Você está na página 1de 262

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.

A DENGAN PENDEKATAN YANG


BERKESINAMBUNGAN MULAI DARI MASA KEHAMILAN SAMPAI
DENGAN MASA KELUARGA BERENCANA DI BPM
SOFA Amd. Keb, DESA MANCAR
PETERONGAN - JOMBANG

PROPOSAL LAPORAN TUGAS AKHIR

Oleh :
HARTINI
NIM :7214018
PRODI DIII KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM
JOMBANG
2016

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. A DENGAN PENDEKATAN YANG


BERKESINAMBUNGAN MULAI DARI MASA KEHAMILAN SAMPAI
DENGAN MASA KELUARGA BERENCANA DI BPM
SOFA Amd. Keb, DESA MANCAR
PETERONGAN - JOMBANG

PROPOSAL LAPORAN TUGAS AKHIR


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
Pendidikan Ahli Madya Kebidanan pada Program Studi D III Kebidanan
Fakultas Ilmu Kesehatan Unipdu Jombang

Oleh :
HARTINI
NIM :7214018
PRODI DIII KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM
JOMBANG

2016
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama

: Hartini

NIM

: 7214018

Tempat Tanggal Lahir : Indramayu, 10 Oktober 1994


Institusi

Prodi

DIII

Kebidanan

Fakultas

Ilmu

Kesehatan

Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang

Menyatakan bahwa Proposal Laporan Tugas Akhir yang berjudul


Asuhan

Kebidanan

Pada

Ny.

Dengan

Pendekatan

Yang

Berkesinambungan Mulai Dari Masa Kehamilan Sampai Dengan Masa


Keluarga Berencana Di BPM Sofa, Amd. Keb Desa Mancar Peterongan Jombang ini adalah bukan Proposal Laporan Tugas Akhir orang lain baik
sebagian atau keseluruhan, kecuali dalam kutipan yang telah disebutkan
sumbernya.
Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sebenar-benarnya dan
apabila pernyataan ini tidak benar, kami bersedia mendapatkan sanksi.
Jombang, 04 April 2016
Yang menyatakan

HARTINI
7214018

iv

iv

LEMBAR PERSETUJUAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. A DENGAN PENDEKATAN YANG
BERKESINAMBUNGAN MULAI DARI MASA KEHAMILAN SAMPAI
DENGAN MASA KELUARGA BERENCANA DI BPM
SOFA Amd. Keb, DESA MANCAR
PETERONGAN - JOMBANG

Disusun Oleh :
HARTINI
72134018

Telah Disetujui Oleh Tim Pembimbing


Dewan Pembimbing
Jabatan
Pembimbing I

Nama

Tanda Tangan

Ninik Azizah, SST, M. Kes

(.....)

Mengetahui
Ketua Program Studi D-III Kebidanan
FIK Unipdu Jombang

NINIK AZIZAH, SST, M.Kes

iv

Tanggal

NIPY : 11 010502 054


LEMBAR PENGESAHAN
Proposal Laporan Tugas Akhir dengan judul Asuhan Kebidanan Pada Ny. A
Dengan Pendekatan Yang Berkesinambungan Mulai Dari Masa Kehamilan
Sampai Dengan Masa Keluarga Berencana Di BPM Sofa, Amd. Keb Desa
Mancar Peterongan Jombang ini telah disetujui dan dipertahankan
dihadapan Tim Penguji Proposal Laporan Tugas Akhir Prodi D III Kebidanan
Fakultas Ilmu Kesehatan Unipdu Jombang.

(.)

Penguji I

Tanda Tangan

Tanggal

(.)

Penguji II

Tanda Tangan

Tanggal

(.)

Penguji II

Tanda Tangan

Tanggal

Mengetahui
Ketua Program Studi D III Kebidanan
FIK Unipdu Jombang

NINIK AZIZAH, SST, M.Kes

iv

NIPY : 11 010502 054

iv

LEMBAR PERSEMBAHAN
Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT atas semua rahmat yang telah
dianugrahkan pada saya selama ini. Sesungguhnya rahmat Allah SWT yang paling
besar saya rasakan adalah memiliki orang-orang yang istimewa dan senantiasa
bersama. Oleh karena itu, saya persembahkan karya sederhana ini untuk
1. Mama & Mimi yang telah memberikan kasih sayang, dukungan dan perhatian
untuk saya. Saya tidak bisa membalas semua jasa yang telah mama dan mimi
berikan selain dengan panjatan doa-doa yang setiap hari saya lantunkan sesuai
sholat. Saya akan mengingat setiap tetes keringat mama dan mimi yang telah
berjuang demi yayu. Sembah bakti dan hormat buat mama dan mimi tersayang.
2. Adik saya yang menghibur saya leawat senyuman dan candanya saat saya jenuh
dengan masalah-masalah yang terjadi.
3. Seluruh keluarga besar saya, terimakasih atas semua dukungannya.
4. Dosen beserta staf Prodi DIII Kebidanan FIK UNIPDU Jombang, yang telah
membimbing dan memberikan ilmunya selama ini. Pahit, manis yang kami rasa,
kami yakin, semua itu untuk menjadikan kami manusia yang lebih baik.
5. Bapak dan ibu asrama, terimakasih atas didikan dan doanya selama ini.
6. Sahabat-sahabat tercinta (AZTIKA IV), yang selalu bercanda, diskusi, bisnis,
tempat berbagi keluh kesah bersama, hidup selama 3 tahun ini membuat kita
menjadi satu keluarga yang saling mendukung, saling menolong yang selalu
membangun mimpi, melewati cerita bersama di surge yang suci (HURUN INN)
dan yang pasti saling menyayangi.
7. Teman seperjuangan Prodi DIII Kebidanan FIK UNIPDU Jombang angkatan
2014, yang telah banyak memberikan dukungan dan saran untuk kelancaran
penulis Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Buat almamater yang tidak pernah saya lupakan.
9. Semua pihak yang membantu saya dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini,
semoga Allah SWT. Selalu mencurahkan rahmat dan hidayahnya, syukron katsir.

iv

ABSTRAK
ASUHAN KEBIDANAN DENGAN PENDEKATAN YANG
BERKESINAMBUNGAN MULAI DARI MASA KEHAMILAN SAMPAI
DENGAN MASA KELUARGA BERENCANA DI JOMBANG
Oleh:
HARTINI
NIM: 7214018
Partus normal adalah proses lahirnya bayi dengan letak belakang kepala
dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi,
yang umumnya berlangsung 24 jam. Penelitian ini bertujuan untuk melaksanakan
asuhan kebidanan dengan pendekatan yang berkesinambungan

mulai dari masa

kehamilan sampai dengan masa keluarga berencana di Jombang.


Menurut data survei demografi kesehatan indonesia (SKDI) di indonesia
2011-2012, Angka kematian ibu (AKI) di jombang tahun 2011 adalah 78,8% per
100.000 kelahiran hidup dan AKB 101,1/1000, kelahiran hidup di Indonesia adalah
307 per 100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2005 jumlah ibu meninggal karena
perdarahan mencapai 38,2% (111,2 per 100 000 kelahiran hidup), gestosis 26,45%,
akibat penyakit bawaan 19,41% dan infeksi 5,88 %, (hapsari 2011). AKI di kota
(Diknes Jatim, 2011).
Kata Kunci: Asuhan Kebidanan Dengan Pendekatan Yang Berkesinambungan Mulai
Dari Masa Kehamilan Sampai Dengan Masa Keluarga Berencana Di Jombang

iv

KATA PENGANTAR
Segala syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayat-Nya
penulis dapat menyelesaikan Proposal Laporan Tugas Akhir dengan judul Asuhan
Kebidanan Dengan Pendekatan Yang Berkesinambungan Mulai Dari Masa
Kehamilan Sampai Dengan Masa Keluarga Berencana Di Jombang Proposal
Laporan Tugas akhir ini disusun dalam bentuk laporan sebagai tugas akhir dalam
menyelesaikan pendidikan di Prodi DIII Kebidanan FIK UNIPDU Jombang.
Ucapan terima kasih penulis persembahkan kepada pihak-pihak yang secarab
langsung maupun tidak langsung telah membantu terselesainya Proposal Laporan
Tugas Akhir. Maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan
terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Ahmad Zahroh, MA selaku Rektor Universitas Pesantren Tinggi
Darul Ulum Jombang.
2. H. Andi Yudianto, S. Kep. NS., M. Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang.
3. Ninik Azizah, SST. M. Kes selaku Ka. Prodi DIII kebidanan FIK UNIPDU
Jombang.
Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah memberikan
kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan Proposal Laporan Tugas
Akhir. Penulis menyadari bahwa pembuatan ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi penyempurnaan ini.
Demikian ini saya buat, semoga bermanaat bagi penulis khususnya pembaca
pada umumnya.
Jombang, 04 April
2016

iv

Penulis

iv

10

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
DAFTAR ISI ii
RINGKASAN

iv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
1.3.2 Tujuan Khusus
1.4 Manfaat
1.4.1

Bagi Peneliti

1.4.2

Bagi Klinik

1.4.3

Bagi Institusi Pendidikan

1.4.4

Bagi Peneliti Selanjutnya

1.5 Manfaat Penelitian


BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kehamilan
2.1.1

Pengertian Kehamilan

2.1.2

Fisiologi Kehamilan

2.1.3

Asuhan Kehamilan

iv

11

2.2 Persalinan
2.2.1

Pengertian Persalinan

2.2.2

Fisiologi Persalinan

2.2.3

Asuhan Persalinan

2.3 Nifas
2.3.1

Pengertian Nifas

2.3.2

Fisiologi Nifas

2.3.3

Kebutuhan Ibu Pada Saat Nifas

2.3.4

Asuhan Nifas

2.4 Bayi Baru Lahir


2.4.1

Pengertian Bayi Baru Lahir

2.4.2

Fisiologi Bayi Baru Lahir

2.4.3

Kebutuhan Bayi Baru Lahir

2.4.4

Asuhan Bayi Baru Lahir

2.5 Keluarga Berencana


2.5.1

Pengertian Keluarga Berencana

2.5.2

Fisiologi Keluarga Berencana

2.5.3

Kebutuhan Keluarga Berencana

2.5.4

Asuhan Keluaga Berencana

2.6 Asuhan Kebidanan


2.6.1

Pengertian Asuhan Kebidanan

2.6.2

Dokumentasi Kebidanan

BAB III METODE PENELITIAN

iv

12

3.1
3.2
3.3
3.4
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

iv

13

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan ibu merupakan aset terpenting dalam suatu kehidupan, dari
kesehatan ibu dapat memberikan gambaran suatu kehidupan yang sejahtera
bagi bayi yang dikandungan. Namun banyak faktor yang dapat memperberat
dan membahayakan kesehatan ibu dan bayinya, terutama pada ibu yang tidak
mendapatkan asuhan yang dimulai dari kehamilan, melahirkan, nifas,
neonatus dan pemasangan alat kontrasepsi dari tenaga kesehatan. Sehingga
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) masih tinggi.
Target angka kematian Ibu tahun 2015 adalah 102 kematian per
100.000 kelahiran hidup, sementara itu berdasarkan Survei Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, saat ini di Indonesia AKI mencapai
angka 359/100.000 kelahiran hidup dan AKB mencapai angka 32/1.000
kelahiran hidup. Cakupan kunjungan ibu hamil K1 di Indonesia pada tahun
2014 sebesar 94,99%, angka ini belum mencapai target renstra yaitu sebanyak
95%. Cakupan kunjungan ibu hamil K4 di Indonesia pada tahun 2014 sebesar
86,70%, hal ini berarti belum juga mencapai target renstra yang sebesar 95%.
Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan di Indonesia pada tahun 2014
yaitu 88,68%. Angka ini masih cukup jauh dari target renstra sebesar 90%.
Untuk cakupan Kunjungan Neonatus (KN) pada KN1 sebesar 97,07% dan KN
lengkap sebesar 93,33%, sehingga nilai ini memenuhi target renstra yaitu
sebesar 90%. Kemudian cakupan KB baru sebesar 16,51% dengan rincian
penggunaan metode kontasepsi suntik sebesar 49,67% Pil 25,14% Implan
10,65% IUD 7,15 Kondom 5,68% MOP 0,21%. (Profil Kesehatan RI, 2014)
Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Angka Kematian Ibu
(AKI) di Provinsi Jawa Timur mengalami penurunan yang cukup bermakna,
dari 642/1.000 kelahiran hidup pada tahun 2013 menjadi 291/1.000 kelahiran

iv

14

hidup. Sedangkan, Angka Kematian Bayi (AKB) periode 5 tahun sebelum


survei sebesar 32/1.000 KH. Dan hasil survei Provinsi Jawa Timur pada tahun
2014, di dapatkan hasil cakupan pelayanan ibu hamil pada tahun 2014 jumlah
untuk cakupan K4 sebanyak 88,66%, nilai cakupan ini belum dapat mencapai
target renstra yakni sebesar 95%. Kemudian untuk cakupan persalinan yang di
tolong oleh tenaga kesehatan sebesar 92,45%, nilai ini telah mencapai target
renstra yaitu sebesar 90%. Selanjutnya cakupan kunjungan nifas sebesar
91,15%. Kemudian cakupan Kunjungan Neonatal (KN) pada KN1 sebesar
103,44% dan cakupan KN lengkap sebesar 101,29%, angka ini melebihi target
renstra yaitu sebesar 90%. Untuk cakupan Kb baru di Provinsi Jawa Timur
sebesar 13,27% dengan perincian KB baru IUD sebesar 7,59% MOW sebesar
1,89% MOP sebesar 0,22% Kondom sebesar 3,32% Implan sebesar 10,75%
Suntikan sebesar 54,80% dan Pil sebesar 21,42%. (Profil Kesehatan RI, 2014)
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Jombang, pada tahun 2014 AKB mencapai angka 9,7/1.000 kelahiran hidup
dan AKI mencapai angka 26/10.000 kelahiran hidup, di dapatkan rincian
kematian yaitu jumlah kematian ibu maternal saat kehamilan berjumlah 4
orang, pada saat persalinan berjumlah 3 orang dan pada saat nifas berjumlah
19 orang. Kematian ibu maternal dipilah berdasar kelompok umur maka
kematian ibu usia <20 tahun berjumlah 1 orang, usia 20-34 tahun berjumlah17
orang dan usia 35 tahun berjumlah 8 orang. Cakupan pelayanan K1 di
Kabupaten Jombang pada tahun 2014 adalah 94,6%, yaitu pelayanan pada
22.039 ibu hamil dari seluruh ibu hamil yang berjumlah 23.301, hal ini belum
dikatakan mencapai target renstra yaitu 95%. Cakupan K4 sebesar 89,5%,
yaitu pelayanan pada 20.861 ibu hamil dari total ibu hamil, hal ini juga belum
dikatakan mencapai target renstra yaitu 95%. Dan disini terdapat kesenjangan
cakupan K1 dan K4, dimana cakupan K4 lebih rendah dari pada K1 yang
disebabkan adanya mobilitas penduduk dari migrasi (perpindahan), kelahiran,
kematian, dan ibu hamil yang belum waktunya kontrol (K2 dan K3). Cakupan

iv

15

ibu hamil komplikasi yang ditangani tahun 2014 adalah 104,2% yaitu
pelayanan pada 4.856 ibu hamil risiko tinggi dari 4.660 perkiraan ibu hamil
yang risiko tinggi. Untuk cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar
90,8%, dimana pelayanan persalinan pada 20.196 orang dari total ibu bersalin
22.239 orang, angka ini belum mencapai target renstra yaitu 95% yang
disebabkan jumlah sasaran riil jauh lebih kecil dari pada jumlah sasaran
menurut proyeksi penduduk hasil sensus BPS Provinsi. Dan yang bersalin
ditolong oleh dukun sejumlah 3 orang. Untuk cakupan pelayanan ibu nifas
sebesar 90,9% yaitu pelayanan nifas pada 20.219 ibu nifas dari 22.239
sasaran ibu nifas, cakupan ini sudah memenuhi target renstra yaitu 90%.
Untuk cakupan pelayanan kesehatan neonatus (KN Lengkap) sebesar 96,2%,
hal ini sudah memenuhi target renstra yaitu sebesar 90%. Untuk cakupan
jumlah KB yang menjadi peserta KB aktif adalah sebanyak 164.323 (68,3%),
sedangkan yang menjadi peserta KB baru sebesar 21.630 orang (9,0%). Jenis
kontrasepsi yang banyak digunakan akseptor baik KB aktif adalah suntik
(63%) dan pilihan terendah adalah MOP (0,5%). Untuk kontrasepsi pada
akseptor KB baru, jenis kontrasepsi dengan proporsi terbesar adalah jenis
suntik 69,1% dan proporsi terkecil adalah jenis kontrasepsi MOP 0,1%.
(DinKes Jombang, 2014)
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di BPM Sofa, Amd.
Keb Desa Mancar Peterongan Jombang, pada tanggal 25 Januari 2016
diperoleh cakupan pelayanan ibu hamil pada bulan Desember 2015 yaitu 224
orang, dengan cakupan K1 sebanyak 31 orang dan K4 21 orang dan ibu hamil
yang mengalami resiko tinggi sebanyak 35 orang. Sedangkan pada tanggal 1
25 januari 2016 jumlah ibu hamil 154 orang dengan K1 sebanyak 26 orang
dan K4 sebanyak 27 orang dan ibu hamil yang mengalami resiko tinggi
sebanyak 20 orang. Kemudian, untuk jumlah ibu bersalin pada bulan
Desember 2015 yaitu 56 orang, 14 orang diantaranya melahirkan di BPM
Sofa (25%), 14 orang lainnya dirujuk (25%) dengan indikasi makrosomia 1

iv

16

(7,1%), CPD 1 (7,1%), KPD 3 (21,4%), riwayat SC 1 (7,1%), PEB 1 (7,1%),


APB 1 (7,1%), kala I memanjang 3 (21,4%), letak sungsang 1 (7,1%), kala II
mekonial 1 (7,1%), dan 28 (50%) lainnya bersalin di tempat lain. Sedangkan
ibu bersalin pada 1 25 Januari 2016 sebanyak 7 orang (50%) di BPM dan 7
orang (50%) lainnya dirujuk dengan indikasi kala II memanjang 1 (14,2%),
riwayat SC 1 (14,2%), KPD 3 (42,8%), makrosomia 2 (28,6%). Kemudian
angka cakupan pelayanan nifas pada bulan desember 2015 sebanyak 30 orang
(53,6%) sedangkan pada tanggal 1 25 Januari 2016 sebanyak 10 orang
(71,4%). Dilanjutkan dengan data neonatus pada bulan Desember 2015 lahir
sebanyk 14 bayi di BPM, 2 bayi (14,3%) diantaranya dirujuk dengan indikasi
berat badan lahir rendah 1, febris 1, sedangkan pada bulan Januari tanggal 1
sampai 25 januari terdapat 7 bayi lahir di BPM, 1 (14,3%) diantaranya dirujuk
dengan indikasi ikterus dan riwayat mekonial. Cakupan keluarga berencana
pada bulan Desember 2015 pengguna aseptor baru yaitu 26 orang dengan KB
suntik 1 bulan sebanyak 10 orang (38,7%) dan suntik 3 bulan 11 orang
(42,3%), dan KB pil sebanyak 5 orang (19,2%) sedangkan sebanyak 95 orang
Aseptor KB lama, dengan KB suntik 1 bulan yaitu 35 orang (36,8%) dan KB
suntik 3 bulan yaitu 45 orang (47,4%) dan KB pil sebanyak 15 orang (15,8%).
Sedangkan Pada tanggal 1 25 Januari 2016, sebanyak 23 orang aseptor KB
baru, dengan KB suntik 1 bulan sebanyak 6 orang (26,1%), KB suntik 3 bulan
yaitu 10 orang (43,5%), KB pil sebanyak 7 orang (30,4%), sedangkan aseptor
KB lama sebanyak 80 orang, dengan suntik 1 bulan sebanyak 25 orang
(31,2%) dan yang 3 bulan 35 orang (43,7%), dan KB pil sebanyak 20 orang
(25%).
Kematian ibu disebabkan oleh penyebab langsung obstetri yaitu
kematian ibu yang berhubungan dengan komplikasi kehamilan, persalinan dan
nifas (hipertensi pada kehamilan 32%, komplikasi puerperium 31%,
perdarahan post partum 20%, lain-lain 7%, abortus 4%, perdarahan
antepartum 3%, kelainan amnion 2%, dan partus lama 1%). Penyebab tidak

iv

17

langsung yaitu kematian ibun yang disebabkan oleh penyakit yang bukan
karena kehamilan dan persalinannya. Penyakit tuberkolosis, anemia, malaria,
sifilis, HIV, AIDS, dan lain-lain yang dapat memperberat kehamilan dan
meningkatkan resiko terjadinya kesakitan dan kematian. (Pusdiknakes, 2015 :
4)
Salah satu kontribusi kematian ibu juga disebabkan oleh 4 Terlalu
(terlalu muda, terlalu sering, terlalu pendek jarak kehamilan, terlalu tua) dan 3
Terlambat (terlambat deteksi dini tanda bahaya, terlambat mencapai fasilitas
dan terlambat mendapat pertolongan yang adekuat). Sedangkan penyebab
utama kematian neonatal adalah asfiksia, BBLR, dan infeksi. (Pusdiknakes,
2015 : 4)
Penyebab kematian ibu dan neonatal tersebut sebenarnya dapat
dicegah jika setiap wanita hamil melakukan pemeriksaan kehamilan minimal
4 kali ke petugas kesehatan. (Pusdiknakes, 2015 : 4)
Rencana strategis menteri kesehatan dari salah satu prioritas
pembangunan kesehatan pada tahun 2010-2014 yaitu peningkatan kesehatan
ibu, bayi, balita, dan Keluarga Berencana (KB) (Kemenkes, 2010). Serta
kompetensi bidan di Indonesia bahwa asuhan kebidanan merupakan
penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab dalam
memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai kebutuhan / masalah
dalam bidang kesehatan ibu masa hamil, masa persalinan, nifas, bayi setelah
lahir serta keluarga berencana. (KepMenkes RI no.369 tahun 2007).
Pada tanggal 25-27 September 2015 lalu, PBB telah mengesahkan
SDGS tahun 2015-2030 yang merupakan perlanjutan dari MDGS dengan
salah satu tujuannya yaitu menurunkan jumlah AKI dan AKB. Maka, upaya
untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan ibu dan anak salah satunya
adalah melaksanakan asuhan secara berkelanjutan atau Continuity of Care.
Continuum of care the life cycle artinya pelayanan yang diberikan
pada siklus kehidupan yang dimulai dari prakonsepsi, kehamilan, persalinan,

iv

18

nifas, bayi, balita, anak prasekolah, anak sekolah, remaja, dewasa, hingga
lansia. Continuum of care of pathway artinya penatalaksanaan yang meliputi
rtempat pelayanan dan level pencegahan, integrasi program, pembiayaan dan
stakeholder terkait serta peran dari profesi dan perguruan tinggi. Jika
Continuum of Care ini dilaksanakan maka akan memberi dampak yang
signifikan terhadap kelangsungan dan kualitas hidup ibu dan anak.
(Pusdiknakes, 2015 : 4)
Selain itu, upaya untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak yang
sudah berjalan mulai tahun 2014 yaitu gebrak, dimana 1 mahasiswa
melakukan pendampingan pada 1 ibu mulai ibu dalam kondisi hamil sampai
pemakaian alat kontrasepsi. ANC terpadu juga sudah mulai di jalankan untuk
meningkatkan kesehatan ibu dan anak.
Keterlambatan pengambilan keputusan di tingkat keluarga dapat
dihindari apabila ibu dan keluarga mengetahui tanda bahaya kehamilan dan
persalinan serta tindakan yang perlu dilakukan untuk mengatasinya di tingkat
keluarga. Salah satu upaya penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka
Kematian Bayi adalah Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K). Program dengan menggunakan stiker ini, dapat
meningkatkan peran aktif suami (suami Siaga), keluarga dan masyarakat
dalam merencanakan persalinan yang aman. Program ini juga meningkatkan
persiapan menghadapi komplikasi pada saat kehamilan, termasuk perencanaan
pemakaian alat/ obat kontrasepsi pasca persalinan. Selain itu, program P4K
juga mendorong ibu hamil untuk memeriksakan kehamilan, bersalin,
pemeriksaan nifas dan bayi yang dilahirkan oleh tenaga kesehatan terampil
termasuk skrining status imunisasi tetanus lengkap pada setiap ibu hamil.
Kaum ibu juga didorong untuk melakukan inisiasi menyusu dini (IMD)
dilanjutkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan (Depkes, 2010).
Upaya peningkatan kesehatan ibu dan penurunan angka kematian ibu
mustahil dapat dilakukan sendiri oleh Pemerintah, terlebih dengan berbagai

iv

19

keterbatasan sumber daya yang dimiliki tenaga, sarana prasarana, dan


anggaran. Oleh karena itu, mutlak diperlukan kerja sama lintas program dan
lintas sektor terkait, yaitu pemerintah daerah, sektor swasta, organisasi profesi
kesehatan, kalangan akademisi, serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan
baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Maka dari itu, upaya pemerintah
dibuat sehingga bidan sebagai tenaga kesehatan melakukan continuity care
(Riskesdas, 2013).
Berdasarkan hasil penjabaran di atas, maka penulis tertarik untuk
melakukan asuhan kebidanan

pada Ny. A dengan pendekatan secara

berkesinambungan (continuity care) mulai dari masa kehamilan, masa


persalinan, masa nifas, masa interval serta perawatan bayi baru lahir serta
melakukan pendokumentasian kebidanan yang telah dilakukan pada ibu
hamil, bersalin, nifas, neonatus dan KB di BPM Sofa, Amd. Keb, di Desa
Mancar Peterongan Jombang Tahun 2016.
1.2 Rumusan Masalah/ Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi
masalah yaitu Bagaimanakah melaksanakan asuhan kebidanan secara
Continuity of Care yang harus diberikan pada Ny. A Mulai Dari
Masa Kehamilan Sampai Dengan Masa KB di BPM Sofa, Desa
Mancar Peterongan Jombang Tahun 2016.?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan secara Continuity of Care yang
harus diberikan pada Ny. A Mulai Dari Masa Kehamilan Sampai
Dengan Masa KB di BPM Sofa, Desa Mancar Peterongan
Jombang Tahun 2016. sesuai dengan 6 standar asuhan kebidanan
dengan pendekatan managemen kebidanan.

iv

20

1.3.2 Tujuan Khusus


Dapat :
1.3.2.1 Melakukan pengkajian pada Ny. A Mulai Dari Masa
Kehamilan Sampai Dengan Masa KB di BPM Sofa, Desa
Mancar Peterongan Jombang Tahun 2016.
1.3.2.2 Menyusun diagnosa kebidanan sesuai dengan perioritas pada
Ny. A Mulai Masa Kehamilan Sampai Dengan Masa KB di
BPM Sofa, Desa Mancar Peterongan Jombang Tahun 2016.
1.3.2.3 Merencanakan asuhan kebidanan secara Continuity of Care
pada Ny. A Mulai Dari Masa Kehamilan Sampai Dengan
Masa KB di BPM Sofa, Desa Mancar Peterongan Jombang
Tahun 2016.
1.3.2.4 Merencanakan asuhan kebidanan secara Continuity of Care
pada Ny. A Mulai Dari Masa Kehamilan Sampai Dengan
Masa KB di BPM Sofa, Desa Mancar Peterongan Jombang
Tahun 2016.
1.3.2.5 Melakukan evaluasi asuhan kebidanan yang telah dilaksanakan
pada Ny. A Mulai Dari Masa Kehamilan Sampai Dengan
Masa KB di BPM Sofa, Desa Mancar Peterongan Jombang
Tahun 2016.
1.3.2.6 Mendokumentasikan

asuhan

kebidanan

yang

telah

dilaksanakan pada Ny. A Mulai Dari Masa Kehamilan


Sampai Dengan Masa KB di BPM Sofa, Desa Mancar
Peterongan Jombang Tahun 2016 dalam bentuk SOAP.
1.4 Ruang Lingkup
Sasaran

: Sasaran asuhan kebidanan ditujukan kepada ibu dengan


memperhatikan Continuity of Care mulai hamil, bersalin, nifas,
neonates dan KB.

iv

21

Tempat

: Asuhan kebidanan ini dilaksanakan di BPM Sofa, Mancar,


Peterongan, Jombang.

Waktu

: Waktu pemberian asuhan kebidanan ini dilaksanakan mulai


dari pembuatan proposal yaitu pada tanggal 1 Januari 2016
hingga pemberian asuhan kebidanan berakhir.
Frekuensi pemberian asuhan dilakukan sebanyak minimal 14
kali dengan rincian :
Saat hamil TM III

3 kali

Saat bersalin

1 kali

Saat nifas

4 kali

Neonatus

4 kali

KB

2 kali

1.5 Manfaat
1.5.1

Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil Laporan Tugas Akhir ini diharapkan dapat
menjadi referensi atau masukan bagi perkembangan pelayanan
kebidanan pada masa hamil, bersalin nifas, neonatus dan KB.

1.5.2

Manfaat Praktis
1.5.2.1 Bagi Penulis
Menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan,
serta bahan dalam penerapan asuhan kebidanan dalam
batas Continuity of Care, terhadap ibu hamil, bersalin, nifas,
bayi baru lahir, neonatus dan pelayanan kontrasepsi. Dapat
dijadikan bahan perbandingan untuk Laporan Tugas Akhir
selanjutnya.
1.5.2.2 Manfaat Instittusi Pendidikan
Dijadikan sebagai bahan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), khususnya dalam

iv

22

memberikan informasi tentang perbahan fisiologis dan


psikologis dan asuhan yang diberikan pada ibu hamil,
bersalin, nifas, bayi baru lahir dan pelayanan kontrasepsi
dalam batasan Continuity of Care.
1.5.2.3 Bagi Lahan
Diharapkan sebagai bahan masukan sebagai bahan
masukan

bagi

puskesmas

mojoagung

dalam

rangka

meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan pelaksanaan


Asuhan Kebidanan ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir
dan pelayanan kontrasepsi dalam batasan Continuity of Care.
1.5.2.4 Bagi Petugas Kesehatan
Dari hasil penulisan ini dapat memberikan asuhan
terhadap tenaga kesehatan untuk lebih mempertahankan dan
meningkatkan asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin,
nifas, neonatus, dan KB secara profesional agar terhindar dari
komplikasi.
1.5.2.5 Bagi Klien
Sebagai bahan masukan dan data tambahan ilmu
pengetahuan secara luas serta pengalaman bagi klien untuk
ikut memperhatikan dan melaksanakn tindakan tindakan
yang telah diberikan oleh bidan atau petugas.
1.6 METODE MEMPEROLEH DATA
Metode yang digunakan dalam Proposal Laporan Tugas Akhir ini adalah:
1.6.1

Studi Kepustakaan
Penulis mencari, mengumpulkan, dan mempelajari refrensi
dengan kasus yang dibahas yaitu Ibu Hamil, Bersalin, Nifas,
Neonatus, KB dari beberapa buku informasi dan internet.

1.6.2

Studi Pendahuluan

iv

23

Meminta surat pengantar dari institusi, kemudian penulis


mendatangi rumah bidan meminta izin untuk melakukan studi kasus
serta meminta data klien yang diambil.
1.6.3

Studi Kasus
Melaksanakan Studi Kasus dengan menggunakan Asuhan
Kebidanan

yang

meliputi

pengkajian

data,

merumuskan

diagnosa/masalah aktual maupun potensial, melaksanakan tindakan


segera atau kolaborasi perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan,
evaluasi terhadap Asuhan Kebidanan pada Ny. A Mulai Dari Masa
Kehamilan Sampai Dengan Masa KB di BPM Sofa, Desa Mancar
Peterongan Jombang Tahun 2016. Untuk melakukan pengkajian
data dapat menggunakan metode :
1.6.3.1 Anamnese
Penulis melakukan tanya jawab dengan klien serta
keluarga yang dapat membantu memberikan informasi yang
dibutuhkan.
1.6.3.2 Pemeriksaan Fisik
Melakukan pemeriksaan fisik secara sistematis pada
klien mulai dari kepala sampai kaki (head to toe) secara
inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi yang menunjang
kelancaran.
1.6.3.3 Studi Dokumentasi
Studi dilakukan dengan mempelajari status kesehatan
klien yang bersumber dari catatan bidan, maupun sumber lain
Studi dokumentas.
Studi dilakukan dengan mempelajari status kesehatan
klien yang bersumber dari catatan bidan, maupun dari sumber
lain
1.6.3.4 Diskusi

iv

24

Penulis mengatakan diskusi dengan tenaga kesehatan


yaitu bidan yang menangani langsung klien tersebut serta
diskusi dengan dosen pembimbing studi kasus.
1.6.3.5 Pemeriksaan Penunjang
Data diperoleh dari pemeriksaan :
a. Laboratorium Meliputi : Pemeriksaan Hemoglobin,
Golongan Darah, Albumin, reduksi, VCT.
b. USG sebagai penunjang deteksi dini komplikasi pada
kehamilan.
1.7 SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I

: PENDAHULUAN
Menguraikan tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah,
Tujuan

Penelitian,

Ruang

Lingkup,

Manfaat,

Metode

Memperoleh Data, serta Sistematika Penulian


BAB II

: TINJAUN PUSTAKA
2.1 Konsep Teori
2.1.1 Konsep Dasar Teori Kehamilan
2.1.2 Konsep Dasar Teori Persalinan
2.1.3 Konsep Dasar Teori Nifas
2.1.4 Konsep Dasar Teori Neonatus
2.1.5 Konsep Dasar Teori Keluarga Berencana
2.2 Penelitian Relevan
2.3 Konsep Dasar Standart Asuhan Kebidanan Sesuai
Permenkes No. 938/Menkes/SK/VIII/2007
2.4 Standar Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamian,
Persalinan, Nifas, Neonatus, dan KB.

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv

25

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KONSEP DASAR TEORI
2.1.1

Kehamilan

2.1.1.1 Definisi Kehamilan


Kehamilan diefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan
dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau
implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya
bayi,kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu
atau

10

bulan

atau

bulan

menurut

kalender

internasional.kehamilan dibagi dalam 3 trimester dimana trimester


kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu
(minggu ke 13 minggu ke 27) ,dan trimester ketiga 13 minggu
(minggu ke 28 minggu ke 40) (Prawiroharjo. S, 2009 : 213).
Masa Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya
janin, lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9
bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan
dibagi menjadi 3 triwulan pertama dimulai sampai 3 bulan,
triwulan kedua dari bulan ke-4 sampai ke-6, triwulan ketiga dari
bulan ke-7 sampai 9 bulan (Prawirohardjo. S, 2010 : 89 ).
Kehamilan adalah waktu transisi, yakni suatu masa antara
kehidupan sebelum memiliki anak yang sekarang berada dalam
kandungan dan kehidupan nanti setelah anak tersebut lahir .
perubahan status yang radikal ini dipertimbangka sebagia suatu
krisis disertai periode tertentu untuk menjalani proses persiapan
psikologis yang secara normal sudah ada selama kehamilan dan
mengalami puncaknya pada saat bayi lahir. (Sukarni. I dan Wahyu,
2013 : 63).

iv

26

Kehamilan adalah rangkaian peristiwa yang baru terjadi bila


ovum dibuahi dan pembuahan ovum akhirnya berkembang sampai
menjadi fetus yang aterm ( Guyton dalam buku Sukarni. I dan
Wahyu, 2013: 63). Kehamilan adalah dikandungnya janin hasil
pembuahan sel telur oleh sel sperma (Kushantanti dalam buku
Sukarni. I dan Wahyu, 2013: 63).
2.1.1.2 Tanda Tanda Kehamilan
a. Tanda mungkin
1) Perubahan pada payudara,meliputi rasa nyeri,penuh,atau
geli serta pembesaran atau penggelapan warna areola .
2) Mual dan muntah dipagi hari
3) Amenore (tidak haid)
4) Sering berkemih
5) Kelelahanpembesaran uterus sehingga dapat teraba diatas
simfisis pubis
6) Quickening (gerakan janin pertama yang dirasakan oleh
ibu)
7) Linea nigra (garis dengan pigmen gelap di abdomen)
8) Melssma (pigmen gelap diwajah)
9) Strie

gravidarum

(garis-garis

berwarna

merah

di

abdomen)
b. Tanda sangat mungkin
1) Tes laboratorium yang menunjukkan adanya hormone
HCG dalam darah dan urine
2) Tanda chadwick (perubahan warna vagina dari merah
jambu menjadi keunguan)
3) Tanda goodell (perlunakan serviks)
4) Tanda hegar (perlukaan segmen bawah bawah rahim)

iv

27

5) Ballottement (janin dapat dirasakan naik melawan dinding


abdomen ketika segmen bawah Rahim ditepuk pada
pemeriksaan bimanual)
6) Kontraksi Braxton hicks (ketegangan pada uterus secara
periodik)
7) Palpasi kerangka luar janin pada abdomen
c. Tanda Positif Kehamilan
1) Bukti kerangka luar janin melalui ultrasonografi
2) Denyut jantung janin terdengar dengan ultrasonografi,
dopler, funduscop
3) Palpasi gerakan janin pada abdomen
(Comerford. K, 2013 : 5-8)
2.1.1.3 Adaptasi Perubahan Fisiologi dan Psikologi
Tabel 2.1 Perubahan Fisiologi dan Psikologi pada Kehamilan
Trimester Perubahan Fisik
Trimester Pembesaran payudara

Perubahan Psikologi
Penolakan

Pertama

Perubahan berat badan

Kecewa

(minggu

Peningkatan volume

Merasa tidak sehat

darah

Seringkali membenci

0-13)

Perubahan sistem

Trimester

pernafasan
Pembesaran abdomen

Merasa sehat

kedua

Hiperpigmentasi

Bias menerima

kehamilannya

(minggu

kehamilannya

14-26)

Berfikir positif

Sudah mulai
merasakan kehadiran

iv

28

janinnya sebagai
seseorang diluar dari
Trimester

Hiperlordosis.

dirinya sendiri.
Waspada

ketiga

Pembesaran abdomen.

