Você está na página 1de 11

TUGAS ILMU BEDAH KHUSUS VETERINER

PENANGANAN AURAL HEMATOMA PADA ANJING

OLEH : KELOMPOK B2
1. AGNES Y. TAEK

1309012027

2. PAULINA J. NAIF

1309012028

3. LUCYAN M. A. OWA MILO

1309012029

4. FITRIANI SALIH

1309012031

5. ANDREAS U. J. SIPUL

1309012038

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2016

I.

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dunia veteriner berkaitan erat dengan penyakit hewan. Sebagai seorang dokter hewan

tugas utama yang perlu dilakukan adalah dengan menyembuhkan hewan yang
terkenapenyakit dengan berbagai cara secara cepat dan tepat. Keterlibatan seorang dokter
hewan dalam memecahkan masalah penyakit melalui teknik diagnosa sangat diharapkan
karena membawa manfaat dan tercapainya kesejahteraan masyarakat veteriner.
Memiliki hewan peliharaan baik anjing maupun kucing, merupakan sesuatu hal yang
sangat menyenangkan. Karena selain lucu dan menggemaskan, hewan yang biasa dipelihara
biasanya patuh dan jinak kepada pemiliknya. Namun di lapangan sering timbul gangguan
atau penyakit yang bisa kapan saja meyerang hewan peliharaan kita.
Gangguan pada indera pendengaran menjadi salah satu perhatian khusus yang harus
segera di tangani karena dapat berakibat fatal pada hewan. Salah satu kasus yang sering di
temukan adalah aural hematoma. Aural hematoma (Othematoma) adalah satu kumpulan
darah, serum, atau satu darah bergumpal pada pinna (earflap). Aural hematomas dapat diseba
bkan oleh kerusakan langsung ( luka gigitan, traumatis) Ketika dilihat, pinna akan sangat
tebal. Membengkak mungkin melibatkan seluruh pinna atau ini mungkin melibatkan hanya
beberapa area. earflap disusun atas dua lapisan kulit yang mengelilingi lapisan lapisan tulang
rawan. Tulang rawan memberikan bentuk earflap.
Dalam makalah Ilmu Bedah Khusus ini akan dibahas tentang aural hematoma.
Gangguan pada indera pendengaran menjadi salah satu perhatian khusus yang harus segera di
tangani karena dapat berakibat fatal pada hewan. Baik itu defenisi, etiologi, riwayat kasus,
tindakan operasi, tindakan non operasi, hingga penanganan pasca operasi. Hal ini perlu
diketahui mengingat jumlah hewan kesayangan di Kota Kupang NTT sudah semakin
meningkat sehingga kita sebagai mahasiswa FKH Undana perlu dan dirasa penting untuk
menambah wawasan terhada penyakit-penyakit kelainan pada mata.

2.1 Tujuan
Untuk mengetahui defenisi, etiologi, riwayat kasus, tindakan operasi, tindakan non
operasi, hingga penanganan pasca operasi pada kasus aura hematoma pada anjing.

II.

RIWAYAT KASUS
Penelitian dan pengamatan dilakukan pada 15 ekor anjing yang memiliki umur
dan ras yang berbeda. Penelitian dilakukan di Klinik Bedah Fakultas Kedokteran
Hewan, Cluj Napoca. Anjing ini didiagnosa aural hematoma (othematom) unilateral,
dengan beberapa kausatif yaitu karena gigitan, kebiasan anjing menggaruk telinga,

III.

parasit, dan otitis.


TEKNIK PENANGANAN
Terdapat dua teknik penanganan pada kasus hematoma aural, yaitu dengan
menggunakan teknik operasi dan non-operasi.
3.1. Teknik Non-Operasi
Pada penanganan kasus aural hematoma pada anjing, terdapat dua jenis teknik
Non-operasi yang dapat digunakan,yaitu menggunakan teknik drainase terbuka dan
drainase tertutup.
III.1.1 Drainase Terbuka
Berikut langkah-langkah yang dilakukan saat melaksanakan tindakan
penanganan aural hematoma secara non-operasi menggunakan drainase terbuka,
antara lain :
a. Disiapkan setiap alat dan bahan yang akan digunakan selama tindakan
pengobatan, yaitu seperti kateter butterfly berukuran 14-16 atau 19-21, dan
tabung vakum, kasa steril, NaCl fisiologis, spoite.
b. Dimasukkan jarum kateter butterfly no 14 -16 atau 19-21 ke dalam hematoma.
c. Digunakan NaCl fisiologis untuk mencairankan darah yang bergumpal.
d. Kemudian cairan dialirkan ke dalam tabung vakum.
e. Diinjeksikan steroid untuk mencegah inflamasi dan pembentukan abses.
f. Setelah itu diberikanresep obat triamcinolone acetonide (10 mg/mL; 0.11 mL
setiap 7 jam selama 13 hari pengobatan atau dexamethasone (0.20.4mg yg
dilarutkan sampai 0.51.8 mL, setiap 24 jam selama 15 hari).

