Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
ISBN: 979-587-580-9
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015
ISBN: 979-587-580-9
analisis usahatani teknologi PTT B/C ratio 1,42 dan R/C ratio 2,42 dan teknologi
petani B/C ratio 0,43 dan R/C ratio 1,43. TIP teknologi PTT 2.156,73 kg/ha dan
teknologi petani 1.521,67 kg/ha. TIH teknologi PTT Rp. 1.240,45/kg dan teknologi
petani Rp. 2.103,69/kg. Keuntungan yang diperoleh pada teknologi PTT Rp.
9.177.800,- dan teknologi petani Rp. 1.945.000,- terdapat selisih Rp. 7.232.800,- atau
terjadi peningkatan sebesar 78.81%.
Kata kunci : Daerah aliran sungai, Kelayakan usahatani, Padi gogo, Jambi
PENDAHULUAN
Program produksi padi nasional masih terfokus pada lahan sawah. Sedangkan
sumbangan lahan padi gogo masih relative rendah (2,3 ton/ha) dibanding padi sawah
(4,3 ton/ha) (Rusdi et,al.,2009). Padi gogo merupakan salah satu komoditas pangan
yang dapat berproduksi di lahan kering. Pengembangan padi gogo di lahan kering
selama ini belum termanfaatkan secara optimal, dan dapat menjadi solusi dalam
mendukung ketahanan pangan. Pengembangan padi gogo merupakan salah satu upaya
yang cukup strategis untuk mendukung meningkatkan produksi beras secara nasional.
Lahan kering terutama di daerah aliran sungai (DAS) umumnya menghadapi
masalah kerusakan lingkungan yang makin parah sehingga menurunkan produktivitas
lahan, meningkatkan erosi dan sedimentasi, serta memacu meluasnya banjir pada musim
hujan. Oleh karena itu perlu adanya teknologi untuk mengembangkan lahan kering yang
sesuai dengan kondisi setempat. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah melalui
pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT).
PTT bertujuan untuk meningkatkan produktivitas tanaman dari segi hasil dan
kualitas melalui penerapan teknologi yang cocok dengan kondisi setempat (spesifik
lokasi) serta menjaga kelestarian lingkungan. Perpaduan dari berbagai komponen
teknologi yang dirakit dan disesuaikan dengan kondisi spesifik lokasi diharapkan dapat
meningkatkan produktivitas padi gogo. Dengan meningkatnya hasil produksi
diharapkan pendapatan petani akan meningkat (BPSDMP, 2008).
Analisis finansial penting dilakukan karena salah satu penyebab rendahnya
tingkat kepercayaan petani terhadap teknologi PTT adalah kurangnya informasi
mengenai keuntungan finansial yang terukur dan dapat diterima oleh petani. Salah satu
tolak ukur untuk mengkaji kecocokan teknologi baru bagi petani adalah dengan
membandingkan teknologi introduksi atau teknologi yang diperbaiki dengan teknologi
petani (Meilian, 2004).
Melalui analisis finansial yang sederhana petani dapat lebih mudah melihat
keuntungan dari penerapan teknologi ini. Hasil analisis finansial biasanya lebih
memiliki daya tarik dari pada hasil analisis teknis sehingga petani dapat menyimpulkan
sendiri jika pengeluaran berupa input usahatani dapat memberikan keuntungan yang
lebih baik (Fitria, 2014). Selanjutnya dikemukakan bahwa, secara konseptual
produktivitas padi gogo dapat ditingkatkan melalui penerapan PTT, tetapi perlu ada
penelitian empiris yang dapat melaporkan kelayakan dan prospek pengembangan usaha
tani padi gogo dengan menerapkan teknologi PTT. Berdasarkan uraian tersebut diatas
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015
ISBN: 979-587-580-9
Pengolahan tanah
2.
3.
4.
5.
6.
Varietas
Sistem tanam
Jarak tanam
Jumlah gabah
Pemupukan
7.
Waktu pemupukan
8.
Cara pemupukan
9.
Penyiangan
10.
