Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Klasifikasi
Stable Angina
Juga disebut angina klasik. Terjadi sewaktu arteri koroner yang aterosklerotik tidak dapat
berdilatasi untuk meningkatkan aliran darah saat terjadi peningkatan kebutuhan oksigen.
Peningkatan kerja jantung dapat menyertai aktifitas fisik seperti berolah raga,
naiktangga, atau bekerja keras. Pajanan dingin, terutama bila disertai bekerja seperti
menyekop salju. Stres mental termasuk stress yang terjadi akibat rasa marah serta tugas
mental seperti berhitung, dapat mencetuskan angina klasik. Nyeri pada angina jenis ini,
biasanya menghilang, apabila individu yang bersangkutan menghentikan aktivitasnya.
Unstable Angina
Merupakan jenis angina yang sangat berbahaya dan membutuhkan penanganan segera.
Dijumpai pada individu dengan penyakit arteri koroner yang memburuk. Angina ini
biasanya menyertai peningkatan beban kerja jantung. Hal ini tampaknya terjadi akibat
aterosklerosis koroner, yang ditandai perkembangan thrombus yang mudah mengalami
spasme. Terjadi spasme sebagai respon terhadap peptida vasoaktif yang dikeluarkan
trombosit
yang
pertumbuhan
tertarik
thrombus,
ke
area
frekuensi
yang
dan
mengalami
keparahan
kerusakan.
serangan
Seiring
angina
dengan
tidak
stabil
Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis perlu diketahui riwayat penyakit yang
dapat diperoleh dari anamnesis.
Sakit dada yang timbul mempunyai ciri khas yaitu :
1. Trmbul pada waktu aktivitas dan menghilang dengan istirahat.
2. Kualitas rasa sakit dada seperti ditekan benda berat (Pressure Like),
perasaant ercekik,r asap anasd i dada atau kadang-kadangp erasaan
Letak
Seringkali pasien merasakan adanya sakit dada di daerah sternum atau di bawah sternum
(substernal), atau dada sebelah kiri dan kadang-kadang menjalar ke lengan kiri, ke punggung, rahang
atau leher. Sakit dada juga dapat timbul di tempat lain seperti di daerah epigartrium, gigi dan bahu
Pada angina, sakit dada biasanya seperti tertekan benda berat (pressure like), diperas (squeezing),
terasa panas (burning), kadang-kadang hanya perasaan tidak enak di dada (chest discomfort) karena
pasien tidak dapat menjelaskan sakit dada tersebut dengan baik, lebih-lebih bila pendidikan pasien
rendah.
Sakit dada pada angina pektoris biasanya timbul pada waktu melakukan aktivitas, misalnya sedang
berjalan cepat, tergesa-gesa, atau sedang menaiki tangga. Aktivitas ringan seperti mandi, menggosok
gigi, makan terlalu kenyang atau emosi juga dapat menimbulkan angina pektoris. Sakit dada tersebut
segera hilang bila pasien menghentikan aktivitasnya. Serangan angina pektoris dapat timbul pada
waktu istirahat atau pada waktu tidur malam.
Serangan sakit dada biasanya berlangsung 1 sampai 5 menit, walaupun perasaan tidak enak di dada
masih dapat dirasakan setelah sakit dada hilang. Bila sakit dada berlangsung lebih dari 20 menit,
kemungkinan pasien mendapat serangan infark miokard akut dan bukan disebabkan angina pektoris
biasa.
Pada pasien angina pektoris, dapat pula timbul keluhan lain seperti sesak napas, perasaan
lelah, kadang-kadang sakit dada disertai keringat dingin.
Dengan anamnese yang baik dan teliti sudah dapat disimpulkan mengenai tinggi
rendahnya kemungkinan penderita tersebut menderita angina pectoris stabil atau kemungkinan suatu
angina pectoris tidak stabil. Setelah semua deskriptif nyeri dada tersebut didapat, pemeriksa
membuat kesimpulan dari gabungan berbagai komponen tersebut. Kesimpulan yang didapat
digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu angina yang tipikal, angina yang atipikal atau nyeri dada
bukan karena jantung. Angina termasuk tipikal bila : rasa tidak enak atau nyeri dirasakan dibelakang
sternum dengan kualitas dan lamanya yang khas, dipicu oleh aktivitas atau stress emosional, mereda
bila istirahat atau diberi nitrogliserin.
