Você está na página 1de 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah kesehatan dengan kelainan jantung masih menduduki
peringkat yang tinggi penyebab faktor genetik dan faktor prenatal. Jantung
adalah salah satu kelainan yang menggangu system dalam tubuh yang paling
penting. Salah satu kelainan jantung tersebut ialah Artium Septum Defek
(ASD) yang merupakan lubang pada sekat atrium yang menyebabkan
hubungan antara atrium kanan dan kiri (Samik Wahab, 2009).
Penyebab dari jantung itu ada berbagai macam, terutama penyakit
jantung yang kelaianan bawaan ini adalah ASD ini di sebabkan oleh Faktor
Prenatal yaitu ibu dengan infeksi rubela, ibu alkoholisme, ibu yang
mengkonsumsi obat-obatan penenang atau jamu, ibu dengan usia lebih dari
45 tahun dan pada faktor-faktor genetik yaitu anak yang lahir sebelumnya
menderita PJB, ayah atau ibu menderita PJB, kelainan kromosom seperti
Down Syndrome dan lahir dengan kelainan bawaan lain.
Berdasarkan data penyakit jantung kongenital meningkat 2 sampai 6%
jika terdapat riwayat keluarga yang terkena sebelumnya. Selain itu, 5-8%
penderita penyakit jantungkongenital mempunyai keterkaitan dengan
kelainan kromosom. Kelainan ini lebih sering ditemukan pada anak
perempuan dibandingkan anak laki-laki (rasio perempuan : laki-laki = 1,5
sampai 2:1) (Kapita Selekta, 2008).
Berbagai permasalahan keperawatan yang timbul baik masalah aktual
maupun potensial akibat adanya penyakit jantung ASD adalah penurunan
curah jantung yang berhubungan dengan penurunan volume ventrikel kiri,
atrium septum defek, gangguan pertukaran gas berhubungan dengan odema
paru, intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, aktual atau resiko
tinggi gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan intake tidak adekuat akibat sekunder dari adanya sesak nafas, mual,
anoreksia, daya hisap bayi kurang, aktual/resiko tinggi pola nafas tidak efektif

yang berhubungan dengan kelainan vaskuler paru obstruktif akibat sekunder


atau stenosis pulmoner, dan resiko kekambuhan yang berhubungan dengan
ketidakpatuhan terhadap aturan terapeutik, tidak mau menerima perubahan
pola hidup yang sesuai.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui asuhan keperawatan pada bayi.K dengan ASD (Atrium Septal
Defek)
2. Tujuan Khusus
Mengetahui pengertian ASD (Atrium Septal Defek)
Mengetahui proses keperawatan pada pasien dengan ASD (Atrium
Septal Defek)

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Atrial Septal Defect (ASD) adalah terdapatnya hubungan antara atrium
kanan dengan atrium kiri yang tidak ditutup oleh katup ( Markum, 1991).
ASD adalah defek pada sekat yang memisahkan atrium kiri dan kanan.
(Sudigdo Sastroasmoro, 1994).
Atrial Septal Defect (ASD) adalah penyakit jantung bawaan berupa
lubang (defek) pada septum interatrial yang terjadi karena kegagalan fusi
septum interatrial semasa janin. ( id. Wikipedia.org).

Atrial Septal Defect adalah adanya hubungan (lubang) abnormal pada


sekat yang memisahkan atrium kanan dan atrium kiri. Kelainan jantung
bawaan yang memerlukan pembedahan jantung terbuka adalah defek sekat
atrium. Defek sekat atrium adalah hubungan langsung antara serambi jantung
kanan dan kiri melalui sekatnya karena kegagalan pembentukan sekat.
(http://askep.blogspot.com/2008/04/asuhan-keperawatan-pada-anakdengan.html )
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat dirumuskan
bahwa Atrial Septal Defect ( ASD ) penyakit jantung bawaan

