Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
Alam perasaan seseorang dapat berubah-ubah sesuai situasi dan kondisi tertentu
yang dialaminya. Suasana alam perasaan seseorang mungkin normal, meninggi atau
bahkan terdepresi. Orang normal dapat mengalami berbagai macam suasana perasaan
dan memiliki ekspresi afektif yang sama luasnya; mereka mampu mengendalikan
suasana perasaan dan afeknya. Lain halnya dengan seseorang yang mengalami gangguan
pada alam perasaannya.
Gangguan bipolar (gangguan alam perasaan) atau Manic-Depressive Illness
(MDI) merupakan salah satu gangguan jiwa tersering yang berat dan persisten.
Gangguan bipolar ditandai oleh suatu periode depresi yang dalam dan lama, serta dapat
berubah menjadi suatu periode yang meningkat secara cepat dan/atau dapat
menimbulkan amarah yang dikenal sebagai mania. Gejala-gejala mania meliputi
kurangnya tidur, nada suara tinggi, peningkatan libido, perilaku yang cenderung kacau
tanpa mempertimbangkan konsekuensinya, dan gangguan pikiran berat yang
mungkin/tidak termasuk psikosis. Di antara kedua periode tersebut, penderita gangguan
bipolar memasuki periode yang baik dan dapat hidup secara produktif. Gangguan
bipolar merupakan suatu gangguan yang lama dan jangka panjang. Gangguan bipolar
mendasari satu spektrum kutub dari gangguan mood/suasana perasaan meliputi Bipolar I
(BP I), Bipolar II (BP II), Siklotimia (periode manic dan depresif yang bergantian/naikturun), dan depresi yang hebat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gangguan Bipolar dikenal juga dengan gangguan manik depresi, yaitu gangguan
pada fungsi otak yang menyebabkan perubahan yang tidak biasa pada suasana perasaan,
dan proses berfikir. Disebut Bipolar karena penyakit kejiwaan ini didominasi adanya
fluktuasi periodik dua kutub, yakni kondisi manik (bergairah tinggi yang tidak
terkendali) dan depresi.
A. EPIDEMIOLOGI
Di dunia, tingkat prevalensi gangguan bipolar sebagai gangguan yang lama dan
menetap sebesar 0,3 1,5 %. Di Amerika Serikat, tingkat prevalensi ini dapat mencapai
1 1,6 %, dimana dua jenis gangguan bipolar ini berbeda pada populasi dewasa, yaitu
sekitar 0,8 % populasi mengalami BP I dan 0,5 % populasi mengalami BP II. Morbiditas
dan Mortalitas dari gangguan bipolar sangat signifikan. Banyaknya angka kehilangan
pekerjaan, kerugian yang ditimbulkan sebagai akibat dari gangguan tingkat produktivitas
yang disebabkan gangguan ini di Amerika serikat sepanjang periode awal tahun 1990an
diperkirakan sebesar 15,5 miliar dolar Amerika. Perkiraan lainnya, sekitar 25 50 %
individu dengan gangguan bipolar melakukan percobaan bunuh diri dan 11 % benarbenar tewas karena bunuh diri.
Gangguan pada lelaki dan perempuan sama, umumnya timbul diusia remaja atau
dewasa. Hal ini paling sering dimulai sewaktu seseorang baru menginjak dewasa. Tetapi
kasus-kasus gangguan bipolar telah didiagnosis pada remaja dan bahkan anak-anak.
B. ETIOPATOFISIOLOGI
Etiologi dari gangguan bipolar memang belum dapat diketahui secara pasti, dan
tidak ada penanda biologis (biological marker) yang objektif yang berhubungan secara
pasti dengan keadaan penyakit ini.
