Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
lantai dasar samudera sehingga terbentuk muka laut yang baru. Tempat pertemuan dua batas
lempeng dengan tipe Lempeng divergen biasa disebut seafloor spreading atau spreading centre.
Contohnya terdapat pada pertemuan antara lempeng Amerika Utara dan lempeng Eurasia di
Samuera Antartika, sedangkan tipe lempeng divergen yang terjadi antara dua lempeng benua
menyebebkan terjadinya rekahan yang cukup besar pada daratan dan rekahan itu menjadi terus
meluas setiap tahunnya, sebagai contoh yang terjadi di Afrika Timur yang dikenal sebagai Great
Rift Valley.
2.
2.
Model yang kedua dari tipe lempeng kovergen adalah pertemuan antara lempeng
samudera dengan lempeng benua yang mengakibatkan lempeng samudera tersubduksi ke
arah mantel dan menyebabkan terbentuknya gunung-gunung api aktif di daratan benua.
Pada daerah tipe konvergen seperti ini yang memiliki aktivitas seismik yang cukup
tinggi, bahkan kebanyakan gelombang Tsunami yang terjadi akibat aktivitas seismik pada
tipe ini yang ditimbulkan dari gempa-gempa besar yang dapat memicu terjadinya
Tsunami. Contoh tipe ini terdapat di daerah zona penyusupan di sepanjang pantai barat
sumatera dan di sepanjang pantai selatan Jawa.
3.
Model terakhir dari tipe ini adalah pertemuan antara lempeng benua dengan lempeng
benua yang mengakibatkan terjadinya lipatan yang semakin lama areanya semakin luas
dan semakin tinggi, sebagai contoh adalah pembentukan pegunungan Himalaya dan
daerah dataran tinggi Tibet.
3.
tukan Bumi
Written By Hafizul Hamdi on 25 Jul 2012 | Rabu, Juli 25, 2012
Pembentukan Bumi - Bahan utama bumi adalah besi dan silikat. bahan lain adalah
unsur yang bersifat radio aktif. bahan besi cenderung mengendap ke pusat menjadi
inti bumi (suhu: 3900 C). sedangkan bahan silikat berada di atas bahan besi.
panas di dalam bumi menyebabkan bahan cairnya selalu bergerak, Gerakan ini
yang menimbulkan pergeseran benua, pembentukan gunung, serta gempa bumi.
TEORI APUNGAN
Alfred Weneger (1912) berpendapat bahwa "benua berjalan seperti rakit di atas
air". Para ahli juga berpendapat bahwa benua benua dulu pernah bersatu menjadi
satu Superbenua bernama Pangea.
TEORI LEMPENG TEKTONIK
Teori ini menyatakan bahwa benua benua kerak bumi selalu bergeser, teori ini
mendukung adanya hanyutan benua. Kerak bumi terbagi tujuh lempeng utama:
gerakan yang terjadi apabila lempeng saling bergesekan berlawanan arah, apabila
gerakan ini terjadi akan menimbulka sesar perubahan bentuk
Transform-Faults
Transform-Faults adalah jenis patahan strike-slip faults yang khas terjadi pada
batas lempeng, dimana dua lempeng saling berpapasan satu dan lainnya secara
horisontal. Jenis patahan transform umumnya terjadi di pematang samudra yang
mengalami pergeseran (offset), dimana patahan transform hanya terjadi diantara
batas kedua pematang, sedangkan dibagian luar dari kedua batas pematang tidak
terjadi pergerakan relatif diantara kedua bloknya karena blok tersebut bergerak
dengan arah yang sama. Daerah ini dikenal sebagai zona rekahan (fracture zones).
Patahan San Andreas di California termasuk jenis patahan transform fault.
Struktur Geologi
PATAHAN/SESAR (FAULTS)
Patahan / sesar adalah struktur rekahan yang telah mengalami pergeseran.
Umumnya disertai oleh struktur yang lain seperti lipatan, rekahan dsb. Adapun di
lapangan indikasi suatu sesar / patahan dapat dikenal melalui
Gawir sesar atau bidang sesar;
Breksiasi, gouge, milonit, ;
Deretan mata air;
Sumber air panas;
Penyimpangan / pergeseran kedudukan lapisan;
Gejala-gejala struktur minor seperti: cermin sesar, gores garis, lipatan dsb.
Sesar dapat dibagi kedalam beberapa jenis/tipe tergantung pada arah relatif
pergeserannya. Selama patahan/sesar dianggap sebagai suatu bidang datar, maka
konsep jurus dan kemiringan juga dapat dipakai, dengan demikian jurus dan
kemiringan dari suatu bidang sesar dapat diukur dan ditentukan.
Normal Faults
Normal Faults adalah patahan yang terjadi karena gaya tegasan tensional
horisontal pada batuan yang bersifat retas dimana hangingwall block telah
mengalami pergeseran relatif ke arah bagian bawah terhadap footwall block.
Half-Grabens
Half-Grabens adalah patahan normal yang bidang patahannya berbentuk
lengkungan dengan besar kemiringannya semakin berkurang kearah bagian bawah
sehingga dapat menyebabkan blok yang turun mengalami rotasi.