Ibu merasa tidak

(minggu

Perubahan frekuensi

sabar menunggu

berkemih.

kelahiran bayinya.

27-40)

Perubahan

Ibu merasa khawatir

ketidaknyamanan tulang

atau takut apabila

dan otot.

bayi yang

Gangguan tidur.

dilahirkannya tidak

Perubahan sensasi
terhadap nyeri.

normal.

Ibu merasa sedih akan


berpisah dari bayinya
dan kehilangan
perhatian khusus yang
diterima selama

hamil.
(Pusdiknakes, 2015 : 48-49)
2.1.1.4 Perubahan Organ Tubuh Selama Kehamilan
a. Jantung dan Pembuluh Darah
Selama kehamilan, jumlah darah yang dipompa oleh
jantung setiap menitnya (cardiac output, curah jantung)
meningkat samapai 30-50%. Setelah mencapai kehamilan 30
minggu, curah jantung agak menurun karena rahim yang
membesar menekan vena yang membawa darah dari tungkai
ke jantung. Selam persalinan, curah jantung meningkat
sebesar 30%, setelah persalinan curah jantung menurun

iv

29

sampai 15-25% diatas batas kehamilan, lalu secara perlahan


kembali ke batas kehamilan.
Peningkatan

curah

jantung

selama

kehamilan

kemungkinan terjadi karena adanya perubahan dalam aliran


darah ke rahim. Karena janin terus tumbuh maka darah lebih
banyak dikirim ke rahim ibu. Pada akhir kehamilan rahim
menerima seperlima dari seluruh darah ibu.
Selama kehamilan, volume darah dalam peredaran
meningkat sampai 50%, tetapi jumlah sel darah merah yang
mengangkut oksigen hanya meningkat sebesar 25-30%.
Untuk alasan yang belum jelas, jumlah sel darah putih (yang
berfungsi melindungi tubuh terhadap infeksi) selama
kehamilan, pada saat persalinan dan beberapa hari setelah
persalinan, agak meningkat.
b. Ginjal
Selama kehamilan, ginjal bekerja lebih berat. Ginjal
menyaring darah yang volumenya meningkat (sampai 3050% atau lebih), yang puncaknya terjadi pada kehamilan 1624 minggu sampai sesaat sebelum persalinan (pada saat ini
aliran darah ke ginjal berkurang akibat penekanan rahim
yang membesar).
Dalam keadaan normal, aktivitas ginjal meningkat
ketika berbaring dan menurun ketika berdiri. Kadaan ini
semakin menguat pada saat kehamilan, karena itu wanita
hamil sering merasa ingin berkemih ketika mereka mencoba
untuk berbaring/tidur.
Pada akhir kehamilan, peningkatan aktivitas ginjal
yang lebih besar terjadi pada wanita hamil yang tidur miring.
Tidur miring mengurangi tekanan dari rahim pada vena yang

iv

30

membawa darah dari tungkai. Sehingga terjadi perbaikan


aliran darah yang selanjutnya akan meningkatkan aktivitas
ginjal dan curah jantung.
c. Paru-paru
Ruang yang diperlukan oleh rahim yang membesar dan
meningkatnya

pembentukan

hormon

progesteron

menyebabkan paru-paru berfungsi lain dari biasanya. Wanita


hamil bernpas lebih cepat dan lebih dalam karena
memerlukan lebih banyak oksigen untuk dirinya dan untuk
janin. Lingkar dada wanita hamil agak membesar.
Lapisan saluran pernapasan menerima lebih banyak
darah dan menjadi agak tersumbat oleh penumpukan darah
(kongesti). Kadang hidung dan tenggorokan mengalami
penyumbatan parsial akibat kongesti ini. Tekanan dan
kualitas suara wanita hamil agak berubah.
d. Sistem pencernaan
Rahim yang semakin membesar akan menekan rektum
dan

usus

bagian

bawah

sehingga

terjadi

sembelit

(konstipasi). Sembelit semakin berat karena gerakan otot di


dalam usus diperlambat oleh tingginya kadar progesteron.
e. Kulit
Topeng kehamilan (melasma) adalah bintik-bintik
pigmen kecoklatan yang tampak dikulit kening dan pipi.
Peningkatan pigmentasi juga terjadi di sekeliling puting
susu. Sedangkan di perut bawah bagian tengah biasanya
tampak garis gelap.
Spider angioma (pembuluh darah kecil yang memberi
gambaran seperti laba-laba) bisa muncul dikulit, biasanya di

iv

31

atas pinggang. Sedangkan perlebaran pembuluh darah kecil


yang berdinding tipis seringkali tampak di tungkai bawah.
f. Hormon
Kehamilan mempengaruhi hampir semua hormon di
dalam tubuh. Plasenta menghasilkan sejumlah hormon untuk
membantu

tubuh

dalam

mempertahankan

kehamilan.

Hormon utama yang dihasilkan oleh plasenta adalah HCG,


yang

berperan

mencegah

ovulasi

dan

merangsang

pembentukan esterogen serta progesteron oleh ovarium


untuk mempertahankan kehamilan.
(Purwoastuti E, 2015: hal 75)
2.1.1.5 Perubahan-Perubahan Pada Ibu Hamil Trimester III
a. Sakit punggung disebabkan karena meningkatnya beban berat
yang anda bawa yaitu bayi dalam kandungan.
b. Pernapasan, pada kehamilan 33-36 minggu banyak ibu hamil
yang susah bernafas, ini karena tekanan bayi yang berada di
bawah diafragma menekan paru ibu, tapi setelah kepala bayi
yang sudah turun kerongga panggul ini biasanya pada 2-3
minggu sebelum persalinan maka akan merasa lega dan
bernafas lebih muda.
c. Sering buang air kecil, pembesaran rahim, dan penurunan bayi
ke PAP membuat tekanan pada kandung kemih ibu.
d. Kontraksi perut, bartocks-hicks kontraksi palsu berupa rasa
sakit yang ringan, tidak teratur dan kadang hilang bila duduk
atau istirahat.
e. Cairan vagina, peningkatan cairan vagina selama kehamilan
adalah normal. Cairan biasanya jernih, pada awal kehamilan
biasanya agak kental dan pada persalinan lebih cair.
(Elisabeth Siwi Walyani, 2015)

iv

32

2.1.1.6 Kebutuhan Dasar Ibu Hamil


Kebutuhan fisik pada ibu hamil sangat diperlukan, antara lain
yaitu:
a. Oksigen
Kebutuhan oksigen adalah kebutuhan yang utama pada
manusia termasuk ibu hamil. Berbagai gangguan pernapasan
bisa

terjadi saat

hamil

sehingga akan

mengganggu

pemenuhan kebutuhan oksigen pada ibu yang akan


berpengaruh pada bayi yang dikandung.
Untuk mencegah hal tersebut diatas dan untuk
memenuhi kebutuhan oksigen maka ibu hamil perlu
melakukan:
1) Latihan nafas melalui senam hamil
2) Tidur dengan bantal yang lebih tinggi
3) Makan tidak terlalu banyak
4) Kurangi atau hentikan merokok
5) Konsul ke dokter bila ada gangguan pernapasan
b. Nutrisi
Pada saat hamil ibu harus makan makanan yang
mengandung nilai gizi bermutu tinggi meskipun tidak berarti
makanan yang mahal. Gizi pada waktu hamil harus
ditingkatkan hingga 300 kalori per hari, ibu hamil harusnya
mengonsumsi yang mengandung protein, zat besi, dan
minum cukup cairan (menu seimbang).
Di trimester ke III, ibu hamil butuh bekal energi yang
memadai. Selain untuk mengatasi beban yang kian berat,
juga sebagai cadangan energi untuk persalianan kelak. Itulah
sebabnya

pemenuhan

iv

gizi

seimbang

tidak

boleh

33

dikesampingkan baik secara kualitas mauppun kuantitas.


Pertumbuhan otak janin akan terjadi cepat sekali pada dua
bulan terakhir menjelang persalinan. Karena itu, jangan
sampai kekurangan gizi.
Berikut ini sederet zat gizi yng sebaiknya lebih
diperhatikan pada kehamilan trimester III ini, tentu tanpa
mengabaikan zat gizi lainnya:
1) Kalori
Kebutuhan kalori selama kehamilan adalah sekitar
70.000-80.000 kilo kalori (kkal), dengan pertambahan
berat badan sekitar 12,5 kg. Pertambahan kalori ini di
perlukan terutama pada 20 minggu terakhir. Untuk itu,
tambahan kalori yang diperlukan setiap hari adalah sekitar
285-300 kkal.
Tambahan kalori diperlukan untuk pertumbuhan
jaringan janin dan plasenta dan menambah volume darah
serta cairan amnion (ketuban). Selain itu, kalori juga
berguna

sebagai

cadangan

ibu

untuk

keperluan

melahirkan dan menyusui.


Agar kebutuhan kalori terpenuhi, anda harus
menggenjot konsumsi makanan dari sumber karbohidrat
dan lemak. Karbohidrat bisa diperoleh melalui serelia
(padi-padian) dan produk olahannya kentang, gula,
kacang-kacangan, biji-bijian dan susu. Sementara untuk
lemak, anda bisa mengonsumsi mentega, susu, telur,
daging berlemak, alpukat, dan minyak nabati.
2) Protein

iv

34

Selama kehamila kebutuhan protein juga meningkat,


bahkan sampa 68 dari sebelum kehamilan. Hal ini
disebabkan protein juga diperlukan untuk pertumbuhan
jaringan pada janin. Jumlah protein yang harus tersedia
sampai akhir kehamilan diperkirakan sebanyak 925 gr,
yang tertimbun dalam jaringan ibu, plasenta, serta janin.
Dianjurkan penambahan protein sebanyak 12 gr per hari
selama kehamilan. Dengan demikian, dalam 1 hari asupan
protein dapat mencapai 75-100 gr (sekitar 12 dari total
jumlah kalori. (Pusdiknakes, 2015 : 51)
3) Vitamin C
Yang dibutuhkan janin tergantung dari asupan
makanan ibunya. Vitamin C merupakan antioksidan yang
melindungi jaringan dari kerusakan dan dibutuhkan untuk
membentuk kolagen dan mengantarkan sinyal kimia
diotak.,

wanita

hamil

setiap

harinya

disarankan

mengkonsumsi 85 mg vit C per hari. Sumber vit C dapat


didapatkan dari makanan seperti tomat, jeruk, stroberi,
jambu biji dan brokoli. Makanan yang kaya vitamin C
juga membantu penyerapan zat besi dalam tubuh.
(Pusdiknakes , 2015 : 53)
4) Vitamin A
Vitamin ini memegang peranan penting dalam
fungsi tubuh, termasuk fungsi pengelihatan, imunitas serta
perkembangan dan pertumbuhan embrio. Kekurangan
vitamin A dapat mengakibatkan kelahiran prematur dan
bayi berat lahir rendah. (Pusdiknakes, 2015 :53)
5) Kabalamin (vitamin B12)

iv

35

Anemia pernisiosa yang disertai dengan rasa letih


yang parah merupakan akibat dari defisiensi B12. Vitamin
ini sangat penting dalam pembentukan sel darah merah.
Anemia pernisiosa biasanya tidak disebabkan oleh
kekurangan

B12

dalam

makanan,

melaikan

oleh

ketidakadaan faktor intrinsic, yaitu sekresi gaster yang


diperlukan untuk penyerapan B12. Gejala anemia ini
meliputi rasa letih dan lemas hebat, diare, depresi,
ngantuk, mudah tersinggu serta pucat. Diantara golongan
vitamin B kompleks banyak di temukan pada daging dan
buah. Pangan sumber vitamin B12 ialah hati, telur, ikan
(tuna), kerang, daging, ungags, susu, keju buah jambu
merah. (MB Arisman, 2010 : 19)
6) Vitamin B6 ( Piridoksin)
Vitamin ini dibutuhkan untuk menjalankan lebih
dari 100 reaksi kimia didalam tubuh yang melibatkan
enzim. Selain membantu metabolisme asam amino,
karbohidrat, lemak dan pembentukan sel darah merah,
juga berperan dalam pembentukan neutrotransmitter
(senyawa kimia penghantar pesan antar sel saraf).
Semakin berkembang otak janin, semakin meningkat pula
kemampuan untuk menghantarkan pesan.
Kecukupan vitamin B6 bagi ibu hamil adalah
sekitar 2,2 miligram sehari. Makanan hewani adalah
sumber yang kaya akan vitamin ini.
7) Yodium
Yodium dibutuhkan sebagai pembentuk senyawa
yang berperan mengontrol setiap metabolisme sel baru
yang terbentuk. Bila kekurangan senyawa ini, akibatnya

iv

36

proses perkembangan janin, termasuk otaknya terhambat


dan terganggu. Janin akan tumbuh kerdil.
Sebaliknya, jika tiroksin berlebih, sel-sel baru akan
tumbuh

secara

berlebihan

sehingga

janin

tumbuh

melampaui ukuran normal. Karenanya, cermati asupan


yodium ke dalam tubuh saat hamil. Angka yang ideal
untuk konsumsi yodium adalah 175 mikrogram perhari.
8) Tiamin (vitamin B1), Riboflavin (B2), dan Niasin (B3)
Deretan vitamin ini akan membantu enzim untuk
mengatur metabolisme sistem pernafasan dan energi. Ibu
hamil dianjurkan untuk mengonsumsi Tiamin sekitar 1,2
miligram perhari, Riboflavin sekitar 1,2 miligram perhari
dan Niasin 11 miligram perhari. Ketiga vitamain B ini
bisa anda konsumsi dari keju, susu, kacang-kacangan, hati
dan telur.
9) Zat Besi
Kebutuhan

Fe

ibu

hamil

meningkat

(untuk

pembentukan plasenta dan sel darah merah). Perkiraan


besar zat besi yang perlu ditimbunselama hamil ialah
1040 mg. dari jumlah ini, 200 mg Fe terlalu tertahan oleh
tubuh ketika melahirkan dan 840 mg sisanya hilang.
Sebanyak 300 mg besi ditransferke janin, dengan rincian
50-75 mg untuk pembentukan plasenta, 450 mg untuk
menambah jumlah sel darah merah, dan 200 mg lenyap
ketika melahirkan.
Penambahan asupan besi, baik lewat makanan dan
atau pemberian suplemen, terbukti mampu mencegah
penurunan

akibat

hemidilusi.

Untuk

mencegah

kekurangan zat besi, setiap ibu hamil di anjurkan unuk

iv

37

menelan besi sebanyak 30 mg per hari dimulai pada


minggu ke 12 kehamilan yang diteruskan sampai 3 bulan
pasca postpartum, perlu diberikan setiap hari. (MB
Arisman, 2010 : 16)
10) Asam Folat
Merupakan

satu

satunya

vitamin

yang

kebutuhannya selama hamil berlipat dua. Sekitar 2460wanita, mengalami kekurangan asam folat karena
kandungan asam folat didalam makanan tidak cukup untu
memenuhi kebutuhan ibu hamil.
Jenis makanan yang mengandung asam folat antara
lain ragi, hati, brokoli, sayur daun hijau, kacang kacangan,
daging, jeruk, jambu merah, telur. (MB Arisman, 2010 :
19)
11) Kalsium
Janin mengumpulkan kalsium dari ibunya sekitar
25-30 mg sehari. Paling banyak ketika trimester ke III
kehamilan. Ibu hamil dan bayi membutuhkan kalsium
untuk menguatkan tulang dan gigi. Selain itu kalsium juga
digunakan untuk membantu pembuluh darah berkontraksi
dan

berdilatasi.

Kalsium

juga

diperlukan

untuk

mengantarkan sinyal syaraf, kontraksi otot daa sekresi


otot. Jika kebutuhan kalisium tidak tercukupi dari
makanan, kalsium yang dibutuhkan janin akan diambil
dari ibu. Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah sekitar
1000 mg/hari. Sumber kalsium dari makanan diantaranya
adalah susu, yougurt, ikan teri. (Pusdiknakes, 2015 : 53)
12) Air

iv

38

Kebutuhan ibu hamil di trimester III ini bukan


hanya dari makanan tapi juga dari cairan. Air sangat
penting untuk pertumbuhan sel-sel baru, mengatur suhu
tubuh, melarutkan dan mengatur proses metabolisme zatzat gizi, sertz mempertahankan volume darah yang
meningkat selama masa kehamilan.
Jika cukup mengonsumsi cairan, buang air besar
akan lancar sehingga terhindar dari sembelit serta resiko
terkena infeksi saluran kemih. Sebaiknya minum 8 gelas
air putih sehari.selain air putih, bisa pula dibantu dengan
jus buah, makanan berkuah dan buah-buahan. Tapi jangan
lupa, agar bobot tubh tidak naik berlebihan, kurangi
minum bergula seperti sirup dan softdrink.
c. Personal Hygiene
Tujuan perawatan personal hygiene (Tarwoto dan
Wartonah, 2006 dan Ambarwati, E.R dan Sunarsih, 2009).
1) Meningkatkan derajat kesejahteraan seseorang
2) Memelihara kebersihan diri seseorang
3) Memperbaiki personal hygiene yang kurang
4) Pencegahan penyakit
5) Meningkatkan percaya diri seseorang
6) Menciptakan keindahan
d. Eliminasi
Pada kehamilan trimester III frekuensi BAK meningkat
karena penurunan kepala ke PAP (Pintu Aatas Panggul),
BAB

sering

konstipasi

proesterone meningkat.
e. Seksual

iv

(seembelit)

karena

hormone

39

Kebutuhan seksual pada trimester III yaitu minat


menurun lagi libido dapat turun kembali ketika kehamilan
memasuki trimester ketiga. Rasa nyaman sudah jauh
berkurang. Pegel di punggung dan pinggul, tubuh bertambah
berat dengan cepat, nafas lebih sesak (karena besarnya janin
mendesak dada dan lambung), dan kembali merasa mual,
itulah beberapa penyebab menurunnya minat seksual. Tapi
jika termasuk yang tidak mengalami penurunan libido di
trimester ketiga, itu adalah hal yang normal, apalagi jika
termasuk yang menikmati masa kehamilan.
(Elisabeth Siwi Walyani, 2015 : 93-108)
f. Istirahat/Tidur Serta Posisi Tidur Ibu Hamil Yang Baik
Wanita hamil harus mengurangis semua kegiatan yang
melelahkan, tapi tidak boleh digunakan sebagai alasan untuk
menghindari pekerjaan yang tidak disukainya. Ibu hamil juga
harus menghindari posisi duduk, berdiri dalam waktu yang
sangat lama. Kebiasaan tidur larut malam dan kegiatankegiatan malam hari harus dipertimbangkan dan kalua
mungkin dikurangi hingga seminimal mungkin. Tidur malam
sekitar 8 jam tidur siang, kurang lebih 1 jam. Jadwal istirahat
dan tidur perlu diperhatikan dengan baik karena dapat
meningkatkan

kesehatan

jasmani

dan

rohani

untuk

kepentingan perkembangan dan pertumbuhan janin.


Sebaiknya ibu tidur dengan posisi miring kesisi kiri
untuk memberi keuntungan janin agar mendapatkan aliran
darah dan nutrisi yang maksimal keplasenta karena adanya
vena cava inferior dibagian belakang sebelah kanan spina
yang mengembalikan darah dari tubuh bagian bawah
kejantung. Juga dapat membantu ginjal untuk membuang

iv

40

sisa produk dan cairan dari tubuh ibu sehingga mengurangi


pembengkakan di tangan, kaki dan pergelangan kaki. Tips
untuk tidur dengan posisi yang lebih nyaman letakkan bantal
diantara dengkul dan satu di punggung atau memilih bantal
tidur untuk ibu hamil.
2.1.1.7 Pertumbuhan/Perkembangan Janin Bayi Dalam Rahim
Kandungan Ibu pada Trimester III
a. Minggu Ke-29
Beratnya sekisar 1250 gram, panjang rata-rata 37 cm.
Kelahiran premature mesti diwaspadai karena umumnya
meningkatkan keterlambatan perkembangan fisik maupun
mentalnya. Bila dilahirkan di minggu ini, ia mampu bernafas
meski dengan susah payah. Iapun bisa menangis, kendati
masih terdengar lirih. Kemampuannya bertahan untuk hidup
masih tipis karena perkembangan paru-parunya belum
sempurna.

Meski

dengan

perawatan

yang

baik

dan

terkoordinasi dengan ahli lain yang terkait, kemungkinan


hidup bayi prematur cukup besar.
b. Minggu Ke-30
Beratnya mencapai 1400 gram, kisaran panjang 38 cm.
Puncak rahim yang berada sekisar 10 cm diatas pusar
memperbesar rasa tak nyaman, terutama pada panggul dan
perut seiring bertambah besar kehamilan. Mulai denyutan
halus, sikutan/tendangan sampai cepat meliuk-liuk yang
menimbulkan rasa nyeri. Aktifnya gerakan ini tak mustahil
akan membentuk simpul-simpul pada tali pusat. Bila sampai
membentuk simpul mati tentu sangat membahayakan karena
suplai gizi dan oksigen dari ibu jadi terhenti atau paling tidak
terhambat.

iv

41

c. Minggu Ke-31
Berat bayi sekisar 1600 gram, taksiran panjang 40 cm.
Waspadai bila pada ibu muncul gejala nyeri dibawah tulang
iga sebelah kanan, sakit kepala maupun penglihatan
berkunang-kunang. Terutama bila disertai tekanan darah
tinggi yang mencapai peningkatan lebih dari 30 ml/Hg. Itu
sebab, pemeriksaan tekanan darah rutin dilakukan pada setiap
kunjungan ke bidan/dokter.
Cermati pula gangguan aliran darah ke anggota tubuh
bawah yang membuat kaki jadi bengkak. Pada gangguan
ringan, anjuran untuk lebih banyak beristirahat dengan
berbaring miring sekaligus mengurangi aktivitas, bisa
membantu.
d. Minggu Ke-32
Pada usia ini berat bayi harus berkisar 1800-2000 gram,
panjang tubuh 42 cm. Kunjungan rutin diperketat/lebih
intensif dari sebulan sekali menjadi 2 minggu sekali.
e. Minggu Ke-33
Beratnya lebih dari 2000 gram, panjangnya sekisar 43
cm. Di minggu ini mesti diwaspadai terjadi abrupsio plasenta
atau plasenta lepas dari dinding rahim.
f. Minggu Ke-34
Berat bayi hampir 2275 gram, taksiran panjang sekisar
44 cm. Idealnya, di minggu ini dilakukan tes untuk menilai
kondisi kesehatan si bayi secara umum. Penggunaan USG
bisa dimanfaatkan untuk pemeriksaan ini, terutama evaluasi
terhadap

otak,

jantung

dan

organ

lain.

Sedangkan

pemeriksaan lain yang biasa dilakukan adalah tes non-stres


dan profil biofisik.

iv

42

g. Minggu Ke-35
Secara fisik bayi berukuran sekisar 45 cm, berat 2450
gram. Mulai minggu ini bayi umumnya sudah matang fungsi
paru-parunya. Ini sangat penting karena kematangan paruparu sangat menentukan life viabilitas atau kemampuan si
bayi untuk bertahan hidup. Kematangan fungsi paru-paru ini
sendiri akan dilakukan lewat pengambilan cairan amnion
untuk menilai lesitin spingomyelin atau selaput tipis yang
menyelubungi paru-paru.
h. Minggu Ke-36
Berat bayi harusnya mencapai 2500 gram, panjang 46
cm. Pemeriksaan rutin diperketat jadi seminggu sekali.
i. Minggu Ke-37
Dengan panjang 47 cm, berat 2950 gram. Di usia ini
bayi dikatakan aterm atau siap lahir karena seluruh fungsi
organ-organ tubuhnya bisa matang untuk bekerja sendiri.
Kepala bayi biasanya masuk ke jalan lahir dengan posisi siap
lahir. Kendati sebagian kecil di antaranya dengan posisi
sungsang. Di mingu ini biasanya dilakukan pula pemeriksaan
dalam untuk mengevaluasi kondisi kepala bayi, perlukan jalan
lahir guna mengetahui sudah mencapai pembukaan berapa.
j. Minggu Ke-38
Berat Bayi sekisar 3100 gram, panjang 48 cm. Rasa
cemas menanti-nantikan saat melahirkan yang mendebarkan
bisa membuat ibu mengalami puncak gangguan emosional.
Ibu dapat melakukan relaksasi dengan melatih pernafasan
sebagai bekal menjelang persalinan. Meski biasanya akan
ditunggu sampai usia kehamilan 38 minggu.
k. Minggu Ke-39

iv

43

Di usia kehamilan ini bayi mencapai berat sekisar 3250


gram, panjang sekisar 49 cm. Di minggu ini perlu siaga
menjaga agar kehamilan jangan sampai postmatur atau lewat
waktu. Karena bila terjadi hal demikian, plasenta tak mampu
lagi menjalani fungsinya untuk menyerap suplai makanan dari
ibu bayi, hingga kekurangan gizi. Penurunan fungsi plasenta
bisa diketahui berdasarkan evaluasi terhadap fungsi dinamik
janin, arus darah, nafas dan gerak bayi serta denyut
jantungnya lewat pemeriksaan CTG (kardiotokografi), USG
maupun doppler.
Dari

evaluasi

tersebur

akan

dinilai

apakah

memungkinkan dan memang saatnya untuk memberi induksi


persalinan. Kalau fungsi arusnya darah tak baik, tentu tak
dianjurkan lahir pervaginam yang justru berisiko bayi
mengalami hipoksia.
l. Minggu Ke-40
Panjangnya mencapai kisaran 45-55 cm, berat sekisar
3300 gram. Betul-betul cukup bulan dan siap dilahirkan. Jika
laki-laki, testisnya sudah turun ke skrotum. Pada wanita, labia
mayora (bibir kemaluan bagian luar) sudah berkembang baik
dan menutupi labia minora (bibir kemaluan bagian dalam).
(Rismalinda, 2015: hal 60-63)
2.1.1.8 Pelayanan Asuhan Antenatal Terpadu
Pelayanan anttenatal

terpadu merupakan pelayanan

komperehensif dan berkualitas mencakup pelayanan promotif,


preventif, kuratif dan rehabilitatif selama kehamilan yang
bertujuan untuk memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh
pelayanan antenatal yang berkualitas sehingga mampu menjalani

iv

44

kehamilan dengan sehat, bersalin dengan selamat, dan melahirkan


bayi yang sehat.
a. Pelayanan ANC 14 T
1) Imbang Berat Badan dan Tinggi badan
Tinggi badan ibu dikategorikan adanya resiko apabila
hasil pengukuran < 145 cm. berat badan ditimbang
setiap ibu datang atau berkunjung untuk mengetahui
kenaikan berat badan dan penurunan berat badan.
Kenaikan berat badan Ibu hamil normal rata-rata antara
6,5 kg sampai 16 kg
2) Tekanan Darah
Diukur setiap kali ibu datang atau berkunjung, deteksi
tekanan darah yang cenderung naik diwaspadai adanya
gejala hipertensi dan preeklamsi. Apabila turun dibawah
normal, kita pikirkan ke arah anemia. Tekanan darah
normal berkisar systole/diastole : 110/80 120/80
mmHg.
3) Pengukuran Tinggi Fundus Uteri
Tabel 2.2 Usia Kehamilan Berdasarkan TFU
No.
TFU (Cm)
UK dalam Minggu
1
12 cm
12
2
16 cm
16
3
20 cm
20
4
24 cm
24
5
28 cm
28
6
32 cm
32
7
36 cm
36
8
40 cm
40
4) Pemberian Tablet Tambah Darah (Tablet Fe)
Untuk memenuhi kebutuhan volume darah pada ibu
hamil dan nifas.

iv

45

5) Pemberian Imunisasi TT
Tabel 2.3 Imunisasi TT
Imunisasi

Interval

Masa

Perlindungan

Perlindungan

Pada
kunjungan

TT 1

ANC

Tidak ada

Pertama
4 minggu
TT 2

setelah TT

80

3 tahun

95

5 tahun

99

10 tahun

1
6 bulan
TT 3

setelah TT
2
1 Tahun

TT 4

setelah TT
3
1 tahun

TT 5

setelah TT

25 tahun/

99

seumur hidup

4
6) Pemeriksaan Hb

Dilakukan pada kunjungan ibu hamil yang pertama kali,


lalu diperiksa lagi menjelang persalinan. Pemeriksaan
HB adalah salah satu upaya untuk mendeteksi anemia
pada ibu hamil.
7) Pemeriksaan Protein Urin
Untuk mengetahui adanya proein dalam urin ibu hamil.
Protein

ini

untuk

mendeteksi

ibu

hamil

preeklamsi
8) Pengambilan darah untuk pemeriksaan (VDRL)

iv

kearah

46

Pemeriksaan Veneral Desease Research Laboratory


(VDRL) untuk mengetahui adanya preponema pallidum
atau penyakit menular seksual, antara lain sipilis.
9) Pemeriksaan Urin Reduksi
Pemeriksaan urin reduksi hanya dilakukan kepada ibu
dengan indikasi penyakit gula atau DM
10) Perawatan Payudara
Manfaat perawatan payudara :
a) Menjaga kebersihan payudara terutama putting susu
b) Mengencangkan serta memperbaika bentuk puting
susu (pada putting susu terbenam)
c) Merangsang kelenjar kelenjar susu sehingga produksi
ASI lancar
d) Mempersiapkan ibu dalam laktasi
11) Senam ibu hamil
Bermanfaat

menbantu

mempercepat

ibu

pemulihan

dalam

setelah

persalinan
melahirkan

dan
serta

mencegah sembelit.
12) Pemberian obat malaria
Diberikan khusus ibu hamil yang terkena gejala malaria
dengan gejala khas malaria yaitu panas tinggi disertai
menggigil.
13) Pemberian kapsul minyak beryodium
Akibat kekurangan yodium dapat mengakibatkan gondok
dan kretin yang ditandai dengan :
a) Gangguan fungsi mental
b) Gangguan fungsi pendengaran
c) Gangguan pertumbuhan
d) Gangguan kadar hormone yang rendah

iv

47

14) Temu Wicara


Suatu bentuk wawancara (tatap muka) untuk menolong
orang lain memperoleh pengertian yang lebih baik
mengenai dirinya dalam usahanya untuk memahami dan
mengatasi permasalahan yang sedang dihadapinya.
b. Sasaran pelayanan
Untuk

mendapatkan

pelayanan

terpadu

dan

komperehensif sesuai standar minimal 4 kali selama


kehamilan. Kontak 4 kali dilakukan sebagai berikut:
1) 1 kali pada trimester pertama, yaitu sebelum usia
kehamilan 14 minggu.
2) 1 kali pada trimester kedua, yaitu selama umur kehamilan
14-28
3) 2 kali pada trimester ketiga, yaitu selama kehamilan 2836 minggu dan setelah umur kehamilan 36 minggu.
c. Jenis pelayanan
1) Anamnesis
2) Pemeriksaan
Tabel 2.4 Jenis Pemeriksaan Pelayanan Antenatal
Terpadu
No

Jenis Pemeriksaan

Trimester
I

II

III

Keterangan

Keadaan umum

Rutin

Suhu tubuh

Rutin

Tekanan darah

Rutin

Berat badan

Rutin

LILA

TFU

Rutin

Presentasi janin

Rutin

iv

Rutin

48

Rutin

Rutin
Rutin

Atas Indikasi

Atas Indikasi

BTA

Atas Indikasi

15

Darah sifilis

Atas Indikasi

16

Serologi HIV

Atas Indikasi

17

USG

*
*

Atas Indikasi

DJJ

Pemeriksaan Hb

10

Golongan darah

11

Protein urin

12

Gula darah/reduksi

13

Darah malaria

14

Rutin

d. Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) yang Efektif


Tabel 2.5 Materi KIE Efektif dalam Pelayanan Antenatal
Terpadu
No
1

Materi KIE
Persiapan

Isi Pesan
Tanda-tanda bahaya dalam

persalinan dan
kesiagaan

Tabulin

menghadapi

Tempat persalinan

Transportasi rujukan

Penolong persalinan

Calon donor darah

Pendamping persalinan

Inisiasi Menyusui

Suami siaga
Skin to skin contact untuk IMD

Dini dan ASI

Kolostrum, rawat gabung, ASI saja

komplikasi

kehamilan.

Eksklusif

6 bulan

iv

Tidak diberi susu formula

49

3
4

KB pascasalin
Masalah gizi

Keinginan untuk menyusui

Penjelasan pentingnya ASI,

perawatan puting susu.