Dahulu virus sempat dianggap sebagai penyebab penyakit ini. Serangan virus
pada otak berlangsung pada masa janin dalam kandungan atau tahun pertama sesudah
mengkode monoamine oksidase A (MAOA), tirosin hidroksilase, catechol-Ometiltransferase (COMT), dan serotonin transporter (5HTT).7
Penelitian terbaru menemukan gen lain yang berhubungan dengan penyakit ini
yaitu gen yang mengekspresi brain derived neurotrophic factor (BDNF). BDNF adalah
neurotropin yang berperan dalam regulasi plastisitas sinaps, neurogenesis dan
perlindungan neuron otak. BDNF diduga ikut terlibat dalam mood. Gen yang mengatur
BDNF terletak pada kromosom 11p13. Terdapat 3 penelitian yang mencari tahu
hubungan antara BDNF dengan gangguan bipolar dan hasilnya positif. Kelainan pada
otak juga dianggap dapat menjadi penyebab penyakit ini. Terdapat perbedaan gambaran
otak antara kelompok sehat dengan penderita bipolar. Melalui pencitraan magnetic
resonance imaging (MRI) dan positron-emission tomography (PET), didapatkan jumlah
substansia nigra dan aliran darah yang berkurang pada korteks prefrontal subgenual. Tak
hanya itu, Blumberg dkk dalam Arch Gen Psychiatry 2003 pun menemukan volume
yang kecil pada amygdala dan hipokampus. Korteks prefrontal, amygdala dan
hipokampus merupakan bagian dari otak yang terlibat dalam respon emosi (mood dan
afek).
Penelitian lain menunjukkan ekspresi oligodendrosit-myelin berkurang pada otak
penderita bipolar. Seperti diketahui, oligodendrosit menghasilkan membran myelin yang
membungkus akson sehingga mampu mempercepat hantaran konduksi antar saraf. Bila
jumlah oligodendrosit berkurang, maka dapat dipastikan komunikasi antar saraf tidak
berjalan lancar.
C. FAKTOR RISIKO
a. Ras
Tidak ada kelompok ras tertentu yang memiliki predileksi kecenderungan
terjadinya gangguan ini. Namun, berdasarkan sejarah kejadian yang ada, para
klinisi menyatakan bahwa kecenderungan tersering dari gangguan ini terjadi
pada populasi Afrika-Amerika.
b. Jenis Kelamin
Angka kejadian dari BP I, sama pada kedua jenis kelamin, namun rapidcycling bipolar disorder (gangguan bipolar dengan 4 atau lebih episode dalam
setahun) lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. Insiden BP II lebih
tinggi pada wanita daripada pria.
c. Usia
Usia individu yang mengalami gangguan bipolar ini bervariasi cukup
besar. Rentang usia dari keduanya, BP I dan BP II adalah antara anak-anak
hingga 50 tahun, dengan perkiraan rata-rata usia 21 tahun. Kasus ini terbanyak
pada usia 15 19 tahun, dan rentang usia terbanyak kedua adalah pada usia 20
24 tahun. Sebagian penderita yang didiagnosa dengan depresi hebat berulang
mungkin saja juga mengalami gangguan bipolar dan baru berkembang
mengalami episode manic yang pertama saat usia mereka lebih dari 50 tahun.
Mereka mungkin memiliki riwayat keluarga yang juga menderita gangguan
bipolar. Sebagian besar penderita dengan onset manic pada usia lebih dari 50
tahun harus dilakukan penelusuran terhadap adanya gangguan neurologis seperti
penyakit serebrovaskular. Gangguan bipolar juga dipengaruhi oleh beberapa
faktor, meliputi genetik, biokimiawi, psikodinamik dan lingkungan.
d. Genetik
Gangguan bipolar, terutama BP I, memiliki komponen genetik utama.
Bukti yang mengindikasikan adanya peran dari faktor genetik dari gangguan
bipolar terdapat beberapa bentuk, antara lain :
Hubungan keluarga inti dengan orang yang menderita BP I diperkirakan 7
kali lebih sering mengalami BP I dibandingkan populasi umum. Perlu digarisbawahi, keturunan dari orang tua yang menderita gangguan bipolar memiliki
kemungkinan 50 % menderita gangguan psikiatrik lain.