Reverse Faults
Reverse Faults adalah patahan hasil dari gaya tegasan kompresional horisontal
pada batuan yang bersifat retas, dimana hangingwall block berpindah relatif
kearah atas terhadap footwall block.
A Thrust Fault
A Thrust Fault adalah patahan reverse fault yang kemiringan bidang patahannya
lebih kecil dari 150. . Pergeseran dari sesar Thrust fault dapat mencapai hingga
ratusan kilometer sehingga memungkinkan batuan yang lebih tua dijumpai
menutupi batuan yang lebih muda.
Strike Slip Faults adalah patahan yang pergerakan relatifnya berarah horisontal
mengikuti arah patahan. Patahan jenis ini berasal dari tegasan geser yang bekerja di
dalam kerak bumi. Patahan jenis strike slip fault dapat dibagi menjadi 2(dua)
tergantung pada sifat pergerakannya. Dengan mengamati pada salah satu sisi
bidang patahan dan dengan melihat kearah bidang patahan yang berlawanan, maka
jika bidang pada salah satu sisi bergerak kearah kiri kita sebut sebagai patahan
left-lateral strike-slip fault. Jika bidang patahan pada sisi lainnya bergerak ke
arah kanan, maka kita namakan sebagai right-lateral strike-slip fault. Contoh
patahan jenis strike slip fault yang sangat terkenal adalah patahan San Andreas
di California dengan panjang mencapai lebih dari 600 km.
Transform-Faults
Transform-Faults adalah jenis patahan strike-slip faults yang khas terjadi pada
batas lempeng, dimana dua lempeng saling berpapasan satu dan lainnya secara
horisontal. Jenis patahan transform umumnya terjadi di pematang samudra yang
mengalami pergeseran (offset), dimana patahan transform hanya terjadi diantara
batas kedua pematang, sedangkan dibagian luar dari kedua batas pematang tidak
terjadi pergerakan relatif diantara kedua bloknya karena blok tersebut bergerak
dengan arah yang sama. Daerah ini dikenal sebagai zona rekahan (fracture zones).
Patahan San Andreas di California termasuk jenis patahan transform fault.
Teori lempeng tektonik dikemukakan oleh ahli geofisika Inggris, Mc Kenzie dan
Robert Parker (1967). Kedua ahli itu menjadikan teori-teori sebelumnya sebagai
satu kesatuan konsep yang lebih sempurna sehingga diterima oleh para ahli
geologi.
Kerak bumi menutupi seluruh permukaan bumi. Namun, akibat adanya aliran
panas yang mengalir di astenosfer menyebabkan kerak bumi pecah menjadi
bagian-bagian yang lebih kecil. Bagian-bagian itulah yang disebut lempeng kerak
bumi (lempeng tektonik). Aliran panas tersebut untuk selanjutnya menjadi sumber
kekuatan terjadinya pergerakan lempeng. Lempeng tektonik; merupakan dasar dari
terbangunnya system kejadian gempa bumi, peristiwa gunung berapi,
pemunculan gunung api bawah laut, dan peristiwa geologi lainnya.
Teori Tektonik Lempeng (Plate Tectonic) juga suatu teori dalam bidang geologi
yang menjelaskan tentang sifat-sifat bumi yang mobil/dinamis karena adanya gaya
endogen dari dalam bumi. Teori ini dikembangkan untuk memberikan penjelasan
terhadap adanya bukti-bukti pergerakan skala besar yang dilakukan oleh litosfer
bumi.
Teori ini menggantikan teori lama yaitu: Teori Continental Drift yang lebih dahulu
dikemukakan pada pertengahan pertama abad ke 20 dan konsep Seafloor
Spreading yang dikembangkan pada tahun 1960 an.
Menurut Teori Lempeng Tektonik, lapisan terluar bumi terbuat dari suatu
lempengan tipis dan keras yang masing-masing saling bergerak relatif terhadap
yang lain. Gerakan ini terjadi secara terus-menerus sejak bumi ini tercipta hingga
sekarang.
Teori Lempeng Tektonik muncul sejak tahun 1960-an, dan hingga kini teori ini
telah berhasil menjelaskan berbagai peristiwa geologis, seperti gempa bumi,
tsunami, dan meletusnya gunung berapi, juga tentang bagaimana terbentuknya
gunung, benua, dan samudra.
Lempeng tektonik terbentuk oleh kerak benua (continental crust) ataupun kerak
samudra (oceanic crust), dan lapisan batuan teratas dari mantel bumi (earths
mantle). Kerak benua dan kerak samudra, beserta lapisan teratas mantel ini
dinamakan litosfer yang terpecah ke dalam beberapa lempeng tektonik yang saling
bersinggungan satu dengan lainnya.
Kepadatan material pada kerak samudra lebih tinggi dibanding kepadatan pada
kerak benua. Demikian pula, elemen-elemen zat pada kerak samudra (mafik) lebih
berat dibanding elemen-elemen pada kerak benua (felsik).
Di bawah litosfer terdapat lapisan batuan cair yang dinamakan astenosfer. Karena
suhu dan tekanan di lapisan astenosfer ini sangat tinggi, batu-batuan di lapisan ini
bergerak mengalir seperti cairan (fluid).
