Você está na página 1de 42

Teori Tektonik Lempeng

1. Tinjauan Tektonik Dunia


Tektonik lempeng adalah Suatu teori yang menerangkan proses dinamika Bumi tentang
pembentukan jalur pegunungan, jalur gunungapi, jalur Gempabumi dan cekungan endapan di muka bumi
yang diakibatkan oleh pergerakan Lempeng.
Deformasi aktif dan sesar geser ini menyebabkan terbentuknya lempeng-lempeng pada kulit
bumi. Ada tujuh lempeng besar utama yaitu lempeng Pasifik, lempeng Antartika, lempeng Amerika
selatan, lempeng Amerika utara, lempeng Eurasia, lempeng Afrika dan lempeng Indo-Australia.
Selain lempeng-lempeng besar tapi masih terdapat lempeng-lempeng kecil yang terbentuk di
antara lempeng-lempeng besar tersebut, antara lain lempeng Juan De Fuca yang terjepit di antara lempeng
Pasifik dengan lempeng Amerika Utara. Lempeng Cocos, lempeng Caribbean dan lempeng Nazca yang
terjepit di antara lempeng Pasifik, lempeng Amerika Utara dan lempeng Amerika Selatan. Lempeng
Scotia yang terjepit di antara lempeng Amerika Selatan, lempeng Afrika dan lempeng Antartika. Lempeng
Arab yang terjepit di antara lempeng Afrika, lempeng Eurasia dan Lempeng Indo-Australia. Lempeng
Philipina, lempeng Caroline, lempeng Bismarck dan lempeng Fiji yang terjepit di antara lempeng Pasifik,
lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia. Aktivitas dari pergerakan lempeng-lempeng tersebut
tentunya akan menimbulkan perubahan struktur geologi pada batas-batas pertemuan lempeng tersebut
tergantung dari jenis pertemuan antar lempengnya, bisa berupa gempabumi, gunung api, pembentukan
pegunungan, lipatan dan patahan.
2. Jenis-Jenis Pertemuan Tektonik Lempeng
Pergerakan lempeng kerak bumi ada tiga tipe yaitu pergerakan lempeng Divergen, konvergen dan
transform.
1.

Pergerakan Lempeng Divergen


Lempeng divergen yaitu area pertemuan antar lempeng yang bergerak saling menjauhi,
sehingga pada model pertemuan ini akan terbentuklapisan asthenosphere yang baru dan
menyebabkan makin meluasnya area dari lempeng tersebut. Ada 2 (dua) macam kejadian
lempeng divergen, bisa terjadi antara 2 (dua) lapisan oceanic asthenosphere yang bertemu pada

lantai dasar samudera sehingga terbentuk muka laut yang baru. Tempat pertemuan dua batas
lempeng dengan tipe Lempeng divergen biasa disebut seafloor spreading atau spreading centre.
Contohnya terdapat pada pertemuan antara lempeng Amerika Utara dan lempeng Eurasia di
Samuera Antartika, sedangkan tipe lempeng divergen yang terjadi antara dua lempeng benua
menyebebkan terjadinya rekahan yang cukup besar pada daratan dan rekahan itu menjadi terus
meluas setiap tahunnya, sebagai contoh yang terjadi di Afrika Timur yang dikenal sebagai Great
Rift Valley.
2.

Pergerakan Lempeng Konvergen


Pergerakan Lempeng kovergen yaitu daerah pertemuan lempeng yang bergerak saling
mendekati sampai akhirnya bertumbukan hingga menyebabkan salah satu dari lempeng akan
tersubduksi ke dalam mantel dan mengakibatkan berkurangnya area dari lempeng tersebut.Ada 3
model dari tipe lempeng konvergen, yaitu :
1.

Pertemuan antara lempeng samudera dengan lempeng samudera yang mengakibatkan


salah satu lempeng akan tersubduksi ke arah mantel sehingga pada daerah pertemuan
tersebut akan terbentuk daerah kepulauan yang terdiri dari gunung-gunung laut dan
pertemuan lempeng yang seperti ini biasanya terjadi daerah laut dalam dengan kedalaman
lebih dari 11000 meter, contohnya adalah rangkaian kepulauan yang dipenuhi gunung api
sepanjang Mariana Trench di bagian barat Samudera Pasifik.

2.

Model yang kedua dari tipe lempeng kovergen adalah pertemuan antara lempeng
samudera dengan lempeng benua yang mengakibatkan lempeng samudera tersubduksi ke
arah mantel dan menyebabkan terbentuknya gunung-gunung api aktif di daratan benua.
Pada daerah tipe konvergen seperti ini yang memiliki aktivitas seismik yang cukup
tinggi, bahkan kebanyakan gelombang Tsunami yang terjadi akibat aktivitas seismik pada
tipe ini yang ditimbulkan dari gempa-gempa besar yang dapat memicu terjadinya
Tsunami. Contoh tipe ini terdapat di daerah zona penyusupan di sepanjang pantai barat
sumatera dan di sepanjang pantai selatan Jawa.

3.

Model terakhir dari tipe ini adalah pertemuan antara lempeng benua dengan lempeng
benua yang mengakibatkan terjadinya lipatan yang semakin lama areanya semakin luas
dan semakin tinggi, sebagai contoh adalah pembentukan pegunungan Himalaya dan
daerah dataran tinggi Tibet.

3.

Pergerakan Lempeng Transform


Tipe pertemuan antara dua lempeng tektonik yang bergerak secara horisontal dan
berlawanan arahnya. Pada tipe ini tidak ada pembentukan lapisan asthenosphere baru atau
terjadinya penyusupan yang dilakukan oleh salah satu lempeng terhadap lainnya, contohnya
adalah yang terjadi antara lempeng samudera dengan lempeng samudera yang disebabkan karena
patahnya jalur seafloor spreading yang mengakibatkan terbentuknya tipe ini, daerahnya biasa
disebut sebagai Mid-Ocean Ridges, sedangkan pertemuan antara lempeng benua dengan lempeng
benua untuk tipe ini terjadi akibat pergeseran dua buah lapisan secara horisontal yang muncul
hingga permukaan, contohnya adalah yang terjadi pada patahan San Andreas di California.
By : Demmy Nawipa, Jr Geo 07 UNIPA

tukan Bumi
Written By Hafizul Hamdi on 25 Jul 2012 | Rabu, Juli 25, 2012
Pembentukan Bumi - Bahan utama bumi adalah besi dan silikat. bahan lain adalah
unsur yang bersifat radio aktif. bahan besi cenderung mengendap ke pusat menjadi
inti bumi (suhu: 3900 C). sedangkan bahan silikat berada di atas bahan besi.
panas di dalam bumi menyebabkan bahan cairnya selalu bergerak, Gerakan ini
yang menimbulkan pergeseran benua, pembentukan gunung, serta gempa bumi.
TEORI APUNGAN
Alfred Weneger (1912) berpendapat bahwa "benua berjalan seperti rakit di atas
air". Para ahli juga berpendapat bahwa benua benua dulu pernah bersatu menjadi
satu Superbenua bernama Pangea.
TEORI LEMPENG TEKTONIK
Teori ini menyatakan bahwa benua benua kerak bumi selalu bergeser, teori ini
mendukung adanya hanyutan benua. Kerak bumi terbagi tujuh lempeng utama:

Lempeng Eurasia, Lempeng Pasifik, Lempeng Australia, Lempeng Antartika,


Lempeng Amerika Utara, Lempeng Amerika Selatan, dan Lempeng Afrika.
berikut beberapa bukti terjadinya pergerakan lempeng tektonik:
1. Persamaan garis kontur pantai timur Benua Amerika dengan garik kontur pantai
barat Benua Eropa dan
Afrika
2. Greenland menjauhi eropa dengan kecepatan 36 meter/tahun
3. Madagaskar menjauhi Afrika Selatan dengan kecepetan 9 meter/tahun
4. Adanya kegiatan seismik di patahan St. Andreas
5. Samudra Atlantik semakin luar karena Benua Amerika terus bergerak ke barat
6. Batas Samudra Hindia terus mendesak ke utara
A. L. Du Toit menduga bahwa awal mula benua ada dua yaitu bagian utara dan
bagian selatan, keduanya dipisahkan laut Thetys. Benua utara bernama Laurasia:
membentuk Benua Eropa, Asia, Amerika Utara, dan Greenland. Benua selatan
bernama Gondwana: membentuk Amerika Selatan, India, Australia, Afrika, dan
Antartika.
TIPE GERAKAN LEMPENG BUMI
Gerakan lempeng bumi dibedakan menjadi 3 macam:
Gerakan Divergen ( diverse = menjauh)
gerakan tektonik yang saling menjauh, dampak gerakan ini mengakibatkan
terbentuknya parit samudra dan pematang. kecepatan 2-10 cm per tahun.