dimana

terdapat lubang ( defek ) pada sekat atau septum interatrial yang memisahkan
atrium kiri dan kanan yang terjadi karena kegagalan fusi septum interatial
semasa janin.
B. Epidemiologi
Di antara berbagai kelainan bawaan (congenital anomaly) yang ada,
penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan kelainan yang paling sering
ditemukan. Di Amerika Serikat, insidens penyakit jantung bawaan sekitar 810 dari 1000 kelahiran hidup, dengan sepertiga di antaranya bermanifestasi
sebagai kondisi kritis pada tahun pertama kehidupan dan 50% dari kegawatan
pada bulan pertama kehidupan berakhir dengan kematian penderita. Di
Indonesia, dengan populasi 200 juta penduduk dan angka kelahiran hidup 2%,
diperkirakan terdapat sekitar 30.000 penderita PJB.
C. Etiologi
Penyebabnya belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor
yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian ASD.
Faktor-faktor tersebut diantaranya :
1. Faktor Prenatal
a. Ibu menderita infeksi Rubella
b. Ibu alkoholisme
c. Umur ibu lebih dari 40 tahun.
e. Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu
2. Faktor genetik
a. Anak yang lahir sebelumnya menderita PJB
b. Ayah atau ibu menderita PJB
c. Kelainan kromosom misalnya Sindroma Down

d. Lahir dengan kelainan bawaan lain


D. Patofisiologi
Penyakit dari penyakit jantung kongentinal ASD ini belum dapat
dipastikan banyak kasus mungkin terjadi akibat aksi trotogen yang tidak
diketahui dalam trisemester pertama kehamilan saat terjadi perkembangan
jantung janin. Pertama kehidupan status, saat struktur kardiovaskuler
terbentuk kecuali duktus arteriosis paten yaitu saluran normal untuk status
yang harus menututp dalam beberapa hari pertama.
Darah artenal dari atrium kiri dapat masuk ke atrium kanan melalui
defek sekat ini. Aliran ini tidak deras karena perbedaan tekanan pada atrium
kiri dan kanan tidak begitu besar (tekanan pada atrium kiri 6 mmHg sedang
pada atrium kanan 5 mmHg) . Adanya aliran darah menyebabkan
penambahan beban pada ventrikel kanan, arteri pulmonalis, kapiler paru-paru
dan atrium kiri. Bila shunt besar, maka volume darah yang melalui arteri
pulmonalis dapat 3-5 kali dari darah yang melalui aorta.
Dengan bertambahnya volume aliran darah pada ventrikel kanan dan
arteri pulmonalis. Maka tekanan pada alatalat tersebut naik., dengan adanya
kenaikan tekanan, maka tahanan katup arteri pulmonalis naik, sehingga
adanya perbedaan tekanan sekitar 15 -25 mmHg. Akibat adanya perbedaan
tekanan ini, timbul suatu bising sistolik ( jadi bising sistolik pada ASD
merupakan bising dari stenosis relatif katup pulmonal ).

Pada valvula

trikuspidalis juga ada perbedaan tekanan, sehingga disini juga terjadi stenosis
relatif katup trikuspidalis sehingga terdengar bising diastolik. Karena adanya
penambahan beban yang terus menerus pada arteri pulmonalis, maka lama
kelamaan akan terjadi kenaikan tahanan pada arteri pulmunalis dan akibatnya
akan terjadi kenaikan tekanan ventrikel kanan yang permanen. Tapi kejadian
ini pada ASD terjadinya sangat lambat ASD I sebagian sama dengan ASD II.
Hanya bila ada defek pada katup mitral atau katup trikuspidal, sehingga darah
dari ventrikel kiri atau ventrikel kanan mengalir kembali ke atrium kiri dan
atrium kanan pada waktu systole. Keadaan ini tidak pernah terjadi pada ASD
II.