Jika lempeng tektonik saling memisah, maka terjadi aktivitas magmatis yang
mengakibatkan penambahan landas samudra. Di daerah pemisahan tersebut
terdapat rekahan-rekahan yang menjadi jalan untuk keluarnya cairan dari dalam
bumi. Cairan yang keluar dari dalam bumi tersebut kemudian mendingin menjadi
batuan basalt. Banyaknya basalt yang terus terbentuk mendorong lempeng tektonik
Lempeng kerak bumi dibagi menjadi dua kelompok, yaitu lempeng mayor
(lempeng besar) dan lempeng minor (lempeng kecil).
7 Lempeng Utama yaitu:
1. Lempeng Pasific (Pasific Plate), Ini merupakan Lempeng Samudera yang
meliputi Seluruh Samudera Pasifik.
Zona subduksi lempeng tektonik yang terkenal berada di Sirkum Pasifik. Kawasan
ini dikenal dengan sebutan lingkaaran api Pacific (Ring of Fire) karena di
sepanjang kawasan ini muncul serangkaian gunung api. Lingkaran api Pasifik
membentang di antara subduksi dan pemisahan lempeng Pasifik dengan lempenglempeng India-Australia, Eurasia, dan Amerika Utara, serta tumbukan lempeng
Nazca dengan lempeng Amerika Selatan.
Zona lingkaran api Pasifik ini sangat luas, yaitu membentang mulai dari pantai
barat Amerika Selatan, berlanjut ke pantai barat Amerika Utara, melingkar ke
Kanada, semenanjung Kamchatka, Kepulauan Jepang, Indonesia, Selandia Baru,
dan Kepulauan Pasifik Selatan.
Selain menjadi tempat munculnya gunung api, zona subduksi di lingkaran api
Pasifik juga merupakan tempat terjadinya gempa bumi. Menurut United State
Geological Survey (USGS), sekitar 90% gempa bumi di dunia terjadi di sepanjang
jalur lingkaran api Pasifik. Gempa bumi yang terjadi di lingkaran api Pasifik lebih
sering diakibatkan oleh gerakan lempeng tektonik daripada aktivitas gunung
apinya
Pada awalnya hanya terbentuk satu benua besar yang disebut Pangaea dan
dikelilingi satu samudera Panthalassa. Sekitar 200 juta tahun yang lalu benua ini
terbelah menjadi dua yakni Gondwanaland dan Laurasia. Gondwanaland kemudian
terbelah membentuk benua afrika, antartika, australia, Amerika Selatan, dan sub
benua India.
Sedangkan Laurasia terbelah menjadi Eurasia dan Amerika Utara. Pada saat benua
ini terbelah-belah beberapa samudera baru muncul di sela-selanya. Diperlukan
waktu berjuta-juta tahun untuk membentuk posisi daratan yang seperti sekarang
ini.Pada awalnya hanya terbentuk satu benua besar yang disebut Pangaea dan
dikelilingi satu samudera Panthalassa. Sekitar 200 juta tahun yang lalu benua ini
terbelah menjadi dua yakni Gondwanaland dan Laurasia. Gondwanaland kemudian
terbelah membentuk benua afrika, antartika, australia, Amerika Selatan, dan sub
benua India.
Sedangkan Laurasia terbelah menjadi Eurasia dan Amerika Utara. Pada saat benua
ini terbelah-belah beberapa samudera baru muncul di sela-selanya. Diperlukan
waktu berjuta-juta tahun untuk membentuk posisi daratan yang seperti sekarang
ini.
Jenis-jenis Batuan
Batuan Beku
Dimulai dari batuan beku, batuan beku adalah batuan cair pijar atau magma dari
dalam bumi yang membeku. Berdasarkan tempat proses membekunya batuanbatuan beku tersebut terdiri atas :
Batuan dalam, membeku secara perlahan-lahan di dalam
2. Gabro
Proses Terbentuk
: terbentuk dari magma yang membeku di dalam
gunung. Termasuk batuan dalam
Massa Jenis
:2,9 3,21 gram/cm3
Warna
: Gelap kehijauan , coklat bercampur putih
Karakteristik lain
: Batuan gabro berwarna gelap kehijauan, menunjukkan
kandungan silika rendah sehingga magma asal bersifat basa. Struktur batuan ini
adalah massive, tidak terdapat rongga atau lubang udara maupun retakan-retakan.
Batuan ini masih segar dan tidak pernah terkena gaya endogen yang dapat
meninggalkan retakan pada batuan.Batuan ini memeiliki tekstur fanerik karena
mineral-mineralnya dapat dilihat langsung secara kasat mata dan mineral yang
besar menunjukkan bahwa mineral tersebut terbentuk pada suhu pembekuan yang
relatif lambat sehingga bentuk mineralnya besar-besar.Derajat kristalisasi
sempurna, bahwa batuan ini secara keseluruhan tersusun atas kristal sehingga
disebut holocrystalline. Tekstur seperti ini menunjukkan proses pembentukan
magma yang lambat. Ion-ion penyusun mineral pada batuan, dalam lingkungan
bertekanan tinggi dan temperatur yang luar biasa tinggi dapat bergerak sangat
cepat dan menyusun dirinya sedemikian rupa sehingga membentuk suatu bentuk
yang teratur dan semakin berukuran besar.