Metode yang sesuai dalam masa nifas
Suplementasi tablet besi

Mengonsumsi garam beryodium

Mengonsumsi makanan padat


kalori dan kaya zat besi

Masalah penyakit

Pemberian makanan tambahan


Upaya pencegahan

kronis dan penyakit

Mengenali gejala penyakit

menular

Menerapkan PHBS

Kepatuhan minu obat


Setiap ibu hamil menggunakan

Kelas ibu

buku KIA

Bertukar pengalaman di antara ibu


hamil

Brain booster

Senam hamil
Berkomunikasi dengan janin

Doa dan musik untuk menstimulasi


otak janin

Informasi HIV-

Gizi seimbang bagi ibu hamil


Definisi HIV/AIDS dan IMS

AIDS (PMTCT dan

Penularan HIV dan IMS

IMS)

Pentingnya tes HIV


Pengertian kekerasan perempuan

Bentuk bentuk KTP, akibat KTP

Pencegahan dan Penanganan KTP


(Pusdiknakes, 2015 : 55-60)

Informasi KTP

iv

50

e. Buku KIA dan Program Perencanaan Persalinan dan


Pencegahan Komplikasi (P4K)
1) Buku KIA
Buku KIA berisi tentang komponen ibu mulai dari
ibu hamil, bersalin, nifas, keluarga berencana. Dan untuk
komponen anak berisi keterangan lahir, CTPS (cuci
tangan dengan Sabun dan air bersih mengalir), Bayi Baru
Lahir, Catatan hasil pelayanan essensial Bayi Baru Lahir
dan Catatan Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir,
Imunisasi, Anak usia 29 hari 6 tahun.
2) Stiker P4K
P4K merupakan kegiatan yang difasilitasi oleh
bidan untuk meningkatkan peran aktif suami, keluarga
dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang
aman dan persiapan menghadapi komplikasi persalinan.
(Pusdiknakes, 2015 : 64-65)
f. Kelas Ibu Hamil
Tabel 2.6 Susunan Kegiatan Kelas Ibu Hamil
Pertemuan I
1. Penjelasan

Susunan Kegiatan Kelas Ibu Hamil


Pertemuan II
Pertemuan III Pertemuan
1. Review

1. Review

IV
1.Review materi

umum kelas

materi

materi

pertemuan

ibu hamil

pertemuan I

pertemuan

III

dan

II

perkenalan
peserta.
2. Curah pendapat

2. Curah

tentang

pendapat

iv

2. Curah
pendapat

2.Curah
pendapat

51

materi

materi

tentang

tentang

pertemuan

pertemuan

materi

maeri

pertama.

ke II.

pertemuan

pertemuan

3. Materi kelas ibu

III
3. Materi kelas 3. Materi

hamil.
a. Pengertia

ibu hamil:
a. Tanda-tanda

awal

kehamilan

persalinan

b. Tanda
c. Keluhan

persalinan
c. Proses

yang
sering

persalinan
d. Inisiasi

ibu hamil

bayi

fisik ibu
hamil

persalinan
f. Pelayanan

e. Perubahan
emosional

nifas
g. Menjaga ibu

ibu hamil

bersalin dan

f. Pemeriksa

nifas

an
kehamilan

pasca

serta

bayi sehat
h. Hal-hal

g. Pelayanan
ibu hamil.
h. Menjaga
ibu hamil

iv

a. Tanda
bayi lahir
sehat
b. Perawata

akibatnya

n bayi

penularan
c. Cara

baru lahir
c. Pelayanan
kesehatan
neonatus

pencegaha

(6 jam-28

n malaria

hari)

d. IMS
e. HIV virus

d. Tanda
bahaya

penyebab

bayi baru

AIDS

lahir

f. Cara
pencegaha
n
HIC/AIDS

yang harus

g. KEK

dihindari

h. Anemia

selama

i. Tanda-

bersalin dan

ibu hamil:

gejala dan

malaria

menyusu
e. KB

malaria

b. Cara

dialami
d. Perubahan

hamil:
a. Penyakit

b. Tanda-tanda

kehamilan

kelas ibu

IV
3.Materi kelas

tanda

e. Cacat
bawaan
f. Pemberia
n
imunisasi
g. Menjaga
bayi agar
sehat

52

sehat dan
anak

nifas
i. Mitos

cerdas

bahaya
kehamilan
j. Tanda-

i. Hubungan

tanda

suami istri
j. Hal-hal
yang

yang
harus
dihindari

bahaya

i. Mitos

persalinan

j. Akta

k. Tanda

harus

bahaya

dihindari

dan

ibu

penyakit

selama

ibu nifas

hamil

l. Sindroma

k. Mitos/tab

pasca

h. Hal-hal

kelahiran

melahirka

l. Persiapan

persalinan
m. Tanda
bahaya
kehamilan
n. Perencana
an
persaliana
n dan
pencegaha
n
komplikas
i (P4K)
4. Evaluasi harian

4. Evaluasi

materi

harian materi

iv

4. Evaluasi
harian

4.Evaluasi
harian

53

pertemuan II

materi

materi

pertemuan

pertemuan

5. Kesimpulan

5. Kesimpulan

III
IV
5. Kesimpula 5.Kesimpulan

6. Aktifitas

6. Aktivitas

n
6. Aktifitas

6.Aktifitas

fisik/senam

fisik/senam

fisik/senam

fisik/senam

ibu hamil

ibu

ibu hamil

ibu hamil

dengan

gunakan

menggunak

menggunaka

menggunaka

lembar balik

an lembar

n lembar

balik

balik

hamil

n lembar
balik

(Pusdiknakes, 2015 : 69)


g. Senam Ibu Hamil
Senam ibu hamil adalah suatu gerak atau olah tubuh
yang dilaksanakan oleh ibu hamil sehingga ibu tersebut
menjadi siap baik fisik maupun mental untuk menghadapi
kehamilan dan persalinannya dengan aman dan alami.
(Hamilton P., 1995).
Tujuan umum senam hamil :
1) Dapat menjaga kondisi otot-otot yang berperan dalam
mekanisme persalinan
2) Memperbaiki kesehatan fisik psikis serta kepercayaan diri
sendiri dalam menghadapi persalinan.
3) Membimbing ibu menuju persalinan yang fisiologis
Tujuan khusus senam hamil :
1) Memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot-otot
dinding perut, dasar panggul, ligament dan jaringan yang
berperan dalam mekanisme persalinan.

iv

54

2) Melonggarkan persendian-persendian yang berhubungan


dengan proses persalinan.
3) Memperoleh cara kontraksi dan relaksasi yang sempurna
4) Menguasai teknik teknik pernafasan dalam persalinan.
Tujuan senam hamil :
1) Menguasai Teknik Pernafasan
Latihan pernafasan sangat bermanfaat untuk mendapatkan
oksigen serta supaya ibu siap menghadapi persalinan.
2) Memperkuat Elastisitas Otot
Dapat mencegah atau mengatasi keluhan nyeri dibokong,
diperut bagian bawah dan keluhan wasir.
3) Mengurangi Keluhan
Melatih sikap tubuh selama hamil sehingga mengurangi
keluhan yang timbul akibat perubahan bentuk tubuh
4) Melatih relaksasi
Proses relaksasi akan sempurna dengan melakukan latihan
kontraksi dan relaksasi yang diperlukan untuk mengatasi
ketegangan atau rasa sakit saat proses persalinan.
(Rismalinda, 2015 : 151-153)

Gambar 2.1 Senam Hamil

iv

55

2.1.2

Persalinan

2.1.2.1 Definisi Persalinan


Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput
ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika
prosesnya terjadi pada usia cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa
disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus
berkontraksi dan menyebabkan perubahan serviks (membuka dan
menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap.
(JNPK-KR, 2014, p. 37)
Persalinan adalah proses pergerakan keluar janin, plasenta
dan membran dari dalam rahim melalui jalan lahir. Berbagai
perubahan terjadi pada system reproduksi wanita dalam hitungan
hari dan minggu sebelum persalinan dimulai. Persalinan sendiri
dapat dibahas dalam bentuk mekanisme yang terjadi selama proses
dan tahapan yang dilalui wanita. (Bobak, Lowdermilk, & Jensen,
2005)
Persalinan adalah proses pembukaan dan menipisnya
serviks, dan janin turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah

iv

56

proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan


lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran
janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu),
lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung
dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.
(Wiknjosastro, 2010 : 100)
Persalinan normal adalah proses pengeluaran bayi dengan
usia kehamilan cukup bulan, letak memanjang atau sejajar sumbu
badan ibu, presentasi belakang kepala, keseimbangan diameter
kepala bayi dan panggul ibu, serta dengan tenaga ibu sendiri.
(Wiknjosastro, 2010 : 450)Persalinan adalah proses membuka dan
menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir. Persalinan
dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala, tanpa komplikasi baik ibu maupun
janin. (Sukarni & ZH, 2013 : 185)Persalinan adalah rangkaian
proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu.
Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang
ditandai oleh perubahan progresif pada serviks, dan diakhiri
dengan pelahiran plasenta. Penyebab awitan persalinan spontan
tidak

diketahui,

walaupun

sejumlah

teori

menarik

telah

dikembangkan dan professional perawatan kesehatan mengetahui


cara menginduksi persalinan pada kondisi tertentu. (Varney,
Kriebs, & Gegor, 2008 : 672)
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin
dan placenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar
kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lahir lain, dengan
bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Proses ini dimulai
dengan adanya kontraksi persalinan sejati, yang ditandai dengan

iv

57

perubahan serviks secara progresif dan diakhiri dengan kelahiran


placenta. (Sulistyawati. A, 2010 : 4).
2.1.2.2 Etiologi Terjadinya Persalinan
Ada beberapa teori tentang mulainya persalinan yakni :
Penurunan kadar progesterone, Teori oxytosin, Peregangan otototot uterus yang berlebihan (destended uterus), Pengaruh janin,
Teori prostaglandin. (Endang dan Elisabeth, 2015 : 43-44).
a. Penurunan kadar progesterone
Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim,
sebaliknya estrogen

meningkatkan kontraksi otot rahim.

Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar


progesteron dan estrogen didalam darah tetapi pada akhir
kehamilan kadar progesterone menurun sehingga timbul his.
b. Teori oxytosin
Perubahan

keseimbangan

antara

estrogen

dan

progesteron memicu oksitosin dikeluarkan oleh hipofisis


posterior, hal ini menyebabkan kontraksi yang disebut dengan
Braxton Hiks. Kontraksi Braxton Hiks akan menjadi kekuatan
dominan saat mulainya proses persalinan sesungguhnya, oleh
karena itu makin matang usia kehamilan maka frekuensi
kontraksi ini akan semakin sering.
c. Peregangan otot-otot uterus yang berlebihan
Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi
tegang mengakibatkan iskemia otot-otot uterus. Hal ini
dikarenakan semakin majunya kehamilan, maka makin
terenggangnya otot-otot rahim sehingga timbullah kontraksi
untuk mengeluarkan janin.
d. Pengaruh janin

iv

58

Hipofise dan kadar suprarenal janin memegang peranan


penting, oleh karena itu pada anchepalus kelahiran sering lebih
lama.
e. Teori prostaglandin
Kadar Prostaglandin dalam kehamilan dari minggu ke15 hingga aterm terutama saat persalinan yang menyebabkan
kontraksi miometrium. Faktor lain yang berpengaruh adalah
berkurangnya jumlah nutrisi, hal ini dikemukakan oleh
Hipokrates, bila nutrisi janin berkurang maka hasil konsepsi
akan dilakukan. Faktor lain yang dikemukakan adalah tekanan
pada ganglion servikale dari pleksus frankenhauseryang
terletak dibelakang serviks, bila ganglion ini tertekan maka
kontraksi uterus dapat dibangkitkan (his dapat dibangkitkan).
(Endang dan Elisabeth,
2015 : 43-44)
2.1.2.3 Tanda dan Gejala terjadinya Persalinan
Tanda dan gejala persalinan dibagi menjadi tiga kategori,
yaitu: tanda kemungkinan persalinan, tanda awal persalinan, dan
tanda positif persalinan. Ibu hamil busa saja mengalami semua
tanda persalinan ini atau sebagian saja. (Endang dan Elisabeth,
2015 : 44-45).
a. Tanda Kemungkinan Persalinan
1) Nyeri pinggang yang samar, ringan, menggangu, dan
dapat hilang-timbul.
2) Kram pada perut bagian bawah seperti saat menstruasi
dan biasanya disertai dengan rasa yang nyaman dipaha.
3) Buang air beberapa kali dalam beberapa jam, dapat
disertai dengan kram perut atau gangguan pencernaan.

iv

59

4) Lonjakan energi yang mendadak menyebabkan ibu


hamil melakukan banyak aktifitas dan keinginan untuk
menuntaskan persiapan bagi bayi.
b. Tanda Awal Persalinan
1) Kontraksi cenderung mempunyai panjang, kekuatan,
dan frekuensi yang sama. Kontraksi berlangsung
singkat atau terus menerus selama beberapa jam
sebelum berhenti atau mulai berkembang.
2) Aliran lendir yang bernoda darah dari vagina.
3) Rembesan cairan ketuban dari vagina karena robekan
kecil pada mebran (ROM).
c. Tanda Positif Persalinan
1) Kontraksi menjadi lebih lama, lebih kuat, dan atau
lebih dekat jaraknya bersama dengan berjalannya
waktu, biasanya disebut Sakit atau Sangat Kuat
dan terasa didaerah perut atau pinggang, atau
keduanya.
2) Aliran cairan ketuban yang deras dari vagina.
3) Leher rahim membuka sebagai respons terhadap
kontraksi yang berkembang.
(Endang dan Elisabeth,
2015 : 44-45)
2.1.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Persalinan
a. Power
Power atau tenaga yang mendorong anak yaitu berupa
kontraksi otot-otot Rahim pada persalinan (his). Pada proses
persalinan, tenaga mengejan yang paling efektif yaitu ketika
ada his.
b. Passage

iv

60

Passage atau jalan lahir juga mempengaruhi terjadinya


persalinan. Passage terdiri dari tulang panggul, bagian pelvis
minor, dan bidang panggul. Apabila ukuran panggul kurang
dari normal maka akan memungkinkan terjadinya distosia
bahu.
c. Passager / Fetus
Usia janin, ukuran janin, presentasi janin, sikap janin,
dan posisi janin, bentuk kepala janin juga sangat berpengaruh
terhadap proses terjadinya persalinan.
d. Plasenta
Merupakan salah satu faktor dengan memperhitungkan
implantasi plasenta pada dinding rahim.
e. Psichologic
Psichologic adalah kondisi psikis klien, tersedianya
dorongan positif, persiapan persalinan, pengalaman lalu, dan
strategi adaptasi / coping.
(Sukarni & ZH, 2013 :
186-200)
2.1.2.5 Pengenalan dini terhadap masalah dan penyulit
Pada sat memberikan asuhan bagi ibu bersalin, penolong
harus selalu waspada terhadap kemungkinan timbulnya masalah
atau penyulit. Ingat bahwa penundaan pemberian asuhan kegawat
daruratan akan meningkatkan resiko kematian dan kesakitan ibu
dan bayi baru lahir. Selama anamnesis dan pemeriksaan fisik, tetap
waspada terhadap indikasi-indikasi seperti yang tertera pada table
berikut dan segera lakukan tindakan yang diperlukan.
Tabel 2.7 Penatalaksanaan Masalah dan Penyulit selama kehamilan
Temuan-temuan

Rencana untuk asuhan dan perawatan

iv

61

anamnesa dan atau


pemeriksaan
Riwayat bedah sesar

1. Segera

rujuk

ibu

ke

fasilitas

yang

mempunyai kemampuan untuk melakukan


bedah sesar.
2. Damping ibu ke tempat rujukan. Berikan
Perdarahan

dukungan dan semangat.


Jangan lakukan pemeriksaan dalam.

pervaginam selain

1. Baringkan ibu ke sisi kiri

bloody show

2. Pasang

infus

menggunakan

jarum

berdiameter besar (ukuran 16 atau 18) dan


berikan RL atau garam fisiologis.
3. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang mampu
melakukan SC.
Kurang dari 37
minggu

4. Damping ibu ke tempat rujukan.


1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang mampu
menatalaksana gawat darurat obstetric dan
neonatal.
2. Damping ibu ke tempat rujukan. Beri

KPD disertai

dukungan dan semangat.


1. Baringkan ibu miring ke kiri.

keluarnya meconium

2. Dengarkan DJJ.

kental

3. Segera

rujuk

ibu

ke

fasilitas

yang

mempunyai kemampuan untuk melakukan


bedah sesar.
4. Damping ibu ke tempat rujukan dan bawa
partus set, kateter, penghisap lender De
Lee, handuk/kain untuk mengeringkan dan
menyelimuti bayi untuk mengantisipasi jika
ibu melahirhan di perjalanan.

iv

62

KPD bercampur

1. Dengarkan DJJ, jika ada tanda-tanda gawat

meconium disertai

janin, laksanakan asuhan yang sesuai (lihat

tanda-tanda gawat

di bawah)

janin
KPD lebih dari 2 jam

1. Segera

rujuk

ibu

ke

fasilitas

yang

atau KPD dengan usia

mempunyai kemampuan penatalaksanaan

gestasi < 37 minggu

gawat darurat obstetri.


2. Damping ibu ke tempat rujukan dan beri

Tanda gejala infeksi :

Temperatur > 38oc

Menggigil

Nyeri abdomen

Cairan ketuban
berbau

Tekanan darah lebih


dari 160/110 dan atau
terdapat proteinuria

dukungan serta semangat.


1. Baringkan ibu miring.
2. Pasang

infus

menggunakan

jarum

berdiameter besar (ukuran 16 atau 18) dan


berikan RL atau NS sejumlah 125 CC/ Jam.
3. Segera rujuk ibu ke RS ponek
4. Damping ibu ke tempat rujukan dan beri
dukungan serta semangat.
1. Baringkan ibu miring.
2. Pasang

infus

menggunakan

jarum

berdiameter besar (ukuran 16 atau 18) dan


berikan RL atau NS sejumlah 125 CC/ Jam.
3. Berikan dosis awal 4 g MgSO4 20% atau
40% IV (5-8 menit).
4. Segera rujuk ibu ke RS ponek
5. Damping ibu ke tempat rujukan dan beri
dukungan serta semangat.

TFU 40 Cm atau

1. Segera

lebih

iv

rujuk

ibu

ke

fasilitas

yang

63

mempunyai kemampuan melakukan SC.


2. Damping ibu ke tempat rujukan dan beri
dukungan serta semangat.
DJJ kurang dari 100
atau lebih dari 180 x /
menit pada 2 kali
penilaian dengan
jarak 5 menit

1. Baringkan ibu miring ke kiri, beri oksigen,


dan anjurkan untuk bernafas secara teratur.
2. Pasang infus RL/NS dengan kecepatan 125
CC / Jam.
3. Segera rujuk ke RS ponek.
4. Dampingi ibu ke temp[at rujukan. Beri

Primipara dengan

dukungan dan semangat.


1. Baringkan ibu miring kiri.

persalinan kala 1 fase

2. Segera

aktif dengan

rujuk

ibu

ke

fasilitas

yang

mempunyai kemampuan melakukan SC.

penurunan kepala 5/5

3. Damping ibu ke tempat rujukan dan beri

Presentasi bukan

dukungan serta semangat.


1. Baringkan ibu miring kiri.

belakang kepala

2. Segera rujuk ibu ke RS Ponek.


3. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan beri
dukungan serta semangat

Presentasi ganda

1. Baringkan

ibu

dengan

posisi

lutut

menempel ke dada atau miring kiri.


2. Segera rujuk ke RS ponek.
3. Damping ibu ke tempat rujukan dan beri
Tali pusat
menumbung

dukungan serta semangat


1. Gunakan sarung tangan

DTT/steril,

masukkan jari telunjuk dan tengah ke


vagina, dorong kepala menjauhi taki pusat
yang menumbung atau ibu di posisikan

iv

64

sujud/ menungging dan dada menempel di


kasur.
2. Segera rujuk ke RS Ponek.
3. Damping ibu ke tempat rujukan dan beri
Tanda dan gejala syok

dukungan serta semangat


1. Baringkan ibu miring kiri.

2. Naikkan ke dua tungkai lebih tinggi dari

Nadi > 100 x /


menit.

kepala
3. Pasang infus RL/NS 1 liter dalam waktu

Sistolik < 90

15-20 menit. Dilanjutkan dengan 2 liter

mmHg.

dalam

Pucat

lanjutkan dengan 125 ml/jam.

Berkeringat dingin.

4. Segera rujuk ke RS ponek.

Nafas > 30 x /

5. Dampingi ibu ke temp[at rujukan. Beri

menit.

45-60

menit

berikutnya

dan

dukungan dan semangat

Delirium atau tidak


sadar

Produksi urine <

30 ml/jam
Fase laten
memanjang.
Dilatasi < 4 cm pada
8 jam.

1. Segera rujuk ke RS ponek.


2. Dampingi ibu ke temp[at rujukan. Beri
dukungan dan semangat.

Kontraksi < 2 kali


dalam 10 menit
Belum inpartu

1. Anjurkan ibu un tuk makan dan minum

Kontraksi < 2 kali

2. Anjurkan ibu untuk bergerak bebas

dalam 10 menit

3. Anjurkan

Tidak ada pembukaan

ibu

pulang

jika

kontraksi

hilangdan atau dilatasi tidak ada kemajuan.

iv

65

selama 1-2 jam

Beri nasihat agar ibu cukup makan dan


minum

dan

kembali

jika

ibu

fasilitas

meningkat.
1. Segera rujuk

Partus lama

ke

kontraksi
yang

mempunyai kemampuan penatalaksanaan


gawat darurat obstetri.
Damping ibu ke tempat rujukan dan beri
dukungan serta semangat.
(JNPK-KR, 2012: 45-47)
2.1.2.6 Tahap Tahap Persalinan
Proses persalinan terbagi menjadi 4 kala, diantaranya adalah
kala I (kala pembukaan), kala II (pengeluran bayi), kala III (kala
uri), dan kala IV (2 jam post partum)
a. Persalinan Kala I
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi
uterus dan pembukaan servik hingga mencapai pembukaan
lengkap (10 cm). (Sukarni & ZH, 2013, p. 213)
1) Diagnosis Kala I :
Proses ini terdiri dari dua fase, yakni :
a) Fase

laten

dimulai

sejakawal

kontraksi

yang

menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara


bertahap, pembukaan serviks kurang dari 4 cm, biasanya
berlangsung hingga dibawah 8 jam.
b) Fase Aktif : frekuensi dan lama kontraksi uterus
umumnya meningkat, (kontraksi dianggap kuat atau
memadai jika terjadi 3 kali atau lebih dalam waktu 10
menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih), servik
membuka mudah dari 4 ke 10 cm, biasanya dengan
kecepatan 1cm atau lebih per jam hingga pembukaan

iv

66

lengkap (10cm), terjadi penurunan bagian terbawah


janin. Biasanya Pada fase aktif dibagi menjadi 3 fase :
(1) Fase Akselerasi
Fase ini terjadi dalam 2 jam dengan pembukaan
serviks 3-4 cm.
(2) Fase Dilatasi Maksimal
Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat
cepat dari 4 cm menjadi 9 cm.
(3) Fase Deselerasi
Pembukaan menjadi lambat kembali, dalam waktu 2
jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.
Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada
multigravida pun terjadi demikian, akan tetapi fase laten,
fase aktif dan fase deselerasi maksimal terjadi lebih pendek.
Selama

fase

laten

persalinan,

semua

asuhan,

pengamatan dan pemeriksaan harus dicatat. Hal ini dapat


direkam secara terpisah dalam catatan kemajuan persalinan
atau kartu menuju sehat (KMS) ibu hamil. Tanggl dan
waktu harus dituliskan setiap kali membuat catatan selama
fae laten persalinan. Semua asuhan dan intervensi harus
dicatat.
Kondisi ibu dan bayi harus dicatat secara seksama,
yaitu : denyut jantung janin : setiap 30 menit, nadi : setiap
30 menit, pembukaan serviks : setiap 4 jam, tekana darah
dan temperatur setiap 4 jam, produksi urin, aseton dan
protein : setiap 2-4 jam.
Jika ditemukan tanda-tanda penyulit, penilaian kondisi
ibu dan bayi harus lebih sering dilakukan. Lakukan tindakan
yang sesuai apabila dalam diagnosis kerja ditetapkan adanya

iv

67

penyulit

dalam

persalinan.

Jika

frekuensi

kontraksi

berkurang dalam 1 atau 2 jam pertama, nilai ulang kondisi


actual ibu dan bayi. Bila tidak ada tanda-tanda kegawatan
atau penyulit, ibu dipulangkan dan dipesankan untuk
kembali jika kontraksinya menjadi teratur dan lebih sering.
(Sukarni & ZH,
2013 : 214)
2) Pemantauan Kala I
Table 2.8 Frekuensi minimal penilaian dan intervensi dalam
persalinan normal
Parameter

Frekuensi

pada

DJJ

fase aktif
Setiap 4 jam

Kontraksi

30 menit

Nadi

Setiap 30 menit

Pembukaan

Setiap 4jam

servik
Tekanan darah

Setiap 4 jam

Temperatur

Setiap 4 jam

Produksi urin

Setiap 2-4 jam


( Icemi Sukarni & ZH, 2013 : 213)

3) Partograf
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan
kala I persalinan dan informasi untuk membuat keputusan
klinik. Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah
untuk:

iv

68

a) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan


dengan menilai pembukaan serviks melalui
pemeriksaan dalam.
b) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara
normal. Dengan demikian juga dapat mendeteksi secara
dini kemungkinan terjadinya partus lama.
c) Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan
kondisi ibu, kondisi bayi, grafik kemajuan proses
persalinan, bahan dan mendekamentosa yang diberikan,
pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan klinik,
dan asuhan atau tindakan yang diberikan dimana semua
itu dicatat secara rinci pada rekam medik ibu bersalin
dan BBL.
Jika digunakan dengan tepat dan konsisten, partograf
membantu menolong persalinan untuk:
a) Mencatat kemajuan persalinan
b) Mencatat kondisi ibu dan janin
c) Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan
kelahiran
d) Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi
dini penyulit persalinan
e) Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat
keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu.
(JNPKKR,
2012:52)
Kala I Persalinan terdiri atas 2 fase, yaitu fase laten
dan fase aktif. Selama fase laten semua asuhan, pengamatan
dan pemeriksaan harus dicatat. Hal ini dapat dicatat secara
terpisah, baik dicatat kemajuan persalinan maupun di buku

iv

69

KIA atau KMS ibu hamil. Tanggal dan waktu harus tertulis
setiap kali membuat catatan selama fase laten persalinan.
Semua asuhan dan intervensi juga harus dicatat.
a) Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat
dengan seksama, yaitu:
(1) DJJ setiap setengah jam
(2) Frekuensi dan lama kontraksi uterus setiap setengah
jam
(3) Nadi setiap setengah jam
(4) Pembukaan servik setiap 4 jam
(5) Penurunan bagian terbawah janin setiap 4 jam
(6) Tekanan darah dan temperatur tubuh setiap 4 jam
(7) Produksi urin, aseton dan protein setiap 2-4 jam
b) Pencatatan selama fase aktif
Halaman depan partograf yang harus diisi selama
fase aktif yaitu kolom:
(1) Informasi tentang ibu
(a) Nama, umur
(b) Gravida, para, abortus (keguguran)
(c) Nomor catatan medik atau nomor puskesmas
(d) Tanggal dan waktu mulai dirawat
(e) Waktu pecahnya selaput ketuban
(2) Kondisi janin
(a) DJJ
(b) Warna dan adanya air ketuban
(c) Molase tulang cranium janin
(3) Kemajuan persalinan
(a) Pembukaan servik

iv

70

(b) Penurunan bagian terbawah atau presentasi


janin
(c) Garis waspada dan garis bertindak
(4) Jam dan waktu
(a) Waktu mulainya fase aktif persalinan
(b) Waktu actual saat pemeriksaan atau penilaian
(5) Kontraksi uterus
(a) Frekuensi kontraksi dalam waktu 10 menit
(b) Lama kontraksi dalam detik
(6) Obat-obat dan cairan yang diberikan
(a) Oksitosin
(b) Obat-obatan lain dan cairan IV yang diberikan
(7) Kondisi ibu
(a) Nadi, TD, temperatur tubuh
(b) Urin (volume, aseton dan protein).
c) Cara pengisian partograf
(1) Denyut jantung janin
DDJ dicatat setiap 30 menit sekali. Setiap
kotak dibagian atas partograf menunjukkan waktu 30
menit. Skala angka di sebelah kolom paling kiri
menunjukkan DJJ. Catat DJJ dengan memberi tanda
titik pada garis yang sesuai dengan angka yang
menunjukkan DJJ. Hubungkan titik satu dengan titik
lainnya sehingga membentuk grafik DJJ. Kisaran
normal DJJ terpapar di partograf diantara garis tebal
pada angka 180 dan 100. Sebaiknya penolong harus
waspada bila DJJ dibawah 120 atau diatas 160.
(2) Warna dan adanya air ketuban
U

: selaput ketuban masih utuh

iv

71

: selaput ketunban sudah pecah dan air ketuban


jernih

: selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban


bercampur mekonium

: selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban


bercampur darah

: selaput ketuban sudah pecah tapi air ketuban


tidak mengalir (kering)

(3) Penyusupan (Molase)


1

: tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura


dengan mudah dapat dipalpasi

: tulang-tulang kepala janin hanya saling


bersentuhan

: tulang-tulang kepala janin saling tumpang


tindih tetapi masih dapat dipisahkan

: tulang-tulang kepala janin saling tumpang


tindih dan tidak dapat dipisahkan

(4) Pembukaan serviks


Pencatatan dilakukan setiap 4 jam. Saat ibu
berada dalam fase aktif persalinan, catat pada
partograf setiap temuan dari setiap pemeriksaan.
Cantumkan tanda (X) pada ordinat atau titik silang
garis dilatasi serviks dan garis waspada. Hubungkan
tanda (X) dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh.
(5) Penurunan bagian terbawah janin
Pencatatan dilakukan setiap 4 jam. Berikan
tanda (O) yang di tulis pada garis waktu yang sesuai.
Hubungkan setiap tanda (O) pada setiap pemeriksaan
dengan garis utuh.

iv

72

(6) Garis waspada dan garis bertinda


Garis waspada dimulai pada pembukaan
serviks 4 cm dan berakhir pada titik pembukaan
lengkap dengan harapan laju pembukaan adalah 1
cm perjam. Pencatatan selama fase aktif persalinan
harus dimulai di garis waspada.
Garis bertindak tertera sejajar disebelah kanan
garis waspada (berjalan 4 jam). Jika pembukaan
serviks telah melampaui dan berada disebelah kanan
garis bertindak, hal ini perlu dilakukan tindakan untu
menyelesaikan persalinan.
(7) Kontraksi uterus
Setiap kotak menyatakan 1 kontraksi. Setiap
30 menit raba dan catat jumlah kontraksi dalam
waktu 10 menit. Catat dengan cara mengisi kotak
kontraksi

yang

tersedia

sesuai

angka

yang

mencerminkan temuan. Beri titik-tiktik pada kotak


kontraksi jika lama kontraksi kurang dari 20 detik,
beri garis-garis jika kontraksi lamanya 20-40 detik.
Isi penuh kotak jika lamanya kontraksi lebih dari 40
detik. Obat dan cairan yang diberikan.
(a) Oksitosin
Jika tetes sudah dimulai, dokumentasi setiap 30
menit jumlah unit oksitosin yang diberikan
pervolume cairan IV dan dalam satuan tetes
permenit.
(b) Obat-obatan lain dan cairan IV
Catat semua pemberian obat sesuai dengan
kolom waktu.

iv

73

(8) Kondisi ibu


(a) Nilai dan catat nadi setiap 30 menit, beri tanda (.)
pada kolom waktu yang sesuai
(b) Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam,
beri tanda ( ) sesuai dengan kolom waktu.
(c) Nilai dan catat temperatur tubuh setiap 2 jam dan
catat pada kolom waktu yang sesuai.
4) Kebutuhan Ibu bersalin kala I
a) Mempersiapkan ruangan untuk persalinan dan kelahiran
bayi.
Persalinan dan kelahiran bayi mungkin terjadi
dirumah, bidan praktik, puskesmas, polindes, ataupun
rumah sakit. Pastikan keserdiaan bahan-bahan dan sarana
yang memadai. Laksanakan upaya pencegahan infeksi
sesuai standar yang telah ditetapkan. (JNPK-KR, 2012 :
48)
b) Persiapan Perlenglapan, lahan-bahan dan obat-obatan
yang Diperlulan
Daftar perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obatan
yang diperlukan untuk asuhan persalinan dan kelahiran
bayi dikurailoun dalan Lampiran 6. Pasilaa kelengkapan
jenis dan jumlah bahan-bahan yang diperlukan serta
dalam keadaan siap pakai pada setiap persalinan dan
kelahiran bayi. Jika tempat peralinan dan kelahiran bayi
akan terjadi jauh dari fasilitas kesehatan, bawalah semua
keperluan

tersebut

ke

lokasi

persalinan.

Ketidak

mampuan untuk menyediakan semua perlengkapan


bahan-bahan dan obat-obat esensial pada saat diperlukan
akan meningkatkan risiko terjadinya penyulit pada ibu

iv

74

dan bayi baru lahir sehingga keadaan ini dapat


membahayakan keselamatan jiwa mereka. (JNPK-KR,
2012 : 48)
c) Memberikan Asuhan Sayang Ibu
Persalinan adalah saat yang menegangkan dan
dapat mengugah emos ibu dan keluarganya atau bahkan
dapat menjadi saat yang menyakikan dan menakuukan
bagi ibu. Upaya untuk mengatasi gangguan emosional
dan pengalaman yang menegangkan tersebut sebaiknya
dilakukan melalui asuhan sayang ibu selama persalinan
dan proses kelahiran bayinya. Prinsip-prinsip umum
asuhan sayang ibu yang dilelaskan Bab 1 adalah:
(1) Menyapa ibu dengan ramah dan sopan, bersikap dan
bertindak tenang dan berikan dukungan penuh selama
persalinan dan kelahiran bayi
(2) Jawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh ibu atau
anggota keluarnanya
(3) Anjurkan suami dan anggota keluarga ibu untuk hadir
dan membenkan dukungannya.
(4) Waspadai gejala dan tanda penyulit selama proses
persalinan dan lakukan tindakan yang sesuai jika
diperlukan.
(5) siap dengan rencana rujukan.
Asuhan sayang ibu selama persaunan termasuk :
(1)
(2)
(3)
(4)

Memberikan dukungan emosional


Membantu pengaturan posisi ibu
Memberikan cairan dan nutrisi
Keleluasan untuk menggunakan kamar mandi secara
teratur

iv

75

(5) Pencegahan infeki


(JNPK-KR,
2012 : 49)
d) Dukungan emosional
Dukung dan anjurkan suami dan anggota keluarga
yang lain untuk mendampingi ibu selama persalinan dan
proses kelahiran bayinya. Bekerja bersama anggota
keluarga untuk
(1) Mengucapkan kata-kata yang membesarkan hati dan
puaan kepada ibu
(2) Membantu ibu bermalas Kecara benar pada saat
kontrakai
(3) Memijat punggung, kaki atau kepala ihu dan tindakan
tindakan bermanfaat lainnya
(4) Menyeka muka ibu secara

lembut

dengan

mengrunakan kain yang dibasahi air hangat atau


dingin
Menciptakan suasana kekeluargaan dan rasa aman.
(JNPK-KR,
2012 : 50)
e) Mengatur posisi
Anjurkan itu untuk mencoba pasis-posisi yang
nyaman selama persalinan dan melahirkan bayi serta
anjurkan

suami

dan

pendamping

lainnya

untuk

membantu ibu berganti posisi. Ibu boleh berjalan berdiri,


dudul, jongkol, berbaring miring atau merangkak. Posisi
tegak seperti berjalan, berdiri atau jongkok dapat
membantu

tunannya

kepala

bayi

dan

senngkali

memperpendek waktu persalinan Bantu ibu untuk senng

iv

76

bentanti posisi selama persalinan. Beritahu pada ibu


untuk tidak berbaring telentang lebih dari 10 menit.
(JNPK-KR, 2012 : 50)
f) Kebutuhan pemberian cairan dan Nutrisi
Anjurkan ibu untuk mendapatkan asupan (makanan
ringan dan minum air) selama persalinan dan proses
kelahiran bayi. Makanan ringan dan asupan cairan yang
cukup selama persalinan akan memberi lebnih banyak
energy

dan

mencegah

dehidrasi.

Dehidrasi

bisa

memperlambat kontraksi dan atau membuat kontraksi


menjadi tidak teratur dan kurang efektif. (JNPK-KR,
2012 : 50)
g) Kamar mandi
Anjurkan

ibu

untuk

mengosongkan

landung

kemihnya secara nutin selama persalinan, ibu harus


berkemih sedikitnya setiap 2 jam, atau lebih sering jika
ibu merasa ingin berkemih atau jika landung kemih
terasa

penuh.

Periksa

kandung

kemih

sebelum

memeriksa denyut jantung janin (amati atau lakukan


palpasi tepat di atas simfisis pubis untuk mengetabui
apakah kandung kemih penuh). Anjurkan dan antarkan
ibu untuk berkemih di kamar mandi Jika ibu tidak dapat
berjalan ke kamar mandi berikan wadah urin. (JNPK-KR,
2012 : 50)
h) Pencegahan infeksi
Menjaga lingkungan tetap bersih merupakan hal
penting iuntuk mewujudkan persalinan yang bersih dan
aman bagi ibu dan bayinya. Hal ini nmerupakan unsur
penting dalam asuhan sayang ibu. (JNPK-KR, 2012 : 51)

iv

77

i) Kebutuhan rasa aman nyaman


Salah satu metode yang sangat efektif dalam
menanggulangi rasa nyeri yang di alami ibu adalah
dengan massage yang merupakan salah satu metode
non farmakologi yang dilakukan untuk mengurangi
nyeri persalinan. Dasar teori massage adalah teori gate
control yang dikemukakan oleh Melzak dan Wall. Teori
ini menjelaskan tentang dua macam serabut syaraf
berdiameter kecil dan serabut berdiameter besar yang
mempunyai fungsi yang berbeda. (Wahyuningsih,
2014)
Pijat (massage) dengan lembut membantu ibu
merasa lebih segar, rileks, dan nyaman selama
persalinan. Sebuah penelitian menyebutkan, ibu yang
dipijit 20 menit setiap jam selama

tahapan

persalinan akan lebih bebas dari rasa sakit. Hal itu


terjadi karena pijat merangsang tubuh melepaskan
senyawa endorphin yang merupakan pereda sakit alami.
Endorphin juga dapat menciptakan perasaan nyaman
dan enak. Dalam persalinan, pijat juga membuat ibu
merasa lebih dekat orang yang merawatnya. Sentuhan
seseorang yang peduli dan ingin menolong merupakan
sumber kekuatan saat ibu sakit, lelah, dan kuat. Banyak
bagian tubuh ibu bersalin dapat dipijat, seperti
kepala, leher, punggung, dan tungkai. Saat memijat,
pemijat harus memperhatikan respon ibu, apakah
tekanan

yang diberikan sudah tepat. (Wahyuningsih,

2014)

iv

78

Effleurage

adalah

teknik

pemijatan

berupa

usapan lembut, lambat, dan panjang atau tidak


putus-putus. Teknik ini menimbulkan efek relaksasi.
Dalam

persalinan,

effleurage

dilakukan

dengan

menggunakan ujung jari yang lembut dan ringan.