Arah shunt pun bisa berubah menjadi dari kanan kekiri sehingga
sirkulasi darah sistemik banyak mengandung darah yang rendah oksigen
akibatnya terjadi hipoksemi dan sianosis.
E. Klasifikasi
Berdasarkan bentuk anatomisnya Atrial Septal Defect dapat dibedakan
menjadi 3 , yaitu:
1. Defek Sinus Venosus, yaitu defek yang terletak di bagian superior dan
posterior sekat, sangat dekat dengan vena kava superior dan juga dekat
dengan salah satu muara vena pulmonalis.
2. Defek Sekat Sekundum, yaitu defek ini terletak di tengah sekat atrium.
Defek ini juga terletak pada foramen ovale.
3. Defek Sekat Primum, yaitu defek ini terletak dibagian bawah sekat
primum, dibagian bawah hanya di batasi oleh sekat ventrikel, dan terjadi
karena gagal pertumbuhan sekat primum. Defek sekat primum dikenal
dengan ASD I, Defek sinus Venosus dan defek sekat sekundum dikenal
dengan ASD II
F. Manifestasi Klinis
1. Bayi
a. Sianosis umum, khususnya membran mukosa, bibir dan lidah,
kunjungtiva, area vaskularisasi tinggi, dispnea, khususnya setelah
kerja fisik seperti makan, menangis dan mengejan.
b. Keletihan.
c. Pertumbuhan dan perkembangan buruk
d. Kadang-kadang mengalami infeksi saluran pernafasan.
e. Kesulitan makan.
f. Diastolik meningkat.
g. Sistolik Rendah.
h. Bising jantung tak normal.
i. Palpitasi.
2. Anak anak
a. Kerusakan pertumbuhan dan perkembangan.
b. Tubuh lemah, keletihan.
c. Nafas tersengal tersengal dan dipsnea saat aktivitas.
d. Kardiomegali.
e. Diastolik meningkat.
f. Sistolik Rendah
g. Bising jantung tak normal
h. Palpitasi.

G. Komplikasi
1. Gagal jantung.
2. Penyakit pembuluh darah paru.
3. Endokardititis.
4. Aritmia.
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto torak : Terlihat kardiomegali akibat pembesaran atrium dan
ventrikel kanan. Segmen pulmonal menonjol dan vaskularisasi paru
meningkat (pletora). Pada kasus lanjut dengan hipertensi pulmonal,
gambaran vaskularisasi paru mengurang di daerah tepi (pruned tree). Dan
menunjukan adanya komplikasi atau tidak.
2. Ekokardiogram: Ekokardiogram M-mode memperlihatkan dilatasi
ventrikel kanan dan septum interventrikular yang bergerak paradoks.
Ekokardiogram 2 dimensi dapat memperlihatkan lokasi dan besarnya
defek interatrial (pandangan subsifoid yang paling terpercaya). Prolaps
katup mitral dan regurgitasi sering tampak pada defek septum atrium
yang besar. Posisi katup mitral dan trikuspid sama tinggi pada defek
septum atrium primum dan bila ada celah pada katup mitral juga dapat
terlihat. Ekokardiogram menentukan lokasi defek, ukuran defek, arah dan
gradien aliran, perkiraan tekanan ventrikel kanan dan pulmonal,
gambaran beban volume pada jantung kiri, keterlibatan katup aorta atau
trikuspid serta kelainan lain. Ekokardiografi Doppler memperlihatkan
aliran interatrial yang terekam sampai di dinding atrium kanan. Rasio
aliran pulmonal terhadap aliran sistemik juga dapat dihitung.
Ekokardiografi

kontras

dikerjakan

bila

Doppler

tak

mampu

memperlihatkan adanya aliran interatrial.


3. Angiogram ventrikel kiri pada defek septum atrium sekundum tampak
normal, tapi mungkin terlihat prolaps katup mitral yang disertai
regurgitasi. Pada defek septum atrium primum, terlihat gambaran leher
angsa (goose-neck appearance) akibat posisi katup mitral yang abnormal.
Regurgitasi melalui celah pada katup mitral juga dapat terlihat.

Angiogram pada vena pulmonalis kanan atas dapat memperlihatkan


besarnya defek septum atrium.
4. EKG : deviasi aksis ke kiri pada ASD primum dan deviasi aksis ke kanan
pada ASD secundum, RBBB, RVH.
5. Kateterisasi jantung : prosedur diagnostic dimana kateter radiopaque
dimasukan kedalam atrium jantung melalui pembuluh darah perifer,
diobservasi dengan fluoroskopi atau intensifikasi pencitraan; pengukuran
tekanan darah dan sampel darah memberikan sumber-sumber informasi
tambahan. Kateterisasi jantung dilakukan bila defek interatrial pada
ekokardiogram

tak

jelas

terlihat

atau

bila

terdapat

hipertensi

pulmonal.Pada kateterisasi jantung terdapat peningkatan saluran oksigen


di atrium kanan dengan peningkatan ringan tekanan ventrikel kanan dan
arteri pulmonalis. Bila telah terjadi penyakit vaskuler paru, tekanan arteri
pulmonalis sangat meningkat sehingga perlu dilakukan tes dengan
pemberian oksigen 100% untuk menilai reversibilitas vaskuler paru.

