Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PEMBAHASAN
Rongga mulut terbentang mulai dari permukaan dalam gigi
sampai
orofaring. Atap mulut dibentuk oleh palatum durum dan molle. Di bagian
posterior palatum molle berakhir pada uvula. Lidah membentuk dasar mulut. Pada
bagian paling posterior dari rongga mulut terletak tonsil di antara kolumna
anterior dan posterior. Rongga mulut terdiri dari :
1. Mukosa bukal: Merupakan membran mukosa yang berhubungan langsung
dengan gingiva dan membatasi bagian dalam pipi
2. Bibir
3. Lidah
4. Palatum durum: Merupakan suatu struktur tulang berbentuk konkaf. Bagian
anteriornya mempunyai lipatan-lipatan yang menonjol yang disebut rugae.
5. Palatum molle: suatu daerah fleksibel muskular di sebelah posterior palatum
durum. Tepi posterior berakhir pada uvula. Uvula membantu menutup
nasofaring selama menelan.
6. Gusi dan gigi
7. Kelenjar ludah
Ada tiga kelenjar ludah utama yaitu:
a. Kelenjar parotis, yang terletak dibagian anterior telinga di sisi wajah.
Nervus fasial melalui kelenjar ini. Duktus kelenjar parotis disebut sebagai
duktus Stensen dan masuk ke dalam rongga mulut melalui papilla kecil
yang berhadapan dengan gigi molar pertama atau dua atas.
b. Kelenjar Submandibula, yang terletak di bawah dan depan angulus
mandibula. Duktuskelenjar submandibula disebut duktus Wharton dan
berakhir pada suatu papilla di kedua sisi frenulum pada dasar lidah.
c. Kelenjar sublingual, merupakan kelenjar ludah utama yang terkecil,
terletak di dasar mulut di bawah lidah. Ada banyak duktus kelenjar
sublingual, sebagian di antara bermuara ke dalam duktus Wharton.
Di samping kelenjar ludah utama di atas, ada ratusan kelenjar ludah yang
sangat kecil yang terletak diseluruh rongga mulut.
Pemeriksaan klinis rongga mulut yaitu suatu pemeriksaan yang dilakukan
pada mulut dengan atau tanpa alat yang bertujuan untuk mendapatkan
yang
lembut
beberapa
besar/luasnya,
bagaimana
wajah. Adanya
Pemeriksaan visual (inspeksi) daerah wajah dan leher dilihat dari depan.
Perhatikan apakah ada tonjolan, cacat, bercak di kulit, tahi lalat, asimetri
wajah yang berlebihan (sebagian besar wajah memang sedikit asimetris)
ataupun facial palsy.
Kemungkinan kelainan pada wajah adalah:
a. Kelainan pada wajah bisa terjadi paralisis saraf fasial. Facial paralysis atau
kelumpuhan saraf di wajah atau bisa juga di sebut penyakit bells palsy
adalah hilangnya gerakan wajah karena kerusakan saraf. Otot-otot wajah
terkulai atau menjadi lemah. Ini biasanya terjadi pada salah satu sisi
wajah, tapi juga memungkinkan untuk terjadi pada kedua sisi wajah dan
ini biasanya disebabkan oleh: infeksi atau peradangan dari nervus facialis,
trauma kepala, tumor kepala atau leher, dan stroke. Penyebanya idiopatik,
meskipun kemungkinan penyebab dapat meliputi iskemik vaskuler,
penyakit virus seperti herpes zoster, penyakit autoimun, atau bahkan
kombinasi dari semua faktor ini. Bells Palsy juga sering disebut fasial
paralisis atau kelumpuhan fasialis perifer akibat proses non-supuratif, nonneoplasmik, non-degeneratif primer namun sangat mungkin akibat edema
jinak pada nervus fasialis di foramen stilomastoideus. suatu kelainan,
kongenital maupun didapat, yang menyebabkan paralisis seluruh ataupun
sebagian pada pergerakan wajah.
peradangan.