Penelitian pada orang yang kembar menunjukkan hubungan 33 90 %
menderita BP I dari saudara kembar yang identik.
pengaturan mood. Gen yang mengatur BDNF terletak pada kromosom 11p13.
Terdapat 3 penelitian yang mencari tahu hubungan antara BDNF dengan
gangguan bipolar dan hasilnya positif.
e. Neurotransmiter
Neurotransmiter yang berpengaruh pada terjadinya gangguan bipolar
adalah dopamin, norepinefrin, serotonin, GABA, glutamat dan asetilkolin. Selain
itu, penelitian-penelitian juga menunjukksan adanya kelompok neurotransmiter
lain yang berperan penting pada timbulnya mania, yaitu golongan neuropeptida,
termasuk endorfin, somatostatin, vasopresin dan oksitosin. Diketahui bahwa
neurotransmiter-neurotransmiter ini, dalam beberapa cara, tidak seimbang
(unbalanced) pada otak individu mania dibanding otak individu normal.
-
Dopamine
Walaupun norepinephrine dan serotonin adalah amina biogenic paling
Norepinephrine
Korelasi
yang
disarankan
oleh
penelitian
ilmu
dasar
antara
bagian yang paling menarik data tunggal yang menunjukkan suatu peran
langsung untuk sistem noradrenergic dalam depresi. Bukti lain telah mencakup
presynaptic 2-receptors dalam depresi, karena pengaktifan reseptor ini
mengakibatkan
depresi.
-
Serotonin
Neuron serotonergik berproyeksi dari nukleus rafe dorsalis batang otak ke
GABA
- asam Aminobutyric ( GABA) memiliki suatu efek yang bersifat
Acetilcolin
seseorang menderita bipolar maka risiko penyakit akan lebih berat, kronik bahkan
refrakter.
Episode manik dibagi menjadi 3 menurut derajat keparahannya yaitu hipomanik,
manik tanpa gejala psikotik, dan manik dengan gejala psikotik. Hipomanik dapat
diidentikkan dengan seorang perempuan yang sedang dalam masa ovulasi (estrus) atau
seorang laki-laki yang dimabuk cinta. Perasaan senang, sangat bersemangat untuk
beraktivitas, dan dorongan seksual yang meningkat adalah beberapa contoh gejala
hipomanik. Derajat hipomanik lebih ringan daripada manik karena gejala- gejala
tersebut tidak mengakibatkan disfungsi sosial.
Pada manik, gejala-gejalanya sudah cukup berat hingga mengacaukan hampir
seluruh pekerjaan dan aktivitas sosial. Harga diri membumbung tinggi dan terlalu
optimis. Perasaan mudah tersinggung dan curiga lebih banyak daripada elasi. Tanda
manik lainnya dapat berupa hiperaktifitas motorik berupa kerja yang tak kenal lelah
melebihi batas wajar dan cenderung non-produktif, euphoria hingga logorrhea (banyak
berbicara, dari yang isi bicara wajar hingga menceracau dengan 'word salad'), dan
biasanya disertai dengan waham kebesaran, waham kebesaran ini bisa sistematik dalam
artian berperilaku sesuai wahamnya, atau tidak sistematik, berperilaku tidak sesuai
dengan wahamnya. Bila gejala tersebut sudah berkembang menjadi waham maka
diagnosis mania dengan gejala psikotik perlu ditegakkan.
E. DIAGNOSIS DAN KLASIFIKASI
Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual (DSM) IV, gangguan bipolar
dibedakan menjadi 2 yaitu gangguan bipolar I dan II. Gangguan bipolar I atau tipe klasik
ditandai dengan adanya 2 episode yaitu manik dan depresi, sedangkan gangguan bipolar
II ditandai dengan hipomanik dan depresi. PPDGJ III membaginya dalam klasifikasi
yang berbeda yaitu menurut episode kini yang dialami penderita.
