Você está na página 1de 97

SKRIPSI

KARAKTERISTIK KOLEKTOR SURYA


PLAT DATAR DENGAN VARIASI JARAK KACA PENUTUP
DAN SUDUT KEMIRINGAN KOLEKTOR

AULIYA BURHANUDDIN
M0201023

Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
2006

SKRIPSI
KARAKTERISTIK KOLEKTOR SURYA
PLAT DATAR DENGAN VARIASI JARAK KACA PENUTUP
DAN SUDUT KEMIRINGAN KOLEKTOR

AULIYA BURHANUDDIN
M0201023

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh derajad Sarjana Sains


pada jurusan Fisika

Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
2006

SKRIPSI
KARAKTERISTIK KOLEKTOR SURYA
PLAT DATAR DENGAN VARIASI JARAK KACA PENUTUP
DAN SUDUT KEMIRINGAN KOLEKTOR

AULIYA BURHANUDDIN
M0201023

Dinyatakan lulus ujian skripsi oleh tim penguji


Pada hari jumat, 30 Mei 2006
TIM PENGUJI
Ir. Ari Handono Ramelan, M.Sc., Ph.D.
NIP. 131 570 296

_____________________

Drs. Harjana, M.Si., Ph.D.


NIP. 131 570 309

_____________________

Dra. Suparmi, M.A., Ph.D.


NIP. 130 529 713

_____________________

Nuryani, S.Si., M.Si.


NIP. 132 258 048

_____________________

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan


Memperoleh gelar Sarjana Sains

Dekan

Ketua Jurusan Fisika

Drs.H. Marsusi,M.S
NIP. 130 906 776

Drs. Harjana, M.Si., Ph.D


NIP. 131 570 309

ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan bahwa isi intelektual skripsi ini adalah hasil kerja saya
dan sepengetahuan saya. Hingga saat ini skripsi ini tidak berisi materi yang telah
dipublikasikan atau ditulis orang lain, atau materi yang telah diajukan untuk
mendapatkan gelar di Universitas Sebelas Maret Surakarta atau diperguruan tinggi
lainnya, kecuali telah dituliskan di daftar pustaka skripsi ini. Segala bentuk
bantuan dari semua pihak telah ditulis di bagian ucapan terima kasih.

iii

MOTTO
v

Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum


sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada
diri mereka sendiri. (ar-Radu : 13)

Katakanlah: Sesungguhnya karunia itu di tangan Allah.


(QS. Ali-Imran: 73)

Semua perjalanan hidup selalu ada maknanya, tinggal


bagaimana kita menghargai dan menyiapkan sebaikbaiknya untuk sisa waktu kita agar kehidupan kelak
lebih berguna.

Apa yang kita lakukan tidak lepas dari kebenaran dan


kesalahan yang harus kita sikapi secara positif dan
mengambil hikmahnya sehingga bisa bermanfaat
untuk pembelajaran kita yang akan datang.

Setiap menit setiap detik berharga, gunakanlah untuk


membahagiakan orang-orang yang telah menyayangi
kita.

iv

PERSEMBAHAN

karya sederhana ini saya persembahkan


kepada :
Bapak dan Mama tercinta
engkau hadirkan cinta yang berarti, kau berikan segalanya
tanpa harap balas, slalu ada tempat tuk resahku, takkan
pernah mampu kulukis putihmu.
Maafkanlah aku
Annis and mahbub
Yang selalu ada di hatiku
Aku belum banyak berarti bagi kalian
Impian kecilku yang indah dan aku sayangi yang menjadi
semangat sisa perjalanan waktu, dengan usaha dan doa kan
kubuat manjadi besar dan mempesona

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah menciptakan jin dan manusia
untuk beribadah kepada-Nya. Dia memerintahkan untuk melaksanakan yang
diwajibkan dan meninggalkan yang dilarang. Shalawat dan salam semoga tetap
terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat dan
pengikutnya yang baik hingga hari Kiamat.
Syukur Alhamdlillah kepada Allah SWT atas segala hidayah, inayah dan
nikmat yang telah Allah berikan yang atas izin-Nya saya dapat kesempatan dan
kekuatan untuk menyelesaikan skripsi ini. Saya menyadari bahwa dalam
penelitian ini semua tak akan lepas dari bantuan dari berbagai pihak, saya
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. Marsusi, M.S., selaku Dekan Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam.
2. Bapak Drs. Harjana, M.Si., Ph.D. selaku Ketua Jurusan Fisika FMIPA
UNS dan pembimbing atas segala bantuan, bimbingan, motivasi, fasilitas
dan berbagai kajian Ilmu pengetahuan yang telah diberikan.
3. Bapak Ir. Ari Handono Ramelan, M.Sc., Ph.D. selaku sekretaris Jurusan
Fisika dan pembimbing atas semua fasilitas, semangat dan ilmunya
selama penelitian dan penyelesaian penelitian tugas akhir ini.
4. Bapak Ahmad Marzuki, S.Si., Ph.D. sebagai pembimbing akademis atas
semua nasehat dan bimbingannya.
5. Bapak dan Ibu dosen jurusan Fisika yang telah memberikan ilmu yang
berharga semoga dapat bermanfaat.Amin.
6. Bapak dan Ibu tercinta, atas segala doa, kasih sayang dan pengorbanan
yang telah diberikan, semoga ananda menjadi anak yang berbakti.
7. Kedua adekku annis (aku selalu berdoa semoga kamu bahagia bersama
penghuni surga) dan mahbub (temukan impianmu dan jadikanlah
semangat untuk berusaha dan jangan menyerah sebelum impianmu
tercapai. Semoga kamu dapat lebih baik lagi).
8. Pak dhe makmuri sekeluarga atas segala doa dan dukungannya.

vi

9. Sahabatku Budi Riyanto (semoga kamu capat mendapatkan AL yang


baru dan semua cita-citamu tercapai).
10. Laboran Sub Lab. Fisika : Mas(Arie, Eko, Johan, Mul), mas David (Lab.
Instel), mbak Dwik, mbak Ning terima kasih atas segala bantuannya.
11. Temenq Fuad (trims printnya,hslnya bgs,cepet wujudkan pak!), 3ono
(Trims dipinjamin CPU&printnya, pinjam film lg kpn?),Ahmad(smg
makin gemuk aj),Arifin(thanks timunnya),achi(jgn sk ngmbk&mksa2
ya&smg bahagia sm masnya),miyem(aku gak lupa lho tulis kamu&
thanks bntu brsh2),didik,Erik,Ustad,pandoyo(kan renang lg),Wahyu
(thanks dibantu angkat2alatnya),Eko w,Hany&Heny(kalian tetep kompak
aja),Ari (sudah dpt yg ke-11blm?),Budi (trims smua bntuannya, dah
agstus cpt slse ya),Agus (gmbrny bgs kok, kjr des yo), eny, mami, widya.
12. jupri atas kebersamaanya (patner penelitian) dan temen- temen Fisika
2001 (kemanapun kalian akan melangkah aku akan mengenang
kebersamaan kita
13. Faris (smg bahagia bersama saynya), dedy (jangan sk mrh2ya sm dia)
14. Temen- temen adik angkatan 2002Oo, narso, usman, dkk, 2003 (yuly,
bambang, farika, dkk), 2004 (sari (thanks semangatnya&jng tmbh ndut
ya), hesti, ubay, ningsih(ftnya mn?),dkk). terima kasih atas kebersamaan
dan persahabatannya .
15. AD 3189 PS yang membuat aku tidak tahu tarif bus rumah-kampus.
16. Semua pihak yang telah membantu terselesainya karya ini.
Saya menyadari bahwa hasil karya ini kurang dari sempurna, maka
penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang sifatnya membangun.
Pada akhirnya penulis berharap semoga hasil karya memberikan manfaat dan
berguna khususnya bagi Jurusan Fisika FMIPA UNS dan pembaca pada
umumnya.
Surakarta, 14 Juni 2006

AULIYA BURHANUDDIN

vii

DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul.......................................................................................................... i
Lembar Pengesahan ................................................................................................ ii
Lembar Pernyataan Keaslian Skripsi ..................................................................... iii
Motto...................................................................................................................... iv
Persembahan ........................................................................................................... v
Kata Pengantar ....................................................................................................... vi
Daftar Isi............................................................................................................... viii
Daftar Gambar........................................................................................................ xi
Daftar Tabel Lampiran......................................................................................... xiii
Daftar Simbol ....................................................................................................... xiv
Abstract ................................................................................................................ xvi
Abstrak ................................................................................................................ xvii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2. Tujuan Penelitian

....................................................................................... 4

1.3. Perumusan Masalah .................................................................................... 4


1.4. Pembatasan Masalah ...................................................................................... 5
1.5. Manfaat Penelitian
1.6. Sistematika penulisan

.................................................................................... 5
................................................................................. 6

BAB II DASAR TEORI


2.1.Energi matahari dan pemanfaatannya ............................................................... 7
2.2.Tinjauan perpindahan panas.............................................................................. 8
A Konduksi ..................................................................................................... 9
B Konveksi ..................................................................................................... 9
C Radiasi....................................................................................................... 11
2.3.Tinjauan mekanika fluida................................................................................ 12

viii

2.4.Posisi Matahari................................................................................................ 13
2.4.1. Persamaan untuk sudut zenit............................................................... 13
2.4.2. Intensitas radiasi pada bidang miring.................................................. 16
2.5.Macam-Macam Kolektor Panas Surya ........................................................... 18
2.5.1. Kolektor surya plat datar..................................................................... 18
2.5.2. Kolektor terkonsentrasi ....................................................................... 19
2.5.3. Kolektor tabung terevakuasi ............................................................... 21
2.5.4. Kolektor pasif...................................................................................... 22
2.6.Cara kerja kolektor termal............................................................................... 22
2.6.1. Proses perpindahan panas pada kolektor termal ................................. 22
1. Konduksi pada kolektor termal .................................................... 22
2. Konveksi pada kolektor termal..................................................... 23
A Konveksi alami antara kaca penutup ke atmosfer................... 23
B Konveksi antara plat penyerap dengan kaca transparan ......... 24
3. Radiasi pada kolektor termal ........................................................ 24
A Radiasi antara kaca transparan dengan lingkungan ................ 24
B Radiasi antara plat penyerap dengan kaca transparan............. 25
2.6.2. Kesetimbangan laju energi panas kolektor termal .............................. 26
1. Laju energi panas yang masuk ..................................................... 26
2. Laju energi panas yang hilang...................................................... 26
a

Kerugian laju energi panas bagian atas (top loss)................... 26

Kerugian laju energi panas bagian bawah (bottom loss) ........ 27

3. Laju energi panas yang digunakan ............................................... 27


2.6.3. Efisiensi kolektor termal ..................................................................... 27
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Pengambilan Data............................................................ 32
1. Tempat....................................................................................................... 32
2. Waktu ........................................................................................................ 32
3.2 Perancangan kolektor panas surya tipe datar .................................................. 32
1

Bahan ....................................................................................................... 32

Alat alat .................................................................................................. 33

ix

Teknik perancangan kolektor panas surya tipe datar ................................ 34

3.3 Metode pengujian kolektor surya plat datar.................................................... 35


1

Teknik pengambilan data .......................................................................... 35

3.4. Prosedur penelitian.......................................................................................... 37


3.5. Teknik analisa data.......................................................................................... 38
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1

Intensitas Radiasi Surya ............................................................................... 39

4.2

Temperatur kolektor surya ........................................................................... 41

4.3

Efisiensi kolektor surya................................................................................ 48

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN


5.1

Kesimpulan .................................................................................................. 53

5.2

Saran............................................................................................................. 53

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 55


LAMPIRAN......................................................................................................... 57

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Viskositas fluida................................................................................ 13
Gambar 2.2 Sudut Zenit z dan sudut azimut A yang ditetapkan ........................ 14
Gambar 2.3 Posisi Matahari.................................................................................. 15
Gambar 2.4 Deklinasi Matahari, posisi dalam musim panas ................................ 15
Gambar 2.5 Radiasi Sorotan setiap jam pada permukaan miring
dan pengukuran I .................................................................................................. 17
Gambar 2.6 Penentuan cos T .............................................................................. 17
Gambar 2.7 Skema kolektor surya plat datar ........................................................ 19
Gambar 2.8 Skema kolektor terkonsentrasi .......................................................... 19
Gambar 2.9 Berkas-berkas cahaya yang pararel terhadap sumbu utama cermin
cekung ................................................................................................................... 20
Gambar 2.10 Skema kolektor tabung terevakuasi................................................. 21
Gambar 2.11 Proses transfer energi panas pada kolektor ..................................... 25
Gambar 2.12 Tabel Hubungan Kerapatan Udara dengan Temperatur.................. 30
Gambar 2.13 Tabel Hubungan Kapasitas Panas dengan Temperatur .................. 30
Gambar 2.14 Tabel Hubungan Viskositas dinamik dengan Temperatur .............. 31
Gambar 3.1 Jenis alat-alat ukur yang digunakan pada Penelitian......................... 33
Gambar 3.2 Skema dan ukuran kolektor surya plat datar ..................................... 35
Gambar 4.1 Grafik Intensitas Matahari terhadap waktu ....................................... 39
Gambar 4.2 Grafik Intensitas Matahari pada variasi
sudut kemiringan kolektor..................................................................................... 40
Gambar 4.3 Grafik temperatur input-output pada jarak 3 cm ............................... 42
Gambar 4.4 Grafik temperatur input-output pada jarak 9 cm ............................... 42
Gambar 4.5 Grafik perbedaan temperatur input-output
pada jarak 3 cm dan 6 cm...................................................................................... 43
Gambar 4.6 Grafik perbedaan temperatur input-output
pada jarak 3 cm dan 9 cm ..................................................................................... 44
Gambar 4.7 Grafik perbedaan temperatur input-output
pada jarak 6 cm dan 9 cm...................................................................................... 44

xi

Gambar 4.8 Grafik perbedaan temperatur input-output


pada sudut 100 dan 200 .......................................................................................... 46
Gambar 4.9 Grafik perbedaan temperatur input-output
pada sudut 200 dan 300 .......................................................................................... 46
Gambar 4.10 Grafik perbedaan temperatur input-output
pada sudut 200 dan 400 .......................................................................................... 47
Gambar 4.11 Grafik efisiensi termal dengan jarak kaca penutup
dengan plat penyerap 3 cm dan 6 cm .................................................................... 48
Gambar 4.12 Grafik efisiensi termal dengan jarak kaca penutup
dengan plat penyerap 3 cm dan 9 cm .................................................................... 49
Gambar 4.13 Grafik efisiensi termal dengan jarak kaca penutup
dengan plat penyerap 6 cm dan 9 cm .................................................................... 49
Gambar 4.14 Grafik efisiensi termal dengan sudut 100 dan 200 ........................... 50
Gambar 4.15 Grafik efisiensi termal dengan sudut 200 dan 300 ........................... 51
Gambar 4.16 Grafik efisiensi termal dengan sudut 200 dan 400 ........................... 51

xii

DAFTAR TABEL LAMPIRAN


A : Data percobaan................................................................................................ 57
B : Intensitas Radiasi Matahari pada Bidang Miring ............................................ 63
C : Perhitungan Efisiensi Termal dari Kolek0 tor surya ....................................... 68
D : Sifat Udara ...................................................................................................... 74
E : Foto Penelitian Kolektor Surya ....................................................................... 75
F : Contoh Perhitungan ......................................................................................... 78

xiii

DAFTAR SIMBOL
A
b
Cp
d
Dh
di
E
F
Gsc
h
hc
Hpk
hw
I
Ibn
IbT
k
L
m
n
Nu
q
qbl
qc
qi
qL
qr
qtl
qu
Re
T
t
T0
T1
T2
Ta
Tf
Ti
Tk
Tp
Ts
tu

: Luas penampang yang tegak lurus pada aliran panas (m2)


: Tinggi kolektor panas surya (m)
: Panas jenis udara (J/kg. K)
: Jarak regangan (m)
: Diameter hidrolik
: Diameter pipa (m)
: Laju perpindahan panas radiasi benda hitam (W)
: Gaya tekanan (N)
: Konstanta matahari 1367 W/m2
: Koefisien konveksi (W/m2.K)
: Koefisien perpindahan panas secara konveksi (W/m2.K)
: Koefisien konveksi transfer panas plat-kaca (W/m2.K)
: Koefisien konveksi angin
: Intensitas radiasi terukur pada permukaan horizontal
: Intensitas radiasi pada sudut masuk normal
: Intensitas radiasi pada permukaan miring
: Konduktivitas termal (W/mK)
: Panjang (m)
: Massa udara (kg)
: Hari dari tahun yang bersangkutan
: Bilangan Nusselt
: Laju perpindahan panas (W)
: Laju energi panas bagian bawah (bottom loss) (J/s)
: Laju perpindahan secara konveksi (W)
: Energi yang masuk (J/s)
: Energi yang hilang (J/s)
: Laju perpindahan panas secara radiasi (W/m2)
: Laju energi panas bagian atas (top loss) (J/s)
: Energi yang dipakai (J/s)
: Bilangan Reynolds
: Temperatur mutlak (K)
: Tebal insulator (m)
: Temperatur luar (K)
: Temperatur mutlak benda pertama (K)
: Temperatur mutlak benda kedua (K)
: Temperatur lingkungan (K)
: Temperatur fluida (K)
: Temperatur dalam (K)
: Temperatur permukaan kaca (K)
: Temperatur permukaan plat penyerap (K)
: Temperatur langit (K)
: Waktu pergerakan udara (s)

xiv

Tw
v
V
w
x
dT
dx

A
d
k
k
p
T
T
z

: Temperatur dinding (K)