3. Andesit
Proses terbentuk :Batuan ini berasal dari lelehan lava gunung merapi yang
meletus, batu Andesit terbentuk (membeku) ketika temperatur lava yang meleleh
turun antara 900 sampai dengan 1,100 derajat Celsius. Merupakan jenis batuan
beku luar.
Massa Jenis
: 2,8 3 gram/cm3
Warna
: agak gelap (abu-abu tua).
Batu andesit sering digunakan sebagai : Nisan kuburan, Cobek, Lumping jamu,
Cungkup (kap lampu taman), Arca untuk hiasan, Batu pembuat candi, Sarkofagus,
Punden berundak, Meja batu.
Pusat kerajinan dan pemotongan batu Andesit juga terdapat di daerah Cirebon dan
Majalengka Jawa Barat. Karena di daerah ini banyak terdapat perbukitan yang
merupakan daerah tambang Batu Andesit. Untuk batu Andesit di daerah cirebon
umum nya bewarna abu-abu dan terdiri dari 2 Jenis utama: Andesit Bintik dan
Andesit Polos.
4.Diorit
Proses terbentuk
: Merupakan batuan hasil terobosan batuan beku (instruksi)
yang Terbentuk dari hasil peleburan lantai samudra yang bersifat mafic pada suatu
subduction zone. biasanya diproduksi pada busur lingkaran volkanis, dan
membentuk suatu gunung didalam cordilleran ( subduction sepanjang tepi suatu
benua, seperti pada deretan Pegunungan). Terdapat emplaces yang besar berupa
Karakteristik lain
: Batu obsidian mempunyai nilai keras 5-5.5 berdasarkan
daftar keras Mohs dan termasuk batu mulia tanggung.
Manfaat
: Dapat dijadikan sebagai perhiasan cincin, Dijadikan
kerajinan
Di Itali, Perancis dan Belanda batu ini dipercayai sebagai jimat pengusir roh
jahat yang harus dimiliki di tiap rumah.
7. Pumice (batu apung)
Proses Terbentuk
: Batu apung merupakan hasil material erupsi
gunung api yang membeku
ketika didalamnya masih terdapat udara sehingga mempunyai sifat titik
berongga-rongga tersebar secara tidak merata. Batu apung mengandung
silika tinggi, dan termasuk jenis batuan beku luar.
Massa Jenis
: dibawah 1 gram/cm3
Warna
: Putih, dan coklat muda
Karakteristik lain
: dapat terapung di air, kedap suara, batuapung juga
tahan terhadap api, kondensi, jamur dan panas.
Manfaat
: Dalam sektor industri lain, batu apung digunakan
sebagai bahan pengisi (filler), pemoles/penggosok (polishing), pembersih
(cleaner), stonewashing, abrasif, isolator temperatur tinggi dan lain-lain.
8. Diorit
Batuan ini bertekstur feneris, mengandung feldspar plagioklas calsiksodik dalam
jumlah yang besar dengan tipe sodik yang banyak. Plagioklasnya melebihi
ortoklas, kwarsa tidak ada, tetapi mengandung augit dalam jumlah sedikit.
Harnbledia biasanya lebih banyak dari biotit. Diorite sangat mirip dengan gabro,
tetapi diorit plagioklasnya lebih asam (sodik) daripada labradorit. Batuan dengan
plagioklas yang lebih basa disebut dengan gabro. Jika banyak penokris disebut
dengan porfir diorit. diorit terdiri dari kurang lebih 65% plagioklas dan 35%
mineral silikat gelap seperti biotit dan augit. Mineral-mineral accesorisnya kwarsa,
apotik, kalsit, klorit, granit, dan epidot. Varietas yang umum adalah diorite
hornblende. Warna diorit cerah abu-abu gelap hijau keabu-abuan.
9. Liparit
Lapirit merupakan batuan bertekstur porfiris dan umumnya berwarna putih,
mineral pembentuknya feldspar, kuarsa, biotit dan mungkin juga mineral berwarna
gelap.
10. Dasit
Dasit merupakan batuan yang memiliki ciri-ciri berwarna abu-abu terang, mineral
plagioklas berbutir kasar dalam masa dasar lebih halus. Dasit mengandung 15-20%
kwarsa, kurang lebih 60% feldaspar dan 10-20% biotit atau hornblande. Mineral
silikat ada dalam jumlah sedikit. Misalnya biotit, hornblende, dan augit. Jika
panerisnya plagioklas atau kwarsa banyak, disebut dengan porfir dan dasit. Masa
dasar dari batuan ini biasanya berbutir halus, tetapi dapat juga secara gradual
menjadi glass.
10. Skoria
Skoria merupakan batuan yang terbentuk jika air dan gelombang-gelombang gas
lainnya keluar melalui lava yang mampat (stiff lava), yang luabang-lubangnya
lebih besar kalau dibandingkan dengan purnice. Warna skoria coklat kemerahan
sampai abu-abu gelap dan hitam.
