Você está na página 1de 60

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemberian nutrisi secara seimbang pada anak harus dimulai sejak dalam

kandungan, yaitu dengan pemberian nutrisi yang cukup memadai pada ibu hamil.

Setelah lahir harus diupayakan pemberian ASI secara eksklusif, yaitu pemberian

ASI saja sampai anak berumur 6 bulan. Sejak berumur 6 bulan, anak diberikan

tambahan atau pendamping ASI (PASI). Pemberian PASI ini penting untuk

melatih kebiasaan makan yang baik dan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang

meningkat pada masa bayi dan prasekolah. Karena pada masa ini pertumbuhan

dan perkembangan yang terjadi adalah sangat pesat, terutama pertumbuhan otak

(Nursalam,dkk.2005).

Namun tidak selamanya nutrisi pada anak terpenuhi dengan seimbang.

Kondisi ini menimbulkan perbedaan keadaan gizi antara anak yang satu dengan

anak yang lain. Ada kalanya anak memiliki keadaan gizi lebih, keadaan gizi baik,

dan keadaan gizi buruk. Keadaan gizi baik akan dapat dicapai dengan pemberian

makanan yang seimbang bagi tubuh menurut kebutuhan. Sedangkan gizi lebih

atau gizi kurang terjadi bila pemberian makanan tidak seimbang menurut

kebutuhan anak.

Obesitas merupakan kelainan atau penyakit yang ditandai dengan

penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan (Damayanti, 2004). Secara

umum, kegemukan (obesitas) disebabkan


1 oleh tidak seimbangnya energi dari
2

makanan dengan kalori yang dikeluarkan. Kondisi ini akibat interaksi

beberapa faktor, yaitu keluarga, penggunaan energi, dan keturunan (yatim, 2005).

Terdapat 3 faktor yang berpengaruh terhadap berkembangnya obesitas,

yaitu genetik, lingkungan dan neuro (Juanita, 2004). Namun, berdasarkan hasil

penelitian Badan International Obeysitas Task Force (ITF) dari badan WHO

yang mengurusi anak yang kegemukan, 99% anak obesitas karena faktor

lingkungan, sedangkan yang dianggap genetik biasanya bukan genetik tetapi

akibat faktor lingkungan (Darmono, 2006). Faktor lingkungan ini dipengaruhi

oleh aktifitas dan pola makan orang tua anak, misal pola makan bapak dan ibunya

tidak teratur menurun pada anak, karena di lingkungan itu tidak menyediakan

makanan yang tinggi energi, bahkan aktifitas dalam keluarga juga mendukung

(Darmono, 2006).

Komplikasi dari anak – anak yang mengalami obesitas, bisa terjadi

diabetes tipe 2 yang resisten terhadap insulin, sindrom metabolisme, muncul

tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan tingkat blood lipid yang abnormal

(Fauzin, 2006).

Menurut Roskitt dan Clair yang dikutip oleh Subardja D, 2004, “obesitas

pada anak merupakan cikal bakal terjadinya penyakit degeneratif kardiovaskuler,

Diabetes Mellitus, dan penyakit degeneratif lainnya yang dapat timbul sebelum

atau setelah masa dewasa”.

Di Indonesia, angka kejadian obesitas terus meningkat, hal ini disebabkan

perubahan pola makan serta pandangan masyarakat yang keliru bahwa sehat

adalah identik dengan gemuk (Soetjiningsih, 1998). Kurangnya pengetahuan dan


3

salah persepsi tentang kebutuhan makanan dan nilai makanan juga merupakan

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi seseorang

(Budiyanto, 2004). Obesitas yang terjadi sebelum umur 5 tahun mempunyai

kecenderungan tetap gemuk pada waktu dewasa, dari pada yang terjadi

sesudahnya (Soetjiningsih, 1998).

Peningkatan prevalensi obesitas ini terjadi di Negara maju maupun

berkembang. Menurut Damayanti, 2004 prevalensi obesitas pada anak usia 6-17

tahun di Amerika Serikat dalam tiga dekade terakhir naik dari 7,6 – 10,8%

menjadi 13-14%. Sedangkan anak sekolah di Singapura naik dari 9% menjadi 19

%.

Mengutip Survey Kesehatan Nasional, di Indonesia prevalensi obesitas

pada balita juga naik. Prevalensi obesitas pada tahun 1992 sebanyak 1,26% dan

4,58% pada 1999. Sedangkan berdasarkan data RSU Dr.Soetomo Surabaya

bagian anak menyebutkan jumlah anak kegemukan (obesitas) 8% pada tahun

2004 dan menjadi 11,5% pada tahun 2005.

Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di KB-TKIT

Al-Hikmah Surabaya, dari 122 siswa didapatkan data anak yang mempunyai

status gizi Lebih (obesitas) sebanyak 21 orang atau 17,2%.

Melihat dari uraian di atas masalah yang terjadi adalah kejadian obesitas

pada anak dan balita terus meningkat, serta kurangnya pengetahuan orang tua

tentang pemberian makan kepada anak. Pengetahuan yang kurang ini dapat

menyebabkan perilaku yang salah dalam memberikan dan mengawasi pola makan

anaknya. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang “Hubungan antara
4

pengetahuan orang tua tentang pemberian makan kepada anak dengan

kejadian obesitas pada balita”.

1.2 Rumusan masalah

Apakah ada hubungan antara pengetahuan orang tua tentang pemberian makan

kepada anak dengan kejadian obesitas pada balita?

1.3 Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Untuk menganalisis hubungan antara pengetahuan orang tua tentang

pemberian makan kepada anak dengan kejadian obesitas pada balita.

1.3.2 Tujuan khusus

1.3.2.1 Mengidentifikasi pengetahuan orang tua dari balita yang obesitas dan balita

yang tidak obesitas di KB-TKIT Al-Hikmah Surabaya tentang pemberian

makan kepada anak

1.3.2.2 Mengidentifikasi kejadian obesitas pada balita di KB-TKIT Al-Hikmah

Surabaya

1.3.2.3 Menganalisis hubungan antara pengetahuan orang tua tentang pemberian

makan kepada anak dengan kejadian obesitas pada balita di KB-TKIT Al-

Hikmah Surabaya.

1.4 Manfaat penelitian

1.4.1 Bagi program kesehatan


5

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk

meningkatkan pembinaan dan pelatihan serta pioritas program dalam upaya

meningkatkan status gizi masyarakat dan penanggulangan kasus obesitas di

masyarakat, khususnya pada balita.

1.4.2 Bagi Ilmu Pengetahuan

Menambah kajian baru ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang kesehatan

dan dapat digunakan sebagai bahan pembuatan penelitian selanjutnya

1.4.3 Bagi penulis

Penulis dapat mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh selama di bangku

kuliah dalam kehidupan yang nyata di tengah-tengah masyarakat.

1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan/ sumber rujuan bagi penelitian – penelitian selanjutnya.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Pengetahuan

2.1.1 Definisi
6

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa, dan raba (Notoatmodjo, 2003).

2.1.2 Tingkat pengetahuan

Menurut Notoatmodjo, 2003 Pengetahuan yang tercakup dalam

domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:

2.1.2.1 Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang dipelajari sebelumnya,

yaitu mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan

yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Oleh sebab itu tahu ini

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2.1.2.2 Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar.

2.1.2.3 Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan


6 untuk menggunakan materi yang

dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat

diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,

prinsip dan sebagainya dalam situasi yang lain.

2.1.2.4 Analisis (analysis)


7

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur

oganisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

2.1.2.5 Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat

menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan

dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

2.1.2.6 Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu

didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan

kriteria-kriteria yang telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subyek

penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui

dapat kita sesuaikan dengan tingkat tersebut di atas (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Arikunto, 1998 tingkat pengetahuan dibedakan sebagai berikut:

1 Baik, bila prosentase 76-100%

2 Cukup bila prosentase 56-75%

3 Kurang bila prosentase 40-55%


8

4 Tidak baik bila prosentase <40%

2.1.3 Pengaruh pengetahuan terhadap perilaku

Sebelum seseorang mengadopsi perilaku (berperilaku baik), ia harus

tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau

keluarganya. Menurut Rogers yang dikutip oleh Notoatmodjo, 1993 sebelum

orang mengadopsi perilaku di dalam diri orang tersebut telah terjadi proses

berurutan, yaitu:

2.1.3.1 Kesadaran (awareness) dimana orang tersebut menyadari dalam arti terlebih

dahulu terhadap stimulus

2.1.3.2 Tertarik (interest) dimana orang mulai tertarik pada stimulus

2.1.3.3 Evaluasi (evaluation) menimbang-nimbang terhadap baik dan buruknya

stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap respon sudah lebih baik

lagi

2.1.3.4 Adopsi (adoption) orang telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran, serta sikap respon sudah lebih baik lagi.