Angina dikatakan atipikal bila hanya memenuhi 2 dari 3 kreteria diatas. Nyeri dada
dikatakan bukan berasal dari jantung bila tidak memenuhi atau hanya memenuhi 1 dari tiga kreteria
tersebut.
Pemfis
Pemeriksaan fisik yang lazim dilakukan adalah pemeriksaan tanda vital yang meliputi
pemeriksaan tensi, nadi, suhu dan pernafasan, dan pemeriksaan fisik jantung yang
meliputi inspeksi, perkusi, palpasi, dan auskultasi
Pemeriksaan fisik biasanya normal pada penderita angina pectoris. Tetapi pemeriksaan
fisik yang dilakukan saat serangan angina dapat memberikan informasi tambahan yang
berguna. Adanya gallop, mur-mur regurgitasi mitral, split S2 atau ronkhi basah basal
yang kemudian menghilang bila nyerinya mereda dapat menguatkan diagnosa PJK. Halhal lain yang bisa didapat dari pemeriksaan fisik adalah tanda-tanda adanya faktor
resiko, misalnya tekanan darah tinggi.
Pemerilcaan fisik pada penderita angina pektoris sering masih dalam
batas-batas normal. Biasanya yang ditemukan pada pemeriksaan fisik
adalah penyakit yang merupakan faktor predisposisi dari angina pektoris.
Kadang-kadang ditemui adanya earlobec rea* yaitu adanya alur pada
daerahc uping telinga.P adaw aktu serangand apat didengarb ising sistolik,
bunyi jantung ketiga atau.keempadt alam posisil aterald ekubitus kiri.
Pemeriksaan penunjang
Elektrokardiogram
Gambaran elektrokardiogram (EKG) yang dibuat pada waktu istirahat dan bukan pada
waktu serangan angina seringkali masih normal. Gambaran EKG kadang kadang
menunjukkan bahwa pasien pernah mendapat infark miokard di masa lampau. Kadang
kadang EKG menunjukkan pembesaran ventrikel kiri pada pasien hipertensi dan angina.
Kadang kadang EKG menunjukkan perubahan segmen ST dan gelombang T yang tidak
khas. Pada waktu serangan angina, EKG akan menunjukkan adanya depresi segmen ST
dan gelombang T dapat menjadi negatif.
Foto Rontgen Dada
Foto rontgen dada seringkali menunjukkan bentuk jantung yang normal, tetapi pada
pasien hipertensi dapat terlihat jantung yang membesar dan kadang kadang tampak
adanya klasifikasi arkus aorta.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak begitu penting dalam diagnosis angina pektoris.
Walaupun demikian untuk menyingkirkan diagnosis infark jantung akut maka sering
dilakukan pemeriksaan enzim CPK, SGOT atau LDH. Enzim tersebut akan meninggi pada
infark jantung akut sedangkan pada angina kadarnya masih normal. Pemeriksaan lipid
darah seperti kadar kolesterol, HDL, LDL dan trigliserida perlu dilakukan untuk
menemukan faktor resiko seperti hiperlipidemia dan pemeriksaan gula darah perlu
dilakukan untuk menemukan diabetes melitus yang juga merupakan faktor resiko bagi
pasien angina pektoris.
Pemeriksaan Troponin T atau I dan pemeriksaan CK-MB telah diterima sebagai pertanda
paling penting dalam diagnosis sindrom koroner akut. Menurut European Society of
Cardiology (ESC) dan ACC dianggap ada nekrosis bila ada Troponin T atau I positif dalam
24 jam. Troponin tetap positif sampai 2 minggu.
CK-MB kurang spesifik untuk diagnosis karena juga ditemukan di otot skeletal, tapi
berguna untuk diagnosis infark akut dan akan meningkat dalam beberapa jam dan
kembali normal dalam 48 jam.