11. Tufa Gelas
Tufa Gelas merupakan batuan piroklastik yang disusun oleh material hasil gunung
api yang banyak mengandung debu vulkanik dan mineral gelas, dengan warna
putih kekurangan, abu-abu dan kuning kecoklatan. Kegunaan digunakan sebagai
timbunan.
B. BATUAN SEDIMEN
Batuan endapan atau batuan sedimen adalah salah satu dari tiga kelompok utama
batuan (bersama dengan batuan beku dan batuan metamorfosis) yang terbentuk
melalui tiga cara utama: pelapukan batuan lain (clastic); pengendapan (deposition)
karena aktivitas biogenik; dan pengendapan (precipitation) dari larutan. Jenis
batuan umum seperti batu kapur, batu pasir, dan lempung, termasuk dalam batuan
endapan. Batuan endapan meliputi 75% dari permukaan bumi.
Batuan sedimen (batuan endapan) adalah batuan yang terjadi akibat pengendapan
materi hasil erosi. Sekitar 80% permukaan benua tertutup oleh batuan sedimen.
Materi hasil erosi terdiri atas berbagai jenis partikel yaitu ada yang halus, kasar,
berat dan ada juga yang ringan. Cara pengangkutannya pun bermacam-macam
seperti terdorong (traction), terbawa secara melompat-lompat (saltion), terbawa
dalam bentuk suspensi, dan ada pula yang larut (salution). Klasifikasi lebiih lanjut
seperti berikut:
Berdasarkan proses pengendapannya :
batuan sedimen klastik
batuan sedimen kimiawi
batuan sedimen organik
Berdasarkan tenaga alam yang mengangkut :
batuan sedimen aerik
batuan sedimen aquatik
batuan sedimen marin
batuan sedimen glastik
Berdasarkan tempat endapannya :
batuan sedimen limnik
batuan sedimen fluvial
CO2 maka calcium carbonat itu mudah berubah menjadi biocarbonat. Jadi dibawah
tekanan atmosfer, air yang banyak mengandung CO2 secara perlahan-lahan
melarutkan calcium carbonat, terutama bila air tersebut berasal dari tempat yang
dalam dengan tekanan yang lebih besar dan kandungan CO2 nya lebih banyak,
maka daya melarutkan lebih tinggi. Bila larutan tersebut mencapai permukaan
bumi dibawah tekanan atmosfer, calcium carbonatnya segera diendapkan oleh
proses evaporasi, dan proses ini dapat dipercepat oleh adanya kegiatan dari
tumbuh-tumbuhan (algae). Calcum carbonat yang doiendapkan di mulut/lubang
mata air itu disebut travertine. Pada gua-gua kapur, terjadi pula pengendapan dari
calcium carbonat oleh tetesan-tetesan air secara perlahan-lahan yang terdiri dari
kristal-kristal halus dan kompak, yang disebut dengan dripstone. Warna putih,
kuning, atau cokelat. Struktur fibrous atau konsentris. Yang tumbuh dari bawah
disebut stalagnite.
8. Serpin
Serpin berasal dari lumpur yang mengendap. Terdiri dari butiran-butiran batu
lempung atau tanah liat, pada umumnya sepertiga terdiri atas kuarsa, sepertiga
bahan tanah, sepertiga bahan lain termasuk karbonat, besi oksida, feldspar, dan zat
organik. Berwarna abu-abu kehijauan, merah, atau kuning. Dimanfaatkan sebagi
bahan bangunan. Berasal dari endapan hasil pelapukan batuan tanah liat.
C. BATU METAMORF
Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk dari proses metamorfisme batuanbatuan sebelumnya karena perubahan temperatur dan tekanan. Metamorfisme
terjadi pada keadaan padat (padat ke padat) meliputi proses kristalisasi, reorientasi
dan pembentukan mineral-mineral baru serta terjadi dalam lingkungan yang sama
sekali berbeda dengan lingkungan batuan asalnya terbentuk. Banyak mineral yang
mempunyai batas-batas kestabilan tertentu yang jika dikenakan tekanan dan
temperatur yang melebihi batas tersebut maka akan terjadi penyesuaian dalam
batuan dengan membentuk mineral-mineral baru yang stabil. Disamping karena
pengaruh tekanan dan temperatur, metamorfisme juga dipengaruhi oleh fluida,
dimana fluida (H2O) dalam jumlah bervariasi di antara butiran mineral atau poripori batuan yang pada umumnya mengandung ion terlarut akan mempercepat
proses metamorfisme.
Batuan metamorf memiliki beragam karakteristik. Karakteristik ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor dalam pembentukan batuan tersebut :
Komposisi mineral batuan asal
Tekanan dan temperatur saat proses metamorfisme
Pengaruh gaya tektonik
Pengaruh fluida
Pada pengklasifikasiannya berdasarkan struktur, batuan metamorf diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu :
oliasi, struktur planar pada batuan metamorf sebagai akibat dari pengaruh
tekanan diferensial (berbeda) pada saat proses metamorfisme.