Indikator-indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau

kesadaran tentang kesehatan, dapat dikelompokkan menjadi:

1 Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi:

1) Penyebab penyakit

2) Gejala atau tanda penyakit

3) Bagaimana cara pengobatan, atau kemana cari pengobatan

4) Bagaimana cara penularannya


9

5) Bagaimana cara pencegahannya termasuk imunisasi, dan

sebagainya

2 Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat

1) Jenis-jenis makanan yang bergizi

2) Manfaat makanan yang bergizi bagi kesehatannya

3) Pentingnya olahraga bagi kesehatan

4) Penyakit-penyakit atau bahaya merokok, minum-minuman

keras, narkoba dan sebagainya

5) Pentingnya istirahat cukup, relaksasi, rekreasi dan sebagainya

bagi kesehatan, dan sebagainya.

3 Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan

1) Manfaat air bersih

2) Cara-cara pembuangan limbah yang sehat ternasuk

pembuangan kotoran yang sehat, dan sampah

3) Manfaat pencahayaan dan penerangan rumah yang sehat

4) Akibat polusi (polusi air, udara dan tanah) bagi kesehatan, dan

sebagainya.

(Notoatmodjo, 2003).

2.1 Makanan

2.2.1 Definisi

Makanan atau pangan adalah bahan-bahan yang dimakan sehari-hari

untuk memenuhi kebutuhan energi bagi pemeliharaan, pertumbuhan, kerja, dan

penggantian jaringan tubuh yang rusak. Kehidupan manusia tidak mungkin


10

tanpa adanya ketersediaan bahan makanan. Jadi untuk mempertahankan

kehidupan manusia, maka manusia harus makan secukupnya dan memenuhi gizi

(Budiyanto, 2004).

2.2.2 Jenis-jenis zat yang terkandung dalam makanan

Pangan atau makanan menyediakan unsur-unsur kimia tubuh yang

dikenal sebagai zat gizi. Zat gizi tersebut menyediakan tenaga bagi tubuh,

mengatur proses dalam tubuh dan membuat lancarnya pertumbuhan serta

memperbaiki jaringan tubuh. Beberapa zat gizi yang disediakan oleh makanan

tersebut disebut zat gizi esensial, mengingat bahwa unsur-unsur tersebut tidak

dapat dibentuk dalam tubuh, setidak-tidaknya dalam jumlah yang diperlukan

untuk pertumbuhan dan kesehatan yang normal. Jadi zat esensial yang

disediakan untuk tubuh yang dihasilkan dalam makanan, umumnya adalah zat

gizi yang tidak dibentuk dalam tubuh dan harus disediakan dari usur-unsur

makanan diantaranya adalah asam amino esensial. Semua zat gizi esensial

diperlukan untuk memelihara pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan yang

baik (Budiyanto, 2004).

Pada umumnya zat gizi dibagi dalam lima kelopok utama, yaitu

karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral dan air. Tiga golongan zat gizi

yang dapat diubah menjadi energi adalah karbohidrat, protein, dan lemak. Akan

tetapi vitamin, mineral dan air diperlukan untuk membantu mengubah zat gizi

tersebut menjadi energi atau menjadi sesuatu dalam biosintesis (Budiyanto,

2004).

2.2.3 Manfaat makanan


11

Susunan makanan dalam makanan yang seimbang adalah susunan

bahan makanan yang dapat menyediakan zat gizi penting dalam jumlah cukup

yang diperlukan tubuh untuk tenaga, pemeliharaan, pertumbuhan, dan perbaikan

jaringan. Banyaknya gizi yang diperlukan, berbeda antara satu orang dengan

orang lain, tetapi fungsi pada pokoknya sama untuk semua orang. Berdasarkan

asupan gizi tersebutlah seseorang dapat dinilai status gizinya.

Menurut Budiyanto, 2004 ada tiga macam status gizi, yaitu status gizi

seimbang (normal), status gizi kurang dan status gizi lebih. Faktor-faktor yang

mempengaruhi status gizi seseorang adalah:

1 Produk makanan (jumlah dan jenis makanan)

Jumlah macam makanan dan jenis serta banyaknya bahan makanan dalam

pola makanan di suatu negara/ daerah tertentu biasanya berkembang dari

makanan setempat atau dari makanan yang telah ditanam di tempat tersebut

untuk jangka waktu yang panjang. Di samping itu kelangkaan makanan dan

kebiasaan bekerja dari keluarga, berpengaruh pula pada pola makanan.

2 Pembagian makan dalam keluarga (biasanya dipengaruhi oleh faktor budaya

atau tradisi)

Secara tradisional, di beberapa daerah ayah mempunyai prioritas utama atas

jumlah dan jenis makanan tertentu dalam keluarga. Jika kebiasaan budaya

tersebut diterapkan, maka setelah kepala keluarga, anak pria yang dilayani,

biasanya dimulai dari yang tertua. Padahal justru anak-anaklah yang harus

diperhatikan terutama untuk proses pertumbuhan dan perkembangannya.


12

3 Akseptabilitas (daya terima, menyangkut penerimaan, atau

penolakan terhadap makanan yang terkait dengan cara memilih dan

menyajikan makanan)

Akseptabilitas menyangkut penerimaan atau penolakan terhadap makanan

yang terkait dengan cara memilih dan menyajikan makanan. Setiap

masyarakat mengembangkan cara yang turun temurun untuk mencari,

memilih, menangani, menyiapkan, menyajikan, dan makan makanan.pada

umumnya kebiasaan makan seseorang berasal dari pola makan yang yang

diterima budaya kelompok dan diajarkan kepada seluruh keluarga.

4 Prasangka buruk pada makanan tertentu

Berprasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu disebabkan karena

kurangnya pengetahuan dan salah konsepsi tentang kebutuhan makanan dan

nilai makanan. Contohnya banyak orang yang menganggap bahwa terong

dapat berdampak buruk, yaitu menyebabkan keloyoan pada tubuh kita,

padahal sebenarnya tidak.

5 Pantangan pada makanan tertentu

Beberapa pola pantangan dianut oleh suatu golongan masyarakat. Misalnya

banyak orang Indonesia yang beranggapan ada beberapa makanan yang harus

dihindari atau menjadi pantangan pada kondisi tertentu, misalnya ibu hamil.

6 Kesukaan terhadap jenis makanan tertentu

Dalam pemenuhan makanan apabila berdasarkan pada makanan kesukaan saja

maka akan berakibat pemenuhan gizi akan menurun atau sebaliknya akan
13

berlebih. Anjuran empat sehat lima sempurna, enam halalan thoyyiban adalah

anjuran yang perlu diikuti dalam pola makan keluarga.

7 Keterbatasan ekonomi

Keterbatasan ekonomi yang berarti tidak mampu membeli bahan makanan

yang berkualitas baik, maka pemenuhan gizinya juga akan terganggu.

8 Kebiasaan makan

Kebiasaan ini berasal dari pola makan yang didasarkan pada budaya

kelompok dan diajarkan pada seluruh anggota keluarga.

9 Selera makan

Selera makan juga akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi untuk

energi dan pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatannya. Selera makan

orang yang pekerja berat lebih tinggi dari pada orang yang bekerja tidak

terlalu berat. Di samping selera makan dipacu oleh sistem tubuh karena lapar,

selera makan juga dapat dipacu oleh pengolahan makanan dan penyajian

makanan.

10 Sanitasi makan (penyiapan, penyajian, dan penyimpanan)

Dimulai dari penyiapan, penyajian, dan penyimpanan suatu bahan makanan

hendaknya jangan sampai kadar gizi yang terkandung dalam bahan makanan

tersebut tercemar atau tidak higienis dan mengandung banyak kuman

penyebab penyakit.

11 Pengetahuan gizi

Kurangnya pengetahuan dan salah persepsi tentang kebutuhan makanan dan

nilai makanan adalah umum di setiap negara di dunia. Penduduk di mana pun
14

akan beruntung dengan bertambahnya pengetahuan mengenai gizi dan cara

menerapkan informasi tersebut untuk orang yang berbeda tingkat usianya dan

keadaan fisiolgisnya.

2.2.4 Gangguan-gangguan akibat kesalahan pemberian makan

Penyakit gangguan gizi banyak ditemui di masyarakat golongan rentan

yaitu golongan yang mudah sekali menderita akibat kekurangan gizi dan dan

juga kekurangan zat makanan (deficiency) misalnya kwarsiorkor, busung lapar,

marasmus, beri-beri, dan lain-lain. Kegemukan (obesity), kelebihan berat badan

(over weight) merupakan tanda gizi salah yang didasarkan pada kelebihan

dalam makanan (Budiyanto, 2004).

Kedudukan gizi (nutrion status) seseorang atau sesuatu golongan

penduduk (population), ialah suatu tingkat kesehatan yang merupakan akibat

dari “intake” dan pengunaan (utilization) semua nutien yang terdapat dalam

makanan sehari-hari (Budiyanto, 2004).