: Kecepatan rata-rata dari fluida (m/s)
: Volume udara (m3)
: Lebar kolektor panas surya (m)
: Panjang lintasan bidang datar (m)
: Gradien temperatur dalam arah aliran panas (-K/m)
: Laju aliran massa udara (kg/s)
: Massa jenis (kg/m3)
: Konstanta Stefan Boltzmann 5,67x10-8 W/m2K4
: Emisivitas
: Sudut lintang
: Sudut jam (sudut pada bidang ekuatorial)
: Deklinasi (sudut antara bidang ekuator (khatulistiwa) dengan
matahari)
: Kemiringan kolektor
: Transmisivitas kaca penutup
: Absorbsivitas plat penyerap
: Efisiensi
: Sudut azimut
: Viskositas dinamik (N/m2.s)
: Viskositas kinematik (m2/s)
: Emisivitas kaca
: Emisivitas plat penyerap
: Sudut masuk (sudut antara arah sorotan pada sudut masuk
normal)
: Perbedaan temperatur
: Sudut zenit

xv

ABSTRACT
FLAT PLATE SOLAR COLLECTOR CHARACTERISTIC
WITH SHUTTER GLASS DISTANCE VARIATION
AND COLLECTOR INCLINATION ANGLE

Oleh :
AULIYA BURHANUDDIN
M0201023

It has been done a research to determine the solar thermal collector


efficiency of the flat plate collector. The testing of the collector was conducted on
30th November 2005, 1st, 3rd, 5th, 6th, 7th December 2005 with the variation of
distance between one glass covers were varied from 3 cm, 6 cm, and 9 cm; and
with inclination angle variation of collector from 100, 200, 300, and 400. Solar
thermal collector absorb the radiant energy from the sun and convert it to heat
between the bottom glass cover and absorbing plates in the collector. Parameters
which influence on the collector performance include distance between plate
collector with glass covers and the inclination angle. It was found that the
difference between output - input temperature is the highest on a distance of 3 cm
and inclination angle of 100. This is influenced that inclination angle 100 more
close to zenith angle. The solar thermal collector efficiency is not a constant, The
solar collector efficiency depends on solar radiation intensity, input-output
temperatur difference and air flow. The smaller the inclination angle of solar
collector, the higher the absorption radiation. If inclination angle of collector same
with zenith angle, so the absorbtion radiation will maximum.
Key word : flat plate solar collector, collector efficiency.

xvi

INTISARI
KARAKTERISTIK KOLEKTOR SURYA
PLAT DATAR DENGAN VARIASI JARAK KACA PENUTUP DAN
SUDUT KEMIRINGAN KOLEKTOR
Oleh :
AULIYA BURHANUDDIN
M0201023
Telah dilakukan penelitian untuk menentukan efisiensi kolektor panas
surya plat datar. Pengujian kolektor dilakukan pada tanggal 30 November 2005,
1, 3, 5, 6, 7 Desember 2005 dengan variasi jarak satu kaca penutup 3 cm, 6 cm,
dan 9 cm; dan variasi sudut kemiringan kolektor 100, 200, 300, dan 400. Kolektor
panas surya menyerap energi radiasi dari matahari dan mengkonversikan menjadi
panas diantara kaca penutup bawah dan plat penyerap. Parameter yang
berpengaruh pada unjuk kerja kolektor diantaranya jarak plat penyerap dengan
kaca penutup dan sudut kemiringannya. Dari hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa perbedaan temperatur output - input lebih besar pada jarak 3 cm dan sudut
100, karena sudut 100 lebih mendekati sudut zenit dibanding sudut lainnya.
Efisiensi kolektor panas surya bukanlah suatu konstanta. Efisiensi kolektor surya
bergantung pada intensitas radiasi matahari, perbedaan temperatur input-output,
dan aliran udara. Pada sudut kemiringan kolektor surya terkecil, menyerap radiasi
terbesar. Jika sudut kemiringan kolektor sama dengan sudut zenit maka radiasi
yang terserap akan maksimal.
Kata kunci : Kolektor surya plat datar, Efisiensi kolektor.

xvii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia beriklim tropis yang mempunyai temperatur lingkungan yang
relatif tinggi, kelembaban relatif, serta pada beberapa tempat mempunyai curah
hujan yang tinggi pula. Indonesia juga dikenal sebagai negara agraris yang
menghasilkan selain makanan pokok juga menghasilkan produk pertanian lainnya
seperti kakao, kopi, kopra, pala dan lain-lain. Komoditi tersebut kebanyakan harus
segera dikeringkan setelah dipanen, karena bila terlambat akan terjadi proses
pembusukan sehingga sangat merugikan.
Untuk mengeringkan dibutuhkan energi yang sangat besar. Petani
kebanyakan melakukan penjemuran di bawah teriknya sinar matahari. Cara ini
mengandung beberapa keuntungan dan kerugian. Temperatur lingkungan pada
waktu pengeringan secara langsung di bawah terik sinar matahari adalah sekitar
33 C, sedang temperatur untuk pengeringan untuk komoditi pertanian yang
optimal kebanyak-an berkisar 60-70C. Jika digunakan udara pemanas
bertemperatur lingkungan atau lebih rendah dari temperatur pengeringan tersebut,
maka akan membutuhkan waktu yang lebih panjang. Untuk meningkatkan
temperatur lingkungan adalah dengan cara mengumpulkan udara dalam suatu
kolektor surya dan menghembuskannya ke komoditi (http://www.iptek.net.id).
Energi fosil khususnya minyak bumi merupakan sumber sumber energi
utama dan sumber devisa negara. Krisis BBM baru-baru ini menunjukkan bahwa

cadangan energi fosil yang dimiliki Indonesia terbatas jumlahnya. Fakta


menunjukkan konsumsi energi terus meningkat sejalan dengan laju pertumbuhan
ekonomi dan pertambahan penduduk. Terbatasnya sumber energi fosil
menyebabkan perlunya pengembangan energi terbarukan dan konservasi energi
yang disebut pengembangan energi hijau. Energi terbarukan adalah energi nonfosil yang berasal dari alam dan dapat diperbaharui. Bila dikelola dengan baik,
sumber daya itu tidak akan habis (www.dw-world_de).
Pemanfaatan energi terbarukan sudah mulai banyak diketahui dan di
manfaatkan untuk berbagai keperluan, kususnya di tempat-tempat terpencil
dimana ketersedian sumber-sumber energi komersial (pada umumnya bahan bakar
minyak BBM) masih langka dan mahal.
Indonesia, di satu pihak merupakan negara kepulauan sehingga
transportasi energi komersial akan tetap menjadi kendala bagi penyediaan energi
yang murah di tempat-tempat terpencil tersebut diatas. Di lain pihak, Indonesia
memiliki potensi sumber energi terbarukan yang cukup besar. Di masa
mendatang, potensi pengembangan sumber energi terbarukan mempunyai peluang
besar dan bersifat strategis mengingat sumber energi terbarukan merupakan
sumber energi bersih, ramah lingkungan, dan berkelanjutan.
Berdasarkan data penyinaran matahari yang dihimpun dari 18 lokasi di
Indonesia menunjukan bahwa radiasi surya di Indonesia dapat diklasifikasikan
berturut-turut untuk kawasan barat dan timur Indonesia dengan distribusi
penyinaran :

Kawasan Barat Indonesia (KBI) = 4.5 kWh/m2.hari, variasi bulanan sekitar 10%
Kawasan Timur Indonesia (KTI) = 5.1 kWh/m2.hari, variasi bulanan sekitar 9%
--------------------------------------------------------------------------------------------= 4.8 kWh/m2.hari, variasi bulanan sekitar 9%

Rata-rata Indonesia
Hal ini menunjukkan bahwa:

- radiasi surya tersedia hampir merata sepanjang tahun,


- kawasan timur Indonesia memiliki penyinaran yang lebih baik.
Energi surya dapat dimanfaatkan untuk penyediaan jasa energi melalui 2 macam
teknologi yaitu energi surya termal dan surya fotovoltaik.
Sistem

pemanas

udara

dengan

energi

surya

adalah

merupakan

pemanfaatan energi radiasi matahari yang banyak digunakan orang. Salah satu
tahapan pengembangan sistem ini adalah untuk meningkatkan efisiensi kolektor.
Untuk itu diperlukan pengukuran parameter-parameter yang mempengaruhi
efisiensi termal kolektor, misalnya temperatur udara masuk dan temperatur udara
keluar dari kolektor, intensitas radiasi matahari, laju aliran udara melalui kolektor
dan temperatur udara sekitarnya (www.jbptitbpp-gdl-s2-1990-sibukginti-1745 Departemen Teknik Sipil ITB - GDL 4_0.htm).
Kolektor surya tersusun dari plat penyerap yang mempunyai konduktivitas
termal yang baik. Permukaannya bisa plat bergelombang atau datar. Selain plat
penyerap, kolektor surya juga tersusun atas isolator dan satu atau lebih penutup
tembus cahaya pada bagian atasnya biasanya yang digunakan adalah kaca. Dari
penelitian kolektor plat datar sebelumya bahwa Jenis kaca yang paling tepat
digunakan adalah kaca bening dengan tebal 3 mm (Ekadewi Anggraini Handoyo,
2002).

Pada penelitian kali ini akan menggunakan 2 buah kolektor dengan plat
penyerap datar dengan kaca bening 3 mm. Variasi yang dilakukan adalah
memvariasi jarak dan variasi sudut. Variasi jarak, yaitu 3 cm, 6 cm, dan 9 cm.
Variasi sudut, yaitu 100, 200, 300, dan 400. dengan menggunakan 2 buah kolektor
diharapkan dapat membandingkan setiap variasinya dalam satu waktu, sehingga
didapatkan jarak kaca dan sudut yang dapat menghasilkan perbedaan temperatur
masukan-keluaran dan efisiensi yang lebih tinggi.

1.2 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1. Merancang dan membuat kolektor surya dengan menggunakan plat datar
yang sederhana dan mengetahui pengaruh jarak kaca penutup terhadap
perbedaan temperatur input-output.
2. Mengetahui pengaruh sudut kemiringan kolektor terhadap perbedaan
temperatur input-output.
3. Mengetahui pengaruh jarak kaca penutup dan pengaruh sudut kemiringan
kolektor terhadap efisiensi kolektor.

1.3 Perumusan Masalah


Berdasarkan uraian diatas, rumusan masalah yang akan dipecahkan adalah:
1. Bagaimana

perancangan

dan

pembuatan

kolektor

surya

dengan

menggunakan plat datar yang sederhana dan bagaimana pengaruh jarak


kaca penutup terhadap perbedaan temperatur input-output?

2. Bagaimana pengaruh sudut kemiringan kolektor terhadap perbedaan


temperatur input-output?
3. Bagaimana pengaruh jarak kaca penutup dan pengaruh sudut kemiringan
kolektor terhadap efisiensi kolektor?

1.4 Pembatasan Masalah


Batasan masalah dalam penelitian ini adalah perancangan dan pengujian
kolektor panas surya plat datar untuk pemanas udara, suhu keluaran yang
dihasilkan oleh kolektor, pada variasi jarak satu kaca penutup yaitu 3cm, 6cm, dan
9cm; dan menggunakan variasi sudut kemiringan kolektor surya sebesar 100, 200,
300, dan 400.

1.5 Manfaat Penelitian


Manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah:
1. Dapat menambah pengetahuan dalam perancangan dan pembuatan
kolektor surya plat datar.
2. Dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut dengan berbagai variasi
sehingga efisiensi yang paling baik akan didapatkan.
3. Dapat digunakan sebagai salah satu pemanfaatan sumber energi yang
ramah lingkungan dan tidak akan habis.
4. Dapat dikembangkan menjadi teknologi yang aplikatif bagi manusia.

1.6 Sistematika Penulisan


Sistem penulisan penelitian ini terdiri dari:
1. Bab Pertama, Pendahuluan, berisi tentang : latar belakang, tujuan
penelitian, rumusan masalah, pembatasan masalah, manfaat penelitian, dan
sistematika penulisan.
2. Bab Kedua, Tinjauan Pustaka, berisi tentang : energi dan pemanfaatanya,
tinjauan perpindahan panas, tinjauan mekanika fluida, posisi matahari,
macam-macam kolektor panas surya, dan cara kerja kolektor termal.
3. Bab ketiga, Metode Penelitian yang meliputi: tempat dan waktu
pengambilan data, perancangan kolektor surya plat datar, metode
pengujian kolektor surya plat datar, prosedur penelitian, dan teknik analisa
data.
4. Bab keempat, Hasil dan Pembahasan yang meliputi: intensitas radiasi
surya, temperatur kolektor surya, dan efisiensi kolektor surya.
5. Bab kelima, Penutup yang meliputi Kesimpulan dan Saran.

Bab II
DASAR TEORI

2.1. Energi matahari dan pemanfaatannya


Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi yang berjarak
sekitar 150 juta km, pancaran energi matahari mempengaruhi dinamika atmosfer
dan kehidupan di Bumi secara alami. Radiasi matahari yang terpancar dari
matahari dapat menembus ruang antar planet sehingga menyebabkan fluktuasi
kelimpahan dan komposisi kimia planet-planet dalam keluarga matahari. Energi
yang datang ke Bumi sebagian besar merupakan pancaran radiasi matahari. Energi
ini kemudian ditransformasikan menjadi bermacam-macam bentuk energi,
misalkan pemanasan permukaan Bumi, gerak dan pemanasan atmosfer,
fotosintesa tanaman dan reaksi fotokimia lainnya ( http://www.as.itb.ac.id).
Matahari yang setiap hari memancarkan sinarnya ke bumi dan juga ke
planet-planet lain yang ada pada tatasurya, adalah sumber kehidupan bagi semua
makhluk hidup yang ada di bumi ini. Pemancaran energi matahari yang sampai ke
bumi telah berlangsung terus menerus sejak kurang lebih 5.000.000.000 tahun
yang lalu (http://www.elektroindonesia.com)
Menggunakan energi pada dasarnya memanfaatkan efek perpindahan
energi. Ada dua jenis perpindahan energi, yakni kerja (work) dan perpindahan
panas (heat transfer). Kerja dipicu oleh perbedaan potensi mekanik atau elektrik,
dan perpindahan panas dipicu oleh perbedaan temperatur. Bila dicermati, maka
sumber-sumber energi yang umum digunakan manusia bisa digolongkan

berdasarkan bentuk energinya, misalnya bentuk energi angin adalah kinetik,


bentuk energi air adalah potensial, dan bentuk energi matahari adalah internal.
Energi angin dan air berpindah melalui kerja, sedangkan energi matahari
berpindah melalui perpindahan panas. Bahan bakar fosil (minyak, gas, dan
batubara) yang saat ini merupakan energi dominan di dunia juga tergolong dalam
bentuk energi internal.
Dalam pemilihan sumber energi, setidaknya terdapat empat parameter
penting yang patut diperhatikan, yakni: jumlah/cadangan energi, kerapatan energi
(energy density [energi per volume sumber energi]), kemudahan penyimpanan
energi, dan kemudahan perubahan/perpindahan energi. Bila kemudian faktor
lingkungan juga diperhitungkan, maka efek pencemaran lingkungan juga menjadi
parameter penting bagi sebuah sumber energi. Energi (sinar) matahari paling
unggul di sisi jumlah/cadangan energi dan faktor lingkungan, namun masih
bermasalah dalam hal kerapatan energi. Diperlukan riset yang lebih dalam untuk
menghasilkan alat konversi energi sinar matahari dengan efisiensi tinggi
(www.beritaiptek.com).

2.2. Tinjauan perpindahan panas


Sebagai suatu gambaran mengenai tiga cara perpindahan panas dalam
sebuah alat pemanas cairan surya, panas mengalir secara konduktif sepanjang
pelat penyerap dan melalui dinding saluran. Kemudian panas dipindahkan ke
fluida dalam saluran dengan cara konveksi, apabila sirkulasi dilakukan dengan
sebuah pompa, maka disebut konveksi paksa. Pelat penyerap yang panas itu

melepaskan panas ke pelat penutup kaca (umumnya menutupi kolektor) dengan


cara konveksi alamiah dan dengan cara radiasi. Prinsip perpindahan panas terdiri
dari tiga cara:
A. Konduksi
Panas mengalir secara konduksi dari daerah yang bertemperatur tinggi ke
daerah yang bertemperatur rendah. Laju perpindahan panas konduksi dapat
dinyatakan dengan hukum Fourier sebagai berikut (Jasjfi,1995):
dT
q = kA

dx

(2.1)

Dimana q adalah laju perpindahan panas, W; k adalah konduktivitas termal,


W/(m.K); A adalah luas penampang yang tegak lurus pada aliran panas m2 dan
dT/dx adalah gradien temperatur dalam arah aliran panas, -K/m.
B. Konveksi
Udara yang mengalir di atas suatu permukaan logam pada sebuah alat
pemanas udara surya, dipanasi secara konveksi. Apabila aliran udara disebabkan
oleh sebuah blower, kita menyebutnya sebagai konveksi paksa; dan apabila
disebabkan oleh gradien massa jenis, maka disebut konveksi alamiah.
Pada umumnya, laju perpindahan panas dapat dinyatakan dengan
persamaan sebagai berikut (Jasjfi, 1995):
q = hA(Tw T f )

(2.2)

di mana q adalah laju perpindahan panas, W; h adalah koefisien konveksi,


W/(m2.K); A adalah luas permukaan, m2; Tw adalah temperatur dinding; dan T f
adalah temperatur fluida, K. Umumnya koefisien konveksi h dinyatakan dengan

10

parameter tanpa dimensi yang disebut bilangan Nusselt (Arismunandar, 1985).