2 MST
Diletakkan disamping
tanaman
Tidak terjadwal
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015
ISBN: 979-587-580-9
Data yang dikumpulkan meliputi : (1) komponen hasil, (2) hasil dan (3) input
yang digunakan seperti jumlah dan harga bibit, pupuk, pestisida serta curahan tenaga
kerja. Hasil panen diambil secara ubinan dengan luas 5 x 5 m2, dengan ulangan
sebanyak 4 kali, kemudian ditransformasi kehektar.
Kelayakan finansial dianalisis menggunakan analisis imbangan penerimaan atas
biaya R/C Ratio dan analisis imbangan pendapatan atas biaya B/C Ratio, dihitung
dengan rumus Swastika, (2004) :
PxQ
Gross B/C = ----------- Bi
Dimana: P = Harga produksi (Rp/kg)
Q = Hasil produksi (kg/ha)
Bi = Biaya produksi ke i (Rp/ha)
Usahatani dianggap layak secara finansial jika nilai gross B/C > 1.
Analisis titik impas harga (TIH) dan titik impas produksi (TIP) digunakan untuk
membandingkan kemampuan suatu teknologi dalam mentolerir penurunan produksi atau
harga output sampai batas tertentu dimana penerapan teknologi tersebut masih
memberikan tingkat keuntungan normal menunjukkan keunggulan teknologi tersebut
dari segi produktivitas relatif terhadap biaya usahatani yang dikeluarkan. Nilai TIH dan
TIP dihitung dengan rumus (Rahmanto dan Adnyana, 1997) ;
TIP = Bi/HP dan TIH = Bi/P
Dimana : TIP = Titik Impas Produksi
TIH = Titik Impas Harga
B = Biaya usahatani
P = Produksi
HP = Harga output
i = Indeks komponen biaya
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015
ISBN: 979-587-580-9
Rendahnya intensitas serangan blas daun dan blas leher pada teknologi PTT,
karena varietas Limboto yang digunakan mempunyai ketahanan terhadap penyakit blas
daun dan blas leher, juga penggunaan pupuk pada teknologi PTT sesuai dengan
kebutuhan tanaman, berdasarkan hasil PUTK dan BWD, hal yang sama dikemukakan
oleh Kustianto et al., (2001) pemupukan berimbang akan memberikan pertumbuhan
tanaman yang optimal. Amril et al., (1993) mengemukakan apabila penggunaan pupuk
berlebihan terutama Nitrogen menyebabkan meningkatnya serangan penyakit blas.
Disamping penggunaan pupuk berdasarkan hasil PUTK dan BWD, paket PTT
untuk pengendalian hama lalat bibit pada waktu tanam diberikan Karbofuran langsung
pada lobang tanam, pada waktu pertumbuhan vegetatif tanaman dilakukan satu kali
penyemprotan dengan Buprofezin untuk pengendalian hama wereng coklat dan
Mankozeb untuk pengendalian blas, sedangkan pada pertumbuhan generatif tanaman
diberikan; (1) Fenobukarb untuk pengendalian walang sangit dan Mankozeb untuk
pengendalian blast dan (2) Imidakloprid untuk pengendalian walang sangit dan
Mankozeb untuk pengendalian blas, dosis yang digunakan sesuai dengan yang tertera
pada kemasan. Sedangkan Paket petani menggunakan Fenobukarb dan Deltametrin tiga
kali penyemprotan pada pertumbuhan generatif tanaman.
Komponen Hasil dan Hasil
Pengamatan terhadap komponen hasil dan hasil disajikan pada Tabel 2. Jumlah
anakan produktif teknologi PTT 17,32 batang per rumpun (btg/rpn), teknologi petani
17,20 btg/rpn. Panjang malai teknologi PTT 27,50 cm, teknologi petani 30,06 cm.
Jumlah gabah permalai teknologi PTT 191,33 butir, teknologi petani 204,56 butir,
sedangkan persentase jumlah gabah bernas permalai teknologi PTT 86,06%, teknologi
petani 58,39%. Berat 1000 butir teknologi PTT 27,70 g, teknologi petani 25,70 g. Hasil
gabah kering giling (GKG) teknologi PTT 5.216 kg/ha, sedangkan teknologi petani
2.170 kg/ha.