Di antara beberapa penyakit yang disebabkan karena gizi salah adalah

sebagai berikut:

2.2.4.1 Obesitas

Obesitas didefinisikan sebagai suatu kelebihan lemak dalam tubuh. Obesitas

tidak mempunyai penyebab tunggal, tetapi merupakan gambaran berbagai

keadaan dengan latar belakang etiologi atau sejarah kejadian yang berbeda.

2.2.4.2 Kekurangan Kalori Protein (KKP)


15

KKP disebabkan oleh karena makan yang tidak cukup mengandung kalori dan

protein, sehingga akan menyebabkan terjadinya defisiensi protein dan kalori

atau kekurangan kombinasi keduanya. Ada tiga jenis KKP, yaitu:

1 Kwarshiorkor yang terjadi akibat tidak cukupnya makanan yang dimakan

dan tidak cukupnya protein.

2 Marasmus yang disebabkan oleh kekurangan kalori yang berlebihan,

sehingga menyebabkan zat cadangan makanan (tersimpan) dalam tubuh

terpaksa dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan yang sangat diperlukan

untuk kelangsungan hidupnya.

3 Marasmic Kwarshiorkor yaitu gangguan gizi yang ditandai dengan adanya

odema, menurunnya kadar protein (albumin) dalam darah, kulit mengering

dan kusam, serta otot menjadi lemah.

2.2.4.3 Busung lapar

Busung lapar disebabkan karena kekurangan makanan, terutama protein

dalam waktu yang lama secara berturut-turut. Tandanya badan kurus, kaki dan

tangan bengkak, kulit kering dan kusam, sekitar mata bengkak dan apatis.

2.2.4.4 Defisiensi Vitamin A

Kelainan yang dapat timbul apabila kekurangan vitamin A yaitu buta senja,

dan Xerophthalmia.

2.2.4.5 Defisiensi Thiamine (vitamin B1)

Penyakit defisiensi thiamine dikenal dengan beri-beri, yang dibagi dua beri-

beri basah dan beri-beri kering

2.2.4.6 Defisiensi VitaminB2 (Riboflavin)


16

Tanda tanda kekurangan vitamin B2 mata tidak dapat melihat dengan baik dan

dermatitis.

2.2.4.7 Defisiensi Niacin (Asam Nikotinat)

Kekurangan Niacin dapat mengakibatkan penyakit Pelagra (kulit kasar),

tanda-tandanya dikenal dengan 4D, yaitu: diare, dermatitis, dimensia

(kemunduran kesehatan pada orangtua), dan death (mati).

2.2.4.8 Defisiensi Vitamin B12

Vitamin B12 berguna untuk memberi stimulasi pada jaringan hemopoietik.

Kekurangan Vitamin B12 dapat menimbulkan penyakit anemia.

2.2.4.9 Defisiensi Vitamin C (Asam Askobat)

Tanda-tanda kekurangan vitamin C yaitu: kelainan pada gusi, nyeri pada kaki,

lemas, pucat, berat badan turun, bila ada luka penyembuhannya sangat lambat.

2.2.4.10 Defisiensi Vitamin D

Akibat kekurangan Vitamin D terjadi penyakit Rachitis, umumnya terdapat

pada anak-anak. tanda-tandanya: tulang menjadi bengkok, gigi keluar

terlambat, panggul menjadi kecil dan sempit

2.2.4.11 Defisiensi Vitamin E (Tocopherol)

Vitamin E dikenal sebagai vitamin anti kemandulan dan merupakan zat anti

oksidasi yang melindungi vitamin-vitamin yang mudah teroksidasi.

2.2.4.12 Defisiensi Vitamin K


17

Vitamin K diperlukan dalam pembentukan protrombin untuk pembekuan

darah. Kekurangan vitamin K menyebabkan hambatan pada pembekuan

darah, sehingga perlukaan-perlukaan akan mengeluaran darah yang lebih

banyak daripada biasa.

2.2.4.13 Defisiensi Kalsium

Gejala kekurangan kalsium pada anak kecil tidak dapat dilihat dengan jelas.

Penyakit Rakhitis dan penghambatan pada pertumbuhan dapat terjadi, apabila

kekurangan kalsium, kekurangan Phosphorus, dan vitamin D .

2.2.4.14 Defisiensi Iodium

Kekurangan garam iodium menyebabkan penyaki gondok. Kekurangan

disebabkan karena kadar iodium air minum, tanah, susu, dan bahan makanan

lainnya sangat rendah.

2.2.4.15 Defisiensi Besi

Kekurangan zat besi dalam tubuh mengakibatkan kekurangan darah (anemia

nutritional). Zat besi merupakan bagian dari hemoglobin yang diperlukan oleh

tubuh untuk pengaturan oksigen ke jaringan.

2.2.4.16 Keracunan HCN (Asam Biru)

Misalnya keracunan singkong dengan gejala-gejala: mual dan muntah-

muntah, sesak nafas, koma.

2.2.4.17 Aflatoxin

Aflatoxin adalah racun yang dihasilkan oleh Aspergilus falvus yang dapat

mencemari kacang tanah.

(Budiyanto, 2004)
18

2.2 Obesitas

Definisi

Menurut Taitz yang dikutip oleh Subardja, (2004) “Obesitas atau

kegemukan adalah suatu keadaan yang terjadi apabila kuantitas fraksi jaringan

lemak tubuh dibandingkan berat badan total lebih besar dari normal”. Obesitas

didefinisikan sebagai suatu kelebihan lemak dalam tubuh (Budiyanto, 2004).

Menurut Yatim, kegemukan (obesitas) adalah terlalu banyak lemak bawah

kulit.

Para ahli menetapkan Indeks Massa Tubuh (BMI/Body Mass Index)

yang digunakan untuk mengukur lemak tubuh berdasarkan pembagian berat


2
badan dalam kg dengan kuadrat tinggi badan dalam meter (kg/m ) yang

umumnya diambil dari nilai pada orang dewasa, atau dengan menggunakan

standar baku antropometri WHO NCHS yang didasarkan pada pengukuran

berat badan terhadap tinggi badan (Subardja, 2004).

Faktor penyebab

Secara umum kegemukan disebabkan oleh tidak seimbangnya energi

dari makanan dengan kalori yang dikeluarkan. Kondisi ini akibat interaksi

beberapa faktor, yaitu kelurga atau lingkungan, penggunaan energi, dan

keturunan atau genetik (Yatim, 2005).

2.3.2.1 Faktor Lingkungan

1 Efek Nutrisi pre dan postnatal


19

Menrut Denton,dkk yang dikutip oleh Subardja, 2004 “Suatu model yang

baik untuk menggambarkan adanya kemungkinan kelebihan Nutrisi

(overnutrisi) pada masa prenatal terhadap adipositas yang diakibatkannya

adalah pada bayi yang dikandung oleh ibu Diabetes. Kehamilan dengan

Diabetes Mellitus menyebabkan fetus yang nondiabetik terpajan dengan

glukosa konsentrasi tinggi dalam sirkulasi sehingga terjadi lipogenesis”.

2 Perilaku makan dan pola makan yang abnormal

Cara bayi-bayi minum ASI maupun PASI tampaknya merupakan pola yang

diturunkan dari orangtuanya, tetapi mungkin pula bahwa hal ini

menggambarkan suatu respon perilaku yang dipelajari dan bagaimana si

bayi itu diperlakukan. Pola ini sedikit banyak akan ada kaitannya dengan

kejadian obesitas. Misalnya cara pemberian minum yang cepat dapat

berhubungan dengan lebih besarnya kemungkinan kegemukan (Subardja,

2004).

3 Komposisi makanan

Menurut Basdevant dkk, yang dikutip oleh Subardja, 2004 “Penelitian

mutakhir menunjukkan adanya kaitan antara obesitas dan ambilan lemak

pada orangtua dengan obsitas dan ambilan lemak pada anak”. Hal ini

menyatakan bahwa pola familial dari kegemukan antara lain diperantarai

oleh kemiripan dalam komposisi makanan. Pada anak faktor yang

menyokong untuk terjadinya kemiripan dalam komposisi makanan meliputi

ketersediaan, keterjangkauan, dan efek pajanan tehadap kesukaan pada


20

makanan tertentu (Subardja, 2004). Begitu pula peranan orangtua dalam

memutuskan pemilihan makanan.

4 Pola pemberian makanan pada anak

1) ASI-PASI

2) Predisposisi untuk memilih makanan padat energi

3) Pengaruh konteks sosial terhadap pemilihan makanan

4) Efek televisi terhadap pemilihan dan kesukaan anak pada

makanan tertentu (Subardja, 2004).

5 Aktivitas fisik

Menurut Klesges,dkk, yang dikutip oleh Subardja, 2004 “Salah satu level

aktivitas fisik pada anak yang banyak disebut-sebut, terutama dalam konteks

sosial adalah jumlah waktu yang dikeluarkan oleh anak untuk menonton

televisi per minggu pada seorang anak tidak jelas hubungannya dengan

penurunan level aktvitas fisik, tetapi jumlah jam menonton ini jelas akan

mengurangi kesempatan untuk aktif”.