Non foliasi, struktur batuan metamorf yang tidak memperlihatkan penjajaran
mineral-mineral dalam batuan tersebut.
Jenis-jenis Metamorfisme
Metamorfisme kontak/termal
Metamorfisme oleh temperatur tinggi pada intrusi magma atau ekstrusi lava.
Metamorfisme regional
Metamorfisme oleh kenaikan tekanan dan temperatur yang sedang, dan terjadi
pada daerah yang luas.
Metamorfisme Dinamik
Metamorfisme akibat tekanan diferensial yang tinggi akibat pergerakan patahan
lempeng.
Berikut adalah contoh dan karakteristik dari betuan metamorf :
1.
Gneiss (ganes)
Merupakan batuan yang terbentuk dari hasil metamorfosisme batuan beku dalam
temperatur dan tekanan yang tinggi. Dalam Gneiss dapat diperoleh rekristalisasi
dan foliasi dari kuarsa, feldspar, mika dan amphibole.
Asal
: Metamorfisme regional siltstone, shale, granit
Warna
: Abu-abu
Ukuran butir
: Medium Coarse grained
Struktur
: Foliated (Gneissic)
Komposisi
: Kuarsa, feldspar, amphibole, mika
Derajat metamorfisme
: Tinggi
Ciri khas
: Kuarsa dan feldspar nampak berselang-seling dengan
lapisan tipis kaya
amphibole dan mika.
Ganes adalah batuan matemorf dengan kristal-kristal yang kasar, biasanya berlapislapis akibat pemisahan mineral-mineral yang berbeda sehingga membentuk foliasi
sekunder yang kasar. Terbentuk pada tempat yang dalam dan pada tingkat
metamorfise, yang tinggi bersama-sama dengan struktur pegunungan lipatan. Pada
prinsipnya gneiss berasal dari batuan beku silllicaous seperti granit, monozit
kwarsa, syenite, dan granodiorit, tetapi dapat juga dari rhyolit, tuff, arkosa dan batu
pasir feldspatik. Mineral-mineral utama pada gneis adalah kwarsa dan feldspat,
sedangkan mineral-mineral yang lain adalah, biotite, horblende dan augite. Warna
bervariasi tergantung pada warna mineral dominan yang ada.
2. Sekis
Schist (sekis) adalah batuan metamorf yang mengandung lapisan mika, grafit,
4. Kuarsit
Adalah salah satu batuan metamorf yang keras dan kuat. Terbentuk ketika
batupasir (sandstone) mendapat tekanan dan temperatur yang tinggi. Ketika
batupasir bermetamorfosis menjadi kuarsit, butir-butir kuarsa mengalami
rekristalisasi, dan biasanya tekstur dan struktur asal pada batupasir terhapus oleh
proses metamorfosis .
Asal
: Metamorfisme sandstone (batupasir)
Warna
: Abu-abu, kekuningan, cokelat, merah
Ukuran butir
: Medium coarse
Struktur
: Non foliasi
Komposisi
: Kuarsa
Derajat metamorfisme : Intermediate Tinggi
Ciri khas
: Lebih keras dibanding glass
5.Milonit
Milonit merupakan batuan metamorf kompak. Terbentuk oleh rekristalisasi
dinamis mineral-mineral pokok yang mengakibatkan pengurangan ukuran butirbutir batuan. Butir-butir batuan ini lebih halus dan dapat dibelah seperti schistose.
Asal
: Metamorfisme dinamik
Warna
: Abu-abu, kehitaman, coklat, biru
Ukuran butir
: Fine grained
Struktur
: Non foliasi
Komposisi
: Kemungkinan berbeda untuk setiap batuan
Derajat metamorfisme : Tinggi
Ciri khas
: Dapat dibelah-belah
6. serpinit
Serpentinit, batuan yang terdiri atas satu atau lebih mineral serpentine dimana
mineral ini dibentuk oleh proses serpentinisasi (serpentinization). Serpentinisasi
adalah proses proses metamorfosis temperatur rendah yang menyertakan tekanan
dan air, sedikit silica mafic dan batuan ultramafic teroksidasi dan ter-hidrolize
dengan air menjadi serpentinit.
Asal
: Batuan beku basa
Warna
: Hijau terang / gelap
Ukuran butir : Medium grained
Struktur
: Non foliasi
Komposisi : Serpentine
Ciri khas
: Kilap berminyak dan lebih keras dibanding kuku jari
7.Hornfels
dapat terlihat, apabila berasal dari abtuan beku basalt seperti struktur amigdoloidal.
Sabak berbutir sangat halus dan hanya dapat dideterminasi dengan mikroskop.
Hanya sedikit mineral sabak yang berbutir kasar seperti: kwarsa, feldspar,
cholorite, biotite, magnetite, hematite, kalsit, dan ineral-mineral yang terdapat pada
batuan shale. Warna yang ditimbulakan dari warna merah, hijau, abu-abu, hingga
hitam. Warna merah karena ada mineral yang hemalit, hijau karena ada mineral
cholorite. Warna abu-abu karena adanya mineral-mineral dari karbon dan bahanbahan organik seperti grafit. Sabak yang berasal dari batu pasir graywacke
disebut graywacke slate.
