Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
ALKALOID
Disusun untuk memenuhi tugas Fitokimia yang dibina
oleh Pak Choirul Huda, S.Farm., Apt
disusun oleh:
1. Aafif Amirul Amin
(1413206001)
2. Efi Ratna Sari (1413206018)
3. Novi Rahmawati
(14142060 )
S1 FARMASI
STIKes KARYA PUTRA BANGSA
TULUNGAGUNG
2016
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
banyak terkandung dalam akar, biji, kayu maupun daun dari tumbuhan dan juga dari
hewan.
Menurut Harbone, (1987) Alkaloid merupakan senyawa bersifat basa, mengandung
satu atau lebih atom nitrogen, biasanya berwarna, sering kali bersifat optis aktif,
kebanyakan berbentuk kristal tapi hanya sedikit yang berupa cairan (misalnya nikotin)
pada suhu kamar. Sebagai basa alkaloid biasanya diekstraksi dari tumbuhan dengan
pelarut alcohol/etanol yang bersifat asam lemah, kemudian diendapkan dengan
ammonia pekat .
Senyawa alkaloid merupakan hasil metabolisme dari tumbuhtumbuhan dan
digunakan sebagai cadangan bagi sintesis protein. Kegunaan alkaloid bagi tumbuhan
adalah sebagai pelindung dari serangan hama, penguat tumbuhan dan pengatur kerja
hormon. Alkaloid mempunyai efek fisiologis. Sumber alkaloid adalah tanaman
berbunga, angiospermae, hewan, serangga, organisme laut dan mikroorganisme.
Famili tanaman yang mengandung alkaloid adalah Liliaceae, solanaceae, rubiaceae,
dan papaveraceae (Tobing, 1989)
2.2 Sifat Kimia Alkoloid
Kebanyakan alkaloid bersifat basa. Sifat tersebut tergantung pada adanya
pasangan elektron pada nitrogen.Jika gugus fungsional yang berdekatan dengan
nitrogen bersifat melepaskan elektron, sebagai contoh; gugus alkil, maka ketersediaan
elektron pada nitrogen naik dan senyawa lebih bersifat basa.Hingga trietilamin lebih
basa daripada dietilamin dan senyawa dietilamin lebih basa daripada
etilamin.Sebaliknya, bila gugus fungsional yang berdekatan bersifat menarik elektron
(contoh; gugus karbonil), maka ketersediaan pasangan elektron berkurang dan
pengaruh yang ditimbulkan alkaloid dapat bersifat netral atau bahkan sedikit asam.
Contoh senyawa yang mengandung gugus amida.
Kebasaan alkaloid menyebabkan senyawa tersebut sangat mudah mengalami
dekomposisi, terutama oleh panas dan sinar dengan adanya oksigen.Hasil dari reaksi
ini sering berupa N-oksida.Dekomposisi alkaloid selama atau setelah isolasi dapat
menimbulkan berbagai persoalan jika penyimpanan berlangsung dalam waktu yang
lama.Pembentukan garam dengan senyawa organik (tartarat, sitrat) atau anorganik
garam.
Alkaloid berbentuk cair dan kebanyakan tidak berwarna.
Dalam tumbuhan alkaloid berada dalam bentuk bebas, dalam bentuk N-oksida atau dalam bentuk garamnya.
Umumnya mempunyai rasa yang pahit.
Alkaloid dalam bentuk bebas tidak larut dalam air, tetapi larut dalamkloroform, eter dan pelarut organik
1. Alkaloid Piridin-Piperidin
Mempunyai satu cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen. Yang termasuk dalam
kelas ini adalah : Conium maculatum dari famili Apiaceae dan Nicotiana tabacum
dari famili Solanaceae.
2. Alkaloid Tropan
Mengandung satu atom nitrogen dengan gugus metilnya (N-CH3). Alkaloid ini dapat
mempengaruhi sistem saraf pusat termasuk yang ada pada otak maupun sun-sum
tulang belakang. Yang termasuk dalam kelas ini adalah Atropa belladona yang
digunakan sebagai tetes mata untuk melebarkan pupil mata, berasal dari famili
Solanaceae, Hyoscyamus niger, Dubuisia hopwoodii, Datura dan Brugmansia spp,
Mandragora
officinarum,
Alkaloid
Kokain
dari
Erythroxylum
coca
(Famili
Erythroxylaceae)
3. Alkaloid Kuinolin
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen. Yang termasuk disini adalah ;
Cinchona ledgeriana dari famili Rubiaceae, alkaloid quinin yang toxic terhadap
Plasmodium vivax
4. Alkaloid Isoquinolin
2.cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen. Banyak ditemukan pada famili
Fabaceae termasuk Lupines (Lupinus spp), Spartium junceum, Cytisus scoparius dan
Sophora secondiflora.