Gerakan Konvergen (converse = bertemu / berbicara)


gerakan lempeng yang saling menumbuk dengan yang lainnya (bertemu). hasil
bentukan dari gerakan ini adalah pegunungan

Gerakan Transform (bersebrangan)

gerakan yang terjadi apabila lempeng saling bergesekan berlawanan arah, apabila
gerakan ini terjadi akan menimbulka sesar perubahan bentuk

Transform-Faults
Transform-Faults adalah jenis patahan strike-slip faults yang khas terjadi pada
batas lempeng, dimana dua lempeng saling berpapasan satu dan lainnya secara
horisontal. Jenis patahan transform umumnya terjadi di pematang samudra yang
mengalami pergeseran (offset), dimana patahan transform hanya terjadi diantara
batas kedua pematang, sedangkan dibagian luar dari kedua batas pematang tidak
terjadi pergerakan relatif diantara kedua bloknya karena blok tersebut bergerak
dengan arah yang sama. Daerah ini dikenal sebagai zona rekahan (fracture zones).
Patahan San Andreas di California termasuk jenis patahan transform fault.

Struktur Geologi
PATAHAN/SESAR (FAULTS)
Patahan / sesar adalah struktur rekahan yang telah mengalami pergeseran.
Umumnya disertai oleh struktur yang lain seperti lipatan, rekahan dsb. Adapun di
lapangan indikasi suatu sesar / patahan dapat dikenal melalui
Gawir sesar atau bidang sesar;
Breksiasi, gouge, milonit, ;
Deretan mata air;
Sumber air panas;
Penyimpangan / pergeseran kedudukan lapisan;
Gejala-gejala struktur minor seperti: cermin sesar, gores garis, lipatan dsb.
Sesar dapat dibagi kedalam beberapa jenis/tipe tergantung pada arah relatif
pergeserannya. Selama patahan/sesar dianggap sebagai suatu bidang datar, maka
konsep jurus dan kemiringan juga dapat dipakai, dengan demikian jurus dan
kemiringan dari suatu bidang sesar dapat diukur dan ditentukan.

Dip Slip Faults


Dip Slip Faults adalah patahan yang bidang patahannya menyudut (inclined) dan
pergeseran relatifnya berada disepanjang bidang patahannya atau offset terjadi
disepanjang arah kemiringannya. Sebagai catatan bahwa ketika kita melihat
pergeseran pada setiap patahan, kita tidak mengetahui sisi yang sebelah mana yang
sebenarnya bergerak atau jika kedua sisinya bergerak, semuanya dapat kita
tentukan melalui pergerakan relatifnya. Untuk setiap bidang patahan yang yang
mempunyai kemiringan, maka dapat kita tentukan bahwa blok yang berada diatas
patahan sebagai hanging wall block dan blok yang berada dibawah patahan
dikenal sebagai footwall block.

Normal Faults

Normal Faults adalah patahan yang terjadi karena gaya tegasan tensional
horisontal pada batuan yang bersifat retas dimana hangingwall block telah
mengalami pergeseran relatif ke arah bagian bawah terhadap footwall block.

Horsts & Gabens


Horsts & Gabens dalam kaitannya dengan sesar normal yang terjadi sebagai akibat
dari tegasan tensional, seringkali dijumpai sesar-sesar normal yang berpasang
pasangan dengan bidang patahan yang berlawanan. Dalam kasus yang demikian,
maka bagian dari blok-blok yang turun akan membentuk graben sedangkan
pasangan dari blok-blok yang terangkat sebagai horst. Contoh kasus dari
pengaruh gaya tegasan tensional yang bekerja pada kerak bumi pada saat ini adalah
East African Rift Valley suatu wilayah dimana terjadi pemekaran benua yang
menghasilkan suatu Rift. Contoh lainnya yang saat ini juga terjadi pemekaran
kerak bumi adalah wilayah di bagian barat Amerika Serikat, yaitu di Nevada, Utah,
dan Idaho.

Half-Grabens
Half-Grabens adalah patahan normal yang bidang patahannya berbentuk
lengkungan dengan besar kemiringannya semakin berkurang kearah bagian bawah
sehingga dapat menyebabkan blok yang turun mengalami rotasi.

Reverse Faults
Reverse Faults adalah patahan hasil dari gaya tegasan kompresional horisontal
pada batuan yang bersifat retas, dimana hangingwall block berpindah relatif
kearah atas terhadap footwall block.

A Thrust Fault
A Thrust Fault adalah patahan reverse fault yang kemiringan bidang patahannya
lebih kecil dari 150. . Pergeseran dari sesar Thrust fault dapat mencapai hingga
ratusan kilometer sehingga memungkinkan batuan yang lebih tua dijumpai
menutupi batuan yang lebih muda.

Strike Slip Faults

Strike Slip Faults adalah patahan yang pergerakan relatifnya berarah horisontal
mengikuti arah patahan. Patahan jenis ini berasal dari tegasan geser yang bekerja di
dalam kerak bumi. Patahan jenis strike slip fault dapat dibagi menjadi 2(dua)
tergantung pada sifat pergerakannya. Dengan mengamati pada salah satu sisi
bidang patahan dan dengan melihat kearah bidang patahan yang berlawanan, maka
jika bidang pada salah satu sisi bergerak kearah kiri kita sebut sebagai patahan
left-lateral strike-slip fault. Jika bidang patahan pada sisi lainnya bergerak ke
arah kanan, maka kita namakan sebagai right-lateral strike-slip fault. Contoh
patahan jenis strike slip fault yang sangat terkenal adalah patahan San Andreas
di California dengan panjang mencapai lebih dari 600 km.

Transform-Faults
Transform-Faults adalah jenis patahan strike-slip faults yang khas terjadi pada
batas lempeng, dimana dua lempeng saling berpapasan satu dan lainnya secara
horisontal. Jenis patahan transform umumnya terjadi di pematang samudra yang
mengalami pergeseran (offset), dimana patahan transform hanya terjadi diantara
batas kedua pematang, sedangkan dibagian luar dari kedua batas pematang tidak
terjadi pergerakan relatif diantara kedua bloknya karena blok tersebut bergerak
dengan arah yang sama. Daerah ini dikenal sebagai zona rekahan (fracture zones).
Patahan San Andreas di California termasuk jenis patahan transform fault.

Teori Tektonik Lempeng


Posted by AlphaZero On 03:44
Teori lempeng tektonik diyakini oleh banyak ahli sebagai teori yang menerangkan
proses dinamika bumi, antara lain gempa bumi dan pembentukan jalur
pegunungan. Menurut teori ini kulit bumi (kerak bumi) yang disebut litosfer terdiri
dari lempengan yang mengambang di atas lapisan yang lebih padat yang disebut
astenosfer. Ada dua jenis kerak bumi, yaitu kerak samudra dan kerak benua. Kerak
samudra tersusun atas batuan yang bersifat basa, sedangkan kerak benua tersusun
atas batuan yang bersifat asam.

Teori lempeng tektonik dikemukakan oleh ahli geofisika Inggris, Mc Kenzie dan
Robert Parker (1967). Kedua ahli itu menjadikan teori-teori sebelumnya sebagai
satu kesatuan konsep yang lebih sempurna sehingga diterima oleh para ahli
geologi.
Kerak bumi menutupi seluruh permukaan bumi. Namun, akibat adanya aliran
panas yang mengalir di astenosfer menyebabkan kerak bumi pecah menjadi
bagian-bagian yang lebih kecil. Bagian-bagian itulah yang disebut lempeng kerak
bumi (lempeng tektonik). Aliran panas tersebut untuk selanjutnya menjadi sumber
kekuatan terjadinya pergerakan lempeng. Lempeng tektonik; merupakan dasar dari
terbangunnya system kejadian gempa bumi, peristiwa gunung berapi,
pemunculan gunung api bawah laut, dan peristiwa geologi lainnya.
Teori Tektonik Lempeng (Plate Tectonic) juga suatu teori dalam bidang geologi
yang menjelaskan tentang sifat-sifat bumi yang mobil/dinamis karena adanya gaya
endogen dari dalam bumi. Teori ini dikembangkan untuk memberikan penjelasan
terhadap adanya bukti-bukti pergerakan skala besar yang dilakukan oleh litosfer
bumi.
Teori ini menggantikan teori lama yaitu: Teori Continental Drift yang lebih dahulu
dikemukakan pada pertengahan pertama abad ke 20 dan konsep Seafloor
Spreading yang dikembangkan pada tahun 1960 an.

Menurut Teori Lempeng Tektonik, lapisan terluar bumi terbuat dari suatu
lempengan tipis dan keras yang masing-masing saling bergerak relatif terhadap
yang lain. Gerakan ini terjadi secara terus-menerus sejak bumi ini tercipta hingga
sekarang.
Teori Lempeng Tektonik muncul sejak tahun 1960-an, dan hingga kini teori ini
telah berhasil menjelaskan berbagai peristiwa geologis, seperti gempa bumi,
tsunami, dan meletusnya gunung berapi, juga tentang bagaimana terbentuknya
gunung, benua, dan samudra.
Lempeng tektonik terbentuk oleh kerak benua (continental crust) ataupun kerak
samudra (oceanic crust), dan lapisan batuan teratas dari mantel bumi (earths
mantle). Kerak benua dan kerak samudra, beserta lapisan teratas mantel ini
dinamakan litosfer yang terpecah ke dalam beberapa lempeng tektonik yang saling
bersinggungan satu dengan lainnya.
Kepadatan material pada kerak samudra lebih tinggi dibanding kepadatan pada
kerak benua. Demikian pula, elemen-elemen zat pada kerak samudra (mafik) lebih
berat dibanding elemen-elemen pada kerak benua (felsik).
Di bawah litosfer terdapat lapisan batuan cair yang dinamakan astenosfer. Karena
suhu dan tekanan di lapisan astenosfer ini sangat tinggi, batu-batuan di lapisan ini
bergerak mengalir seperti cairan (fluid).