Koefisien konveksi pada bidang datar sepanjang x dapat dinyatakan
(Prijono, 1986 ) :
hc =

Nu k
x

(2.3)

dimana hc adalah koefisien perpindahan panas secara konveksi (W/m2.K), k


adalah konduktivitas termal (W/m.K) dan x adalah panjang lintasan bidang datar,
N u adalah bilangan nusselt.
Untuk pemanas surya yang bekerja dalam daerah bilangan Reynolds antara
2000 sampai 10000, Shewen dan Holland telah menganjurkan nilai bilangan
Nusselt sebesar (Arismunandar, 1985):
N u = 0,00269. Re

(2.4)

Bilangan Reynold di atas 2000 untuk aliran turbulen, dan di bawah 2000 untuk
aliran laminer. Bilangan Reynold dapat dirumuskan (Arismunandar, 1985):
Re =

vd i

(2.5)

Dimana Re adalah bilangan Reynold, v adalah kecepatan rata - rata dari


fluida (m/s), d i adalah diameter pipa (m), adalah massa jenis (kg/m3), adalah
viskositas dinamik (kg/m.s).
Untuk saluran tidak berpenampang lingkaran, seperti pemanas udara surya
dengan penampang lintang yang lebar dan sempit, diameter pipa dapat diganti
dengan diameter hidrolik. Untuk saluran segi empat panjang dengan b kecil
dibanding dengan w (b<<w). Dengan w adalah lebar kolektor panas surya dan b

11

adalah tinggi kolektor surya atau jarak plat ke kaca penutup diatasnya
(Arismunandar, 1985).
Dh =

4bw
2b
2 w + 2b

(2.6)

Jadi diameter hidrolik adalah dua kali jarak b antara plat-plat. Untuk bilangan
Reynolds di bawah 2000, aliran adalah laminer, dalam lapisan, dan
menggambarkan jenis aliran yang terdapat di dalam pipa pemanas cairan surya.
Untuk pemanas udara surya dengan aliran turbulen, bilangan Reynolds biasanya
berkisar antara 2000 dan 10000. Dimana aliran laminer adalah suatu aliran yang
terjadi atas lapisan lapisan (lamina) yang bergerak terhadap satu sama lain,
seperti dalam aliran bergaris alir. Sedangkan aliran turbulen adalah aliran yang
kecepatan alirnya di titiktitik yang tetap letaknya berginjal (fluktuatif) dengan
waktu secara hampir acak, gerak alirannya pada dasarnya bergolak, dimana laju
perpindahan momentum dan massa cukup besar dibandingkan dengan laju
perpindahan momentum dan massa pada aliran laminer.
C. Radiasi
Perpindahan panas dari radiasi total benda hitam yang sempurna sebanding
dengan pangkat empat dari temperatur benda tersebut. Ini merupakan hukum
Stefan-Boltzman sehingga dapat dituliskan sebagai berikut (Beiser, 1981) :
E = AT 4

(2.7)

Dimana adalah konstanta Stefan-Boltzmann yang besarnya


5.67 10 8 W/m2.K4, A adalah luas penampang benda (m2), T adalah temperatur
mutlak benda (K).

12

Laju perpindahan panas radiasi termal antara dua bahan ideal (benda
hitam) dinyatakan (Arismunandar, 1985):
q r = A(T14 T24 )

(2.8)

Dimana q r adalah laju perpindahan panas secara radiasi (Watt/m2), adalah


konstanta Stefan-Boltzman yang besarnya 5.67 10 8 W/m2.K4, A adalah luas
penampang permukaan benda (m2), T1 adalah temperatur mutlak benda pertama
(K) dan T2 adalah temperatur mutlak benda benda kedua (K).

2.3. Tinjauan mekanika fluida


Viskositas
Viskositas merupakan sifat yang menentukan karakteristik fluida yaitu
ukuran tahanan fluida terhadap tegangan geser. Viskositas dinamik didefinisikan
sebagai perbandingan antara tegangan geser dan laju regangan geser. Untuk
distribusi kecepatan linear, seperti terlihat dalam Gambar 2.1, maka viskositas
dinamik dapat dirumuskan (Arismunandar, 1985):
=

F
V

(2.9)

dan satuannya adalah [Newtons/m2]/[m/(s.m)] = N/m2.s = Pa.s atau pascal detik.


Untuk 1N = 1 kg.m/s2. Viskositas kinematik adalah
k =

satuan dari viskositas kinematik adalah [(N/m2.s)/(kg/m3 )].

(2.10)

13

Plat dengan luas A bergerak


F

dengan kecepatan V
V

Gambar 2.1 Viskositas fluida

2.4. Posisi Matahari


Untuk menghitung komponen langsung dari pemasukan radiasi surya pada
sebuah permukaan miring dari data radiasi pada sebuah permukaan horisontal,
posisi matahari pada tiap saat harus diketahui.

2.4.1

Persamaan untuk sudut Zenit


Dari gambar 2.2 sudut zenit z diperlihatkan sebagai sudut antara zenit z,

atau garis lurus diatas kepala, dan garis pandang ke matahari. Pengamat P kini
ditempatkan dalam gambar 2.3, dengan sudut ZP (matahari) sebagai sudut zenit
z, dan garis lintang (latitude) dari P sama dengan .

14

E
Sudut
zenit

A
P

Sudut azimut

Permukaan
horisontal

Gambar 2.2 Sudut Zenit z dan sudut azimut A yang ditetapkan

Diketahui NP sama dengan 90 0 . Apabila sebuah garis ditarik dari pusat bumi,
O, ke matahari, maka garis ini memotong permukaan bumi di Q. sudut antara
bidang datar ekuator (khatulistiwa) dan OQ (matahari) disebut deklinasi (Gambar
2.4).
Dengan sudut POQ yang juga sama dengan z, maka busur PQ juga sama
dengan z. sudut PNQ sama dengan pada bidang ekuatorial, disebut sudut jam.
Karena bumi berputar mengelilingi sumbunya satu kali setiap 24 jam, maka sudut
jam sama dengan 150 per jam. Sudut ini dapat didefinisikan sebagai sebuah
sudut yang harus dikelilingi bumi untuk membawa pengamat P langsung di bawah
matahari. Persamaan untuk sudut zenit dapat dirumuskan (Arismunandar, 1985):
cos z = sin sin + cos cos cos

(2.11)

Desklinasi , yaitu sudut yang dibentuk oleh matahari dengan bidang


ekuator, ternyata berubah sebagai akibat kemiringan bumi, dari +23,450 musim

15

panas (21 Juni) ke-23,450 di musim dingin (21 Desember). Lihat gambar 2.3 dan
Gambar 2.4.

Gambar 2.3 Posisi Matahari

Gambar 2.4 Deklinasi Matahari, posisi dalam musim panas

Harga deklinasi pada tiap saat dapat diperkirakan dengan dari persamaan
berikut ini (Arismunandar, 1985):
284 n

= 23,45 sin 360

365

di mana n adalah hari dari tahun yang bersangkutan.

(2.12)

16

Sudut jam dari definisi di atas, adalah sama dengan nol pada tengah hari
surya (solar noon), negatif untuk pagi hari dan positif untuk sore hari.
2.4.2

Intensitas Radiasi pada bidang miring


Radiasi pada suatu permukaan miring biasanya dihitung. Dalam bagian ini

dipertimbangkan metode untuk menghitung komponen radiasi pada suatu


permukaan miring, yaitu komponen sorotan IbT.
Komponen sorotan IbT diperoleh dengan mengubah radiasi sorotan pada
permukaan horizontal menjadi masuk normal dengan mengunakan sudut zenit,
dan kemudian mendapatkan komponen pada permukaan miring dengan
menggunakan sudut masuk.
Intensitas radiasi langsung atau sorotan per jam pada sudut masuk normal
Ibn, dari Gambar 2.5 adalah (Arismunandar, 1985):
I bn =

I
cos z

(2.13)

di mana I adalah radiasi sorotan pada suatu permukaan horizontal dan cos z
adalah sudut zenit yang ditentukan dari pers (2.11). Dengan demikian, untuk
semua permukaan yang dimiringkan dengan sudut terhadap bidang horizontal
(Gambar 2.5), intensitas dari komponen sorotan adalah:
I bT = I bn cos T = I

cos T
cos z

(2.14)

di mana T disebut sudut masuk, dan didefinisikan sebagai sudut antara arah
sorotan pada sudut masuk normal dan arah komponen tegak lurus (900) pada
permukaan bidang miring.

17

Apabila permukaan dimiringkan dengan suatu sudut terhadap horizontal,


maka hal itu adalah sama dengan apabila bumi diputar dengan arah jarum jam
sebesar sudut , dan permukaannya tetap berada pada kedudukan yang sama,
Gambar 2.6. Hubungan untuk z untuk garis lintang - kemudian dapat
digunakan untuk permukaan yang dimiringkan pada garis lintang . Karena garis
lintang ditentukan dari bidang ekuator, yaitu bahwa permukaan itu dimiringkan ke
selatan bagi hemisfer bagian utara.

Gambar 2.5 Radiasi Sorotan setiap jam pada permukaan miring dan pengukuran I

Gambar 2.6 Penentuan cos T

18

Maka persamaan untuk sudut T, yaitu sudut masuk, adalah


cos T = sin sin ( ) + cos cos( ) cos

(2.15)

Dari pers. (2.14), (2.11), dan (2.15), radiasi sorotan IbT pada permukaan miring
selanjutnya dapat dihitung dari radiasi sorotan (terukur) I pada sebuah permukaan
horizontal (Arismunandar, 1985).
I bT = I

sin sin ( ) + cos cos( ) cos


sin sin + cos cos cos

(2.16)

2.5. Macam - macam kolektor panas surya


2.5.1 Kolektor surya plat datar
Kolektor surya plat datar merupakan jenis kolektor yang banyak dipakai
dan banyak digunakan untuk pemanas air surya dan pemanas udara surya.
Kolektor surya plat datar terdiri dari plat penyerap yang mempunyai konduktivitas
termal baik yang berhubungan dengan pipa pipa (saluran) yang mengalirkan
cairan pada sistem pemanas air, penutup transparan dan insulasi. Energi radiasi
yang datang ditransmisikan melalui penutup transparan dan diubah menjadi panas
oleh plat penyerap dimana di bagian dasar plat penyerap diberi insulasi. Skema
kolektor surya plat datar dapat ditunjukkan pada gambar 2.7 :

19

Gambar 2.7 Skema kolektor surya plat datar

2.5.2 Kolektor terkonsentrasi


Kolektor ini mempunyai sistem pencerminan yang lebih besar untuk
memfokuskan berkas radiasi sinar matahari pada pipa pipa yang mengalirkan
fluida. Cermin cermin berfungsi sebagai reflektor dan dihubungkan dengan
sistem mekanik, sehingga dapat mengikuti pergerakan matahari sepanjang hari.
Kolektor ini mampu menghasilkan panas yang lebih besar daripada kolektor plat
datar tetapi kolektor ini sangat mahal dan sangat rumit untuk digunakan. Skema
kolektor terkonsentrasi dapat ditunjukkan pada gambar 2.8 :

Gambar 2.8 Skema kolektor terkonsentrasi

20

Pada kolektor terkonsentrasi tedapat cermin cekung. Untuk matahari yang


berjarak takhingga maka berkas cahaya yang mencapai cermin cekung akan tepat
pararel. Untuk membentuk bayangan yang tajam, berkas-berkas itu harus menuju
ke satu titik. Jika cermin tersebut kecil dibandingkan dengan radius
kelengkungannya, sehinga berkas yangterpantul hanya membentuk sudut kecil
pada saat terpantul, maka berkas tersebut akan saling menyilang pada titik yang
hampir sama atau fokus, seperti pada gambar 2.9.

Gambar 2.9 Berkas-berkas cahaya yang pararel terhadap sumbu utama cermin cekung

Berkas-berkas cahaya yang pararel terhadap sumbu utama cermin cekung


akan terfokus pada F, yang disebut titik fokus, selama cermin memiliki lebar yang
kecil dibandingkan dengan radius kelengkungannya (r). Jarak dari F ke pusat
cermin adalah panjang FA, disebut panjang fokus (f), dari cermin tersebut. Cara
lain untuk mendefinisikan titik fokus adalah dengan mengatakan bahwa titik ini
merupakan titik bayangan dari suatu benda yang jauh tak terhingga sepanjang
sumbu utama. Radiasi sinar matahari yang datang ke cermin cekung akan
dipantulkan ke titik fokus F (Giancoli, 1998).

21

Pada kolektor ini jika medium dalam pipa yang dipanaskan adalah air,
maka air dingin setelah melewati kolektor ini akan menjadi panas. Air panas yang
didapatkan disimpan dalam suatu sistem penyimpanan panas yang cukup dengan
dindingnya dibuat dari bahan isolator, sehingga dapat digunakan pada malam hari
atau

pada

hari-hari

mendung.

Karena

dengan

menggunakan

kolektor

terkonsentrasi maka air di dalam pipa dapat melebihi suhu didih air, maka uap air
dapat dipakai untuk memutar turbin (Culp, 1991).
2.5.3 Kolektor tabung terevakuasi
Kolektor ini tersusun dari tabung tabung kaca yang terevakuasi. Setiap
tabung terdiri dari plat penyerap tipis yang melekat pada pipa didalam tabung
kaca. Keadaan vakum didalam tabung kaca mencegah kehilangan panas dan
temperatur air yang dapat dihasilkan oleh kolektor ini diatas 100 0 C. Air panas
yang dihasilkan dapat digunakan untuk proses industri. Skema kolektor tabung
terevakuasi dapat ditunjukan pada gambar 2.10 :

Gambar 2.10 Skema kolektor tabung terevakuasi

22

2.5.4 Kolektor pasif


Kolektor pasif menyerap radiasi matahari dan mengubahnya menjadi
energi panas secara alamiah. Energi yang dipindahkan secara konduksi, konveksi,
radiasi, dan perpindahan panas secara transport alami tanpa mengunakan kipas.
Kolektor pasif ini digunakan untuk pemanas ruangan. Contohnya adalah
penyimpan panas berupa dinding kaca atau bahan lain yang dapat menyerap dan
menyimpan panas. Permukaan luar dinding ini dipanas oleh matahari, kemudian
panas tersebut secara perlahan dipindahkan melalui dinding kepermukaan dalam,
dan dikonveksikan juga diradiasikan ke ruangan dalam yang akan dipanaskan
(Arismunandar, 1985).

2.6. Cara kerja kolektor termal


2.6.1 Proses perpindahan panas pada kolektor termal
Perpindahan panas kolektor termal energi surya terdiri dari tiga proses
yaitu: konduksi, konveksi, dan radiasi.
1

Konduksi pada kolektor termal


Proses konduksi panas kolektor termal energi surya terjadi pada kaca

transparan dan plat penyerap. Karena nilai konduktivitas bahan plat penyerap
lebih tinggi dibanding konduktivitas bahan kaca transparan maka temperatur plat
penyerap selalu lebih tinggi daripada temperatur kaca penyerap.
Konduksi pada plat penyerap akan dilanjutkan menuju isolator yang
terletak di lapisan bawah plat penyerap. Laju perpindahan panas melalui proses
konduksi pada saluran pemanas udara surya dengan lebar w (m), tinggi b (m),

23

tebal insulator t (m), panjang L (m), temperatur luar T0 (K), dan temperatur dalam
Ti (K). Laju perpindahan panas dari kolektor panas surya

plat datar akan

sebanding dengan besarnya konduktivitas bahan penyerap, luasan plat penyerap


dan arah dari laju perpindahan panas akan menuju ke insulator dibawahnya.
Pemberian bahan insulator untuk memperkecil laju perpindahan panas. Sehingga
pemilihan bahan insulator harus bahan yang mempunyai konduktivitas yang
sangat kecil.
2

Konveksi pada kolektor termal


Proses perpindahan panas secara konveksi pada kolektor surya plat datar

dengan satu kaca penutup terjadi pada dua tempat, yaitu antara kaca transparan
dengan atmosfer dan antara plat penyerap dengan kaca transparan.
A Konveksi alami antara kaca penutup ke atmosfer
Harga hw koefisien konveksi angin (Wiranto Arismunandar, 1985)
dinyatakan dengan :

hw = 5,7 + 3,8 v

(2.17)

Dimana hw adalah koefisien konveksi angin (W/(m2.K))


v adalah kecepatan angin (m/s).
Laju perpindahan panas secara konveksi antara kaca transparan dengan
atmosfer dinyatakan :

qc = hw A(Tk Ts )

(2.18)

24

Di mana q c adalah laju perpindahan secara konveksi (Watt), A adalah luas


permukaan (m2), Tk temperatur permukaan kaca (K) dan Ts temperatur langit
(K).
B .Konveksi antara plat penyerap dengan kaca transparan
Laju perpindahan panas melalui proses konveksi antara plat penyerap
dengan kaca transparan dinyatakan dengan persamaan :
q c = h pk A(T p Tk )

(2.19)

dimana h pk adalah koefisien konveksi transfer panas plat-kaca (W/m2.K), A


adalah luas permukaan (m2), T p temperatur permukaan plat penyerap (K) dan Tk
temperatur permukaan kaca (K).
3

Radiasi pada kolektor termal


Proses radiasi pada kolektor termal energi surya juga terjadi di dua tempat,

yaitu antara kaca transparan dengan lingkungan dan antara plat penyerap dengan
kaca transparan.
A. Radiasi antara kaca transparan dengan lingkungan
Laju perpindahan panas melalui proses radiasi antara kaca transparan
dengan lingkungan dapat dinyatakan dalam persamaan :
q r = . A. k (Tk4 Ta4 )

(2.20)

dimana q r adalah laju perpindahan panas secara radiasi (Watt), A luas permukaan
kaca (m2), k emisivitas kaca, Tk temperatur mutlak permukaan kaca (K) dan Ta
adalah temperatur mutlak lingkungan (K).

25

B. Radiasi antara plat penyerap dengan kaca transparan


Laju perpindahan panas secara radiasi antara plat penyerap dengan kaca
transparan dapat dinyatakan dengan persamaan:
qr =

A. .(T p4 Tk4 )
1
p

(2.21)

+ 1k 1

Dimana q r adalah laju perpindahan panas secara radiasi (Watt), A adalah luas
penampang permukaan plat (m2), adalah konstanta Stefan-Boltzmann yang
besarnya 5.67 10 8 W/m2.K4, T p adalah temperatur mutlak plat (K), Tk adalah
temperatur permukaan kaca (K), p dan k adalah emisivitas plat penyerap dan
emisivitas kaca. Dimana emisivitas sendiri adalah kemampuan suatu benda untuk
memancarkan suatu bentuk energi.
Pada proses transfer panas kolektor panas surya dapat dilihat pada gambar 2.10.

