Você está na página 1de 4

AKHLAK KEPADA KELUARGA

Sikap keteraturan yang ditampakkan oleh Allah SWT dalam mengelola alam semesta serta
keteraturan yang harus dimunculkan ketika beribadah harus terimplementasi dalam kehidupan
berkeluarga. Seorang kepala keluarga berkewajiban mengatur dan mengelola sistem yang akan
diberlakukan di dalam keluarganya tersebut. Sistem yang dibangun tersebut seyogyanya
mengakomodasi kepentingan-kepentingan anggota keluarganya secara keseluruhan, dan sebagai
konsekwensinya seluruh anggota harus mempunyai komitmen untuk tidak keluar dari peraturan
yang disepakati, sehingga dengan demikian diharapkan terjadi keharmonisan di antara anggota
keluarga tersebut.
Beberapa sikap yang harus dimunculkan oleh setiap anggota keluarga tersebut diantaranya:
1. Tanggung jawab
Seperti telah diungkapkan sebelumnya bahwa keluarga sebagaimana halnya bangsa tidak
dapat hidup tenang dan bahagia tanpa suatu peraturan, kendali dan disiplin yang tinggi.
Kepincangan dalam menerapkan peraturan mengakibatkan kepincangan kehidupan. Memimpin
rumah tangga adalah sebuah tanggung jawab, demikian juga memimpin bangsa. Rasulullah SAW
bersabda: Setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap kamu akan dituntut pertanggungjawaban
atas
kepemimpinannya.
Tanggung jawab itu pun idealnya harus ditunjang dengan kemampuan di berbagai bidang
termasuk kemampuan leadership (kepemimpinan), dan disadari ataupun tidak, sikap bertanggung
jawab ini akan menjadi contoh atau tauladan bagi anggota keluarga yang lain, karena sikap
bertanggung jawab ini tidak hanya dibutuhkan oleh sang pemimpin tapi juga harus menjadi
karakter setiap anggota keluarga, bahkan seluruh anggota masyarakat dan bangsa.
2. Kerjasama
Dalam konteks yang lebih besar, kepemimpinan suatu bangsa misalnya tidak mungkin mencapai
sukses apabila langkah-langkah pemimpin daerah tidak searah dengan kepemimpinan pusat.
Kepemimpinan di setiap daerah itu sendiri pun tidak akan berjalan mulus jika bertentangan
dengan kepemimpinan atau langkah-langkah keluarga, dan dalam lingkup yang lebih sederhana,
kepemimpinan keluarga pun tentu tidak akan berdaya jika tidak ditunjang kerjasama dari seluruh
anggota keluarga itu sendiri, dengan demikian keharmonisan serta keteraturan dalam sebuah
keluarga akan sukses jika didukung oleh semua pihak yang terlibat di dalamnya.
Dari keterkaitan-keterkaitan tersebut, terlihat jelas bahwa keteraturan yang di bangun dalam
keluarga yang bersifat mikro sangat berpengaruh terhadap keteraturan keluarga dalam kontek
makro, yaitu kehidupan berbangsa dan bernegara, dan jelaslah pula bahwa keluarga merupakan
tulang punggung bagi tegaknya suatu bangsa.
3. Perhitungan dan Keseimbangan
Kepemimpinan, betapapun kecil dan sederhananya, membutuhkan perhitungan yang tepat.
Jangankan mengelola sebuah keluarga, mengurus satu penjamuan kecil pun mengharuskan
adanya perhitungan, keseimbangan dan keserasian antara jumlah undangan, kapasitas ruangan,
serta konsumsi dan waktu penyelenggaraan. Sangat tidak baik jika kemampuan material