5. Alkaloid Indol
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 cincin indol . Ditemukan pada alkaloid ergine
dan psilocybin, alkaloid reserpin dari Rauvolfia serpentine, alkaloid vinblastin dan
vinkristin dari Catharanthus roseus famili Apocynaceae yang sangat efektif pada
pengobatan kemoterapy untuk penyakit Leukimia dan Hodgkins.
6. Alkaloid Imidazol
Berupa cincin karbon mengandung 2 atom nitrogen. Alkaloid ini ditemukan pada
famili Rutaceae. Contohnya; Jaborandi paragua.
7. Alkaloid Lupinan
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom N, alkaloid ini ditemukan pada Lunpinus
luteus (fam : Leguminocaea).
8. Alkaloid Steroid
Mengandung 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen dan 1 rangka steroid yang
mengandung 4 cincin karbon. Banyak ditemukan pada famili Solanaceae, Zigadenus
venenosus.
9. Alkaloid Amina
Golongan ini tidak mengandung N heterosiklik. Banyak yang merupakan
tutrunan sederhana dari feniletilamin dan senyawa-senyawa turunan dari asam
amino fenilalanin atau tirosin, alkaloid ini ditemukan pada tumbuhan Ephedra sinica
(fam Gnetaceae)
10. Alkaloid Purin
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 4 atom nitrogen. Banyak ditemukan pada kopi
(Coffea arabica) famili Rubiaceae, dan Teh (Camellia sinensis) dari famili Theaceae,
Ilex
paraguaricasis
dari
famili
Aquifoliaceae,
Paullunia
cupana
dari
famili
dengan struktur sangat beragam, sehingga hingga sekarang tidak ada batasan yang jelas
untuknya.
Cokelat adalah makanan yang diolah dari biji kakao. Cokelat mengandung alkaloidalkaloid seperti teobromin, fenetilamina, dan anandamida yang memiliki efek fisiologis
untuk tubuh. Kandungan-kandungan ini banyak dihubungkan dengan tingkat serotonin
dalam otak. Menurut ilmuwan, cokelat jika dimakan dalam jumlah normal secara teratur
dapat menurunkan tekanan darah.
Tembakau mengandung senyawa alkaloid, diantaranya adalah nikotin. Nikotin
termasuk dalam golongan alkaloiod yang terdapat dalam famili Solanaceae. Nikotin dalam
jumlah banyak terdapat dalam tanaman tembakau, sedang dalam jumlah kecil terdapat
pada tomat, kentang dan terung. Nikotin dan kokain dapat pula ditemukan pada daun
tanaman kota. Kadar nikotin berkisar antara 0,6-3,0 % dari berat kering tembakau, dimana
proses biosintesisnya terjadi di akar dan terakumulasi pada daun tembakau. Nikotin terjadi
dari biosintesis unsur N pada akar dan terakumulasi pada daun. Fungsi nikotin adalah
sebagai bahan kimia antiherbivora dan adanya kandungan neurotoxin yang sangat sensitif
bagi serangga, sehingga nikotin digunakan sebagai insektisida pada masa lalu.
Kecubung adalah tumbuhan penghasil bahan obat-obatan yang telah dikenal sejak
ribuan tahun,di antaranya Datura Stramonium, Datura tatura, dan Brugmansia suaviolens,
namun daya khasiat masing-masing jenis kecubung, berbeda-beda. Penyalahgunaan
kecubung memang sering terjadi, sehingga bukan obat yang didapat malah racun
(menyebabkan pusing) yang sangat berbahaya. Hampir seluruh bagian tanaman kecubung
dapat dimanfaatkan sebagai obat. Hal ini disebabkan seluruh bagiannya mengandung
alkaoida atau disebut hiosamin (atropin) dan scopolamin, seperti pada tanaman Atropa
belladona.Alkahoid ini bersifat racun sehingga pemakaiannya terbatas pada bagian luar.
Biji kecubung mengandung hiosin dan lemak, sedangkan daunnya mengandung kalsium
oksalat. Berkhasiat mengobati rematik, sembelit, asma, sakit pinggang, bengkak, encok,
eksim, dan radang anak telinga.