Uji Latihan Jasmani
Karena pada angina pektoris gambaran EKG seringkali masih normal, maka seringkali
perlu dibuat suatu uji latihan jasmani. Pada uji tersebut dibuat EKG pada waktu istirahat
lalu pasien disuruh melakukan latihan dengan alat treadmill, atau sepeda ergometer
sampai pasien mencapai kecepatan jantung maksimal atau submaksimal, dan selama
latihan EKG dimonitor demikian pula setelah selesai EKG terus dimonitor. Tes dianggap
positif bila didapatkan depresi segmen ST sebesar 1 mm atau lebih pada waktu latihan
atau sesudahnya. Lebih lebih bila di samping depresi segmen ST juga timbul rasa sakit
dada seperti pada waktu serangan, maka kemungkinan besar pasien memang menderita
angina pektoris.
Test exercise tidak perlu dilakukan untuk diagnostik pada wanita dengan nyeri dada non
anginal karena kemungkinan penyakit jantung koroner sangat rendah, sedangkan pada
laki-laki dengan angina tipikal perlu dilakukan untuk menentukan penderita dengan
resiko tinggi dimana sebaliknya perlu dibuat arteriografi koroner. Penderita dengan
angina atau perubahan iskemik dalam EKG pada tingkat exercise yang rendah biasanya
penderita yang mencapai beban kamsimum yang rendah biasanya menderita kelainan
pembuluh darah yang multipel dan bermanfaat bila dilakukan bedah koroner. Bila
tekanan darah turun waktu exercise perlu dicurigai adanya obstruksi pada pembuluh
darah utama kiri yang juga merupakan indikasi untuk pembedahan. Penderita dengan
angina atipikal terutama wanita sering memberi hasil false positif yang tinggi. Sedangkan
hasil test yang negatif pada angina atipikal dan non-angina besar kemungkinannya tidak
ada kelainan koroner. Bila hasil exercise test meragukan perlu dilakukan pemeriksaan
radionuklir karena jarang sekali didapatkan hasil false positif.
Di tempat yang tidak mempunyai treadmill, test latihan jasmani dapat dilakukan dengan
cara Master, yaitu latihan dengan naik turun tangga dan dilakukan pemeriksaan EKG
sebelum dan sesudah melakukan latihan tersebut.
Thallium Exercise Myocardial Imaging
Pemeriksaan ini dilakukan bersama sama uji latihan jasmani dan dapat menambah
sensitivitas dam spesifitas uji latihan. Thallium 201 disuntikkan secara intravena pada
puncak latihan, kemudian dilakukan pemeriksaan scanning jantung segera setelah
latihan dihentikan dan diulang kembali setelah pasien istirahat dan kembali nomal. Bila
ada iskemia maka akan tampak cold spot pada daerah yang menderita iskemia pada
waktu latihan dan menjadi normal setelah pasien istirahat. Pemeriksaan ini juga
menunjukkan bagian otot jantung yang menderita iskemia.
Penyadapan Jantung
Penyadapan jantung untuk membuat arteriografi koroner merupakan salah satu
pemeriksaan yang paling penting, baik untuk diagnosis penyakit jantung koroner
maupun untuk merencanakan penatalaksanaan selanjutnya. Pada pasien angina pektoris
dapat dilakukan pemeriksaan arteriografi koroner secara selektif, baik untuk tujuan
diagnostik untuk konfirmasi adanya penyempitan pembuluh koroner, maupun untuk
merencanakan langkah selanjutnya pada pasien angina, apakah perlu dilakukan tindakan
intervensi atau tindakan operasi bypass. Pada arteriografi koroner akan tampak
penyempitan pembuluh koroner, letaknya penyempitan, beratnya penyempitan maupun
banyaknya pembuluh darah yang menyempit.
Indikasi arteriografi koroner ialah :
- Angina pektoris
- Infark jantung
B
Antagosis kalsium atau nitrat jangka panjang dan kombinasinya untuk tambahan beta
blocker apabila ada kontraindikasi penyekat beta, atau efek samping tak dpat ditolerir
atau gagal.
Klopidogrel untuk pengganyi aspirin yang terkontraindikasi mutlak.
Antagonis Ca nonnhidropiridin long acting sebagai pengganti penyekat beta untuk terapi
permulaan. 2.