F31 Gangguan Afektif Bipolar
Gangguan ini tersifat oleh episode berulang (sekurang-kurangnya dua episode)
dimana Afek pasien dan tinggkat aktivitasnya jelas terganggu, pada waktu tertentu terdiri
dari peningkatan afek disertai penambahan energi dan aktivitas (mania atau hipomania),
dan pada watu lain berupa penurunan afek disertai pengurangan energi dan ativitas
(depresi).
o Yang khas adalah bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar episode.
Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan langsung antara 2 minggu
sampai 4-5 buan, episode depresi cenderung berlangsung lebih lama (rata-rata
seitar 6 bulan) meskipun jarang melebihi 1 tahun kecuali ada orang usia anjut.
Kedua macam episode itu seringkai terjadi setelah peristiwa hidup yang penuh
stres atau trauma mental lain (adanya stres tidak esensial untuk penegakkan
diagnosis. Termasuk : gangguan atau psikosis manik-depresif tidak termasuk :
gangguan bipolar, episode manik tunggal (F 30).
Tabel 1. Pembagian Gangguan Afektif Bipolar Berdasarkan PPDGJ III (F31)
F31.0
F31.1
F31.2
F31.3
F31.4
F31.5
F31.6
F31.7
F31.8
F31.9
onset, dan prognosis jangka panjang) pasien yang mempunyai juga episode depresi
sekali-sekali, maka pasien itu digolongkan sebagai bipolar.
F31.0 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini hipomanik
Pedoman diagnostik
a.
b.
dan,
Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau
campuran di masa lampau.
F31.1 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik tanpa Gejala Psikotik
Pedoman diagnostik
a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania tanpa gejala
psikotik (F30.1) dan,
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau
campuran di masa lampau.
F31.2 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik dengan Gejala Psikotik
Pedoman diagnostik
a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan gejala
psikotik (F30.2) dan,
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau
campuran di masa lampau.
F31.3 Gangguan Afektif Bipolar, episode kini Depresif Ringan atau Sedang
Pedoman diagnostik
Untuk mendiagnosis pasti :
a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif
ringan (F32.0) ataupun sedang (F32.1), dan
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau
campuran di masa lampau.
Karakter kelima dapat digunakan untuk menentukan ada atau tidaknya gejala somatic
dalam episode depresif yang sedang berlangsung.
F31.4 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat tanpa Gejala
Psikotik
Pedoman diagnostic
Untuk mendiagnosis pasti :
a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat
tanpa gejala psikotik (F32.2), dan
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau
campuran di masa lampau.
F31.5 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat dengan Gejala
Psikotik
Pedoman diagnostik
Untuk mendiagnosis pasti :
a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat
dengan gejala psikotik (F32.3), dan
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau
campuran di masa lampau.
Jika dikehendaki, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak
serasi dengan afeknya.
F31.6 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Campuran
Pedoman diagnostic
a. Episode yang sekarang menunjukkan gejala-gejala manik, hipomanikdan
depresif
yangtercampur
atau
bergantian
dengan
cepat
(gejala
PENATALAKSANAAN
Berbahaya untuk diri sendiri : Pasien yang terutama dengan episode depresif,
dapat terlihat dengan resiko yang signifikan untuk bunuh diri. Percobaan bunuh
diri yang serius dan ideasi spesifik dengan rencana menghilangkan bukti,
memerlukan observasi yang ketat dan perlindungan pencegahan. Namun, bahaya
bagi penderita bisa datang dari aspek lain dari penyakit, contohnya seorang
penderita depresi yang tidak cukup makan beresiko kematian, sejalan dengan itu,
penderita dengan manic yang ekstrim yang tidak mau tidur atau makan mungkin
mengalami kelelahan yang hebat.
-
Tidak dapat diarahkan sama sekali : Hal ini benar-benar terjadi selama episode
manic. Dalam situasi ini, perilaku penderita sangat di luar batas, mereka
menghancurkan karir dan berbahaya bagi orang di sekitarnya.
Kondisi medis yang harus dimonitor : Contohnya penderita gangguan jiwa yang
disertai gangguan jantung harus berada di lingkungan medi, dimana obat
psikotropik dapat dimonitor dan diobservasi.