2.3.2.2 Penggunaan energi yang rendah

Menurut Yatim, 2005 Sebagian besar anak usia sekolah menggunakan

waktunya sehari untuk menonton televisi. Saat-saat sangat mengurangi aktivitas

fisik. Dari penelitian memang dijumpai anak yang gemuk sering terjadi pada

anak yang banyak menonton televisi. Tidak hanya karena kekurangan aktivitas

fisik, tetapi juga karena sambil menonton, banyak makanan-makanan kecil

manis yang tinggi kalori.

2.3.2.3 Keturunan (genetik)


21

Karakteristik

Obesitas dapat terjadi pada usia berapa saja, tetapi yang tersering

adalah pada tahun pertama kehidupan, usia 5-6 tahun dan pada masa remaja.

Anak yang obesitas relatif tidak hanya lebih berat daripada anak seusianya, tapi

lebih cepat matang pertumbuhan tulangnya. Anak yang obesitas relatif lebih

tinggi pada masa remaja awal, tetapi pertumbuhan memanjangnya selesai lebih

cepat, sehingga hasil akhirnya mempunyai tinggi badan relatif lebih pendek dari

anak sebayanya (Yatim, 2005).

Bentuk muka anak yang obesitas tidak proporsional, hidung dan mulut

relatif lebih kecil, dagu ganda, terdapat timbunan lemak pada payudara, dimana

anak laki-laki sering merasa malu karena peyudaranya seolah-olah tumbuh,

perut menggantung sering disertai striae. Alat kelamin pada anak laki-laki

seolah-olah kecil karena adanya timbunan lemak pada daerah pangkal paha.

Paha dan lengan atas besar, jari-jari tangan relatif kecil dan runcing. Sering

terjadi gangguan psikologis, baik sebagai penyebab ataupun sebagai akibat dari

obesitas (Yatim, 2005).

Anak lebih cepat mencapai masa pubertas. Kematangan seksual lebih

cepat, pertumbuhan payudara, menarche, pertumbuhan rambut kelamin dan

ketiak juga lebih cepat (Soetjiningsih, 1998).

Akibat-akibat obesitas

Menurut Subardja, 2004 terdapat 2 konsekuensi atau akibat obesitas, yaitu:

2.3.4.1 Konsekuensi Psikososial


22

Karena adanya perbedaan secara fisik dengan anak sebaya, anak obes

merupakan subyek terhadap stres psikilogis terutama dari lingkungan sosial

di rumah ataupun di sekolah. Akibatnya anak lebih memilih anak yang lebih

muda sebagai teman . selain itu anak obesitas akan kesulitan dalam

pemilihan pakaian ataupun perlengkapan lain.

2.3.4.2 Konsekuensi Medis

1 Pertumbuhan

Anak berat badan lebih cenderung lebih tinggi dan mengalami proses

maturasi lebih cepat dibandingkan dengan anak yang berat badannya

normal.

2 Hiperlipidemia

Peninggian lipid darah terjadi pada anak dan remaja obes. Karakteristik yang

didapatkan berupa peningkatan kolesterol lipoprotein densitas rendah (Low

Density Lipoprotein/ LDL) dan trigliserida dan penurunan

kadar kolesterol lipoprotein densitas tinggi (High Density Lipoprotein/

HDL) serum.

3 Intoleransi Glukosa

Kasus Diabetes Mellitus di Amerika Serikat tahun 1996 menunjukkan

bahwa sepertiga dari kasus baru sedikit banyak merupakan efek peningkatan

prevalens obesitas pada remaja.

4 Hipertensi

Hipertensi terjadi pada anak dengan frekuensi yang relatif rendah. Meskipun

demikian, hampir 60% anak dengan peningkatan tekanan darah persisten


23

memiliki berat badan relatif >120% median untuk jenis kelamin, tinggi, dan

umur (Mc Murray,dkk, 1995).

5 Gangguan Pernafasan

Apneu pada saat tidur merupakan konsekuensi gangguan pernapasan pada

anak obes yang karena mortalitasnya cukup tinggi memerlukan terapi

agresif.

6 Komplikasi Ortopedik

Komplikasi ortopedik ini misalnya hipertrofi dan hiperplasi bagian medial

metafisis tibia proksimal yang dikenal sebagai penyakit Blount atau

bergesernya kaput femur dari sendi panggul.

Maturitas seksual lebih awal, mentruasi sering tidak teratur (Soetjiningsih,

1998).

2.3.5 klasifikasi Obesitas

Menurut Mansjoer,A,dkk, 2000 berdasarkan etiologinya, umumnya

obesitas dibagi menjadi:

2.3.5.1 Obesitas primer: disebabkan faktor nutrisi dengan berbagai faktor yang dapat

mempengaruhi masukan makanan, yaitu masukan makanan berlebih

dibanding dengan kebutuhan energi yang diperlukan tubuh.

2.3.5.2 Obesitas sekunder: yang disebabkan adanya penyakit/ kelainan kongenital

(mielodisplasia), endokrin (sindrom Cushing, sindrom Freulich, sindrom


24

Mauriac, pseudoparatiroidisme) atau kondisi lain, sindrom Klinifilter, sindrom

Turner, sindrom Down, dll).

2.3.6 Kriteria Diagnostik Obesitas

Tabel 2.1: Klasifikasi obesitas berdasarkan hasil pengukuran BB/TB (standar


2
baku antropometri WHO NCHS) dan BB/TB (standar baku menurut BMI)
2
Kategori BB/TB BB/TB
Obesitas ringan/derajat I 120-135 25-29,9
Obesitas sedang/ derajat II 135-150 30-40
Obesitas berat / derajat III 150-200 >40
Obesitas super/ derajat IV >200
(Mansjoer,A,dkk, 2000)

2.3.7 Pengobatan Anak dengan Obesitas

Tujuan pengobatan adalah menurunkan berat badan. Menurut Dietz,

1983 yang dikutip oleh Yatim, 2005 “setiap kelebihan berat badan dari berat

badan ideal 20% memerlukan waktu 1 sampai 1,5 tahun untuk mencapai berat

badan ideal. Intervensi utama adalah cara dan jenis makanan serta nasihat

latihan fisik yang baik, baik jenis maupun kuantitas latihan”.

Manfaat latihan fisik

1. Membakar lemak

2. Meningkatkan penggunaan energi

3. Mempertahankan penurunan berat badan.

Orangtua harus membantu anak mempertahankan berat badan agar

tetap ideal, dengan cara:


25

1. Memberikan dukungan dan perhatian pada anak yang obesitas

2. Mengatur jadwal penggunaan waktu anak untuk menonton televisi dan main

videogame.

3. Carilah pekerjaan fisik yang disukai anak

4. Makanlah bersama keluarga di meja makan

5. Jangan memberi makanan sebagai hadiah atau hukuman

6. Melibatkan anak sewaktu memilih makanan di mall atau toko grosir

makanan.

2.3 Balita

2.4.1 Definisi

Balita adalah bayi usia di bawah lima tahun. Menurut Nursalam, dkk

balita dibagi menjadi tiga fase, yaitu masa bayi (1-12 bulan), masa toodler (1-3

tahun), dan masa prasekolah (3-5 tahun).

2.4.2 Kebutuhan dasar Balita

Menurut Soetjiningsih kebutuhan dasar anak khususnya balita dapat

dikelompokkan menjadi tiga, yaitu asuh, asih, dan asah.

2.4.2.1 Asuh (kebutuhan fisik-biomedis)

Yang termasuk kebutuhan asuh adalah:

Nutrisi yang cukup dan seimbang

Perawatan kesehatan dasar

Pakaian

Perumahan

Hygiene diri dan lingkungan


26

Kesegaran jasmani (olahraga dan rekreasi)

2.4.2.2 Asih (kebutuhan emosi dan kasih sayang)

Ikatan emosi dan kasih sayang yang erat antara ibu/ orangtua dengan anak

sangatlah penting, karena berguna untuk menentukan perilaku anak di

kemudian hari, merangsang perkembangan otak, serta merangsang perhatian

anak terhadap dunia luar. Oleh karena itu kebutuhan asih ini meliputi:

1. Kasih sayang orang tua

2. Rasa aman

3. Harga diri

4. Dukungan/dorongan

5. Mandiri

6. Rasa memiliki

7. Kebutuhan akan sukses, mendapatkan kesempatan, dan pengalaman.

2.4.2.3 Asah (kebutuhan stimulasi)

Stimulasi adalah adanya perangsangan dari lingkungan luar anak, yang

berupa latihan atau bermain. Stimulasi-stimulasi merupakan kebutuhan yang

banyak mendapatkan stimulasi yang terarahkan cepat berkembang

dibandingkan dengan anak yang kurang mendapatkan stimulasi

(Nursalam,dkk, 2005).
27

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual


Penyakit
Keluarga degeneratif
1 Kebiasaan makan 1 DM
 Frekuensi makan 2 Hipertensi
 Komposisi makanan 3 Jantung
 Keteraturan koroner
2 Kebiasaan latihan fisik 4 Kolesterol
Genetika Obesitas
Keadaan psikologi
Gangguan neuro 1 Minder/ tidak
(system saraf pusat) percaya diri
2 Depresif
Aktivitas 3 Menarik diri dari
lingkungan
Perilaku
Pengetahuan
Sikap
Tindakan

Sumber: Budiyanto,A, 2004; Fauzin, 2006; Subardja, 2004

Gambar 3.1: kerangka konseptual hubungan antara pengetahuan orangtua tentang


pemberian makan kepada anak dengan kejadian obesitas pada balita.