Refleksi

Tarnsmisi
Konveksi dan radiasi
Antara kaca pertama dan kaca kedua

Konveksi dan radiasi


Insulator
Antara kaca pertama dan plat penyerap

Radiasi matahari
Kaca penutup
Konveksi dan Radiasi
Dari kaca ke lingkungan

Konduksi melalui insulator

Plat Penyerap

Gambar 2.11 Proses transfer energi panas pada kolektor

26

2.6.2 Kesetimbangan laju energi panas kolektor termal


Kesetimbangan laju energi panas pada kolektor termal dapat dinyatakan
dengan persamaan :
q u = q i ql

(2.22)

Dimana qu adalah energi yang dipakai (J/s), q i adalah energi yang masuk (J/s)
dan q L adalah energi yang hilang (J/s).
1

Laju energi panas yang masuk, qi


Laju energi panas yang masuk pada kolektor termal energi surya (J/s)

dipengaruhi oleh IbT jumlah intensitas radiasi matahari pada permukaan miring
(watt/m2), Ap luas plat penyerap kolektor termal (m2), dan hasil kali transmivisitas
kaca penutup-absorbsivitas plat penyerap (.). dinyatakan dengan persamaan :
qi = A p .I bT .( . )
2

(2.23)

Laju energi panas yang hilang, ql


Tidak semua energi panas yang masuk dapat dipakai seluruhnya sebab ada

faktor kerugian panas pada kolektor termal. Kerugian panas ini terjadi pada
bagian atas kolektor panas surya yang disebut kerugian panas bagian atas dan
pada bagian bawah kolektor panas surya disebut kerugian panas bagian bawah.
Dimana jumlah dari kedua kerugian panas merupakan kerugian panas total.
a. Kerugian laju energi panas bagian atas (top loss) qtl
Panas yang hilang dari bagian atas plat penyerap disebabkan oleh konveksi
alam dan radiasi dari permukaan plat penyerap ke permukaan bagian dalam kaca
transparan. Panas tersebut lalu dikonduksi oleh kaca transparan menuju

27

permukaan bagian luarnya, yang selanjutnya dipindahkan ke atmosfer secara


konveksi dan radiasi.
b. Kerugian laju energi panas bagian bawah (bottom loss) qbl
Proses kehilangan panas pada bagian bawah dari plat penyerap yang
menuju ke lingkungan sebanding dengan konduksi yang melewati insulator dan
juga dipengaruhi oleh konveksi, radiasi dari insulator ke lingkungan. Pada
keadaan setimbang, panas yang hilang dari plat penyerap menuju insulator akan
sebanding dengan panas yang hilang dari insulator menuju ke lingkungan.
3. Laju energi panas yang digunakan
Laju energi panas yang keluar dari kolektor termal energi surya dapat
dinyatakan dalam persamaan (Duffie dan Beckman, 1991):

qu = m .Cp.(T0 T1)

(2.24)

Dimana qu adalah laju energi panas yang keluar (J/s), m adalah laju aliran massa
udara dalam saluran kolektor termal (kg/s), Cp adalah panas jenis udara (J/kg.K),
T0 adalah temperatur udara yang keluar dari kolektor termal (K), dan Tl adalah
temperatur udara yang masuk kolektor termal (K).

2.6.3

Efisiensi kolektor termal,


Definisi dari efisiensi kolektor panas surya yaitu perbandingan antara

energi yang digunakan dengan jumlah energi surya yang diterima pada waktu
tertentu. Parameter-parameter yang menentukan efisiensi termal adalah IbT
intensitas radiasi yang datang ke permukaan kolektor panas surya (W/m2), A p

28

luas permukaan kolektor panas surya (m2), faktor hasil kali transmisivitas dan

absobsivitas ( ), laju aliran massa udara m , temperatur masuk menuju kedalam


kolektor Ti , dan besarnya temperatur yang keluar meninggalkan kolektor panas
surya T0 , GT adalah besarnya intensitas radiasi yang masuk dan diserap oleh plat
penyerap pada kolektor panas surya (W/m2), qu adalah laju perpindahan panas
kolektor panas surya (joule/s) .
Energi radiasi yang mengenai bahan mengalami beberapa proses dimana
sebagian energinya dipantulkan, sebagian lagi diserap, dan sebagian lagi
diteruskan. Dimana fraksi yang dipantulkan disebut fraksi refleksivitas ( ) , fraksi
yang diserap disebut fraksi absorbsivitas ( ) , dan fraksi yang diteruskan disebut
fraksi transmisivitas ( ) . Perbandingan antara fluks yang diserap oleh plat
penyerap dengan fluks yang mengenai kaca penutup merupakan hasil kali
transmisivitas dengan absorbsivitas. Berkas radiasi matahari

yang mengenai

permukaan kolektor panas surya ditunjukan oleh faktor ( ) . Faktor ini


merupakan hasil kali transmisivitas dan absorbsivitas. Kita dapat mengasumsikan
bahwa kaca penutup tidak menyerap radiasi matahari sehingga semua radiasi
matahari dapat diteruskan ke plat penyerap. Tapi bila untuk menghitung reduksi
laju panas yang hilang karena penyerapan radiasi oleh kaca penutup sangat kecil
dibandingkan yang diserap plat penyerap. maka efisiensi kolektor panas surya
dapat dinyatakan (Duffie dan Beckman, 1991):
=

qu
A p GT

(2.25)

29

m C p (T0 Ti )
A p ( ) I bT

(2.26)

Laju aliran massa udara merupakan jumlah massa udara yang mengalir tiap satuan
waktu dan dapat dinyatakan sebagai berikut :

m=

m V
=
tu
tu

(2.27)

Dengan m adalah massa udara (kg), tu adalah waktu pergerakan udara dari ujung
satu ke ujung yang lain dari kolektor panas surya (s), V adalah volume udara yang
mengalir dari ujung satu ke ujung lain dari kolektor panas surya (m3) dan
kerapatan udara (Kg/m3).
Massa udara yang bergerak dipengaruhi oleh kerapatan udara pada saat itu.
Harga kerapatan udara berbanding terbalik dengan temperatur. Dimana harga
temperatur input pada suatu penelitian tentu tidak semuanya akan sama dengan
harga temperatur input pada grafik sehingga harga kerapatan udara dapat dicari
dengan persamaan garis sebagai berikut :
y = -0,0022 x + 1,2009

(2.28)

dimana y adalah harga kerapatan udara yang dicari (kg/m3) dan x adalah
temperatur udara yang diukur ( 0C).

Kerapatan udara (kg/m )

30

1,5
1,3

y = -0,0022x + 1,2009

1,1
0,9
0,7
0,5
0

50

100

150

200

250

300

350

Temperatur ( C)
Gambar 2.12 Tabel Hubungan Kerapatan Udara dengan Temperatur
(Jensen dalam Wiranto Arismunandar, 1985).

Kapasitas panas dinyatakan dengan C merupakan jumlah panas yang


diperlukan untuk menaikkan suhu sebesar 10 C , dan mempunyai kesebandingan

1060
y = 0,1309x + 1000,7

1040
o

(J/(kg. C)

Kapasitas Panas Udara

dengan temperatur maka persamaan garis lurus dapat ditulis berdasarkan grafik :

1020
1000
980
0

50

100

150

200

250

300

350

Temperatur(oC)

Gambar 2.13 Tabel Hubungan Kapasitas Panas dengan Temperatur


(Jensen dalam Wiranto Arismunandar, 1985).

y = 0,1309 x + 1000,7

(2.29)

dimana y adalah harga kapasitas panas (J/kg0C) dan x adalah nilai temperatur (0C).

31

3,1

2,7
1X10-5

Viskosita Dinamik(Pa.s)

2,9

2,5
2,3

y = 0,004x + 1,7545

2,1
1,9
1,7
0

50

100

150

200

250

300

350

Temperatur ( 0C)

Gambar 2.14 Tabel Hubungan Viskositas dinamik dengan Temperatur


(Jensen dalam Wiranto Arismunandar, 1985).

y = 0.004 x + 1,7545

(2.30)

dimana y adalah harga Viskositas dinamik (Pa.s) dan x adalah temperatur (0C)

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Pengambilan Data


1

Tempat
Pengujian daya kerja (performance) dilakukan di halaman Belakang

Laboratorium Pusat UNS Surakarta yang berada pada geografis 110 45 15- 110
45 35 BT dan 7 36- 7 56 LS (www.surakarta.go.id).
2

Waktu
Sedangkan waktu pengujian kolektor dari pukul 10:00 sampai dengan pukul

14:00 selama 8 hari dari tanggal 30 Novembar 2005 sampai 7 Desember 2005.

3.2 Perancangan Kolektor Surya Plat Datar


1

Bahan
a

Triplek dengan ukuran 90 cm x 120 cm dan tebal 5 mm.

Kaca bening dengan ukuran 90 cm x 120 cm dan tebal 3 mm.

Glasswoll dan sabut kelapa sesuai luasan dari plat penyerap dan kaca
penutup.

Plat penyerap dengan ukuran 90 cm x 120 cm dari bahan seng.

Lis kayu dengan berbagai ukuran.

Paku dan bahan perekat.

Dudukan tempat untuk sudut .

Pilok atau cat warna hitam.

32

33

Alat-alat
a

Termokopel dengan :

Tipe K (range -200 0C sampai 1370 0C )

Tipe J (range -200 0C sampai 980 0C )

Tipe T (range -250 0C sampai 400 0C )

Anemometer testo

Digital Thermometer

Light Meter Model Li- 250 No Sri LMA - 2706

Sensor pyranometer No seri PY 46415

Gambar 3.1 Jenis alat-alat ukur yang digunakan pada Penelitian

34

Keterangan Gambar :
1. Rotari switch
2. Stop watch
3. Digital Thermometer
4. Light Meter Model Li- 250 No Sri LMA - 2706
5. Anemometer
6. Kabel penghubung termokopel
7. Sensor pyranometer N0 seri PY-46415

Teknik Pembuatan Kolektor Surya Plat Datar


a

Pembuatan kotak kolektor dari bahan triplek dengan ukuran 90 cm x 120


cm dengan dudukan kaca pada bagian dalam kolektor dengan 2 dudukan
kaca yang sejajar .

Meletakkan glasswoll pada dasar atau bagian bawah dari kolektor.

Memotong plat penyerap dengan ukuran 90 cm x 120 cm dan meletakkan


di atas insulator (glasswoll dan sabut kelapa).

Pemotongan kaca dengan ukuran 90 cm x 120 cm sebanyak dua buah dan


meletakkan pada dudukan di dalam kolektor .

Mengulang langkah di atas (a sampai d) sehingga menghasilkan 2 buah


kolektor surya plat datar.

Secara skema gambar dan ukuran kolektor terlihat pada gambar 3.2.

35

90 cm

120 cm

Kaca

3 cm
3 cm

9 cm

10 cm

Isolator

Plat Seng Penyerap

Gambar 3.2 Skema dan ukuran kolektor surya plat datar

3.3 Metode Pengujian Kolektor Surya Plat Datar


1

Teknik Pengambilan Data


a

Pengambilan data dilakukan dengan menempatkan kolektor di bawah sinar


matahari.

Kolektor dimiringkan dengan sudut tetap 200.

Memasang rangkaian untuk mengukur temperatur udara masuk ke


kolektor, temperatur udara keluar dari kolektor, temperatur plat penyerap,
dan temperatur kaca penutup.

36

Intensitas radiasi diukur dengan sensor pyranometer yang dihubungkan ke


Light-Meter.

Mencatat hasil pengukuran pada tiap interval waktu setiap 15 menit.

Memvariasikan jarak kaca dengan plat kolektor dengan jarak 3 cm, 6 cm,
dan 9 cm.

Mengisi titik-titik data yang ada pada tabel 3.1 dan tabel 3.2.

Menganalisa grafik antara efisiensi dengan perbedaan temperatur.

Mengulangi langkah di atas (langkah a, c-e, dan h-i), dengan


memvariasikan sudut kemiringan kolektor dengan sudut 100, 200, 300, dan
400 yang dilakukan pada jarak kaca penutup dengan plat penyerap tetap
sebesar 3 cm.

Tabel 3.1. Tabel Pengambilan Data


Waktu

T1
( 0c)

I
(W/m2)

T0
( 0c)

Tplat
( 0c)

Tk
( 0c)

v
udara
(m/s)

Kaca
Penutup

Tabel 3.2. Tabel perhitungan efisiensi kolektor surya plat datar dengan t = 15
menit.
T1
( 0c)

1
2
3
dst

(kg/m3)

m
(kg/s)

Cp
(J/kg
0
C)

IbT
(W/m2)

qi
(J/s)

qu
(J/s)

(%)

v
udara
(m/s)

Re

37

3.4 Prosedur Penelitian


Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian Kolektor Termal Tipe
Datar Plat Datar ini adalah :

Perancangan Kolektor Termal

Pembuatan Kolektor Termal

Pengujian Kolektor
Termal
Variasi jarak
kaca penutup

Variasi

Plot Grafik Ir, Tp, Tk, Ti, To

Analisa Grafik

Perhitungan Efisiensi Termal

Plot Grafik - T

Kesimpulan

38

3.5 Teknik Analisa Data


Pada proses analisa data kita akan menguji efisiensi dari kolektor panas
surya plat datar dan plat gelombang dengan memanfaatkan radiasi matahari.
Mengetahui

hubungan

Intensitas

radiasi

terhadap

temperatur.

Dengan

memvariasikan jarak kaca penutup dengan plat dan memvariasikan sudut , maka
akan diketahui jarak paling optimum dari ketiga variasi jarak kaca dan sudut
paling optimum dari keempat variasi yang dilakukan. Pengujian kolektor panas
surya dilakukan mulai jam 10.00 14.00 WIB.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1

Intensitas Radiasi Surya

a. Intensitas matahari pada bidang datar


Pengukuran intensitas radiasi matahari dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Intensitas matahari (W/m2)

1200
1000
800
600

I Radiasi

400
200
0
10.00

11.00

12.00

13.00

14.00

Jam pengamatan

Gambar 4.1 Grafik Intensitas Matahari terhadap waktu

Dari Gambar 4.1, dapat kita lihat bahwa pengambilan data dilakukan dari
pukul 10.00 sampai dengan 14.00. intensitas sebaran yang terlihat tidak teratur.
Intensitas matahari yang seharusnya pada pukul 10.00 sampai dengan 12.00 akan
naik dan pada pukul 12.00 sampai dengan 14.00 akan turun tidak semuanya
terjadi, sehingga terlihat bahwa intensitas yang terjadi sangat fluktuatif. Hal ini
dapat terlihat dari kenaikan dan penurunan intensitas yang cukup tajam. Fluktuatif

39

40

yang terjadi tersebut disebabkan karena kondisi cuaca yang berubah yang
disebabkan adanya gumpalan awan dan mendung tebal yang menghalangi radiasi
matahari sampai ke bumi.
b. Intensitas matahari pada variasi sudut
Hasil pengukuran intensitas radiasi matahari pada bidang miring dengan
variasi sudut kemiringan kolektor pada Gambar 4.2.

600

sudut 10
sudut 20

400
200
0
10.00

11.00

12.00

13.00

Intensitas Matahari (W/m2)

6 Desember 2005

800
(W/m )

Intensitas matahari

5 Desember 2005
1000

1200
1000
800
sudut 20

600

sudut 30

400
200

14.00

0
10.00

11.00

Jam Pengamatan

12.00

13.00

14.00

Jam pengamatan

7 Desember 2005

Intensitas matahari
(W/m2)

1200
1000
800
sudut 20
sudut 40

600
400
200
0
10.00

11.00

12.00

13.00

14.00

Jam pengamatan

Gambar 4.2 Grafik Intensitas Matahari pada variasi sudut kemiringan kolektor

Dari Gambar 4.2, pengambilan data dilakukan dari pukul 10.00 sampai
dengan 14.00 juga memperlihatkan intensitas matahari yang fluktuatif. Hal ini
disebabkan kondisi cuaca yang tidak menentu yang disebabkan adanya gumpalan
awan dan mendung tebal yang menghalangi radiasi matahari sampai ke bumi.
Dari grafik dapat kita lihat bahwa besar intensitas yang masuk ke kolektor dengan

41

variasi sudut per hari besarnya berbeda. Jika kita bandingkan variasi sudutnya
perhari, maka kita dapatkan data tanggal 5 desember 2005 intensitas yang masuk
ke kolektor dengan sudut 100 besarnya agak lebih tinggi sedikit dibandingkan
sudut 200. Hal ini karena kemiringan kolektor pada sudut 100 mendekati sudut
zenit dibandingkan dengan sudut 200. Pada tanggal 6 desembar 2005 intensitas
dengan sudut 200 besarnya lebih tinggi dibandingkan sudut 300. Hal ini karena
kemiringan kolektor pada sudut 200 mendekati sudut zenit dibandingkan dengan
sudut 300. Sedangkan pada tanggal 7 desember 2005 intensitas dengan sudut 200
besarnya lebih tinggi dibandingkan sudut 400. Hal ini karena kemiringan kolektor
pada sudut 200 mendekati sudut zenit dibandingkan sudut 400. Karena sudut zenit
permukaan kolektor adalah 14,80. Sehingga dapat kita ketahui bahwa intensitas
matahari yang masuk ke kolektor akan maksimum jika permukaan kolektor tegak
lurus dengan posisi matahari. Dari grafik dapat dilihat bahwa variasi sudut akan
mempengaruhi besar intensitas yang masuk ke kolektor dan besar intensitas
matahari setiap hari tidak sama karena perubahan posisi matahari.
4.2

Temperatur Kolektor Surya

a. Temperatur kolektor pada variasi jarak kaca penutup


Hasil pengukuran temperatur masukan dan temperatur keluaran pada
penelitian yang dilakukan pada tanggal 1 Desember 2005 dengan jarak 3 cm dan 9
cm dapat dilihat pada Gambar 4.3 dan Gambar 4.4.