seseorang atau kapasitas ruangan yang tersedia hanya cukup untuk sepuluh orang misalnya
sementara yang diundang seratus orang, tindakan tersebut tentu mengabaikan keseimbangan .
Pengaturan dan keseimbangan dalam kehidupan keluarga dituntut oleh ajaran Islam.
Hal tersebut lahir dari rasa cinta terhadap anak dan tanggung jawab terhadap generasi
selanjutnya. Dalam al-Quran anak disebut sebagai buah hati yang menyejukkan, serta Hiasan
kehidupan dunia. Bagaimana mungkin mereka menjadi buah hati dan hiasan hidup jika
beban yang dipikul orang tuanya melebihi kemampuannya? Bukankah kita dianjurkan untuk
berdoa: Ya Tuhan kami, janganlah bebani kami apa yang tak sanggup kami pikul.
4. Disiplin
Keteraturan-keteraturan seperti yang telah diungkapkan sebelumnya pada aspek ibadah, ternyata
berkorelasi dengan sikap kedisiplinan. Keteraturan waktu shalat misalnya, membutuhkan sikap
kedisiplinan bagi yang menjalankannya, tanpa kedisiplinan, kebermaknaan shalat menjadi
berkurang,
bahkan
bisa
jadi
hilang.
Begitupun
ibadah-ibadah
yang
lain.
Dalam kehidupan berkeluarga, sikap kedisiplinan ini begitu penting. Untuk mendapatkan
kesejahteraan, seorang kepala keluarga perlu memiliki sikap disiplin dalam mengatur waktu
untuk bekerja, ibadah dan istirahat, demikian juga seorang anak, untuk menggapai cita-citanya
dia harus rela mendisiplinkan diri dan waktunya untuk belajar, bermain, ibadah dan istirahat.
Tanpa kedisiplinan, keteraturan hidup susah tercapai.
5. Kasih saying
Di antara perasaan-perasaan mulia yang ditanamkan Allah di dalam keluarga adalah perasaan
kasih sayang. Seorang ayah rela bekerja keras mencari nafkah tentu karena kasih sayang
terhadap anak dan istrinya, seorang ibu tanpa mengeluh dan tak kenal lelah mengandung
anaknya selama sembilan bulan, inipun dilandasi cinta dan kasih sayang kepada sang jabang
bayi, bahkan setelah sang anak lahir, dia pun rela mengorbankan diri dan waktunya untuk
membesarkan anaknya tersebut, serta masih banyak lagi contoh keajaiban dari kekuatan besar
yang dinamakan cinta yang merupakan anugrah dari Allah SWT.
Sejatinya, kekuatan besar tersebut melandasi seluruh aspek kehidupan berkeluarga, karena
dengan cinta sesuatu yang berat akan terasa mudah. Dan sebaliknya, jika seseorang hatinya
kosong dari cinta atau maka orang tersebut akan cenderung bersifat keras dan kasar, dan pada
akhirnya bisa berakibat tidak baik bagi kelangsungan hidup berkeluarga, seperti timbulnya
penyimpangan-penyimpangan dan lain sebagainya.
Rasulullah SAW bersabda:Tidaklah termasuk golongan kami, orang-orang yang tidak
mengasihi anak kecil di antara kami dan tidak mengetahui hak orang besar di antara kami.
Walaupun cinta dan kasih sayang ini adalah sifat dasar yang harus dimiliki oleh setiap insan, tapi
ternyata tidak semua orang mudah mendapatkannya, karena untuk mendapatkannya diperlukan
sebuah perjuangan. Rasulullah SAW bersabda:
Allah menjadikan kasih sayang di dalam hati orang-orang yang dikehendaki-Nya dari para
hamba-Nya. Dan sesungguhnya Allah hanya mengasihi hamba-hamba Nya yang suka
mengasihi.