Pergerakan lempeng tektonik dibedakan menjadi tiga macam, yaitu pergerakan


lempeng yang saling mendekat, saling menjauh, dan saling melewati.
a. Pergerakan lempeng saling mendekat
Pergerakan lempeng yang saling mendekat dapat menyebabkan terjadinya
tumbukan yang salah satu lempengnya akan menunjam ke bawah tepi lempeng
yang lain. Daerah penunjaman tersebut membentuk palung yang dalam dan
merupakan jalur gempa bumi yang kuat. Sementara itu di belakang jalur
penunjaman akan terjadi aktivitas vulkanisme dan terbentuknya cekungan
pengendapan. Contoh pergerakan lempeng ini di Indonesia adalah pertemuan
Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia. Pertemuan kedua lempeng tersebut
menghasilkan jalur penunjaman di selatan Pulau Jawa, jalur gunung api di
Sumatra, Jawa, dan Nusa Tenggara, serta berbagai cekungan di Sumatra dan Jawa.
Batas antar lempeng yang saling mendekat hingga mengakibatkan tumbukan dan
salah satu lempengnya menunjam ke bawah lempeng yang lain (subduct) disebut
batas konvergen atau batas lempeng destruktif.
b. Pergerakan lempeng saling menjauh

Pergerakan lempeng yang saling menjauh akan menyebabkan penipisan dan


peregangan kerak bumi hingga terjadi aktivitas keluarnya material baru yang
membentuk jalur vulkanisme. Meskipun saling menjauh, kedua lempeng ini tidak
terpisah karena di belakang masing-masing lempeng terbentuk kerak lempeng yang
baru. Proses ini berlangsung secara kontinu. Contoh hasil dari pergerakan lempeng
ini adalah terbentuknya gunung api di punggung tengah samudra di Samudra
Pasifik dan Benua Afrika. Batas antar lempeng yang saling menjauh hingga
mengakibatkan terjadinya perluasan punggung samudra disebut batas divergen atau
batas lempeng konstruktif.
c. Pergerakan lempeng saling melewati
Pergerakan lempeng yang saling melewati terjadi karena gerak lempeng sejajar
dengan arah yang berlawanan sepanjang perbatasan antarlempeng. Pada
pergerakan ini kedua perbatasan lempeng hanya bergesekan. Oleh karena itu, tidak
terjadi penambahan atau pengurangan luas permukaan. Namun, gesekan
antarlempeng ini kadang-kadang dengan kekuatan dan tegangan yang besar
sehingga dapat menimbulkan gempa yang besar. Contoh hasil dari pergerakan
lempeng ini adalah patahan San Andreas di Kalifornia. Patahan tersebut terbentuk
karena Lempeng Amerika utara bergerak ke arah selatan, sedangkan Lempeng
Pasifik bergerak ke arah utara. Batas antar lempeng yang saling melewati dengan
gerakan yang sejajar disebut batas menggunting (shear boundaries).

Berlandaskan pada teori lempeng tektonik, kerak bumi terpecah-pecah menjadi


lempengan-lempengan yang mengapung di atas lapisan yang lebih cair. Lempeng
tektonik tebalnya dapat mencapai 80 km, tetapi ada juga yang lebih tipis dengan
luas yang beragam. Jika lempeng-lempeng tersebut bergerak saling bertumbukan,
maka akan terjadi penunjaman. Sesuai dengan hukum fisika sederhana, lempengan
yang berat jenis atau massanya lebih besar akan menunjam dan menyusup ke
bawah lempeng yang lebih ringan. Pergerakan lempeng tektonik tersebut sangat
lambat, yaitu antara 1 dan 10 cm per tahun. Namun, pergerakan yang sangat lambat
tersebut ternyata mengumpulkan energi yang sangat kuat secara pelan-pelan di
kedalaman sekitar 80 km. Apabila tekanan dan regangan tumbukan lempeng
mencapai titik jenuh, biasanya akan terjadi gerakan lempeng tektonik secara tibatiba. Gerakan tersebut menimbulkan getaran di muka bumi yang disebut gempa.

Jika lempeng tektonik saling memisah, maka terjadi aktivitas magmatis yang
mengakibatkan penambahan landas samudra. Di daerah pemisahan tersebut
terdapat rekahan-rekahan yang menjadi jalan untuk keluarnya cairan dari dalam
bumi. Cairan yang keluar dari dalam bumi tersebut kemudian mendingin menjadi
batuan basalt. Banyaknya basalt yang terus terbentuk mendorong lempeng tektonik

ke arah yang saling berlawanan. Akibatnya, lempeng tektonik terpisah dengan


jarak yang makin jauh.
Pada setiap daerah penunjaman, kira-kira pada kedalaman 150 km, terjadi
pelelehan batuan yang disebut pelelehan sebagian (partial melting). Pelelehan
terjadi karena adanya gesekan batuan dengan massa yang sangat padat dan berat
secara terus menerus. Melalui rekahan atau celah yang ada, lelehan tersebut akan
menyusup dan berusaha menembus kerak bumi. Jika lelehan tersebut berhasil
menembus kerak bumi berarti di tempat tersbut muncul gunung api. Oleh karena
itu, dapat diketahui bahwa gunung api dapat muncul di daerah terjadinya gesekan
lempeng tektonik.

Lempeng kerak bumi dibagi menjadi dua kelompok, yaitu lempeng mayor
(lempeng besar) dan lempeng minor (lempeng kecil).
7 Lempeng Utama yaitu:
1. Lempeng Pasific (Pasific Plate), Ini merupakan Lempeng Samudera yang
meliputi Seluruh Samudera Pasifik.

2. Lempeng Eurasia (Eurasian Plate), Lempeng ini merupakan lempeng benua,


meliputi Asia dan Eropa.
3. Lempeng India-Australia (Indian-Australian Plate), Lempeng ini merupakan
lempeng benua meliputi Australia (tergabung dengan Lempeng India antara
50 sampai 55 juta tahun yang lalu).
4. Lempeng Afrika (African Plate),Ini merupakan lempeng benua, meliputi
seluruh Afrika.
5. Lempeng Amerika Utara (North American Plate), Lempeng ini merupakan
lempeng benua, meliputi Amerika Utara dan Siberia timur laut.
6. Lempeng Amerika Selatan (South American Plate), Ini merupakan lempeng
benua yang meliputi Amerika Utara.
7. Antartika (Antartic Plate), Lempeng ini merupakan lempeng benua yang
meliputi seluruh Antartika.
Beberapa Lempeng Minor yaitu:
1. Lempeng Nasca (Nasca plate), diapit oleh Pacific Plate, Cocos Plate, South
American Plate, Antartic Plate.
2. Lempeng Arab (Arabian Plate), diapit oleh oleh African Plate, Iranian Plate
dan Turkish Plate
3. Lempeng Karibia (Caribian Plate), diapit oleh South American Plate, North
American Plate dan Cocos Plate
4. Lempeng Philippines (Phillippines Plate), diapit oleh Pacific Plate, Indian
Australian Plate dan Eurasian Plate .
5. Lempeng Scotia (Scotia Plate), Lempeng ini terletak di antara Antartica plate
dan South American Plate .
6. Lempeng Cocos (Cocosa Plate), diapit oleh Nazca Plate, Rivera Plat,
Caribbean Plate dan North American Plate.

Zona subduksi lempeng tektonik yang terkenal berada di Sirkum Pasifik. Kawasan
ini dikenal dengan sebutan lingkaaran api Pacific (Ring of Fire) karena di
sepanjang kawasan ini muncul serangkaian gunung api. Lingkaran api Pasifik
membentang di antara subduksi dan pemisahan lempeng Pasifik dengan lempenglempeng India-Australia, Eurasia, dan Amerika Utara, serta tumbukan lempeng
Nazca dengan lempeng Amerika Selatan.

