Você está na página 1de 16

TUGAS MAKALAH

MATA KULIAH : ILMU KEPERAWATAN DASAR


Tentang :
MODEL KONSEP TEORI KEPERAWATAN
MENURUT SISTER CALISTA ROY
APLIKASI KASUS
Dosen Pembimbing : Ns. Siti Mukaromah, M. Kep

Disusun Oleh :
1. Iswanto
2. Nurmaya Sari
3. Christilova

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES WIYATA HUSADA SAMARINDA
TAHUN 2016
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan anugerah kepada
penyusun untuk dapat menyusun makalah yang berjudul model konsep teori keperawatan menurut
Sister Callista Roy Penyusun berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua dalam
menambah pengetahuan atau wawasan mengenai keperawatan. Penyusun sadar makalah ini belum
sempurna maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar makalah
ini menjadi sempurna.

Balikpapan, 26 April 2016

Penyusun

BAB 1

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Model konseptual mengacu pada ide ide global mengenai individu, kelompok situasi atau
kejadian tertentu yang berkaitan dengan disiplin yang spesifik. Teori-teori yang terbentuk dari
penggabungan konsep dan pernyataan yang berfokus lebih khusus pada suatu kejadian dan
fenomena dari suatu disiplin ilmu. Model konseptual keperawatan dikembangkan atas
pengetahuan para ahli keperawatan tentang keperawatan yang bertolak dari paradigma
keperawatan. Model konseptual dalam keperawatan dapat memungkinkan perawat untuk
menerapkan cara perawat bekerja dalam batas kewenangan sebagai seorang perawat. Perawat
perlu memahami konsep ini sebagai kerangka konsep dalam memberikan asuhan keperawatan
dalam praktek keperawatan atau sebagai filosofi dalam dunia pendidikan dan kerangka kerja
dalam riset keperawatan.
Keperawatan sebagai suatu profesi yang sampai saat ini masih dianggap profesi yang
kurang eksis, kurang profesional, bahkan kurang menjanjikan dalam hal finansial. Oleh karena itu
keperawatan harus berusaha keras untukmenunjukkan pada dunia luar, di luar dunia keperawatan
bahwa keperawatan juga bisa sejajar dengan profesi profesi lain. Tugas ini akan terasa berat bila
perawat-perawat Indonesia tidak menyadari bahwa eksistensi keperawatan hanya akan dapat
dicapai dengan kerja keras perawat itu sendiri untuk menunjukkan profesionalismenya dalam
memberikan pelayanan kesehatan terutama pelayanan keperawatan baik kepada individu, keluarga
maupun masyarakat. Salah satu cara untuk menunjukkan eksistensi keperawatan adalah dengan
mengembangkan salah satu model pelayanan keperawatan yang sesuai dengan kondisi masyarakat
Indonesia.
Model keperawatan Roy, dikenal dengan model adaptasi dimana Roy memandang setiap
manusia pasti mempunyai potensi untuk dapat beradaptasi terhadap stimulus baik stimulus
internal maupun eksternal dan kemampuan adaptasi ini dapat dilihat dari berbagai tingkatan usia.
Aplikasi proses keperawatan menurut konsep teori Roy diRumah Sakit telah banyak diterapkan
namun sedikit sekali perawat yang mengetahui dan memahami bahwa tindakan keperawatan
tersebut telah sesuai. Bahkan perawat melaksanakan asuhan keperawatan tanpa menyadari
sebagian tindakan yang telah dilakukan pada klien adalah penerapan konsep teori Roy. Oleh
karena itu, kami memandang perlu untuk mengetahui dan mengkaji lebih jauh tentang penerapan
model keperawatan yang sesuai dengan teori Sister Callista Roy di lapangan atau rumah sakit,
sehingga

dapat

diketahui

apakahteori

pelayanankeperawatan/ asuhan keperawatan.

Roy dapat

diaplikasikan

dengan

baik

dalam

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mampu memahami konsep model keperawatan menurut Roy dalam manajemen asuhan
keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan riwayat hidup Sister Calista Roy
b. Mampu menyelaraskan dan mendefinisikan model konseptual sister Calista Roy
c. Mampu memahami konsep dasar atau asumsi dasar dalam model konseptual stress dan
adaptasi Roy
d. Mampu menjelaskan komponen komponen model konsep keperawatan sister Calista Roy
e. Mampu menjelaskan karakteristik model konsep keperawatan sister Calista Roy
f. Mampu menerapkan konsep keperawatan sister Calista Roy pada asuhan keperawatan
dengan pendekatan proses keperawatan.
3. Manfaat
Sebagai panduan bagi perawat dalam manajemen asuhan keperawatan yang berdasarkan model
keperawatan Sister Calista Roy, sehingga mudah dalam mengaplikasikanya.