11. kuarsit
Kuarsit adalah metamorfose dari batuan pasir, jika strukturnya tak mengalami
perubahan dan masih menunjukan struktur aslinya. Kuarsit terbentuk akibat panas
yang tinggi sehingga menyebabkan rekristalisasi kwarsa dan felsdpar. Akibat
tekanan pada kwarsit dapat mengakibatkan hancurnya kwarsit tersebut dan
menghasilkan tekstur granoblastik. Kuarsit sangat keras karena adanya sementasi
sirikat (biasanya kwasa kristalin) yang terendapkan disekitar butir-butir kuarsa
yang lebih besar, sehingga menghasilkan ikatan butir yang sangat kuat. Mineral
lain yang dijumpai dalam kuarsit adalah: apatite, zircon, epidote, dan hornblede.
Kuarsit dapat berbentuk akibat metamorfisme kontak atau metamorfis regional dari
pada panas dan tekanan terhadap batu pasir, chert, vien kuarsit, dan kuarsit
pigmatit. Sering berlapis-lapis dan dapat mengandung fosil. Warna dari kuarsit
bervariasi dari putih, coklat hingga mendekati hitam. Adanya hematit memberikan
warna merah muda (pink) sedangkan chlori memberikan warna kehijau-hijauan.
3. Batuan metamorfosis atau Batuan metamorf (methamorphic rock),
yaitu batuan yang berasal dari batuan induk yang mengalami perubahan
tekstur dan komposisi mineral pada fasa padat sebagai akibat perubahan kondisi
fisika tekanan, temperatur, atau tekanan dan temperatur (HGF Winkler, 1967 dan
1979). Akibat bertambahnya temperature dan/atau tekanan, batuan sebelumnya
akan berubah tekstur dan strukturnya sehingga membentuk batuan baru dengan
tekstur dan struktur yang baru pula. Contoh batuan tersebut adalah batu sabak atau
slate yang merupakan perubahan batu lempung. Batu marmer yang merupakan
perubahan dari batu gamping. Batu kuarsit yang merupakan perubahan dari batu
pasir.Apabila semua batuan-batuan yang sebelumnya terpanaskan dan meleleh
maka akan membentuk magma yang kemudian mengalami proses pendinginan
kembali dan menjadi batuan-batuan baru lagi. salah satu kelompok utama batuan
yang merupakan hasil transformasi atau ubahan dari suatu tipe batuan yang telah
ada sebelumnya, protolith, oleh suatu proses yang disebut metamorfisme, yang
berarti "perubahan bentuk". Protolith yang dikenai panas (lebih besar dari 150
Celsius) dan tekanan ekstrim akan mengalami perubahan fisika dan/atau kimia
yang besar. Protolith dapat berupa batuan sedimen, batuan beku, atau batuan
metamorf lain yang lebih tua. Beberapa contoh batuan metamorf adalah gneis, batu
sabak, batu marmer, dan skist.
Batuan metamorf menyusun sebagian besar dari kerak Bumi dan
digolongkan berdasarkan tekstur dan dari susunan kimia dan mineral (fasies
metamorf) Mereka terbentuk jauh dibawah permukaan bumi oleh tegasan yang
besar dari batuan diatasnya serta tekanan dan suhu tinggi. Mereka juga terbentuk
oleh intrusi batu lebur, disebut magma, ke dalam batuan padat dan terbentuk
terutama pada kontak antara magma dan batuan yang bersuhu tinggi.
Penelitian batuan metamorf (saat ini tersingkap di permukaan bumi
akibat erosi dan pengangkatan) memberikan kita informasi yang sangat berharga
mengenai suhu dan tekanan yang terjadi jauh di dalam permukaan bumi.
Kerak Bumi (termasuk litosfer) dan mantelnya terbuat dari batu. Dalam
bangunan batuan biasanya dipakai pada pondasi bangunan untuk bangunan dengan
ketinggian kurang dari 10 meter, batuan juga dipakai untuk memperindah fasade
bangunan dengan memberikan warna dan tekstur unik dari batuan alam.
http://future20.wordpress.com/2013/03/08/jenis-jenis-batuan-ciri-ciri-dan-prosesterbentuknya/
Transform fault
From Wikipedia, the free encyclopedia
Jump to: navigation, search
Contents
1 Background
2 Difference between transform and transcurrent faults
3 Mechanics
4 Examples
5 Transform fault types
6 See also
7 References
Background
John Tuzo Wilson recognized that the offsets of oceanic ridges by faults do not
follow the classical pattern of an offset fence or geological marker in Reids
rebound theory of faulting,[2] from which the sense of slip is derived. The new class
of faults,[3] called transform faults, produce slip in the opposite direction from what
one would surmise from the standard interpretation of an offset geological feature.
Slip along transform faults does not increase the distance between the ridges it
separates; the distance remains constant in earthquakes because the ridges are
spreading centers. This hypothesis was confirmed in a study of the fault plane
solutions that showed the slip on transform faults points in the opposite direction
than classical interpretation would suggest.[4]
Transform faults are closely related to transcurrent faults. Both types of faults are
strike-slip or side-to-side in movement, (see diagrams to the right) however
transform faults end at the junction of another plate boundary or fault type, while
transcurrent faults die out without a junction. In addition, transform faults have
equal deformation across the entire fault line, while transcurrent faults have greater
displacement in the middle of the fault zone and less on the margins. Finally,
transform faults can form a tectonic plate boundary, while transcurrent faults
cannot.