Dengan demikian, perjuangan untuk mendapatkan kasih sayang-Nya adalah dengan berusaha
sekuat tenaga dan terus menerus memancarkan kasih sayang kepada-Nya dan kepada sesama,
karena semakin ia menyayangi atau mengasihi-Nya maka kasih sayang-Nya akan semakin ia
dapatkan.
B. Ketauladan Ibu Dan Bapak Yang Wajib Ditunjukkan Kepada Anak
Hubungan yang sangat erat yang terjadi dalam pergaulan sehari-hari antara orang tua dan anak
merupakan hubungan berarti yang diikat pula oleh adanya tanggung jawab yang benar sehingga
sangat memungkinkan pendidikan dalam keluarga dilaksanakan atas dasar rasa cinta kasih
sayang yang murni, rasa cinta kasih sayang orang tua terhadap anaknya.
Tetapi hubungan orang tua yang tidak serasi, banyak perselisihan dan percekcokan akan
membawa anak kepada pertumbuhan pribadi dan tidak dibentuk, karena anak tidak mendapat
suasana yang baik untuk berkembang, sebab selalu terganggu oleh suasana orang tuanya. Dan
banyak lagi faktor-faktor tidak langsung dalam keluarga yang mempengaruhi pembinaan pribadi
anak. Di samping itu, banyak pula pengalaman-pengalaman yang mempunyai nilai pendidikan
baginya, yaitu pembinaan-pembinaan tertentu yang dilakukan oleh orang terhadap anak, baik
melalui latihan-latihan atau pembiasaan, semua itu merupakan unsur pembinaan pribadi anak.
1. Contoh Tauladan
Suatu sikap keteladanan dan perbuatan yang baik dan positif yang dilaksanakan oleh orang tua
sangat diperlukan. Hal ini merupakan proses pendisiplinan diri anak sejak dini, agar anak lekas
terbiasa berbuat baik sesuai dengan aturan dan norma yang ditetapkan di masyarakat berdasarkan
kaidah yang berlaku orang tua yang dapat memberi contoh tauladan yang baik kepada anakanaknya adalah orang tua yang mampu dan dapat membimbing anak-anaknya ke jalan yang baik
sesuai dengan yang diharapkan.
2. Pembentukan Sikap
Ngalim Purwanto (1997:140), mengemukakan definisi sikap ialah Suatu cara bereaksi terhadap
suatu perangsang suatu kecenderungan untuk bereaksi dengan cara tertentu terhadap suatu
perangsang atau situasi yang dihadapi. Untuk mengetahui sejauh mana peranan sikap orang tua
terhadap anak, maka akan diperinci setiap sikap serta akibatnya yang dapat dilihat dari sifat-sifat
kepribadian yang terbentuk, yaitu:
1) Sikap Terlalu Menyayangi Dan Melindungi Serta Memanjakan
2) Sikap Otoriter
3) Sikap Demokratis
C. Birrul Walidain
Birrul Wlidain terdiri dari kata birru dan al-walidain. Birru artinya kebajikan. Al-walidain artinya
dua orang tua atau ibu dan bapak. Birrul Walidain merupakan suatu istilah yang berasal langsung
dari Nabi Muhammad saw, yang berarti berbuat kebajikan kepada kedua orang tua. Semakna
dengan birrul walidain, Al-Quran Al-Karim menggunakan istilah ihsan (wa bi al-walidaini
ihsana),
seperti
yang
terdapat
dalam
firman
Allah
SWT
berikut
ini:

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah

kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya(QS. Al-Isra 23)
Allah SWT mewasiatkan kepada umat manusia untuk berbuat ihsan kepada kedua orang tua kita,
Allah SWT berfirman:

Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu bapaknya(QS. AlAnkabut 8)
Allah SWT juga meletakan perintah berterima kasih kepada kedua orang tua langsung sesudah
perintah berterima kasih kepada Allah SWT. Allah berfirman:

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya
telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam
dua tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu.(QS. Luqman 14)
Rasulullah juga mengaitkan bahwa keridhaan dan kemarahan Allah SWT berhubungan dengan
keridhaan
dan
kemarahan
kedua
orang
tua.
Rasulullah
bersabda:
Keridhaan Rabb (Allah) ada pada keridhaan orang tua, dan kemarahan Rabb (Allah) ada pada
kemarahan orang tua.(HR. Tirmidzi)
Bentuk-bentuk Birrul Waldain
1)
2)
3)
4)

Mengikuti keinginan dan saran orang tua


Menghormati dan Memuliakan kedua orang tua
Membantu kedua orang tua secara fisik dan materiil
Mendoakan kedua orang tua

Demikianlah Allah SWT dan Rasul-Nya menempatkan orang tua pada posisi yang sangat
istimewa sehingga berbuat baik kepada keduanya menempati posisi yang sangat mulia, dan
sebaliknya durhaka kepada salah satu atau keduanya juga menempati posisi yang sangat hina.
Secara khusus Allah mengingatkan betapa besar jasa dan perjuangan seorang ibu dalam
mengandung, menyusui, merawat, dan mendidik anaknya. Kemudian bapak walaupun tidak ikut
mengandung, tetapi dia berperan besar dalam mencari nafkah, membimbing, melindungi,
membesarkan, dan mendidik anaknya hingga mampu berdiri sendiri, bahkan sampai waktu yang
tidak
terbatas.
Berdasarkan hal tersebut maka sangatlah wajar apabila seorang anak menghormati dan
menyanyangi kedua orang tua setelah cintanya kepada Allah SWT.
https://sartikahinata.wordpress.com/2013/02/17/akhlak-terhadap-keluarga/

Você também pode gostar