BAB 2
TINJAUAN TEORI

A. SEJARAH SISTER CALISTA ROY


Suster Calista Roy adalah seorang suster dari Saint Joseph of Carondelet.Roy dilahirkan
pada tanggal 14 oktober 1939 di Los Angeles California. Roy menerima Bachelor of Art Nursing
pada tahun 1963 dari Mount Saint Marys College dan Magister Saint in Pediatric Nursing pada
tahun 1966 di University of California Los Angeles.
Roy memulai pekerjaan dengan teori adaptasi keperawatan pada tahun 1964 ketika dia
lulus dari University of California Los Angeles. Dalam Sebuah seminar dengan Dorrothy E.
Johnson, Roy tertantang untuk mengembangkan sebuah model konsep keperawatan. Konsep
adaptasi mempengaruhi Roy dalam kerangka konsepnya yang sesuai dengan keperawatan.
Dimulai dengan pendekatan teori sistem. Roy menambahkan kerja adaptasi dari Helsen (1964)
seorang ahli fisiologis psikologis. Untuk memulai membangun pengertian konsepnya. Helsen
mengartikan respon adaptif sebagai fungsi dari datangnya stimulus sampai tercapainya derajat
adaptasi yang di butuhkan individu. Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus
yaitu : focal stimuli, konsektual stimuli dan residual stimuli. Roy mengkombinasikan teori
adaptasi Helson dengan definisi dan pandangan terhadap manusia sebagai sistem yang adaptif.
Selain konsep-konsep tersebut, Roy juga mengadaptasi nilai Humanisme dalam model
konseptualnya berasal dari konsep A.H. Maslow untuk menggali keyakinan dan nilai dari
manusia. Menurut Roy humanisme dalam keperawatan adalah keyakinan, terhadap kemampuan
koping manusia dapat meningkatkan derajat kesehatan.
Sebagai model yang berkembang, Roy menggambarkan kerja dari ahli-ahli lain di area
adaptasi seperti Dohrenwend (1961), Lazarus (1966), Mechanic ( 1970) dan Selye (1978).
Setelah beberapa tahun, model ini berkembang menjadisebagai suatu kerangka kerja pendidikan
keperawatan,praktek keperawatan dan penelitian. Tahun 1970, model adaptasi keperawatan
diimplementasikan sebagai dasar kurikulum sarjana muda keperawatan di Mount Saint Marys
College. Sejak saat itu lebih dari 1500 staf pengajar dan mahasiswa-mahasiswa terbantu untuk
mengklarifikasi, menyaring, dan memperluas model. Penggunaan model praktek juga
memegang peranan penting untuk klarifikasi lebih lanjut dan penyaringan model.
Sebuah studi penelitian pada tahun 1971 dan survey penelitian pada tahun 1976-1977
menunjukkan beberapa penegasan sementara dari model adaptasi. Perkembangan model adaptasi
keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang Roy dan profesionalismenya. Secara filosofi Roy
mempercayaikemampuan bawaan, tujuan,, dan nilai kemanusiaan,pengalaman klinisnya telah
membantu perkembangan kepercayaannya itu dalam keselarasan dari tubuh manausia dan spirit.
Keyakinan filosofi Roy lebih jelas dalam kerjanya yang baru pada model adaptasikeperawatan.