Gambar. Posisi memasukkan Jarum Kateter Butterfly


Ke dalam Aural Hematoma
III.1.2 Drainase Tertutup

Berikut langkah-langkah yang dilakukan saat melaksanakan tindakan


penanganan aural hematoma secara non-operasi menggunakan drainase tertutup,
antara lain :
a. Disiapkan setiap alat dan bahan yang akan digunakan selama tindakan
pengobatan, yaitu seperti kateter butterfly berukuran 14-16 atau 19-21, tabung
vakum, gunting mayo, jarum, benang, bandage, kasa steril, NaCl fisiologis.
b. Setelah itu dpotong syringe adaptor dari kateter butterfly.
c. Dilipat bagian ujung selang dan digunting bagian sudut lipatan dengan
menggunakan gunting mayo untuk membentuk fenestrasi.
d. Ditambahkan beberapa fenestrasi dengan jarak 1,5 2 cm dengan besar lubang
tidak lebih besar dari diameter selang yang ada.
e. Pinna kemudian dijepit dan diletakkan kasa steril pada saluran telinga untuk
mencegah akumulasi cairan.
f. Lalu didesinfeksi daerah yang akan diincisi.
g. Setelah itu dibuat incisi kecil pada ruang hematoma seukuran dengan selang
drainase.
h. Dimasukkan selang ke dalam ruang hematoma dengan menggunakan forcep dan
pastikan fenestrasi masuk semua ke dalam ruang hematoma.
i. Kemudian dijhit daerah kulit dan ujung selang untuk mencegah tekanan negatif
dan berpindahnya selang.
j. Setelah itu diperkuat posisi selang dengan dibuat jahitan melekuk pada telinga.
Penjahitan harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak terlalu menekan dan
kaku.
k. Dimasukkan jarum selang kateter butterfly ke dalam sebuah tabung vacuum.
Tabung diganti 2-3 kali sehari atau apabila tabung telah setengah penuh.
l. Tindakan pembalutan dilakukan dengan memposisikan pinna secara dorsal
dengan mengarahkan saluran telinga eksternal dan permukaan konkaf. Balut
dengan menggunakan strip adhesive tape putih pada permukaan pinna yang
berambut, juga melewati leher dan dagu dan kembali ke belakang telinga.
m. Jika diperlukan, ditempatkan bantalan dan full head bandage dengan
meninggalkan sedikit bagian yang terbuka pada saluran telinga untuk
pengobatan topikal.

Gambar. Proses pemotongan syringe adaptor dari butterfly catheter

Gambar. Proses Incici pada daerah Pinna

Gambar. Hasil Penjahitan dan pemasangan selang pada daerah pinna

Gambar. Hasil pemasangan full head bandage untuk melindungi selang dari
garukan anjing.
3.2. Teknik Operasi
Prosedur Preoperasi
Penanganan preoperasi harus dilakukan
dengan tindakan aseptis yang meliputi proses
persiapan alat yang akan digunakan, persiapan
pasien meliputi mencukur rambut di sekitar pinna
yang akan dilakukan operasi pengeluaran cairan
hematoma, mengoles antiseptik pada daerah
operasi, pemberian protokol anestesi secara
intramuskular menggunakan neuroleptanalgesia
yaitu acepromazine (Ventraquil

) dan 10% ketamine (dosis 10 mg/ kg BB) 10 menit

setelah pemberian acepromazine, mengoleskan povidone iodine atau alkohol isopropil di area
pinna dan dilap menggunakan kasa steril untuk menghilangkan kelebihan larutan dan
kontaminasi benda asing dan terakhir lubang telinga ditutup dengan kasa steril untuk
mencegah meluapnya cairan hematoma ke dalam telinga.
Teknik Operasi S-Shaped Incision
Teknik ini dilakukan dengan cara :
1. Incisi membentuk S menggunakan scalpel pada kulit internal dan kartilago sepanjang
othematoma dengan tekanan moderat agar kulit eksternal pinna tidak ikut terincisi.
Insici ini bertujuan untuk mencegah adanya adhesi perubahan yang lebih jauh pada
telinga pasca penanganan operasi

Incisi bentuk S pada pinna


2. Massa pada rongga aural hematoma dikuakkan ke luar setelah adanya incisi parietal
kemudian ditekan bagian exterior dari daerah hematoma untuk mengeluarkan massa
hematoma. Rongga hematoma yang terbentuk dibilas menggunakan NaCl fisiologis
dan hidrogen peroksida untuk mencegah kontaminasi pada area yang terbuka.