Zona lingkaran api Pasifik ini sangat luas, yaitu membentang mulai dari pantai
barat Amerika Selatan, berlanjut ke pantai barat Amerika Utara, melingkar ke
Kanada, semenanjung Kamchatka, Kepulauan Jepang, Indonesia, Selandia Baru,
dan Kepulauan Pasifik Selatan.
Selain menjadi tempat munculnya gunung api, zona subduksi di lingkaran api
Pasifik juga merupakan tempat terjadinya gempa bumi. Menurut United State
Geological Survey (USGS), sekitar 90% gempa bumi di dunia terjadi di sepanjang
jalur lingkaran api Pasifik. Gempa bumi yang terjadi di lingkaran api Pasifik lebih
sering diakibatkan oleh gerakan lempeng tektonik daripada aktivitas gunung
apinya

Pada awalnya hanya terbentuk satu benua besar yang disebut Pangaea dan
dikelilingi satu samudera Panthalassa. Sekitar 200 juta tahun yang lalu benua ini
terbelah menjadi dua yakni Gondwanaland dan Laurasia. Gondwanaland kemudian
terbelah membentuk benua afrika, antartika, australia, Amerika Selatan, dan sub
benua India.
Sedangkan Laurasia terbelah menjadi Eurasia dan Amerika Utara. Pada saat benua
ini terbelah-belah beberapa samudera baru muncul di sela-selanya. Diperlukan
waktu berjuta-juta tahun untuk membentuk posisi daratan yang seperti sekarang

ini.Pada awalnya hanya terbentuk satu benua besar yang disebut Pangaea dan
dikelilingi satu samudera Panthalassa. Sekitar 200 juta tahun yang lalu benua ini
terbelah menjadi dua yakni Gondwanaland dan Laurasia. Gondwanaland kemudian
terbelah membentuk benua afrika, antartika, australia, Amerika Selatan, dan sub
benua India.
Sedangkan Laurasia terbelah menjadi Eurasia dan Amerika Utara. Pada saat benua
ini terbelah-belah beberapa samudera baru muncul di sela-selanya. Diperlukan
waktu berjuta-juta tahun untuk membentuk posisi daratan yang seperti sekarang
ini.
Jenis-jenis Batuan

Batuan Beku
Dimulai dari batuan beku, batuan beku adalah batuan cair pijar atau magma dari
dalam bumi yang membeku. Berdasarkan tempat proses membekunya batuanbatuan beku tersebut terdiri atas :
Batuan dalam, membeku secara perlahan-lahan di dalam

Batuan korok, membeku di daerah korok

Batuan leleran, membeku secara tiba-tiba di permukaan bumi


Batuan beku dibedakan berdasarkan sifat kimiawinya yaitu :
Batuan asam, mengandung banyak asam salisilat merupakan senyawa silikon
dan oksida, mengandung kwarsa berwarna keputih-putihan.
Batuan basa, kadar asam salisilatnya rendah banyak mengandung magnesium
dan besi, warnanya gelap/hitam
Berikut adalah contoh-contoh batuan beku :
1. Granit
Proses terbentuk
: Batuan ini terbentuk dari hasil pembekuan magma
berkomposisi asam yang membeku di dalam dapur magma, sehingga batu ini
merupakan jenis batu beku dalam.
Massa jenis
: sekitar 2,2 2,3 gram/cm3
Warna
: putih, abu-abu, atau campuran keduanya.
Batuan ini banyak di temukan di daerah pinggiran pantai dan di pinggiran
sungai besar ataupun di dasar sungai.
Batu Granit dapat digunakan sebagai : Batu bahan bangunan, Monumen, Jembatan,
sebagai dekorasi, Bahan tegel dan lain-lain.

2. Gabro
Proses Terbentuk
: terbentuk dari magma yang membeku di dalam
gunung. Termasuk batuan dalam
Massa Jenis
:2,9 3,21 gram/cm3
Warna
: Gelap kehijauan , coklat bercampur putih
Karakteristik lain
: Batuan gabro berwarna gelap kehijauan, menunjukkan
kandungan silika rendah sehingga magma asal bersifat basa. Struktur batuan ini
adalah massive, tidak terdapat rongga atau lubang udara maupun retakan-retakan.
Batuan ini masih segar dan tidak pernah terkena gaya endogen yang dapat
meninggalkan retakan pada batuan.Batuan ini memeiliki tekstur fanerik karena
mineral-mineralnya dapat dilihat langsung secara kasat mata dan mineral yang
besar menunjukkan bahwa mineral tersebut terbentuk pada suhu pembekuan yang
relatif lambat sehingga bentuk mineralnya besar-besar.Derajat kristalisasi
sempurna, bahwa batuan ini secara keseluruhan tersusun atas kristal sehingga
disebut holocrystalline. Tekstur seperti ini menunjukkan proses pembentukan
magma yang lambat. Ion-ion penyusun mineral pada batuan, dalam lingkungan
bertekanan tinggi dan temperatur yang luar biasa tinggi dapat bergerak sangat
cepat dan menyusun dirinya sedemikian rupa sehingga membentuk suatu bentuk
yang teratur dan semakin berukuran besar.
3. Andesit
Proses terbentuk :Batuan ini berasal dari lelehan lava gunung merapi yang
meletus, batu Andesit terbentuk (membeku) ketika temperatur lava yang meleleh
turun antara 900 sampai dengan 1,100 derajat Celsius. Merupakan jenis batuan
beku luar.
Massa Jenis
: 2,8 3 gram/cm3
Warna
: agak gelap (abu-abu tua).
Batu andesit sering digunakan sebagai : Nisan kuburan, Cobek, Lumping jamu,
Cungkup (kap lampu taman), Arca untuk hiasan, Batu pembuat candi, Sarkofagus,
Punden berundak, Meja batu.
Pusat kerajinan dan pemotongan batu Andesit juga terdapat di daerah Cirebon dan
Majalengka Jawa Barat. Karena di daerah ini banyak terdapat perbukitan yang
merupakan daerah tambang Batu Andesit. Untuk batu Andesit di daerah cirebon
umum nya bewarna abu-abu dan terdiri dari 2 Jenis utama: Andesit Bintik dan
Andesit Polos.
4.Diorit
Proses terbentuk
: Merupakan batuan hasil terobosan batuan beku (instruksi)
yang Terbentuk dari hasil peleburan lantai samudra yang bersifat mafic pada suatu
subduction zone. biasanya diproduksi pada busur lingkaran volkanis, dan
membentuk suatu gunung didalam cordilleran ( subduction sepanjang tepi suatu
benua, seperti pada deretan Pegunungan). Terdapat emplaces yang besar berupa

batholiths ( banyak beribu-ribu mil-kwadrat) dan mengantarkan magma sampai


pada permukaan untuk menghasilkan gunung api gabungan dengan lahar andesite.
Termasuk jenis batuan beku dalam
Massa jenis
: 2,8 2,9 gram/cm3
Warna
: Kelabu bercampur putih, atau hitam bercampur putih
Kegunaan
: batu diorit ini dapat dijadikan sebagai batu ornamen dinding
maupun lantai bangunan gedung atau untuk batu belah untuk pondasi bangunan /
jalan raya.
5. Basalt
Proses Terbentuk
: Berasal dari hasil pembekuan magma berkomposisi basa
di permukaan atau dekat permukaan bumi. Biasanya membentuk lempeng
samudera di dunia. Mempunyai ukuran butir yang sangat baik sehingga kehadiran
mineral mineral tidak terlihat.
Massa jenis
: 2,7 3 gram/cm3
Warna
: Gelap
Karakteristik lain
: Batuan Basalt lazimnya bersifat masif dan keras,
bertekstur afanitik, terdiri atas mineral gelas vulkanik, plagioklas, piroksin.
Amfibol dan mineral hitam. Kandungan mineral Vulcanik ini hanya dapat terlihat
pada jenis batuan basalt yang berukuran butir kuarsa, yaitu jenis dari batuan basalt
yang bernama gabbro. Berdasarkan komposisi kimianya, basalt dapat dibedakan
menjadi dua tipe, yaitu basalt alkali dan basalt tholeitik. Perbedaan di antara kedua
tipe basalt itu dapat dilihat dari kandungan Na2O dan K2O. Untuk konsentrasi
SiO2 yang sama, basalt alkali memiliki kandungan Na2O dan K2O lebih tinggi
daripada basalt tholeitik.
Manfaat
: Basalt kerap digunakan sebagai bahan baku dalam
industri poles, bahan bangunan / pondasi bangunan (gedung, jalan, jembatan, dll)
dan sebagai agregat.
6. Obsidian
Proses Terbentuk
:Obsidian merupakan batuan yang terbentuk oleh hasil
kegiatan erupsi gunung api bersusunan asam hingga basa yang pembekuannya
sangat cepat sehingga akan terbentuk gelas atau kaca daripada kristal dominan.
Obsidian adalah batuan yang disusun secara keseluruhan dari kaca amorf dan
sedikit kristal feldspar, mineral hitam dan kuarsa.
Massa Jenis
: 2,36 2,5 gram/cm3
Warna
: Warnanya bening seperti kaca dan warnanya kadangkadang hitam mulus, merah tua, agak hijau atau abu-abu. Batu ini jarang yang
berwarna kuning atau merah putih atau biru. Batu obsidian sering ditemukan dalam
keadaan mengkilau mulus walaupun belum dipoles. Batu obsidian terbuat dari 70%
silicon dioxide bahkan lebih dan jika tercampur mineral mineral tertentu warnanya
akan berubah.