42

Temperatur ( C)

Data 1 Desember 2005


Jarak 3 cm
70
60
50
40
30
20
10
0
10.00

T in
T out

11.00

12.00

13.00

14.00

Jam Pengamatan

Gambar 4.3 Grafik temperatur dengan jam pengamatan pada jarak 3 cm

Data 1 Desember 2005


Jarak 9 cm

Temperatur ( C)

60
50
40

T in

30

T out

20
10
0
10.00

11.00

12.00

13.00

14.00

Jam Pengamatan

Gambar 4.4 Grafik temperatur dengan jam pengamatan pada jarak 9 cm

Pada Gambar 4.3 dan Gambar 4.4 dapat kita lihat bahwa besar temperatur
keluarannya lebih besar dari temperatur masukannya. Pada jarak plat 3 cm
perbedaan nilai temperatur masukan dan keluaran terbesar mencapai 23,1 0C dan
perbedaan terkecil 9,9 0C. Temperatur keluaran tertinggi mencapai 63,8 0C pada
pukul 11.45 dan temperatur masukan mencapai 41,7 0C pada pukul 12.45. Pada

43

jarak plat 9 cm perbedaan nilai masukan dan keluaran terbesar mencapai 13 0C


dan perbedaan terkecil 0,4 0C. Temperatur keluaran tertinggi mencapai 51,2 0C
pada pukul 11.45 dan temperatur masukan mencapai 42,6 0C pada pukul 11.45.
b. Perbedaan Temperatur kolektor pada variasi jarak kaca penutup
Hasil temperatur pada kolektor surya dapat dilihat pada grafik perbedaan
temperatur masuknya (Tin) dan temperatur keluarnya (Tout) terhadap jam
pengamatan. Grafik perbedaan temperatur input-output dengan jam pengamatan
pada variasi jarak kaca penutup dapat dilihat pada Gambar 4.5, Gambar 4.6, dan
Gambar 4.7.

30 November 2005

Perbedaan temperatur
0
input-output ( C)

30
25
20
3 cm

15

6 cm

10
5
0
10.00

10.50

11.00

11.50

12.00

12.50

13.00

13.50

14.00

Jam pengamatan

Gambar 4.5 Grafik perbedaan temperatur input-output pada jarak 3 cm dan 6 cm

44

25
0

input-output ( C)

Perbedaan temperatur

1 Desember 2005

20
15

3 cm

10

9 cm

5
0
10.00

11.00

12.00

13.00

14.00

Jam Pengamatan

Gambar 4.6 Grafik perbedaan temperatur input-output pada jarak 3 cm dan 9 cm

18
16
14
12

output ( C)

Perbedaan temperatur input-

3 Desember 2005

10
8

6 cm
9 cm

6
4
2
0
10.00

11.00

12.00

13.00

14.00

Jam pengamatan

Gambar 4.7 Grafik perbedaan temperatur input-output pada jarak 6 cm dan 9 cm

Pada Gambar 4.5, Gambar 4.6, dan Gambar 4.7 dapat kita lihat bahwa
pada tanggal 30 November 2005, perbedaan temperatur pada jarak kaca 3 cm
hasilnya lebih tinggi dari jarak kaca 6 cm. Tetapi ada 2 data yang hasilnya
kebalikannya, hal ini karena adanya perubahan aliran yang bergerak di sekitar
kolektor. Pada tanggal 1 Desember 2005, perbedaan temperatur pada jarak kaca 3
cm hasilnya lebih tinggi dari jarak kaca 9 cm. Hal ini karena pada jarak kaca 9 cm
panas yang hilang ke lingkungan semakin besar. Sehingga penyerapan panas pada

45

plat berkurang. sedangkan pada tanggal 3 Desember 2005, perbedaan temperatur


pada jarak kaca 6 cm hasilnya sebagian besar lebih tinggi dari jarak kaca 9 cm.
Pada jarak kaca 9 cm banyak panas yang hilang ke lingkungan. Tetapi ada
beberapa keadaan dimana besarnya berkebalikan, hal ini dikarenakan adanya
perbedaan aliran udara yang bergerak di sekitar kolektor.
Pada Gambar 4.3 terlihat bahwa pada pukul 10.30 dan pukul 11.30
perbedaan temperatur pada jarak 3 cm naik tetapi pada jarak 6 cm turun.Pada
Gambar 4.5 terlihat bahwa pada pukul 11.30 perbedaan temperatur pada jarak 6
cm naik tetapi pada jarak 9 cm turun. Hal ini karena penelitian ini menggunakan 2
buah kolektor dengan 1 buah sensor pyranometer dan 6 buah termokopel.
Sedangkan pada penelitian yang akan kita ambil 5 buah titik intensitas radiasi
matahari (Intensitas matahari pada bidang datar dan untuk menghitung
absorbsivitas kaca) dan 8 buah titik temperatur (temperatur input, temperatur
output, temperatur kaca, dan temperatur plat). Untuk mengambil data intensitas
matahari, temperatur, dan aliran udara tidak bisa dilakukan secara bersamaan
karena kekurangan alat penelitian. Sehingga ketika kita mengambil intensitas
yang lain terjadi penurunan intensitas yang cepat tetapi penurunan temperatur
tidak secepat penurunan intensitas matahari. Pada gambar 4.5 terlihat bahwa
pukul 11.15 pada jarak 6 cm didapatkan data penelitian, sedangkan pada jarak 9
cm data yang didapatkan tidak valid.
Dari hasil pengukuran dapat disimpulkan bahwa variasi jarak kaca
berpengaruh terhadap perbedaan temperatur kolektor. Dimana perbedaan
temperatur akan maksimum pada jarak kaca kecil. Hal ini dikarenakan sedikit

46

energi panas yang hilang ke lingkungan dan sedikit volume udara yang
dipanaskan.
c. Temperatur kolektor pada variasi sudut kemiringan kolektor surya
Hasil temperatur pada kolektor surya dapat dilihat pada grafik perbedaan
temperatur masuknya (Tin) dan temperatur keluarnya (Tout) terhadap jam
pengamatan. Grafik perbedaan temperatur dengan jam pengamatan pada variasi
sudut kemiringan kolektor dapat dilihat pada Gambar 4.8, Gambar 4.9, dan
Gambar 4.10.
5 Desember 2005
30

20

input-output ( C)

Perbedaan temperatur

25

15

sudut 10
sudut 20

10
5
0
10.00
-5

11.00

12.00

13.00

14.00

Jam pengamatan

Gambar 4.8 Grafik perbedaan temperatur input-output pada sudut 10 0 dan 200

6 Desember 2005

35
0

input-output ( C)

Perbedaan temperatur

40

30
25
sudut 20

20

sudut 30

15
10
5
0
10.00

11.00

12.00

13.00

14.00

Jam pengamatan

Gambar 4.9 Grafik perbedaan temperatur input-output pada sudut 20 0 dan 300

47

7 Desember 2005

input-output ( C)

Perbedaan temperatur

35
30
25
20

sudut 20

15

sudut 40

10
5
0
10.00

11.00

12.00

13.00

14.00

Jam pengamatan

Gambar 4.10 Grafik perbedaan temperatur input-output pada sudut 20 0 dan 400

Pada Gambar 4.8, Gambar 4.9, dan Gambar 4.10 dapat kita lihat bahwa
pada tanggal 5 Desember 2005, besar perbedaan temperaturnya pada sudut 100
ada yang lebih besar dari perbedaan temperatur pada sudut 200, tetapi ada yang
kebalikannya. Hal ini karena perbedaan temperatur akan maksimal jika
kemiringan kolektor sesuai dengan sudut zenit. Pada penelitian ini sudut zenit dari
permukaan kolektor sebesar 14,80. Pada 6 Desember 2005, besar perbedaan
temperatur pada sudut 200 lebih besar dari pada sudut 300. Hal ini karena sudut
200 mendekati sudut zenit dibandingkan sudut 300. Pada 7 Desember 2005, besar
perbedaan temperatur pada sudut 200 sebagian besar hasilnya lebih tinggi
dibandingkan perbedaan temperatur pada sudut 400. hal ini karena sudut 200 lebih
mendekati sudut zenit dibandingkan sudut 400. Tetapi pada grafik terlihat adanya
beberapa nilai pada sudut 200 yang hasilnya lebih kecil dibandingkan sudut 400,
hal ini disebabkan adanya aliran udara balik. Hal ini juga yang dapat
mengakibatkan basar temperatur masukan menjadi lebih besar dari temperatur
keluarannya.

48

Pada gambar 4.6 pada pukul 11.15 dengan variasi sudut 200 terlihat bahwa
hasilnya negatif, hal ini karena adanya aliran udara balik yang bergerak ke dalam
kolektor.
Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa variasi sudut berpengaruh
terhadap perbedaan temperatur kolektor. Dimana perbedaan temperatur akan
maksimum jika permukaan kolektor tegak lurus dengan posisi matahari.
4.3

Efisiensi Kolektor Surya

a. Efisiensi kolektor surya pada variasi jarak kaca


Hasil efisiensi pada kolektor surya dapat dilihat pada grafik efisiensi
kolektor surya terhadap perbedaan temperatur masuknya (Tin) dan temperatur
keluarnya (Tout). Grafik efisiensi kolektor surya dengan perbedaan temperatur
pada variasi jarak kaca penutup kolektor dapat dilihat pada Gambar 4.11, Gambar
4.12, dan Gambar 4.13.
30 November 2005

efisiensi termal (%)

120
100
80
3 cm

60

6 cm

40
20
0
0

10

12

14

16

18

20

22

24

26

28

30

perbedaan temperatur input-output ( C)

Gambar 4.11 Grafik efisiensi termal dengan jarak kaca penutup dengan plat penyerap 3 cm
dan 6 cm

49

1 Desember 2005
120

efisiensi termal (%)

100
80
3 cm
9 cm

60
40
20
0
0

10

12

14

16

18

20

22

24

26

perbedaan temperatur input-output ( 0C)

Gambar 4.12 Grafik efisiensi termal dengan jarak kaca penutup dengan plat penyerap 3 cm
dan 9 cm
3 Desember 2005
90
80

efisiensi termal (%)

70
60
50

6 cm

40

9 cm

30
20
10
0
0

10

12

14

16

18

perbedaan temperatur input-output ( C)

Gambar 4.13 Grafik efisiensi termal dengan jarak kaca penutup dengan plat penyerap 6 cm
dan 9 cm

Pada Gambar 4.11, Gambar 4.12, dan Gambar 4.13 dapat kita lihat bahwa
pada tanggal 30 November 2005, efisiensi termal tertinggi pada jarak kaca 3 cm
mencapai 72,82 % dan terendah 33,05 %. Sedangkan pada jarak kaca 6 cm
efisiensi termal tertinggi mencapai 97,59 % dan terendah 23,65 %.
Pada tanggal 1 Desember 2005, efisiensi termal tertinggi pada jarak kaca 3
cm mencapai 81,58 % dan terendah 29,22 %. Sedangkan pada jarak kaca 9 cm
efisiensi termal tertinggi mencapai 98,59 % dan terendah 11,2 %.

50

Pada tanggal 3 Desember 2005, efisiensi termal tertinggi pada jarak kaca 6
cm mencapai 82,48 % dan terendah 28,47 %. Sedangkan pada jarak kaca 9 cm
efisiensi termal tertinggi mencapai 81,51 % dan terendah 23,6 %.
Sehingga dapat dikatakan bahwa hasil perhitungan efisiensi termal dari
kolektor surya dalam penelitian ini bukanlah suatu konstanta melainkan sebuah
karakteristik dengan variabel yang tergantung dari intensitas matahari, temperatur
masukan, temperatur keluaran, dan aliran udara. Dimana intensitas matahari yang
diterima kolektor tidak fluktuatif, aliran udara yang laminer, dan perbedaan
temperatur masukan dan keluaran maksimum. Perbedaan temperatur akan
maksimum pada jarak kaca kecil.
b. Efisiensi kolektor surya pada variasi sudut kemiringan
Hasil efisiensi pada kolektor surya dapat dilihat pada grafik efisiensi
kolektor surya terhadap perbedaan temperatur masuknya (Tin) dan temperatur
keluarnya (Tout). Grafik efisiensi kolektor surya dengan perbedaan temperatur
pada variasi sudut kemiringan kolektor dapat dilihat pada Gambar 4.14, Gambar
4.15, dan Gambar 4.16.

5 Desember 2005
100
90

efisiensi termal (%)

80
sudut 10

70

sudut 20

60
50
40
30
20
10
0
0

10

12

14

16

18

20

22

24

26

28

30

perbedaan temperatur input-output ( C)

Gambar 4.14 Grafik efisiensi termal dengan sudut 10 0 dan 200

51

6 Desember 2005
120

efisiensi termal (%)

100
80
sudut 20

60

sudut 30

40
20
0
0

10

12

14

16

18

20

22

24

26

28

30

32

34

36

38

perbedaan temperatur input-output ( C)

Gambar 4.15 Grafik efisiensi termal dengan sudut 20 0 dan 300

7 Desember 2005
100
90

efisiensi termal (%)

80
70
60
sudut 20

50

sudut 40

40
30
20
10
0
0

12

16

20

Perbedaan temperatur input-output (

24
0

28

32

C)

Gambar 4.16 Grafik efisiensi termal dengan sudut 20 0 dan 400

Pada Gambar 4.14, Gambar 4.15, dan Gambar 4.16 dapat dilihat bahwa
pada tanggal 5 desember 2005, efisiensi termal tertinggi pada sudut 100 mencapai
94,46 % dan terendah 31,26 %. Sedangkan pada sudut 200 efisiensi termal
tertinggi mencapai 93,04 % dan terendah 35,23 %.
Pada tanggal 6 desember 2005, efisiensi termal tertinggi pada sudut 200
mencapai 99,23 % dan terendah 20,92 %. Sedangkan pada sudut 300 efisiensi
termal tertinggi mencapai 97,53 % dan terendah 22,64 %.

52

Pada tanggal 7 desember 2005, efisiensi termal tertinggi pada sudut 200
mencapai 96,29 % dan terendah 18,10 %. Sedangkan pada sudut 400 efisiensi
termal tertinggi mencapai 96,43 % dan terendah 28,5 %.
Sehingga dapat dikatakan bahwa hasil perhitungan efisiensi termal dari
kolektor surya dalam penelitian ini bukanlah suatu konstanta melainkan sebuah
karakteristik dengan variabel yang tergantung dari intensitas matahari, temperatur
masukan, temperatur keluaran, dan aliran udara. Dimana intensitas matahari yang
diterima kolektor tidak fluktuatif dan permukaan kolektor tegak lurus dengan
posisi matahari, aliran udara yang laminer, dan perbedaan temperatur masukan
dan keluaran maksimum. Perbedaan temperatur akan maksimum jika permukaan
kolektor tegak lurus dengan posisi matahari.

BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian, didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada ketiga variasi jarak plat penyerap dengan kaca transparan,
didapatkan nilai perbedaan temperatur input-output tertinggi pada jarak 3
cm dan terendah pada jarak 9 cm, dan plat penyerap akan menyerap
radiasi matahari secara maksimal jika posisi plat tersebut tegak lurus
dengan arah datang radiasi matahari.
2. Kemiringan kolektor surya semakin mendekati sudut zenit maka
perbedaan temperatur input-output semakin besar.
3. Efisiensi kolektor termal bergantung dari intensitas matahari, temperatur
masukan, temperatur keluaran, dan aliran udara.
5.2. Saran
1. Menggunakan sensor temperatur yang mencukupi pada setiap titik
temperatur yang dapat di hitung secara bersamaan.
2. Perlu dilakukan uji-coba kolektor thermal di ruang tertutup untuk
mengetahui pengaruh aliran udara yang terkontrol.
3. Mengganti plat datar dengan plat gelombang dan menggunakan plat
dengan nilai absorbsivitas tinggi.
4. Mengganti insulator dengan menggunakan serbuk gergaji.

53

54

5. Menggunakan batu-batuan dan tempat penyimpanan air yang dilapisi


insulator sebagai medium untuk penyimpanan panas.
6. Pengukuran kecepatan aliran udara dengan menggunakan alat standar
internasional.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2005: web site: www.surakarta.go.id, tanggal 21 November 2005.
Anonim, 2006: Hubungan Matahari dan Bumi, Web site: http://www.as.itb.ac.id/
~dhani/Ole_AnginMatahari.htm, tanggal 10 Februari 2006.
Anonim, 2006: Sumber Energi Terbarukan Untuk Antisipasi Krisis BBM ?, web
site: WWW.DW-WORLD_DE - Sumber Energi Terbarukan Untuk
Antisipasi Krisis BBM.htm, 5 Februari 2006.
Arko Prijono, 1986: Prinsip- prinsip perpindahan panas, PT Saksama, Jakarta.
Beiser, A. , 1995: Concept of Modern Physics, 5th edition, Mc Grow Hill, New
York.
Culp Jr, A. W, 1991, Prinsip-prinsip Konversi Energi, Penerbit Erlangga,
Jakarta.
Duffie, J.A. dan Beckman, W.A. , 1991: Solar Engineering of Thermal Processes,
John Willey and Sons Inc, Wisconsin
E. Jasjfi, 1995: Perpindahan kalor, Erlangga,Jakarta.
Ekadewi Anggraini Handoyo, 2002: Jurnal Teknik Mesin Universitas PETRA,
Surabaya.
Giancoli, D.C., 1998, Fisika edisi kelima (Terjemahan Yuhilza Hanum), Erlangga,
Jakarta.
Mawardi Silaban, 2005: PENGUJIAN ALAT PENGERING ENERGI MATAHARI
UNTUK KOMODITAS PERTANIAN SKALA PILOT PLANT, web site:
http://www.iptek.net.id/ind/terapan/cocoa_idx.php?doc=a15, tanggal 23
Novembar 2005.