Kopi juga termasuk ke dalam tanaman yang mengandung senyawa alkaloid. Kopi
terkenal akan kandungan kafeinnya yang tinggi. Kafein kopi merupakan senyawa hasil
metabolisme sekunder golongan alkaloid dari tanaman kopi dan memilik rasa yang pahit.
Buah pare dalam bahasa latin disebut Momordica charantia L berasal dari kawasan
Asia Tropis. Buahnya mengandung albiminoid, karbohidrat, dan zat warna, daunnya
mengandung momordisina, momordina, karantina, resin, dan minyak lemak. Bijinya
mengandung saponin, alkaloid, triterprenoid, dan asam momordial. Manfaat buah ini
dapat merangsang nafsu makan, menyembuhkan batuk, memperlancar pencernaan,
membersihkan darah bagi wanita yang baru melahirkan, dapat menyembuhkan penyakit
kuning, juga cocok untuk menyembuhkan mencret pada bayi.
2.5 Cara Ekstraksi dan Isolasi Alkaloid
Ekstraksi adalah Suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan
bantuan pelarut. Ekstraksi merupakan proses pengambilan komponen-komponen yang
kita inginkan dalam suatu bahan (bahan alam). Komponen ini biasanya memiiki beberapa
sifat, secara garis besar proses pengambilan komponen pada bahan alam dapat
menggunakan pelarut seperti air, etanol dan sebagainya, pelarut yang digunakan
haruslah sesuai dengan senyawa yang akan kita ambil dari bahan alam.
Alkaloid biasanya diisolasi dari tumbuhannya dengan menggunakan metode ekstraksi.
Pelarut yang digunakan ketika mengekstraksi campuran senyawanya yaitu molekul air
yang diasamkan. Pelarut ini akan mampu melarutkan alkaloid sebagai garamnya. Selain
itu juga dapat membasakan bahan tumbuhan yang mengandung alkaloid dengan
menambahkan natrium karbonat. Basa yang terbentuk kemudian dapat diekstraksi
dengan pelarut organic seperti seperti kloroform atau eter.
Untuk alkaloid yang bersifat tidak tahan panas, isolasi dapat dilakukan
menggunakan teknik pemekatan dengan membasakan larutannya terlebih dahulu.
Dengan menggunakan teknik ini maka alkaloid akan menguap dan selanjutnya dapat
dimurnikan dengan metode penyulingan uap.
Metode ini biasanya dilakukan untuk pemurnian senyawa nikotina. Sedangkan
untuk larutan alkaloid dalam air yang bersifat asam maka larutannya harus dibasakan
terlebih dahulu. Selanjutnya alkaloid dapat diekstraksi dengan menggunakan pelarut
organic.
Cara lain untuk mendapatkan alkaloid dari larutan yang bersifat basa adalah
dengan metode penjerapan menggunakan pereaksi Lloyd. Alkaloid yang diperoleh
kemudian dielusi dan diendapkan menggunakan Pereaksi Meyer. Setelah itu , endapan
yang terbentuk dipisahkan menggunakan metode kromatografi pertukaran ion.
Terdapat beberapa kendala yang dihadapi ketika mengisolasi alkaloid. Salah
satunya adalah alkaloid yang berada dalam bentuk terikat tidak mudah dilepaskan
dengan metode hanya ekstraksi biasa sehingga harus mengasamkan senyawa yang
mengikatnya terlebih dahulu.
Isolasi adalah suatu usaha bagaimana caranya memisahkan senyawa yang bercampur
sehingga kita dapat menghasilkan senyawa tunggal yang murni. Tumbuhan mengandung ribuan
senyawa sebagai metabolit primer dan metabolit sekunder. Beberapa tahapan isolasi
diantaranya: Ekstraksi, Fraksinasi, pemurnian dan Identifikasi.
Dalam isolasi alkaloid di butuhkan suasana asam atau basa karena keadaan basa
dan asam digunakan untuk menjaga keadaan agar proses isolasi dapat berjalan dengan
baik. Alkaloid cenderung bersifat basa dan mudah menguap. Sedangkan asam digunakan
untuk menghasilkan alkaloid dalam bentuk garam dan tidak mudah menguap.
Pada tahap awal isolasi alkaloid dibutuhkan kondisi asam karena dengan
penambahan asam organik maka ekstrak akan menghasilkan garam atau penambahan
asam berguna untuk mengikat alkaloid dengan garam nya.Penambahan basa berguna
untuk membebaskan ikatan garam menjadi alkaloida yang bebas.