Karakteristik lain
: Batu obsidian mempunyai nilai keras 5-5.5 berdasarkan
daftar keras Mohs dan termasuk batu mulia tanggung.
Manfaat
: Dapat dijadikan sebagai perhiasan cincin, Dijadikan
kerajinan
Di Itali, Perancis dan Belanda batu ini dipercayai sebagai jimat pengusir roh
jahat yang harus dimiliki di tiap rumah.
7. Pumice (batu apung)
Proses Terbentuk
: Batu apung merupakan hasil material erupsi
gunung api yang membeku
ketika didalamnya masih terdapat udara sehingga mempunyai sifat titik
berongga-rongga tersebar secara tidak merata. Batu apung mengandung
silika tinggi, dan termasuk jenis batuan beku luar.
Massa Jenis
: dibawah 1 gram/cm3
Warna
: Putih, dan coklat muda
Karakteristik lain
: dapat terapung di air, kedap suara, batuapung juga
tahan terhadap api, kondensi, jamur dan panas.
Manfaat
: Dalam sektor industri lain, batu apung digunakan
sebagai bahan pengisi (filler), pemoles/penggosok (polishing), pembersih
(cleaner), stonewashing, abrasif, isolator temperatur tinggi dan lain-lain.
8. Diorit
Batuan ini bertekstur feneris, mengandung feldspar plagioklas calsiksodik dalam
jumlah yang besar dengan tipe sodik yang banyak. Plagioklasnya melebihi
ortoklas, kwarsa tidak ada, tetapi mengandung augit dalam jumlah sedikit.
Harnbledia biasanya lebih banyak dari biotit. Diorite sangat mirip dengan gabro,
tetapi diorit plagioklasnya lebih asam (sodik) daripada labradorit. Batuan dengan
plagioklas yang lebih basa disebut dengan gabro. Jika banyak penokris disebut
dengan porfir diorit. diorit terdiri dari kurang lebih 65% plagioklas dan 35%
mineral silikat gelap seperti biotit dan augit. Mineral-mineral accesorisnya kwarsa,
apotik, kalsit, klorit, granit, dan epidot. Varietas yang umum adalah diorite
hornblende. Warna diorit cerah abu-abu gelap hijau keabu-abuan.
9. Liparit
Lapirit merupakan batuan bertekstur porfiris dan umumnya berwarna putih,
mineral pembentuknya feldspar, kuarsa, biotit dan mungkin juga mineral berwarna
gelap.
10. Dasit
Dasit merupakan batuan yang memiliki ciri-ciri berwarna abu-abu terang, mineral
plagioklas berbutir kasar dalam masa dasar lebih halus. Dasit mengandung 15-20%
kwarsa, kurang lebih 60% feldaspar dan 10-20% biotit atau hornblande. Mineral
silikat ada dalam jumlah sedikit. Misalnya biotit, hornblende, dan augit. Jika
panerisnya plagioklas atau kwarsa banyak, disebut dengan porfir dan dasit. Masa

dasar dari batuan ini biasanya berbutir halus, tetapi dapat juga secara gradual
menjadi glass.
10. Skoria
Skoria merupakan batuan yang terbentuk jika air dan gelombang-gelombang gas
lainnya keluar melalui lava yang mampat (stiff lava), yang luabang-lubangnya
lebih besar kalau dibandingkan dengan purnice. Warna skoria coklat kemerahan
sampai abu-abu gelap dan hitam.
11. Tufa Gelas
Tufa Gelas merupakan batuan piroklastik yang disusun oleh material hasil gunung
api yang banyak mengandung debu vulkanik dan mineral gelas, dengan warna
putih kekurangan, abu-abu dan kuning kecoklatan. Kegunaan digunakan sebagai
timbunan.

B. BATUAN SEDIMEN
Batuan endapan atau batuan sedimen adalah salah satu dari tiga kelompok utama
batuan (bersama dengan batuan beku dan batuan metamorfosis) yang terbentuk
melalui tiga cara utama: pelapukan batuan lain (clastic); pengendapan (deposition)
karena aktivitas biogenik; dan pengendapan (precipitation) dari larutan. Jenis
batuan umum seperti batu kapur, batu pasir, dan lempung, termasuk dalam batuan
endapan. Batuan endapan meliputi 75% dari permukaan bumi.
Batuan sedimen (batuan endapan) adalah batuan yang terjadi akibat pengendapan
materi hasil erosi. Sekitar 80% permukaan benua tertutup oleh batuan sedimen.
Materi hasil erosi terdiri atas berbagai jenis partikel yaitu ada yang halus, kasar,
berat dan ada juga yang ringan. Cara pengangkutannya pun bermacam-macam
seperti terdorong (traction), terbawa secara melompat-lompat (saltion), terbawa
dalam bentuk suspensi, dan ada pula yang larut (salution). Klasifikasi lebiih lanjut
seperti berikut:
Berdasarkan proses pengendapannya :
batuan sedimen klastik
batuan sedimen kimiawi
batuan sedimen organik
Berdasarkan tenaga alam yang mengangkut :
batuan sedimen aerik
batuan sedimen aquatik
batuan sedimen marin
batuan sedimen glastik
Berdasarkan tempat endapannya :
batuan sedimen limnik
batuan sedimen fluvial

batuan sedimen marine


batuan sedimen teistrik
Penamaan batuan sedimen biasanya berdasarkan besar butir penyusun batuan
tersebut. Penamaan tersebut adalah: breksi, konglomerat, batupasir, batulanau,
batulempung, stalaktit dan stalakmit, moraine
Berikut adalah contoh-contoh dan karakteristik dari batu apung :
1. Konglomerat
Proses Terbentuk
:Konglomerat merupakan suatu bentukan fragmen dari
proses sedimentasi, batuan yang berbutir kasar, terdiri atas fragmen dengan bentuk
membundar dengan ukuran lebih besar dari 2mm yang berada ditengah-tengah
semen yang tersusun oleh batupasir dan diperkuat & dipadatkan lagi kerikil. Dalam
pembentukannya membutuhkan energi yang cukup besar untuk menggerakan
fragmen yang cukup besar biasanya terjadi pada sistem sungai dan pantai.
Warna
: berwarna warni
Manfaat
: Biasanya batuan tersebut menjadi batuan penyimpan
hidrokarbon (reservoir rocks) atau bisa juga menjadi batuan induk sebagai
penghasil hidrokarbon (source rocks).
2. Batu Pasir
Proses Terbentuk
:Batupasir adalah suatu batuan sedimen klastik yang dimana
partikel penyusunya kebanyakan berupa butiran berukuran pasir. Kebanyakan
batupasir dibentuk dari butiran-butiran yang terbawa oleh pergerakan air, seperti
ombak pada suatu pantai atau saluran di suatu sungai. Butirannya secara khas di
semen bersama-sama oleh tanah kerikil atau kalsit untuk membentuk batupasir
tersebut. Batupasir paling umum terdiri atas butir kwarsa sebab kwarsa adalah
suatu mineral yang umum yang bersifat menentang laju arus.
Warna
: Coklat dan putih
Manfaat
: Batupasir mempunyai banyak kegunaan didalam industri
konstruksi sebagai suatu kumpulan dan batu-tembok. batupasir hasil galian dapat
digunakan sebagai material di dalam pembuatan gelas/kaca.
3. Breksi
Karakteristik
: Breksi merupakan batuan sedimen klastik yang memiliki
ukuran butir yang cukup besar (diameter lebih dari dua milimeter) dengan tersusun
atas batuan dengan fragmen menyudut (tajam). Ruang antara fragmen besar bisa
diisi dengan matriks partikel yang lebih kecil atau semen mineral yang mengikat
batu itu bersama-sama. Spesimen yang ditunjukkan di atas memiliki ukuran garis
tengah sekitar dua inci (lima sentimeter).
Warna
: merah kecoklatan, keemasan, coklat
Manfaat
: sebagai Hiasan Bisa, misalnya di ukir hingga halus
membentuk vas bunga, meja kecil, atau asbak.

4. Stalakmit dan Stalagmit


Proses Terbentuknya
: Stalaktit dan Stalakmit adalah bentukan alam khas
daerah Karst. Air yang larut di daerah karst akan masuk ke lobang-lobang (doline)
kemudian turun ke gua dan menetes-netes dari atap gua ke dasar gua. Nah tetesantetesan air yang mengandung kapur ini lama-lama kapurnya membeku dan
menumpuk sedikit demi sedikit lalu berubah jadi batuan kapur yang bentuknya
runcing-runcing. Stalaktit adalah batu yang terbentuk di atap gua, bentuknya
meruncing ke bawah, sedangkan stalakmit adalah batu yang terbentuk di dasar gua
bentuknya meruncing ke atas.
Warna
: kuning, coklat, krem, keemasan, putih
Manfaat
: sebagai keindahan alam (biasanya di gua-gua), dapat
di jadikan hiasan rumah.
Tempat
: Sangat sering di temukan di daerah gua, ada juga
yang di sekitar air terjun.
5. Batu Lempung
Proses Terjadinya
: Type utama batulempung menurut terjadinya terdiri dari
lempung residu dan lempung letakan (sedimen), lempung residu adalah sejenis
lempung yang terbentuk karena proses pelapukan (alterasi) batuan beku dan
ditemukan disekitar batuan induknya. Kemudian material lempung ini mengalami
proses diagenesa sehingga membentuk batu lempung.
Warna
: Coklat, keemasan, coklat, merah, abu-abu
Manfaat
: Dapat dijadikan kerajinan, seperti asbak, patung,
celengan, dll.
Tempat
: Sering ditemukan di Pinggiran Sungai ataupun
pinggiran danau.
6. Batu gamping (batu kapur)
Batu Gamping merupakan batuan carbonat yang paling banyak terdapat, demngan
kenampakan textur aphanitik sampai phanero-cristalin. Warna putih keabu-abuan,
abu-abu, abu-abu gelap, hitam, kuning, coklat, dan lainnya oleh adanya kotorankotoran, oksid besi dan zat-zat organik. Limestone berbutir mulus, pecahannya
conchoidal. Selama proses pelapukan dari limestone, calcium carbonatnya dapat
terlarut, dan yang tertinggal adalah kotoran-kotorannya, yang kemudian dapat
terkonsentrasi dan membentuk clay atau loams yang berwarna merah atau kuning,
oleh aksidasi dari mineral-mineral oksida besi.
Ciri-ciri: Warna putih keabu-abuan, agak lunak, dan bila ditetesi asam membentuk
gas karbondioksida.
Terbentuk dari hasil pemadatan cangkang hewan lunak atau hewan laut yang telah
mati. Cangkang tersebut terdiri dari kapur tidak musnah.
7. Travertin
Calcium carbonat tidak larut dalam air murni, tetapi bila aornya mengandung

