang
seronegatif dengan darah donor dengan seropositif CMV.
3) Hindari transplantasi jaringan organ dari donor seropositif CMV
kepada resipien yang seronegatif. Jika hal ini tidak dapat dihindari, maka
pemberian IG hiperimun atau pemberian antivirus profilaktik mungkin
menolong.
21
melibatkan
penggunakan
polipeptida
cytomegalovirus
yang
22
Varicellovirus
2. Sub-Famili Betaherpesvirus, Genus Sitomegalovirus, Genus
Muromegalovirus, Genus Roseolovirus;
3. Sub-Famili
Genus Rhadinovirus.
2.5.3 Struktur dan Morfologi
23
yang terdiri dari bahan globular yang sering asimetris. Virus herpes memiliki
total panjang genom 120000-220000 nt. Guanine + cytosine ratio 35-75 %
(Anonim, 2007b). Secara morfologi, anggota virus herpes memilki struktur yang
serupa satu dengan yang lainnya.perbedaan HSV1 dan HSV2
Bagian yang disukai HSV2 adalah kulit dan selaput lendir pada
alat
kelamin
dan
perianal.membentuk
bercak
fesikel
besar.tebal.terpusat.
25
Virus masuk kedalam sel dengan cara fusi glikoprotein selubung virus
dengan reseptomya yang terdapat di membran plasma, reseptor dari
cytomegalovirus dapat berupa heparin sulfate, amino peptidase dan
glikoprotein membran plasma lain. Selanjutnya, nukleo kapsid pindah dari
sitoplasma ke inti sel. Setelah kapsid rusak, genom virus kemudian dilepaskan
didalam inti sel. Genom DNA yang tadinya linear segera berubah menjadi
sirkuler. Sebagian gen langsung ditranskripsikan dan produk RNA-nya
dipindahkan ke sitoplasma untuk bersama ribosom sel ditranslasikan
membentuk kelompok protein alfa. Klompok protein ini kemudian pindah ke
inti sel untuk memfasilitasi transkripsi gen penyandi protein beta, terjadi
transkripsi dan translasi lategenes menjadi protein gamma. Jumlah jenis
protein yang disandi lebih dari 50, banyak diantara proteon alfa dan beta
merupakan enzim dari protein lain yang akan berikatan dengan DNA genom
virus.
Transkripsi DNA virus terjadi sepanjang siklus replikasi didalam sel
dengan bantuan enzim RNA polymerase sel dan protein virus lain. Transkripsi
dalam bentuk DNA virus selanjutnya dirakit menjadi virion pada membran inti
sel. Pelepasan virion dari sitoplasma keluar inti sel terjadi melalui struktur
tubuler atau melalui proses eksositosis vakuola yang berisi virion.
2.5.5 Patogenesis
HSV 1 ditransmisikan melalui sekresi oral, virus menyebar melalui droplet
pernapasan atau melalui kontak langsung dengan air liur yang terinfeksi. Ini
sering terjadi selama berciuman, atau dengan memakan atau meminum dari
perkakas yang terkontaminasi. HSV 1 dapat menyebabkan herpes genitalis
melalui transmisi selama seks oral-genital. Karena virus ditransmisikan melalui
sekresi dari oral atau mukosa (kulit) genital, biasanya tempat infeksi pada lakilaki termasuk batang dan kepala penis, skrotum, paha bagian dalam, anus. Pada
wanita yaitu labia, vagina, serviks, anus, paha bagian dalam. Mulut juga dapat
menjadi tempat infeksi bagi keduanya. Penyebaran herpes genitalis atau Herpes
Simpleks 2 dapat melalui kontak langsung antara seseorang yang tidak memiliki
antigen terhadap HSV 2 dengan seseorang yang terinfeksi HSV 2. Kontak dapat
melalui membran mukosa atau kontak langsung kulit dengan lesi. Transmisi juga
26
dapat terjadi dari seorang pasangan yang tidak memiliki luka yang tampak.
Kontak tidak langsung dapat melalui alat-alat yang dipakai penderita karena HSV
2 memiliki envelope sehingga dapat bertahan hidup sekitar 30 menit di luar sel.