Bahan tanaman, terutama biji dan daun sering banyak mengandung lemak, lilin
yang sangat nonpolar. Karena, senyawa-senyawa tersebut dipisahkan dari bahan
tanaman sebagai langkah awal dengan cara pelarutan dengan petrolium eter.
Kebanyakan alkaloid tidak larut dalam petrolium eter. Namun, ekstrak harus selalu dicek
untuk mengetahui adanya alkaloid dengan menggunakan salah satu pereaksi pengendap
alkaloid. Bila sejumlah alkaloid larut dalam pelarut petrolium eter, maka bahan tanaman
pada awal ditambahkan dengan asam untuk mengikat alkaloid sebagai garam nya.
Prosedur ini telah digunakan untuk mengekstrak ergotamin dari cendawan ergot.
Prinsip pengerjaan dengan azas keller yaitu alkaloida yang terdapat dalam suatu
bakal sebagai bentuk garam, dibebaskan dari ikatan garam tersebut menjadi alkaloida
yang bebas. Untuk itu ditambahkan basa lain yang lebih kuat dari pada alkaloida tadi.
Basa yang dipakai tidak boleh terlalu kuat karena alkaloid pada umumnya kurang stabil.
Pada pH tnggi ada kemungkinan akan terurai, terutama dalam keadaan bebas. Bahan
tumbuhan dapat dibebaskan dengan natrium karbonat.
Contohnya pada isolasi nikotin 25 gram daun tembakau kering rajangan yang
telah dibungkus kertas saring dimasukkan ke dalam alat soxhlet, dilakukan ekstraksi
dengan menggunakan 300 mL metanol selama 7 jam. Sampel yang digunakan adalah
100 gram sehingga ekstraksi dilakukan 4 kali. Ekstrak / filtrat yang dihasilkan
dievaporasi sampai dihasilkan larutan yang pekat atau filtrat tinggal 10 % dari volume
semula. Larutan pekat dituangkan ke dalam labu erlenmeyer dan diasamkan
dengan H2SO4 2 M sebanyak 25 mL. Larutan diaduk dengan magnetik stirer agar
homogen. Lalu larutan diuji dengan kertas lakmus sampai berwarna merah.
Kemudian larutan diekstrak dengan kloroform 25 mL sebanyak 3 kali dengan corong
pisah.vc
2.5 Fraksinasi Alkaloid
Fraksinasi merupakan prosedur pemisahan yang bertujuan untuk memisahkan
golongan utama kandungan yang satu dari kandungan yang lain.Fraksinasi dilakukan
secara bertingkat berdasarkan tingkat kepolarannya yaitu dari non polar, semi polar,
dan polar. Fraksinasi ini umumnya dilakukan dengan menggunakan metode corong
pisah atau kromatografi kolom
Untuk alkaloid, yang banyak dipakai adalah KLT pada plat silica gel dengan eluen
campuran MeOH-NH4OH pekat (200:3). Beberapa eluen lain yang juga bisa dipakai
adalah campuran MeOH-CHCl3 dan campuran CHCl3-dietil amin. Kadang-kadang
digunakan juga pelat yang terbuat dari silika gel yang telah dicampur dengan KOH 0,5
M. Dengan pelarut jenis ini, eluen yang digunakan berupa campuran EtOH 70%-NH4OH
25% atau campuran CHCl3-EtOH. Untuk pelat yang terbuat dari campuran silika gel dan
formamida 15% digunakan eluen campuran EtOAc-n-heptana-dietilamin. Untuk deteksi
mula-mula digunakan sinar UV di mana noda alkaloid akan berfluoresensi. Beberapa
pereaksi penampak noda yang biasa dipakai untuk alkaloid adalah pereaksi
Dragendorf yang akan memberikan noda berwarna coklat jingga dengan latar
belakang kekuningan bagi alkaloid, iodoplatinat yang menimbulkan noda dengan
banyak warna tergantung struktur alkaloid yang dianalisis dan Marquis yang
memberikan warna kuning sampai merah untuk noda alkaloidl
Kromatografi kolom pada silika gel biasa dilakukan, tetapi eluen yang dipakai
tergantung pada jenis alkaloid yang dianalisis. Contoh fraksinasi alkaloid pada serbuk
daun katuk.