Lakukan usapan dengan ringan dan tanpa tekanan
kuat, tetapi usahakan ujung jari tidak lepas dari
permukaan

kulit.

Pijatan

effleurage

dapat

juga

dilakukan di punggung. Tujuan utamanya adalah


relaksasi. Gate

Control

Theory

dapat

dipakai

untuk pengukuran efektifitas cara ini. Ilustrasi Gate


Control Theory bahwa serabut nyeri membawa
stimulasi nyeri keotak lebih kecil dan perjalanan
sensasinya lebih lambat dari pada serabut sentuhan
yang luas. Ketika sentuhan dan nyeri dirangsang
bersamaan, sensasi sentuhan berjalan keotak dan
menutup pintu gerbang dalam otak, pembatasan jumlah
nyeri dirasakn dalam otak. Effleurage atau pijatan
pada abdomen yang teratur dangan latihan pernapasan
selama kontraksi digunakan untuk mengalihkan wanita
dari nyeri selama kontraksi. Begitu pula adanya
massage yang mempunyai

efek distraksi juga dapat

meningkatkan pembentukan endorphin dalam sistem


kontrol dasenden. Prosedur Massage Effleurage
adalah sebagai berikut: (Wahyuningsih, 2014)
1) Atur posisi tidur ibu dengan posisi miring kiri
dengan lutut kanan fleksi.
2) Letakkan kedua telapak ujung-ujung jari tangan
diatas simfisis pubis

iv

79

3) Bersama inspirasi pelan, usapkan kedua ujungujung jari tangan dengan tekanan yang ringan,
tegas dan konstan ke samping

abdomen,

mengelilingi samping abdomen menuju ke arah


fundus uteri.
4) Setelah sampai fundus uteri seiring dengan
ekspirasi pelan-pelan usapkan kedua ujung-ujung
jari

tangan tersebut menuju perut bagian bawah

diatas simfisis pubis melalui umbilicus.


Lakukan gerakan ini berulang-ulang selama ada
kontraksi.
b. Persalinan Kala II
Kala II adalah kala pengeluaran bayi, dimulai dari
pembukaan lengkap sampai bayi lahir. Uterus dengan kekuatan
hisnya ditambah kekuatan meneran akan mendorong bayi lahir.
Proses ini berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada
multigravida. (Sulistyawati. A, 2010 : 7).
Persalinan kala II dimulai dari pembukaan lengkap (10
cm) sampai bayi lahir. Tanda dan gejala persalinan kala II yaitu
ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi, ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada
rectum / vagina, perineum menonjol, vulva vagina, spingter ani
membuka, dan meningkatnya pengeluaran lender darah.
(Sukarni & ZH, 2013 : 217)
1) Diagnosis Kala II
Diagnosis persalinan Kala II ditegakkan dengan
melakukan

pemeriksaan

dalam

untuk

memastikan

pembukaan sudah lengkap dan kepala janin sudah tampak

iv

80

didepan vulva dengan diamteter 5-6 cm. (Sulistyawati. A,


2010: 8)
2) Tanda Gejala Kala II
a) Ibu meresakan ingin meneran bersamaan dengan
terjadinya kontraksi.
b) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada
rektum atau vagina.
c) Perineum menonjol.
d) Vulva, vagina, dan spingter ani membuka.
e) Meningkatkan pengeluaran lendir darah. (Sukarni &
ZH, 2013 : 219)
3) Mekanisme persalinan
a) Engagement
Engagement yaitu masuknya kepala ke dalam
pintu atas panggul, umumnya dengan presentasi
biparietal (diameter yang paling panjang berkisar 8,59,5 cm) atau 70% pada panggul ginekoid.
b) Desent
Desent yaitu penurunan kepala janin ke dalam
rongga panggul yang terjadi akibat adanya his, tekanan
dari cairan amnion, kontraksi otot dinding perut dan
diafragma (mengejan), dan bagian janin terjadi ekstensi
dan menegang.
c) Flexion
Fleexion yaitu posisi dagu janin menempel pada
dada janin, posisi kepala berubah dari diameter oksipito
frontalis (puncak kepala) menjadi diameter suboksipito
bregmatikus (belakang kepala).
d) Internal Rotation

iv

81

Internal rotation (putar paksi dalam) selalu


disertai dengan turunnya kepala, putaran ubun-ubun
kecil ke arah depan (ke bawah simfisis pubis)
membawa kepala melewati distansia interspinarum
dengan diameter biparietalis.
e) Extension
Ekstensi terjadi setelah kepala mencapai vulva,
terjadi ekstensi setelah oksiput melewati bawah simfisis
pubis bagian posterior.
f) External Rotation
External

Rotation

atau

putar

paksi

luar

disebabkan oleh ukuran bahu menempatkan diri dalam


diameter anteroposterior dari PAP.
g) Ekspulsion (Ekspulsi)
Ekspulsi yaitu lahirnya bahu, badan, dan diikuti
oleh lahirnya seluruh tubuh bayi.
(Sukarni & ZH, 2013 : 200-210)
4) Respon psikologi Persalinan Kala II
a) Emotional distress
b) Nyeri menurunkan kemampuan mengendalikan emosi :
cepat marah
c) Lemah
d) Takut
5) Kebutuhan Dasar Selama Persalinan
a) Memberikan dukungan terus menerus kepada ibu dengan
:
(1) Mendampingi ibu sehingga ibu mersa nyaman
(2) Menawarkan ibu minum, dan memijat ibu
b) Menjaga kebersihan diri

iv

82

(1) Ibu dijaga kebersihannya agar terhindar dari infeksi


(2) Jika ada darah atau lendir yang keluar segera
dibersihkan
c) Kenyamanan bagi ibu
(1) Memberi

dukungan

mental

untuk

mengurangi

kecemasan atau ketakutan ibu dengan cara


(a) Menjaga privasi ibu
(b) Menjelaskan

entang

proses

dan

kemajuan

persalinan
(c) Mengatur posisi ibu
(d) Menjaga kandung kemih tetap kosong, ibu
dianjurkan berkemih sesering mungkin.
(Sukarni. I & Wahyu, 2013 : 219221)
6) Persiapan menolong persalinan
a) Persiapan ruangan :
(1) Sarung Tangan
Sarung tangan desinfektan tangkat tinggi atau
steril

harus

selalu

dipakai

selama

pemeriksaan

dalam,

membantu

melakukan

kelahiran

bayi,

episiotomy, penjahitan laserasi dan asuhan segera bayi


baru lahir.
(2) Perlengkapan Pelindung Diri
Merupakan penghalang antara penolong dengan
bahan bahan yang berpotensi untuk menularkan
penyakit. Diantaranya: celemek bersih, penutup
kepala, masker, kaca mata.
b) Persiapan Tempat Persalinan, Peralatan dan Bahan

iv

83

Ruangan harus memiliki pencahayaan/penerangan


yang cukup baik melalui candela, lampu dll. Tempat tidur
dilapisi dengan kain penutup yang bersih yang tebal dan
pelapis anti bocor (plastik). Ruangan harus hangat (tidak
panas) dan terhalang dari tiupan angin secara langsung.
Selain itu tersedia meja atau permukaan yang bersih dan
mudah dijangkau untuk meletakkan alat yang diperlukan.
c) Penyiapan tempat dan lingkungan untuk kelahiran bayi
Untuk mencegah terjadinya kehilangan panas
tubuh bayi yang berlebihan. Ruangan bersih, hangat
(minimal 25C), pencahayaan cukup, bebas dari tiupan
angin.
d) Persiapan ibu dan keluarga
Ibu selalu di damping oleh kelurga selama proses
persalinan dan kelahiran bayinya. Dukungan suami dan
orang tua serta kerabat sangat diperlukan ibu dalam
menjalani proses persalinan. Keterlibatan keluarga dalam
membantu ibu posisi yang aman dan nyaman, melakukan
rangsangan taktil, memberikan makan dan minum sangat
dipelukan ibu.
Penolong persalinan membantu ibu untuk posisi
yang baik dana man serta nyaman, membimbing proses
persalinan serta memberikan dukungan dan perhatian
agar rasa kecemasan dan ketakutan ibu berkurang.
e) Membersihkan perineum ibu
Menggunakan gulungan kapas atau kasa bersih
untuk membersihkan vulva dan perineum dengan air
matang (DTT) mulai dari bagian atas ke arah bawah (dari

iv

84

bagian anterior vulva ke atas rectum) untuk mencegah


kontaminasi tinja. Meletakkan kain bersih dibawah
bokong ibu saat ibu ingin meneran. Membersihkan tinja
apabila yg keluar tinja agar tidak mengotori daerah yang
lain.
f) Mengkosongkan Kandung Kemih
Ibu dianjurkan untuk berkemih setiap 2 jam atau
lebih sering kandung kemih ibu selalu penuh. Bantu ibu
ke kamarmandi atau tidak memungkinkan ke kamar
mandi dapat menggunakan wadah penampung urin.
Menggunakan kateterisasi hanya dilakukan bila
terjadi retensi urin dan ibu tidak mampu berkemih
sendiri.

Selain

menyakitkan,

kateterisasi

akan

meningkatkan resiko infeksi dan trauma atau perlukaan


pada saluran kemih ibu.
7) Penatalaksanaan Fisiologi Kala Dua
Proses Fisiologi kala dua persalinan diartikan sebagai
serangkaian peristiwa alamiah yang terjadi disepanjang
periode tersebut dan diakhiri dengan lahirnya bayi secara
normal (dengan kekuatan ibu sendiri).

Setelah terjadi

pembukaan lengkap, beritahukan pada ibu bahwa hanya


dorongan alamiahnya yang mengisyaratkan ibu untuk
meneran dan kemudian beristirahat diantara kontraksi. Ibu
dapat memilih posisi yang nyaman, baik berdiri, jongkok,
atau miring.
Penolong

segera

memimpin

persalinan

dengan

menginstruksikan untuk menarik nafas panjang dan


meneran

saat

ada

kontraksi

segera

setelah

terjadi

pembukaan lengkap. Ibu dipimpin meneran selama 10 detik

iv

85

atau lebih meneran dengan tenggorokan terkatup. Penolong


persalinan hanya memberikan bimbingan tentang cara
meneran efektif dan benar. Sebagian besar daya dorong
untuk melahirkan bayi dihasilkan dari kontraksi uterus.
Meneran

hanya

menambah

daya

kontraksi

untuk

mengeluarkan bayi.
8) Posisi Ibu dan Cara Saat Meneran
a) Posisi duduk atau setengah duduk
Dapat memberikan rasa nyaman bagi ibu dan
memberi kemudahan baginya untuk beristirahat diantara
kontraksi. Keuntungan dari posisi ini adalah gaya
grafitasi untuk membantu ibu melahirkan bayinya.
b) Jongkok atau berdiri
Membantu

mempercepat

kemajuan

kala

dua

persalinan dan mengurangi nyeri.


c) Merangkak atau berbaring miring ke kiri
Beberapa ibu menggunakan posisi ini karena lebih
nyaman dan efektif untuk meneran. Kedua posisi ini akan
membantu perbaikan posisi oksiput melintang untuk
berpotar

menjadi

posisi

oksiput

anterior.

Posisi

merangkak Mengurangi rasa nyeri punggung saat


persalinan. Posisi berbaring miring mengurangi resiko
terjadinya laserasi perineum.
d) Cara meneran :
(1) Anjurkan ibu untuk meneran mengikuti dorongan
alamiahnya selama kontraksi
(2) Beritahu untuk tidak menahan nafas saa meneran
(3) Beristirahat meneran diantara kontraksi

iv

86

(4) Posisi miring atau setengah duduk, lebih mudah untuk


meneran jika lutut ditarik kearah dada dan dagu
ditempelkan kedada
(5) Tidak mengangkat bokong saat meneran
(6) Tidak diperbolehkan untuk mendorong fundus untuk
membantu kelahiran bayi. Karena dapat meningkatkan
resiko distosia bahu atau ruptur uteri.
9) Menolong Kelahiran Bayi
a) Posisi ibu saat melahirkan
Ibu dapat melahirkan dengan posisi apapun kecuali
pada posisi berbaring terlentang (supine position).
b) Pencegahan Laserasi
Laserasi spontan dpada vagina atau perineum dapat
terjadi saat kepala dan janun dilahirkan. Kejadian laserasi
akan meningkat jika bayi dilahirkan terlalu cepat dan
tidak terkendali. Kerjasa sama akan sangat bermanfaat
saat kepala bayi pada diameter 5-6 cm tengah membuka
vulva (crowning) karena pengendalian kecepatan dan
pengaturan diameter kepala saat melewati introitus
vagina dan perineum dapat mengurangi terjadinya
laserasi aau robekan. Bimbingan ibu untuk meneran dan
bernafas serta beristirahat dengan cepat pada waktunya.
Episiotomi tidak rutin dianjurkan karena dapat
menyebabkan:
(1) Meningkanya jumlah darah yang hilang atau resiko
hematoma
(2) Kejadian laserasi derajat dua atau empat lebih banyak
pada episiotomi rutin dibandingkan dengan tanpa
episotomi

iv

87

(3) Meningkatnya

nyeri

pascapersalinan

didaerah

perineum
(4) Meningkatnya resiko infeksi.
c) Melahirkan Kepala
Saat kepala bayi terlihat 5-6 cm dari introitus
vagina, letakkan kain bersih kering dilipat 1/3 dibawah
bokong ibu dan handuk bersih diatas perut ibu untuk
mengeringkan bayi lahir. Lindungi perineum dengan satu
tangan (dibawah kain bersih) dibawah bokong ibu tahan
belakang kepala bayi agar posisi kepala tetap pada saat
keluar secara bertahap melewati introitus dan perineum.
d) Periksa Tali Pusat dan Leher
Setelah kepala bayi lahir, minta ibu untuk berhenti
meneran dan bernafas cepat. Periksa leher bayi apakah
terlili oleh tali pusat. Jika ada dan lilitan bayi longgar
makan longgarkan dengan melewati kepala bayi. Jika
lilitan tali pusat sangat erat maka jepit tali pusat dengan 2
klem jarak 3 cm, kemudian potong tali pusat.
e) Melahirkan Bahu
(1) Setelah menyeka mulut dan hidung bayi dan
memeriksa tali pusat, tunggu kontraksi berikutnya
sehingga terjadi putar paksi luar secara spontan
(2) Letakkan tangan pada sisi kiri dan kanan kepala bayi,
minta ibu meneran sambil menekan kepala kearah
bawah dan lateral tubuh bayi hingga bahu depan
melewati simfisis
(3) Setelah bahu depan lahir, gerakkan kepala keatas dan
lateral tubuh bayi sehingga bahu bawah dan seluruh
dada dapat dilahirkan.

iv

88

f) Melahirkan seluruh tubuh bayi


(1) Saat bahu posterior lahir, geser tangan bawah
(posterior) kearah perineum dan sanggah bahu dan
lengan atas bayi pada tangan tersebut
(2) Gunakan tangan yang sama unuk menopang lahirnya
siku dan tangan posterior saat melewati perineum
(3) Tangan bawah (posterior) menopang lateral seimbang
tubuh bayi saat lahir
(4) Secara

simultan,

tangan

atas

(anterior)

untuk

menelusuri dan memegang bahu, siku dan lengan


bagian anterior
(5) Lanjutkan penelusuran dan memegang tubuh bayi
kebagian punggung, bokong dan kaki
(6) Dari arah belakang, sisipkan jari telunjuk tangan atas
diantara kedua kaki bayi yang kemudian dipegang
dengan ibu jari dan ketiga jari tangan lainnya
(7) Letakkan bayi diatan kain atau handuk bersih yang
telah disiapkan pada perut bawah ibu dan posisikan
kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya.
(8) Segera keringkan sambal melakukan rangsangan taktil
pada tubuh bayi dengan kain atau selimut diatas perut
ibu. Pasikan bahwa kepala bayi tertutup dengan baik.
(JNPK-KR,
2014 : 78-94)
c. Persalinan Kala III
Kala III persalinan dimulai setelah bayi lahir dan
berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban.
1) Fisiologi kala III

iv

89

Pada kala III persalinan, otot uterus (miometrium)


berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus
setelah lahirnya bayi. Penyusutan ini menyebabkan
berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena
tempat perlekatan semakin kecil, sedangkan ukuran
plasenta tidak berubah maka plasenta akan terlipat,
menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah
lepas (denngan gaya gravitasi) plasenta akan turun ke
bagian bawah uterus atau ke dalam vagina. Tanda-tanda
lepasnya plasenta yaitu :
a) Perubahan bentuk dan tinggi fundus
b) Tali pusat memanjang
c) Semburan darah mendadak dan singkat
(JNPK-KR,
2012 : 91-92)
2) Manajemen Aktif Kala III
Tujuan MAK III

adalah

membuat

uterus

berkontraksi lebih efektif sehingga dapat mempersingkat


waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi kehilangan
daarah selama kala III persalinan jika dibandingkan
dengan pelepasan plasenta secara spontan. Sebagian besar
(25%-29%) morbiditas dan mortalitas ibu di Indonesia
disebabkan oleh perdarahan persalinana akibat atonia uteri
dan separasi parsial/ retensio plasenta yang dapat dicegah
dengan Manajemen Aktif Kala III. Keuntungan MAK III :
a) Persalinan kala tiga yang lebih singkat
b) Mengurangi jumlah kehilangan darah
c) Mengurangi kejadian retensio plasenta
(JNPK-KR,
2012 : 93)
MAK III terdiri dari tiga langkah utama yaitu
pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama

iv

90

setelah bayi lahir, melakukan penegangan tali pusat


terkendali, dan masase fundus uteri.
a) Pemberian suntikan oksitosin
(1) Letakkan bayi baru lahir diatas kain bersih yang
telah disiapkan di perut bawah ibu dan minta ibu
atau pendampingnya untuk membantu memegang
bayi tersebut.
(2) Pastikan tidak ada bayi kedua (undiagnosed twin)
di dalam uterus.
Alasan
:
oksitosin

menyebabkan

uterus

berkontraksi kuat dan dapat menyebabkan hipoksia


berat pada bayi kedua atau ruptura uteri. Hati-hati
jangan menekan kuat dinding korpus uteri karena
dapat menyebakan kontraksi tetanik atau spasme
serviks sehingga terjadi plasenta inkarserata atau
kesulitan untuk mengeluarkan plasenta.
(3) Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik
(4) Segera (dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir)
suntikkan oksitosin 10 I.U. IM di perbatasan 1/3
bawah dan tengah lateral paha (aspektus lateralis)
(5) Letakkan kembali alat suntik pada tempatnya, ganti
kain alas dan penutup tubuh bayi dengan kain
bersih dan kering yang baru kemudian lakukan
penjepitan (2-3 menit setelah bayi lahir) dan
pemotongan tali pusat sehingga dari langkah 4 dan
5 ini akan tersedia cukup waktu bagi bayi untuk
memperoleh sejumlah darah kaya zat besi dari
ibunya.
(6) Serahkan bayi yang telah terbungkus kain pada ibu
untuk IMD kontak kulit ke kulit dengan ibu dan
tutupi ibu dan bayi dengan kain.
(7) Tutup kembali perut bawah ibu dengan kain bersih.

iv

91

b) Penegangan Tali Pusat Terkendali


(1) Berdiri di samping ibu
(2) Pindahkan klem (penjepit tali pusat) kesekitar 5-10
cm dari vulva
Alasan : memegang tali pusat lebih dekat ke vulva
akan mencegah avulsi
(3) Letakkan tangan yang lain pada abdomen ibu
(beralaskan kain) tepat diatas simpisis pubis.
Gunakan tangan ini untuk meraba kontraksi uterus
dann

menekan

uerus

pada

saat

melakukan

penegangan pada tali pusat. Setelah terjadi


kontraksi yang kuat, tegangkan tali pusat dengan
satu tangan dan tanagan yang lain ( pada dinding
abdomen) menekan uterus kearah lumabal dan
kepala ibu (dorsokranial). Lakukan secara hati-hati
untuk mencegah terjadinya inversio uteri
(4) Bila plasenta belum lepas tunggu hingga uterus
berkontraksi kembali (sekitar 2 atau 3 menit
berselang) untul mengulangi kembali penegangan
tali pusat terkendali.
(5) Saat mulai kontraksi (uterus menjadi bulat atau tali
pusat menjulur) tegangkan tali pusat kearah bawah,
lakukan tekanan dorsokranial hingga tali pusat
makin menjulur dan korpus uteri bergerak ke atas
yang menandakan plasenta telah lepas dan dapat
dilahirkan.
(6) Tetapi jika langkah 5 diatas tidak berjalan
sebagaimana mestinya dan plasenta tidak turun
setelah 30-40 detik sejak dimulainya peneganga tali
pusat tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan

iv

92

lepasnya plasenta, jangan teruskan penegangan tali


pusat.
(7) Pada saat plasenta terlihat pada introitus vagina,
lahirkan plasenta dengan mengangkat tali pusat
keatas dan menopang plasenta dengan tangan
lainnya

untuk

diletakkan

dalam

wadah

penampung. Karena selaput ketuban mudah robek,


pegang plasenta dengan kedua tangan dan secara
lembut putar plasenta hingga selaput ketuban
terpilin menjadi satu.
(8) Lakukan penarikan dengan lembut dan perlahanlahan untuk melahirkan selaput ketuban
(9) Jika selaput ketuban robek dann tertingal di jalaan
lahir saat melahirkan plasenta, dengan hati-hatti
periksa vagina dan serviks dengan seksama.
Gunakan jari-jari tangan anda atau klem atau
cunam ovum DTT/steril untuk mengeluarkan
selaput ketuban tersebut
c) Rangsangan taktil (masase fundus uteri)
Segera setelah plaasenta lahir, lakukan mase]ase
fundus uterus :
(1) Letakkan telapak tangan pada fundus uteri.
(2) Jelaskan tindakan pada ibu, katakan bahwa ibu
mungkin merasa agak tidak nyaman karena
tindakan yang diberikan. Anjurkan ibu untuk
menarik nafas dalam dan perlahan serta rileks.
(3) Dengan lembut tapi mantap gerakkan tangan
dengan arah memutar pada fundus uteri supaya
uterus berkontraksi. Jika uterus tidak berkontraksi
dalam 15 detik, lakukan penatalaksanaan atonia
uteri.

iv

93

(4) Periksa plasenta dan selaputnya untuk memastikan


keduanya lengkap dan utuh :
(a) Periksa plasenta sisi maternal (yang melekat
pada dinding uterus) untuk memastikan bahwa
semuanya lengkap dan utuh (tidak ada bagian
yang hilang).
(b) Pasangkan bagian-bagian plasenta yang robek
atau terpisah untuk memastikan tidak ada bagian
yang hilang.
(c) Periksa plasenta sisi foetal (yang menghadap ke
bayi)

untuk

memastikan

tidak

adanya

kemungkinan lobus tambahan ( suksenturiata).


(d) Evaluasi
selaput
untuk
memastikan
kelengkapannya
(5) Periksa kembali uterus setelah 1 hingga 2 menit
untuk memastikan uterus berkontraksi. Jika uterus
masih belum berkontraksi baik, ulangi masase
fundus uteri. Ajarkan ibu dan keluarganya cara
melakukan masase uterus sehingga mampu untuk
segera mengetahui jika utrerus tidak berkontraksi
dengan baik.
(6) Periksa kontraksi uterus setiap 15 mennit selama 1
jam pertama pasca persalinan dan setiepa 30 menit
selama 1 jm kedua pasca persalianan.
(JNPK-KR,
2012 : 93-99)
d. Persalinan Kala IV
Yakni 1 jam setelah plasenta lahir. Kala ini penting untuk
menilai perdarahan (maksimal 500 ml) dan baik tidaknya
kontraksi uterus. Yang harus diperhatikan yaitu kontraksi
uterus harus baik, tidak ada perdarahan dari vagina atau alat-

iv

94

alat genital lainnya, plasenta dan selaput ketuban harus sudah


lahir lengkap, kandung kemih harus kosong, luka perineum
terawat dengan baik dan tisdak ada hematom, ibu dan bayi
dalam keadaan baik. Keadaan ini harus sudah dicapai dalam
waktu 1 jam setelah plasenta lahir. (Endang, Elisabeth, 2015 :
46)
Segera setelah kelahiran plasenta, sejumlah perubahan
maternal terjadi pada saat stress fisik dan emosional akibat
persalinan

dan

kelahiran

mereda

dan

ibu

memasuki

penyembuhan pasca partum dan bonding (ikatan) pada saat


yang sama, bidan memiliki serangkaian evaluasi dan tugas
untuk diselesaikan terkait periode intrapartum. Meskipun
intrapartum sudah selesai, istilah kala empat persalinan
mengidentifikasi jam pertama pascapartum perlu dikaji dan
diamati dengan ketat. Tanggung jawab bidan selama kondisi ini
adalah :
1) Evaluasi kontraktilitas uterus dan perdarahan.
2) Inspeksi dan evaluasi serviks, vagina, dan perineum.
3) Inspeksi dan evaluasi plasenta, membrane dan tali pusat.
4) Pengkajian dan penjahitan setiap laserasi atau episiotomi.
Evaluasi tanda-tanda vital dan perubahan fisiologis yang
mengindikasikan pemulihan. (Varney, Kriebs, & Gegor, 2008 :
835)
Selama dua jam pasca persalinan, yang di evaluasi adalah
:
1) Pantau tekanan darah, nadi, TFU, kontraksi uterus,
kandung kemih, dan perdarahan setiap 15 menit selama 1
jam pertama dan 30 menit pada 1 jam ke dua kala empat.

iv

95

Jika ada temuan yang tidak normal, tingkatkan observasi


dan penilaian kondisi ibu.
2) Pantau temperatur tubuh ibu setiap jam selama 2 jam
setelah persalinan. jika meningkat, pantau dan tatalaksana
sesuai dengan apa yang diperlukan.
3) Ajarkan ibu dan keluarganya bagaimana menilai kontraksi
uterus dan jumlah darah yang keluar dan bagaimana cara
melakukan masase jika uterus menjadi lembek.
4) Minta anggota keluarga untuk memeluk bayi. Bersihkan
dan bantu ibu untuk mengenakan baju atau sarung yang
bersih dan kering, atur posisi ibu agar nyaman, duduk
bersandarkan bantal atau berbaring miring. Jaga agar bayi
diselimuti dengan baik, bagian kepala tertutup baik,
kemudian berikan bayi ke ibu dan aanjurkan untuk dipeluk
dan diberi ASI.
5) Lengkapi asuhan esensial bagi bayi baru lahir.
(JNPK-KR, 2014 : 112)
2.1.2.7 Asuhan Persalinan Normal
Tujuan

asuhan

persalinan

normal

adalah

menjaga

kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi


bagi ibu dan banyinya, melalui beberapa upaya yang terintegrasi
dan lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal mungkin
agar prinsip keamanan dan kualias pelayanan dapat terjaga pada
tingkat yang diinginkan. (JNPK-KR, 2014 : 3)
Lima benang merah dalam asuhan persalinan dan kelahiran bayi :
a. Membuat Keputusan Klinik
Merupakan
menyelesaikan

proses
masalah

yang
dan

menentukan

menentukan

asuhan

untuk
yang

diperlukan pasien. Keputusan harus akurat, komperhensif, dana

iv

96

man bagi pasien, keluarga maupun petugas yang memberikan


pertolongan. (JNPK-KR, 2014 : 7)
b. Asuhan Sayang Ibu
Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai
budaya, kepercayaan dan keyakinan ibu. Salah satu dasaar
asuhan saying ibu adalah dengan mengikutsertakan suami dan
keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi. (JNPKKR, 2014 : 12)
c. Pencegahan Infeksi
Tindakan ini harus dilakukan pada setiap aspek asuhan
untuk melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong
persalinan dan tenaga kesehatan lainnya dengan mengurangi
infeksi karena bateri, virus dan jamur. (JNPK-KR, 2014 : 15)
d. Pencatatan (Dokumentasi)
Pencatatan adalah bagian terpenting dari proses mrmbuat
keputusan klinik karena memungkinkan penolong persalinan
untuk terus menerus memperhatikan asuhan yang diberikan
selama proses persalinan dan kelahiran bayi. (JNPK-KR,
2014 : 33)
e. Rujukan
Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke
fasilitas rujukan atau fasilitas yang memiliki sarana lebih
lengkap, diharapkan mampu menyelamatkan jiwa para ibu dan
bayi baru lahir. Hal Penting dalam mempersiapklan rujukan :
B (Bidan)

: Pastikan bahwa ibu dan bayi baru lahir


didampingi oleh penolong persalinan yang
kompeten

untuk

melaksanakan

gawatdarurat obstetric dan bayi baru lahir


untuk dibawa ke fasilitas rujukan.

iv

97

A (Alat)

: Bawa perlengkapan bahan bahan untuk


asuhan

persalinan.

Perlengkapan

dan

bahan bahan tersebut mungkin diperlukan


jika ibu melahirkan dalam perjalanan
menuju fasilitas rujukan.
K (Keluarga)

: Beritahu ibu dan keluarga mengenai


kondisi terakhir ibu dan bayi dan mengapa
ibu dan bayi perlu dirujuk. Menjelaskan
alasan tujuan rujukan.

S (Surat)

: Surat

rujukan

harus

memberikan

identifikasi mengenai ibu dan bayi baru


lahir, cantumkan alasan rujukan dan uraian
hasil pemeriksaan, asuhan atau obat
obatan yang diterima ibu dan bayi baru
lahir.
O (Obat)

: Bawa obat-obatan esensial pada saat


mengantar ibu kefasilitas rujukan yang
mungkin diperlukan saat perjalanan.

K (Kendaraan)

: Siapkan

kendaraan

yang

paling

memungkinkan untuk merujuk ibu dalam


kondisi cukup nyaman. Selain itu pastikan
kondisi kendaraan cukup baik untuk
mencapai tujuan pada waktu yang tepat.
U (Uang)

: Ingatkan pada keluarga untuk membawa


uang dalam keperluan untuk membeli
obat-obatan yang diperlukan dan bahan
bahan yang diperlukan selama ibu dan
bayi tinggal di fasilitas rujukan.

iv

98

D (Darah)

: Siapkan orang yang akan menjadi


pendonor darah jika transfuse diperlukan.

2.1.3

Nifas

2.1.3.1 Definisi Nifas


Nifas adalah perdarahan atau darah yang keluar dari dalam
rahim wanita selama atau setelah persalinan. Darah yang keluar
dari rahim wanita setelah keguguran juga disebut nifas.
(Purwoastuti, 2015:63)
Masa nifas merupakan masa dimulai beberapa jam sesudah
lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan. Masa nifas
dimulai setelah kelahiran placenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang
berlangsung kira-kira 6 minggu. Masa nifas merupakan masa
selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang meliputi
minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali
ke keadaan tidak hamil yang normal. Masa nifas adalah masa
setelah seorang ibu melahirkan bayi yang dipergunakan untuk
memulihkan kesehatannya kembali yang umumnya memerlukan
waktu 6-12 minggu. (Nugroho, 2014:1)
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya
placenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil
dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau
40 hari. (Wulandari, 2011:1)
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah placenta lahir dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira kira 6 minggu
atau 42 hari, namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3
bulan. (Pusdiknakes, 2014:134)

iv

99

Masa nifas adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir


ketika alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hami. Masa ini
di mulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai 6 minggu (42
hari) (Walyani, 2015:93)
Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera
setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada
waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang
normal. (Walyani, 2014:76)
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah
plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung
selama kira-kira 6 minggu. (Sulistyawati, 2009:1)
2.1.3.2 Tujuan Asuhan Masa Nifas
Menurut Taufan (2014:2), adapun tujuan asuhan masa nifas
adalah sebagai berikut:
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun
psikologis.
b. Melaksanakan skrining secara komperhensif, deteksi dini,
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu
maupun bayi.
c. Memberikan

pendidikan

kesehatan

tentang

perawatan

kesehatan diri, nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui,


pemberian imunisasi serta perwatan bayi sehari-hari.
d. Memberikan pelayanan keluarga berencana
e. Mendapatkan kesehatan emosi
2.1.3.3 Perubahan Fisik Pada Masa Nifas
a. Perubahan Sistem Reproduksi
1) Involusi uterus
a) Definisi

iv

100

Involusi uterus adalah kembalinya uterus ke


keadaan sebelum hamil baik dalam bentuk maupun
posisi. Selain uterus, vagina, ligament uterus dan otot
dasar panggul juga kembali ke keadaan sebelum hamil.
(Wulandari, 2011:97)
b) Proses involusi uterus sebagai berikut :
Menurut Wulandari (2011:98), proses involusi
uterus meliputi:
(1) Autoliysis, merupakan proses penghancuran diri
sendiri yang terjadi didalam otot uterine. Enzim
proteolitik yang memendekkan jaringan otot yang
telah mengendur hingga panjangnya 10 kali
panjang sebelum hamil dan lima kali lebar dari
semula selama kehamilan. Sitoplasma sel yang
berlebih akan tercerna sendiri sehingga tertinggal
jaringan fibrolastic dalam jumlah renik sebagai
bukti kehamilan.
(2) Atrofi jaringan, jaringan yang berpoliferasi dengan
adanya estrogen dalam jumlah besar. Kemudian
mengalami

atrofi

sebagai

reaksi

terhadap

penghentian produksi estrogen yang menyertai


pelepasan plasenta.
(3) Efek oksitosin (oksitosin), menyebabkan kontraksi
dan retraksi otot uterus sehingga akan menekan
pembuluh darah ke uterus. Proses ini membantu
untuk mengurangi situs atau tempat implantasi
plasenta serta mengurangi perdarahan.
c) Perubahan-perubahan normal pada uterus selama
postpartum.

iv

101

Proses involusi uterus disertai dengan penurunan


tinggi fundus uteri (TFU). Pada hari pertama TFU
diatas symphisis pubis atau sekitar 12 cm. Hal ini terus
berlangsung dengan penurunan TFU 1 cm setiap
harinya, sehingga pada hari ke 7 TFU berkisar 5 cm
dan pada hari ke 10 TFU tidak teraba di symphisis
pubis. (Wulandari, 2011:98).
Mengenai tinggi fundus uterus dan berat uterus
menurut masa involusi sebagai berikut :
Tabel 2.9

Perubahan-Perubahan Normal Pada


Uterus Selama Postpartum

Involus
i Uterus

TFU

Plasenta

Setinggi

lahir

pusat
Pertengahan

pusat dan

minggu

Berat

Diamete

Palpasi

uterus

r uterus

Serviks
Lembut/

1000 gr

12,5 cm

500 gr

7,5 cm

2 cm

5 cm

1 cm

2,5 cm

menyempit

Lunak

sympisis

Tidak teraba 350 gr

minggu
6

Normal
minggu
2) Involusi Tempat Plasenta

60 gr

Uterus pada bekas implantasi plasenta merupakan


luka yang kasar dan menonjol ke dalam kavum uteri.
Segera setelah plasenta lahir, dengan luka cepat mengecil,
pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada
akhir nifas 1-2 cm. Penyembuhan luka bekas plasenta khas
sekali. (Nugroho, 2014:96)

iv

102

Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung


banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh
thrombus. Luka bekas plasenta tidak meninggalkan parut.
Hal

ini

disebabkan

karena

diikuti

pertumbuhan

endometrium baru dibawah permukaan luka. (Nugroho,


2014:96)
3) Perubahan Ligamen
Setelah bayi lahir, ligamen dan diafragma pelvis fasia
yang meregang sewaktu kehamilan dan saat melahirkan,
kembali seperti semula. Perubahan ligamen yang dapat
terjadi pasca melahirkan antara lain: ligamentum rotundum
menjadi kendor yang mengakibatkan letak uterus menjadi
retrofleksi, ligamen, fasia, jaringan penunjang alat genetalia
menjadi agak kendor. (Nugroho, 2014:96)
4) Perubahan Serviks
Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek,
kendor, terlukai dan berbentuk seperti corong. Hal ini
disebabkan korpus uteri berkontraksi, sedangkan serviks
tidak berkontraksi, sehingga perbatasan antara korpus dan
serviks uteri berbentuk cincin. Warna servik merah
kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah. Segera
setelah bayi dilahirkan, tangan pemeriksaan masih dapat
dimasukkan 2-3 jari dan setelah 1 minggu hanya 1 hari saja
yang dapat masuk. Karena hiperpalpasi dan retraksi
serviks, robekan serviks dapat sembuh.