Penekan eksterior telinga untuk pengeluaran massa hematoma


3. Jahit menggunakan teknik total perforating suture (kulit internal konkaf, kartilago,
kulit eksternal konkaf) dengan benang 3-0 prolene nonabsorbable. Daerah jahitan
diberi titik-titik dengan jarak 0,5-0,75 cm dan dijahit sejajar dengan pembuluh darah
besar pada pinna sehingga bentuk jahitan titik membentuk U vertikal. Teknik jahitan
ini diterapkan untuk mencegah pembentukan rongga yang dapat mengakumulasi
cairan. Jarak maksimum pada titik yang berdekatan adalah 1 cm.

4. Titik jahitan diterapkan pada semua permukaan dari pinna yang terkena othematoma.
Penanganan post operasinya meliputi monitoring dari status umum pasien, pemberian
antisepsia lokal pada lokasi jahitan, dan membersihkan bekas operasi dengan
menggunakan tampon yang diberi larutan garam steril atau hidrogen peroksida.
IV.

PEMBAHASAN

Aural Hematoma adalah genangan darah yang menggumpul diantara kulit dan tulang
rawan dari bagian flap telinga. Kejadian Ini biasanya disebabkan oleh aktifitas menggaruk
telinga yang dilakukan terlalu agresif atau hasil dari infeksi yang terjadi didaerah telinga.
Penyebab lain dari kasus aural hematoma ini adalah kerusakan pembuluh darah pada telinga
yang dapat menyebabkan darah keluar dari pembuluh darah dan terjadi akumulasi darah
dijaringan telinga dan akhirnya menggumpal.
Dalam laporan kasus ini, diketahui bahwa anjing didiagnosa mengalami unilateral aural
hematoma yang disebabkan oleh berbagai hal diantaranya kebiasaan anjing menggaruk
telinga, gigitan anjing lain ataupun akibat infeksi parasit pada daerah telinga. Penanganan
terhadap kasus aural hematoma pada anjing ini dilakukan dengan dua cara, yaitu penanganan
secara operasi dan penanganan non operasi.
Dalam tindakan pengobatan pada kasus aural hematoma, dapar dilakukan dengan
tindakan pembedahan atau operasi dan non-operasi. Tindakan non-operasi sendiri terdiri atas
dua macam, yaitu menggunakan drainase terbuka dan drainase tertutup. Tindakan drainase
harus dilakukan sesegera mungkin agar dapat mencegah terbentuknya fibrosis dan deformitas
berikutnya.
IV.1 Teknik Non-Operasi
Terdapat dua jenis teknik Non-operasi yang dapat digunakan pada kasus aural
hematoma. Kedua teknik yang dimaksud adalah drainase terbuka dan drainase
tertutup. pada teknik drainase terbuka dapat dilakukan pada kasus aural hematoma
ringan atau baru terjadi beberapa saat sehingga akumulasi cairannya dapat
dikeluarkan dengan mudah tanpa tindakan operasi dan pembedahan. Sedangankan
penangan menggunakan tindakan non-operasi menggunakan drainase tertutup, hal
ini dapat dilakukan pada saat kasus aural hematoma yang terlah terjadi dalam waktu
lama dan akumulasi cairannya sudah sangat banyak, sehinngga pada penangannya
perlu dipasangkan selang yang ditanamkan di daerah pinna (daun telinga) untuk
mempermudah proses pengeluaran akumulasi baik itu cairan maupun darah yang
terakumulasi di dalam rongga pinna.
Pada penanganan kasus aural hematoma, pasien yang ditangani dengan
menggunakan teknik drainase tertutup pada hari ke-7 sampai hari ke-10 daerah
pinna sudah mengalami distorsi atau akumulasi cairannya sudah dapat dikeluarkan.
Namun, hal ini tidak menutup kemungkinan dapat terjadi kekambuhan. Berdasarkan
literatur, tingkat kekambuhannya adalah 22%, dimana dilaporkan pada anjing yang