CO2 maka calcium carbonat itu mudah berubah menjadi biocarbonat. Jadi dibawah
tekanan atmosfer, air yang banyak mengandung CO2 secara perlahan-lahan
melarutkan calcium carbonat, terutama bila air tersebut berasal dari tempat yang
dalam dengan tekanan yang lebih besar dan kandungan CO2 nya lebih banyak,
maka daya melarutkan lebih tinggi. Bila larutan tersebut mencapai permukaan
bumi dibawah tekanan atmosfer, calcium carbonatnya segera diendapkan oleh
proses evaporasi, dan proses ini dapat dipercepat oleh adanya kegiatan dari
tumbuh-tumbuhan (algae). Calcum carbonat yang doiendapkan di mulut/lubang
mata air itu disebut travertine. Pada gua-gua kapur, terjadi pula pengendapan dari
calcium carbonat oleh tetesan-tetesan air secara perlahan-lahan yang terdiri dari
kristal-kristal halus dan kompak, yang disebut dengan dripstone. Warna putih,
kuning, atau cokelat. Struktur fibrous atau konsentris. Yang tumbuh dari bawah
disebut stalagnite.
8. Serpin
Serpin berasal dari lumpur yang mengendap. Terdiri dari butiran-butiran batu
lempung atau tanah liat, pada umumnya sepertiga terdiri atas kuarsa, sepertiga
bahan tanah, sepertiga bahan lain termasuk karbonat, besi oksida, feldspar, dan zat
organik. Berwarna abu-abu kehijauan, merah, atau kuning. Dimanfaatkan sebagi
bahan bangunan. Berasal dari endapan hasil pelapukan batuan tanah liat.
C. BATU METAMORF
Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk dari proses metamorfisme batuanbatuan sebelumnya karena perubahan temperatur dan tekanan. Metamorfisme
terjadi pada keadaan padat (padat ke padat) meliputi proses kristalisasi, reorientasi
dan pembentukan mineral-mineral baru serta terjadi dalam lingkungan yang sama
sekali berbeda dengan lingkungan batuan asalnya terbentuk. Banyak mineral yang
mempunyai batas-batas kestabilan tertentu yang jika dikenakan tekanan dan
temperatur yang melebihi batas tersebut maka akan terjadi penyesuaian dalam
batuan dengan membentuk mineral-mineral baru yang stabil. Disamping karena
pengaruh tekanan dan temperatur, metamorfisme juga dipengaruhi oleh fluida,
dimana fluida (H2O) dalam jumlah bervariasi di antara butiran mineral atau poripori batuan yang pada umumnya mengandung ion terlarut akan mempercepat
proses metamorfisme.
Batuan metamorf memiliki beragam karakteristik. Karakteristik ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor dalam pembentukan batuan tersebut :
Komposisi mineral batuan asal
Tekanan dan temperatur saat proses metamorfisme
Pengaruh gaya tektonik
Pengaruh fluida
Pada pengklasifikasiannya berdasarkan struktur, batuan metamorf diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu :

oliasi, struktur planar pada batuan metamorf sebagai akibat dari pengaruh
tekanan diferensial (berbeda) pada saat proses metamorfisme.
Non foliasi, struktur batuan metamorf yang tidak memperlihatkan penjajaran
mineral-mineral dalam batuan tersebut.
Jenis-jenis Metamorfisme
Metamorfisme kontak/termal
Metamorfisme oleh temperatur tinggi pada intrusi magma atau ekstrusi lava.
Metamorfisme regional
Metamorfisme oleh kenaikan tekanan dan temperatur yang sedang, dan terjadi
pada daerah yang luas.
Metamorfisme Dinamik
Metamorfisme akibat tekanan diferensial yang tinggi akibat pergerakan patahan
lempeng.
Berikut adalah contoh dan karakteristik dari betuan metamorf :
1.
Gneiss (ganes)
Merupakan batuan yang terbentuk dari hasil metamorfosisme batuan beku dalam
temperatur dan tekanan yang tinggi. Dalam Gneiss dapat diperoleh rekristalisasi
dan foliasi dari kuarsa, feldspar, mika dan amphibole.
Asal
: Metamorfisme regional siltstone, shale, granit
Warna
: Abu-abu
Ukuran butir
: Medium Coarse grained
Struktur
: Foliated (Gneissic)
Komposisi
: Kuarsa, feldspar, amphibole, mika
Derajat metamorfisme
: Tinggi
Ciri khas
: Kuarsa dan feldspar nampak berselang-seling dengan
lapisan tipis kaya
amphibole dan mika.
Ganes adalah batuan matemorf dengan kristal-kristal yang kasar, biasanya berlapislapis akibat pemisahan mineral-mineral yang berbeda sehingga membentuk foliasi
sekunder yang kasar. Terbentuk pada tempat yang dalam dan pada tingkat
metamorfise, yang tinggi bersama-sama dengan struktur pegunungan lipatan. Pada
prinsipnya gneiss berasal dari batuan beku silllicaous seperti granit, monozit
kwarsa, syenite, dan granodiorit, tetapi dapat juga dari rhyolit, tuff, arkosa dan batu
pasir feldspatik. Mineral-mineral utama pada gneis adalah kwarsa dan feldspat,
sedangkan mineral-mineral yang lain adalah, biotite, horblende dan augite. Warna
bervariasi tergantung pada warna mineral dominan yang ada.
2. Sekis
Schist (sekis) adalah batuan metamorf yang mengandung lapisan mika, grafit,

horndlende. Mineral pada batuan ini umumnya terpisah menjadi berkas-berkas


bergelombang yang diperlihatkan dengan kristal yang mengkilap.
Asal
: Metamorfisme siltstone, shale, basalt
Warna
: Hitam, hijau, ungu
Ukuran butir
: Fine Medium Coarse
Struktur
: Foliated (Schistose)
Komposisi
: Mika, grafit, hornblende
Derajat metamorfisme : Intermediate Tinggi
Ciri khas
: Foliasi yang kadang bergelombang, terkadang terdapat
kristal garnet
3. Marmer
Terbentuk ketika batu gamping mendapat tekanan dan panas sehingga mengalami
perubahan dan rekristalisasi kalsit. Utamanya tersusun dari kalsium karbonat.
Marmer bersifat padat, kompak dan tanpa foliasi.
Asal
: Metamorfisme batu gamping, dolostone
Warna
: Bervariasi
Ukuran butir
: Medium Coarse Grained
Struktur
: Non foliasi
Komposisi
: Kalsit atau Dolomit
Derajat metamorfisme : Rendah Tinggi
Ciri khas
: Tekstur berupa butiran seperti gula, terkadang terdapat
fosil, bereaksi dengan HCl.
Marmer adalah metamorfisme dari batuan kapur, baik itu batu kapur kalsit maupun
batu kapur dolomit. Terbentuknya terutama disebabkan oleh reksistelisasi calsit.
(dolomit) yang biasanya berbutir lebih kasar daripada batu kapur aslinya. Marmer
yang terbentuk oleh dolomitc disebut marmer dolomit (dolomitic marble). Akibat
proses metamorfos dan rekristalisasi, pelapisan sering meliuk atau bahkan tidak
terlihat sama sekali. Umumnya marmer danmarmer dolomit terbentuk oleh
metamorfisme kontak atau regional dan dijumpai bersama-sama dengan phyllite,
slate, schist, dan metakwarsa. Struktur batu kapur sangat bervariasi dari yang
berbutir sangat halus hingga berbutir sangat kasar. Pada tipe-tipe metamorfose
kontak ditunjukan dari adanya orientasi kristal-kristal yang memanjang sebagai
hasil tekanan yang searah. Meneral-mineral aksesor pada marmer banyak
macamnya antara lain: tremolit, forserite, periclose, diopside, wollastonite, brucite,
spincl, felspar, dan garnet, yang kesemuanya ini tergantung pada macam material
batuan asalnya. Warna yang ditimbulakn mulai dari cerah atau putih apabila terdiri
dari kalsit dan dolomit, tetapi bisa berwarna kelabu, merah, coklat atau kombinasi
warna tergantung pada mineral-mineral aksesornya. Contoh-contoh batuan marmer
yakni: breccia marble, tremolite marble, graphite marble, talcose marble,
phlogopite marble.