Secara umum, penderita ini memiliki gejala yang berat namun memiliki tingkat
pengendalian dan lingkungan hidup yang stabil. Contohnya, penderita dengan
depresi berat yang berpikir akan bunuh diri tapi tidak berencana untuk
melakukannya dan dapat memiliki tingkat motivasi yang tinggi bila diberi
banyak dukungan interpersonal, terutama sepanjang hari dan dengan bantuan dan
keterlibatan dari keluarga. Keluarga harus selalu berada di rumah setiap
malamdan harus peduli terhadap penderita. Rawat inap parsial juga
menjembatani untuk bisa segera kembali bekerja. Kembali secara langsung ke
pekerjaan seringkali sulit bagi penderita dengan gejala yang berat, dan rawat inap
parsial memberi dukungan dan hubungan interpersonal.
Pertama, lihat stresornya dan cari cara untuk menanganinya. Stres ini bisa berasal
dari keluarga atau pekerjaan, namun bila terakumulasi, mereka mendorong
penderita menjadi manic atau depresi. Hal ini merupakan bagian dari psikoterapi.
Ketiga, membangun dan memelihara sekumpulan orang yang peduli. Hal ini
merupakan satu dari banyak alasan bagi para praktisi setuju dengan ambivalensi
penderita tentang pengobatan. Seiring perjalanan waktu, kekuatan sekumpulan
orang yang peduli membantu mempertahnkan gejala penderita dalam keadaan
minimum dan membantu penderita tinggal dan diterima di masyarakat.
Keempat, aspek yang melibatkan edukasi. Klinisi harus membantu edukasi bagi
penderita dan keluarga tentang penyakit bipolar. Mereka harus sadar dan
waspada terhadap bahaya penyalahgunaan zat, situasi yang mungkin memicu
kekambuhan, dan peran pengobatan yang penting. Dukungan kelompok bagi
penderita dan keluarga memiliki arti penting yang sangat luar biasa.
2. Terapi
a) Terapi Farmakologi
Fluoxetin (prozac) telah digunakan dengan suatu keberhasilan pada remaja
dengan gangguan depresif barat. Karena beberapa anak dan remaja yang menderita
depresif akan mengalami gangguan bipolar, klinisi harus mencatat gejala hipomanik
yang mungkin terjadi selama pemakaian fluoxetin dan anti depresan lain. Pada kasus
regimen lini pertama. Salah satu kelebihan valproat adalah memberikan respon yang
baik pada kelompok rapid cycler. Penderita bipolar digolongkan rapid cycler bila
dalam 1 tahun mengalami 4 atau lebih episode manik atau depresi. Efek terapeutik
tercapai pada kadar optimal dalam darah yaitu 60-90 mg/L. Efek samping dapat
timbul ketika kadar melebihi 125 mg/L, di antaranya mual, berat badan meningkat,
gangguan fungsi hati, tremor, sedasi, dan rambut rontok. Dosis akselerasi valproat
yang dianjurkan adalah loading dose 30 mg/kg pada 2 hari pertama dilanjutkan
dengan 20 mg/kg pada 7 hari selanjutnya. Pencarian obat alternatif terus diupayakan.
Salah satunya adalah lamotrigine.
Lamotrigine merupakan antikonvulsan yang digunakan untuk mengobati
epilepsi. Beberapa studi acak, buta ganda telah menyimpulkan, lamotrigine efektif
sebagai terapi akut pada gangguan bipolar episode kini depresi dan kelompok rapid
cycler. Sayangnya, lamotrigine kurang baik pada episode manik.
1) Litium
Indikasi:
Episode mania akut, depresi, mencegah bunuh diri, dan bermanfaat sebagai terapi
rumatan GB.