Keterangan

: Diteliti

: Tidak diteliti

28
28

Terjadinya obesitas pada balita dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,

antara lain pola makan anak, aktivitas anak, keluarga, genetika, gangguan neuro

(system saraf pusat), pengetahuan dan sikap orang tua dalam memberikan makan

kepada anaknya. Dalam hal ini penelitian difokuskan pada hubungan antara

pengetahuan orang tua tentang pemberian makan pada anak dengan kejadian obesitas

pada balita.

3.2 Hipotesis Penelitian

Ho: tidak ada hubungan antara pengetahuan orang tua tentang pemberian makan

kepada anak dengan kejadian obesitas pada balita.


29

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Rancang Bangun Penelitian (Desain)

Desain penelitian adalah keseluruhan dari perencanaan untuk menjawab

pertanyaan penelitian dan mengantisipasi beberapa kesulitan yang mungkin

timbul selama proses penelitian (Nursalam dan Siti Pariani, 2002)

Desain penelitian dalam penelitian ini adalah analitik observasional cross

sectional, yaitu suatu penelitian di mana variabel – variabel yang termasuk faktor

resiko dan variabel – variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada

waktu yang sama (Notoatmodjo, 2005)

Penelitian ini bertujuan membuktikan hubungan antara pengetahuan orang

tua dalam pemberian makan kepada anak dengan kejadian obesitas pada balita

yang diamati pada waktu yang sama.


Balita
Pengetahuan orang tua obesitas
tentang pemberian
makan kepada balita
Orang tua baik Balita tidak
Balita obesitas

Pengetahuan orang tua Balita


tentang pemberian obesitas
makan kepada balita
kurang Balita tidak
obesitas
Gambar 4.1: Rancang Bangun Penelitian

4.2 Kerangka Kerja


30
30

Populasi penelitian Kriteria Inklusi


Orangtua balita yang Orang tua dari balita
obesitas dan orang tua balita umur 2-5 tahun yang
yang tidak obesitas obesitas dan yang tidak
obesitas dengan
Simple Random ketentuan:
Sampling 1.bisa baca dan tulis
2.tidak menderita
gangguan mental
3.dapat berkomunikasi
Pengumpulan
secara verbal
data
4.bersedia terlibat
dalam proses
penelitian

Variabel independen:
Pegetahuan orangtua Variabel dependen:
tentang pemberian obesitas
makan kepada anak

Pengolahan
Data dan
Analisis Data

Hasil penelitian

Penyajian
Data

Dokumentasi

Gambar 4.2: Kerangka kerja Penelitian

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di BK-TKIT Al-Hikmah, Jl. Mojokidul No 93

Surabaya.
31

4.3.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 20 Juni 2007 sampai 29 Juni 2007.

4.4 Populasi dan Sampel

4.4.1 Populasi

Populasi dalam penelitian adalah setiap subjek (misalnya manusia) yang

memenuhi kiteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2003).

Populasi dalam penelitian ini adalah orang tua dari balita yang terdaftar

sebagai siswa KB-TKIT Al-Hikmah Surabaya pada tanggal 20 Juni 2007

sampai dengan 29 Juni 2007 sebanyak 122 orang.

4.4.2 Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005).

Dalam penelitian ini sampel yang dimaksud adalah sebagian orang tua balita di

KB-TKIT Al-Hikmah Surabaya yang memenuhi kriteria.

4.4.2.1 Kriteria Sampel

Kriteria Inklusi

1 Orang tua balita obesitas dan balita tidak obesitas umur 2 sampai 5 tahun.

2 Orang tua dari balita obesitas dan balita tidak obesitas yang bisa baca dan

tulis.

3 Orang tua dari balita obesitas dan tidak obesitas yang tidak menderita

gangguan mental serta dapat berkomunikasi secara verbal.


32

4 Orang tua dari balita yang obesitas dan tidak obesitas yang bersedia terlibat

dalam proses penelitian dari awal sampai akhir dengan membubuhkan tanda

tangan dalam lembar persetujuan untuk menjadi peserta penelitian.

4.4.2.2 Besar Sampel

Besar sampel dalam penelitian ini adalah sebagian orang tua dari balita

di KB-TKIT Al-Hikmah Surabaya yang memenuhi kriteria inklusi selama

dilakukan penelitian.

Besar sampel atau jumlah sampel dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan rumus:
2
n=4•Zα •π• (1-π )
2
W
Keterangan : n : besar sampel

π : proporsi atau prevalensi kejadian outcome

W: lebar penyimpangan (10% = 0,1)

α : tingkat kemaknaan, dimana Zα =1,96

Maka besar sampel


2
n=4•Zα •π• (1-π )
2
W
2
=4•(1,96) •0,172 •(1 – 0,172 )
2
(0,2)
=54, 71 = 55
Karena keterbatas waktu dan biaya, peneliti melakukan konversi sebagai
berikut:
n
n* =
1+ n- 1 Dengan n* : jumlah sampel setelah dikonversi

55
33

=
1 + 55 – 1

122

= 38

Jadi besar sampel yang diambil sebanyak 38 orang.

4.4.2.3 Cara Pengambilan Sampel

Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel secara acak

sederhana (simple random sampling), yaitu setiap anggota atau unit dari

populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel

(Notoatmodjo, 2005).

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan berat

badan “CAMRY”, meteran tinggi badan “STATURE METER 2M”, standar

baku antropometri menurut WHO NCHS untuk mengetahui status gizi anak

apakah anak termasuk dalam keadaan obesitas atau tidak, dan kuesioner untuk

mencari data tentang bagaimana pengetahuan orang tua tentang pemberian

makan kepada anaknya.

4.6 Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menimbang balita dan

mencatatnya kemudian dibandingkan dengan tinggi badan balita yang

bersangkutan. Sedangkan ibu adalah sebagai sumber data yang diberi

kuesioner pada responden yang memenuhi kriteria.


34

4.7 Variabel dan Definisi Operasional

4.7.1 Variabel

Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh

anggota – anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh

kelompok lain (Notoatmodjo, 2005).

Variabel bebas (independen) adalah variabel yang nilainya

menentukan variabel lain (Nursalam, 2003). Variabel bebas (independen)

dalam penelitian ini adalah pengetahuan orang tua tentang pemberian makan

kepada anak.

Variabel tergantung (dependen) adalah variabel yang nilainya

ditentukan oleh variabel lain (Nursalam, 2003). Variabel tergantung

(dependen) dalam penelitian ini adalah obesitas.

4.7.2 Definisi Opersional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang

diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2003).

Tabel 4.1: Definisi Operasional hubungan antara pengetahuan orang tua dalam
pemberian makan kepada anak dengan kejadian obesitas pada balita.
35

Variabel Definisi Operasional Kriteria Skala


N
penguku
o
ran
1 Pengetahu Pengetahuan orang tua 1. Baik (76-100%) ordinal
an orang tentang pemberian 2. Cukup (56-75%)
tua makan kepada anak 3. Kurang (40-55%)
tentang berdasarkan jumlah, 4. Tidak baik ( <40%)
pemberian frekuensi, jenis,
makan kandungan gizi dalam
kepada suatu makanan,
anak manfaat makanan, dan
cara pemberian makan
2 Obesitas Kelainan yang ditandai 1 Obesitas (+), bila BB Nominal
dengan penimbunan terhadap TB balita
jaringan lemak tubuh menunjukkan status gizi
secara berlebihan yang obesitas berdasarkan
diukur berdasarkan standar baku antropometri
berat badan WHO NCHS
dibandingkan tinggi 2 Obesitas (-), bila BB
badan menurut standar terhadap TB balita tidak
baku antropometri menunjukkan status gizi
WHO NCHS obesitas berdasarkan
standar baku antropometri
WHO NCHS

4.8 Pengolahan dan Analisa Data

4.8.1Pengolahan Data

4.8.1.1Editing

Editing adalah meneliti kembali catatan ( data ) untuk mengetahui apakah data

tersebut cukup baik dan dapat segera disisipkan untuk keperluan proses
36

berikutnya. Dalam editing akan diteliti kembali hal – hal tersebut di bawah

ini:

1 Lengkapnya penelitian, kuesioner itu terisi lengkap, mulai dari data umum

sampai data khusus

2 Keterbatasan tulisan - tulisan pada data yang tertera di dalam kuesioner

harus dapat dibaca.