Inspeksi tiroid dengan menginstruksikan klien untuk menelan dan
mengamati gerakan kelenjar tiroid pada takik suprasternal.
Normalnya, kelenjar tiroid tidak dapat dilihat kecuali pada orang yang
sangat kurus. Minta klien untuk memfleksikan leher dengan dagu ke
dada, hiperekstensikan leher sedikit ke belakang, dan gerakkan
menyamping ke masing-masing sisi kemudian ke samping sehingga
telinga bergerak ke arah bahu. Hal ini dilakukan untuk menguji otot-
kelenjar
tiroid
dapat
diketahui
jika
kepala
pasien
ke
depan
merelaksasikan
atau
jaringan
mengarah
dan
ke
sisi
otot-otot.
pemeriksa
untuk
Ketegangan
klien
Ujung mandibula.
Nodus submaksilaris ditengah-tengah antar sudut dan ujung
g.
h.
i.
mandibula.
Nodus servikal superfisial, superfisial terhadap sternomastoideus.
Nodus servikal posterior, sepanjang tepi anterior trapezius.
Nodus supraklavikula, dalam suatu sudut yang terbentuk oleh
klavikula dan sternokleidomastoideus.
Nodus limfe normalnya tidak mudah dipalpasi. Akan tetapi, nodus yang kecil,
dapat digerakkan, dan tidak nyeri tekan merupakan hal yang umum. Nodus limfe
jari tengah.
Suruh pasien menelan atau minum untuk memudahkan
palpasi. Palpasi dapat pula dilakukan dengan perawat
berdiri di belakang pasien, tangan diletakkan mengelilingi
malignansi.
Limfadenopati
adalah
istilah
medis
untuk
A. Inspeksi
Untuk melihat
adanya
kelainan
sendi
temporomandibular
perlu
diperhatikan gigi, sendi rahang dan otot pada wajah. Apakah pasien
menggerakan mulutnya dengan nyaman selama berbicara atau pasien
seperti menjaga gerakan rahang bawahnya.
B. Palpasi
Pemeriksaan dengan cara palpasi sisi kanan dan kiri yang dilakukan pada
sendi dan otot wajah dan daerah kepala. Tes ini penting dalam membantu
mencari lokasi nyeri.
Resistive opening (sensitive untuk mendeteksi rasa nyeri pada
ruang inferior m. pterigoideus lateral)
Resistive closing (sensitive untuk mendeteksi rasa nyeri pada m.
temporalis, m. masseter, dan m. pterigoideus medial)
Resistive lateral movement (sensitive untuk mendeteksi rasa nyeri
pada m. pterigoideus lateral dan medial yang kontralateral)
Resistive protrusion (sensitive untuk mendeteksi rasa nyeri pada m.
pterigoideus lateral)
Resistive retrusion (sensitive untuk mendeteksi rasa nyeri pada
bagian posterior m. temporalis)
C. Auskultasi
Bunyi sendi TMJ terdiri dari clicking dan krepitus. Clicking adalah
bunyi singkat yang terjadi pada saat membuka atau menutup mulut,
bahkan keduanya. Krepitus adalah bersifat difus, yang biasanya berupa
suara yang dirasakan menyeluruh pada saat membuka atau menutup mulut
bahkan keduanya. Krepitus menandakan perubahan dari kontur tulang
seperti pada osteoartrosis. Clicking dapat terjadi pada awal, pertengahan,
dan akhir membuka dan menutup mulut. Bunyi click yang terjadi pada
akhir membuka mulut menandakan adanya suatu pergeseran yang berat.
TMJ clicking sulit didengar karena bunyinya halus, maka dapat didengar
dengan menggunakan stetoskop.