Dosis:
Respons litium terhadap mania akut dapat dimaksimalkan dengan menitrasi dosis
hingga mencapai dosis terapeutik yang berkisar antara 1,0-1,4 mEq/L. Perbaikan
terjadi dalam 7-14 hari.Dosis awal yaitu 20 mg/kg/hari. Dosis untuk mengatasi
keadaan akut lebih tinggi bila dibandingkan dengan untuk terapi rumatan. Untuk
terapi rumatan, dosis berkisar antara 0,4-0,8 mEql/L. Dosis kecil dari 0,4 mEq/L,
tidak efektif sebagai terapi rumatan. Sebaliknya, gejala toksisitas litium dapat
terjadi bila dosis 1,5 mEq/L.
2. Valproat.
Valproat efektif untuk mania akut, campuran akut, depresi mayor
akut, terapi rumatan
dengan litium, siklus cepat, GB pada anak dan remaja, serta GB pada lanjut
usia. Asam valproat meningkatkan aksi GABA dengan cara meningkatkan
pelepasan, mengurangi reuptake atau memperlambat metabolismenya.
Lokasi tepat bekerja sehingga meningkatkan GABA belum diketahui
dengan pasti. Sebagai mood stabilizer, valproat lebih bersifat maniaminded atau treat and stabilize from above.
Dosis terapeutik untuk mania dicapai bila konsentrasi valproat dalam
serum berkisar antara 45 -125 ug/mL. Untuk GB II dan siklotimia
diperlukan divalproat dengan konsentrasi plasma 50 ug/mL. Dosis awal
untuk mania dimulai dengan 15-20 mg/kg/hari atau 250 500 mg/hari dan
dinaikkan setiap 3 hari hingga mencapai konsentrasi serum 45- 125 ug/mL.
Efek samping, misalnya sedasi, peningkatan nafsu makan, dan penurunan
leukosit serta trombosit dapat terjadi bila konsentrasi serum 100 ug/mL.
Untuk terapi rumatan, konsentrasi valproat dalam plasma yang dianjurkan
adalah antara 75-100 ug/mL.
3. Lamotrigin
Efektif untuk mengobati episode depresi, GB I dan GB II, baik akut
maupun rumatan. Lamotrigin juga efektif untuk GB, siklus cepat. Lamotrigin
bertindak secara efektif penstabil mood, menurut penelitian 2007 lamotrigin
dapat mengobati depresi bipolar tanpa memicu mania, hypomania. Dosis 50200 mg/hari. Lamotrigin bekerja dengan memblok alpha subunit dari voltage
sensitive sodium channels. Lamotrigin juga diperkirakan menghambat
pelepasan excitatory neurotransmitter glutamate, terutama bila berlebihan
seperti pada bipolar depresi. Lamotrigin disetujui sebagai penyetabil mood
untuk mencegah relaps mania dan depresi.
4. Carbamazepin
Carbamazepine bekerja dengan mengikat alpha subunit voltage sensitive
sodium channels (VSSCs) dan mungkin juga bekerja pada kalsium dan potasium
lainnya. Dengan mengikat voltage sensitive channels, carbamazepin akan
mengikatkan inhibitory actions dari gamma-aminobutyric acid (GABA). Dosis
400-600 mg/h, 2-3 x/h.
Antipsikotika Atipik
1) Risperidon
Dosis:
Untuk preparat oral, risperidon tersedia dalam dua bentuk sediaan yaitu tablet dan cairan.
Dosis awal yang dianjurkan adalah 2 mg/hari dan besoknya dapat dinaikkan hingga
mencapai dosis 4 mg/hari. Sebagian besar pasien membutuhkan 4-6 mg/hari. Risperidon
injeksi jangka panjang (RIJP) dapat pula digunakan untuk terapi rumatan GB. Dosis yang
dianjurkan untuk orang dewasa atau orang tua adalah 25 mg setiap dua minggu. Bila tidak
berespons dengan 25 mg, dosis dapat dinaikkan menjadi 37,5 mg - 50 mg per dua minggu.
Indikasi:
Risperidon bermanfaat pada mania akut dan efektif pula untuk terapi rumatan
2) Olanzapin
Indikasi:
Olanzapin mendapat persetujuan dari FDA untuk bipolar episode akut mania dan campuran.