Bayi dengan herpes neonatus ada 3 kategori penyakit yaitu : diseminata,
lokalisata dan asimtomatik.
HSV menyebabkan infeksi laten pada sel-sel saraf dan sering terjadi
kekambuhan. HSV juga menyebabkan infeksi sotilitik yang menimbulkan
nekrosis sel-sel terinfeksi.Gejala awal setelah terkena infeksi virus herpes
biasanya hanya demam. Namun, demam tidak pasti terjadi pada gejala ini.
Bahkan gejala penyakit herpes mungkin tidak diketahui sampai Anda benarbenar melihat dengan jelas luka yang ada di bibir/saluran reproduksi Anda.
Ketika virus herpes bertindak dalam tubuh, akan ada periode ketika virus
ini tidak aktif dan tidak ada gejala khas herpes yang muncul. Kemudian akan
ada periode wabah ini di mana luka muncul di area genital dan bahkan dapat
merambah
ke
daerah
anus.
Luka akan jadi seperti flu biasa pada bibir. Awalnya akan terasa seperti
kesemutan pada bagian yang terkena virus, kemudian tumbuh lebih besar,
menyebar dan akhirnya meledak meninggalkan ulserasi yang secara perlahan
akan sembuh dengan sendirinya. Gejala penyakit herpes akan muncul dan
pergi begitu saja, tetapi virus tetap bersama Anda selamanya.
a. Diagnosis
1. Berdasarkan pemeriksaan daerah genital. Dalam beberapa kasus dokter
bisa menggunakan kain penyeka dari fluida blister untuk melihat apakah
terdapat virus di dalamnya. Pemeriksaan Serologis: pemeriksaan yang
paling baik dilakukan untuk menentukan adanya infeksi HSV, juga untuk
diagnosa primary infection jika titer antibodi terjadi peningkatan 4 kali
atau lebih.
2. Pemeriksaan : IgG anti HSV _ deteksi status imun dan anti HSV2 IgM
3. Pengambilan sampel untuk IgG setelah 2-7 minggu
Cara pemeriksaan :
1. Citology dan Histology
2. Immunoflourescence
3. Enzim Immuno Assay dan Immunoblotting
b. Pencegahan dan Pengobatan
Cara pengobatan:
27
Salah satu obat yang efektif untuk infeksi Herpes Simpleks Virus
adalah Asiklofir dalam bentuk topikal, intravena, dan oral yang semuanya
berguna untuk mengatasi infeksi primer.
Nama Generik: Acyclovir
Nama Dagang: Clinovir (Pharos)
Indikasi : Untuk mengobati genital Herpes Simplex Virus, herpes labialis,
herpes zoster, HSV encephalitis, neonatal HSV, mukokutan HSV pada
pasien
yang
memiliki
respon
imun
yang
diperlemah
(immunocompromised), varicella-zoster.
Bentuk Sediaan : Tablet 200 mg, 400 mg.
Dosis dan Aturan Pakai: Pengobatan herpes simplex: 200 mg (400 mg pada
pasien yang memiliki respon imun yang diperlemah/immunocompromised
atau bila ada gangguan absorbsi) 5 kali sehari, selama 5 hari. Untuk anak
dibawah 2 tahun diberikan setengah dosis dewasa. Diatas 2 tahun diberikan
dosis dewasa. Pencegahan herpes simplex kambuhan, 200 mg 4 kali sehari
atau 400 mg 2 kali sehari, dapat diturunkan menjadi 200 mg 2atau 3 kali
sehari dan interupsi setiap 6-12 bulan.
Penggunaan obat lain
- Vidarabin
- Idoksuridin topical (untuk Herpes Simpleks pada selaput bening mata)
- Trifluridin
Pengobatan penyakit ini dapat dilakukan dengan beberapa cara untuk
mengurangi rasa nyeri dapat diberi analgetik. Sebaiknya, diusahakan agar
glembung-glembungtidakpecah.
Cara pencegahan:
1.
kehamilan.
2.
Menghindari persalinan melalui jalan lahir bagi ibu yang menderita
herpes genital
3.
Menghindari kontak dengan penderita dan alat-alat yang dipakainya.