3 Keterjelasan makna jawaban, pengumpulan data harus menuliskan jawaban

– jawaban yang diperolehnya ke dalam kalimat – kalimat yang sempurna dan jelas

maknanya.

4 Kesesuaian jawaban satu sama lain.

5 Relevansi jawaban.

6 Keseragaman satuan data.

( Koentjoroningrat, 1991 )

Dalam penelitian ini peneliti melakukan editing dengan cara meneliti

kelengkapan, kejelasan tulisan, dan keterbatasan tulisan.

4.8.1.2Koding

Koding adalah penyederhanaan jawaban yang dilakukan dalam bentuk

memberikan simbol – simbol ( kode ) tertentu untuk setiap jawaban

( Koentjoroningrat, 1991 ).

Dalam penelitian ini peneliti memberikan kode-kode jawaban menurut

klasifikasi pertanyaan.
37

4.8.1.3Tabulasi

Tabulasi adalah proses penyusunan data ke dalam bentuk tabel. Pada tahap ini

data dianggap telah selesai diproses sehingga harus segera disusun ke dalam

suatu pola format yang telah terancang ( Koentjoroningrat, 1991 ).

Peneliti melakukan tabulasi dengan cara memasukkan semua data yang sudah

ada ke dalam tabel.

4.8.2Analisa Data

Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu menganalisis hubungan antara

pengetahuan orang tua dalam pemberian makan kepada anak dengan kejadian

obesitas pada balita di KB-TKIT Al-Hikmah Surabaya, analisis data pada

penelitian ini menggunakan uji statistik uji Chi Square.

4.9 Keterbatasan

Adanya hambatan merupakan kelemahan dalam penelitian ini, sehingga hasil

yang diharapkan mempunyai kelemahan-kelemahan. Peneliti melihat aspek

kelemahan sebagai berikut :

1. Instrumen dengan kuesioner mempunyai kelemahan untuk tidak diisi

apa adanya

2. Banyaknya faktor perancu yang menyebabkan terjadinya obesitas pada

balita sehingga menyebabkan hasil penelitian kurang tepat dan valid.

(Nursalam dan Siti Pariani, 2002).

4.10 Etika

Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan

melakukan penelitian kepada kepala KB-TKIT Al-Hikmah Surabaya untuk


38

mendapat persetujuan dengan membawa surat permohonan melakukan

penelitian dari ketua Program Studi Kebidanan Sutomo Surabaya. Kemudian

kuesioner dikirim ke responden yang diteliti yang menekankan pada masalah

etika yang meliputi :

Lembar Persetujuan Penelitian

Peneliti datang ke lokasi, kemudian memilih sampel secara simple

random sampling sesuai dengan kriteria inklusi. Sampel yang terpilih

tersebut diberi informed concent dan lembar persetujuan penelitian.

Tujuannya agar responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta

dampak yang diteliti. Jika responden bersedia diteliti maka harus

menandatangani lembar persetujuan. Jika responden menolak untuk diteliti,

maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-haknya.

Selama pengimpulan data kemudian responden diwawancarai sesuai dengan

kuesioner yang telah dibuat.

Anonimity

Peneliti tidak mencantumkan nama-nama responden pada lembar

pengumpulan data (kuesioner) yang diisi oleh responden. Lambar tersebut

diisi dengan nomor kode tertentu untuk menjaga kerahasiaan identitas

responden.

Confidentiality

Kerahasiaan informasi yang telah diberikan oleh responden dijamin

oleh peneliti.

(Nursalam dan Siti Pariani, 2002).


39

BAB 5

HASIL PENELITIAN, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Dalam penelitian ini akan disajikan hasil penelitian hubungan antara

pengetahuan oran tua tentang pemberian makan kepada anak dengan kejadian

obesitas pada balitayang dilaksanakan pada tanggal 20 Juni 2007 sampai dengan

29 Juni 2007 di KB TKIT Al-Hikmah Surabaya dengan jumlah responden

sebanyak 38 orang.

Dalam bab ini hasil penelitian ditampilkan dalam dua kelompok yaitu

data umum dan data khusus. Data umum menampilkan karakteristik responden

yang meliputi usia, pendidikan terakhir, pekerjaan, jenis kelamin balita, dan usia

balita.

5.1.1. Data Umum

5.1.1.1. Usia

Tabel 5.1.1 Distribusi frekuensi usia responden di KB TKIT Al-Hikmah


Surabaya tanggal 20 Juni 2007 sampai dengan 29 Juni 2007
Usia (tahun) Frekuensi Prosentase
27 – 30 2 5.3
31 – 34 14 36.8
35 – 38 17 44.7
39 – 42 5 13.2
Total 38 100

41
40

Berdasarkan tabel 5.1.1 menunjukkan bahwa usia responden hampir

setengahnya, yaitu sebesar 17 responden atau 44,7 % adalah berusia antara

35 tahun sampai 38 tahun.

5.1.1.2. Pendidikan Terakhir

Tabel 5.1.2 Distribusi frekuensi pendidikan terkhir responden di KB TKIT


Al-Hikmah Surabaya tanggal 20 Juni 2007 sampai dengan 29
Juni 2007
Pendidikan Terakhir Frekuensi Prosentase
SMA / SMEA 14 36,9
Diploma / Sarjana 24 63,1
Total 38 100

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa pendidikan terakhir

responden sebagian besar yaitu 24 responden atau 63,1% adalah Diploma /

Sarjana.

5.1.1.3. Pekerjaan

Tabel 5.1.3 Distribusi frekuensi pekerjaan responden di KB TKIT Al-


Hikmah Surabaya tanggal 20 Juni 2007 sampai dengan 29
Juni 2007
Pekerjaan Frekuensi Prosentase
Tidak bekerja 16 42,1
Swasta / Wiraswasta 13 34,2
PNS 9 23,7
Total 38 100

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa pekerjaan responden hampir

setengahnya yaitu 16 responden atau 42,1% adalah tidak bekerja.

5.1.1.4. Jenis Kelamin Balita


41

Tabel 5.1.4 Distribusi frekuensi jenis kelamin balita di KB TKIT Al-Hikmah


Surabaya tanggal 20 Juni 2007 sampai dengan 29 Juni 2007
Jenis Kelamin balita Frekuensi Prosentase
Laki-laki 22 57,9
Perempuan 16 42,1
Total 38 100

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa jenis kelamin balita sebagian

besar yaitu 22 balita atau 57,9% adalah laki-laki.

5.1.1.5. Usia Balita

Tabel 5.1.5 Distribusi frekuensi usia balita di KB TKIT Al-Hikmah


Surabaya tanggal 20 Juni 2007 sampai dengan 29 Juni 2007
Usia Balita Frekuensi Prosentase
2 tahun 1 2,6
3 tahun 11 30
4 tahun 26 68,4
Total 38 100

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa usia balita sebagian besar,

yaitu 26 balita atau 68,4% berumur 4 tahun.

5.1.2. Data Khusus

Data ini menggambarkan pengetahuan orang tua tentang pemberian

makan kepada anak dan tabulasi silang tiap-tiap variabel terhadap kejadian

obesitas pada balita.

5.1.2.1. Pengetahuan Orang Tua tentang Pemberian Makan kepada Anak


42

Tabel 5.2.1 Distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang pemberian


makan kepada anak di KB TKIT Al-Hikmah Surabaya tanggal
20 Juni 2007 sampai dengan 29 Juni 2007
pengetahuan Frekuensi Prosentase
Baik 28 73,7
Cukup 10 26,3
Total 38 100

Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan responden

sebagian besar yaitu 28 atau 73,7% masuk dalam kriteria baik.

5.1.2.2. Obesitas pada Balita

Tabel 5.2.2 Distribusi frekuensi obesitas pada balita di KB TKIT Al-


Hikmah Surabaya tanggal 20 Juni 2007 sampai dengan 29 Juni
2007
Obesitas balita Frekuensi Prosentase
Obesitas 10 26,3
Tidak Obesitas 28 73,3
Total 38 100

Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar balita yaitu

28 atau 73,7% adalah tidak obesitas.


43

5.1.3. Hubungan Antara Pengetahuan Orang Tua Tentang Pemberian Makan

kepada Anak dengan Kejadian Obesitas pada Balita

Tabel 5.3 Tabel silang pengetahuan orang tua tentang pemberian makan
kepada anak dangan kejadian obesitas pada balita di KB TKIT Al-
Hikmah Surabaya tanggal 20 Juni 2007 sampai dengan 29 Juni
2007
Obesitas Obesitas Tidak Jumlah
Obesitas
Pengetahuan f % f % F %
Baik 7 25 21 75 28 100
Cukup 3 30 7 70 10 100
Jumlah 10 26,32 28 73,68 38 100

Berdasarkan tabel silang di atas menunjukkan bahwa sebagian besar

responden di KB TKIT Al-Hikmah Surabaya tanggal 20 Juni 2007 sampai

dengan 29 Juni dengan tingkat pengetahuan baik memiliki anak tidak obesitas

yaitu sebesar 21 responden atau 75%.