Selain itu, olanzapin juga efektif untuk terapi rumatan GB.
Dosis:
Quetiapin.
Dosis:
Kisaran dosis pada gangguan bipolar dewasa yaitu 200-800 mg/hari. Tersedia dalam bentuk
tablet IR (immediate release) dengan dosis 25 mg, 100 mg, 200 mg, dan 300 mg, dengan
pemberian dua kali per hari. Selain itu, juga tersedia quetiapin-XR dengan dosis 300 mg,
satu kali per hari.
Indikasi:
Quetiapin efektif untuk GB I dan II, episdoe manik, depresi, campuran, siklus cepat, baik
dalam keadaan akut maupun rumatan.
4)
Aripiprazol
Dosis:
Aripiprazol tersedia dalam bentuk tablet 5,10,15,20, dan 30 mg. Kisaran dosis efektifnya
per hari yaitu antara 10-30 mg. Dosis awal yang direkomendasikan yaitu antara 10 - 15 mg
dan diberikan sekali sehari. Apabila ada rasa mual, insomnia, dan akatisia, dianjurkan untuk
menurunkan dosis. Beberapa klinikus mengatakan bahwa dosis awal 5 mg dapat
meningkatkan tolerabilitas.
Indikasi:
Aripiprazol efektif pada GB, episode mania dan episode campuran akut. Ia juga efektif
untuk terapi rumatan GB. Aripiprazol juga efektif sebagai terapi tambahan pada GB I,
episode depresi.
Antidepresan
Antidepresan efektif untuk mengobati GB, episode depresi. Penggunaannya harus
dalam jangka pendek. Penggunaan jangka panjang berpotensi meginduksi hipomania atau
mania. Untuk menghindari terjadinya hipomania dan mania, antidepresan hendaklah
dikombinasi dengan stabilisator mood atau dengan antipsikotika atipik
Intervensi Psikososial
Intervensi psikososial meliputi berbagai pendekatan misalnya, cognitive behavioral
therapy (CBT), terapi keluarga, terapi interpersonal, terapi kelompok, psikoedukasi, dan
berbagai bentuk terapi psikologi atau psikososial lainnya. Intervensi psiksosial sangat perlu
untuk mempertahankan keadaan remisi.
Nama Obat
Nama Dagang
Sediaan
Dosis
1.
Lithium carbonat
Frimania
Tab 200-300-400-500mg
250-500 mg
2.
Holaperidol
Haloperidol
Tab 0,5-1,5-5 mg
4,5-15mmg/h
Haldol
Tab 0,5-25 mg
5 mg (im) setiap 2
Serenace
Liq 2 mg/ml
3.
Cabamazepine
Tegretol
Amp 5 mg/cc
Tab 200 mg
400-600 mg/h
4.
Valproic Acid
Bamgetol
Depakene
Caplet 200 mg
Syr.200 mg/5 ml
2-3 x/h
3x250 mg
5.
Divalproex
Depakote
Tab 250 mg
3x250 mg/h
dengan
fase
depresi
harus
didukung
untuk
melakukan
olahraga/aktivitas fisik. Jadwal aktivitas fisik yang reguler harus dibuat. Baik aktivitas
fisik dan jadwal yang reguler meupakan kunci untuk bertahan dari penyakit ini. Namun,
bila aktivitas fisik ini berlebihan dengan peningkatan perspirasi dapat meningkatkan
kadar litium serum dan menyebabkan toksisitas litium.
Edukasi Penderita
Pengobatan penderita gangguan bipolar melibatkan edukasi penderita awal dan
lanjutan. Tujuan edukasi harus diarahkan tidak hanya langsung pada penderita, namun
juga melalui keluarga dan sistem disekitarnya. Lagipula, fakta menunjukkan
peningkatan dari tujuan edukasi ini, tidak hanya meningkatkan ketahanan dan
pengetahuan mereka tentang penyakit, namun juga kualitas hidupnya.