B. BAGAN MODEL KONSEP TEORI SISTER CALISTA ROY


Roy mengidentifikasi bahwa input sebagai stimulus,merupakan kesatuan informasi, bahan
bahan atau energi darilingkungan yang dapat menimbulkan respon, dimana dibagidalam tiga
tingkatan yaitu input, proses dan output.
1. Input
Input atau masukan terdiri dari stimulus dan leveladaptasi. Stimulus terdiri dari :
a. Stimulus fokal yaitu stimulus yang langsungberhadapan dengan seseorang, efeknya
segera,misalnya infeksi .
b. Stimulus kontekstual yaitu semua stimulus lain yangdialami seseorang baik internal maupun
eksternal yangmempengaruhi situasi dan dapat diobservasi, diukurdan secara subyektif
dilaporkan. Rangsangan ini munculsecara bersamaan dimana dapat menimbulkan
responnegatif pada stimulus fokal seperti anemia, isolasisosial.
c. Stimulus residual yaitu ciri-ciri tambahan yang ada dan
relevan dengan situasi yang ada tetapi sukar untukdiobservasi meliputi kepercayan, sikap
sifat individuberkembang sesuai pengalaman yang lalu, hal inimemberi proses belajar untuk
toleransi. Misalnyapengalaman nyeri pada pinggang ada yang toleransitetapi ada yang
tidak.Level adaptasi dapat menjadi data masukan yang akanmempengaruhi respon adaptasi
seseorang. Menurut Roylevel adaptasi seseorang dibagi menjadi 3,yaitu :
integrated , compensatory, compromised.
2. Proses
Mekanisme kontrol seseorang menurut Roy adalahbentuk mekanisme koping yang di gunakan.
Mekanismekontrol ini dibagi atas regulator dan kognator yangmerupakan subsistem.
a. Subsistem regulator
Input stimulus berupa internal atau eksternal.Transmiter regulator sistem adalah kimia,
neural atauendokrin. Refleks otonom adalah respon neural danbrain sistem dan spinal cord
yang diteruskan sebagaiperilaku output dari regulator sistem. Banyak prosesfisiologis yang
dapat dinilai sebagai perilaku regulatorsubsistem.
b. Subsistem kognator.
Stimulus untuk subsistem kognator dapat eksternalmaupun internal. Perilaku output dari
regulatorsubsistem dapat menjadi stimulus umpan balik untukkognator subsistem. Kognator
kontrol prosesberhubungan dengan fungsi otak dalam memprosesinformasi, penilaian dan
emosi. Persepsi atau prosesinformasi berhubungan dengan proses internal dalammemilih
atensi,

mencatat

dan

mengingat.

Belajarberkorelasi

dengan

proses

imitasi,

reinforcement(penguatan) dan insight (pengertian yangmendalam). Penyelesaian masalah


dan pengambilankeputusan adalah proses internal yang berhubungandengan penilaian atau
analisa. Emosi adalah prosespertahanan untuk mencari keringanan,mempergunakan
penilaian dan kasih sayang.Dalam memelihara integritas, kognator danregulator saling
bekerjasama dan menguatkan.
Selanjutnya Roy mengembangkan proses internalseseorang sebagai sistem adaptasi
denganmenetapkan sistem efektor, yaitu 4 mode adaptasimeliputi fisiologis, konsep diri,
fungsi peran daninterdependensi.
a. Mode Fungsi Fisiologi
Fungsi

fisiologi

berhubungan

denganstruktur

tubuh

dan

fungsinya.

Roy

mengidentifikasisembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harusdipenuhi untuk


mempertahankan

integritas,

yangdibagi

menjadi

dua

bagian,

mode

fungsi

fisiologistingkat dasar yang terdiri dari 5 kebutuhan danfungsi fisiologis dengan proses
yang kompleksterdiri dari 4 bagian yaitu :
1) Oksigenasi : Kebutuhan tubuh terhadap oksigendan prosesnya, yaitu ventilasi,
pertukaran gasdan transpor gas (Vairo,1984 dalam Roy 1991).
2) Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasimakanan untuk mempertahankan
fungsi,meningkatkan pertumbuhan dan menggantijaringan yang injuri. (Servonsky,
1984 dalamRoy 1991).
3) Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolismedari instestinal dan ginjal.
( Servonsky, 1984dalam Roy 1991)
4) Aktivitas dan istirahat : Kebutuhankeseimbangan aktivitas fisik dan istirahat
yangdigunakan untuk mengoptimalkan fungsifisiologis dalam memperbaiki dan
memulihkansemua komponen-komponen tubuh. (Cho,1984dalam Roy, 1991).
5)Proteksi/ perlindungan : Sebagai dasar defenstubuh termasuk proses imunitas dan
strukturintegumen ( kulit, rambut dan kuku) dimana halini penting sebagai fungsi
proteksi dari infeksi,trauma dan perubahan suhu. (Sato, 1984 dalamRoy 1991).
6)

The

sense

perasaan

Penglihatan,pendengaran,

perkataan,

rasa

dan

baumemungkinkan seseorang berinteraksi denganlingkungan Sensasi nyeri


pentingdipertimbangkan dalam pengkajian perasaan.( Driscoll, 1984, dalam Roy,
1991).
7) Cairan dan elektrolit. : Keseimbangan cairandan elektrolit di dalamnya termasuk
air,elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstraseldan fungsi sistemik. Sebaliknya

inefektif fungsisistem fisiologis dapat menyebabkanketidakseimbangan elektrolit.