Serbuk daun katuk sebanyak 50 gram diekstraksi dengan 250 ml ethanol 95 %
selama 3 jam dengan alat refluks pendingin tegak. Ekstrak etanol yang diperoleh
disaring dan dipekatkan dengan alat rotary evaporator pada tekanan rendah dan
suhu dibawah 600C. Sisa pemekatan ini selanjutnya dilarutkan dalam 30 ml asam
asetat 4% kemudian disaring. Filtrat hasil penyaringan dibasakan dengan ammonia
pekat sampai pH 9 dan kemudian diekstraksi dengan menggunakan kloroform jenuh
air. Lapisan kloroform dipisahkan dengan menggunakan corong pemisah, dikeringkan
dengan natrium sulfat eksikatus P dan selanjutnya dipekatkan dengan menggunakan
rotary evaporator (fraksi alkaloid). Hasil fraksinasi alkaloid menunjukkan bahwa
elcstrak dari f raksi petroleum eter mempunyai kadai- alkaloid yang paling tinggi.
2.6
Skrining Fitokimia
Skrining fitokimia atau penapisan kimia merupakan tahapan awal untuk
mengidentifikasi kandungan kimia yang terkandung dalam tumbuhan, karena pada
tahap ini kita bisa mengetahui golongan senyawa kimia yang dikandung tumbuhan yang
sedang kita uji/teliti.
Menurut Harborne, (1987) Skrining fitokimia merupakan analisis kualitatif terhadap
senyawa-senyawa metabolit sekunder. Suatu ekstrak dari bahan alam terdiri atas
berbagai macam metabolit sekunder yang berperan dalam aktivitas biologinya.
Senyawa-senyawa tersebut dapat diidentifikasi dengan pereaksi-pereaksi yang mampu
memberikan ciri khas dari setiap golongan dari metabolit sekunder. Atau dengan kata
lain berbagai metode yang dapat digunakan untuk identifikasi metabolit sekunder yang
terdapat pada suatu ekstrak. Salah satu pereaksi untuk mengidentifikasi adanya alkaloid
menggunakan pereaksi Dragendorff dan pereaksi Mayer.
Identifikasi Alkaloid dengan pereaksi-pereaksi yang pesifik yaitu sebagai
berikut:
a.
Reaksi Pengendapan
1.Reaksi Dragendorf
Pereaksi dragendorf mengandung bismut nitrat dan merkuri klorida dalam nitrit
berair. Ketika suatu alkaloid ditambahkan pereaksi dragendorf maka akan
menghasilkan endapan jingga.
2.Reaksi Meyer
Pereaksi meyer mengandung kalium iodida dan merkuri klorida. Ketika sampel
ditambah pereaksi meyer maka akan timbul endapan kuning atau larutan kuning
bening lalu ditambah alkohol endapannya larut. Namun tidak semua alkaloid
mengendap dengan reaksi mayer.
3. Reaksi Bauchardat
Pereaksi bauchardat mengandung kalium iodida dan iood. Sampel ditambah
pereaksi bauchardat menghasilkan endapan coklat merah lalu ditambah alkohol
endapannya larut.
b.
Reaksi Warna
1. Reaksi dengan asam kuat
Asam kuat seperti H2SO4 pekat dan HNO3 pekat menghasilkan warna kuning atau
merah.
2. Reaksi Marquis
Pereaksi marquis mengandung formaldehid (1 bagian) dan H2SO4 pekat (9 bagian).
Sampel ditambah pereaksi marquis akan menghasilkan warna jingga.
3. Reaksi Warna AZO
Sampel ditambah diazo A (4 bagian) dan diazo B (1 bagian), ditambah NaOH,
dipanaskan lalu ditambah amyl alkohol menghasilkan warna merah.
Alkaloid terdiri dari beberapa jenis. Adapun untuk identifikasi jenis alkaloid lainnya bisa juga
menggunakan reaksi berikut diantaranya :
Reaksi untuk alkaloid benzil isokuinolon contohnya morfin
1.
Reaksi Frohde
Pereaksi frohde mengandung larutan 1% NH4 molibdat dalam H2SO4 pekat. Sampel
ditambah pereaksi frohde menghasilkan warna kuning kehijauan.
2.
Reaksi Mandelin
Pereaksi mandelin mengandung amonium vanadat dalam air ditambah H2SO4 pekat.
Sampel ditambah pereaksi mandelin berwarna kuning kehijauan.
Selain itu, identifikasi alkaloid bisa juga dengan menggunakan pereaksi erlich (pdimetilaminobenzaldehide yang diasamkan) memberikan warna biru atau abu-abu hijau
untuk alkaloid ergot.