~ Pencegahan terhadap infeksi varisela zoster virus dilakukan dengan cara
imunisasi pasif atau aktif.
1) Imunisasi pasif.
Imunisasi pasif biasanya diberikan pada neonatus yang dilahirkan dari ibu
yang menderita varisela, kurang dari 5 hari sebelum partus atau kontak
varisela pada saat setelah lahir. Dosis Zoster Imunoglobulin (ZIG) : 0,6
ml/kgbb intramuskuler diberikan 72 jam setelah kontak.
28
2) Imunisasi aktif.
Diberikan pada anak-anak sehat maupun penderita leukimia,
imunodefisiensi. Dapat diberikan dengan vaksin hidup yang dilemahkan.
Vaksin yang digunakan adalah OKA Strain. Dosis yang dianjurkan adalah
0,5 cc subkutan. Pemberian vaksin ini ternyata cukup aman dan efektif dan
dapat memberikan perlindungan 96%. Dapat diberikan bersamaan dengan
MMR dengan daya proteksi yang sama dan efek samping hanya berupa
rash yang ringan. Efek samping biasanya tidak ada, tetapi bila ada
biasanya bersifat ringan
~ Menjaga kebersihan dan kesehatan
Jika daya tahan tubuh tidak fit maka akan mempermudah penularan
Varicella Zoster Virus. Jadi untuk mencegah penularan,maka penting bagi
kita untuk menjaga kesehatan dan kebersihan tubuh dan lingkungan sekitar
~ Makan makanan yang bergizi
Kandungan protein dan karbohidrat dalam makanan bergizi berguna untuk
menjaga kekebalan imun tubuh. Jika kekebalan imun baik,maka akan sulit
untuk terjangkit penyakit.
~ Istirahat yang cukup
~ Menghindari kontak langsung dengan penderita.
c. Penularan
Ditularkan melalui hubungan seksual, kontak langsung dengan
penderita, pemakaian akan suatu benda yang digunakan secara bersama
sama, seperti sikat gigi, handuk, sabun, dll. Melalui orang ke orang dengan
cara kontak langsung pada daerah tubuh yang mengalami infeksi. Penularan
dapat terjadi walaupun tidak ada luka herpes yang sifatnya terbuka.
29
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Infeksi TORCH yang terjadi pada ibu hamil dapt membahayakan janin yang
dikandungnya. Pada infeksi TORCH, gejala klinis yang ada searing sulit dibedakan dari
penyakit lain karena gejalanya tidak spesifik. Walaupun ada yang memberi gejala ini
tidak muncul sehingga menyulitkan dokter untuk melakukan diagnosis. Oleh karena itu,
pemeriksaan laboratorium sangat diperlukan untuk membantu mengetahui infeksi
TORCH agar dokter dapat memberikan penanganan atau terapi yang tepat.
Untuk menghindari penyakit ini adalah dengan dengan menghindari memakan daging
yang kurang matang, makan makanan bergizi, melakukan pemeriksaan sebelum
kehamilan, melakukan vaksinasi, periksa kandungan secara teratur, jaga kebersihan, dan
menghindari kontak langsung dari penderita
3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini penyusun
kesempurnaan. Maka dari itu penyusun mengharapkan dan menerima dengan tangan
terbuka masukan ataupun saran yang dapat mendukung dan membangun
demi
30
DAFTAR PUSTAKA
Gibson, J.M. 1996 Mikrobiologi dan Patologi Modern Untuk Perawat. Jakarta : EGC
Prawiraharjo, Sarwono. 2009 Ilmu Kabidanan Edisi Keempat. Jakarta : PT. Bina
Pusaka Sarwono Rahardjo
http://bidanku.com/pengertian-torch-berikut pencegahannya
Jurnal : GEJALA RUBELA BAWAAN (KONGENITAL) BERDASARKAN
PEMERIKSAAN SEROLOGIS DAN RNA VIRUS oleh Kadek, S Darmadi
Jurnal : KARAKTERISASI TOXOPLASMA GONDII ISOLAT INDONESIA
Oleh Sagung Chandra Yowani, Endang Kumolosasi, dan Marlia Singgih Wibowo
31