(Parly, 1984,dalam Roy 1991).
8) Fungsi syaraf / neurologis : Hubunganhubunganneurologis merupakan bagianintegral
dari

regulator

koping

mekanismeseseorang.

Mereka

mempunyai

fungsi

untukmengendalikan dan mengkoordinasipergerakan tubuh, kesadaran dan proses


emosikognitif yang baik untuk mengatur aktivitasorgan-organ tubuh (Robertson,
1984 dalamRoy, 1991).
9) Fungsi endokrin : Aksi endokrin adalahpengeluaran horman sesuai dengan
fungsineurologis, untuk menyatukan danmengkoordinasi fungsi tubuh. Aktivitas
endokrin mempunyai peran yang signifikandalam respon stress dan merupakan
dariregulator koping mekanisme ( Howard&Valentine dalam Roy,1991).
b. Mode Konsep Diri
Mode konsep diri berhubungan dengan psikososialdengan penekanan spesifik pada
aspek psikososial danspiritual manusia. Kebutuhan dari konsep diri iniberhubungan
dengan

integritas

psikis

antara

lainpersepsi,

aktivitas

mental

dan

ekspresi

perasaan.Konsep diri menurut Roy terdiri dari dua komponenyaitu the physical self dan
the personal self.
1).The physical self, yaitu bagaimana seseorangmemandang dirinya berhubungan dengan
sensasitubuhnya dan gambaran tubuhnya. Kesulitan pada area ini sering terlihat pada
saat merasakehilangan, seperti setelah operasi, amputasi atauhilang kemampuan
seksualitas.
2). The personal self, yaitu berkaitan dengankonsistensi diri, ideal diri, moral- etik dan
spiritualdiri orang tersebut. Perasaan cemas, hilangnyakekuatan atau takut merupakan
hal yang beratdalam area ini.
c. Mode Fungsi Peran
Mode fungsi peran mengenal polapola interaksi sosialseseorang dalam hubungannya
dengan orang lain, yangdicerminkan dalam peran primer, sekunder dan tersier.Fokusnya
pada bagaimana seseorang dapatmemerankan dirinya dimasyarakat sesuaikedudukannya
d. Mode Interdependensi
Mode interdependensi adalah bagian akhir dari modeyang dijabarkan oleh Roy.
Fokusnya adalah interaksiuntuk saling memberi dan menerima cinta/ kasihsayang,

perhatian

dan

saling

antaraketergantungan
Ketergantungan

dan

menghargai.Interdependensi
kemandirian

ditunjukkandengan

dalam

yaitu

menerimasesuatu

kemampuan

untuk

afiliasi

keseimbangan
untuk
dengan

dirinya.
orang

lain.Kemandirian ditunjukkan oleh kemampuan berinisiatifuntuk melakukan tindakan


bagi dirinya.Interdependensidapat dilihat dari keseimbangan antara dua nilaiekstrim,
yaitu memberi dan menerima.
3. Output
Output dari suatu sistem adalah perilaku yangdapat di amati, diukur atau secara
subyektif dapatdilaporkan baik berasal dari dalam maupun dari luar.Perilaku ini merupakan
umpan balik untuk sistem. Roymengkategorikan output sistem sebagai respon yangadaptif atau
respon yang tidak efektif / mal-adaptif.Respon yang adaptif dapat meningkatkan
integritasseseorang yang secara keseluruhan dapat terlihat bilaseseorang tersebut mampu
melaksanakan tujuan yangberkenaan dengan kelangsungan hidup, perkembangan,reproduksi
dan keunggulan. Sedangkan respon yang maladaptif perilaku yang tidak mendukung tujuan
ini.Tingkat adaptasi seseorang sebagai sistemadaptasi dipengaruhi oleh perkembangan individu
itusendiri, dan penggunaan mekanisme koping.Penggunaan mekanisme koping yang
maksimalmengembangkan tingkat adaptasi seseorang danmeningkatkan rentang stimulus agar
dapat beresponsecara positif.
INPUT
PROSES
Stimulus (Fokal, Mekanisme koping
contextual