I. Penatalaksanaan
Kebanyakan pasien ASD tidak menunjukkan keluhan. Pada bayi
sebelum usia 3 bulan, defek berukuran < 3 mm umumnya akan menutup
spontan. Bagaimanapun juga apabila lubang tersebut besar maka operasi
untuk menutup lubang tersebut dianjurkan guna mencegah terjadinya gagal
jantung atau kelainan pembuluh darah pulmonal. Pengobatan pencegahan
dengan antibiotik sebaiknya diberikan setiap kali sebelum penderita
menjalani tindakan pencabutan gigi untuk mengurangi resiko terjadinya
endokarditis infektif.
J. Prognosis
Sampai 5 tahun yang lalu, semua ASD hanya dapat ditangani dengan
operasi bedah jantung terbuka. Operasi penutupan ASD baik dengan jahitan
langsung ataupun menggunakan patch sudah dilakukan lebih dari 40 tahun.
Tindakan operasi ini sendiri, bila dilakukan pada saat yang tepat (tidak

terlambat) memberikan hasil yang memuaskan, dengan risiko minimal (angka


kematian operasi 0-1%, angka kesakitan rendah).
Pada penderita yang menjalani operasi di usia kurang dari 11 tahun
menunjukkan ketahanan hidup pasca operasi mencapai 98%. Semakin tua
usia saat dioperasi maka ketahanan hidup akan semakin menurun, berkaitan
dengan sudah terjadinya komplikasi seperti peningkatan tekanan pada
pembuluh darah paru. Namun demikian, tindakan operasi tetap memerlukan
masa pemulihan dan perawatan di rumah sakit yang cukup lama, dengan
trauma bedah (luka operasi) dan trauma psikis serta relatif kurang nyaman
bagi penderita maupun keluarganya. Hal ini memacu para ilmuwan untuk
menemukan alternatif baru penutupan ASD dengan tindakan intervensi non
bedah (tanpa bedah jantung terbuka), yaitu dengan pemasangan alat
Amplatzer Septal Occluder (ASO).

BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
1. Identitas
Nama
Tanggal lahir
Jenis kelamin
Suku/Bangsa
Agama
Alamat
Nama ayah
Tanggal MRS
Tanggal pengkajian
Diagnosa medis
No. register
Sumber informasi

: By. K
: 26 Oktober 2013
: Perempuan
: Sunda / Indonesia
: Islam
: Cilengkrang II Rt/Rw 05/08 Ujung Berung
: Tn. B
: 5 Desember 2013
: 5 Desember, jam 13.00 wib
: ASD
: 1068121
: orang tua dan status

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama : sesak, tidak mau menetek, tidak bisa tidur, gelisah
b. Riwayat Penyakit Sekarang :
1) Tgl 6 November 2013 : usia bayi 10 hari, mulai batuk-batuk
belum disertai sesak.
2) Tgl 12 November 2013 : bayi mulai batuk-batuk disertai sesak
pertama kali.
c. Riwayat Penyakit Sebelumnya :
Bayi lahir spontan pada tanggal 26 Oktober 2013, usia kehamilan 9
bulan 1 minggu dengan BB 2,6 kg ditolong oleh bidan. Bayi langsung
menangis, warna kulit merah, tidak ada tanda dan gejala penyakit
yang disertai.
d. Riwayat Keehatan Keluarga :
1) Tidak ada yang mengalami sakit seperti penderita.
2) Saat hamil tidak minum obat sembarang, kecuali dari rumah sakit,
jamu tidak pernah minum.
3) Ayah dan ibu sering pilek dan batuk dipagi hari bila kena debu
3. Observasi dan Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum : post op open heart, kesadaran somnolen, terpasang
ventilator dengan ETT, penderita usia 3 bulan
b. Pengkajian Fisik :
B1 (Breathing) / Pernafasan :
1) Pernafasan dengan ETT dibantu dengan ventilator mode IPPV,
FiO2 60 %, frekwensi nafas 40 x/mnt, SaO2 50-60 % dan makin
turun.
2) Ronchi positif (+), tidak ada whezing, tidak ada stridor.
9