(Nugroho,

2014:96)
5) Lochea
Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa
nifas. Lochea mengandung darah dan sisa jaringan desidua

iv

103

yang nekrotik dari dalam uterus. Lochea mempunyai reaksi


basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang
lebih cepat daripada kondisi asam yang ada pada vagina
normal. (Wulandari, 2011:100)
Menurut Wulandari (2011:101) Proses keluarnya
darah nifas atau lochea terdiri dari atas 4 tahapan :
a) Lochea rubra / merah
Keluar pada hari 1 sampai hari ke 4 masa
postpartum. Cairan yang keluar berwarna merah karena
berisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding
rahim,

lemak

bayi,

lanugo

(rambut

bayi)

dan

mekonium.
b) Lochea sanguinolenta
Cairan yang keluar berwarna merah kecoklatan
dan berlendir. Berlangsung dari hari ke 4 samapai hari
ke 7 postpartum.
c) Lochea serosa
Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena
mengandung serum, leukosit, dan robekan/laserasi
plasenta. Muncul pada hari ke 7 sampai hari ke 14
postpartum.
d) Lochea alba / putih
Mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel,
selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati.
Lochea alba berlangsung selama 2 sampai 6 minggu
post partum.
6) Ovarium dan tuba falopii
Setelah kelahiran plasenta, produksi esterogen dan
progesterone menurun, sehingga menimbulkan mekanisme

iv

104

timbal balik dari siklus menstruasi. Dimana dimulainya


kembali proses ovulasi sehingga wanita bisa hamil kembali.
(Wulandari, 2011:102)
7) Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta
perenggangan yang sangat besar selama proses persalinan
dan akan kembali serta bertahap dalam 6-8 minggu
postpartum berperan dalam penipisan mukosa vagina dan
hilangnya rugae. Rugae akan terlihat kembali pada sekitar
minggu ke 4. (Wulandari, 2011:102)
b. Perubahan Sistem Pencernaan
Setelah kelahiran plasenta, maka terjadi pula penurunan
produksi progesteron. Sehingga hal ini dapat menyebabkan
heartburn dan konstipasi terutama dalam beberapa hari
pertama. Hal ini terjadi karena inaktifitas motilitas usus karena
kurangnya kesimbangan cairan selama persalinan dan adanya
reflek hambatan defekasi dikarenakan adanya rasa nyeri pada
perineum karena adanya luka episiotomi, pengeluaran cairan
yang berlebihan waktu persalinan (dehidrasi), kurang makan,
haemoroid. Supaya buang air besar kembali teratur dapat
diberikan diit atau makanan yang mengandung serat dan
pemberian cairan yang cukup. Bila usaha ini tidak berhasil
dalam wkatu 2 atau 3 hari dapat ditolong dengan pemberian
huknah atau gliserin spuit atau berikan obat laksan yang lain.
(Wulandari, 2011:102)
c. Perubahan Sistem Perkemihan
Menurut Wulandari (2011:102), deurisis dapat terjadi
setelah 2-3 hari postpartum. Hal ini merupakan salah satu

iv

105

kehamilan dimana saluran urinaria mengalami dilatasi. Kondisi


ini akan kembali normal setelah 4 minggu postpartum.
Pada awal post partum kandung kemih mengalami
oedema, kongesti dan hipotonik, hal ini disebabkan karena
adanya overdidistensi pada saat kala II persalinan dan
pengeluaran urine yang tertahan selama persalinan. Sumbatan
pada uretra disebabkan karena adanya trauma saat persalinan
berlangsung dan trauma ini dapat berkurang setelah 24 jam
post

partum.

Kadang-kadang

oedema

dari

trigonium

menimbulkan obstruksi dari uretra sehingga kandung kemih


dalam puerperium sangat kurang sensitive dan kapasitasnya
bertambah, sehingga kandung kemih penuh atau sesudah buang
air kecil masih tertinggal uniresidual (normal 15 cc). Sisa urine
dan trauma pada kandungan kencing waktu persalinan
memudahkan terjadinya infeksi. Dilatsi reter dan pyelum
normal kembali dalam waktu 2 minggu.
d. Perubahan Sistem Endokrin
Menurut

Wulandari

(2011:102-103),

saat

plasenta

terlepas dari dinding uterus, kadar HCG, HPL, secara


berangsur-angsur menurun dan normal setelah 7 hari post
partum. HCG tidak terdapat dalam urine ibu setelah 2 hari post
partum. HPL tidak lagi terdapat dalam plasma.
1) Hormon Plasenta
Selama periode post partum terjadi perubahan
hormon yang besar. Pengeluaran plasenta menyebabkan
penurunan signifikan hormon-hormon yang diproduksi
oleh plasenta. Hormon plasenta menurun dengan cepat
setlah persalinan.

iv

106

Penurunan hormom Human Placental Lactogen


(HPL), estrogen dan progesteron serta plasental enzyme
insulinase

membalik

efek

diabetogenik

kehamilan,

sehingga kadar gula darahmenurun secarabermakna pada


nifas. Ibu diabetik biasanya membutuhkan jumlah yang
jauh lebih kecil selam bebrapa hari. Karena perubahann
hormon normal ini membuat masa nifas menjadi suatu
periode

transisi

untuk

metabolisme

karbohidart,

interpretasi tes toleransi glukosa lebih sulit pada saat ini.


Human Chorionic Gonadotropin (HCG) menurun
dengan cepat dan menetap sampai 10 % dalam 3 jam
hingga hari ke 7 postpasrtum dan sebagai onset
pemenuhan mamae pada hari ke 3 postpartum.
2) Hormon Pituitary
Prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada
wanita yang tidak menyusui menurun dalam waktu 2
minggu. FSH dan LH meningkat pada fase konsntrasi
folikuler pada minggu ke 3, dan LH tetap rendah hingga
ovulasi terjadi.
3) Hormon Oksitosin
Oksitosin dikeluarkan dari kelenjar bawah otak
bagian belakang (posterior), bekerja terhadap otot uterus
dan jaringan payudara. Selam atahp ketiga persalinan,
oksitosin menyebabkan pemisahan plasenta. Kemudian
seterusnya bertindak atas otot yang menahan kontraksi,
mengurangi tempat plasenta dan mencegah perdarahan.
Pada wanita yang memilih menyusui bayinya, isapan sang
bayi merangsang keluarnya oksitosin lagi dan ini

iv

107

membantu uterus kembali ke bentuk normal dan


pengaliran air susu.
4) Hormon Pituitary Ovarium
Untuk wanita yang menyusui dan tidak menyusui
akan mempengaruhi lamanya ia mendapatkan mentruasi.
Seringkali menstruasi pertama itu bersifat anovulasi yang
dikarenakan rendahnya kadar estrogen dan progesteron.
Diantara

wanita

laktasi

sekitar

15%

memperoleh

menstruasi selama 6 minggu dan 45% setelah 12 minggu.


e. Perubahan-perubahan Tanda-tanda Vital
Menurut Wulandari (2011:105-106), adapun perubahanperubahan tanda-tanda vital yaitu:
1) Suhu badan
24 jam post partum suhu badan akan naik sedikit
(37,5-380C) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan,
kehilangan cairan dan kelelahan, apabila keadaan normal
suhu akan biasa lagi. Pada hari ke-3 suhu badan akan naik
lagi karena ada pembentukan ASI, buah tidak turun
kemungkinan adanya infeksi pada endometrium, mastitis,
traktus urogenitalis atau system lain.
2) Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali
permenit. Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi itu
akan lebih cepat. Setiap denyut nadi yang melebihi 100
adalah abnormal dan hal ini mungkin disebabkan oleh
infeksi atau perdarahan postpartum yang tertunda.
Sebagian wanita mungkin saja memiliki apa yang disebut
bradikardi nifas (puerperal bradycardia).
3) Tekanan Darah

iv

108

Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah


akan rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan.
Tekanan darah tinggi pada postpartum dapat menandakan
terjadinya preeklampsi postpartum.
4) Pernapasan
Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan
keadaan suhu dan denyut nadi. Apabila suhu dan denyut
nadi tidak normal pernafasan juga akan mengikutinya
kecuali ada gangguan khusus pada saluran pernafasan.
f. Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Menurut Wulandari (2011:106), cardiak output akan
meningkat selama persalinan dan berlangsung sampai kala III
ketika volume darah uterus dikeluarkan.penurunan terjadi pada
beberapa hari pertama postpartum dan akan kembali normal
pada akhir minggu ke 3 postpartum.
g. Perubahan Sistem Hematologi
Menurut Wulandari (2011:106), leukosit mungkin terjadi
selama persalinan, sel darah merah berkisar 15.000 selama
persalinan. Peningkatan sel darah putih berkisar antara 25.00030.000 merupakan manifestasi adanya infeksi pada persalinan
lama, dapat meningkat pada awal nifas yang terjadi bersamaan
denga peningkatan tekanan darah, volume plasma dan volume
sel darah merah.
h. Perubahan Sistem Musculoskeletal
Menurut Wulandari (2011:107), ligament, fisia dan
diafragma pelvis yang merenggang pada waktu persalinan,
setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan
pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh ke belakang
dan menjadi retrofleksi, karena ligament rotundum menjadi

iv

109

kendor. Stabilitas secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu


setelah persalinan.
2.1.3.4 Perubahan Atau Adaptasi Psikologis Pada Nasa Nifas
Setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan fisik dan
fisiologis yang juga mengakibatkan adanya beberapa perubahan
dari psikisnya. Ia mengalami stimulasi kegembiraan yang luar
biasa, menjalani proses eksplorasi dan asimilasi terhadap bayinya,
berada dibawah tekanan untuk dapat menyerap pembelajaran yang
diperlukan tentang apa yang harus diketahuinya dan perawatan
untuk bayinya, dan merasa tanggung jawab yang luar biasa
sekarang untuk menjadi seorang ibu. (Sulistyawati, 2009:87)
Tidak mengherankan bila ibu mengalami sedikit perubahan
perilaku dan sesekali merasa kerepotan. Masa ini adalah masa
rentan

dan

terbuka

untuk

bimbingan

dan

pembelajaran.

(Sulistyawati, 2009:87)
Reva Rubin membagi fase ini menjadi 3 bagian, antara lain:
a. Fase Taking in
Fase ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Pada
umumnya, ibu pasif dan tergantung, perhatiaanya tertuju pada
kekhawatiran akan tubuhnya (Sulistyawati, 2009:87).
Fase ini merupakan periode ketergantungan yang
berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah
melahirkan. Pada saat itu, fokus perhatian ibu terutama pada
dirinya sendiri. Kelelahan membuat ibu cukup istirahat untuk
mencegah gejala kurang tidur, seperti mudah tersinggung.
(Wulandari, 201:211)
Pada fase ini, perlu diperhatikan pemberian ekstra
makanan untuk proses pemulihan ibu dan nafsu makan ibu
juga sedang meningkat. (Jannah, 2011:80)

iv

110

Menurut Jannah (2011:111), gangguan psikologis yang


mungkin dirasakan ibu adalah:
1) Kekecewaan

karena

tidak

mendapatkan

apa

yang

diinginkan tentang bayinya misal jenis kelamin tertentu,


warna kulit, jenis rambut dan lain-lain.
2) Ketidaknyamanan sebagai akibat dari perubahan fisik yang
dialami ibu misal rasa mules karena rahim berkontraksi
untuk kembali pada keadaan semula, payudara bengkak,
nyeri luka jahitan.
3) Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya
4) Suami atau keluarga yang mengkritik ibu tentang cara
merawat

bayi

dan

cenderung

melihat

saja

tanpa

membantu.
Pada fase ini peran bidan sangat penting dalam
pemberian ASI, penentuan posisi disini penting, posisi ibu dan
bayi yang benar adalah sebagai berikut:
1) Berbaring miring, ini posisi yang amat baik untuk
pemeberian ASI pertama kali.
2) Duduk, hal ini penting untuk memberikan topangan atau
sandaran pada punggung ibu dalam posisinya tegak lurus
(90 derajat) terhadap pangkuannya hal ini mungkin dapat
dilakukan dengan duduk sila diatas tempat tidur atau di
lantai, atau duduk di kursi.(Anggraini Y, 2010:14)
b. Fase Taking hold (Masa Transisi)
Menurut Wulandari (2011:111-112), fase ini berlangsung
antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase taking hold, ibu
merasa

khawatir

akan

ketidakmampuan

dan

rasa

tanggungjawabnya dalam merawat bayi. Serta perasaan ibu


mudah tersinggung jika komunikasinya kurang hati-hati. Oleh

iv

111

karena itu memerlukan dukungan karena saat ini merupakan


kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan
dalam merwat diri dan bayinya sehingga tumbuh rasa percaya
diri.
c. Fase Letting go
Menurut Wulandari (2011:112), fase ini merupakan fase
menerima

tanggung

jawab

akan

peran

barunya

yang

berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai


menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Keinginan
untuk merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini.
2.1.3.5 Kebutuhan Dasar Ibu Pada Masa Nifas
a. Nutrisi dan cairan
Menurut Wulandari (2011:125-126), nutrisi atau gizi
adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan
metabolismenya. Pada masa nifas kebutuhan meningkat 25%
karena berguna untuk proses kesembuhan setelah melahirkan
dan untuk memproduksi air susu yang cukup untuk
menyehatkan bayi.
Menu makanan seimbang yang harus dikonsumsi adlah
porsi yang cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau
berlemak, tidak mengandung alkohol, nikotinserta bahan
pengawet atau pewarna. Disamping itu harus mengandung:
1) Sumber tenaga (energi)
Untuk pembakaran tubuh, pembentukan jaringan
baru, penghematan protein (jika sumber tenaga kurang,
protein

dapat

digunakan

sebagai

cadangan

untuk

memenuhi kebutuhan energi). Zat gizi sebagai sumber


karbohidrat terdiri dari beras, sagu, jagung, tepung terigu
dan ubi. Sedangkan zat lemak dapat diperoleh dari hewani

iv

112

(lemak, mentega, keju) dan nabati (kelapa sawit, minyak


sayur, minyak kelapa, dan margarine).
2) Sumber pembangun
Protein

diperlukan

untuk

pertumbuhan

dan

penggantian selsel yang rusak atau mati. Sumber protein


dapat diperoleh dari protein hewani (ikan, udang, kerang,
kepiting, daging ayam, hati, telur, susu, keju) dan protein
nabati (Kacang tanah, kacang merah, kacang hijau,
kedelai, tahu dan tempe).
3) Sumber pengatur dan pelindung (Mineral, Vitamin dan
Air)
Unsur-unsur tersebut digunakan untuk melindungi
tubuh dari serangan penyakit dan pengatur kelancaran
metabolisme dalam tubuh. Ibu menyusui dianjurkan
minum air sedikitnya 3 liter setiap hari. Sumber zat
pengatur dan pelindumg biasa diperoleh dari semua jenis
sayuran dan buah-buahan segar.
Tabel 2.10 : Penambahan makanan pada wanita dewasa,
hamil dan menyusui
Wanita
Zat Makanan

dewasa
Tidak hamil
(BB 47 kg)
2000 kalori
47 gram
0,6 gram
12 mg
4000 iu
0,7 mg
1,1 mg
12,2 mg

Kalori
Protein
Calcium
Ferrum
Vitamin A
Thamin
Riboflavin
Niacin

iv

Wanita hamil
20 minggu
terakhir
3000 kalori
20 gram
0,6 gram
5 mg
1000 iu
0,2 mg
0,2 mg
2 mg

Wanita
Menyusui
800 kalori
40 gram
0,6 gram
5 mg
2000 iu
0,5 mg
0,5 mg
5 mg

113

Vitamin C
b. Ambulasi

60 mg

30 mg

30G

Disebut juga early ambulation. Early ambulation adalah


kebijakan untuk selekas mungkin membimbing klien keluar
dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin
berjalan. Klien sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur
dalam 24-48 jam postpartum. Keuntungan early ambulation
adalah :
1) Klien merasa lebih baik, lebih sehat dan lebih kuat
2) Faal usus dan kandung kemih lebih baik
3) Dapat lebih memungkinkan dalam mengajari ibu untuk
merawat atau memelihara anaknya, memandikan dll selama
ibu masih dalam perawatan.
c. Eliminasi (BAK dan BAB)
1) Miksi
Disebut normal bila dapat buang air kecil spontan
setiap 3-4 jam. Ibu diusahan dapat buang air kecil sendiri,
bila tidak dilakukan dengan dengan tindakan :
a) Dirangsang dengan mengalirkan air kran dekat didekat
klien.
b) Mengompres dengan air hangat diatas symphisis.
Jika tidak berhasil dengan cara diatas, maka dilakukan
katerisasi. Karena prosedure katerisasi membuat klien
tidak nyaman dan resiko infeksi saluran kencing tinggi
untuk itu katerisasi dilakukan sebelum lewat 6 jam post
partum. (Wulandari, 2011:131)
2) Defekasi
Dalam 24 jam pertama pospartum, paisen harus sudah
dapat buang air besar karen asemakin lam feses tertahan

iv

114

dalam usu, semakin sulit baginya untuk buang air besar


secara lancar. Anjurkan pasien makan tinggi serat dan
banyak minum air putih. (Jannah, 2011:91)
d. Kebersihan Diri
Menurut Wulandari (2011:132), kebersihan diri meliputi:
1) Perawatan perineum
Apabila setelah buang air besar dan buang air kecil
perineum dibersihkan secara rutin. Caranya dibersihkan
dengan sabun yang lembut minimal sehari sekali. Biasanya
ibu merasa takut pada kemungkinan jahitannya akan lepas,
juga merasa sakit sehingga perineum tidak dibersihkan atau
dicuci. Cairan sabun dan sejenisnya sebaiknya dipakai
setelah buang air kecil atau buang air besar.
Membersihkan dengan mulai dari simphisis sampai
anal sehingga tidak terjadi infeksi. Ibu diberitahu caranya
mengganti pembalut yaitu bagian dalam jangan sampai
terkontaminasi oleh tangan. Pembalut yang sudah kotor
harus segera diganti paling sedikit 4 kali sehari.Sekaligus
melakukan pemeriksaan keadaan perineum dan anus.
2) Perawatan Payudara
a) Menjaga payudara tetap bersih dan kering terutama
puting susu dengan menggunakan BH yang menyokong
payudara.
b) Apabila putting susu lecet oleskan colostrum atau ASI
yang keluar pada sekitar putting susu setiap selesai
menyusui.
c) Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24
jam, ASI dikeluarkan dan diminimumkan dengan
menggunakan sendok.

iv

115

d) Untuk

menghilangkan

nyeri

ibu

dapat

diberikan

paracetamol 1 tablet setiap 4-6 jam.


e. Istirahat
Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang
berkualitas untuk memulihakn kembali keadaan fisiknya.
Keluarga disarankan untuk memberikan kesempatankepada ibu
untuk beristirahat yang cukup sebagai persiapan untuk
menyusui bayinya nanti. (Jannah, 2011:93)
Menurut Wulandari (2011:133), saat istirahat ibu
dianjurkan untuk:
1) Istirahat cukup untuk mengurangi kelelahan.
2) Tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur.
3) Kembali ke kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan.
4) Mengatur kegiatan rumahnya sehingga dapat menyediakan
waktu untuk istirahat pada siang kira-kira 2 jam dan
malam 7-8 jam.
Kerugian kurang istirahat pada ibu nifas dapat berakibat :
1) Mengurangi jumlah ASI
2) Memperlambat involusi, yang akhirnya bisa menyebabkan
perdarahan.
3) Depresi
Berdasarkan

penelitian

yang

dilakukan

oleh

Rusdiarti dari Institusi Akademi Kebidanan Jember, Dalam


waktu

istirahat

dapat

dilakukan

pijat

oksi

untuk

memperlancar ASI keluar. Pijat oksi dilakukan pada tulang


belakang mulai dari costa ke 5-6 sampai scapula yang
dilakukan selama 15 menit minimal sehari sekali yang
bertujuan untuk merangsang refleks oksitosin atau
reflexlet down yaitu rangsangan isapan bayi melalui

iv

116

serabut saraf, memacu hipofise bagian belakang untuk


mensekresi hormon oksitosin ke dalam darah.
Gambar 2.2 : Pijat Oksi pada Ibu Nifas

f. Seksual
Apabila perdarahan sudah berhenti dan episiotomi sudah
sembuh maka coitus bisa dilakukan pada 3-4 minggu
postpartum. Secara fisik, aman untuk melakukan seksual
begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu
atau dua jari kedalam vagina tanpa rasa nyeri. (Jannah,
2011:93)
Banyak

budaya

dan

agama

yang

melaranguntuk

melakukan hubungan seksual sampai masa waktu 40 hari atau


6 minggu setelah persalinan. Keputusan tersebut tergantung
pada pasangan yang bersangkutan. (Jannah, 2011:93)
g. Latihan senam nifas
Menurut Wulandari (2011:134-135), selama kehamilan
dan persalinan ibu banyak mengalami perubahan fisik seperti
dinding perut menjadi kotor, longgarnya liang senggama dan

iv

117

otot dasar panggul. Senam nifas adalah senam yang dilakukan


sejak hari pertama melahirkan setiap hari sampai hari
kesepeluh, terdiri dari sederetan gerakan tubuh yang dilakukan
untuk mempercepat pemulihan keadaan ibu.
Menurut Anggraini Y (2010:62), latihan senam nifas
dapat diberikan hari kedua, langkahnya:
1) Ibu terlentang lalu kedua kaki ditekuk, kedua tangan
ditaruh diatas dan menekan perut. Lakukan pernapasan
dada lalu pernapasan perut.
2) Dengan posisi yang sama, angkat bokong lalu taruh
kembali. Kedua kaki diluruskan dan disilangkan lalu taruh
kencangkan otot seperti menahan miksi dan defekasi.
3) Duduklah pada kursi, perlahan bungkukkan badan sambil
tangan berusaha menyentuh tumit.
Gambar 2.3 : Senam Nifas

iv

118

Manfaat senam nifas antara lain:


1) Senam nifas membantu memperbaiki sirkulasi darah
2) Senam nifas membantu memperbaiki sikap tubuh dan
punggung setelah melahirkan
3) Memperbaiki otot tonus
4) Memperbaiki otot pelvis dan perenggangan otot abdomen.
5) Memperbaiki juga memperkuat otot panggul
6) Membantu ibu untuk lebih rileks dan segar pasca
melahirkan.
h. Keluarga Berencana
Menurut

Wulandari

(2011:139),

idealnya

setelah

melahirkan boleh hamil lagi setelah dua tahun. Pada dasarnya


ibu tidak mengalami ovulasi selama menyusui eksklusif atau
penuh enam bulan dan ibu belum mendapatkan haid (metode
amenorhe laktasi). Meskipun setiap metode kontrasepsi
beresiko, tetapi menggunakan kontrasepsi jauh lebih aman.
Jelaskan pada ibu berbagai macam metode kontrasepsi yang
diperbolehkan selama menyusui, yang meliputi:
1) Cara penggunaan
2) Kelebihan dan kekurangan
3) Indikasi dan kontraindikasi
4) Efektifitas
Metode hormonal, khususnya kombinasi oral (esterogenprogesterone) bukanlah pilihan pertama bagi ibu yang
menyusui. Oleh karena itu janganlah menganjurkannya
kurang dari 6 minggu pasca persalinan. Umumnya bagi ibu
menyusui tidak perlu melakukan sampai saat itu, karena
akan mempersingkat lamanya pemberian ASI, akibatnya
hormone steroid dalam jumlah kecil ditemukan dalam ASI.

iv

119

i. Pemberian ASI
Menurut Wulandari (2011:139), hal-hal yang perlu
diberitahukan kepada pasien :
1) Menyusui bayi segera setelah lahir minimal 30 menit bayi
telah disusukan.
2) Ajarkan cara menyusui yang benar.
3) Memberikan ASI secara penuh 6 bulan tanpa makanan lain
(ASI eksklusif)
4) Menyusui tanpa jadwal, sesuka bayi (on demand)
5) Diluar menyusui jangan memberikan dot / kempeng pada
bayi, tapi berikan ASI dengan sendok.
6) Penyapihan bertahap meningkatkan frekuensi makanan
dan menurunkan frekuensi pemberian ASI.
2.1.3.6 Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas
a. Perdarahan Pasca Persalinan
Perdarahan ini bisa terjadi segera begitu ibu melahirkan.
Terutama di dua jam pertama yang kemungkinannya sangat
tinggi. Ada pula perdarahan postpartum yang baru terjadi di
hari kedua atau ketiga.
1) Klasifikasi Klinis
Perdarahan pascapersalinan di bagi menjadi perdarahan
pascapersalinan primer dan sekunder.
a) Perdarahan

pascasalin

primer

(Early

Postpartum

Haemorrhage, atau perdarahan pascapersalinan segera),


yaitu perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama.
Penyebab utamanya adalah atonia uteri, retensio
plasenta, sisa plasenta dan robekan jalan lahir.
b) Perdarahan pascapersalinan sekunder (Late Postpartum
Haemorrhage), yaitu perdarahan yang terjadi setelah 24

iv

120

jam pertama. Penyebab utamanya adalah robekan jalan


lahir dan sisa plasenta atau membran.
b. Infeksi Masa Nifas
Infeksi kala nifas adalah infeksi peredangan pada semua
alat genetalia pada masa nifas oleh sebab apapun dengan
ketentuan meningkatnya suhu badan melebihi 380C tanpa
menghitung hari pertama dan berturut-turut selama 2 hari.
c. Keadaan Abnormal Pada Payudara
Beberapa keadaan abnormal pada payudara yang
mungkin terjadi adalah:
1) Bendungan ASI
Disebabkan oleh penyumbatan pada saluran ASI. Keluhan
mamae bengkak, keras dan terasa panas sampai suhu badan
meningkat.
2) Mastitis dan Abses Mamae
Infeksi ini menimbulkan demam, nyeri lokal pada mamae,
pemadatan mamae dan terjadi perubahan warna kulit
mamae.
d. Demam
Demam pada masa nifas menunjukkan adanya infeksi,
yang tersering infeksi kandungan dan saluran kemih.
e. Eklampsia dan Pre Eklampsia
Biasanya orang yang menyebutnya keracunan kehamilan.
Ini ditandai dengan munculnya tekanan darah tinggi, oedem
atau pembengkakan pada tungkai, dan bila diperiksa di
laboratorium urinnya terlihat mengandung protein. Dikatakan
eklampsia bila sudah terjadi kejang.
f. Infeksi Dari Vagina Ke Rahim

iv

121

Adanya lochea atau darah dan kotoran pada masa nifas


inilah

yang

mengharuskan

ibu

membersihkan

daerah

vaginanya dengan seksama setelah BAK (buang air kecil) atau


BAB (buang air besar).
2.1.3.7 Tindak Lanjut Asuhan Masa Nifas Di Rumah
a. Jadwal Kunjungan Rumah (Wulandari, 2011:141)
Tabel 2.11: Jadwal Kunjungan Rumah Pada Masa Nifas
No

Waktu

Tujuan

.
1

6-8 jam post partum

Mencegah perdarahan pada masa nifas


karena atonia uteri
Mendeteksi dan merawat penyebab lain
Pemberian ASI awal
Melakukan hubungan antara ibu dan
BBL
Menjaga bayi tetap sehat dengan cara

6 hari post partum

mencegah hypotermi
Memastikan involusi uterus berjalan
normal : uterus berkontraksi fumdus
dibawah

umbilicus,

tidak

ada

perdarahan abnormal, tidak ada bau


Menilai adanya tanda-tanda demam,
infeksi, atau perdarahan abnormal
Memastikan ibu mendapatkan cukup
makanan, cairan dan istirahat
Memastikan ibu menyusui dengan baik
dan tidak memperhatikan tanda-tanda
penyulit
Memberikan

konseling

pada

ibu

mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,


menjaga bayi tetap hangat dan merawat
bayi sehari-hari.

iv

122

minggu

post Sama seperti diatas (6 hari post partum)

partum
6
minggu

post Menanyakan pada ibu tentang penyulit-

partum

penyulit yang ibu atau bayi alami


Memberikan konseling untuk KB secara

dini
b. Asuhan Lanjutan Masa Nifas dirumah
Menurut Wulandari (2011:142), adapun beberapa asuhan
lanjut masa nifas di rumah. Diantaranya yaitu:
1) Koitus
Kembali melakukan aktivitas sexsual terlalu dini
mungkin akan terasa tidak nyaman, bila tidak tersa sangat
nyeri, yang di akibatkan oleh belum sempurnya infolusi
uterus an penyembuhan luka uterus atau laserasi.
Aturan yang paling baik untuk di ikuti adalah setelah 2
minggu post partum, koitus dapat dilakukan kembali
berasarkan keinginan dan kenyamanan pasien.
2) Kembalinya menstruaasi dan ovulasi
Pada wanita menyusui, mentrulasi pertma dapat terjadi
paling cepat pada bulan ke 2 atau selambat lambatnya 18
bulan setelah peralinan. Ovulasi dini tiak i hambat oleh
laktasi yang terus menerus. Apat juga di lakukan
pemasangan alat kontrasepsi.
3) Perawatan lanjutan lain
Pada saat pemulangan, wanita yang melahirkan normal
dan sedang dalam masa nifas dapat mengerjakan banyak
kegiatan, termasuk mandi, mengemudi, dan mengerjakan
pekerjaan rumah tangga. Wanita yang melahirkan normal
pervaginam 2 kali lebih mungkin memperoleh kembali

iv

123

energi normalnya pada waktu ini di banding mereka yang


melahirkan dengan SC
c. Pelaksanaan Asuhan Nifas
Menurut Wulandari (2011:146-147), beberapa asuhan
nifas meliputi:
1) Ibu baru pulang dari RS
a) Keputusan bersama antara tenaga kesehatan dengan
ibu/keluarga.
b) Bidan

memberikan

informasi

tentang

ringkasan

prosespersalinan, hasil dan info lain yang relevan.


c) Mengulang kembali bilamana perlu.
2) Kunjungan postnatal rutin
a) Kunjungan rumah dilakukan minimal 2x setiap hari.
b) Mengajarkan ibu dan keluarga tentang perawatan bayi
baru lahir.
c) Mengajarkan ibu untuk merawat diri.
d) Memberikan saran dan nasehat sesuai kebutuhan dan
realistis.
e) Bidan harus sabar dan telaten menghadapi ibu dan
bayi.
f) Melibatkan keluarga saat kunjungan rumah
2.1.4

Neonatus atau Bayi Baru Lahir

2.1.4.1 Definisi Neonatus


Neonatus adalah masa kehidupan pertama di luar rahim
sampai dengan usia 28 hari, dimana terjadi perubahan yang sangat
besar dari kehidupan didalam rahim menjadi diluar rahim. Pada
masa ini terjadi pematangan organ hampir pada semua system
(Sukarni Icemi, 2013 : 277).

iv

124

Neonatal adalah jabang bayi baru lahir hingga berumur


empat minggu. Neonatus adalah fase awal ketika seorang manusia
lahir ke bumi. Neonatus adalah organisme pada periode adaptasi
kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin. Pertumbuhan dan
perkembangan normal masa neonatal adalah 28 hari (Purwoastuti
Endang, 2015 : 131).
Bayi baru lahir normal normal adalah bayi yang lahir
dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai
alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42
minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai Apgar >7 dan
tanpa cacat bawaan. (Yeyeh, 2012:2).
Neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai
dengan usia 1 bulan sesudah lahir. Neonates dini adalah bayi
berusia 0-7 hari.Neonatus lanjut adalah bayi berusia 7-28 hari
(Wafi Nur Muslihatun, 2010).
Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dalam presentasi
belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat pada usia
kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan
berat badan 2500-4000 gram, nilai apgar lebih >7 dan tanpacacat
bawaan (Yulianti Lia, 2013: 2).
2.1.4.2 Penilaian Awal Neonatus
Skor Apgar tidak digunakan untuk menentukan tindakan
resusitasi. Skor ini hanya untuk mengetahui keadaan bayi baru
lahir bukan untuk menentukan apakah bayi asfiksia atau tidak.
Skor Apgar dinilai pada menit pertama, 5 menit, dan tiap 5 menit
apabila skornya masih <7. Skor ini terdiri dari 5 parameter yaitu
Appearance (warna kulit), Pulse (denyut jantung), Grimace
(refleks), Activity (tonus otot), Respiration (usaha napas). Setiap
parameter diberi nilai 0-2, di mana makin tinggi makin baik.

iv

125

Tabel 2.12 APGAR Skor


Frekuensi jantung

0
tidak ada

1
Kurang dari 100

Usaha nafas

tidak ada

Lemah/tidak teratur baik/menangis

Tonus otot

lumpuh

(slow/ irregular)
(good/crying)
ekstremitas
dalam gerakan aktif

Reaksi

terhadap tidak ada

rangsangan
Warna kulit

2
lebih dari 100

fleksi sedikit
sedikit
gerakan batuk/bersin
mimik (grimace)
Badan
merah Seluruh

Pucat

ekstremitas biru

tubuh

kemerahmerahan

2.1.4.3 Penilaian Bayi untuk Tanda-tanda Kegawatan


Sernua bayi baru lahir harus dinilai adanya tanda-tanda
kegawat/kelainan yang menunjukkan suatu penyakit. bayi baru
lahir dinyatakan sakit apabila mempunyai salah satu atau beberapa
anda-tanda berikut.
a. Sesak napas
b. Frekuensi pernapasan 60 kali/menit Gerak retraksi di dada
c. Malas minum
d. Panas atau suhu badan bayi rendah Kurang aktif
e. Berat lahir rendah (1500-2500 gram) dengan kesulitan
minum (prawirohardjo, 2010: 139)
2.1.4.4 Ciri-ciri Neonatus
a. Baik Berat badan 2500 4000 gram
b. Panjang badan 48 52 cm

iv

126

c. Lingkar dada 30 38 cm
d. Lingkar Kepala 33 35 cm
e. Frekuensi jantung 120 160 kali/menit
f. Pernafasan 40 60/menit
g. Kulit kemerah merahan dan licin karena jaringan sub kutan
cukup
h. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah
sempurna
i. Kuku agak panjang dan lemas
j. Genetalia ;
1) Perempuan labia mayora sudah sudah menutupi labia
minora.
2) Laki Laki testis sudah turun, skrotum sudah ada.
k. Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan
l. Reflek morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik
m. Reflek graps atau menggenggam sudah baik
n. Eliminasi baik, meconium akan keluar dalam 24 jam pertama,
meconium berwarna hitam kecoklatan ( Putra Rizema S, 2012:
191).
2.1.4.5 Adaptasi Fisiologis Neonatus di Luar Uterus
Menurut (Yeyeh, 2012:38-41), saat lahir BBL harus
beradaptasi dari keadaan yang sangat tergantung menjadi mandiri.
Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula
berada dalam lingkungan interna ke lingkungan eksterna.
a. Perubahan Sistem Pernapasan
Dua faktor yang berperan pada rangasangan nafas
pertama bayi:

iv

127

1) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik


lingkungan luar rahim yang merangsang pusat
pernapasan di otak.
2) Tekanan terhadap rongga dada yang terjadi karena
kompresi

paru-paru

selama

persalinan

yang

merangsang masuknya udara kedalam paru-paru


secara mekanis.
Upaya pernapasan pertama seorang bayi berfungsi
untuk: menggeluarkan cairan dalam paru-paru dan
mengembangkan jaringan alveolus dalam paru-paru
untuk pertama kali.
b. Perubahan Dalam Sistem Peredaran Darah.
Setelah lahir darah bayi harus melewati paru untuk
mengambil O2 dan mengantarkannya ke jaringan.
Untuk membuat sirkulasi yang baik guna mendukung
kehidupan luar rahim harus terjadi 2 perubahan besar.
Penutupan foramen ovale pada atrium jantung. Penutupan
duktus arteriosus antara arteri paru-paru dan aorta.
Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan
tekanan pada seluruh sistem pembuluh tubuh. Oksigen
menyebababkan sistem pembuluh darah mengubah tekanan
dengan cara mengurangi dan meningkatkan resistensinya
hingga mengubah aliran darah. Dua peristiwa yang
mengubah tekanan dalam sistem pembuluh darah yaitu:
1) Pada saat tali pusat di potong.
2) Pernapasan pertama menurunkan resistensi pembuluh
darah paru-paru dan meningkatkan tekanan atrium
kanan.
c. Sistem Pengaturan Tubuh.

iv

128

1) Pengaturan suhu
Suhu dingin lingkungan luar menyebabkan air
ketuban

menguap

melalui

kulit

sehingga

mendinginkan darah bayi.


2) Mekanisme kehilangan panas.
Bayi dapat kehilangan panas tubuhnya melalui cara
berikut ini:
a) Konduksi
Panas dihantarkan dari tubuh bayi ketubuh benda
disekitarnya yang kontak langsung dengan tubuh
bayi.