4. Kuarsit
Adalah salah satu batuan metamorf yang keras dan kuat. Terbentuk ketika
batupasir (sandstone) mendapat tekanan dan temperatur yang tinggi. Ketika
batupasir bermetamorfosis menjadi kuarsit, butir-butir kuarsa mengalami
rekristalisasi, dan biasanya tekstur dan struktur asal pada batupasir terhapus oleh
proses metamorfosis .
Asal
: Metamorfisme sandstone (batupasir)
Warna
: Abu-abu, kekuningan, cokelat, merah
Ukuran butir
: Medium coarse
Struktur
: Non foliasi
Komposisi
: Kuarsa
Derajat metamorfisme : Intermediate Tinggi
Ciri khas
: Lebih keras dibanding glass
5.Milonit
Milonit merupakan batuan metamorf kompak. Terbentuk oleh rekristalisasi
dinamis mineral-mineral pokok yang mengakibatkan pengurangan ukuran butirbutir batuan. Butir-butir batuan ini lebih halus dan dapat dibelah seperti schistose.
Asal
: Metamorfisme dinamik
Warna
: Abu-abu, kehitaman, coklat, biru
Ukuran butir
: Fine grained
Struktur
: Non foliasi
Komposisi
: Kemungkinan berbeda untuk setiap batuan
Derajat metamorfisme : Tinggi
Ciri khas
: Dapat dibelah-belah
6. serpinit

Serpentinit, batuan yang terdiri atas satu atau lebih mineral serpentine dimana
mineral ini dibentuk oleh proses serpentinisasi (serpentinization). Serpentinisasi
adalah proses proses metamorfosis temperatur rendah yang menyertakan tekanan
dan air, sedikit silica mafic dan batuan ultramafic teroksidasi dan ter-hidrolize
dengan air menjadi serpentinit.
Asal
: Batuan beku basa
Warna
: Hijau terang / gelap
Ukuran butir : Medium grained
Struktur
: Non foliasi
Komposisi : Serpentine
Ciri khas
: Kilap berminyak dan lebih keras dibanding kuku jari
7.Hornfels

Hornfels terbentuk ketika shale dan claystone mengalami metamorfosis oleh


temperatur dan intrusi beku, terbentuk di dekat dengan sumber panas seperti dapur
magma, dike, sil. Hornfels bersifat padat tanpa foliasi.
Asal
: Metamorfisme kontak shale dan claystone
Warna
: Abu-abu, biru kehitaman, hitam
Ukuran butir
: Fine grained
Struktur
: Non foliasi
Komposisi
: Kuarsa, mika
Derajat metamorfisme : Metamorfisme kontak
Ciri khas
: Lebih keras dari pada glass, tekstur merata
8. Sekismika
Sekismika dihasilkan oleh metamorfosa regional dengan tingkat lebih tinggi
dibandingkan phyllite, mempunyai foliasi dan kristalin. Ummnya berbutir lebih
kasar dari slate dan phyllite tetapi lebih halus dari gneias. Foliasi tersebut terbentuk
oleh kristal-kristal berbentuk lempeng (play) dan kristal-kristal prismatik. Mineralmineral berbentuk lempengan tersebut antara lain : chlorite, sericite, muscovite,
biotite, dan tolc, sedangkan mineral-mineral prismatik adalah actinolite, kyanite,
hornblede, staurolite, dan silimanite. Kadang-kadang schist hanya terdiri dari satu
macam mineral saja, contohnya talc schist, tetapi pada umumnya terdiri dari dua
atau lebih mineral seperti calcite - sericalcite albite schist. Sekis sering
mengandung mineral-mineral yang bersifat antara lempengan dan pragmatik (flaky
nor prismatic), tetapi equigracular seperti misalnya : garnet dan feldspar, yang
biasanya bertekstur porphyroblastic. Batuan-batuan scihist dapat pula berasal dari
gabbro, basalt, ultrabasin, tuff, shale dan sandstone. Jika beberapa teksture asli
batuan asal masih ada, akibat tekanan yang kuat, maka batuan disebut, metabasalt,
metagabbro dan sebagainya.
9. Filit
Filit berkaitan dengan perkembangan aktivitas metamorfik yaitu baliknya
temperatur atau bertambah besarnya rekristalisasi maka slate berubah menjadi filit.
Filit secara dominan tersusun dari mineral-mineral kelompok mika seperti: mika,
maricite, dan chlorite. Batuan ini lebih kasar daripada slate, tetapi ada batas yang
tegas antara keduanya baik dalam hal ukuran butir maupun kandungan
mineralnya. Mineral-mineral seperti muscovit, mika, sericite, dan cholite terdapat
dalam jumlah yang besar.
10. Sabak
Sabak merupakan batuan berbutir halus dan homogen, mempunyai achistosity
planar, tergantung pada pelapisannya. Oleh karena itu biasanya mempunyai
beberapa sudut untuk masing-masing perlapisan sehingga batuan menjadi
balah/rekah kedalam lapisan yang tipis. Sabak merupakan salah satu istilah struktur
dan tidak ada kaitannya dengan komposisinya. Perlapisan asli dari slate masihg

dapat terlihat, apabila berasal dari abtuan beku basalt seperti struktur amigdoloidal.
Sabak berbutir sangat halus dan hanya dapat dideterminasi dengan mikroskop.
Hanya sedikit mineral sabak yang berbutir kasar seperti: kwarsa, feldspar,
cholorite, biotite, magnetite, hematite, kalsit, dan ineral-mineral yang terdapat pada
batuan shale. Warna yang ditimbulakan dari warna merah, hijau, abu-abu, hingga
hitam. Warna merah karena ada mineral yang hemalit, hijau karena ada mineral
cholorite. Warna abu-abu karena adanya mineral-mineral dari karbon dan bahanbahan organik seperti grafit. Sabak yang berasal dari batu pasir graywacke
disebut graywacke slate.
11. kuarsit
Kuarsit adalah metamorfose dari batuan pasir, jika strukturnya tak mengalami
perubahan dan masih menunjukan struktur aslinya. Kuarsit terbentuk akibat panas
yang tinggi sehingga menyebabkan rekristalisasi kwarsa dan felsdpar. Akibat
tekanan pada kwarsit dapat mengakibatkan hancurnya kwarsit tersebut dan
menghasilkan tekstur granoblastik. Kuarsit sangat keras karena adanya sementasi
sirikat (biasanya kwasa kristalin) yang terendapkan disekitar butir-butir kuarsa
yang lebih besar, sehingga menghasilkan ikatan butir yang sangat kuat. Mineral
lain yang dijumpai dalam kuarsit adalah: apatite, zircon, epidote, dan hornblede.
Kuarsit dapat berbentuk akibat metamorfisme kontak atau metamorfis regional dari
pada panas dan tekanan terhadap batu pasir, chert, vien kuarsit, dan kuarsit
pigmatit. Sering berlapis-lapis dan dapat mengandung fosil. Warna dari kuarsit
bervariasi dari putih, coklat hingga mendekati hitam. Adanya hematit memberikan
warna merah muda (pink) sedangkan chlori memberikan warna kehijau-hijauan.
3. Batuan metamorfosis atau Batuan metamorf (methamorphic rock),
yaitu batuan yang berasal dari batuan induk yang mengalami perubahan
tekstur dan komposisi mineral pada fasa padat sebagai akibat perubahan kondisi
fisika tekanan, temperatur, atau tekanan dan temperatur (HGF Winkler, 1967 dan
1979). Akibat bertambahnya temperature dan/atau tekanan, batuan sebelumnya
akan berubah tekstur dan strukturnya sehingga membentuk batuan baru dengan
tekstur dan struktur yang baru pula. Contoh batuan tersebut adalah batu sabak atau
slate yang merupakan perubahan batu lempung. Batu marmer yang merupakan
perubahan dari batu gamping. Batu kuarsit yang merupakan perubahan dari batu
pasir.Apabila semua batuan-batuan yang sebelumnya terpanaskan dan meleleh
maka akan membentuk magma yang kemudian mengalami proses pendinginan
kembali dan menjadi batuan-batuan baru lagi. salah satu kelompok utama batuan
yang merupakan hasil transformasi atau ubahan dari suatu tipe batuan yang telah
ada sebelumnya, protolith, oleh suatu proses yang disebut metamorfisme, yang
berarti "perubahan bentuk". Protolith yang dikenai panas (lebih besar dari 150
Celsius) dan tekanan ekstrim akan mengalami perubahan fisika dan/atau kimia
yang besar. Protolith dapat berupa batuan sedimen, batuan beku, atau batuan

metamorf lain yang lebih tua. Beberapa contoh batuan metamorf adalah gneis, batu
sabak, batu marmer, dan skist.
Batuan metamorf menyusun sebagian besar dari kerak Bumi dan
digolongkan berdasarkan tekstur dan dari susunan kimia dan mineral (fasies
metamorf) Mereka terbentuk jauh dibawah permukaan bumi oleh tegasan yang
besar dari batuan diatasnya serta tekanan dan suhu tinggi. Mereka juga terbentuk
oleh intrusi batu lebur, disebut magma, ke dalam batuan padat dan terbentuk
terutama pada kontak antara magma dan batuan yang bersuhu tinggi.
Penelitian batuan metamorf (saat ini tersingkap di permukaan bumi
akibat erosi dan pengangkatan) memberikan kita informasi yang sangat berharga
mengenai suhu dan tekanan yang terjadi jauh di dalam permukaan bumi.
Kerak Bumi (termasuk litosfer) dan mantelnya terbuat dari batu. Dalam
bangunan batuan biasanya dipakai pada pondasi bangunan untuk bangunan dengan
ketinggian kurang dari 10 meter, batuan juga dipakai untuk memperindah fasade
bangunan dengan memberikan warna dan tekstur unik dari batuan alam.
http://future20.wordpress.com/2013/03/08/jenis-jenis-batuan-ciri-ciri-dan-prosesterbentuknya/

Transform fault
From Wikipedia, the free encyclopedia
Jump to: navigation, search

Transform fault (the red lines)


A transform fault or transform boundary, also known as conservative plate
boundary since these faults neither create nor destroy lithosphere, is a type of fault
whose relative motion is predominantly horizontal in either sinistral or dextral
direction. Furthermore, transform faults end abruptly and are connected on both
ends to other faults, ridges, or subduction zones.[1] While most transform faults are
hidden in the deep oceans where they form a series of short zigzags
accommodating seafloor spreading (see graphic at right), the best-known (and most
destructive) are those on land at the margins of tectonic plates. Transform faults are
the only type of strike-slip fault that can be classified as a plate boundary.
Transform faults show up on the seafloor as valleys that may be even deeper than
the rift valleys of spreading ridges.