5.2. Analisis Data

Dari hasil penghitungan dengan menggunakan uji Chi Square diperole

hasil nilai χ2 hitung (0,095) < nilai kritis χ2 (1,095) (3,841)maka dapat disimpulkan

bahwa H1 ditolak, artinya tidak ada hubungan antara pengetahuan orang tua

tentang pemberian makan kepada anak dengan kejadian obesitas pada balita.

Sesuai dengan hasil pengujian r sebesar 0,05 bila dibandingkan dengan

kuat korelasi (0,0 – 0,10), maka taraf signifikan termasuk sangat lemah, dan

artinya semakin baik tingkat pengetahuan orang tua tidak mempengaruhi

kejadian obesitas pada balita.


44

5.3. Pembahasan

Dari hasil penelitian terhadap 38 responden yang dilakukan di KB TKIT

Al-Hikmah Surabaya menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki

tingkat pengetahuan yang baik. Hal ini bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor

yang menunjang, misalnya semua responden memiliki latar belakang pendidikan

SMA / SMEA ke atas, dan sebagian besar berlatar belakang pendidikan Diploma

/sarjana. Hal ini sesuai dengan teori Notoatmodjo, 1996 yang dikutip oleh

Nursalam, 2001 bahwa “pada umumnya semakin tinggi pendidikan maka akan

semakin baik pula tingkat pengetahuannya. Pengetahuan itu sendiri merupakan

kemampuan seseorang untuk mengingat fakta, symbol, prosedur teknik, dan

teori.”

Selain itu pengetahuan juga dipengaruhi oleh pengalaman dan usia.

Menurut Notoatmodjo, 2005 pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau

merupakan cara untuk memperoleh pengetahuan. Pengalaman merupakan

pendekatan yang penting dan bermanfaat. Kemampuan untuk menyimpulkan,

mengetahui aturan, dan membuat prediksi bedasrkan observasi (Nursalam, Siti

Pariani, 2001).

Menurut Hurlock, 1998 yang dikutip oleh Nursalam, 2001 bahwa

kemampuan mental yang diperlukan untuk mempelajari dan menyesuaikan diri

pada situasi-situasi yang baru, misalnya mengingat hal-hal yang dulu pernah

dipelajari, penalaran analogis, dan berfikir kreatif mencapai puncaknya dalam

usia dua puluhan, kemudian sedikit demi sedikit menurun.


45

Faktor-faktor tersebut mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang,

namun dalam penelitian ini tidak diteliti.

Dari 38 balita didapatkan sebaian besar balita tidak obesitas. Hal ini

menunjukkan bahwa kejadian obesitas pada balita di KB TKIT Al-Hikmah

Surabaya masih jarang terjadi. Meskipun demikian, setiap tahun angka kejadian

obesitas terus meningkat. Oleh karena itulah kejadian obesitas tetap

membutuhkan perhatian yang penuh mengingat efek yang ditimbulkan dapat

mengganggu kesehatan anak baik sebelum atau setelah masa dewasa. Hal ini

sesuai dengan teori Fauzin, 2006 yang menyatakan bahwa komplikasi dari anak-

anak yang mengalami obesitas bisa terjadi Diabetes Mellitus tipe 2 yang resisten

terhadap insulin, muncul tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi dan tingkat lipid

yang abnormal.

Menurut Roskitt dan Clair yang dikutip oleh Subardja, 2004 dahwa

“obesitas pada anak merupakan cikal bakal terjadinya penyakit degeneratif

kardiovaskuler, Diabetes Mellitus, dan Penyakit degeneratif lainnya yang dapat

timbul sebelum atau setelah masa dewasa.

Dari 10 balita obesitas, didapatkan 7 balita obesitas dengan pengetahuan

orang tua cukup yang artinya tidak ada hubungan tentang pemberian makan

kepada anak dengan kejadian obesitas pada balita

Hal ini menunjukkan bahwa kejadian obesitas pada balita tidak hanya

dipengaruhi oleh pengetahuan saja, melainkan dipengaruhi oleh beberapa faktor

lain misanya faktor lingkungan yang meliputi aktivitas fisik, penggunaan energi

yang rendah, dan faktor keturunan. Hal ini sesuai dengan teori yang
46

dikemukakan oleh Juanita, 2004 yang menyatakan bahwa terdapat 3 faktor yag

barpengaruh terhadap bekembangnya obesitas, yaitu genetik, lingkungan, dan

neuro.
47

BAB 6

SIMPULAN DAN SARAN

6.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di KB TKIT Al-Hikmah

Surabaya pada tanggal 20 Juni 2007 sampai dengan 29 Juni 2007 dapat

disimpulkan bahwa :

1. Pengetahuan orang tua tentang pemberian makan kepada anak

sebagian besar termasuk dalam kategori baik.

2. Sebagian besar balita tidak obesitas.

3. Dilihat dari hasil peneltian ysng diuji dengan menggunakan uji

hiotesis chi square didapatkan nilai χ2 = 0,095 < χ2(1,095) = 3,841 sehingga

tidak ada hubungan antara pengetahuan orang tua tentang pemberian makan

dengan kejadian obesitas pada balita.

6.2. Saran

Dengan melihat hasil penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang

dikemukakan sebagai berikut :

1. Bagi Petugas Kesehatan

Diharapkan agar bidan dapat memberikan perhatian yang lebih terhadap

status gizi balita, terutama balita obesitas yang selama ini sangat kurang

mendapatkan perhatian, baik dari tenaga kesehatan maupun masyarakat.

Perhatian ini diwujudkan dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang

pola makan yang sehat dan benar menurut standar kesehatan.


48

2. Bagi Peneliti

Diharapkan selanjutnya melakukan penelitian dengan menggunakan metode

penelitian analitik observasional case control untuk memberikan hasil yang

lebih akurat, dan sampel dapat mewakili populasi secara keseluruhan.


49

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,s.1998.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta:Rineka Cipta

Anonimus.2002.Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak.Jakarta:Bagian Anak FK


Universitas Indonesia

Budiyanto,A.2004.Dasar-Dasar Ilmu Gizi.Malang:UMM

Damayanti.2004.Obesitas Mengancam Anak-Anak.02 Juni 2006.available


http.//www.kompas.com

Darmono.2006.Obesitas Pada Anak Bisa Turunkan Tingkat Kecerdasan.26


September.available http.//www.republika.ci.id

Fauzin.2006.Prevalensi Obesitas di Indonesia Naik.available


http.//www.suarasurabaya.net

Juanita,V.2004.Obesitas Pada Anak.9 September 2004.available


http.//www.sinarharapan.co.id

Mansjoer,A,dkk.2000.Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta:Media Aesculapius


Nursalam.2003.Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan.Jakarta:Salemba Medika

Nursalam,dkk.2005.Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak.Jakarta:Salemba Medika

Soegianto, B.2004.Penentuan Status Gizi Anak dalam Masa Pertumbuhan (0-18


tahun) Tabel Baku WHO-NCHS.Surabaya:Akademi Gizi Surabaya

Soetjiningsih.1998.Gizi Untuk Tumbuh Kembang Anak.Jakarta:EGC

Subardja,D.2004.Obesitas Primer Pada Anak.Bandung:Kiblat

Yatim,F.2005.30 Gangguan Kesehatan Pada Anak Usia Sekolah.Jakarta:Obor


50

Lampiran 1

LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN

Kepada

Yth. Bapak/ibu calon responden

Di KB-TKIT Al-Hikmah Surabaya

Saya mahasiswa Program Studi Kebidanan Soetomo Surabaya yang bernama

Ainun Nafiah, akan melakukan penelitian tentang “Hubungan antara pengetahuan

orang tua tentang pemberian makan kepada anak dengan kejadian obesitas pada

balita” yang betujuan untuk mengidentifikasi penderita obesitas pada balita dan

menganalisa hubungan antara pengetahuan orang tua tentang pemberian makan

kepada balita dengan kejadian obesitas.

Untuk kepentingan tersebut di atas, saya minta kesediaan ibu/bapak untuk

menjadi responden dalam penelitian ini. Selanjutnya saya mohon kesediaan ibu/bapak

untuk diwawancarai dan menjawab pertanyaan dalam kuesioner yang telah saya

sediakan dengan jujur apa adanya. Jawaban yang ibu berikan akan saya jamin

kerahasiaanya.

Demikian permintaan dan permohonan saya. Atas kesediaan dan bantuan serta

kerjasama dari ibu/bapak saya ucapkan terimakasih.

Surabaya, Juni 2007

Hormat saya

Ainun Nafiah
51

Lampiran 2

PERNYATAAN MENJADI RESPONDEN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Umur :

Alamat :

Pekerjaan :

Menerangkan dengan sesungguhnya bahwa saya (bersedia/tidak bersedia*)

berpartisipasi sebagai responden penelitian dengan judul “Hubungan antara

pengetahuan orang tua tentang pemberian makan kepada anak dengan kejadian

obesitas pada balita” yang diselenggarakan oleh mahasiswa Program Studi Kebidanan

Sutomo Surabaya.