-
Pertama, penjelasan biologis tentang penyakit harus jelas dan benar. Hal ini
mengurangi perasaan bersalah dan mempromosikan pengobatan yang adekuat.
Kelompok pengobatan yang adekuat tinggal suatu bagian yang penting dari
perawatan dan edukasi.
F. PENCEGAHAN
Prevensi merupakan kunci dari terapi jangka panjang dari gangguan
bipolar. Hal ini mencakup beberapa hal sebagai berikut :
G. KOMPLIKASI
Komplikasi dari gangguan ini antara lain bunuh diri, pembunuhan, dan adiksi.
H. PROGNOSIS
Pada kasus mengarah ke buruk
Prognosis Buruk
Akut
Onset terjadi pada usia muda
Riwayat kerja yang buruk
Penyalahgunaan alcohol
Gambaran psikotik
Gambaran depresif diantara episode
Prognosis Baik
Fase manic (dalam durasi pendek)
Onset terjadi pada usia yang lanjut
Pemikiran untuk bunuh diri yang rendah
Gambaran psikotik yang rendah
Masalah kesehatan (organik) yang rendah.
Penyalahgunaan alkohol
Gambaran psikotik
BAB III
KESIMPULAN
Gangguan alam perasaan adalah suatu kondisi klinis yang ditandai oleh hilangnya
kendali perasaan akibat pengalaman subjektif yang berhubungan dengan penderitaan
berat. Gangguan bipolar adalah gangguan pada fungsi otak yang menyebabkan
perubahan yang tidak biasa pada suasana perasaan, dan proses berfikir. Faktor risiko
gangguan bipolar multifaktor dan menncakup : ras, usia, jenis kelamin, genetik,
neurotransmiter, psikodinamik, lingkungan.
Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual (DSM) IV, gangguan bipolar
dibedakan menjadi 2 yaitu gangguan bipolar I dan II. Gangguan bipolar I atau tipe klasik
ditandai dengan adanya 2 episode yaitu manik dan depresi, sedangkan gangguan bipolar
II ditandai dengan hipomanik dan depresi. PPDGJ III membaginya dalam klasifikasi
yang berbeda yaitu menurut episode kini yang dialami penderita.
Walaupun banyak penelitian telah berusaha untuk menemukan perbedaan yang
dapat dipercaya antara episode depresif gangguan bipolar dan episode gangguan
depresif, perbedaan tersebut sulit ditemukan. Di dalam situasi klinis, hanya riwayat
penyakit pasien, riwayat keluarga, dan perjalanan penyakit di masa mendatang dapat
membantu membedakan kedua kondisi tersebut.
Pengobatan dari gangguan bipolar secara langsung terkait pada fase dari
episodenya, seperti depresi atau manik, dan derajat keparahan fase tersebut. Pengobatan
yang tepat tergantung pada stadium gangguan bipolar yang dialami penderita. Pilihan
obat tergantung pada gejala yang tampak, seperti gejala psikotik, agitasi, agresi, dan
gangguan tidur. Antipsikosis atipikal semakin sering digunakan untuk episode manik
akut dan sebagai mood stabilizer. Antidepresan dan ECT juga dapat digunakan untuk
episode
depresi
akut
(contoh,
depresi
berat).
Selanjutnya,
terapi
Dorland, W.A Newman. Kamus Kedokteran Dorland edisi kedua puluh sembilan.
Jakarta: EGC. 2002.
Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri
Klinis Jilid Dua. Jakarta. Binarupa Aksara. 2010.
Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri
Klinis Jilid Satu. Jakarta. Binarupa Aksara. 2010
Depkes RI Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis
Gangguan Jiwa di Indonesia III. Jakarta. Departemen Kesehatan. 1993.
David A. Tomb, Buku Saku Psikiatri, Edisi 6, , Jakarta : EGC, 2003.
Maslim R, Skizofrenia, Gangguan Skizotipal dan Ganggguan Waham, dalam Buku Saku
Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ III, Jakarta, 2003