Contents

1 Background
2 Difference between transform and transcurrent faults
3 Mechanics
4 Examples
5 Transform fault types
6 See also
7 References

Background
John Tuzo Wilson recognized that the offsets of oceanic ridges by faults do not
follow the classical pattern of an offset fence or geological marker in Reids
rebound theory of faulting,[2] from which the sense of slip is derived. The new class
of faults,[3] called transform faults, produce slip in the opposite direction from what
one would surmise from the standard interpretation of an offset geological feature.
Slip along transform faults does not increase the distance between the ridges it
separates; the distance remains constant in earthquakes because the ridges are
spreading centers. This hypothesis was confirmed in a study of the fault plane
solutions that showed the slip on transform faults points in the opposite direction
than classical interpretation would suggest.[4]

Difference between transform and transcurrent faults

Transform faults are closely related to transcurrent faults. Both types of faults are
strike-slip or side-to-side in movement, (see diagrams to the right) however
transform faults end at the junction of another plate boundary or fault type, while
transcurrent faults die out without a junction. In addition, transform faults have
equal deformation across the entire fault line, while transcurrent faults have greater
displacement in the middle of the fault zone and less on the margins. Finally,
transform faults can form a tectonic plate boundary, while transcurrent faults
cannot.

Transform fault

Transcurrent NEW

Mechanics
The effect of a fault is to relieve strain, which can be caused by compression,
extension, or lateral stress in the rock layers at the surface or deep in the Earths
subsurface. Transform faults specifically relieve strain by transporting the strain
between ridges or subduction zones. Transform faults also act as the plane of
weakness allowing for the splitting in rift zones.

Examples
Transform faults are commonly found linking segments of mid-oceanic ridges or
spreading centers. These mid-oceanic ridges are where new sea floor is constantly
created through the up welling of new basaltic magma. With new sea floor being
pushed and pulled out, the older sea floor slowly slides away from the mid-oceanic
ridges toward the continents. Although separated only by tens of kilometers, this
separation between segments of the ridges causes portions of the sea floor to push
past each other in opposing directions. This lateral movement of sea floors past
each other is where transform faults are currently active.

Transform faults move differently than a strike-slip fault at the mid-oceanic ridge.
Instead of the ridges moving away from each other, like other strike-slip faults,
transform fault ridges will stay in the same fixed location, and the new ocean sea
floor being created at the ridges is pushed away from the ridge. The proof of this is
found in paleo-magnetic striping on the sea floor.

A paper written by Gerya theorizes that the creation of the transform faults
between the ridges of the mid-oceanic ridge is attributed to rotated and stretched
sections of the mid-oceanic ridge.[5] This occurs over long period of time with the
spreading center or ridge slowly deforming from a straight line to a curved line and
then finally fracturing along these planes forming transform faults. As this takes
place, the fault changes from a normal fault with extensional stress to a strike slip
fault with lateral stress.[6] In the study done by Bonatti & Crane, peridotite and
gabbro rocks were discovered in the edges of the transform ridges. These rocks are
created deep inside the Earths mantle and then rapidly exhumed to the surface.[6]
This evidence helps to prove that new sea floor is being created at the mid-oceanic
ridges and further supports the theory of plate tectonics.
As previously stated, active transform faults are between two tectonic structures or
faults. Fracture zones represent the previously active transform fault lines, which
have since passed the active transform zone and are being pushed toward the
continents. These elevated ridges on the ocean floor can be traced for hundreds of
miles and in some cases even from one continent across an ocean to the other
continent.
The most prominent examples of the mid-oceanic ridge transform zones are
located in Atlantic Ocean between South America and Africa. Known as the St.
Paul, Romanche, Chain, and Ascension fracture zones, these areas have with deep,
easily identifiable transform faults and ridges. Other locations include: the East
Pacific Ridge located in the South Eastern Pacific Ocean, which meets up with San
Andreas Transform fault to the North.
Transform faults are not limited to oceanic crust and spreading centers; many
transform faults are located on continental margins. The best example is the San

Andreas fault on the Pacific coast of the United States. The San Andreas Fault
links the East Pacific Rise off of the West coast of Mexico (Gulf of California) to
the Mendocino Triple Junction (Part of the Juan de Fuca plate) located off the coast
of the North Western United States making it a ridge-to-transform style transform
fault. [3] The formation of the San Andreas Fault system occurred fairly recently
during the Oligocene Period between 34 million and 24 million years ago.[7] During
this period, the Farallon plate, followed by the Pacific plate, collided into the North
American plate.[7] The collision led to the subduction of the Farallon plate
underneath the North American plate. Once the spreading center separating the
Pacific and Farallon plate was subducted underneath the North American plate, the
San Andreas Continental Transform Fault system was created.[7]

The Southern Alps rise dramatically beside the Alpine Fault on New Zealand's
West Coast. About 500 kilometres (300 mi) long; northwest at top.
Other examples include:
Middle East's Dead Sea Transform fault
New Zealand's Alpine Fault
Pakistan's Chaman Fault
Turkey's North Anatolian Fault

North America's Queen Charlotte Fault

Transform fault types


In his groundbreaking work on transform fault systems, Tuzo Wilson said that
transform faults must be connected to other faults or tectonic plate boundaries on
both ends; because of that requirement, transform faults can grow in length, keep a
constant length, or decrease in length.[3] These length changes are dependant on
which type of faults or tectonic structures connect with the transform fault. With
this in mind, Wilson described six types of transform faults:
Growing length faults: In situations where a transform fault links together a
spreading center and the upper block of a subduction zone or when two upper
blocks of subduction zones are linked the transform fault itself will grow in length.
[3]

Constant length faults: In other cases, transform faults will remain at a constant
length. This consistency can be attributed to many different reasons. In the case of
a ridge-to-ridge transforms, it is caused by the continuous growth by both ridges

outward, canceling any change in length. The opposite occurs when a ridge linked
to a subducting plate, where all the lithosphere (new sea floor) being created by the
ridge is being subducted, or swallowed up, by the subduction zone.[3] Finally, when
two upper subduction plates are linked there is no change in length. This is due to
the plates moving parallel with each other and no new lithosphere is being created
to change that length.

Decreasing length faults: In rare cases, transform faults can shrink in length. These
occur when two descending subduction plates are linked by a transform fault. In
time as the plates are subducted, the transform fault will decrease in length until
the transform fault disappears completely, leaving only two subduction zones
facing in opposite directions.[3]

See also
Earthquake
Fracture zone
Plate tectonics
Strike-slip tectonics
Structural geology
List of tectonic plate interactions

References
1.

Jump up ^ Kerey, K. A. (2007). Global Tectonics. Hoboken, NJ,


USA: John Wiley & Sons. pp. 8490.

2.

Jump up ^ Reid, H.F., (1910). The Mechanics of the Earthquake. in


The California Earthquake of April 18,1906, Report of the State Earthquake
Investigation Commission, Carnegie Institution of Washington, Washington
D.C.
^ Jump up to: a b c d e f Wilson, J.T. (24 July 1965). "A new class of

3.

faults and their bearing on continental drift". Nature 207: 343347.


Bibcode:1965Natur.207..343W. doi:10.1038/207343a0.
4.

Jump up ^ Sykes, L.R. (1967). Mechanism of earthquakes and nature


of faulting on the mid-oceanic ridges, Journal of Geophysical Research, 72,
5-27.

5.

Jump up ^ Gerya, T. (2010). "Dynamical Instability Produces


Transform Faults at Mid-Ocean Ridges". Science 329: 10471050.
Bibcode:2010Sci...329.1047G. doi:10.1126/science.1191349.

6.

^ Jump up to: a b "Oceanic Fracture Zones". Scientific American 5: 40


52. 1984.

7.

^ Jump up to: a b c Atwater, Tanya (1970). Bulletin of the Geological


Society of America 81: 35133536.

International Tectonic Dictionary - AAPG Memoir 7, 1967

The Encyclopedia of Structural Geology and Plate Tectonics - Ed. by Carl K.


Seyfert, 1987

Você também pode gostar