3) Retraksi intercostal positif (+)


4) Pernafasan cuping hidung positif (+)
B2 (Bleeding) / sirkulasi :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)

Perfusi jaringan dingin, klien tampak biru, sianosis


Capilary refill time 3 detik
Suhu : 36,50 C
Tensi : 60/30 mmHg
Nadi : 90-100 x/mnt
Terpasang CVP 8 cm H2O
Terpasang balon drain tekanan (-) 8 cm H2O, cairan merah
Infus D10 0,18 MS 200 cc / 24 jam

B3 (Brain) / Kesadaran :
1)
2)
3)
4)
5)
6)

Kesadaran menurun , somnolen, usia 3 bulan


GCS 2 dan 6, gerakan sangat lemah
Kejang tidak ada (-)
Pupil isokor, diameter sama
Sklera putih
Kemampuan buka mata lemah

B4 (Blader) / Perkemihan :
1) Bayi menggunakan kateter
2) Kateter menates
3) Produksi urine 3 cc/jam
B5 (Bowel) / Pencernaan :
1) Bising usus positis (+), kembung posistif (+)
2) Terpasang sonde susu 120 cc/24 jam
3) BAB encer berlendir, warna hijau kehitaman, jumlah 50 cc/BAB
B6 (Bone) / Tulang otot-integumen
1)
2)
3)
4)
5)

Pergerakan sendi sangat lemah


Terpasang infus divena kava (bilument), udema tidak ada
Luka operasi tertutup hepafix, tidak ada rembesan darah
Kulit sangat halus dan sensitif, terbaring dalam waktu yang lama
Kulit sekitar pantat, genetalia tampak kemerahan (bintik-bintik
merah) sedikit terkelupas

4. Pemeriksaan Penunjang
10

a. Thorak photo : Cor : jantung membesar kekanan dan kekiri


Pulmo : tampak infiltrat pada supra parahiler kanan dan kedua paru
tampak hiperareated
Kedua sinus Phrenicocostalis tajam
Kesimpulan : Kardiomegali dengan pnemoni
b. ECG : Irama sinus, HR 142 x/mnt, sumbu QRS + 1150 / RAD
Tanggal 5 Desember 2013 :
Labotratorium :
elektrolit : K : 1,59 meg/L
Na : 11,7 meg/L
AGD : PH : 7,447
pCO2 : 68 mmHg
pO2 : 43, 9mmHg
HCO3 : 45,9 mmol /L
BE : 21,9 mmol/L
SaO2 : 79,8 %
CHO2 : 48,0 %
5. Terapi
a. Obat :
b. Cairan :

Meronem : 3 x 50 mg/iv
Cloxacillin : 3 x 50 mg/iv
D10 0,18 NS : 180 cc/24 jam
KCl : 1 meq

11

12

B. Analisa Data
NO
1

DATA PENDUKUNG
DS : DO :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Penderita sesak nafas


Terpasang ETT dengan ventilator
Penderita kebiruan / sianosis
HR 90 x /mnt
Frekwensi 40 x/mnt
SaCO2 60 % dan makin turun
Ronchi positif (+)
Retraksi interkosral
Pernafasan cuping hidung posistif
(+)

ETIOLOGI
Penumpukan sekret

DS : Hospitalisasi anak
DO :

Kekuatiran terhadap anak


a. Orang tua sering menanyakan
keadaan anaknya di rumah sakit
b. Ibu mengatakan ia sangat cemas
dan bingung dengan penyakit
anaknya
c. Ibu menangis dan berharap
anaknya cepat sembuh
d. Ibu cemas dan bertanya apakah
anaknya akan sembuh normal
seperti anaknya yang lain