Non Farmakologis Disamping pemberian oksigen dan istirahat pada waktu datangnya
serangan angina misalnya, maka hal-hal yang telah disebut diatas seperti perubahan life
style (termasuk berhentu merokok dan lain-lain), penurunan BB penyesuaian diet,
olahraga teratur dan lain-lain, merupakan terapi non farmakologis yang dianjurkan.
Semuanya ini termasuk pula perlunya pemakaian obat secra terus-menerus sesuia yang
disarankan oleh dokter dan mengontrol faktor risiko, serta tidak perlu mengikutsertakan
keluarganya dalam pengobatan pasien, dapat dimasukkan juga ke dalam edukasi
Penatalaksanaan
Tujuan utama pengobatan adalah mencegah kematian dan terjadinya serangan jantung (infark). Sedangkan yang
lainnya adalah mengontrol serangan angina sehingga memperbaiki kualitas hidup. Pengobatan terdiri dari
farmakologis dan non farmakologis seperti pennurunan BB dan lain-lain, termasuk terapi repefusi dengan cara
intervensi atau bedah pintas (CBAG). Bila ada 2 cara terapi yang sama efektif mengontrol angina maka yang
dipilih adalah terapi yang terbukti lebih efektif mengurangi serangan jantung dan mencegah kematian. Pada
stenosis LM misalnya, bedah pintas koroner lebih dipilih karena lebih efektif mencegah kematian.
Memang kebanyakan terapi farmakologis adalah untuk segera mengontrol angina dan memperbaiki kualitas
hidup, tetapi belakangan telah terbukti adanya terapi farmakologis yang mencegah serangan jantung dan
kematian. 1.
Farmakologis
Angina
Penyekat beta
Pemakaian obat-obatan untuk penurunan LDL pada pasien-pasien dengan LDL> 130 mg/dL (target
<100 mg/dL)
Antagosis kalsium atau nitrat jangka panjang dan kombinasinya untuk tambahan beta blocker apabila
ada kontraindikasi penyekat beta, atau efek samping tak dpat ditolerir atau gagal.
Antagonis Ca nonnhidropiridin long acting sebagai pengganti penyekat beta untuk terapi permulaan.
Non Farmakologis Disamping pemberian oksigen dan istirahat pada waktu datangnya serangan angina
misalnya, maka hal-hal yang telah disebut diatas seperti perubahan life style (termasuk berhentu
merokok dan lain-lain), penurunan BB penyesuaian diet, olahraga teratur dan lain-lain, merupakan
terapi non farmakologis yang dianjurkan. Semuanya ini termasuk pula perlunya pemakaian obat secra
terus-menerus sesuia yang disarankan oleh dokter dan mengontrol faktor risiko, serta tidak perlu
mengikutsertakan keluarganya dalam pengobatan pasien, dapat dimasukkan juga ke dalam edukasi
Mencegah terjadinya infark miokard dan nekrosis, dengan demikian meningkatkan kuantitas
hidup.
Mengurangi symptom dan frekwensi serta beratnya ischemia, dengan demikian
meningkatkan kualitas hidup.
samping biasanya muncul bradikardi dan timbul blok atrioventrikuler. Obat penyekat
b.
untuk
symptom
antitrombotik
angina
pectoris,
disamping
juga
mempunyai
efek
mengurangi
dan
Terapi
Antitrombolitik,
obatnya
adalah
heparin
dan
warfarin.
Penggunaan
antitrombolitik dosis rendah akan menurunkan resiko terjadinya ischemia pada penderita
Ada berbagai cara lain yang diperlukan untuk menurunkan kebutuhan oksigen jantung
antara lain : pasien harus berhenti merokok, karena merokok mengakibatkan takikardia
dan naiknya tekanan darah, sehingga memaksa jantung bekerja keras. Orang obesitas
dianjurkan menurunkan berat badan untuk mengurangi kerja jantung. Mengurangi stress
untuk menurunkan kadar adrenalin yang dapat menimbulkan vasokontriksi pembulu
darah. Pengontrolan gula darah. Penggunaan kontra sepsi dan kepribadian seperti sangat
kompetitif, agresif atau ambisius.