Tabel 2. Komponen hasil dan hasil teknologi PTT dan teknologi petani padi gogo
No. Uraian
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Teknologi PTT
Teknologi Petani
17,32
27,50
191,33
86,06
27,70
5.216
17,20
30,06
204,56
58,39
25,70
2.170
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015
ISBN: 979-587-580-9
memberikan angka yang lebih baik bila dibandingkan dengan teknologi petani, yaitu
86,06%, sedangkan teknologi petani 58,39%. Hasil tertinggi diperoleh pada teknologi
PTT 5.216 kg/ha sedangkan teknologi petani 2.170 kg/ha. Tingginya hasil teknologi
PTT didukung oleh komponen hasil yang relatif lebih baik dari teknologi petani.
Hasil teknologi PTT lebih tinggi dari hasil pengujian adaptasi beberapa varietas
dan galur harapan padi gogo pada tahun 2011 pada kawasan yang sama, varietas
Limboto memberikan hasil 2.850 kg/ha (Edi et al, 2011), terdapat selisih 2.366 kg/ha
atau terjadi peningkatan 83,02% dan lebih tinggi dari laporan BPS (2013) dimana ratarata produksi padi gogo di Provinsi Jambi 3.020 kg/ha, terdapat selisih dibandingkan
dengan teknologi PTT 2.196 kg/ha atau terjadi peningkatan hasil 72,71%. Terjadi
peningkatan hasil ini diduga teknologi PTT memberikan input yang sesuai dengan
kebutuhan tanaman, seperti teknologi jajar legowo 4:1, pemupukan berimbang
menggunakan PUTK dan BWD. Terjadinya perbedaan pertumbuhan dan hasil tanaman
dari kedua paket teknologi yang diuji disebabkan teknologi yang diintroduksikan antara
dua teknologi ini berbeda, seperti varietas, sistem tanam, jarak tanam dan pemupukan.
Analisis Usahatani
Hasil analisis usahatani teknologi PTT dan teknologi petani disajikan pada Tabel
3. Pengeluaran terbesar diperoleh pada teknologi PTT Rp. 6.470.200,- terdiri dari
pengeluaran untuk sarana produksi berupa beli bibit padi gogo, pupuk dan pestisida Rp.
1.547.500,- atau 23,92% dari jumlah pengeluaran. Tenaga kerja terdiri dari biaya
persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan tanaman seperti pemupukan, penyiangan
dan pengendalian hama serta penyakit dan biaya panen serta prosesing hasil Rp.
4.334.500,- atau 66,99%. Pada teknologi petani jumlah pengeluaran Rp. 4.565.000,terdiri dari sarana produksi Rp. 690.000,- atau 15,12% dan tenaga kerja Rp. 3.460.000,atau 75,79% dari jumlah pengeluaran.
Terjadinya perbedaan jumlah pengeluaran dari dua teknologi yang diuji,
disebabkan berbedanya jenis dan jumlah sarana produksi yang diberikan seperti bibit,
pupuk dan pestisida. Hal ini berpengaruh terhadap curahan tenaga kerja, terutama pada
teknologi PTT. Sistem tanam jajar legowo dan pemupukan berimbang, memberikan
curahan tenaga kerja yang relatif lebih banyak dibandingkan dengan teknologi petani.
Dari hasil analisis usahatani diperoleh keuntungan tertinggi pada teknologi PTT,
yaitu Rp. 9.177.800,- sedangkan teknologi petani Rp. 1.945.000,- terdapat selisih Rp.
7.232.800,- atau terjadi peningkatan 78,81%. Teknologi PTT memberikan B/C ratio
1,42 dan R/C ratio 2,42 sedangkan teknologi petani B/C ratio 0,43 dan R/C ratio 1,43.
Pada teknologi PTT nilai ini menunjukkan bahwa penerimaan kotor 1,42 kali lipat biaya
yang dikeluarkan atau pendapatan bersih yang diterima 2,42 kali lipat dari biaya yang
dikeluarkan. Angka R/C ratio 2,42 berarti bahwa setiap Rp. 100,- yang diinvestasikan
petani dalam berusahatani padi gogo diperoleh penerimaan sebesar Rp. 242,- atau angka
B/C ratio 1,42 berarti bahwa setiap Rp. 100,- yang diinvestasikan akan diperoleh
keuntungan bersih Rp. 142,-.