MASALAH
Gangguan pertukaran gas

Perubahan peran orang tua

13

e. Ibu berharap anaknya dapat


dirawat dengan baik

DS : DO : - terpasang endotrakheal tube


Terpasang alat ventilator dan monitor
lainnya
Pertahanan tubuh penderita menurun
RR 40 x/mnt
SaO2 60 %

Pemsangan ETT & ventilator


(alat bantu mekanis )

Resiko tinggi cidera /


barotrauma

14

C. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penumpukan sekret
2. Perubahan peran orang tua berhubungan dengan kekuatiran terhadap
penyakit anaknya
3. Resiko tinggi cedera / barotrauma berhubungan dengan pemasangan ETT
dan ventilator

No

Diagnosa

Tujuan

Rencana Tindakan

Intervensi
15

Evalua

Keperawatan
Gangguan pertukaran Tujuan panjang :
gas

berhubungan Pasien

Implementasi
Rasional
Cuci tangan 1.Mencegah

dapat sebelum

dengan penumpukan bernafas


sekret

1.

dengan memegang bayi

normal

2. Beri O2 bag and

Tujuan pendek :

mask

Tidak terjadi

3.

gangguan

pernafasan setiap

pertukaran gas

15 menit dan kaji

dalam waktu 15

suara nafas

Kaji

status

menit dengan
kriteria hasil :
a. Klien tidak

S:tranmisi
tangan sebelum O :
a. Sianosis
organisme dari memegang bayi b. Klien tid
sesak
tempat lain
2.Memberi
c. Pengemb
2. Memberi
O2 bag
dada (+/+
cadangan O2
3. Mengkaji
d. Nafas cu
hidung (+
pada alveoli
pernafasan klien
e. Frekwen
yang dapat
15 menit
nafas 50
menurunkan
pertama,
f. SaO2 90
hipoksemi
selanjutnya tiap g. N: 134 x

4.Lakukan suctio

3. Memastikan

apakah klien

Suara
nafas : ronchi

b. Klien tidak

gangguan

sesak nafas

pertukaran gas

4. Melakukan
suction :
a. Memakai
handscoon
steril
b. Mengambil
kanul
suction 1/3
dari ETT
c. Baging
sampai
SaO2 diatas
95, lalu
lakukan
suctioning
paling lama
15 detik
d. Dilakukan
dalam 3
periode

c. Pengembangan

4.Membebaskan

dada +/+

jalan nafas

normal
f. SaO2 80 100 %

orang

masih dalam

hidung tidak ada


e. Frekwensi nafas

Perubahan

jam

sianosis

d. Nafas cuping

1.Mencuci

peran Tujuan panjang :


tua Peran

orang

1.Jalin

1.Indikator

tua komunikasi yang untuk

1.Menjalin

A : Masalah
teratasi
P : Pertah
intervensi
1,2,3, dan 4

S:

hubungan baik - Ibu menga

16

berhubungan dengan kembali


kekuatiran

normal baik

terhadap seperti biasa

penyakit anaknya

orang

Tujuan pendek :
Orang

tua

dengan melakukan
tua tindakan

penderita

akan 2.Berikan

mengekpresikan

informasi

perasaannya

jelas

setelah
asuhan

tua

khususnya bagaimanap

Ibu pasien

dalam keada

2. Menghindari

2.Memberikan

apapunia tet

informasi

menyayangi

tentang

anaknya, ia s

terhadap orang

penyakit

bahwa anakn

tua dan

anaknya

untuk berlebihan

kecemasan

orang bira

selanjutnya
yang stresor

dilakukan mengurangi

dengan

dan adalah titipa

keperawatan dalam 3. Yakinkan orang informasi yang

menganjurkan

3x24 jam dengan tua

ibu untuk tidak - Ibu menya

bahwa

kriteria hasil :

memegang

a. Orang tua

peranan

dia jelas dapat


mengurangi

penting kecemasan

mengatakan

dalam

siap untuk

anak

menerima anak

4. Libatkan orang

dengan

tua

kelainan

perawatananak

tua

selama dirawat

aktif

jantung.
b. Orang tua
yakin bahwa
mereka
memegang
peranan penting
dalam
kesembuhan
anaknya.
c. Mendiskusikan
rencana
pengobatannya.

tumbang orang tua dan


keluarga

terlalu

tuhan

cemas dukungan do

dengan

akan mempe

mengatakan

penyembuha

banyak

anak anaknya

yang

O:

dalam 3. Agar orang mengalami hal - Ibu


berperan semacam
dalam tapi

perawatan

ini mengekpres

mereka perasaanya

tetap kuat.