55

56

Sibuk Ginting, 2006: KAJI EKSPERIMENTAL BERBAGAI KOLEKTOR UDARA


SURYA DENGAN BANTUAN DATA AKUSISI, Web site:
www.jbptitbpp-gdl-s2-1990-sibukginti-1745 - Departemen Teknik Sipil
ITB - GDL 4_0.htm, tanggal 5 Februari 2006.
Wiranto Arismunandar, 1985: Teknologi Rekayasa Surya, edisi pertama, PT
Pradnya Paramita, Jakarta.
Wisnu Arya Wardhana, 2006: Reaksi Termonuklir sebagai Sumber Energi
Matahari, web site: (http://www.elektroindonesia.com/elektro/ener31.
html) , tanggal 10 Februari 2006.
Yuli Setyo Indartono, 2006: PERSPEKTIF, web site: www.BERITA IPTEK
ONLINE - PERSPEKTIF Sumber Energi.htm, tanggal 10 Februari
2006.

LAMPIRAN
A. Data Penelitian
Lampiran 1 Data penelitian pada tanggal 30 November 2005 dengan lebar saluran udara 3
cm.

10.00
10.15
10.30
10.45
11.00
11.15
11.30
11.45
12.00
12.15
12.30
12.45
13.00

I
(W/m2)
787.9
818.8
1105.3
1210.7
1192.9
1292.3
1220.7
1247.5
1085.7
1321.4
878.5
480.73
268.84

rata - rata =

0.817.

Waktu

T1
( 0c)
40.8
44.5
48.5
49.5
57.8
40.8
43.5
53.3
53.1
45.1
43.4
38.3
35.9

T0
( 0c)
61.3
64.9
76.1
71.8
75.4
61.6
64.5
77.6
72.9
61.2
59.2
48.0
40.3

Tplat
( 0c)
61.8
62.4
75.4
60.9
89.7
66.4
58.5
79.1
45.7
37.3
40.5
37.2
33.9

Tk
( 0c)
56.1
58.3
57.2
61.5
88.3
70.3
56.6
81.4
47.6
44.2
43.5
38.5
32.5

v udara
(m/s)
0.51
0.48
0.39
0.36
0.80
0.31
0.70
0.80
0.52
0.57
0.50
0.26
0.19

Kaca
Penutup
0.876
0.804
0.856
0.821
0.819
0.829
0.835
0.816
0.843
0.798
0.803
0.761
0.755

Lampiran 2 Data penelitian pada tanggal 30 November 2005 dengan lebar saluran udara 6
cm.
Waktu
10.15
10.30
10.45
11.00
11.30
11.45
12.00
12.15
12.45
13.00
rata - rata =

I
(W/m2)
818.8
1105.3
1210.7
1192.9
1220.7
1247.5
1085.7
1321.4
480.73
268.84

T1
( 0c)
39.8
49.8
43.9
54.7
56.4
50.9
45.2
39.3
37.5
35.5

T0
( 0c)
53.8
57.7
59.3
69.0
61.7
68.1
63.3
53.2
43.1
37.9

Tplat
( 0c)
75.9
88.4
52.7
56.4
53.6
51.7
55.2
47.1
38.2
34.8

0.797.

57

Tk
( 0c)
41.1
71.8
54.5
51.8
53.3
46.5
46.1
44.6
38.1
32.7

v udara
(m/s)
0.53
0.36
0.38
0.70
0.80
0.41
0.57
0.51
0.25
0.20

Kaca
Penutup
0.835
0.835
0.828
0.824
0.816
0.866
0.790
0.753
0.760
0.575

58

Lampiran 3 Data penelitian pada tanggal 1 Desember 2005 dengan lebar saluran udara 3
cm.
Waktu
10.00
10.15
10.30
10.45
11.00
11.15
11.30
11.45
12.15
12.30
12.45
13.00

I
(W/m2)
981.1
1073.6
1087.2
1040.4
1221.6
593.2
565.0
1022.9
1261.9
1149.4
1020.4
656.8

T1
( 0c)
32.1
34.9
38.5
35.5
34.7
34.5
36.9
40.7
32.6
37.7
41.7
35.2

T0
( 0c)
42.6
48.8
54.4
51.8
47.3
44.4
53.3
63.8
48.3
59.5
62.6
47.6

Tplat
( 0c)
47.6
72.3
90.6
76.1
64.6
62.7
75.0
92.4
48.5
79.7
82.5
65.0

Tk
( 0c)
36.6
41.7
48.1
46.2
43.9
41.4
45.6
51.6
35.1
42.6
46.5
38.2

v udara
Kaca
(m/s)
Penutup
0.74
0.813
0.66
0.801
0.43
0.836
0.47
0.734
0.52
0.781
0.24
0.759
0.48
0.815
0.34
0.843
0.25
0.870
0.51
0.976
0.53
0.640
0.51
0.790

rata - rata = 0.802.

Lampiran 4 Data penelitian pada tanggal 1 Desember 2005 dengan lebar saluran udara 9
cm.
Waktu
10.00
10.15
10.30
10.45
11.00
11.15
11.30
11.45
12.00
12.15
12.30
12.45
13.00

I
(W/m2)
981.1
1073.6
1087.2
1040.4
1221.6
593.2
565.0
1022.9
311.6
1261.9
1149.4
1020.4
656.8

rata - rata = 0.774.

T1
( 0c)
32.2
36.5
38.1
35.0
35.9
36.3
39.0
42.6
36.7
33.6
38.1
40.3
34.4

T0
( 0c)
34.8
41.1
45.7
40.7
40.5
37.5
42.1
51.2
37.1
37.6
51.1
49.7
38.6

Tplat
( 0c)
46.4
69.3
86.3
73.3
60.7
61.1
68.9
86.2
55.9
47.5
73.1
76.1
59.3

Tk
( 0c)
35.5
39.8
45.8
44.3
41.8
39.9
43.1
48.8
41.9
34.6
40.5
42.8
37.3

v udara
(m/s)
0.50
0.85
0.58
0.43
0.28
0.26
0.45
0.47
0.88
0.45
0.59
0.45
0.92

Kaca
Penutup
0.841
0.793
0.810
0.725
0.772
0.828
0.782
0.631
0.724
0.724
0.807
0.799
0.825

59

Lampiran 5 Data penelitian pada tanggal 3 Desember 2005 dengan lebar saluran udara 6
cm.
Waktu
10.00
10.15
10.45
11.00
11.15
11.30
11.45
12.00
12.15
12.30
12.45
13.00
13.15
13.30
13.45
14.00

I
(W/m2)
843.2
555.7
921.2
823.5
1166.1
995.7
950.6
879.6
833.3
835.3
975.5
808.8
579.1
986.9
1255.2
761.1

T1
( 0c)
31.8
35.9
36.1
38.7
41.4
39.7
35.5
36.6
36.8
34.5
35.5
36.5
36.4
36.9
39.8
35.1

T0
( 0c)
37.5
42.6
45.2
45.9
56.7
52.3
45.5
43.1
43.5
41.9
41.0
45.6
44.7
48.9
55.6
42.8

Tplat
( 0c)
49.2
64.5
51.6
69.9
85.6
88.8
65.3
55.0
56.8
53.2
51.5
55.8
67.6
64.2
92.6
63.9

Tk
( 0c)
35.7
44.2
45.3
46.9
54.3
56.6
47.2
41.2
41.5
39.9
40.1
43.7
45.7
45.1
53.4
45.4

v udara
(m/s)
0.34
0.33
0.33
0.82
0.59
0.30
0.28
0.30
0.29
0.71
0.82
0.69
0.53
0.25
0.53
0.58

Kaca
Penutup
0.840
0.778
0.749
0.804
0.842
0.855
0.760
0.772
0.782
0.818
0.749
0.881
0.797
0.815
0.696
0.782

rata - rata = 0.791.

Lampiran 6 Data penelitian pada tanggal 3 Desember 2005 dengan lebar saluran udara 9
cm.
Waktu
10.00
10.30
10.45
11.00
11.30
11.45
12.00
12.15
12.30
12.45

I
(W/m2)
843.2
543.6
921.2
823.5
995.7
950.6
879.6
833.3
835.3
975.5

rata - rata = 0,739.

T1
( 0c)
33.0
37.1
36.4
37.7
44.5
36.1
37.9
37.1
34.8
35.2

T0
( 0c)
36.3
41.8
43.1
44.2
47.1
43.9
42.3
42.6
42.2
40.6

Tplat
( 0c)
48.1
55.4
51.1
67.3
84.4
62.1
58.0
55.1
51.4
50.1

Tk
( 0c)
35.1
41.1
43.3
44.8
53.4
44.4
42.8
40.1
39.1
39.4

v udara
(m/s)
0.47
0.66
0.45
0.88
0.52
0.30
0.38
0.41
0.40
0.60

Kaca
Penutup
0.789
0.759
0.729
0.685
0.725
0.763
0.770
0.690
0.732
0.716

60

Lampiran 7 Data penelitian pada tanggal 5 Desember 2005 dengan sudut 10 0


Waktu
10.00
10.15
10.45
11.00
11.15
11.45
12.00
12.15
12.30
12.45
13.00
13.15
13.30
14.00

I
(W/m2)
678.8
804.9
464.23
433.2
226.6
243.3
286.6
342.2
705.7
1005.7
810.8
760.2
619.1
440.29

T1
( 0c)
15.8
19.7
35.8
33.9
35.1
35.5
35.4
33.9
38.2
46.7
44.5
44.0
40.1
35.8

T0
( 0c)
23.0
37.0
41.3
44.9
41.1
43.6
44.4
44.3
47.1
69.2
72.1
56.4
57.9
44.4

Tplat
( 0c)
15.0
26.7
41.3
41.9
41.6
41.3
44.1
48.0
50.0
68.6
64.3
60.5
58.2
43.1

Tk
( 0c)
11.0
12.5
35.4
35.3
35.8
34.5
34.8
35.5
38.9
49.2
50.2
47.0
44.5
36.4

v udara
(m/s)
0.51
0.49
0.35
0.43
0.34
0.24
0.17
0.28
0.30
0.45
0.34
0.31
0.26
0.31

Kaca
Penutup
0.756
0.650
0.641
0.753
0.754
0.776
0.778
0.758
0.716
0.764
0.737
0.745
0.778
0.698

rata - rata = 0.728.


Lampiran 8 Data penelitian pada tanggal 5 Desember 2005 dengan sudut 20 0
Waktu
10.00
10.15
10.45
11.00
11.15
11.45
12.15
12.30
12.45
13.15
14.00

I
(W/m2)
678.8
804.9
464.23
433.2
226.6
243.3
342.2
705.7
1005.7
760.2
440.29

rata - rata = 0.772.

T1
( 0c)
17.3
17.4
34.2
33.0
32.6
34.8
33.2
36.1
42.7
39.6
34.7

T0
( 0c)
25.0
33.2
44.1
43.5
30.9
42.5
43.6
47.1
70.1
62.7
45.7

Tplat
( 0c)
23.1
35.3
42.7
46.4
41.3
41.2
48.9
49.6
69.7
60.8
44.7

Tk
( 0c)
19.8
23.0
36.3
44.1
36.5
34.8
36.0
39.1
50.9
49.6
38.2

v udara
(m/s)
0.50
0.21
0.42
0.19
0.23
0.35
0.36
0.44
0.55
0.35
0.20

Kaca
Penutup
0.807
0.630
0.736
0.753
0.806
0.763
0.782
0.773
0.801
0.777
0.822

61

Lampiran 9 Data penelitian pada tanggal 6 Desember 2005 dengan sudut 20 0


Waktu
10.00
10.15
11.00
11.15
11.30
11.45
12.15
13.30
13.45
14.00

I
(W/m2)
856.3
1025.4
984.3
1026.7
1015.6
1249.9
529.6
441.8
812.8
1011.8

T1
( 0c)
26.6
33.5
39.2
41.4
41.7
36.4
32.1
32.9
34.4
36.7

T0
( 0c)
32.6
57.7
70.2
76.1
76.9
67.1
50.3
46.5
54.5
63.8

Tplat
( 0c)
38.8
50.9
69.0
85.1
73.3
60.9
45.5
48.3
71.9
91.7

Tk
( 0c)
30.2
38.3
50.5
39.2
54.9
50.4
37.7
38.7
44.8
54.9

v udara
(m/s)
0.26
0.49
0.61
0.62
0.62
0.46
0.36
0.40
0.37
0.59

Kaca
Penutup
0.755
0.803
0.802
0.804
0.809
0.713
0.708
0.755
0.768
0.792

rata - rata = 0.790 .

Lampiran 10 Data penelitian pada tanggal 6 Desember 2005 dengan sudut 300
Waktu
10.00
10.15
10.45
11.00
11.15
11.30
11.45
12.00
12.15
12.30
12.45
13.00
13.15
13.30
13.45
14.00

I
(W/m2)
856.3
1025.4
836.4
984.3
1026.7
1015.6
1249.9
493.6
529.6
368.8
336.1
348.6
310.1
441.8
812.8
1011.8

rata - rata = 0.802.

T1
( 0c)
27.1
33.5
36.8
38.2
38.5
38.9
34.9
35.1
34.1
34.4
35.0
34.6
34.1
35.5
35.9
40.5

T0
( 0c)
32.7
51.1
61.2
62.2
69.1
67.5
57.6
44.9
42.9
42.5
43.9
42.6
41.2
44.0
51.8
59.7

Tplat
( 0c)
38.3
51.8
59.4
67.3
83.3
70.2
48.7
45.1
43.9
45.6
44.2
46.3
45.1
44.6
70.2
83.2

Tk
( 0c)
29.6
37.3
43.4
46.8
39.2
52.2
43.1
37.1
35.3
36.3
36.5
36.0
35.5
37.0
43.8
50.3

v udara
(m/s)
0.44
0.60
0.59
0.67
0.82
0.89
0.64
0.27
0.26
0.35
0.36
0.35
0.33
0.40
0.34
0.50

Kaca
Penutup
0.775
0.828
0.806
0.828
1.058
0.816
0.778
0.774
0.672
0.807
0.831
0.684
0.742
0.738
0.896
0.793

62

Lampiran 11 Data penelitian pada tanggal 7 Desember 2005 dengan sudut 200
Waktu
10.00
10.15
10.30
10.45
11.00
11.15
11.30
11.45
12.00
12.15
12.30
12.45
13.00
13.30
13.45
14.00

I
(W/m2)
1107.1
1077.5
1181.5
1133.1
1144.9
1136.5
1112.7
870.9
462.37
476.24
246.9
265.5
897.9
810.2
828.5
625.2

T1
( 0c)
30.1
36.6
40.6
41.6
38.9
40.9
43.7
40.7
33.1
32.1
32.8
32.6
35.3
37.6
40.2
36.7

T0
( 0c)
36.9
57.6
67.8
68.6
64.5
64.7
73.1
66.0
41.0
39.8
40.9
41.5
55.0
55.3
62.3
57.2

Tplat
( 0c)
36.3
51.3
65.0
66.6
66.3
85.2
77.7
66.4
41.0
42.5
40.6
41.3
48.5
56.1
72.8
54.6

Tk
( 0c)
29.7
41.8
51.7
51.7
46.4
47.8
54.8
49.7
36.1
34.4
34.9
35.2
37.9
44.5
48.0
45.0

v udara
(m/s)

Kaca
Penutup

0.36
0.45
0.35
0.40
0.82
0.37
0.40
0.53
0.55
0.24
0.31
0.26
0.64
0.37
0.36
0.44

0.807
0.808
0.977
0.816
0.738
0.822
0.799
0.908
0.782
0.664
0.774
0.771
0.830
0.788
0.769
0.770

rata - rata = 0.796.


Lampiran 12 Data penelitian pada tanggal 7 Desember 2005 dengan sudut 400
Waktu
10.00
10.15
11.15
11.45
12.00
12.15
12.30
12.45
13.00
13.30
13.45
14.00

I
(W/m2)
1107.1
1077.5
1136.5
870.9
462.37
476.24
246.9
265.5
897.9
810.2
828.5
625.2

rata - rata = 0.787.

T1
( 0c)
29.1
39.0
41.8
45.3
33.3
32.8
33.2
33.4
34.9
38.2
39.9
38.4

T0
( 0c)
36.2
76.4
63.5
59.1
39.4
38.2
38.7
39.5
46.8
52.6
56.8
52.2

Tplat
( 0c)
36.5
51.2
77.8
55.1
40.3
40.2
39.6
40.6
50.3
54.9
67.3
54.1

Tk
( 0c)
30.3
41.1
45.1
41.2
34.8
33.3
34.2
34.3
38.7
43.1
45.3
46.2

v udara
(m/s)
0.60
1.13
0.50
0.83
0.47
0.40
0.38
0.38
0.42
0.57
0.57
0.45

Kaca
Penutup
0.822
0.819
0.799
0.797
0.775
0.779
0.775
0.723
0.822
0.742
0.825
0.712

63

B. Intensitas Radiasi Matahari pada Bidang Miring


Lampiran 13 Tabel intensitas radiasi matahari pada penelitian tanggal 30 November
2005.
Waktu
10.00
10.15
10.30
10.45
11.00
11.15
11.30
11.45
12.00
12.15
12.30
12.45
13.00

(W/m2)
787.29
818.8
1105.3
1210.7
1192.9
1292.3
1220.7
1247.5
1085.7
1321.4
878.5
480.73
268.84

cos
z
0.847
0.875
0.900
0.921
0.938
0.952
0.962
0.968
0.970
0.968
0.962
0.952
0.938

cos
T
0.706
0.734
0.759
0.780
0.797
0.810
0.820
0.826
0.828
0.826
0.820
0.810
0.797

IbT
2
(W/m )
656.730
687.061
931.964
1024.831
1012.875
1099.825
1040.575
1064.441
926.678
1127.497
748.870
409.130
228.268

Dimana : = 7,83 ; = 21,97 ; = 200 ; n = 334 ; Gsc = 1367 W/m2.