EFFECTOR
Fungsional fisik

OUTPUT
Respon adaptife

Konsep diri

Respon ineffectife

dan

residual)
Level
Adaptasi Regulator
(Integrated,
compensatory,
compromise)
kognator

Fungsi peran
interdependency

C. PARADIGMA KEPERAWATAN MENURUT SISTER CALISTA ROY

Empat Elemen utama dari teori Roy adalah : Manusia sebagai penerima asuhan keperawatan,
Konsep lingkungan, Konsep sehat dan Keperawatan. Dimana antara keempat elemen tersebut
saling mempengaruhi satu sama lain karena merupakan suatu sistem.
1. Manusia
Manusia merupakan fokus utama yang perlu diperhatikan karena manusialah yang menjadi
penerima asuhan keperawatan, baik itu individu, keluarga, kelompok maupun masyarakat,
yang dipandang sebagai Holistic Adaptif System. Dimana Holistic Adaptif System
inimerupakan perpaduan antara konsep sistem dan konsep adaptasi.
a. Konsep Sistem
Roy memandang manusia sebagai mahluk holistik yang dalam sistem kehidupannya
akan selalu berinteraksi dengan lingkungannya, dimana diantara keduanya akan terjadi
pertukaran informasi, matter dan energi. Adapun karakteristik sistem menurut Roy adalah
input, output, control dan feed back
b. Konsep Adaptasi
Output dalam sistem adaptasi ini berupa respon perilaku individu yang dapat dikaji
oleh perawat baik secara objektif maupun subjektif. Respon perilaku ini dapat menjadi
umpan balik bagi individu maupun lingkungannya. Roy mengkategorikan output dari sistem
adaptasi ini berupa respon adaptif dan respon inefektif. Respon adaptif dapat meningkatkan
integritas
individu sedangkan respon inefektif tidak dapat mendukung untuk pencapaian tujuan
perawatan individu. Roy menggunakan istilah mekanisme koping untuk menggambarkan
proses kontrol individu dalam sistem adaptasi ini. Beberapa koping ada yang bersifat
genetik
seperti : WBC (sel darah putih) sebagai bentengpertahanan tubuh terhadap adanya kuman,
sedangkan beberapa koping lainnya ada yang merupakan hasil belajar seperti :
menggunakan antiseptik untuk membersihkan luka. Dalam mekanisme kontrol ini, Roy
menyebutnya dengan istilah Regulator dan Cognator. Transmitter dari sistem regulator
berupa kimia, neural atau sistem saraf dan endokrin, yang dapat berespon secara otomatis
terhadap adanya
perubahan pada diri individu. Respon dari sistem regulator ini dapat memberikan umpan
balik terhadap sistem cognator. Proses kontrol cognator ini sangat berhubungan dengan
fungsi otak dalam hal fungsi persepsi atau memproses informasi, pengambilan keputusan
dan emosi.
2. Lingkungan