- Ibu menga

4. Peran aktif 3.Meyakinkan

siap menerim

diharapkan

ibu

dengan anaknya

mempercepat

menganjurkan

proses

ibu untuk sering dalam keada

penyembuhan

mengunjungi

- Ibu menga
menangis

anaknya selama - ibu selalu


dirawat
4.

mengunjung

Melibatkan anaknya

orang

tua/ A : Masalah

menganjurkan

teratasi

orang tua untuk P : Pertahank

tetap membantu rencana tind

17

dalam

no. 4

perawatan
anak :misalnya
pakaian

harus

bersih,

popok

sering diganti /
bila basah
3

Resiko

tinggi Tujuan panjang : 1.Monitor

1.

Peningkatan 1. Memonitor

cedera / barotrauma Agar tidak terjadi ventilator bila ada secara

tajam keadaan

S:O:

berhubungan dengan cidera

peningkatan yang dapat

ventilator

pemasangan

tiba-tiba

sesering

iritasi pad

jalan mungkin setiap

hidung da

dan ventilator

ETT Tujuan pendek :

menimbulkan

a. Tidak terj

Penderita bebas

2. Yakinkan nafas trauma

dari cedera setelah

klien

dilakukan tindaka,

dengan ventilator

(barotrauma)

dalam waktu 1x 24

3.Lakukan

2. Nafas yang bahwa nafas

sesuai nafas

jam dengan kriteria pengisapan lendir berlawanan


hasil :

dengan

hati-hati dengan

a. Tidak terjadi

dan

gunakan dapat

jam

jalan nafa

2. Meyakinkan

ditandai d

klien sesuai

mesin dengan

klien tena

iritasi pada

kateter

hidung maupun

yang lunak

trauma

4.Lakukan

3. Cegah iritasi anjuran : steril,

jala nafas
b. Tidak terjadi
barotrauma
c. Saturasi
O2 (>95 %)

restrain/

fiksasi mukosa

tanda infe

Suhu 36,5

ventilator

suction menimbulkan

tidak ada

3. Melakukan
suction sesuai

jalan memakai

dengan baik pada nafas

handscoon

ETT

4.Mencegah

4. Melakukan

terekstubasi

fixasi ETT

sendiri

dengan baik dan


benar

18

tidak cem
b. Tidak terj

barotraum
c. SaO2 90 %
d. Setting

ventilator

19

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Atrial Septal Defect ( ASD ) penyakit jantung bawaan dimana terdapat
lubang ( defek ) pada sekat atau septum interatrial yang memisahkan atrium
kiri dan kanan yang terjadi karena kegagalan fusi septum interatial semasa
janin.
Proses keperawatan pada pasien ASD dengan melakukan pengkajian
yang akan menghasilkan analisa data untuk menegakkan diagnosa
keperawatan sehingga dapat mengetahui rencana keperawatan yang akan
dilakukan dan akan mendapatkan hasil dari rencana keperawatan tersebut.
B. Saran
Semoga makalah ini dapat berguna untuk para pembaca dan dapat
menambah pengetahuan tentang asuhan keperawatan dengan pasien ASD
(Atrial Septal Defect)

20

DAFTAR PUSTAKA

Masjoer, Arif. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculaplus


Muttaqin, Arif.2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika
Marilynn.2007. Rencana Aauhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Oemar, Hamid.2003. Kardiologi. PT Gelora Aksara
Wahab, Samik.2010. Penyakit Jantung Kongenital yang tidak Sianosis. Jakarta:
EGC
http://dastodebelto.blogspot.com

21

Você também pode gostar