mengalami kekambuhan diikuti dengan terjadinya alergi dermatitis yang tidak dapat
dikendalikan.
Penanganan operasi dan non operasi kasus aural hematoma yang dilakukan
pada 15 anjing ini berjalan dengan baik. Jenis anastesi yang digunakan adalah anastesi
umum, sehingga operasi yang dilakukan berjalan dengan baik dan setiap tahapantahapan operasi juga dapat dilakukan dengan baik. Semua anjing yang dioperasi
terlihat menunjukan kondisi yang baik setelah operasi.
Setiap tahapan penanganan terhadap kasus aural hematoma pada anjing ini
dilakukan sesuai dengan protokol prosedur operasi yang memadai, dimulai dari
persiapan hewan dan operator serta ruangan sebelum operasi, prosedur operasi yang
dilakukan juga sesuai dengan protokol operasi, penganan post operasi yang juga
merupakan salah satu penunjang keberhasilan operasi aural hematoma juga dilakukan
dengan baik untuk menghindari terjadinya infeksi dan gangguan.
Penanganan pasca operasi yang dilakukan terhadap 15 ekor anjing ini
dilakukan dengan pemantauan selama 21 hari. Pemantauan yang dilakukan selama 21
hari ini didasarkan pada literatur-literatur yang berkaitan dengan prosedur operasi
aural hematoma, kebanyakan literatur-literatur tersebut juga menuliskan bahwa
tindakan post operasi yang dilakukan

juga berkaitan dengan pemeliharaan luka

sayatan pada pinna dan pembukaan jahitan pada pinna yang baru dapat dibuka
setelah 21 hari. Penangan post operasi yang dilakukan selama 21 hari ini bertujuan
untuk memantau dan memastikan tidak ada infeksi atau gangguan yang dialami oleh
anjing-anjing tersebut setelah dioperasi. Oleh karena itu, pengamatan terhadap kondisi
fisiologis anjing dipantau setiap hari dalam lima hari pasca operasi, kemudian hari ke
7 dan hari ke 14 dan hari ke 21.
Dalam 5 hari pertama pasca operasi, terjadi peningkatan suhu pada anjinganjing tersebut yang berkisar antara 0,3C-0,5C. Saat dilakukan pemeriksaan pada
daerah telinga, anjing-anjing tersebut menunjukkan gejala sensibilitas atau lebih peka
terhadap terhadap rasa sakit. Anjing-anjing tersebut langsung menunjukkan reaksi
kesakitan saat diberikan obat secara topikal pada daerah jahitan dan sayatan drainase.
Kepekaan hewan terhadap rasa sakit biasanya bertahan hingga 3-5 hari pasca operasi.
3 hari pasca operasi, kepekaan hewan terhadap rasa sakit mulai berkurang namun
muncul gejala lain seperti gatal-gatal di sekitar daerah jahitan dan hewan berusaha

untuk menggaruk-garuk daerah disekitar luka tersebut. Pada pemeriksaan daun telinga
ditemukan adanya pembengkakan akibat peradangan, dan adanya cairan serous yang
keluar dari sayatan drainase. Edema dan sekresi cairan terjadi dalam 3 hari pasca
operasi, dan pada hari ke 5 pasca operasi terlihat adanya kerak didaerah sekitar
sayatan drainase. Pada hari ke 7 pasca operasi, kerak tersebut dibersihkan namun
menimbulkan sedikit perdarahan pada daerah telinga. Pada hari ke 7 pasca operasi
tidak terjadi lagi gangguan-gangguan pada daerah sekitar jahitan.
Dalam penanganan kasus aural hematoma pada anjing ini tidak ditemukan
adanya infeksi pasca bedah dan komplikasi lain yang berkaitan dengan prosedur
operasi. Dalam dua kasus yang diobservasi, anjing menunjukkan reaksi penolakan
terhadap jahitan yang terjadi pada hari ke 5-10 pasca operasi, yang ditunjukkan
dengan adanya eksudat berwarna kekuningan yang muncul diarea sekitar jahitan.
Untuk menghindari infeksi post operasi, dilakukan pemberian antiseptik lokal berupa
betadine cair setelah cairan dikeluarkan melalui sayatan drainase. Betadine
merupakan Antiseptik yang lebih ditoleransi pada kulit sehingga tidak menghambat
penyembuhan luka. Selain itu betadine berguna untuk antiseptik pada berbagai jenis
kuman sehingga masih menjadi pilihan dalam mengobati luka luka akibat trauma
seperti luka iris, luka lecet, luka terbuka, dan luka lainnya. Benang prolene 3-0 yang
digunakan dalam penjahitan juga dapat diterima dengan baik oleh tubuh hingga hari
ke 14 pasca operasi. Setelah 14 hari proses penyembuhan luka sudah dapat dikatakan
selesai namun untuk hasil yang optimal, jahitan baru dibuka dalam 21 hari pasca
operasi.

V.

KESIMPULAN
a. Tindakan penanganan aural hematoma dapat dilakukan dengan tindakan operasi
atau pembedahan dan non-operasi.
b. Tindakan pembedahan dilakukan untuk mengeluarkan akumulasi cairan ataupun
darah yang terakumulasi pada subkutan di daerah pinna atau daun terlinga yang di
sebut juga dengan othematom.

Você também pode gostar