Stimulus yang berasal dari individu dan sekitar individu merupakan elemen dari
lingkungan, menurut Roy. Lingkungan didefinisikan oleh Roy adalah Semua kondisi,
keadaan dan pengaruh-pengaruh disekitar individu yang dapat mempengaruhi perkembangan
dan perilaku individu dan kelompok (Roy and Adrews, 1991 dalam Nursing Theory : 260) .
Dalam hal ini Roy menekankan agar lingkungan dapat didesign untuk meningkatkan
kemampuan adaptasi individu atau meminimalkan resiko yang akan terjadi pada individu
terhadap adanya perubahan.
3. Sehat
Roy mendefinisikan sehat adalah A State and a process of being and becoming an
integrated and whole person (Roy and Adrews, 1991 dalam Nursing Theory : 261). Integritas
individu dapat ditunjukkan dengan kemampuan untuk mempertahankan diri, tumbuh,
reproduksi dan mastery.Asuhan keperawatan berdasarkan model Roy bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan individu dengan cara meningkatkan respon adaptifnya.
4. Keperawatan
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa tujuan keperawatan menurut Roy adalah
meningkatkan respon adaptif individu dan menurunkan respon inefektif individu, dalam
kondisi sakit maupun sehat. Selain meningkatkan kesehatan di semua proses kehidupan,
keperawatan juga bertujuan untuk mengantarkan individu meninggal dengan damai. Untuk
mencapai tujuan tersebut, perawat harus dapat mengatur stimulus fokal, kontekstual dan
residual yangada pada individu, dengan lebih menitikberatkan padastimulus fokal, yang
merupakan stimulus tertinggi.
D. CONTOH APLIKASI MODEL KONSEP TEORI KEPERAWATAN SISTER CALISTA
ROY
Kasus :
Tn A, usia 50 tahun, dirawat dengan keluhan Lukadikaki kanan yang timbul sejak 7 hari
lalu.Tn.A mengeluhkaki kanan terasa nyeri mengeluarkan bau busuk danterdapat nanah,Tn A
malu dengan keadaannya . Saat ini iajuga mengeluh sering BAK bahkan pada malam
haripunsering mengalami BAK ( 5 kali ), Dan ia mengatakan sudah 1tahun ini mengalami
impoten.Tn.A mengatakan menderita penyakit DM 10 tahunyang lalu ( dari status terlihat bahwa
pasien sudah menderita10 th lalu )Tn.A. mengatakan saat ini mengkonsumsi OHO tetapikadang
kadang suka lupa dan dia menyalahkan kondisi inipada istrinya.Vital signs BP : 150/90 mmHg,
RR : 20x/menit, P :76x/menit, S : 38,5C. Istri Tn.A mengatakan akhir-akhir inisering marah

marah dan Tn A tidak patuh terhadap diet nya.Hasil pemeriksaan terakhir kadar gula darah puasa
350mg/dl,2jam pp : 400 mg/dl.
Pengkajian Dua Level (Two-Level Assessment)
Pada kasus Tn. A, digunakan teori adaptasi Roy yang diawali
dengan pengkajian dua level.
A. Pengkajian level pertama
merupakan pengkajian perilaku(behavior assessment) yang terdiri dari empat mode :
1. Mode fisiologis
a. Oksigenasi : RR : 20 x/menit,
b.Nutrisi : menurut istrinya Tn A tidak patuh terhadapdiet nya.
c. Eliminasi : sering BAK bahkan pada malam haripunsering mengalami BAK ( 5 kali ).
d. Aktivitas dan Istirahat : Tn R tidak mampu berjalan,kaki terasa sakit dan sering
terbangun pada malamhari.
e. Proteksi (perlindungan) : Luka dikaki kanan timbuL sejak 7 hari yang lalu.Tn.R
mengeluh kaki kananterasa nyeri mengeluarkan bau busuk dan terdapat nanah.
2. Mode konsep diri
a. Physical self : cemas karena perubahan fisik tetapimenerima pengobatan, adanya
penurunanlibido/seksual,

hubungan

dan

komunikasi

dengankeluarga

inti

dan

lingkungan sekitarnya baik.


b. Personal self : Harga diri terganggu karena bebanfinansial dan hospitalisasi
3. Mode fungsi peran
Tn.A mengatakan sudah 1 tahun ini mengalamiimpoten,( berarti klien mengalami gangguan
fungsiprimer sebagai seorang suami.)
4. Mode interdependensi
Tn.A. mengatakan saat ini mengkonsumsi OHO tetapikadang kadang suka lupa dan klien
menyalahkankondisi ini pada istrinya.Istri Tn.A mengatakan akhir-akhir ini sering marah
marah.(terlihat perilaku Tn.A : memiliki ketergantungan yangtinggi , kurang dapat
menumbuhkan perasaanmencintai )
B. Dilanjutkan dengan pengkajian tahap dua, yaitu pengkajian

stimulus yang mempengaruhi perilaku :