Seperti

menimbang

bayi

tanpa

alas

timbangan, menggunkan stetoskop dingin untuk


pemeriksaan bayi baru lahir.
b) Konveksi
Panas hilang dari bayi ke udara sekitarnya yang
sedang bergerak (jumlah panas yang hilang
tergantung pada kecepatan dan suhu udara),
seperti membiarkan atau menempatkan bayi baru
lahir dekat jendela, membiarkan diruangan yang
terpasang kipas angin.
c) Radiasi
Panas dipancarkan dari bayi baru lahir, keluar
tubuhnya

kelingkungan

yang

lebih

dingin

(pemindahan panas antara dua objek yang


mempunyai suhu berbeda), seperti bayi baru lahir
di biarkan dalam ruangan AC tanpa diberikan
pemanas (Radiant Warmer), bayi baru lahir
dibiarkan keadaan telanjang, bayi baru lahir

iv

129

ditidurkan berdekatan dengan ruangan yang


dingin, misalnya dekat tembok.
d) Evaporasi
Panas hilang melalui proses penguapan tergantung
kepada

kecepatan

dan

kelembaban

udara( perpindahan panas dengan cara merubah


cairan menjadi uap). Evaporasi dipengaruhi oleh
jumlah panas yang dipakai, tingkat kelembaban
udara, aliran udara yang melewati. Untuk
mengurangi kehilangan panas tersebut yaitu
dengan mengatur suhu lingkungan, membungkus
tubuh bayi dengan kain hangat (Marmi, 2014: 27).
3) Metabolisme glukosa
Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam
jumlah tertentu. Pada BBL, glukosa darah akan turun
dalam waktu cepat (1-2 jam).
d. Perubahan Sistem Gastrointensial.
Reflek gumoh dan reflek batuk yang matang sudah
terbentuk pada saat lahir. Sedangkan sebelum lahir bayi
sudah mulai menghisap dan menelan. Kemampuan
menelan dan mencerna makanan (selain susu) terbatas
pada bayi. Hubungan antara esofagus bawah dan lambung
masih belum sempurna yang berakibat gumoh. Kapasitas
lambung juga terbatas, kurang dari 30 cc dan bertambah
secara lambat sesuai pertumbuhan janin.
e. Perubahan Sistem Kekebalan Tubuh.
Sistem imunitas BBL belum matang sehingga rentan
terhadap infeksi. Kekebalan alami yang dimiliki bayi
diantaranya:

iv

130

1) Perlindungan oleh kulit membran mukosa.


2) Fungsi jaringan saluran nafas.
3) Pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus.
4) Perlindungan kimia oleh lingkungan dan lambung,
kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel
oleh sel darah yang membantu membunuh organisme
asing.
2.1.4.6 Asuhan pada Neonatus
a. Pencegahan infeksi
BBL sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh
paparan atau kontaminasi mokroorganisme selama proses
persalinan berlangsung maupun beberapa saat setelah lahir.
Sebelum menangani BBL pastikan penolong persalinan telah
melakukan upaya pencegahan infeksi sebagai berikut:
1) Persiapan diri
Cuci tangan dengan seksama kemudian keringkan,
sebelum dan setelah bersentuhan dengan bayi, serta
memakai sarung tangan bersih pada saat menagani bayi
yang belum dimandikan.
2) Persiapan alat
Pastikan

semua

peralatan

dan

bahan

yang

digunakan, terutama klem, gunting, alat-alat resusitasi


dan benang tali pusat telah di desinfeksi tingkat tinggi
(DTT) atau sterilisasi. Gunakan bola karet penghisap
yang baru dan bersih jika akan melakukan pengisapan
lender dengan alat tersebut. Jsngsn menggunakan bola
karet ysng sama untuk lebih dari satu bayi. Pastikan
semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan
untuk bayi, sudah dalam keadaan bersih. Demikian pula

iv

131

halnya timbangan, pita pengukur, thermometer, stetoskop


dan benda-benda lain yang akan bersentuhan dengan
bayi, jauga bersih. Dekomentasi dan cuci semua alat
setiap kali setelah digunakan.
3) Persiapan tempat
Gunakan ruangan yang hangat dan terang, siapkan
tempat resusitasi yang datar, rata, cukup keras, bersih,
kering dan hangat misalnya meja, diapnatau lantai beralas
tikar. Sebaiknya dekat pemancar panas dan tidak
berangin, tutup jendela dan pintu.
(APN, 2014 : 119-120)
b. Pencegahan Kehilangan Panas
Saat lahir, mekanisme pengaturan temperature tubuh pada
BBL, belum berfungsi sempurna. Oleh karena itu, jika tidak
segera dilakukan upaya pencegahan kehilangan panas tubuh
maka BBL dapat mengalami hipotermia. Bayi dengan
hipotermia, berisiko tinggi untuk mengalami sakit berat atau
bahkan kematian. Hipotermia mudah terjadi pada bayi yang
tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera dikeringkan
dan diselimuti walaupun berada didalam ruangan yang relative
hangat. Bayi premature atau berta lahir rendah juga sangat
rentan untuk mengalami hipotermia. Walaupun demukian, bayi
tidak boleh menjadi hipertermia (temperature tubuh lebih dari
37,5oC).
Mekanisme kehilangan panas:
1) Evaporasi
2) Konduksi
3) Konveksi
4) Radiasi

iv

132

Cegah kehilangan panas melalui:


1) Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian
tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan
verniks. Verniks akan membantu menghangatkan tubuh
bayi. Ganti handuk basah dengan handuk atau kain yang
kering. Biarkan bayi berada diatas perut ibu.
2) Letakkkan bayi didada ibu agar ada kontak kulit ibu
kekulit bayi
Letakkan nayi tengkurap didada ibu. Luruskan dan
usahakan kedua bahu bayi menempel didada atau perut
ibu. Usahakan kepala bayi berada diatas payudara ibu
dengan posisi sedikit lebih rendah dari putting payudara
ibu.
3) Selimuti ibu dan bayi dan pasang topi dikepala bayi
Selimuti tubuh ibu dan bayi dengan kain hangat dan
pasang topi dikepala bayi. Bagian kepala bayi meiliki
luas permukaan yang relatif luas dan bayi akan dengan
cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup.
4) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru
lahir
Lakukan penimbangan setelah satu jam kontak kulit
ibu ke kulit bayi dan bayi selesai menyusu. Karena BBL
cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya (terutama
jika tidak berpakaian). Sebelum melakukan penimbangan
terlebih dulu selimuti bayi dengan kain atau selimut
bersih dan kering. Berat bayi dapat dinilai dari selisih
berat bayi paa saat berpakaian atau diselimuti dikurangi
dengan barat pakaian atau selimut. Bayi sebaiknya

iv

133

dimandikan pada waktu yang tepat yaitu tidak kurang


dari 6 jam setelah lahir dan setelah kondisi stabil.
Memandikan bayi dalam beberapa jam pertama setelah
lahir dapat menyebabkan hipotermia yang sangat
membahayakan kesehatan BBL.
(APN, 2014 : 123-125)
c. Merawat Tali Pusat
Memotong dan mengikat tali pusat
1) Klem, potong dan ikat talipusat pada dua menit pasca
bayi

lahir.

Protocol

untuk

penyuntikan

oksitosin

dilakukan sebelum tali pusat dipotong.


2) Lakukan penjepitan ke-1 tali pusat dengan klem logam
DTT 3 cm dari dinding perut (pangkal pusat) bayi. Dari
titik jepitan, tekan talin pusat dengan dua jari kemudian
dorong isi tali pusat kearah ibu (agar daerah tidak
terpancar pada saat tidak dilakukan pemotongan tali
pusat). Lakukan penjepitan ke-2 dengan jarak 2 cm dari
tempat jepitan ke-1 ke arah ibu.
3) Pegang tali pusat diantara kedua klem tersebut, satu
tangan menjadi landasan tali pusat sambil melindungi
bayi, tangan yang lain memotong tali pusat diantara ke
dua klem tersebut dengan menggunakan gunting DTT
atau steril.
4) Ikat tali pusat dengan benang DTT atausteril pada satu
sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan
mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
5) Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan masukkan
kedalam larutan klorin 0,5%.

iv

134

6) Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk upaya Inisiasi


Menyusu Dini.
Nasihat untuk merawat tali pusat :
1) Jangan membungkus punting talipusat atau mengoleskan
cairan atau bahan apapun ke punting tali pusat.
Nasihatkan hal ini juga pada ibu dan keluarganya.
2) Mengoleskan

alcohol

diperkenankan,

tetapi

atau

povidon

tidak

iodine

dikompreskan

maish
karena

menyebab tali pusat lembab atau basah


3) Berikan nasihat pada ibu dan keluarga sebelum
meninggalkan bayi:
a) Lipat popok dibawah punting tali pusat
b) Jika punting tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati)
dengan air DTT dan sabun segera keringkan secara
seksama dengan menggunakan kain bersih.
(JNPK-KR, 2014 : 126)
d. Pemberian ASI
1) Inisiasi Menyusu Dini
Langkah inisiasi menyusu dini (IMD)
a) Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan kulit
dengan ibunya segera setelah lahir selama paling
sedikit satu jam.
b) Bayi harus dibiarkan untuk melakukan IMD dan ibu
dapat mengenali bahwa bayinya siap untuk menyusu
serta member bantuan jika diperlukan
c) Menunda

semua

prosedur

lainnya

yang

harus

dilakukan kepada BBL hingga inisiasi menyusu selesai


dilakukan, prosedur tersebut seperti: pemberian salep

iv

135

mata/tetes mata, pemberian vitamin K1, menimbang


dan lain-lain.
Prinsip menyusu/pemberian ASI adalah dimulai sedini
mungkin dan ekslusif.
2) Keuntungan Menyusu Dini Bagi Ibu dan Bayi
a) Menstabilkan pernapasan dan detak jantung
b) Mengendalikan temperatur tubuh bayi
c) Memperbaiki atau membuat pola tidur bayi lebih baik
d) Mendorong keterampilan bayi untuk menyusu labih
cepat dan efektif
e) Meningkatkan kenaikan berat badan (bayi lebih cepat
kembali keberat lahirnya)
f) Meningkatkan hubungan psikologis antar ibu dan bayi
g) Mangurangi tangis bayi
h) Mengurangi

infeksi

bayi

dikarenakan

adanya

kolonisasi kuman di usus bayi akibat kontak kulit ibu


dengan kulit bayi dan bayi menjilat kulit ibu.
i) Mengeluarkan

mekonium

lebih

cepat,

sehingga

menurunkan kejadian ikterus BBL


j) Memperbaiki kadar gula dan parameter biokimia lain
selama beberapa jam pertama hidupnya
k) Mengoptimalisasi keadaan hormonal bayi
3) Keuntungan IMD untuk ibu
Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin pada ibu.
a) Pengaruh oksitosin:
(1) Membantu kontraksi uterus sehingga menurunkan
risiko perdarahan pasca persalinan
(2) Merangsang

pengeluaran

meningkatkan produksi ASI

iv

kolostrum

dan

136

(3) Membantu mengatasi stress sehingga ibu merasa


lebih tenang dan tidak nyeri pada saat plasenta
lahir dan prosedur pasca persalian lainnya.
b) Pengaruh prolaktin
(1) Meningkatkan produksi ASI
(2) Menunda ovulasi
4) Keuntungan IMD untuk bayi
a) Mempercepat keluarnya kolostru yaitu makanan dengan
kulitas optimal untuk kebutuhan bayi
b) Mengurangi infeksi denag kekebalan pasif (melalui
kolostrum) maupun aktif
c) Mangurangi 22% kematian bayi berusia 28 hari
kebawah
d) Meningkatkan keberhasilan menyusi secara eksklusif
dan

lamanya

bayi

disusui

membantu

bayi

mengkordinasikan kemapuan isap, telan dan napas.


Reflek menghisap awal pada bayi paling kuat dalam
beberapa jam pertama setelah lahir.
e) Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu denga bayi
f) Mencegah kehilangan panas.
5) Cara menyusui yang benar
a) Menyusui dalam posisi dan perlekatan yang benar,
sehingga menyusui efektif
b) Menyusui minimal 8 kali semalam (24 jam)
c) Menyusui

kanan-kiri

perpindahan

kesisi

secara
lain

bergantian,

setelah

mengosongkan

payudara yang sednag disusukan.


d) Keuntungan pengosongan adalah :
(1) Mencegah pembengkakan payudara

iv

hanya

137

(2) Meningkatkan prosuksi ASI


(3) Bayi mendapatkan komposisi ASI yang lengkap
(ASI awal dan akhir)
6) Posisi menyusui:
a) Seluruh badan bayi tersangga denagn baik, jangan
hanya leher dan bahunya saja
b) Kepala dan tubuh bayi lurus
c) Badan bayi menghadap ke dada ibunya
d) Badan bayi dekat ke ibunya
7) Tanda-tanda perlekatan menyusu yang baik :
a) Dagu bayi menempel payudara ibu
b) Mulut bayi terbuka lebar
c) Bibir bawah bayi membuka keluar
d) Areoa bagian atas ibu tampak lebih banyak
(JNPK-KR,
2014 : 127-132)
e. Pencegahan perdarahan
Semua BBL harus diberi vitamin K1 (phytomenadione)
injeksi 1 mg intramuskuler dipaha kiri anterolateral segera
setelah pemberian salep mata, untuk mencegah perdarahan
BBL akibat defiensi vitamin K yang dapat dialami oleh
sebgaian BBL. (JNPK-KR, 2014 : 135)
f. Pencegahan infeksi mata
Salep mata atau tetes mata diberikan setelah proses IMD
dan bayi selesai menyusu. Pencegahan infeksi mata tersebut
mengandung tetrasiklin 1% atau antibiotika lain. Upaya
pencegahan infeksi mata kurang efektif jika diberikan kurang 1
jam setelah kelahiran. (JNPK-KR, 2014 : 135)
g. Pemeriksaan antropometri

iv

138

Lakuka pemeriksaan antropometri untuk tiap bagian


sesuai daerah yang dilakukan pemeriksaan, untuk mencegah
bayi tidak dibuk tutup pakaian berkali-kali karena akan
mengakibatkan suhu tubuh bayi tidak stabil, pemeriksaan
antara lain :
1) Penimbangan berat badan : 2500gr-4000gr
2) Bagian kepala : fronto occipitalis 34cm, mento occipitalis
35cm, suboccipito bregmatika 32cm.
3) Panjang badan : 48-52cm.
4) Lingkar dada : 30-38cm.
h. Pemeriksaan tanda-tanda vital
Frekuensi jantung :120-160x/menit.
Pernapasan : 40-60x/menit.
Suhu : 36,5 C-37,5 C
i. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
Lakukan pemeriksaan terhadap adanya trauma kelahiran
misalnya : caput suksedaneum, sefal hematoma, perdarahan
subaponeurotik atau fraktur tulang tengkorak.
2) Wajah
Wajah harus tampak sietris, kelainan wajah yang khas
seperti sindrom down atau sindrom piere robin, perhtikan
juga kelainan wajah akibat trauma lahir seperti laserasi,
paresi N fasialis (Rukiyah Yeyeh, 2012: 54)
3) Mata
Inspeksi area mata dan kelopak mata, mata harus didapati
bersih dan kelopak mata tidak bengkak, perdarahan
subkonjungtiva mungkin ada.
4) Telinga

iv

139

Inspeksi telinga luar waspada terhadap telinga yang


letaknya rendah, yang berhubungan dengan masalah
kongenital yang beragam.
5) Hidung
Inspeksi lubang hidung harus didapati bersih dan tanpa
mukus, waspada terhadap pernapasan cuping hidung.
6) Mulut
Inspeksi mulut bagian dalam dan palpasi platum atas.
Platum atas dan bawah biasanya tidak utuh bisa dilihat pada
saat bayi menangis, inspeksi gusi untuk jumlah gigi
kelebihan.
7) Dada
Inspeksi dada harus berbentuk simetris. Mamae dapat
berbentuk datar atau melebar sedikit karena efek estrogen
ibu. Hitung frekuensi pernapasan lebih dari 1 menit.
8) Jantung
Auskultasi frekuensi nadi apikal berkisar dari 120 hingga
160x/ menit, tetapi kisaran ini dapat menjadi lebih rendah
dari 100x/menit pada saat tidur.
9) Abdomen
Inspeksi, auskultasi, palpasi. Abdomen harus berbentuk
datar hingga sedikit melingkar (tanpa distensi) dan bunyi
usus halus dapat didengar pada setiap kuadran. Tali pusat
sebaiknya didapati dalam keadaan kering dan tidak ada
kemerahan, rabas atau perdarahan.
10) Genetalia
Inspeksi genetalia biasanya dapat dibedakan secara jelas.
Kedua testis harus dapat diraba pada skrotum. Fariasi yang
umum : menstruasi palsu (sedikit perdarahan vagina) pada

iv

140

bayi wanita yang berhubungan dengan pajanan estrogen


ibu.
11) Punggung
Inspeksi pungguung biasanya halus, tidak ada tumpukan
rambut pada punggung bawah.
12) Paha
Inspeksi dan lakukan gerakan Ortolani untuk menemukan
adanya dislokasi kongenital pada paha (dislokasi paha).
Tungkai harus didapati sama panjangnya, dan lipatan kulit
pada kedua paha kanan dan kiri bagian posterior harus
simetris.
13) Ekstremitas
Inspeksi seluruh ekstremitas seharusnya disapati simetris,
dan bergerak dengan serentak. Hitung jumlah jari kaki dan
tangan, inspeksi keriput telapak tangan dan cekungan kaki.
Catat adanya jari dempet (sindaktili) (Ladewig W Partecia,
dkk, 2006: 168-170).
j. Imunisasi Pada Neonatus dan Bayi
Kata imun berasal dari bahasa latin (immunitas) yang
berarti pembebasan (kekebalan) yang diberikan kepada para
senator romawi selama masa jabatan mereka terhadap
kewajiban sebagai warganegara biasa dan dakwaan. Dalam
sejarah

istilah

pengertiannya

ini

berubah

kemudian

berkembang

sehingga

menjadi

perlindungan

terhadap

penyakit, dan lebih spesifik lagi, terhadap penyakit menular (Ai


yeyeh Rukiyah, Lia Yuliati, 2012 : 312).
Imunisasi HB-0 diberikan 1 jam setelah pemberian
vitamin K1 dengan dosis 0,5 ml intramuskuler dipaha kanan
anterolateral. Imunisasi HB-0 untuk mencegah infeksi hepatitis

iv

141

B terhadap bayi (Pusdiknakes, 2015 : 101).


2.1.4.7 KUNJUNGAN NEONATUS
2.1.4.7.1

Rencana Asuhan 2-6 hari


1) Beri ASI sesuai dengan kebutuhan setiap 2-3 jam
(paling sedikit setiap 4 jam) mulai dari hari pertama.
2) Pertahankan agar bayi selalu dengan Ibu.
3) Jaga bayi dalam keadaan bersih, hangat dan kering
dengan mengambil popok dan selimut sesuai dengan
keperluan. Pastikan bayi tidak terlalu panas dan terlalu
dingin (dapat menyebabkan dehidrasi, ingat bahwa
kemampuan pengaturan suhu

bayi masih dalam

perkembangan). Apa saja yang dimasukkan kedalam


mulut bayi harus bersih.
4) Jaga tali pusat dalam keadaan bersih dan kering.
5) Peganglah, sayangi dan nikmati kehidupan bersama
bayi.
6) Awasi masalah dan kesulitan pada bayi dan minta
bantuan jika perlu.
7) Jaga keamanan bayi terhadap trauma penyakit atau
infeksi.
8) Ukur suhu tubuh bayi jika tampak sakit atau menyusu
kurang baik.
9) Penyuluhan sebelum bayi pulang.
a) Perawatan tali pusat
b) Pemberian ASI

iv

142

c) Jaga kehangatan bayi


d) Tanda tanda bahaya
e) Imunisasi
f) Perawatan harian atau rutin
g) Pencegahan infeksi dan kecelakaan
(Marmi, dan Rahardjo Kukuh, 2012 : 8586)
2.1.4.7.2

Asuhan pada 6 minggu pertama


Di butuhkan pendidikan kesehatan kepada keluarga
tentang perawatan bayi, yaitu :
1) Tempat tidur yang tepat
2) Memandikan bayi
3) Mengenakkan pakaian
4) Perawatan mata dan telinga
5) Kapan membawa bayi keluar rumah
6) Pemeriksaan
7) Pemantauan berat badan
(Marmi, dan Rahardjo Kukuh, : 104-106)

2.1.4.7.3

Neonatus
Tanggal :

Jam :

S : Ibu mengatakan telah melahirkan bayinya pukul


WIB, bayi sudah bisa minum ASI.

iv

143

O:

KU

: Baik

Kesadaran

: Composmentis

Nadi

: 120-160x/menit

Suhu

: 36,5-37,5C

RR

: 40-50x/menit

LD

: 30-38cm

BB

: 2500-4000gram

PB

: 48-58cm

LK

: 32-34cm

BAB / BAK : 1-3x konsistensi: 1x lembek


2.1.4.7.4

Tujuan Asuhan pada bayi baru lahir


Asuhan bayi baru lahir yaitu memberikan asuhan
komperhensif kepada bayi baru lahir pada saat masih di
ruang rawat serta mengajarkan kepada orang tua dan
memberi motivasi agar menjadi orang tua yang percaya
diri.setelah kelahiran, akan terjadi serangkaian perubahan
tanda-tanda vital dan tampilan klinis jika bayi reaktif
terhadap proses kelahiran.

2.1.4.7.5

Kebutuhan Dasar Neonatus


a. Kebutuhan Nutrisi
1) ASI Eksklusif
a) Pengertian ASI Eksklusif
Air susu ibu dalah makanan tebaik dan
sempurna untuk bayi, karena mengandung semua

iv

144

zat gizi sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan


perkembangan bayi.
ASI eksklusif adalah pemberian ASI (air susu
ibu) sedini mungkin setelah persalinan, diberikan
tanpa jadwal dan tidak diberikan makanan lain,
walaupun hanya air putih, sampai bayi berumur 6
bulan. hal ini sesuai dengan rekomendasi
UNICEF dan World Health Assembly (WHA)
yang menyarankan pemberian ASI eksklusif
hanya memberikan ASI saja tanpa tambahan
pemberian cairan (seperti : air putih, madu, susu
formula, dan sebagainya) atau makanan lainnya
(seperti : buah, biskuit, bubur susu, bubur nasi,
tim, dan sebagainya) (Pusdiknakes, 2015: 158).
b) Manfaat ASI untuk bayi
(1) Komposisi sesuai dengan kebutuhan bayi
Setiap mamalia telah dipersiapkan
dengan sepasang atau lebih payudara yang
akan memproduksi susu untuk makanan
bayi yang baru dilahirkannya. Salah satu
keajaiban ASI adalah secara otomatis akan
mengubah komposisinya sesuai dengan
perubahan dan kebutuhan bayi disetiap
tahap perkembangannya.
(2) Mengandung zat protektif
Bayi yang mendapat ASI lebih jarang
menderita penyakit karena adanya zat
protektif dalam ASI. Zat protektif yang
tedapat pada ASI adalah

iv

145

(a) Lactobacillus bifidus


Lactobacillus

bifidus

berfungsi

mengubah laktosa menjdai asam laktat


dan asam asetat. Kedua asam ini
menjadikan pencernaan bersifat asam
sehingga

menghambat

pertumbuhan

mikro organisme. ASI mengandung zat


faktor

pertumbuhan

Lactobacillus

bifidus. Susu sapi tidak mengandung


faktor ini
(b) Laktoferin
Laktoferin

adalah

protein

yang

berikatan dengan zat besi. Dengan


mengikat zat besi, maka Laktoferin
bermanfaat menghambat pertumbuhan
kuman tertentu, yaitu Staphylococcus,
E.coli dan Entamoeba hystollytica yang
juga

memerlukan

pertumbuhannya.
pertumbuhan
baktoferin

zat

besi

untuk

Selain

mnghambat

bakteri

tersebut,

dapat

pula

menghambat

pertumbuhan jamur Candida.


(c) Lisozim
Lisozim adalah enzim yang dapat
mencegah dinding bakteri (bakterisida)
dan

antiinflamasi,

peroksida

dan

bekrja
aksorbat

bersama
untuk

menyerang bakteri E.colidan sebagian


Salmonella.

iv

Keaktifan

lisozim ASI

146

beberapa

ribu

kali

lebih

tinggi

dibanding susu sapi.


(d) Komplemen C3 dan C4
Kedua komplemen ini, walaupun
kadar dalam ASI rendah, mempunyai
daya

opsonik,

kemotaktik,

anafilaksonik,

yang

bekerja

dan

apabila

diaktifkan oleh IgA dan IgE yang juga


terdapat dalam ASI.
(e) Antibodi
ASI

terutama

mengandung

kolostrum

immunoglobulin

SigA.

Antibodi dalam ASI dapat bertahan


dalam saluran pecernaan dan membuat
lapisan

pada

mencegah

mukosanya

bakteri

sehingga

patogen

dan

enterovirus masuk kedalam mukosa


usus.
(f) Imunitas seluler
ASI

mengandung

sel-sel

sebagian besar (90%) sel tersebut


berupa

makrofag

membunuh

yang

dan

berfungsi

memfagositosis

mikroorganisme, membentuk C3 dan C4


lisozim, dan laktoferin.
(3) Tidak menimbulkan alergi
Pada bayi baru lahir IgE belum
sempurna. Pemberian susu formula akan
merangsang aktivasi system ini dan dapat

iv

147

menimbulkan efek ini. Pemberian protein


asing

yang ditunda sampai usia 6 bulan

akan mengurangi kemungkinan alergi.


(4) Mempunyai

efek

psikologis

yang

menguntungkan
Efek psikologis ini ditimbulkan pada
saat bayi menyusu yang menimbulkan
interaksi antara ibu dan bayi yang akan
menimbulkan rasa aman bagi bayi. Perasaan
aman ini penting untuk membangun dasar
kepercayaan diri (basic sense of trust ) yaitu
dengan mempercayai orang lain (ibu), maka
selanjutnya akan timbul rasa percaya pada
diri sendiri. Setiap ibu pada saat menyusui
harus memberikan perhatian penuh pada
bayinya dan menatap anaknya dengan kasih
sayang serta melakukan komunikasi untuk
menstimulasi pendengaran dan bicara anak.
(5) Mengupayakan pertumbuhan yang baik
Bayi

yang

mendapatkan

ASI

mempunyai kenaikan berat badan yang baik


setelah lahir, pertumbuhan setelah perinatal
yang baik dan mengurangi kemungkinan
obesitas.
(6) Mengurangi kejadian karies dentis dan
maloklusi
Insiden karies dentis pada bayi yang
mendapat susu formula jauh lebih tinggi
dibanding yang mendapat ASI, karena

iv

148

kebiasaan menyusui dengan botol dan dot


terutama

pada

waktu

akan

tidur

menyebabkan gigi lebih lamakontak dengan


susu formula. Selain itu, kadar selenium
pada ASI akan mencegah karies dentis.
Telah dibuktikan bahwa salah satu penyebab
maloklusi rahang adalah kebiasaan lidah
yang mendorong kedepan akibat menyusu
dengan botol (Pusdiknakes, 2014: 159-161).
b. Eliminasi
1)

Buang air besar pada bayi baru lahir

Jumlah feses pada bayi baru lahir cukup berfariasi


selama minggu pertama dan jumlah paling banyak
adalah antara hari ke 3 dan hari ke 6. Feses transisi
(ecil-kecil bearna coklat sampai hijau karena adanya
mekonium)
Di keluarkan sejak hari ke 3 sampai ke 6. Tinja dari
bayi yang di susui ibunya berbeda dengan tinja yang
diberi susu botol. Tinja dari bayi yang disusui lebih
lunak bewarna kuning emas dan tidak menyebabkan
iritasi pada kulit bayi adalah normal bagi bayi untuk
defekasi setelah diberi makan atau devekasi 1x setiap
3 atu 4 hari. Walaupundemikian konsistensi tinja
tetap lunak dan tidak berbentuk. Tinja dari bayi yang
minum susu botol berbentuk, tetap lunak, bewarna
kuning pucat dan memiliki bau yang khas. Tinja ini
cenderung mengiritasi kulit bayi. Jumlah tinja akan
berkurang pada minggu ke 2 dari 5 atau 6x defekasi

iv

149

setiap

hari

(1x

defekasi

setiap

kali

diberi

makan)menjadi 1 atau 2x sehari.


Setiap kali bayi buang air besar, maka segera
bersihkan cairan bokong bayi, agar tidak lecet dan
mengganggu kenyamananbayi, karena jika daerah
bokong lembab dan kotor mudah mengalami lecet
sehingga

nanti

bayinya

akan

rewel,

untuk

membersihkan daerah bokong, sebaiknya memakai


air bersih hangat dan sabun, kemudian segera
keringkan dengan handuk secara lembut, ibu,
keluarga atau bidan setelah menolong bayi BAB,
segera cuci tangan di air mengalir dengan memakai
sabun.
2)

Setiap kali bayi buang air kecil, maka segera

bersihkan daerah bokong bayi, akan tetapi kalau


hanya buang air kecil tidak perlu memakai sabun
cukup dengan menggunakan kapas desinfekta tingkat
tinggi (DTT). Karena jika daerah bokong lembab dan
kotor mudah mengalami lecet sehingga nantinya bayi
akan rewel, kemudian segera keringkan dengan
handuk secara lembut, ibu, keluarga atau bidan
setelah menolong bayi BAK, segera cuci tangan di air
mengalir dengan memakai sab
3)

Kebutuhan istirahat atau tidur

Dalam 2 minggu pertama setelah lahir, bayi


normalnya sering tidur. Neonatus sampai usia 3 bulan
rata-rata tidur sekitar 16 jam sehari. Pada umumnya
bayi mengenal malam hari pada usia 3 bulan.
sediakan slimut dan ruangan yang hangat pastikan

iv

150

bayi tidak terlalu panas atau terlalu dingin. Jumlah


total tidur bayi akan berkurang seiring dengana
bertambahnya usia bayi, pola ini dapat terlihat pada
tabel berikut :
Tabel 2.13 Pola Tidur Bayi
Usia
1 minggu
1 tahun
2 tahun
5 tahun
9 tahun
c. Personal Higiene

Lama Tidur
16,5 jam
14 jam
13 jam
11 jam
10 jam

Bayi sebaiknya dimandikan sedikitnya 6 jam


setelah lahir. Sebelum dimandikan periksa bahwa suhu
tubuh bayi stabil (suhu aksila antar 36,50 C -37,5 0C),
jika suhu tubuh bayi masih dibawah batas normal maka
selimuti tubuh bayi dengan longgar, tutupi bagian
kepala, tempatkan bersama ibuny (skin to skin), tunda
memandikan bayi sampai suhu tubuhnya stabil dalam
waktu 1 jam). Tunda juga untuk memandikan bayi jika
mengalami gangguan pernapasan. Ruangan untuk
memandikan bayi harus hangat dan tidak ada tiupan
angin. Mandikan bayi secara cepat dengan air bersih dan
hangat. Setelah bayi dimandikan, segera keringkan dan
selimuti bayi kemudian berikan kepada ibunya untuk di
susui dengan ASI.

iv

151

2.1.5

Konsep Dasar Keluarga Berencana

2.1.5.1 Definisi Kontrasepsi


Kontrasepsi

berasal

dari

kata

kontra

yang

berarti

mencegahatau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan


antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan
kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari atau
mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat antara pertemuan
sel telur yang matang dengan sel spermisida (Icemi Sukarni, dkk :
2013).
2.1.5.2 Tujuan Kontrasepsi
a. Menunda kehamilan.
Pasangan dengan istri berusia dibawah 20 tahun
dianjurkan untuk menunda kehamilannya. Ciri-ciri kontrasepsi
yang diperlukan yaitu :
1) Reversibilitas yang tinggi.
2) Efektivitas yang relative tinggi misalnya : pil, AKDR (IUD),
dan KB sederhana.
b. Menjarangkan kehamilan (mengatur kesuburan).
Masa saat istri berusia 20-35 tahun adalah cara yang
paling baik untuk melahirkan anak dengan jarak kelahiran 2-4
tahun.
Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan yaitu :
1) Reversibilitas cukup tinggi.

iv

152

2) Efektivitas cukup tinggi.


3) Dapat dipakai 3-4 tahun.
4) Tidak menghambat produksi ASI. Kontrasepsi yang sesuai
seperti : AKDR (IUD), pil, suntik. Cara sederhana : AKBK
(implant)
c. Mengakhiri kesuburan (tidak ingin hamil lagi)
Saat usia istri diatas 30 tahun dianjurkan untuk
mengakhiri kesuburan setelah mempunyai 2 anak. Ciri-ciri
kontrasepsi yang diperlukan yaitu :
1) Reversibilitas rendah.
2) Efektivitas sangat tinggi.
3) Dapat dipakai jangka panjang.
4) Tidak menambah kelainan yang sudah ada.
Kontrasepsi yang sesuai misalnya : kontrasepsi mantap
(tubektomi/vasektomi), AKBK, AKDR, suntik, pil, dan
cara sederhana.
2.1.5.3 Macam-Macam Kontrasepsi
a. Metode Amenorea Laktasi (MAL)
MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian
Air Susu Ibu (ASI) secara ekslusif, artinya hanya diberikan
ASI tanpa tambahan makanan atau minuman apapun.

iv

153

MAL dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila menyusui


secara penuh (full breast feeding) lebih efektif bila pemberian
> 8x sehari, belum haid,umur bayi kurang dari 6 bulan.
Efektif sampai 6 bulan dan harus dilanjutkan dengan
pemakaian metode kontrasepsi lainnya. Cara kerja dari MAL
adalah menunda atau menekan ovulasi.
1) Keuntungan dari kontrasepsi ini :
a) Efektivitas tinggi (keberhasilan 98%
pada enam bulan pascapersalinan)
b) Segera efektif
c) Tidak mengganggu senggama
d) Tidak

ada

efek

samping

secara

sistematik
e) Tidak perlu pengawasan medis
f) Tidak perlu obat atau alat
g) Tanpa biaya.
2) Kerugian dari kontrasepsi ini :
a) Perlunya persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera
menyusui dalam 30 menit pascapersalinan
b) Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial
c) Efektivitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai
dengan 6 bulan

iv

154

d) Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis


B/HBV dan HIV/AIDS.
b. Kontrasepsi Alamiah
Dalam menggunakan kontraspsi alamiah dianjurkan
untuk tidsk menggunakan salah satu metode, tetapi dengan
mengkombinasikan keduanya.
Yang termasuk dalam kontrasepsi alamiah tanpa alat
adalah :
1) Metode Kalender
Metode ini memperhitungkan masa subur wanita yang
berkaitan erat dengan siklus menstruasi. Prinsipnya
adalah pasangan tidak melakukan hubungan suami istri
saat masa subur istri sehingga tidak terjadi kehamilan.
Untuk meningkatkan keefektifan metode pantang
berkala di perlukan kerja sama antara suami-istri yang
ketat, siklus menstruasi yang teratur, dan perhitungan
yang cermat. Secara kasar masa subur istri dapat
diperhitungkan dengan menghitung masa subur sekitar
pertengahan siklus menstruasi dengan interval 28 hari.
Masa subur mulai hari ke-13 sampai ke-20 menstruasi.
a) Keuntun
gan
metode
ini :

iv

155

(1) Hubungan seks yang alami.


(2) Kepuasan seks yang tidak terganggu.
(3) Tidak ada resiko kesehatan yang berhubungan dengan
komtrasepsi.
(4) Tidak ada efek samping sistematik.
(5) Murah atau tanpa biaya.
b) Kerugia
n

dari

kontrase
psi ini :
(1) Keefektifan

tergantung

darikemauan

dan

disiplin pasangan untuk mengikuti intruksi.


(2) Perlu ada pelatihan sebagai persyaratan untuk
menggunakan kontrasepsi ini yang paling
efektif dan benar.
(3) Perlu pantangan selama masa subur untuk
menghindari kehamilan.
(4) Perlu pencatatan setiap hari.
(5) Infeksi vagina membuat lendir serviks sulit
dinilai.
(6) Tidak terlindungi dari IMS termasuk Hepatitis
B dan HIV/AIDS.

iv

156

2) Suhu Basal Tubuh


Suhu basal seorang wanita berbeda ketika sedang
dalam masa ovulasi dengan suhu tubuh sehari-hari.
Suhu basal tubuh pada masa ovulasi ini mengalami
kenaikan 0,05 derajat. Peninggian suhu basal tubuh ini
mulai 1-2 hari setelah ovulasi, dan disebabkan oleh
peninggian kadar hormon progesterone. Teknik metode
ini adalah :
a) Umumn
ya
digunaka
n
thermom
eter
khusus
dengan
kalibrasi
yang
diperbes
ar (basal
thermom
eter),
meskipu
n
thermom
eter yang
biasa

iv

157

dapat
juga
untuk
dipakai.
b) Waktu
penguku
ran harus
pada saat
yang
sama
setiap
pagi dan
setelah
tidur
nyenyak
sedikitny
a

3-5

jam serta
masih
dalam
keadaan
istirahat
mutlak.
c) Penguku
ran
dilakuka
n secara

iv

158

oral

(3

menit),
rectal (1
menit),
dan
vaginal.
3) Metode lendir serviks
Dalam metode kontrasepsi ini, sebelumnya tingkat
dan volume lendir serviks di ukur dalam kaitannya
dengan ovulasi. Lendir serviks dapat diperiksa dengan
jari pada vagina untuk mengetahui hari-hari kering dan
basah. Ketika sedang subur, vagina wanita akan oleh
lendir

serviks

selama

berhari-hari.