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015
ISBN: 979-587-580-9
Tabel 3. Analisis Usahatani (Rp./ha) Teknologi PTT dan Teknologi Petani Padi Gogo.
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Uraian
Pengeluaran
Sarana produksi
Tenaga kerja
Pajak dll.
Jumlah
Penerimaan
Harga jual GKG Rp. 3.000,-/kg
Keuntungan
B/C ratio
R/C ratio
Titik Impas Produksi (kg/ha)
Titik Impas Harga (Rp./kg)
Teknologi PTT
Teknologi Petani
1.547.500,4.334.500,588.200,6.470.200,-
690.000,3.460.000,415.000,4.565.000,-
15.648.000,9.177.800,1,42
2,42
2.156,73
1.240,45
6.510.000,1.945.000,0,43
1,43
1.521,67
2.103,69
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015
ISBN: 979-587-580-9
masih dapat ditingkatkan dengan menggunakann teknologi PTT padi gogo spesifik
lokasi daerah aliran sungai, yaitu : (1) penggunaan bibit unggul bersertifikat, (2)
pengelolaan lahan yang tepat tanpa olah tanah (TOT), (3) sistem tanam jajar legowo 4 :
1 (4) pemupukan berimbang berdasarkan PUTK dan BWD, (5) pengendalian hama dan
penyakit berdasarkan prinsip PHT dan (6) penanganan panen dan pasca panen.
KESIMPULAN
1. Teknologi PTT memberikan hasil 5.216 kg/ha GKG dan teknologi petani 2.170
kg/ha GKG, terdapat selisih 3.046 kg/ha atau terjadi peningkatan produksi 58.40%.
Tingginya hasil teknologi PTT didukung oleh pertumbuhan dan komponen hasil
yang relatif lebih baik dari teknologi petani.
2. Hasil analisis usahatani teknologi PTT B/C ratio 1,42 dan R/C ratio 2,42 dan
teknologi petani B/C ratio 0,43 dan R/C ratio 1,43. TIP teknologi PTT 2.156,73
kg/ha dan teknologi petani 1.521,67 kg/ha. TIH teknologi PTT Rp. 1.240,45/kg dan
teknologi petani Rp. 2.103,69/kg.
3. Keuntungan yang diperoleh pada teknologi PTT Rp. 9.177.800,- dan teknologi petani
Rp. 1.945.000,- terdapat selisih Rp. 7.232.800,- atau terjadi peningkatan sebesar
78.81%.
DAFTAR PUSTAKA
Amril B, A. Aziz dan Nasrun D., 1993. Teknologi pengendalian penyakit blas pada padi
gogo dilahan kering masam. Buku 2 Kinerja Penelitian Tanaman Pangan.
Prosiding Simposium Penelitian Tanaman Pangan III Jakarta/Bogor 23-25
Agustus 1993. Hal 593-601.
Badan Pusat Statistik, 2013. Provinsi Jambi dalam Angka. Badan Pusat Statistik
Provinsi Jambi Kerjasama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Provinsi
Jambi.
BPSDM. 2008. Pedoman umum sekolah lapangan PTT padi. Deptan. Jakarta.
Edi S., Kamalia Muliyanti, Rima Purnamayani dan Suharyon. 2011. Penampilan
varietas dan galur harapan padi gogo pada daerah aliran sungai Batang Asai
Sarolangun Jambi. Prosiding Seminar Nasional BBP2TP Badan Litbang Pertanian
Kementerian Pertanian, Medan 2011.
Edi S., 2013. Kergaman varietas dan galur harapan padi gogo pada daerah aliran sungai
batang Asai Sarolangun Jambi. Jurnal Bioplantae. Fakultas Pertanian Universitas
Jambi Vo. 2 No. 3 Juli-September 2013. Hal 113-121.
Edi, S. dan Defira Suci Gusfarina, 2013. Kajian Pengelolaan Tanaman Terpadu dan
Paket Petani Padi Gogo pada Lahan Kering di Provinsi Jambi. Jurnal Bioplantae.
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015
ISBN: 979-587-580-9