4. Limfanodi Cervikalis
Kelenjar limfe atau Limfonodi berbentuk kecil lonjong atau seperti kacang
dan terdapat di sepanjang pembuluh limfe. Kelompok-kelompok utama
terdapat di dalam leher, axial, thorax, abdomen, dan lipat paha. Limfonodi
servikalis merupakan pusat kelenjar limfa atau getah bening di leher samping
bawah telinga kanan dan kiri. Limfonodi, yaitu kelenjar yang berfungsi
sebagai pertahanan kekebalan tubuh (sistem imun). Kelenjar ini mengandung
zat-zat yang berguna untuk tubuh, diantaranya adalah protein, lemak, limfosit,
sel darah putih, fibrinogen, albumin, sel-sel pembentuk pertahanan tubuh, dsb.
Kelenjar ini dapat membesar oleh karena penambahan sel-sel pertahanan
tubuh yang berasal dari KGB (Kelenjar Getah Bening) itu sendiri, seperti
limfosit, sel plasma, monosit dan tristiosit. Penyebab lainnya yaitu karena
proses peradangan (neutrofil), yang artinya kelenjar itu sedang dalam proses
melawan bakteri yang masuk, infiltrasi sel-sel ganas atau timbunan dari
penyakit metabolit lemak. Jika dalam proses peradangan, bakteri dapat
tereliminasi maka kelenjar tersebut akan mengalami regresi kembali. Namun
proses peradangan tersebut pada beberapa individu dapat menjadi berlebihan,
sehingga pembesarannya menjadi relatif lebih besar dan lebih sensitive.
Akibatnya terjadi pembengkakan yang terasa nyeri jika ditekan dan terasa
berfluktuasi. Cara memeriksa limfonodi servikalis dengan cara palpasi dan
diperhatikan ada pembengkakan atau tidak. Ciri ciri inflamasi:
daerah tersebut.
Bengkak (tumor)
Pembengkakan sebagai hasil adanya edema dan kelompok sel radang
dalam jumlah sedikit yang masuk ke dalam daerah tersebut.
Nyeri (dolor)
Rasa nyeri diakibatkan oleh regangan dan distorsi jaringan akibat edema
5.
6.
papillae,
yaitu:
papillae
filiformes,
papillae
fungiformes,
papillae
a. Warna Gingiva
Warna gingiva normal umumnya merah jambu (coral pink). Hal ini
disebabkan oleh adanya pasokan darahm tebal dan derajat lapisan keratin
ephitelium serta sel-sel pigmen. Warna ini bervariasi untuk setiap orang
erta hubungannya dengan pigementasi kutaneous. Pigmentasi pada gingiva
biasanya terjadi pada individu berkulit gelap. Pigmentasi pada gingiva
cekat berkisar dari cokelat sampai hitam. Warna pigmentasi pada mukosa
alveolar lebih merah, karena mukosa alveolar tidak mempunyai lapisan
keratin dan epitelnya tipis. Gingiva yang tidak sehat warnanya merah
lembut terjadi edema, dan permukaannya mengkilap dan halus.
b. Kontur gingiva
Kontur gingiva sangat bervariasi. Keadaan ini dipengaruhi oleh bentuk dan
susunan gigi-geligi pada lengkungnya, lokalisasi dan luas area kontak
proksimal, dimensi embrasure (interdental) gingival oral maupun
vestibular. Papilla interdental menutupi bagian interdental sehingga
tampak lancip.
c. Konsistensi
Gingival melekat erat ke struktur di bawahnya dan tidak mempunyai
lapisan submukosa sehingga gingiva tidak dapat digerakkan dan kenyal
d. Tekstur
Permukaan gingiva cekat seperti kulit jeruk (stipling). Stipling akan
terlihat jelas jika permukaan gingiva dikeringkan. Stipling akan lebih jelas
terlihat pada permukaan vestibular dibandingkan dengan permukaan oral.
Pada permukaan marginal gingival tidak terdapat stipling (Newman,
2012).
Pemeriksaan jaringan periodontal merupakan bagian penting dalam proses
diagnostik.