Transform fault
Transcurrent NEW
Mechanics
The effect of a fault is to relieve strain, which can be caused by compression,
extension, or lateral stress in the rock layers at the surface or deep in the Earths
subsurface. Transform faults specifically relieve strain by transporting the strain
between ridges or subduction zones. Transform faults also act as the plane of
weakness allowing for the splitting in rift zones.
Examples
Transform faults are commonly found linking segments of mid-oceanic ridges or
spreading centers. These mid-oceanic ridges are where new sea floor is constantly
created through the up welling of new basaltic magma. With new sea floor being
pushed and pulled out, the older sea floor slowly slides away from the mid-oceanic
ridges toward the continents. Although separated only by tens of kilometers, this
separation between segments of the ridges causes portions of the sea floor to push
past each other in opposing directions. This lateral movement of sea floors past
each other is where transform faults are currently active.
Transform faults move differently than a strike-slip fault at the mid-oceanic ridge.
Instead of the ridges moving away from each other, like other strike-slip faults,
transform fault ridges will stay in the same fixed location, and the new ocean sea
floor being created at the ridges is pushed away from the ridge. The proof of this is
found in paleo-magnetic striping on the sea floor.
A paper written by Gerya theorizes that the creation of the transform faults
between the ridges of the mid-oceanic ridge is attributed to rotated and stretched
sections of the mid-oceanic ridge.[5] This occurs over long period of time with the
spreading center or ridge slowly deforming from a straight line to a curved line and
then finally fracturing along these planes forming transform faults. As this takes
place, the fault changes from a normal fault with extensional stress to a strike slip
fault with lateral stress.[6] In the study done by Bonatti & Crane, peridotite and
gabbro rocks were discovered in the edges of the transform ridges. These rocks are
created deep inside the Earths mantle and then rapidly exhumed to the surface.[6]
This evidence helps to prove that new sea floor is being created at the mid-oceanic
ridges and further supports the theory of plate tectonics.
As previously stated, active transform faults are between two tectonic structures or
faults. Fracture zones represent the previously active transform fault lines, which
have since passed the active transform zone and are being pushed toward the
continents. These elevated ridges on the ocean floor can be traced for hundreds of
miles and in some cases even from one continent across an ocean to the other
continent.
The most prominent examples of the mid-oceanic ridge transform zones are
located in Atlantic Ocean between South America and Africa. Known as the St.
Paul, Romanche, Chain, and Ascension fracture zones, these areas have with deep,
easily identifiable transform faults and ridges. Other locations include: the East
Pacific Ridge located in the South Eastern Pacific Ocean, which meets up with San
Andreas Transform fault to the North.
Transform faults are not limited to oceanic crust and spreading centers; many
transform faults are located on continental margins. The best example is the San
Andreas fault on the Pacific coast of the United States. The San Andreas Fault
links the East Pacific Rise off of the West coast of Mexico (Gulf of California) to
the Mendocino Triple Junction (Part of the Juan de Fuca plate) located off the coast
of the North Western United States making it a ridge-to-transform style transform
fault. [3] The formation of the San Andreas Fault system occurred fairly recently
during the Oligocene Period between 34 million and 24 million years ago.[7] During
this period, the Farallon plate, followed by the Pacific plate, collided into the North
American plate.[7] The collision led to the subduction of the Farallon plate
underneath the North American plate. Once the spreading center separating the
Pacific and Farallon plate was subducted underneath the North American plate, the
San Andreas Continental Transform Fault system was created.[7]
The Southern Alps rise dramatically beside the Alpine Fault on New Zealand's
West Coast. About 500 kilometres (300 mi) long; northwest at top.
Other examples include:
Middle East's Dead Sea Transform fault
New Zealand's Alpine Fault
Pakistan's Chaman Fault
Turkey's North Anatolian Fault
Constant length faults: In other cases, transform faults will remain at a constant
length. This consistency can be attributed to many different reasons. In the case of
a ridge-to-ridge transforms, it is caused by the continuous growth by both ridges
outward, canceling any change in length. The opposite occurs when a ridge linked
to a subducting plate, where all the lithosphere (new sea floor) being created by the
ridge is being subducted, or swallowed up, by the subduction zone.[3] Finally, when
two upper subduction plates are linked there is no change in length. This is due to
the plates moving parallel with each other and no new lithosphere is being created
to change that length.
Decreasing length faults: In rare cases, transform faults can shrink in length. These
occur when two descending subduction plates are linked by a transform fault. In
time as the plates are subducted, the transform fault will decrease in length until
the transform fault disappears completely, leaving only two subduction zones
facing in opposite directions.[3]
See also
Earthquake
Fracture zone
Plate tectonics
Strike-slip tectonics
Structural geology
List of tectonic plate interactions
References
1.
2.
3.
5.
6.
7.