Lampiran 14 Tabel intensitas radiasi matahari pada penelitian tanggal 1 Desember 2005.
Waktu

10.00
10.15
10.30
10.45
11.00
11.15
11.30
11.45
12.00
12.15
12.30
12.45
13.00

(W/m2)
981.1
1073.6
1087.2
1040.4
1221.6
593.2
565.0
1022.9
311.6
1261.9
1149.4
1020.4
656.8

cos
z
0.846
0.874
0.899
0.920
0.938
0.951
0.961
0.967
0.969
0.967
0.961
0.951
0.938

cos
T
0.705
0.733
0.757
0.778
0.795
0.809
0.819
0.824
0.826
0.824
0.819
0.809
0.795

IbT
2
(W/m )
817.423
899.829
915.681
879.719
1036.141
504.320
481.131
871.901
265.687
1075.621
978.782
867.513
557.087

Dimana : = 7,83 ; = 22.108 ; = 200 ; n = 335 ; Gsc = 1367 W/m2.

64

Lampiran 15 Tabel intensitas matahari pada penelitian tanggal 3 Desember 2005.


Waktu

10.00
10.15
10.30
10.45
11.00
11.15
11.30
11.45
12.00
12.15
12.30
12.45
13.00
13.15
13.30
13.45
14.00

(W/m2)
843.2
555.7
543.6
921.2
823.5
1166.1
995.7
950.6
879.6
833.3
835.3
975.5
808.8
579.1
986.9
1255.2
761.1

cos
z
0.845
0.874
0.898
0.919
0.937
0.950
0.960
0.966
0.968
0.966
0.960
0.950
0.937
0.919
0.898
0.874
0.845

cos
T
0.703
0.731
0.755
0.776
0.793
0.806
0.816
0.822
0.824
0.822
0.816
0.806
0.793
0.776
0.755
0.731
0.703

IbT
2
(W/m )
700.968
464.758
456.890
777.353
697.095
989.449
846.262
808.722
748.561
708.929
709.936
827.723
684.651
488.673
829.479
1049.783
632.717

Dimana : = 7,83 ; = 22.364 ; = 200 ; n = 337 ; Gsc = 1367 W/m2.


Lampiran 16 Tabel intensitas matahari pada penelitian tanggal 5 Desember 2005 dengan
kemringan sudut kolektor 100.
Waktu

10.00
10.15
10.45
11.00
11.15
11.45
12.00
12.15
12.30
12.45
13.00
13.15
13.30
14.00

(W/m2)
678.8
804.9
464.23
433.2
226.6
243.3
286.6
342.2
705.7
1005.7
810.8
760.2
619.1
440.29

cos
z
0.844
0.873
0.918
0.936
0.949
0.965
0.967
0.965
0.959
0.949
0.936
0.918
0.897
0.844

cos
T
0.784
0.813
0.859
0.877
0.890
0.906
0.908
0.906
0.900
0.890
0.877
0.859
0.838
0.784

IbT
2
(W/m )
630.565
749.780
434.225
405.790
212.496
228.436
269.131
321.293
662.284
943.103
759.499
711.065
578.019
409.003

Dimana : = 7,83 ; = 22.593 ; = 100 ; n = 339 ; Gsc = 1367 W/m2.

65

Lampiran 17 Tabel intensitas matahari pada penelitian tanggal 5 Desember 2005 dengan
kemringan sudut kolektor 200.
Waktu

10.00
10.15
10.45
11.00
11.15
11.45
12.15
12.30
12.45
13.15
14.00

(W/m2)
678.8
804.9
464.23
433.2
226.6
243.3
342.2
705.7
1005.7
760.2
440.29

cos
z
0.844
0.873
0.918
0.936
0.949
0.965
0.965
0.959
0.949
0.918
0.844

cos
T
0.701
0.728
0.774
0.791
0.804
0.820
0.820
0.814
0.804
0.774
0.701

IbT
2
(W/m )
563.171
671.878
391.026
366.051
191.935
206.630
290.624
598.745
851.850
640.325
365.289

Dimana : = 7,83 ; = 22.593 ; = 200 ; n = 339 ; Gsc = 1367 W/m2.


Lampiran 18 Tabel intensitas matahari pada penelitian tanggal 6 Desember 2005 dengan
kemringan sudut kolektor 200.
Waktu

10.00
10.15
11.00
11.15
11.30
11.45
12.15
13.30
13.45
14.00

(W/m2)
856.3
1025.4
984.3
1026.7
1015.6
1249.9
529.6
441.8
812.8
1011.8

cos
z
0.844
0.872
0.935
0.949
0.959
0.965
0.965
0.897
0.872
0.844

cos
T
0.700
0.727
0.790
0.803
0.813
0.819
0.819
0.752
0.727
0.700

IbT
2
(W/m )
709.784
855.182
831.047
868.938
860.993
1060.680
449.425
370.317
677.874
838.678

Dimana : = 7,83 ; = 22.698 ; = 200 ; n = 340 ; Gsc = 1367 W/m2.

66

Lampiran 19 Tabel intensitas matahari pada penelitian tanggal 6 Desember 2005 dengan
kemringan sudut kolektor 300.
Waktu

10.00
10.15
10.45
11.00
11.15
11.30
11.45
12.00
12.15
12.30
12.45
13.00
13.15
13.30
13.45
14.00

(W/m2)
856.3
1025.4
836.4
984.3
1026.7
1015.6
1249.9
493.6
529.6
368.8
336.1
348.6
310.1
441.8
812.8
1011.8

cos
z
0.844
0.872
0.918
0.935
0.949
0.959
0.965
0.967
0.965
0.959
0.949
0.935
0.918
0.897
0.872
0.844

cos
T
0.594
0.621
0.663
0.680
0.692
0.701
0.707
0.709
0.707
0.701
0.692
0.680
0.663
0.644
0.621
0.594

IbT
2
(W/m )
602.880
729.583
604.414
715.167
749.034
743.054
916.020
361.949
388.130
269.829
245.203
253.284
224.090
317.060
578.315
712.360

Dimana : = 7,83 ; = 22.698 ; = 300 ; n = 340 ; Gsc = 1367 W/m2.


Lampiran 20 Tabel intensitas matahari pada penelitian tanggal 7 Desember 2005 dengan
kemringan sudut kolektor 200.
Waktu

10.00
10.15
10.30
10.45
11.00
11.15
11.30
11.45
12.00
12.15
12.30
12.45
13.00
13.30
13.45
14.00
13.00

(W/m2)

1107.1
1077.5
1181.5
1133.1
1144.9
1136.5
1112.7
870.9
462.37
476.24
246.9
265.5
897.9

810.2
828.5
625.2
897.9

cos
z
0.844
0.872
0.897
0.918
0.935
0.949
0.958
0.964
0.966
0.964
0.958
0.949
0.935
0.897
0.872
0.844
0.935

cos
T
0.699
0.727
0.751
0.772
0.789
0.802
0.812
0.818
0.819
0.818
0.812
0.802
0.547
0.751
0.727
0.699
0.789

IbT
2
(W/m )
916.884
897.889
989.540
952.882
965.902
961.142
942.608
738.509
392.212
403.844
209.158
224.534
525.770
678.566
690.396
517.781
757.519

Dimana : = 7,83 ; = 22.796 ; = 200 ; n = 341 ; Gsc = 1367 W/m2.

67

Lampiran 21 Tabel intensitas matahari pada penelitian tanggal 7 Desember 2005 dengan
kemringan sudut kolektor 400.
Waktu

10.00
10.15
11.15
11.45
12.00
12.15
12.30
12.45
13.00
13.30
13.45
14.00

(W/m2)
1107.1
1077.5
1136.5
870.9
462.37
476.24
246.9
265.5

897.9
810.2
828.5
625.2

cos
z
0.844
0.872
0.949
0.964
0.966
0.964
0.958
0.949
0.935
0.897
0.872
0.844

cos
T
0.470
0.494
0.559
0.572
0.574
0.572
0.567
0.559
0.789
0.515
0.494
0.470

IbT
2
(W/m )
616.078
609.980
669.856
517.044
274.748
282.738
146.188
156.486
757.519
465.086
469.019
347.911

Dimana : = 7,83 ; = 22.796 ; = 400 ; n = 341 ; Gsc = 1367 W/m2.

68

C Perhitungan Efisiensi Termal dalam tabel


Lampiran 22 Tabel penelitian tanggal 30 November 2005 dengan lebar saluran udara 3
cm
T1
( 0c)
35.9
38.3
43.4
45.1
57.8
53.1
44.5
40.8
40.8
43.5
49.5
53.3
48.5

(kg/m3)

m
(kg/s)

1.122
1.117
1.105
1.102
1.074
1.084
1.103
1.111
1.111
1.105
1.092
1.084
1.094

0.01136
0.01131
0.01119
0.01115
0.01087
0.01098
0.01117
0.01125
0.01125
0.01119
0.01106
0.01097
0.01108

Cp
0
(J/kg C)

1005.40
1005.71
1006.38
1006.60
1008.27
1007.65
1006.53
1006.04
1006.04
1006.39
1007.18
1007.68
1007.05

4.4
9.7
15.8
16.1
17.6
19.8
20.4
20.5
20.8
21.0
22.3
24.3
27.6

IbT
(W/m2)
228.27
409.13
748.87
1127.50
1012.88
926.68
687.06
656.73
1099.83
1040.58
1024.83
1064.44
931.96

qi
(J/s)

qu
(J/s)

(%)

110.74
198.49
363.31
547.00
491.40
449.58
333.33
318.61
533.58
504.83
497.20
516.41
452.14

50.25
110.29
177.97
180.77
192.92
218.99
229.31
232.02
235.42
236.50
248.33
268.66
307.93

45.38
55.57
48.98
33.05
39.26
48.71
68.79
72.82
44.12
46.85
49.95
52.02
68.10

v
udara
(m/s)
0.19
0.26
0.50
0.57
0.80
0.52
0.48
0.51
0.31
0.70
0.36
0.80
0.39

Re
673.1258
911.8461
1719.1976
1932.8289
2594.0370
1716.9883
1643.0500
1759.5020
1074.7474
2405.8963
1212.2944
2642.0095
1320.6674

Dimana : = 200
= 0,55
= 0,817

m rata-rata = 0,011 kg/s

Lampiran 23 Tabel penelitian tanggal 30 November 2005 dengan lebar saluran udara 6
cm
T1
( 0c)

(kg/m3)

35.5
56.4
37.5
49.8
39.3
39.8
54.7
43.9
50.9
45.2

1.123
1.077
1.118
1.091
1.114
1.113
1.081
1.104
1.089
1.101

m
(kg/s)
0.02274
0.02181
0.02265
0.02210
0.02257
0.02255
0.02188
0.02236
0.02205
0.02230

Dimana : = 200
= 0,55
= 0,797

IbT
(W/m2)

qi
(J/s)

qu
(J/s)

(%)

2.4
5.3
5.6
7.9
13.9
14.0
14.3
15.4
17.2
18.1

228.27
1040.58
409.13
931.96
1127.50
687.06
1012.88
1024.83
1064.44
926.68

108.09
492.72
193.73
441.29
533.88
325.33
479.60
485.26
504.02
438.79

54.86
116.50
127.54
175.85
315.52
317.50
315.36
346.60
382.06
406.38

50.76
23.65
65.83
39.85
59.10
97.59
65.76
71.43
75.80
92.62

Cp
0
(J/kg C)
1005.35
1008.08
1005.61
1007.22
1005.84
1005.91
1007.86
1006.45
1007.36
1006.62

m rata-rata = 0,022

v
udara
(m/s)
0.20
0.80
0.25
0.36
0.51
0.38
0.70
0.38
0.41
0.57

Re
1251.7803
4644.8023
1557.3137
2158.8867
3179.1639
2368.9037
4090.8167
2320.4265
2420.3511
3463.3477

69

Lampiran 24 Tabel penelitian tanggal 1 Desember 2005 dengan lebar saluran udara 3 cm

(kg/m3)

T1
( 0c)
34.5
32.1
35.2
34.7
34.9
32.6
38.5
35.5
36.9
41.7
37.7
40.7

1.125
1.130
1.123
1.125
1.124
1.129
1.116
1.123
1.120
1.109
1.118
1.111

m
(kg/s)
0.01139
0.01144
0.01138
0.01139
0.01138
0.01143
0.01130
0.01137
0.01134
0.01123
0.01132
0.01125

Cp
0
(J/kg C)
1005.22
1004.90
1005.31
1005.24
1005.27
1004.97
1005.74
1005.35
1005.53
1006.16
1005.63
1006.03

IbT
(W/m2)

9.9
10.5
12.4
12.6
13.9
15.7
15.9
16.3
16.4
20.9
21.8
23.1

504.32
817.42
557.09
1036.14
899.83
1075.62
915.68
879.72
481.13
867.51
978.78
871.90

qi
(J/s)

qu
(J/s)

240.21
389.35
265.35
493.53
428.60
512.33
436.15
419.02
229.17
413.21
466.21
415.30

113.36
120.75
141.80
144.22
159.04
180.39
180.73
186.29
186.96
236.16
248.15
261.50

(%)
47.19
31.01
53.44
29.22
37.11
35.21
41.44
44.46
81.58
57.15
53.23
62.97

v
udara
(m/s)
0.24
0.74
0.51
0.52
0.66
0.25
0.43
0.47
0.48
0.53
0.51
0.34

Re
867.8530
2650.6838
1800.1339
1850.6609
2359.9672
896.4259
1492.6581
1664.4924
1694.7373
1822.2604
1781.8761
1181.7902

Dimana : = 200
= 0,55
= 0,802

m rata-rata = 0,011 kg/s

Lampiran 25 Tabel penelitian tanggal 1 Desember 2005 dengan lebar saluran udara 9 cm

(kg/m3)

T1
( 0c)
36.7
36.3
32.2
39.0
33.6
34.4
35.9
36.5
35.0
38.1
42.6
40.3
38.1

1.120
1.121
1.130
1.115
1.127
1.125
1.122
1.121
1.124
1.117
1.107
1.112
1.117

m
(kg/s)
0.03402
0.03405
0.03433
0.03387
0.03423
0.03418
0.03408
0.03404
0.03414
0.03393
0.03363
0.03378
0.03393

Dimana : = 200
= 0,55
= 0,774

Cp
0
(J/kg C)
1005.50
1005.45
1004.91
1005.81
1005.10
1005.20
1005.40
1005.48
1005.28
1005.69
1006.28
1005.98
1005.69

IbT
(W/m2)

0.4
1.2
2.6
3.1
4.0
4.2
4.6
4.6
5.7
7.6
8.6
9.4
13.0

265.69
504.32
817.42
481.13
1075.62
557.09
1036.14
899.83
879.72
915.68
871.90
867.51
978.78

qi
(J/s)

qu
(J/s)

122.14
231.84
375.78
221.18
494.48
256.10
476.33
413.66
404.42
420.95
400.83
398.81
449.96

13.68
41.08
89.69
105.61
137.63
144.30
157.61
157.43
195.62
259.34
291.04
319.47
443.62

m rata-rata = 0,034 kg/s

(%)
11.20
17.72
23.87
47.75
27.83
56.34
33.09
38.06
48.37
61.61
72.61
80.11
98.59

v
udara
(m/s)
0.88
0.26
0.50
0.45
0.45
0.92
0.28
0.85
0.43
0.58
0.47
0.45
0.59

Re
8226.6242
2491.7753
4777.5930
4168.5404
4239.7658
8746.2402
2678.9181
7999.3655
4037.0240
5441.8658
4355.2359
4147.8449
5495.2174

70

Lampiran 26 Tabel penelitian tanggal 3 Desember 2005 dengan lebar saluran udara 6 cm
T1
( 0c)
35.5
31.8
36.6
35.9
36.8
38.7
34.5
35.1
36.4
36.1
36.5
35.5
36.9
39.7
41.4
39.8

(kg/m3)
1.123
1.131
1.120
1.122
1.120
1.116
1.125
1.124
1.121
1.121
1.121
1.123
1.120
1.114
1.110
1.113

m
(kg/s)
0.02274
0.02290
0.03403
0.02272
0.02268
0.02259
0.02278
0.02275
0.02270
0.02271
0.02269
0.02274
0.02267
0.02255
0.02247
0.02255

Cp
0
(J/kg C)
1005.35
1004.86
1005.49
1005.40
1005.52
1005.77
1005.22
1005.29
1005.46
1005.43
1005.48
1005.35
1005.53
1005.90
1006.12
1005.91

IbT
(W/m2)

qi
(J/s)

qu
(J/s)

(%)

5.5
5.7
6.5
6.7
6.7
7.2
7.4
7.7
8.3
9.1
9.1
10.0
12.0
12.6
15.3
15.8

827.72
700.97
748.56
464.76
708.93
697.09
709.94
632.72
488.67
777.35
684.65
808.72
829.48
846.26
989.45
1049.78

388.97
329.41
328.64
218.41
333.15
327.59
333.62
297.33
229.64
365.30
321.74
380.05
389.80
397.69
464.98
493.33

125.72
131.17
222.42
153.04
152.79
163.62
169.46
176.14
189.41
207.78
207.63
228.58
273.60
285.80
345.95
358.32

32.32
39.82
67.68
70.07
45.86
49.95
50.79
59.24
82.48
56.88
64.53
60.15
70.19
71.87
74.40
72.63

v
udara
(m/s)
0.28
0.34
0.30
0.33
0.29
0.82
0.71
0.58
0.53
0.33
0.69
0.82
0.25
0.30
0.59
0.53