Probe
periodontal,
eksplore/sonde,
kaca
mulut,
dan
pencahayaan yang baik, palpasi dan semprotan udara, semua ini harus
digunakan dengan optimal untuk memperjelas pemeriksaan visual dari
jaringan periodontal. Aspek-aspek yang harus diamati adalah:
a. Warna, bentuk dan konsistensi gingiva
b. Perdarahan dan eksudasi purulen
Merupakan indikator klinis dari aktifnya penyakit dan perlu dicatat.
Eksudasi dapat terjadi spontan atau hanya pada saat dilakukan probing
Gambar ....
1. Tes Mobilitas
Tes mobilitas menunjukkan keadaan ligamen periodontium dan prognosis
bagi setiap macam perawatan. Gigi yang sangat goyang biasanya telah
banyak kehilangan dukungan jaringan periodontium. Kadang-kadang lesi
periapikal yang luas dapat sangat mengurangi dukungan dari jaringan
periodontium. Mobilitas biasanya membaik secara dramatis setelah perawatan
saluran akar berhasil. Mobilitas ditentukan dengan menempatkan jari telunjuk
pada aspek lingual dan mengaplikasikan tekanan dengan pegangan kaca
mulut pada permukaan fasialnya. Gerakan lebih dari 2-3 mm atau depresi
menandakan bahwa keberhasilan perawatan saluran akar sangat kecil jika
Gambar ...
Gambar....
12. Pemeriksaan Gigi Geligi
Pemeriksaan gigi geligi dilakukan untuk mengetahui adanya perubahan warna,
fraktur, abrasi, erosi, karies, restorasi yang luas, atau abnormalitas lain.
Mahkota yang berubah warna sering merupakan tanda adanya penyakit pulpa
PENUTUP
Pemeriksaan ekstra maupun intra oral diperoleh melalui pemeriksaan obyektif
maupun pemeriksaan subyektif. Pemeriksaan obyektif adalah gabungan informasi
obyektif pasien yang dapat diperoleh dengan melihat atau memeriksa keadaan
pasien secara langsung. Sedangkan pemeriksaan subyektif contohnya adalah
riwayat kesehatan pasien atau bisa disebut pemeriksaan yang berdasarkan hasil
anamnesa dari pasien. Pemeriksaan ekstra oral dan intra oral pada dasarnya
dilakukan dengan cara yang relatif sama yaitu dengan cara inspeksi, palpasi
ataupun
perkusi.
Pemeriksaan
ekstra
oral
adalah
pemeriksaan
yang
dilakukan dengan melihat dan memeriksa keadaan tubuh pasien secara umum,
meliputi mata, leher (kelenjar tiroid), jari, kuku, telapak tangan. kulit wajah,
distribusi rambut, profil wajah, kesimetrisan wajah, kontur kepala, sendi
temporomandibular dan kesehatan umum pasien. Pada pemeriksaan intra oral
pada dasarnya sama seperti pemeriksaan ekstra oral, yaitu pemeriksaan dilakukan
dengan inspeksi pada bagian intra oral pasien menggunakan kaca mulut, palpasi
pada bagian intra oral pasien serta perkusi pada beberapa gigi pasien yang diduga
adanya kelainan yang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Aeny,
N.,
2012,
Pemeriksaan
Fisik
Mulut,
2104,
https://kpsfkunmul.files.wordpress.com/2014/02/trapmed
diakses
pada
tanggal
18
diakses
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/45529/4/Chapter%20II.pdf
diakses pada tanggal 19 November 2015 pukul 21.00 WIB.
Liod M Nyhus, MDS, Robert J Baker, MD, 2013, Anatomy of the Tongue and
Lip, Mastery of surgery, volume I, Little, Brown and Company, Boston,
Toronto, 109-110
Walton, R.E. dan Torabinejad, M., 2003, Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsia,
edisi 3, alih bahasa: Dr. Narlan Surnawinata, drg., Sp. KG (K), Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.