1. Fokal Stimuli :
Terdapat luka pada daerah kaki kanan, ada pus dan baumenyebar,S : 38,5C ( mengalami
infeksi )
Hasil pemeriksaan terakhir kadar gula darah puasa 350mg/dl,2jam pp : 400 mg/dl.Tn.A
mengatakan menderita penyakit DM 10 tahun yanglalu ( dari status terlihat bahwa pasien
sudah menderita10 th lalu )
2. Contextual Stimuli
Tn.A mengatakan menderita penyakit DM 10 tahun yanglalu ( dari status terlihat bahwa
pasien sudah menderita10 thn lalu ), dan pasien mengatakan sudah 1 tahun inimengalami
impoten. (stress)
3. Residual Stimuli
1)Tn.A. mengatakan saat ini mengkonsumsi OHO tetapikadang kadang suka lupa.
2)Istri Tn.A mengatakan akhir-akhir ini sering marah marah dan Tn A tidak patuh terhadap
diet nya.
C. Membuat pernyataan diagnosa
1.Mode Fisiologik
a. Resiko perluasan infeksi berhubungan denganpenurunan regulasi hormonal sekunder
dari penyakitnya
b. Gangguan nutrisi berhubungan dengan penurunanregulasi hormonal sekunder dari
penyakitnya
2.Mode Konsep Diri
Phisical Self : Gangguan gambaran diri berhubungandengan luka infeksi
3. Mode Role Function
Gangguan fungsi peran berhubungan dengan penurunanfungsi seksual
4. Mode Interdependency
Resiko terjadinya gangguan integritas keluargaberhubungan dengan perubahan gambaran
diri
D. Menyusun tujuan untuk meningkatkan adaptasi
1.Memfasilitasi penurunan kemampuan regulasi hormonal :berikan obat OHO atau insulin
sesuai program medis, rawat luka dengan teknik aseptik

2. Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi : berikan obat OHO ataudan insulin sesuai program
medis, jelaskan tentangpentingnya kepatuahn diet untuk tubuhnya
3.Gambaran diri pasien menjadi positif : jelaskan bahwakondisi ini terjadi juga pada pasien
lain, suport dengan nilainilaimoral dan spiritual yg dia miliki
4. Penerimaan pasien dan istrinya tentang penurunan fungsiperan primer : libatkan diskusi
keluarga ( istri ) tentangadanya perubahan fungsi peran primer pada pasien,jelaskan hal-hal
yg dapat dilakukan untuk meningkatkankembali fungsi primer tersebut dengan
mengembangkannilai-etikal dan spiritual pada pasien dan istri.
5. Integritas keluarga tetap adekuat : sediakan waktu untukberdialaog dengan pasien dan
keluarga, berikan kesadaranbahwa perubahan emosi yang terjadi pada pasien
adalahsesuatu yang bisa diantisipasi, kembangkan nilai kecintaanyang positif yang
dimiliki keluarga
E. Mengimplementasi intervensi yang ditujukan untukmenangani stimulus sehingga dapat
meningkatkanadaptasi
F. Mengevaluasi pencapaian tujuan
1. Infeksi hilang : luka busuk dan bernanah hilang, integritaskulit kembali utuh
2. Gambaran diri tetap positip : pasien tidak merasa maludengan lingkungannya
3. Pasien nampak menerima perubahan fungsi primer : lebihrelaks, tidak sering marah
4. Integritas keluarga tetap adekuat : pasien tidak seringmarah, istrinya tetap menjag pasien

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Roy menyampaikan bahwa secara umum tujuan pada intervensi keperawatan adalah untuk
mempertahankan dan mempertinggi perilaku adaptif dan mengubah perilaku inefektif menjadi
adaptif. Penentuan tujuan dibagi atas tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan
jangka panjang yang akan dicapai meliputi : Hidup, tumbuh, reproduksi dan kekeuasaan.
Tujuan jangka pendek meliputi tercapainya tingkah laku yang diharapkan setelah dilakukan
manipulasi terhadap stimulus focal, konteksual dan residual.

3.2. Saran
Oleh karena itu, perawat/mahasiswa keperawatan perlu untuk mengetahui dan mengkaji lebih
jauh tentang penerapan model keperawatan yang sesuai dengan teori Callista Roy di lapangan
atau rumah sakit, sehingga dapat diketahui apakah teori Roy dapat diaplikasikan dengan baik
dalam pelayanan keperawatan/asuhan keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Andrews A Heather (1991), The Roy Adaptation Model TheDefinitive Statement, Appletion &
Lange, California
Marriner-Tomey, A. & Alligood, M. R. (2006). Nursing theorists andtheir work. Elsevier Health
Sciences. USA:Mosby
Fitzpatrick & Whall (1989), Conceptual Models of Nursing, Appleton& Lange, California

Polit, D. and Beck, C. T. (2004). Nursing research: Principles andmethods. Lippincott Williams &
Wilkins.
Tomey & Alligood (2006), Nursing Theorist, Mosby Elsevier, UnitedStates of Amerika

Você também pode gostar