Metode

ini

tergantung dari pengamatan perubahan konsistensi dan


volume.
Ada10 hari basah dalam siklus menstruasi 28 hari.
Hari basah dimulai dari 2-3 hari setelah menstruasi yang
ditandai dengan lendir putih dan lengket, dan diikuti
oleh 3-5 hari lendir berlimpah dan licin. Dan tahap
terakhir adalah ketika ada lndir lengket selama 3 hari
setelah masa subur berakhir.
4) Coitus Interuptus (senggama terputus)
Prinsip dari metode ini adalah mengeluarkan penis
(kemaluan

pria)

menjelang

ejakulasi

sehingga

spermatozoa di tumpahkan di luar liang senggama.


Metode ini kurang efektif karena sering terjadi

iv

159

kelambatan menarik penis, terdapat ejakulasi ringan


sehingga

spermatozoa

sudah

keluar

dan

dapat

menimbulkan kehamilan. Kepuasan dalam berhubungan


seksual tidak normal dan menimbulkan tekanan
kejiwaan. Tingkat kehamilan tinggi 17-25%.
a) Keuntun
gan
kontrase
psi ini
1) Tidak memerlukan biaya
2) Tidak ada efek samping serius
3) Tidak memerlukan bahan atau alat atau persiapan serta
pengawasan medis
b) Kerugia
n
kontrase
psi ini
1)
2)
3)
4)

Angka kegagaln tinggi


Tidak ada perlindungan terhadap PMS
Membatasi kenikmatan hubungan
Kadang suami tidak sempat menarik penis ke

luar sebelum ejakulasi


5) Kadang istri tidak

mau

melepaskan

pelukan/rengkuhannya karena akan memutus


kenikmatan dirinya
6) Sangat sulit dilakukan

iv

160

Yang termasuk kontrasepsi alamiah dengan alat


adalah :
1) Kondom
Kondom merupakan alat kontrasepsi
yang bisa melindungi pemakaianya dari
penyakit menular seksual (misalnya AIDS)
dan dapat mencegah perubahan prekanker
tertentu pada sel-sel leher rahim. Ada
kondom

yang

ujungnya

menampung

memiliki penampung semen, jika tidak ada


penampung

semen,

sebaiknya

kondom

disisakan sekitar 1cm di depan penis.


Kondom harus dilepaskan secara perlahan
karena jika semen tumpah maka sperma bisa
masuk kevagina sehingga terjadi kehamilan.
Untuk
pemakaian

menambah
kondom

bisa

efektifitas
ditambahkan

spermisida (biasanya terkandung di dalam


pelumas kondom atau dimasukkan secara
terpisah kedalam vagina).
a) Kelebiha
n

dari

kontrase
psi ini
(1) Tidak mempengaruhi kondisi atau
hormon

iv

tubuh

laki-laki/tidak

161

memiliki

efek

samping

kondisi tubuh laki-laki.


(2) Efektif jika digunakan

pada
dengan

benar dan konsisten.


(3) Untuk pemasangan bisa dilakukan
sendiri atau tidak membutuhkan
tenaga medis.
(4) Pemakaian bisa dihentikan kapan
saja.
(5) Sebagai metode antara jika metode
yang lain dihentikan.
(6) Mudah didapat.
(7) Tingkat proteksi yang sangat tinggi
dan

bisa

penyakit

mencegah

penularan

menular

seksual

(HIV/AIDS dll) jika bahan terbuat


dari lateks.
(8) Perlindungan terhadap karsinoma
dan

penyakit

pramaligna

serviksnya.
(9) Peningkatan kemampuan seksual
pada

sebagian

ejakulasi dini.
(10) Tersedia luas
Bahkan,

pasien

dengan

dan

murah.

beberapa

lembaga

menyebarnya dengan gratis.


(11) Sebagai metode antara

atau

peralihan dari satu metode ke


metode yang lain.
b) Kekuran
gan dari

iv

162

kontrase
psi
(1) Perlu motivasi dan komitemen
yang kuat untuk kesehatan tubuh
sang istri.
(2) Penampilan tidak menarik.
(3) Harus digunakan setiap

kali

berhubungan.
(4) Harus selalu tersedia.
(5) Perlu dipasang sebelum koitus dan
segera dibuka sesudahnya, yang
bagi sebagian pasangan dianggap
mengganggu aktivitas seksual.
(6) Kesulitan ereksi dapat bertambah,
walaupun sebagian pria yang sudah
lanjut

usia

pemakaian

mendapati
kondom

bahwa

membantu

mempertahankan ereksi mereka.


(7) Sedikit mengganggu hubungan
seksual (laki-laki merasa kurang
nikmat dan perempuan tidak bisa
merasakan sensasi muncratnya air
mani), bila belum terbiasa terutama
transmisi kehangatan tubuh.
(8) Bila sang perempuan

tidak

cocok/alergi dengan cairan salah


satu

kondom,

maka

bisa

mencari/berganti kondom lain yang


cocok

dengan

Ketidakcocokan

sang
cairan

istri.
kondom

yang dibiarkan dalam jangka waktu

iv

163

lama bisa memicu iritasi ataupun


infeksi.
Kondom perempuan merupakan alat
kontrasepsi yang berbentuk seperti balon
atau kantong dan terbuat dari lateks tipis
atau polyurethane atau nitril dan dipasang
dengan cara memasukkan kedalam vagina
perempuan. Bentuknya lebih besar dari pada
kondom laki-laki. Dari sisi pemakaian,
kondom perempuan lebih rumit karena letak
vagina

yang

berada

di

dalam

tubuh

sementara letak penis berada di luar tubuh.


Harga kondom perempuan relative lebih
mahal

dibandingkan

kondom

laki-laki.

Kondom ini tidak dipakai bersamaan dengan


kondom laki-laki. Jadi, hanya salah satu dari
pasangan yang menggunakan kondom.
a) Kelebihan Kondom Perempuan
(1) Efektif

jika

digunakan

dengan

benar.
(2) Bisa mencegah penularan penyakit
menular seksual (HIV/AIDS dll)
jika bahannya terbuat dari lateks.
(3) Suatu metode kontrasepsi efektif
yang dikendalikan oleh perempuan.
(4) Untuk pemasangan bila dilakukan
sediri, tidak membutuhkan tenaga
medis.

iv

164

(5) Bisa dipakai beberapa kali jika


terpaksa tidak ada cadangan dan
kondisi

kondom

masih

bagus,

meski hal ini sangat berisiko.


(6) Perempuan dapat mengajukan
inisiatif tawaran, dirinya ataukah
pasangan yang harus memakai
kondom.
(7) Dapat dipasang 8 jam sebelum
berhubungan dan boleh dibiarkan
beberapa waktu setelah ejakulasi,
sehingga proses hubungan seksual
tidak terganggu.
(8) Penis tidak harus

dimasukkan

penuh bila sang wanita memakai


kondom.
(9) Bagi yang alergi terhadap lateks,
bisa

memilih

bahan

dari

polyurethane.
(10) Lebih kuat dari pada kondom
pria yang terbuat dari lateks dengan
resiko robek yang sangat kecil serta
tidak

melemah

oleh

preparat-

preparat vagina berbahan dasar


minyak.
b) Kekurangan Kondom Perempuan
(1) Pemakaian perlu ketelitian dan
waktunya

sebelum

hubungan seksusal.
(2) Susah di dapat.

iv

melakukan

165

(3) Dapat

mengganggu

hubungan

seksual.
(4) Harganya lebih mahal dari pada
kondom pria.
(5) Timbul kesulitan karena ujung
ringnya harus selalu berada di luar
vagina selama hubungannya.
(6) Setelah kondom wanita terpasang,
penting

untuk

memberikan

sentuhan pada area genital.


(7) Dapat menyebabkan iritasi.
(8) Jika tidak olesi pelumas, maka
akan mengeluarkan bunyi yang
cukup mengganggu.
(9) Penampilan kurang menarik.
(10) Kenikmatan terganggu karena
timbul suara gemerisik sewaktu
berhubungan badan.
(11) Proses pemasangan awal cukup
sulit

meski

di

pemasangan

selanjutnya hal ini sudah bisa


diatasi.
(12) Kadang-kadang dapat terdorong
seluruhnya masuk ke dalam vagina
atau penetrasi dapat terjadi di luar
kondom tersebut.
2) Diafragma
Diafragma

merupakan

plastik

berbentuk kubah dengan sabuk yang lentur,

iv

166

dipasang pada serviks dan menjaga agar


sperma tidak masuk kedalam rahim.
Ukurannya
dicocokkan

oleh

Pemakaiannya

bervariasi
dokter

harus

dan

atau

selalu

harus

perawat.
bersamaan

dengan krim atau jeli. Diafragma dipasang


sebelum melakukan hubungan seksual dan
tetap terpasang sampai minimal 8 jam tetapi
tidak boleh lebih dari 24 jam.
a) Kelebihan dari kontrasepsi
(1) Bila digunakan dalam jangka waktu
tidak melebihi 1 tahun, selama tidak
keras, kering, atau berlubang.
(2) Efektif apabila dipasang dengan
benar.
(3) Tidak mengganggu produksi ASI.
(4) Tidak ada efek samping yang
sistemik.
(5) Bisa mencegah penularan penyakit
menular seksual jika dikombinasikan
dengan penggunaan spermisida.
(6) Bisa dipasang tanpa bantuan medis.
(7) Diafragma bisa dikenakan sepanjang
waktu kecuali ketika sedang haid,
namun hendaknya dicuci diafragma
1 kali sehari.
(8) Bisa menurunkan tingkat resiko
radang

panggul

dengan

perempuan

memakai kontrasepsi.

iv

dibandingkan
yang

tidak

167

b) Kekurangan dari kontrasepsi


(1) Pemilihan ukuran diafragma harus
melalui

pemeriksaan

petugas

medis.
(2) Tidak tersedia secara luas.
(3) Pemakaian/pemasangan dilakukan
segera sebelum berhubungan badan
atau sejak 6 jam sebelumnya.
(4) Rasa tidak nyaman pada pemakai
dan pasangan selama hubungan
seksual.
(5) Hilangnya

sensasi

serviks

dan

sebagian vagina.
(6) Harus periksa secara berkala oleh
dokter atau tenaga medis.
(7) Tidak melindungi dari penularan
HIV dan infeksi virus yang lain.
(8) Lebih sering meingkatkan infeksi
kandida.
(9) Meningkatkan

insiden

kemih simtomatik.
(10) Pada sejumlah
terhadap
setelah

saluran

kasus

kecil,

syok

toksik

sindrom
retensi

berkepanjangan.
(11) Efektivitas sangat

diafragma
bergantung

besar pada pemakaian yang benar


dan motivasi yang terus-menerus
tinggi.
3) Spermaticid

iv

168

Spermaticid

merupakanalat

kontrasepsi yang di masukkan ke dalam


vagina

dengan

tujuan

yaitu

untuk

membunuh sebagian besar spermatozoa


sebelum dapat masuk melalui mulut rahim
sehingga

tidak

kemampuan

cukup

untuk

jumlah

dapat

dan

melakukan

pertemuan (konsepsi) dengan sel telur


(ovum). Bentuk spermaticid ini biasanya
berupa

tablet

vaginal,

jeli,

tisu,

dan

sebagainya. Penggunaan ini biasanya sekitar


setengah jam sebelum melakukan hubungan
seksual dan dipasang sedalam mungkin
sekitar mulut rahim.
a) Kelebihan dari kontrasepsi ini :
(1) Dapat berhenti sewaktu-waktu.
(2) Mudah dan dapat diperoleh dengan
resep.
(3) Untuk pemasangan bisa dilakukan
sendiri atau tidak membutuhkan
tenaga medis.
(4) Efektif jika dikombinasikan dengan
alat kontrasepsi yang lain.
(5) Memberi
tambahan
pelumas
apabila ada masalah kekringan
vagiana.
(6) Mungkin

memberikan

proteksi

terhadap karsinoma serviks.

iv

169

(7) Sangat terbatas adanya toksisitas


topical vagina dan penyerapan
sistemik.
b) Kekurangan dari kontrasepsi ini :
(1) Angka kegagalan terlalu tinggi
apabila

digunakan

dikombinasikan
yang

lain

tanpa

dengan

(dibuang

vagina/koitus

alkon

di

luar

interuptus,

diafragma dan lain sebagainya).


(2) Menambah pengeluaran cairan
vagina.
(3) Pada kulit yang tidak cocok bisa
menimbulkan

iritasi

dinding

vagina dan gatal-gatal.


(4) Susah didapatkan.
(5) Pemakaian yang melebihi dosis
ringan bisa menyebabkan iritasi.
(6) Harus selalu tersedia.
(7) Kemungkinan
terasa
tidak
nyaman

dan

lembab

ketika

melakukan hubungan seksual.


(8) Menyebabkan kotor.
(9) Memerlukan prameditasi sebelum
hubungan intim.
(10) Pesarium tidak

cocok

untuk

Negara tropis (Indonesia) karena


dapat meleleh.
(11) Preparat aerosol mungkin sulit
digunakan apabila wadah tidak
dikocok dengan benar. Preparat

iv

170

ini juga mahal dan tidak ramah


lingkungan.
b. Kontrasepsi

Mekanis

atau

Non

Hormonal

(AKDR/IUD)
IUD adalah alat kecil terdiri dari bahan
plastik yang lentur yang dimasukkan kedalam
rongga rahim, yang harus diganti jika sudah di
gunakan selama periode tertentu. IUD merupakan
cara kontrasepsi jangka panjang. Nama populernya
adalah spiral.
Jenis-jenis IUD di Indonesia.
1) Copper-T
IUD berbentuk T, terbuat dari bahan
polyrthrlrna dimana pada bagian vertikalnya
diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan
kawat tembaga halus ini mempunyai efek
antifertilisasi (anti pembuahan) yang cukup
baik. Dari hasil penelitian menunjukkan
efektivitas

yang tinggi dalam mencegah

kehamilan yang tidak direncanakan maupun


perdarahan menstruasi. Kerugian metode ini
adalah tambahan terjadinya efek samping
hormonal dan amenorhea.
2) Copper-7

iv

171

IUD ini berbentuk angka 7 dengan


maksud untuk memudahkan pemasangan.
Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang
vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan
kawat tembaga, fungsinya sama seperti halnya
lilitan tembaga halus pada jenis Copper-T
3) Multi Load
IUD ini terbuat dari plastik dengan dua
tangan kiri dan kakan berbentuk sayap yang
fleksibel. panjangnya dari ujung atas je bawah
3,6 cm. Batangnya diberi gulungan kawat
tembaga untuk menambah efektivitas. Ada 3
ukuran multi load, yaitu standar, small (kecil),
dan mini.
4) Lippes Loop
IUD ini terbuat dari bahan plastik,
bentuknya

seperti

spiral

atau

huruf

bersambung. Untuk memudahkan kontrol,


dipasang benang pada ekornya. Lippes loop
terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut
ukuran panjang dan bagian atasnya. Tipe A
berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5
mm (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm
(benang kuning), dan tipe D berukuran 30 mm
(tebal, benang putih).

iv

172

Lippes

Loop

mempunyai

angka

kegagalan yang rendah. Keuntungan lain dari


pemakaian spiral jenis ini ialah bila terjadi
perforasi jarang menyebabkan luka atau
penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan
plastik. Yang banyak dipergunakan dalam
program KB Nasional adalah IUD jenis ini.
Cara kerja IUD :
a) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke
tuba falopii
b) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai
kavum uteri
c) IUD bekerja terutama mencegah sperma dan ovum
bertemu, walaupun IUD membuat sperma sulit
masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan
mengurangi sperma untuk fertilisasi.
IUD sangat efektif (efektivitasnya 9294%) dan tidak perlu di ingat setiap hari
seperti pil. Tipe Multi Load dapat dipakai
sampai 4 tahun, Nova T dan Copper T 200
(CuT-200) dapat dipakai 3-5 tahun, Cu T 380A
dapat untuk 8 tahun. Kegagalan rata-rata 0,8
kehamilan per 100 pemakai wanita pada tahun
pertama pemakaian.
(1) Indikasi :

iv

173

(1) Usia reproduktif


(2) Keadaan nulipara
(3) Menginginkan

menggunakan

kontrasepsi

jangka

panjang
(4) Perempuan

menyusui

yang

menginginkan

menggunakan kontrasepsi
(5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui
(6) Setelah mengalami abortus dan tidak telihat adanya
infeksi
(7) Risiko rendah dari IMS
(8) Tidak menghendaki metode hormonal
(9) Tidak menyukai mengingat-ingat minum pil setiap
hari
(10)

Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari

senggama
(11)

Perokok

(12)

Gemuk ataupun kurus


(2) Kontra indikasi :

(1) Belum pernah melahirkan


(2) Adanya perkiraan hamil

iv

174

(3) Kelainan alat kandungan bagian dalam seperti : perdarahan


yang tidak normal dari alat kemaluan, perdarahan di leher
rahim, dan kanker rahim
(4) Sedang menderita infeksi alat genital seperti : vaginitis,
servisitis
(5) Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering
menderita PRP atau abortus septic
(6) Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak
rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri
(7) Penyakit trofoblas yang ganas
(8) Diketahui menderita TBC pelvic
(9) Kanker alat genital
(10)

Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm


(3) Keuntungan kontrasepsi ini :
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

Sangat efektif.
Berlaku jangka panjang.
Haid normal.
Jika dicabut bisa subur lagi.
Tidak perlu mencari persediaan.
Hanya perlu sekali kujungan, kecuali

ada gangguan.
(7) Tidak mengganggu hubungan seksual.
(8) Beragam harga alat kontrasepsi, mulai
dari yang murah hingga mahal.
(4) Kerugian kontrasepsi ini :

iv

175

(1) Bisa menambah darah mens dank ram


pada

beberapa

(terutama

bulan

pada

tembaga).
(2) Nyeri.
(3) Pada beberapa

pertama

pemakai

kasus

merasa pusing.
(4) Perlu
petugas

spiral

pengguna

medis

untuk

pemasangannya.
(5) Belum melindungi dari PMS.
(6) Jika terkena PMS, akan menambah
resiko pada rahim.
(7) Benang bisa hilang atau tidak terlihat
dari luar.
Setelah

pemasangan,

beberapa

ibu

mungkin mengeluh merasa nyeri dibagian


perut

dan

perdarahan

sedikit-sedikit

(spotting). Ini bisa berjalan selama 3 bulan


setelah

pemasangan.

Tapi

tidak

perlu

dirisaukan benar, karena biasanya setelah itu


keluhan akan hilang dengan sendirinya. Tetapi
apabila setelah 3 bulan keluhan masih
berlanjut, dianjurkan untuk memeriksanya ke
dokter. Pada saat pemasangan sebaiknya ibu
tidak terlalu tegang, karena ini juga bisa
menimbulkan rasa nyeri dibagian perut.
Efek Samping dan Komplikasi
a) Efek samping umum :

iv

176

Perubahan siklus haid, haid lebih


lama

dan

banyak,

perdarahan

antar

menstruasi, saat haid lebih sakit.


b) Komplikasi lain:
Merasa sakit dan kejang selama 3
sampai

hari

setelah

pemasangan,

pendaraha berat pada waktu haid atau


diantaranya

yang

memungkinkan

penyebab anemia, perforasi dinding uterus


(sangat jarang apabila pemasangan benar)
c. Kontrasepsi Hormonal
a) Pil
Pil kontrasepsi mencakup pil kombinasi
yang

berisi

hormone

estrogen

dan

progesterone yang biasa oleh wanita disebut


dengan pil sedangkan yang hanya berisi
progrestine biasa di sebut dengan pil mini.
(1) Pil kombinasi
Pil kombinasi (combinated oral
contraceptive,
estrogen

dan

COC)

berisi

progesterone.

hormone
Pil

mencegah kehamilan dengan cara :


(1) Menghambat ovulasi.

iv

ini

177

(2) Membuat endometrium tidak mendukung untuk


implantasi.
(3) Membuat serviks tidak dapat di tembus oleh
sperma.
Pada pemakaian yang seksama, pil
kombinasi

99%

efektif

mencegah

kehamilan. Namun, pada pemakaian yang


kurang seksama efektivitasnya masih
mencapai 93%.
(1) Kerugian menggunakan kontrasepsi :
(a) Perlu diminum secara teratur, secara cermat,
dan konsisten.
(b) Tidak ada perlindungan terhadap PMS dan
HIV.
(c) Peningkatan

resiko

gangguan

sirkulasi

seperti hipertensi.
(d) Peningkatan risiko pada adenoma hati,
ikterus kolestasik, batu ginjal.
(e) Efek COC pada kanker payudara.
(f) Tidak cocok untuk perokok berusia diatas 35
tahun.
(2) Keuntungan menggunakan kontrasepsi :

iv

178

(a) Dapat diandalkan dan reversible.


(b) Meredakan desminorea.
(c) Mengurangi risiko anemia.
(d) Mengurangi risiko penyakit payudara jinak.
(e) Meredakan gejala pramenstruasi.
(f) Kehamilan ektopik lebih sedikit.
(g) Menurunkan kista ovarium.
(h) Penyakit radang panggul lebih sedikit.
(i) Melindungi

terhadap

kanker

endometrium

dan

ovarium.
(2) Pil mini
Mini pil merupakan alat kontrasepsi
oral yang kurang digunakan secara luas
karena hanya mengandung progesterone
saja dan tidak mengandung estrogen dan
sedikit kurang efektif. Efektivitas mini pil
bergantung

pada

kemampuan

wanita

minum satu pil setiap hari, mini pil yang


terlupa

lebih

menebabkan

besar

kehamilan

kombinasi yang terlupa.


(1) Keuntungan kontrasepsi ini :

iv

kemungkinannya
daripada

pil

179

(a) Dapat diberikan pada wanita yang menderita


keadaan tromboembolik.
(b) Dapat diberikan pada wanita yang sedang
menyusui.
(c) Cocok untuk wanita dengan keluhan efek
samping yang di sebabkan oleh estrogen (sakit
kepala,hipertensi,

nyeri

tungkai

bawah,

chloasma, BB bertambah dan mual).


(2) Kerugian kontrasepsi ini :
(a) Kurang efektif dalam mencegah kehamilan di
bandingkan dengan pil kombinasi
(b) Tidak mengandung estrogen, dapat menambah
insiden

dari

perdarahan

bercak

(spotting),perdarahan menyerupai haid, variasi


dalam panjang siklus haid, kadang-kadang
amenorhea
(c) Kurang efektif dalam mencegah kehamilan
ektopik
(d) Lupa minum 1 atau 2 tablet mini pil, atau
kegagalan dalam absorbs mini pil oleh sebab
muntah

atau

diare,

sudah

cukup

meniadakan proteksi kontrasepsinya.


b) Suntik

iv

untuk

180

Seperti

pil

yang

hanya

berisi

progesterone, kontrasepsi suntik mencegah


kehamilan dengan berbagai cara. Kontrasepsi
ini menyebabkan lendir serviks mengental
sehingga

menghentikan

daya

tembus

sperma,endometrium menjadi tidak cocok


untuk implantasi, dan mengurangi fungsi dari
tuba falopii. Namun fungsi utama dari
kontrasepsi suntik dalam mencegah kehamilan
adalah menekan ovulasi.
Efektivitas kontrasepsi suntik adalah
antara 99% dan 100% dalam mencegah
kehamilan. Kontrasepsi suntik adalah bentuk
kontrasepsi yang sangat efektiv karena angka
kegagalan penggunaannya lebih kecil. Hal ini
karena wanita tidak perlu mengingat untuk
meminum pil dan tidak ada penurunan
efektivitas yang disebabkan oleh diare dan
muntah.
(1) Jenis-jenis suntikan
Ada dua jenis suntikan yaitu Depoprofera
dan Noristerat:
(a) Depoprovera
Depoprovera biasa disingkat dengan
DMPA

berisi

medoksiprogesteron

iv

depot
asetat

dan

181

diberikan dalam suntikan tunggal 150


mg secara intramuscular setiap 12
minggu. DMPA ini menimbulkan
amenorhea pada banyak pemakai,
efek

ini

dipandang

kekurangan

oleh

sebagai

banyak

wanita

menganggap bahwa perdarahan yang


teratur

merupakan

suatu

tanda

kesehatan dan menggunakan haid


sebagai indikator bahwa mereka tidak
hamil.
(b) Noristerat
Noristerat

(NETEN)

merupakan

sebuah progrestine yang berasal dari


testoterone

dibuat

dalam

larutan

minyak. NETEN ini lebih cepat


dimetabolisir

dan

kembalinya

kesuburan lebih cepat dibandingkan


dengan DMPA.
(2) Kerugian kontrasepsi ini :
(a) Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak atau
amenorhea.
(b) Keterlambatan kembali subur sampai satu tahun.
(c) Depresi.

iv

182

(d) Berat bdan meningkat.


(e) Setelah diberikan tidak dapat ditarik kembali.
(f) Dapat berkaitan dengan osteoporosis pada pemakaian
jangka panjang.
(3) Keuntungan
(a) Efektivitas tinggi.
(b) Bertahan sampai 8-12 minggu.
(c) Penurunan

desminorea

yang

menyebabkan anemia berkurang.


(d) Penurunan gejala pramenstruasi.
(e) Penyakit radang panggul berkurang.
(f) Kemungkinan
endometriosis

penurunan
karena

pengentalan

lendir serviks.
(g) Efektifitas tidak berkurang karena diare, muntah

atau penggunaan antibiotic.

(4) Kontra Indikasi


WHO

menganjurkan

untuk

tidak

menggunakan kontrasepsi suntikan pada :


(a) Kehamilan.
(b) Karsinoma payudara.

iv

183

(c) Karsinoma traktus genetalia.


(d) Perdarhan abnormal uterus.
c) Implant
Implant

adalah

metode

kontrasepsi

hormonal yang efektif, tidak permanen dan


dapat mencegah terjadinya kehamilan antara
tiga hingga lima tahun. Jenis-jenis Implant :
1) Norplant
Norplant terdiri dari 6 kapsul, tiap kapsul
berisi 38 mg progesterone levonogestrol
yang dipasang secara subdermal dan
berfungsi sebagai kontrasepsi selama 5
tahun, norplant mencegah kehamilan dan
menyebabkan pengentalan lendir serviks
sehingga tidak dapat di tembus oleh
sperma,

menekan

endometrium

ovulasi,

tidak

membuat

cocok

untuk

tidak

perlu

implantasi.
a) Keuntungan kontrasepsi ini :
(1) Efektivitas tinggi
(2) Setelah

dipasang

melakukan apa-apa lagi sampai saat


pengeluaran implantnya

iv

184

(3) Sistem

kapsul

memberikan

perlindungan untuk 5 tahun


(4) Tidak mengandung estrogen sehingga
tidak

ada

efek

samping

yang

disebabkan estrogen
(5) Efek

kontrasepsi

segera

berakhir

setelah implantnya di keluarkan


(6) Implant

melepaskan

progrestine

dengan kecepatan rendah dan konstan,


sehingga terhindar dari dosis awal
yang tinggi seperti pada kontrasepsi
suntik ataupun puncak harian dari
hormone pada kontrasepsi peroral
(7) Norplant dapat membantu mencegah
anemia
b) Kerugian kontrasepsi ini :
(1) Membutuhkan seseorang profesional telatih untuk
memasang dan melepas implant
(2) Perdarahan

menstruasi

tidak

teratur,

seperti

amenorhea dan perdarahan bercak


(3) Efek samping minor seperti sakit kepala, jerawat,
dll
(4) Hipoesterogenisme

iv

185

(5) Kemungkinan rasa tidak nyaman atau infeksi pada


tempat pemasangan
2) Implanon
Implanon adalah batang tunggal berisi 68
mg etonogestrel yang dipasang secara sub
dermal dan mendapat lisensi selama 3
tahun. Panjang batang tersebut 4 cm dan
berdiameter

mm,

dan

dilengkapi

aplikator steril yang sudah diisi. Implanon


mencegah kehamilan dengan menghambat
ovulasi, mengentalkan lendir serviks, juga
mempunyai efek pada endometrium.
3) Jadena atau Indoplant terdiri dari 2 batang yang
berisi dengan 75 mg levonogestrel dengan lama
kerja 3 tahun.
a) Indikasi :
(1) Pemakaian KB yang jangka waktu lama
(2) Masih berkeinginan punya anak lagi, tapi jarak antara
kelahirannya tidak terlalu dekat.
(3) Tidak dapat memakai jenis KB yang lain
b) Kontra Indikasi
(1) Hamil atau diduga hamil, perdarahan vagina tanpa sebab.
(2) Wanita dalam usia reproduksi.

iv

186

(3) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi.


(4) Pasca persalinan dan tidak menyusui.
(5) Pasca keguguran.
(6) Riwayat kehamilan ektopik.
(7) Tekanan

darah

<180/110

mmHg,

dengan

masalah

pembekuan darah atau anemia bulan sabit (sickle cell).


(8) Benjolan atau kanker payudara atau riwayat kanker
payudara.
(9) Mioma uterus.
d. Kontrasepsi Mantap
a) Tubektomi
Tubektomi adalah metode kontrasepsi untuk
perempuan yang tidak ingin anak lagi dan
bersifat permanen. Perlu tindakan bedah untuk
melakukan tubektomi sehingga diperlukan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambahan
lainnya untuk memastikan apakah seorang
klien sesuai untuk menggunakan metode ini.
Para ahli kebidanan banak merekomendasikan
sterilisasi pada wanita yang berisiko tinggi
untuk hamil danmelahirkan lagi. Namun tidak
pada mereka yang belum berusia 35 tahun.

iv

187

a) Indikasi
(1) Indikasi medis umum.
Apabila adanya gangguan fisik atau
psikis yang akan menjadi lebih berat
bila wanita ini hamil lagi.
(2) Indikasi medis obsetrik.
Yaitu

tksemia

berulang,

gravidarum

seksio

caesaria

yang

berulang,

abortus yang berulang, dsb.


(3) Indikasi medis ginekologik.
Yaitu

disaat

melakukan

operasi

ginekologik dapat pula dipertimbangkan


untuk sekaligus melakukan sterilisasi.
(4) Indikasi sosial-ekonomi
Yaitu indikasi berdasarkan banyaknya
anak

dengan

sosial-ekonomi

rendah.
b) Kontra Indikasi
(1) Hamil.
(2) Perdarahan vaginal yang belum terjelaskan.
(3) Infeksi sistemik ataupelvik yang akut.

iv

yang

188

(4) Tidak boleh menjalani proses pembedahan.


(5) Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas di masa
depan.
(6) Ibu dalam keadaan menstruasi dengan usia reproduksi.
(7) Belum memberikan persetujuan tertulis.
c) Kelebihan :
(1) Sangat efektif (0,5 kehamilanper 100 perempuan selama
tahun pertama penggunaan).
(2) Tidak mempengaruhi proses menyusui.
(3) Tidak bergantung pada faktor senggama, baik bagi klien
yang apabila kehamilan akan menjadi faktor risiko
kesehatan yang serius.
(4) Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi
lokal.
(5) Tidak ada efek samping dalam jangka panjang.
(6) Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual(tidak ada efek
pada produksi hormon ovarium).
(7) Berkurangnya risiko kanker ovarium.
d) Kekurangan :
(1) Harus

di

pertimbangkan

sifat

permanen

kontrasepsi ini (tidak dapat dipulihkan kembali).

iv

metode

189

(2) Klien dapat menyesal di kemudian hari.


(3) Risiko komplikasi kecil (meningkat apabila digunakan
anestesi umum).
(4) Rasa sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek
setelah tindakan.
(5) Dilakukan dokter yang terlatih (dibutuhkan dokter
spesialis ginekologi atau dokter spesialis bedah untuk
proses laparoskopi).
(6) Tidak melindungi diri dari PMS, termasuk HIV/AIDS.
b) Vasektomi
Vasektomi adalah okulasi vasdiferent,
sehingga menghambat perjalan spermatozoa
dan tidak didapatkan spermatozoa di dalam
semen/ejakulat

(tidak

ada

penghantar

spermatozoa dari testis ke penis). Vasektomi


merupakan suatu metode kontrasepsi operatif
minor pada pria yang sangat aman sederhana
dan sangat efektif, memakan waktu operasi
yang singkat dan tidak memerlukan anestesi
umum.
(1) Keuntungan :
(1) Efektif.
(2) Aman, morbiditas rendah dan hampir tidak ada mortalitas.

iv

190

(3) Sederhana.
(4) Cepat, hanya memerlukan waktu 5-10 menit.
(5) Menyenangkan bagi akseptor karena memerlukan anestesi
lokal saja.
(6) Biaya rendah.
(7) Secara kultura, sangat di anjurkan di negara-negara dimana
wanita merasa malu untuk ditangani oleh dokter pria atau
kurang tersedianya dokter wanita dan paramedis wanita.
(2) Kerugian :
(1) Diperlukan tindakan operatif.
(2) Kadang-kadang

menyebabkan

komplikasi

seperti

perdarahan atau infeksi.


(3) Kontap-pria belum memberikan perlindungan total sampai
semua spermatozoa yang sudah ada di dalam sistem
reproduksi distal dari tempat okulasi vasdiferens di
keluarkan.
(4) Problem psikologis yang berhubungan dengan perilaku
seksual mungkin bertambah parah setelah tindakan operatif
yang menyangkut sistem reproduksi pria.
(3) Kontra Indikasi :
(1) Infeksi kulit lokal, misalnya scabies.
(2) Infeksi traktus genetalia.

iv

191

(3) Kelainan skrotum dan sekitarnya.


(4) Penyakit sistemik misalnya penyakit-penyakit perdarahan,
DM.
(5) Riwayat perkawinan, psikologis atau seksual yang tidak
stabil.
2.1.5.4 KIE Keluarga Berencana.
a. Definisi KIE ( Komunikasi, Informasi, dan Edukasi)
KIE adalah suatu proses penyampaian pesan, informasi
yang diberikan kepada masyarakat tentang programn KB baik
enggunakan media seperti: radio, TV, pers, film, mobil, unit
penerangaan, penerbitan, kegiatan promosi, pemeran, dengan
tujuan utama adalah untuk memecahkan masalahn dalam
lingkungan masyarakat dalam meningkatkan program KB
atau sebagai penunjang tercapainya program KB (Purwo
Astutik, 2015:183-189).
b. Tujuan KIE.
Tujuan dilaksanakanya program KIE, yaitu:
1) Meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktik KB
sehingga tercapai penambahan peserta baru
2) Membina kelestarian peserta KB.
3) Meletakkan dasar bagi mekanisme sosio-kultural yang
dapat menjamin berlangsungnya proses penerimaan.
4) Mendorong terjadinya proses perubahan perilaku
kearah yang positif, peningkatan pengetahuan , sikap
dan praktik masyarakat (klien) secara wajar sehingga
masyarakat melaksanakanya secara mantab sebagai
perilaku yang sehat dan bertanggung jawab.
c. Konseling Keluarga Berencana.

iv

192

1) Definisi Konseling.
Suatu proses pemberian bantuan yang dilakukan
seseorang kepada orang lain dalam membuat suatu
keputusan

atau

memecahkan

masalah

melalui

pemahaman tentang fakta-fakta dan perasaan-perasaan


yang terlibat di dalamnya.
2) Tujuan Konseling Keluarga Berencana.
a) Meningkatkan penerimaan
Informasi 6yang benar, diskusibebas dengan cara
mendengarkan, berbicara, dan komunikasi non
verbal

meningkatkan

penerimaan

mengenai KB oleh klien.


b) Menjamin pilihan yang cocok
Menjamin petugas dan klien

informasi

memilihcara

terbaikyang sesuai dengan keadaan kesehatan dan


kondisi klien.
c) Menjamin penggunaan yang efektif.
Konseling efektif diperlukan agar

klien

mengetahui bagaimana menggunakan KB dengan


benar dan mengatasi informasi yang keliru tentang
cara tersebut.
d) Menjamin kelangsungan yang lebih lama
Kelangsungan pemakaian cara KB akan lebih baik
bila klien ikut memilih cara tersebut, mengetahui
cara kerjanya dan mengatasi efek sampingnya.
3) 3 Jenis Konseling Keluarga Berencana.
a) Konseling Awal.
(1) Bertujuan menentukan metode apa yang
diambil.
(2) Bila dilakukan dengan objektif langkah ini
akan membantu klien untuk memilih jenis KB
yang cocok untuknya.
(3) Yang perlu diperhatikan adalah menanyakan
langkah yang disukai klien dan apa yang

iv

193

diketahuhi tentang cara kerjanya, kelebihan,


dan kekuranganya.
b) Konseling Khusus.
(1) Memberi kesempatan
bertanya

tentang

klien

cara

untuk

KB

dan

membicarakan pengalamanya.
(2) Mendapatkan informasi lebih

rinci

tentang KB yang diinginkanya.