Re
1763.6064
2168.7976
2818.6974
2048.0135
1823.0036
5072.3473
4483.5355
3652.0764
3299.2464
2057.6293
4296.8020
5170.0242
1541.6634
1885.2436
3635.3042
3300.0074

Dimana : = 200
= 0,55
= 0,791

m rata-rata = 0,022

Lampiran 27 Tabel penelitian tanggal 3 Desember 2005 dengan lebar saluran udara 9 cm
T1
( 0c)
44.5
33.0
37.9
37.1
35.2
37.1
37.7
36.4
34.8
36.1

(kg/m3)
1.103
1.128
1.118
1.119
1.123
1.119
1.118
1.121
1.124
1.121

m
(kg/s)
0.03350
0.03427
0.02263
0.03400
0.03413
0.03400
0.03396
0.03404
0.03415
0.03406

Cp
0
(J/kg C)
1006.53
1005.02
1005.66
1005.56
1005.31
1005.56
1005.63
1005.46
1005.26
1005.43

T
2.6
3.3
4.4
4.7
5.4
5.5
6.5
6.7
7.4
7.8

IbT
(W/m2)

qi
(J/s)

qu
(J/s)

(%)

846.26
700.97
748.56
456.89
827.72
708.93
697.09
777.35
709.94
808.72

371.54
307.75
351.77
200.59
363.40
311.24
306.05
341.28
311.69
355.06

87.68
113.67
100.13
160.68
185.25
188.03
221.97
229.35
254.05
267.15

23.60
36.93
28.47
80.10
50.98
60.41
72.53
67.20
81.51
75.24

Dimana : = 200 , = 0,55 , = 0,739 , m rata-rata = 0,034 kg/s

v
udara
(m/s)
0.52
0.47
0.38
0.66
0.60
0.41
0.88
0.45
0.40
0.30

Re
4756.0187
4518.2538
2397.1856
6217.2564
5667.6794
3827.6306
8195.1974
4241.8883
3746.7731
2845.4370

71

Lampiran 28 Tabel penelitian tanggal 5 Desember 2005 dengan lebar saluran udara 3 cm
dan sudut 100
T1
( 0c)

(kg/m3)

35.8
35.1
15.8
35.5
35.8
38.2
35.4
33.9
33.9
44.0
19.7
40.1
46.7
44.5

1.122
1.124
1.166
1.123
1.122
1.117
1.123
1.126
1.126
1.104
1.158
1.113
1.098
1.103

m
(kg/s)
0.01136
0.01138
0.01181
0.01137
0.01136
0.01131
0.01137
0.01140
0.01140
0.01118
0.01172
0.01127
0.01112
0.01117

Cp
0
(J/kg C)
1005.39
1005.29
1002.77
1005.35
1005.39
1005.70
1005.33
1005.14
1005.14
1006.46
1003.28
1005.95
1006.81
1006.53

IbT
(W/m2)

qi
(J/s)

qu
(J/s)

(%)

5.5
6.0
7.2
8.1
8.6
8.9
9.0
10.4
11.0
12.4
17.3
17.8
22.5
27.6

434.23
212.50
630.57
228.44
409.00
662.28
269.13
321.29
405.79
711.07
749.78
578.02
943.10
759.50

187.77
91.89
272.68
98.78
176.87
286.40
116.38
138.94
175.48
307.49
324.23
249.96
407.83
328.44

62.83
68.62
85.25
92.58
98.24
101.22
102.88
119.21
126.09
139.52
203.43
201.73
251.88
310.24

33.46
74.68
31.26
93.72
55.54
35.34
88.40
85.80
71.85
45.37
62.74
80.70
61.76
94.46

v
udara
(m/s)
0.35
0.34
0.51
0.24
0.31
0.30
0.17
0.43
0.28
0.31
0.49
0.26
0.45
0.34

Re
1251.7325
1219.4451
1965.2600
866.0774
1094.0592
1043.1799
620.5005
1526.3345
1011.5566
1077.4871
1840.1556
893.5755
1536.2183
1176.9699

Dimana : = 100
= 0,55
= 0,728
Lampiran 29 Tabel penelitian tanggal 5 Desember 2005 dengan lebar saluran udara 3 cm
dan sudut 200
T1
( 0c)

(kg/m3)

32.6
17.3
34.8
34.2
33.2
33.0
34.7
36.1
17.4
39.6
42.7

1.129
1.163
1.124
1.126
1.128
1.128
1.125
1.121
1.163
1.114
1.107

m
(kg/s)
0.01143
0.01177
0.01138
0.01140
0.01142
0.01142
0.01139
0.01135
0.01177
0.01128
0.01121

Dimana : = 100
= 0,55
= 0,772

Cp
0
(J/kg C)
1004.97
1002.96
1005.26
1005.18
1005.05
1005.02
1005.24
1005.43
1002.98
1005.88
1006.29

IbT
(W/m2)

qi
(J/s)

qu
(J/s)

(%)

-1.7
7.7
7.7
9.9
10.4
10.5
11.0
11.0
15.8
23.1
27.4

191.94
563.17
206.63
391.03
290.62
366.05
365.29
598.75
671.88
640.33
851.85

87.97
258.13
94.71
179.22
133.21
167.78
167.43
274.43
307.95
293.49
390.44

-19.53
90.93
88.12
113.42
119.36
120.55
125.90
125.58
186.54
262.03
309.03

-22.20
35.23
93.04
63.28
89.61
71.85
75.20
45.76
60.58
89.28
79.15

v
udara
(m/s)
0.23
0.50
0.35
0.42
0.36
0.19
0.20
0.44
0.21
0.35
0.55

Re
812.0167
1912.5280
1235.0530
1497.8162
1272.5639
680.0596
728.2839
1545.7044
792.4331
1211.1168
1906.8474

72

Lampiran 30 Tabel penelitian tanggal 6 Desember 2005 dengan lebar saluran udara 3 cm
dan sudut 200
T1
( 0c)

(kg/m3)

26.6
32.9
32.1
34.4
33.5
36.7
36.4
39.2
41.4
41.7

1.142
1.129
1.130
1.125
1.127
1.120
1.121
1.115
1.110
1.109

m
(kg/s)
0.01157
0.01143
0.01144
0.01139
0.01141
0.01134
0.01135
0.01129
0.01124
0.01123

Cp
0
(J/kg C)
1004.18
1005.01
1004.90
1005.20
1005.09
1005.50
1005.46
1005.83
1006.12
1006.16

IbT
(W/m2)

qi
(J/s)

qu
(J/s)

(%)

6.0
13.6
18.2
20.1
24.2
27.1
30.7
31.0
34.7
35.2

709.78
370.32
449.42
677.87
855.18
838.68
1060.68
831.05
868.94
860.99

333.13
173.80
210.93
318.15
401.37
393.62
497.81
390.04
407.82
404.09

69.69
156.18
209.30
230.19
277.60
309.05
350.30
351.90
392.31
397.74

20.92
89.86
99.23
72.35
69.16
78.51
70.37
90.22
96.20
98.43

v
udara
(m/s)
0.26
0.40
0.36
0.37
0.49
0.59
0.46
0.61
0.62
0.62

Re
956.4368
1450.0114
1293.5972
1304.9576
1739.2731
2088.8176
1639.1854
2130.6101
2144.2454
2141.6257

Dimana : = 200
= 0,55
= 0,79

Lampiran 30 Tabel penelitian tanggal 6 Desember 2005 dengan lebar saluran udara 3 cm
dan sudut 300
T1
( 0c)

(kg/m3)

27.1
34.1
34.6
34.4
35.5
34.1
35.0
35.1
35.9
33.5
40.5
34.9
38.2
36.8
38.9
38.5

1.141
1.126
1.125
1.125
1.123
1.126
1.124
1.124
1.122
1.127
1.112
1.124
1.117
1.120
1.115
1.116

m
(kg/s)
0.01156
0.01140
0.01139
0.01139
0.01137
0.01140
0.01138
0.01138
0.01136
0.01141
0.01126
0.01138
0.01131
0.01134
0.01129
0.01130

Dimana : = 300
= 0,55
= 0,802

Cp
0
(J/kg C)
1004.25
1005.16
1005.23
1005.20
1005.35
1005.16
1005.28
1005.29
1005.40
1005.09
1006.00
1005.27
1005.70
1005.52
1005.79
1005.74

T
5.6
7.1
8.0
8.1
8.5
8.8
8.9
9.8
15.9
17.6
19.2
22.7
24.0
24.4
28.6
30.6

IbT
(W/m2)
602.88
224.09
253.28
269.83
317.06
388.13
245.20
361.95
578.32
729.58
712.36
916.02
715.17
604.41
743.05
749.03

qi
(J/s)

qu
(J/s)

(%)

287.03
106.69
120.59
128.47
150.95
184.79
116.74
172.32
275.34
347.35
339.15
436.12
340.49
287.76
353.77
356.61

64.99
81.35
91.58
92.76
97.15
100.83
101.81
112.09
181.59
201.89
217.43
259.73
272.94
278.21
324.84
347.81

22.64
76.25
75.95
72.21
64.36
54.57
87.21
65.04
65.95
58.12
64.11
59.55
80.16
96.68
91.82
97.53

v
udara
(m/s)
0.44
0.26
0.35
0.35
0.40
0.33
0.36
0.27
0.34
0.60
0.50
0.64
0.67
0.59
0.89
0.82

Re
1621.2211
925.5944
1243.2473
1233.5046
1406.3038
1164.5386
1289.9694
976.6722
1205.1431
2148.0023
1754.2526
2284.2463
2367.6667
2087.9661
3112.9169
2863.4665

73

Lampiran 30 Tabel penelitian tanggal 7 Desember 2005 dengan lebar saluran udara 3 cm
dan sudut 200
T1
( 0c)
30.1
32.1
33.1
32.8
32.6
37.6

35.3
36.7
36.6
40.2
40.9
40.7
38.9
41.6
40.6
43.7

(kg/m3)
1.135
1.130
1.128
1.129
1.129
1.118
1.123
1.120
1.120
1.112
1.111
1.111
1.115
1.109
1.112
1.105

m
(kg/s)
0.01149
0.01144
0.01142
0.01143
0.01143
0.01132
0.01137
0.01134
0.01134
0.01126
0.01125
0.01125
0.01129
0.01123
0.01125
0.01119

Cp
0
(J/kg C)
1004.64
1004.90
1005.03
1004.99
1004.97
1005.62
1005.32
1005.50
1005.49
1005.96
1006.05
1006.03
1005.79
1006.15
1006.01
1006.42

IbT
(W/m2)

qi
(J/s)

qu
(J/s)

(%)

6.8
7.7
7.9
8.1
8.9
17.7
19.7
20.5
21.0
22.1
23.8
25.3
25.6
27.0
27.2
29.4

916.88
403.84
392.21
209.16
224.53
678.57
525.77
517.78
897.89
690.40
961.14
738.51
965.90
952.88
989.54
942.61

433.67
191.01
185.51
98.93
106.20
320.95
245.86
244.90
424.69
326.55
454.60
349.30
456.86
450.70
468.04
445.84

78.49
88.55
90.69
93.03
102.26
201.52
225.24
233.78
239.53
250.41
269.32
286.40
290.77
305.14
307.97
330.97

18.10
46.36
48.88
94.04
96.29
62.79
91.61
95.46
56.40
76.68
59.24
81.99
63.64
67.70
65.80
74.24

v
udara
(m/s)
0.36
0.24
0.55
0.31
0.26
0.37
0.64
0.44
0.45
0.36
0.37
0.53
0.82
0.40
0.35
0.40

Re
1288.7657
858.9691
1964.8498
1130.7851
943.5030
1299.9287
2280.5228
1541.9272
1600.7657
1262.9091
1270.8295
1854.0976
2858.8013
1385.4824
1206.1908
1360.0773

Dimana : = 200
= 0,55
= 0,796
Lampiran 31 Tabel penelitian tanggal 7 Desember 2005 dengan lebar saluran udara 3 cm
dan sudut 400
T1
( 0c)

(kg/m3)

32.8
33.2
33.3
33.4
29.1

1.129
1.128
1.128
1.127
1.137
1.124
1.116
1.101
1.117
1.113
1.109

34.9

38.4
45.3
38.2
39.9
41.8

m
(kg/s)
0.01143
0.01142
0.01142
0.01142
0.01151
0.01138
0.01130
0.01115
0.01131
0.01127
0.01123

Dimana : = 400
= 0,55

Cp
0
(J/kg C)
1004.99
1005.05
1005.06
1005.07
1004.51
1005.27
1005.73
1006.63
1005.70
1005.92
1006.17

IbT
(W/m2)

qi
(J/s)

qu
(J/s)

(%)

5.4
5.5
6.1
6.1
7.1
11.9
13.8
13.8
14.4
16.9
21.7

282.74
146.19
274.75
156.49
616.08
757.52
347.91
517.04
465.09
469.02
669.86

132.21
68.36
128.47
73.17
288.08
358.29
162.69
241.77
217.48
219.32
313.23

62.02
63.12
70.00
69.99
82.10
136.16
156.89
154.89
163.77
191.60
245.15

46.91
92.34
54.48
95.64
28.50
38.00
96.43
64.06
75.30
87.36
78.27

= 0,787

v
udara
(m/s)
0.40
0.38
0.47
0.38
0.60
0.42
0.45
0.83
0.57
0.57
0.50

Re
1421.8783
1365.4812
1699.4116
1377.4864
2186.9245
1498.7862
1583.0872
2843.2363
2016.4817
2002.5567
1730.4421

74

D Sifat Udara
Lampiran 32 Sifat udara pada tekanan atmosfer (dari Teknologi Rekayasa Surya, Wiranto
Arismunandar, hal 215):
0

T ( C)
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
220
240
260
280
300

3
(kg/m )
1.292
1.204
1.127
1.059
0.999
0.946
0.898
0.854
0.815
0.779
0.746
0.715
0.688
0.662
0.638
0.616

Cp (J(kg. C)

(Pa.s)

1006
1006
1007
1008
1010
1012
1014
1016
1019
1022
1025
1028
1032
1036
1040
1045

1,72 x 10
-5
1,81 x 10
-5
1,90 x 10
-5
1,99 x 10
-5
2,09 x 10
-5
2,18 x 10
-5
2,27 x 10
-5
2,34 x 10
-5
2,42 x 10
-5
2,50 x 10
-5
2,57 x 10
-5
2,64 x 10
-5
2,72 x 10
-5
2,79 x 10
-5
2,86 x 10
-5
2,93 x 10

-5

75

E Foto penelitian kolektor surya

Foto 1 : Posisi kolektor saat lebar saluran udara 3 cm dan 6 cm.

Foto 2 : Posisi kolektor saat lebar saluran udara 3 cm dan 9 cm.

76

Foto 3 : Posisi kolektor saat lebar saluran udara 6 cm dan 9 cm.

Foto 4 : Posisi kolektor saat dimiringkan dengan sudut 100 dan 200.

77

Foto 5 : Posisi kolektor saat dimiringkan dengan sudut 200 dan 300.

Foto 6 : Posisi kolektor saat dimiringkan dengan sudut 200 dan 400.

78

Contoh perhitungan

Dari penelitian di dapat data :


I
(W/m2)

Waktu

787.9

10.00

T1
( 0c)

40.8

T0
( 0c)

Tplat
( 0c)

61.3

61.8

Tk
( 0c)

56.1

v udara
(m/s)

Kaca
Penutup

0.51

0.876

Untuk mendapatkan besar intensitas yang masuk ke kolektor pada kemiringan


tertentu digunakan rumus :
I bT = I

cos T
cos z

dimana cos z = sin sin + cos cos cos


cos T = sin sin ( ) + cos cos( ) cos
sehingga
I bT = I

sin sin ( ) + cos cos( ) cos


sin sin + cos cos cos

dengan I : besar intensitas pada bidang datar (dari data penelitian)


: deklinasi (dicari dengan rumus)
: garis lintang ( posisi lintang tempat penelitian sekitar 70 50)
: kemiringan kolektor
: sudut jam (pada tengah hari = 0, negatif untuk pagi hari,
hari). Dimana 1 jam = 150.

positif untuk siang

284 n

Dimana = 23,45 sin 360

365

Dengan n = hari ke berapa dari tahun yang bersangkutan


Dari contoh diatas maka didapatkan besar intensitas pada bidang miring:
Waktu

10.00

(W/m2)

787.29

cos z

0.847

cos T

0.706

IbT
2
(W/m )

656.730

Dimana : = 7,83 ; = 21,97 ; = 200 ; n = 334 ; Gsc = 1367 W/m2, = -300.

Mencari efisiensi.
qi = A p .I r .( . )

79

qu = m .Cp.(T0 T1)

m C p (T0 Ti )
A p ( ) I r
Rumus efisiensi :

m C p (T0 Ti )
A p ( ) I bT

dimana

qu = m .Cp.(T0 T1)

m adalah laju aliran massa udara dalam saluran kolektor termal


Cp adalah panas jenis udara
(T0 T1) = T adalah perbedaan temperatur
qi = Ap .I bT .( . )
IbT : intensitas pada bidang miring.
A : luas permukaan plat (120 cm x 90 cm = 10800 cm2 = 108 m2)
: konduktivitas kaca penutup
: absorbsivitas plat penyerap ( seng = 0,55)
sehingga pada contoh di atas didapatkan hasil:
Waktu

10.00

T1

( 0c)

(kg/m3)

(kg)

40.8

1.111

0.0360

m
(kg/s)
0.01125

Cp
(J/kg0K)
1006.04

20.5

IbT

qi

qu

(W/m2)

(W)

(W)

(%)

318.61

232.02

656.73

Dimana , C didapat dari persamaan pada sifat udara.


= (-0.0022 x T in) + 1.2009
C = (0.1309 x T in ) + 1000.7
Reynold
Re = (v udara * (2 * lebar jarak kaca) * ) / ((0.0000000402*T1) +
0.0000175449)

72.82

Você também pode gostar