Demikian pernyataan ini saya buat atas dasar kemauan sendiri tanpa ada paksaan dari

orang lain.

Surabaya, Juni 2007

Responden

*coret yang tidak perlu

Lampiran 3 KUESIONER
52

Nomor responden :

Tanggal pengisian :

Petunjuk mengerjakan :

Berikan jawaban Bapak/ibu dengan cara memberikan tanda (√) pada jawaban yang

Anda pilih sesuai dengan pengetahuan Anda!

I. Data umum

1. Pendidikan terakhir ibu/bapak:

2. Pekerjaan ibu/bapak :

3. Jenis kelamin anak anda :

4. Tanggal lahir anak anda :

II. Data khusus

Pertanyaan tentang Jumlah makanan

1. Menurut Anda apakah jumlah makanan yang dimakan anak Anda

mempengaruhi berat badannya?

Ya

Tidak

Tidak Tahu

2. Jumlah rata-rata nutrisi yang dibutuhkan setiap hari untuk anak usia 1-3 tahun

agar anak tetap sehat adalah …

1 – 1,5 piring nasi; 2 – 3 potong ikan segar; 1 – 2 potong tempe; 0,5 mangkok

sayur bayam; 2 – 3 potong buah; dan 1 gelas susu.


53

2 – 3 piring nasi; 2 – 4 potong ikan segar; 2 – 3 potong tempe; 1 – 1,5

mangkok sayur bayam; 2 – 3 potong buah; dan 1 gelas susu.

2 – 4 piring nasi; 2 – 4 potong ikan segar; 2 – 3 potong tempe; 1 – 1,5

mangkok sayur bayam; 2 – 3 potong buah.

3. Jumlah rata-rata nutrisi yang dibutuhkan setiap hari untuk anak usia 4 - 6

tahun agar anak tetap sehat adalah …

1 – 1,5 piring nasi; 2 – 3 potong ikan segar; 1 – 2 potong tempe; 0,5 mangkok

sayur bayam; 2 – 3 potong buah; dan 1 gelas susu.

2 – 3 piring nasi; 2 – 4 potong ikan segar; 2 – 3 potong tempe; 1 – 1,5

mangkok sayur bayam; 2 – 3 potong buah; dan 1 gelas susu.

2 – 4 piring nasi; 2 – 4 potong ikan segar; 2 – 3 potong tempe; 1 – 1,5

mangkok sayur bayam; 2 – 3 potong buah.

4. Berapa banyak sebaiknya Anda memberikan makanan kepada anak anda?

Sesuai keinginan anak

Sesuai dengan kebutuhan anak

Kurang dari satu porsi

5. Jumlah air putih yang harus dikonsumsi oleh tubuh dalam 1 hari minimal 2

liter atau sekitar …

4 gelas 12 gelas

Sesuai dengan kebutuhan anak

Pertanyaan tentang frekuensi makan anak


54

6. Memberikan makan terlalu sering diluar jam makan anak, dapat

menyebabkan…

Berat badan Lebih dari yang seharusnya

Anak sehat

Anak kuat

7. Menurut Anda yang baik dalam pemberian makanan tambahan kepada anak

adalah …

Sesering mungkin

Secukupnya

Sekali-kali atau tidak diberikan

8. Frekuensi makan yang teratur dan terjadwal adalah lebih baik daripada tidak

teratur dan tidak terjadwal, karena…..

Makanan sebagai kebutuhan pokok manusia yang harus terpenuhi dengan

seimbang, tidak boleh kurang dan tidak boleh lebih

Makanan sebagai sumber tenaga

Makanan adalah modal untuk aktivitas sehari-hari

9. Frekuensi makan yang baik bagi anak adalah…

2-3 kali sehari

Sesuai dengan keinginan anak

Sesering mungkin

Pertanyaan tentang jenis makanan

10. Makanan yang paling tepat diberikan kepada anak usia 1 – 3 tahun adalah…
55

Nasi, sate ayam, buah nanas, es teh

Nasi, tempe, sayur sawi, segelas susu

Bubur/ tim saring

11. Makanan yang paling tepat diberikan kepada anak usia kurang dari 6 bulan

adalah…

ASI saja

Nasi, ikan segar, tempe, sayur sawi, segelas susu

Bubur/tim saring

12. Anak mulai diperkenalkan dengan makanan tambahan adalah pada usia 6

bulan, jenis makanan yang sebaiknya diperkenalkan adalah…

Pisang

Bubur/tim saring

Nasi dan lauk daging

13. Jenis makanan yang sesuai untuk anak yang mengalami konstipasi atau

sembelit adalah …

Daging dan ikan segar

Susu dan roti

Sayur atau buah

Pertanyaan tentang kandungan gizi dalam makanan anak

14. Kacang tanah, kedelai, tahu, dan tempe adalah makanan yang mengandung

banyak …
56

Vitamin

Protein hewani

Protein nabati

15. Daging, hati, ikan segar, dan kerang adalah makanan yang mengandung

banyak …

Lemak

Protein hewani

Protein nabati

16. Anak yang gemuk adalah anak yang kelebihan….. di dalam tubuhnya

Karbohidrat

Lemak

Protein

17. Makanan –makanan yang mengandung lemak tinggi cocok diberikan kepada

anak yang….

Kurus Biasa

Gemuk

Pertanyaan tentang manfaat makanan

18. Anak yang kurus adalah anak yang

Tidak sehat Sering penyakitan

Kurang gizi
57

19. Apabila anak diberikan makanan dengan gizi yang cukup dan seimbang,

maka anak menjadi….

Sehat dan kuat

Gemuk dan lucu menggemaskan

Terhindar dari penyakit

20. Makanan yang dikonsumsi oleh anak khususnya balita, sebagian besar

digunakan untuk …

Pertumbuhan dan perkembangannya

Tenaga untuk beraktivitas sehari-hari

Pertumbuhan berat badannya saja

21. Sedangkan untuk orang dewasa, kebutuhan makan lebih banyak digunakan

untuk…

Sama dengan anak

Berbeda dengan anak

Untuk beraktivitas sehari-hari

Pertanyaan tentang cara pemberian makan anak

22. Menurut Anda apakah sering memberikan makanan tambahan makanan

kepada anak Anda di luar jam makannya baik untuk pertumbuhannya?

Baik

Kurang baik

Tidak tahu
58

23. Cara makan yang baik adalah….

Makan dengan cepat agar cepat habis

Perlahan-lahan agar tidak tersedak dengan frekuensi mengunyah ± 32 kali

Frekuensi mengunyah ± 50 kali

24. Untuk memenuhi semua kebutuhan nutrisi, maka cara memberikan makan

kepada anak sebaiknya …

Satu jenis makanan yang berkualitas

Beberapa jenis makanan/bervariasi

Makanan yang disajikan dalam keadaan segar.

25. Cara memberikan makanan kepada seseorang, harus sesuai dengan kebutuhan

yang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu …

Umur, jenis kelamin, aktivitas

Pola hidup, pangkat, jabatan

Kepercayaan, keyakinan, dan kondisi cuaca

Lampiran 4 KUNCI JAWABAN KUESIONER

Pertanyaan pengetahuan orangtua tentang jumlah makanan

1. Ya

2. 1 – 1,5 piring nasi; 2 – 3 potong ikan segar; 1 – 2 potong tempe; 0,5

mangkok sayur bayam; 2 – 3 potong buah; dan 1 gelas susu.


59

3. 2 – 3 piring nasi; 2 – 4 potong ikan segar; 2 – 3 potong tempe; 1 – 1,5

mangkok sayur bayam; 2 – 3 potong buah; dan 1 gelas susu

4. Sesuai dengan kebutuhan anak

5. Sesuai dengan kebutuhan anak

Pertanyaan pengetahuan orangtua tentang frekuensi makan bagi anak

6. Berat badan Lebih dari yang seharusnya

7. Secukupnya

8. Makanan sebagai kebutuhan pokok manusia yang harus terpenuhi

dengan seimbang, tidak boleh kurang dan tidak boleh Lebih

9. 2-3 kali sehari

Pertanyaan tentang jenis makanan

10. Nasi, tempe, sayur sawi, segelas susu

11. ASI saja

12. Bubur/tim saring

13. Sayur atau buah

Pertanyaan tentang kandungan gizi dalam makanan anak

14. Protein nabati

15. Protein hewani

16. Lemak

17. Kurus

18. Kurang gizi

19. Sehat dan kuat

20. Pertumbuhan dan perkembangannya


60

21. Untuk beraktivitas sehari-hari

Pertanyaan tentang cara pemberian makan anak

22. Kurang baik

23. Perlahan-lahan agar tidak tersedak dengan frekuensi mengunyah ± 32

kali

24. Beberapa jenis makanan/bervariasi

25. Umur, jenis kelamin, aktivitas

Você também pode gostar