(3) Mendapatkan bantuan untuk memilih
metode KB yang cocok dan mendapatkan
penerangan

lebih

jauh

tentang

penggunaanya.
c) Konseling tindak lanjut
(1) Konseling lebih bervariasi dari konseling
awal
(2) Pemberi

pelayanan

harus

dapat

membedakan masalah yang serius yang


memerlukan rujukan dan masalah yang
ringan yang dapat diatasi ditempat.
4) Langkah konsling
(a) GRATHER
G : Greet
Berikan slam, kenalkan diri dan buka komunikasi
A : Ask
Tanya keluhan/kebutuhan pasien dan menilai
apakah keluhan/kebutuhan sesuai dengan kondisi
yang dihadapi?
T : Tell
Beritahukan persoalan pokok yang dihadapi
pasien dari hasil tukar informasi dan carikan
upaya penyelesaiannya.

iv

194

H : Help
Bantu

klien

memahami

dan

menyelesaikan

maslahanya.
E : Explain
Jelaskan cara terpilih telah dianjurkan dan hasil
yang

diharapkan

mungkin

dapat

segera

terlihat/diobservasi).
R : Refer/Return visit
Rujuk bila fasilitas ini tidak dapat memberikan
pelayanan yang sesuai ( buat jadwal kunjungan
ulang ).
(b) Langkah konsling Keluarga Berencana SATU
TUJU
Langkah SATU TUJU ini tidak perlu dilakukan
berurutan

karena

menyesuaiakan

dengan

kebutuhan klien.
SA : Sapa dan salam
(1) Sapa klien secara terbuka dan sopan
(2) Beri perhatian sepenuhnya, jaga privasi
pasien
(3) Bangun percyaa diri pasien
(4) Tanyakan apa yang perlu dibantu dan jelaskan
pelayanan apa yang dapat diperoleh
T : Tanya
(1) Tanyakan informsi tentang dirinya
(2) Bantu klien untuk berbicara pengalaman
tentang KB dan kesehatanreproduksi
(3) Tanyakan kontrasepsi yang ingin digunakan
U : Uraikan

iv

195

(1) Uraikan pada klien mengenai pilihannya


(2) Bantu klien pada jenis kontrasepsi yang
paling dia inginkan serta jelaskan jenis yang
lain
J : Jelaskan
(1) Jelaskan

secara

lengkap

bagaimana

menggunakan kontrasepsi pilihan setelah


klien memilih jenis kontrasepsi
(2) Jelaskan bagaimana penggunaannya
(3) Jelaskan manfaat ganda dari kontrasepsi
U : Kunjungan ulang
1. Perlu dilakukan kunjungan ulang untuk
dilakukan pemeriksaan atau permintaan
kontrasepsi jika dibutuhkan
5) Tahapan kosling dalam pelyanana KB
a) Kegaiatan KIE
1. Sumber informasi pertama jenis alat/metode
KB dari petugas lapangan KB
2. Pesan yang disampaikan :
3. Pengertian dan manfaat KB bagi kesehatan dan
kesejahteraan keluarga
b) Proses terjadinya kehamilan pada wanita (yang
kaitannya

dengan

cara

kerja

dan

metode

kontrasepsi ).
c) Jenis

alat/kontrasepsi,

cara

kerjanya seerta lama pemakaian.


d) Kegaiatan bimbingan

iv

pemakaian,

cara

196

(1) Tindak lanjut dari kegiatan KIE dengan


menjaring calon peserta KB
(2) Tugas penjaringan: memberikan informasi
tentang jenis kontrasepsi lebih onyektif, benar
dan jujur sekaligus meneliti apakah calon
peserta memenuhi syarat
(3) Bila iya rujuk ke KIP/K
6) Kegiatan rujukan
a) rujukan calon peserta KB, untuk mendapatkan
pelayanan KB
b) Rujukan

peserta

KB,

untuk

menindaklanjuti

komplikasi
7) Kegaiatan KIP/K
Tahapan dalam KIP/K :
a) Menjajaki alasan pemilihan alat
b) Menjajaki apakah klien sudah mengetahui/paham
tentang alat kontrasepsi tersebut
c) Menjajaki klien tahu/tidak alat kontrasepsi lain
d) Bila belum, berikan informasi
e) Beri klien kesemapatan untuk mempertimbangkan
pilihan kembali
f) Bantu klien mengambil keputusan
g) Beriklien informasi, apapun pilihannya, klien akan
diperiksa kesehatannya.
h) Hasil pembiaraan akan dicata pada lembar konsling
8) Kegiatan pelayanan kontrasepsi
a) pemeriksaan kesehatan: anamnesa dan pemeriksaan
fisik

iv

197

b) bila

tidak

ada

kontra

indikasi,

pelayanan

kontrasepsi dapat diberikan


c) untuk kontrasepsi jangka panjang
9) Inform consent
Persetujuan yang diberikan oleh klien atau
keluarga atas informsi dan penjelasan mengenai
tindakan medis yang akan dilakuna terhadap klien.
Setiap tindakan medis yang berisiko harus
bersetujuan tertulis ditanda tangani oleh berhak
memberikan persetujaun (klien) dalam keadaan sadar
dan sehat.
2.2 PENELITIAN RELEVAN
2.2.1

Pemberian Ubi Jalar Ungu Kepada Ibu Hamil Untuk


Meningkatkan Kadar Hemoglobin(Hb)
Yeri Esty Ningtyastuti, Emy Suryani (2013)
Pengaruh Mengkonsumsi Jambu Biji Merah Terhadap
Peningkatan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil di Kelurahan
Bandung Kecamatan Ngrampal Kabupaten Sragen

Kata Kunci

:Jambu Biji Merah, Ibu Hamil, Peningkatan Kadar


Hemoglobin

Asal institusi :Jurusan Kebidanan Klaten, Poltekkes Kemenkes Surakarta

Abstrak
Abstrak : anemia pada ibu hamil merupakan masalah nasional. Di Jawa
Tengah ibu hamil pada tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi anemia
adalah 57,7%, hal ini masih lebih tinggi dari angka nasional yakni 50,9%.
Anemia dalam kehamilan merupakan kondisi ibu dengan kadar haemoglobin
(Hb) < 11 gr/dl pada trimester I dan III atau kadar < 10,5 gr/dl pada trimester

iv

198

II. Upaya penanggulangan anemia gizi besi pada ibu hamil secara nasional
dilakukan

melalui

peningkatan

cakupan

suplementasi

tablet

besi.

Peningkatan kadar Hb pada ibu hamil dengan cara herbal salah satunya
adalah dengan buah jambu biji. Kandungan mineral yang ada dalam buah
jambu biji dapat mengatasi penderita anemia karena mineral dalam buah
jambu biji merah dapat memperlancar proses pembentukan hemoglobin sel
darah merah. Tujuan : untuk mengetahui pengaruh mengkonsumsi jambu
biji merah terhadap peningkatan kadar hemoglobin ibu hamil di Kelurahan
Bandung Kecamatan Ngrampal Kabupaten Sragen. Metode Penelitian :
Desain

penelitian

yang

digunakan

adalah

pre-eksperiment

dengan

pendekatan One Group Pre-test Post-test dengan jumlah populasi sebanyak


15 orang dengan pengambilan sampel secara purposive sampling. Metode
pengumpulan data menggunakan lembar observasi, kemudian data dianalisa
menggunakan uji statistik wilcoxon dengan tingkat kemaknaan p < 0,05.
Hasil : Dari hasil uji statistik diperoleh hasil ada pengaruh mengkonsumsi
jambu biji merah terhadap peningkatan kadar hemoglobin ibu hamil di
Kelurahan Bandung Kecamatan Ngrampal Kabupaten Sragen dengan uji
wilxocon diperoleh nilai p-value sebesar 0,002 (=0,05). Kesimpulan : Ada
pengaruh mengkonsumsi jambu biji merah terhadap peningkatan kadar
hemoglobin ibu hamil di Kelurahan Bandung Kecamatan Ngrampal
Kabupaten Sragen.
2.2.2

Metode
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah preeksperiment, sedangkan desain penelitiannya adalah menggunakan
desain One Group Pre-test Post-test. Dalam desain penelitian ini,
observasi dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum eksperimen dan
sesudah.
Observasi yang dilakukan sebelum eksperimen (01) disebut pretest dan observasi sesudah eksperimen (02) disebut post-test.

iv

199

Perbedaan antara 01 dan 02 yakni 02-01 diasumsikan merupakan efek


dari treatment atau eksperimen (Arikunto, 2010).
Populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian atau objek
yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini
adalah semua ibu hamil yang melakukan pemeriksaan di Kelurahan
Bandung Kecamatan Ngrampal Kabupaten Sragen dengan jumlah ibu
hamil pada bulan Maret 2013 adalah 30 ibu hamil.
Sampel adalah merupakan dari bagian populasi terjangkau yang
dapat digunakan sebagai subyek penelitian melalui sampling
(Nursalam,

2003).

Pengambilan

sampel

pada

penelitian

ini

menggunakan teknik purposive sampling, adalah sampel yang diambil


berdasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti
berdasarkan ciri atau sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya
(Notoatmodjo, 2010).
Menurut Dahlan (2010) untuk menentukan jumlah sampel dalam
penelitian analitik numerik tidak berpasangan ditentukan dengan
rumus :
Kesalahan tipe I ditetapkan sebesar 5%, hipotesis satu arah,
sehingga Z = 1,64. Kesalahan tipe II ditetapkan 20%, maka Z =
0,84. Parameter yang berasal dari kepustakaan adalah simpang baku
(S), dan simpang baku.
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka diperoleh jumlah
sampel sebanyak 15 responden. Dalam penelitian ini sampel diambil
berdasarkan kriteria inklusi. Kriteria inklusi merupakan kriteria di
mana subjek penelitian dapat mewakili sampel penelitian yang
memenuhi syarat sebagai sampel.
Kriteria inklusi yang diambil adalah sebagai berikut : ibu hamil
yang mengalami anemia ringan, ibu hamil Trimester I, ibu hamil yang

iv

200

bersedia menjadi responden. Kriteria eksklusi adalah ibu hamil yang


hyperemisis gravidarum.
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data
primer (menggunakan lembar observasi dan hasil cek kadar Hb) dan
data sekunder (dengan mengambil data dari catatan kohort ibu hamil
Kelurahan Bandung Kecamatan Ngrampal Kabupaten Sragen).
Analisa Data yang digunakan dalam penelitian adalah Analisis
Univariat dan analisis bivariat. Analisis univariat dilakukan terhadap
tiap variabel dari hasil penelitian (Notoatmodjo, 2005). Analisa
univariat

bertujuan

untuk

menjelaskan

atau

mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian yang diolah dengan melihat


persentase. Bentuk analisa univariat tergantung dari jenis datanya dan
data numerik digunakan nilai mean atau rata-rata. Analisis Bivariat
adalah analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji hubungan
antara 2 variabel penelitian yaitu variabel independen dengan variabel
dependen. Hal ini berguna untuk membuktikan atau menguji hipotesis
yang telah dibuat (Sugiyono, 2007). Uji ini bertujuan untuk
mengetahui perbedaan kadar hemoglobin pada ibu hamil sebelum dan
sesudah mengkonsumsi jambu biji merah. Sebelum dilakukan uji
bivariat, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data, karena sampel <
50 digunakan uji shapiro-wilk. Hasil uji shapiro wilk jika dengan
program pengolahan data SPSS Versi 16.0.
2.2.3

Hasil dan Pembahasan


a. Hasil
1) Analisis Univariat
Tabel 2.14 Distribusi Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Sebelum dan
Sesudah Mengkonsumsi Buah Jambu Biji Merah

iv

201

Hb

Sebelu

15

Kadar

Standar

Hb

deviasi (gr

(gr%)
9,4

%)
0,507

10

1,014

10

m
Sesudah 15
10,8
b. Pembahasan

Hb Min Hb Max
(gr%)

(gr%)

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kadar hemoglobin


ibu hamil sebelum mengkonsumsi jambu biji sebesar 9,4 gr%
dengan standar deviasi 0,504 gr%, sedangkan nilai rata-rata kadar
hemoglobin sesudah mengkonsumsi jambu biji sebesar 10,8 gr%
dengan standar deviasi 1,014 gr%. Ini menunjukkan ada kenaikan
kadar Hb. Keadaan tersebut sesuai pendapat Garby et al yang
menyatakan bahwa penentuan status anemia yang hanya
menggunakan kadar Hb ternyata kurang lengkap, hingga perlu
ditambah dengan pemeriksaan yang lain. Ini juga sesuai dengan
pendapat Proverawati yang didukung oleh Asfuah (2009) dan
Linder (2007) bahwa kadar hemoglobin ibu hamil dikatakan
normal bila kadar Hb > 11 gr%, dan hemoglobin dibentuk di
dalam eritroblas dan kemudian dilanjutkan sedikit dalam stadium
normoblatis. Hemoglobin mengikat oksigen sewaktu proses
sirkulasi darah melalui paruparu dan kemudian melepas oksigen
kepada jaringan waktu darah masuk ke dalam pembuluh pembuluh darah kapiler.
Hemoglobin

menurut

Wikipedia

(2011)

adalah

metalprotein pengangkut oksigen yang mengandung besi dalam


sel merah dalam darah mamalia dan hewan lainnya. Molekul
hemoglobin terdiri dari globin, apoprotein dan empat gugus heme,
suatu molekul organik dengan satu atom besi. Pemeriksaan dan

iv

202

pengawasan hemoglobin dapat dilakukan dengan menggunakan


alat sahli. Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama
kehamilan, yaitu pada trimester I dan trimester III.
Seorang wanita hamil yang memiliki kadar Hb kurang dari
10 gr% menurut Herlina dan Djamilus (2008) disebut menderita
anemia

dalam

kehamilan.

Anemia

pada

kehamilan

atau

kekurangan kadar hemoglobin dalam darah dapat menyebabkan


komplikasi yang lebih serius bagi ibu baik dalam kehamilan,
persalinan dan nifas yaitu dapat mengakibatkan abortus, partus
prematurus, partus lama karena inertia utein, perdarahan post
partum karena atonia uteri, syok, infeksi intra partum maupun post
partum. Anemia berat dengan Hb kurang dari 4 gr% dapat
mengakibatkan dekompensatio cordis. Sedangkan komplikasi
dapat terjadi pada hasil konsepsi yaitu kematian mudigah,
kematian perinatal, prematuritas, cacat bawaan dan cadangan zat
besi kurang.
Hal ini sesuai dengan pendapat Admin (2013) yang
menyatakan bahwa kadar HB yang rendah kebanyakan disebabkan
oleh pola makan. Misalnya kurang nutrisi atau zat yang penting
seperti zat besi, vitamin B12, vitamin C hingga asam folat sebagai
bagian dari produksi sel darah merah. Selanjutnya akibat dari
pendarahan setelah operasi atau untuk wanita biasanya sedang
masa haid atau bunda yang sedang hamil. Selebihnya disebabkan
oleh penyakit atau kelainan seperti radang usus, gastrisis, radang
kronis sampai thallasemia. Pada umumnya yang mengalami kadar
Hb rendah adalah bunda hamil yang kebutuhan asupan makanan
atau gizinya kurang karena mual atau muntah.

iv

203

Perbedaan kadar hemoglobin pada ibu hamil sebelum dan


sesudah mengkonsumsi jambu biji merah Berdasarkan uji wilxocon
diperoleh nilai p-value sebesar 0,002 (=0,05).
Hal ini juga sejalan dengan pendapat Fathimah dkk (2011)
yang menyatakan bahwa konsumsi buah jambu biji sebagai sumber
vitamin C dapat membantu meningkatkan penyerapan zat besi, akan
tetapi jika asupan vitamin C rendah, dapat memberikan implikasi
terhadap kadar hemoglobin ibu hamil.
Kandungan vitamin C yang tinggi pada jambu biji dapat
dimanfaatkan oleh ibu hamil untuk pembentukan sel darah merah,
karena menurut Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat (2011)
selama kehamilan, konsentrasi vitamin C dalam darah turun akibatnya
terjadi hemodilusi sel darah merah. Buah jambu biji merah kaya
berbagai mineral seperti zat besi, asam folat, kalium, magnesium,
potasium, sodium, tinggi serat, rendah lemak. Semua zat dan mineral
tersebut berfungsi sebagai proteksi ibu hamil dan janin. Dalam jambu
biji merah juga kaya akan Vitamin K, Vit B3 dan B6.
Gambar 2.4 Jus Jambu Biji Merah dan Puding Jambu Biji Merah.

iv

204

1) Takaran Pembuatan Puding dan Jus Jambu Biji Mera


a) Puding Jambu Biji Merah.
(1) 4 buah jambu biji.
(2) Susu 250 ml.
(3) 1 bungkus agar-agar.
b) Jus Jambu Biji Merah .
(1) 1 buah jambu biji merah ukuran besar.
(2) 200 ml air bersih.
(3) Gula pasir 3 sendok makan.
(4) Susu kental manis putih secukupnya.
(5) Es batu secukupnya ( dihancurkan ).
2.2.4

Penerapan Massase Effleurage Terhadap Tingkat Nyeri Waktu


Persalinan
Marni Wahyuningsih
Efektifitas Aromaterapi Lavender (Lavandula
Angustifolia) dan Massage Effleurage terhadap Tingkat
Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif Pada Primigravida di
BPS Utami dan Ruang PONEK RSUD Karanganyar
Abstrak
Proses persalinan dimulai pada saat terjadi kontraksi uterus yang
teratur dan progresif serta akan diakhiri dengan keluarnya janin.
Aromaterapi dan massage merupakan salah satu metode non
farmakologi,

aromaterapi

dapat menimbulkan sesuatu yang

menyenangkan, menurunkan nyeri, stress, cemas serta massage


dapat menimbulkan efek relaksasi.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektifitas aromaterapi
lavender dan massageeffleurage terhadap tingkat nyeri persalinan
kala I fase aktif pada primigravida.

iv

205

Jenis penelitian quasi experiment dengan menggunakan desain


penelitian: pre and post test without control. Sampel penelitian
diambil dengan teknik Consecutive sampling sebanyak 48 orang.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Mei 2014. Metode
analisis data menggunakan teknik analisis statistik non parametrik
Wilcoxon.
Tingkat nyeri persalinan sebelum diberikan perlakuan adalah nyeri
tingkat berat (rata-rata 8,52) dan setelah diberikan perlakuan adalah
nyeri tingkat sedang (rata-rata 5,58). Penurunan tingkat nyeri setelah
diberikan perlakuan adalah 2,938. Hasil uji statistik diperoleh nilai
p 0,00 lebih kecil dari nilai a 0,05 dengan demikian aromaterapi
lavender dan massage effleurage efektif

menurunkan tingkat

nyeri persalinan kala I fase aktif pada primigravida. Harapannya


hasil penelitian ini dapat dijadikan SOP di BPS UTAMI dan Ruang
PONEK RSUD Karanganyar.
Kata Kunci: Nyeri, fase aktif, aromaterapi lavender, massage
effleurage Daftar Pustaka: 55 (2000-2013).
2.2.5

Massage
a. Definisi
Massage adalah tindakan penekanan oleh tangan pada
jaringan lunak, biasanya otot tendon atau ligamen, tanpa
menyebabkan pergeseran atau perubahan posisi sendi guna
menurunkan

nyeri,

menghasilkan relaksasi, dan/atau

meningkatkan sirkulasi. Gerakan-gerakan dasar meliputi :


gerakan memutar yang dilakukan oleh telapak tangan, gerakan
menekan
menggunakan

dan mendorong
tenaga,

kedepan

dan kebelakang

menepuk- nepuk,

memotong-motong,

meremas-remas, dan gerakan meliuk-liuk. Setiap gerakan

iv

206

gerakan menghasilkan tekanan, arah, kecepatan, posisi tangan


dan gerakan yang berbeda-beda untuk menghasilkan efek yang di
inginkan pada jaringan yang dibawahnya (Henderson, 2005).
Salah

satu

metode

yang

sangat

efektif

dalam

menanggulanginya adalah dengan massage yang merupakan salah


satu metode nonfarmakologi yang dilakukan untuk mengurangi
nyeri persalinan.Dasar teori massage adalah teori gate control
yang dikemukakan oleh Melzak dan Wall. Teori ini menjelaskan
tentang dua macam serabut syaraf berdiameterkecil dan serabut
berdiameter besar yang mempunyai fungsi yang berbeda.
Bidan

mempunyai

andil

yang

sangat

besar

dalam

mengurangi nyeri nonfarmakologi. Intervensi yang termasuk


dalam pendekatan nonfarmakologi adalah analgesia psikologis
yang dilakukan sejak awal kehamilan, relaksasi, massage,
stimulasi kuteneus, aroma terapi, hipnotis, akupuntur dan yoga.
(Rini Hariani, 2011).
Pijat (massage) cara lembut membantu ibu merasa lebih
segar, rileks, dan nyaman selama persalinan. Sebuah penelitian
menyebutkan, ibu yang dipijit 20 menit setiap jam selama
tahapan persalinan akan lebih bebas dari rasa sakit. Hal itu
terjadi karena pijat merangsang tubuh melepaskan senyawa
endorphin yang merupakan pereda sakit alami. Endorphin juga
dapat

menciptakan perasaan

nyaman

dan

enak. Dalam

persalinan, pijat juga membuat ibu merasa lebih dekat orang


yang merawatnya. Sentuhan seseorang yang peduli dan ingin
menolong merupakan sumber kekuatan saat ibu sakit, lelah, dan
kuat. Banyak bagian tubuh ibu bersalin dapat dipijat, seperti
kepala, leher, punggung, dan tungkai. Saat memijat, pemijat

iv

207

harus

memperhatikan

respon

ibu,

apakah

tekanan

yang

diberikan sudah tepat (Danuatmadja dan Meiliasari 2004).


Pijatan dapat menenangkan dan merilekskan ketegangan
yang muncul saat hamil dan melahirkan. Pijatan pada leher, bahu,
punggung, kaki, dan tangan dapat membuat nyaman. Usapan
pelan pada perut juga akan terasa nyaman saat kontraksi.
Rencana untuk menggunakan pijatan atau sentuhan yang disukai
dalam persalinan dapat dipilih sebagai berikut : sentuhan pelan
dengan ketukan yang berirama, usapan keras, pijatan untuk
melemaskan otot-otot yang kaku, dan pijatan keras atau gosokan
di punggung (Simkin, 2008).
b. Metode Effleurage
Metode

Effleurage

yakni

tindakan

memukul-mukul

abdomen secara perlahan seirama dengan pernapasan saat


kontraksi, digunakan supaya ibu tidak memusatkan perhatiannya
pada kontraksi (Bobak, 2004).
Effleurage

merupakan

teknik

pijatan

dengan

menggunakan telapak jari tangan dengan pola gerakan melingkar


pada abdomen, pinggang atau paha. Effleurage pada abdomen
adalah salah satu metode non farmakologis yang biasanya
digunakan dalam metode Lamaze untuk mengurangi nyeri pada
persalinan normal.
Massage atau pijatan pada abdomen (effleurage) adalah
bentukstimulasi kulit yang digunakan selama proses persalinan
dalam menurunkan nyeri secara efektif.
Effleurage adalah teknik pemijatan berupa usapan lembut,
lambat,

dan

panjang

atau

tidak

putus-putus.

Teknik

ini

menimbulkan efek relaksasi. Dalam persalinan, effleurage


dilakukan dengan menggunakan ujung jari yang lembut dan

iv

208

ringan. Lakukan usapan dengan ringan dan tanpa tekanan kuat,


tetapi usahakan ujung jari tidak lepas dari permukaan kulit. Pijatan
effleurage dapat juga dilakukan di punggung. Tujuan utamanya
adalah relaksasi. Gate Control Theory dapat dipakai untuk
pengukuran efektifitas cara ini.

Ilustrasi Gate Control Theory

bahwa serabut nyeri membawa stimulasi nyeri keotak lebih kecil


dan perjalanan sensasinya lebih lambat dari pada serabut sentuhan
yang luas. Ketika sentuhan dan nyeri dirangsang bersamaan,
sensasi sentuhan berjalan keotak dan menutup pintu gerbang
dalam otak, pembatasan jumlah nyeri dirasakn dalam otak.
Effleurage atau pijatan pada abdomen yang teratur dangan latihan
pernapasan selama kontraksi digunakan untuk mengalihkan wanita
dari nyeri selama kontraksi. Begitu pula adanya massage yang
mempunyai

efek

distraksi

juga

dapat

meningkatkan

pembentukan endorphin dalam sistem kontrol dasenden.


Diawal persalinan, pemijat dapat digunakan kedua telapak
tangannya untuk menekan kedua sisi punggung dari bahu ke
bawah dengan gerakan berirama, naik turun. Pijatan yang lama
dan lambat akan terasa nyaman. Pastikan pemijat menggunakan
seluruh bagian telapak tangannya. Jemarinya pun harus menyentuh
tubuh sehingga merasakan ketegangan disana. Pada persalinan
tahap lanjut, pemijat menggunakan

tanganya

untuk

memijat

kuat di pangkal tulang belakang atau gunakan ibu jari dengan


gerakan lingkaran-lingkaran di sekitar cekukngan pantat mungkin,
butuh tekanan lebih kuat didaerah itu. Sampaikan pada pemijat
gerakan yang paling menolong (Danuatmadja dan Meiliasari
2004).
Gambar 2.4 Cara Massage Effleurage,

iv

209

Prosedur Massage Effleurage adalah sebagai berikut:


1) Atur posisi tidur ibu dengan posisi miring kiri dengan lutut
kanan fleksi.
2) Letakkan kedua telapak ujung-ujung jari tangan diatas simfisis
pubis.
3) Bersama inspirasi pelan, usapkan kedua ujung-ujung jari tangan
dengan tekanan yang ringan, tegas dan konstan ke samping
abdomen, mengelilingi

samping

abdomen menuju ke arah

fundus uteri.
4) Setelah sampai fundus uteri seiring dengan ekspirasi pelanpelan usapkan kedua ujung-ujung jari tangan tersebut menuju
perut bagian bawah diatas simfisis pubis melalui umbilicus.
Lakukan

gerakan

ini

berulang-ulang

selama

ada

kontraksi.
2.2.6

Teknik Pijat Oksi dalam Peningkatan ASI pada Ibu Nifas


Rusdiarti (2014).

Pengaruh Pijat Oksitosin Pada Ibu Nifas Terhadap Pengeluaran ASI di


Kabupaten Jember
Abstrak :

iv

210

Penurunan produksi ASI pada hari-hari pertama setelah melahirkan


dapat disebabkan oleh kurangnya rangsangan hormon oksitosin dan
prolaktin yang sangat berperan dalam kelancaran produksi ASI,
sehingga menyebabkan ASI tidak segera keluar setelah melahirkan,
bayi kesulitan dalam menghisap, keadaan puting susu ibu yang tidak
menunjang. Berdasarkan studi dari 65 ibu nifas tersebut yang
mengalami gangguan pada proses menyusui meliputi 38%, perawatan
payudara yang kurang 35%, frekuensi menyusui yang kurang dari
8x/hari 15%, penyakit akut maupun kronis 12%. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui pengaruh pijat oksitosin pada ibu nifas
terhadap pengeluaran ASI. Populasi dalam penelitian ini adalah 40 ibu,
postpartum dalam pengambilan sampelnya menggunakan teknik
Simple Random Sampling dengan sampel sebanyak 36 ibu. Hasil
penelitian menunjukkan rata-rata pengeluaran ASI pada ibu nifas yang
tidak dilakukan pijat oksitosin sebesar 4,61 hari dan rata-rata
pengeluaran ASI pada ibu nifas yang dilakukan pijat oksitosin sebesar
11,78 menit. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan SPSS
ditemukan p value 0,000 <p 0,05 atau (5%). Dengan demikian Ho
tolak yang artinya adanya pengaruh pijat oksitosin pada ibu nifas
terhadap pengeluaran ASI. Pijat oksitosin yang dilakukan akan
memberikan pengaruh pengeluaran ASI dan kenyamanan pada ibu
sehingga akan memberikan kenyamanan pada bayi yang disusui.
Kata Kunci : Pijat Oksitosin, Pengeluaran ASI
Asal Institusi : Akademi Kebidanan Jember
2.2.7

Bahan Dan Metode Penelitian


Rancang bangun penelitian yang digunakan adalah Cross
Sectional dimana penelitian melakukan observasi atau pengukuran
variabel sesaat dengan penelusuran kasus ke depan artinya
subyeknya diobservasi satu kali sesaat dan pengukuran independen

iv

211

dilakukan pada saat pemeriksaan dan pengkajian data (Suharsimi


Arikunto, 2006). Penelitian dilaksanakan pada bulan maret 2014.
Variabel independen pada penelitian ini adalah pijat oksitosin
pada ibu nifas, sedangkan variabel dependen pada penelitian ini
adalah pengeluaran ASI. Populasi pada penelitian ini adalah ibu nifas
2 jam postpartum yang dilakukakan pijat oksitosin sebanyak 40
orang,dengan jumlah sampel 36 orang dengan tehnik simple random
sampling yang memenuhi kriteria inklusi.
2.2.8

Hasil Penelitian dan Pembahasan


a. Pengeluaran ASI pada Ibu Nifas yang tidak Dilakukan Pijat Oksitosin
Tabel 2.15 Distribusi Pengeluaran ASI pada Ibu Nifas yang tidak
Dilakukan Pijat Oksitosin di Kabupaten Jember Tahun
2014
Variabel

Mean

Varians

Pengeluaran ASI

4,61

0,840

18

pada Ibu Nifas


yang Tidak
Dilakukan Pijat
Oksitosin
Berdasarkan tabel menunjukkan rata-rata pengeluaran ASI pada ibu
nifas yang tidak dilakukan pijat oksitosin sebesar 4,61 hari.
b. Pengeluaran ASI pada Ibu Nifas Yang Dilakukan Pijat Oksitosin
Tabel

2.16 Distribusi Pengeluaran ASI pada Ibu Nifas yang


Dilakukan Pijat Oksitosin di Kabupaten Jember tahun
2014.
Variabel

Mean

Varians

Pengeluaran ASI pada

11,78

5,712

18

iv

212

Ibu Nifas yang


Dilakukan Pijat
Oksitosin

Berdasarkan tabel menunjukkan rata-rata pengeluaran ASI pada ibu


nifas yang dilakukan pijat oksitosin sebesar 11,78 menit.
c. Analisa Pengaruh Pijat Oksitosin pada Ibu Nifas Terhadap
Pengeluaran ASI
Tabel 2.17 Pengaruh Pijat Oksitosin pada Ibu Nifas Terhadap
Pengeluaran ASI di Kabupaten Jember
Variabel

Mean

Varians

P Value

Pengeluarn

4,61

0,840

0,000

18

11,78

5,712

ASI yang
tidak
dilakukan
pijat
oksitosin
Pengeluaran

18

ASI yang
dilakukan
pijat
oksitosin
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan SPSS ditemukan p
value 0,000 <p 0,05 atau (5%). Dengan demikian Ho tolak yang
artinya adanya pengaruh pijat oksitosin pada ibu nifas terhadap
pengeluaran ASI di Kabupaten Jember
d. Pengeluaran ASI pada Ibu
Oksitosin

iv

Nifas yang tidak Dilakukan Pijat

213

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan rata-rata pengeluaran


ASI pada ibu nifas yang tidak dilakukan pijat oksitosin sebesar 4,61
hari.
Masing-masing buah dada terdiri dari 1524 lobus dan terpisah
satu sama lain oleh jaringan lemak. Tiap lobus mempunyai saluran
halus untuk mengalirkan susu. Keadaan buah dada pada 2 hari
pertama nifas sama dengan keadaan dalam kehamilan. Pada waktu
ini buah dada belum mengandung susu, melainkan colostrum yang
dapat dikeluarkan dengan memijat areola mammae. Pada kira-kira
hari ke 3 postpartum buah dada menjadi besar, keras dan nyeri ini
menandai permulaan sekresi air susu dan kalau areola mammae
dipijat, keluarlah cairan putih dari puting susu (Ambarwati, 2010).
Hasil penelitian menunjukkan ketidak sesuai dengan teori, pada
penelitian rata-rata pengeluaran ASI pada hari 4 sedangkan hari ke 3
ibu nifas buah dadanya sudah membersar, keras dan nyeri yang
menandakan permulaan sekresi air susu. Hal ini dimungkinkan
dipengaruhi oleh nutrisi ibu nifas dan asupan cairan ibu. Ibu pada
saat menyusui membutuhkan kalori tambahan sebesar 300-500
kalori. Ibu yang nutrisi dan asupan kurang dari 1500 kalori perhari
dapat mempengaruhi produksi ASI. Isapan mulut bayi akan
menstimulus hipotalamus pada bagian hipofisis anterior dan
posterior. Hipofise anterior menghasilkan rangsangan prolaktin untuk
meningkatkan sekresi prolaktin. Prolaktin bekerja pada kelenjar susu
(alveoli) untuk memproduksi ASI. Isapan bayi tidak sempurna atau
puting susu ibu yang sangat kecil akan membuat produksi hormon
oksitosin dan hormon prolaktin akan terus menurun dan ASI akan
terhenti. Selain itu produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor
kejiwaan, ibu yang selalu dalam keadaan tertekan, sedih, kurang
percaya diri dan berbagai bentuk ketegangan emosional akan

iv

214

menurunkan volume ASI bahkan tidak akan terjadi produksi ASI.


Untuk memproduksi ASI yang baik harus dalam keadaan tenang.
Faktor lain yang mempengaruhi pengeluaran ASI yaitu paritas.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan sebagian besar primipara
sejumlah 24 (67%), multipara sejumlah 12 (33%).
Menurut

Notoatmodjo

(2005)

adalah

bahwa

paritas

diperkirakan ada kaitannya dengan arah pencarian informasi tentang


pengetahuan ibu menyusui dalam memberikan ASI eksklusif.
Pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya oleh
pengalaman yang diperoleh seseorang. Pengalaman dapat diperoleh
dari pengalaman sendiri maupun orang lain. Pengalaman yang
diperoleh

dapat

memperluas

pengetahuan

seseorang

dalam

pemberian ASI. Hal ini dihubungkan dengan pengaruh pengalaman


sendiri maupun orang lain terhadap pengetahuan yang dapat
mempengaruhi perilaku saat ini atau kemudian. Selain itu karena
seorang ibu dengan anak pertamanya, mengalami masalah ketika
menyusui yang sebetulnya hanya karena tidak tahu cara menyusui
dan pengalaman yang kurang baik yang dialami oleh orang lain atau
dirinya memungkinkan ibu ragu untuk memberikan ASI eksklusif
pada bayinya (Khairunniyah, 2004).
Dari

hasil

penelitian

adanya

kesesuain

dengan

teori

Notoatmodjo dimana sebagian besar ibu adalah primipara. Hal ini


menunjukkan paritas dari seorang ibu memang dapat memberikan
dampak terhadap pengetahuan yang dimilikinya dalam penelitian ini
pengetahuan ibu mengenai perawatan payudara, nutrisi, psikologi
ibu. Kurangnya pengetahuan yang dimiliki seorang ibu primipara
dikarenakan tidak adanya pengalaman sebelumnya mengenai
menyusui sehingga memungkinkan semakin sedikitnya pengetahuan
yang dimiliki terkait dengan hal perawatan payudara, nutrisi,

iv

215

psikologi ibu. Ibu primipara akan lebih sulit serta kurang yakin dapat
menyusui pada bayinya. Kolostrum akan lebih cepat keluar dan
jumlahnya lebih banyak pada ibu yang pernah melahirkan
dibandingkan dengan ibu yang belum atau baru pertama kali
melahirkan hal ini disebabkan karena pengetahuan yang dimiliki oleh
ibu primipara kurang bila dibandingkan dengan ibu multipara.
e. Pengeluaran ASI pada Ibu Nifas yang Dilakukan Pijat Oksitosin di
Puskesmas Kabupaten Jember
Berdasarkan

hasil

penelitian

menunjukkan

rata-rata

pengeluaran ASI pada ibu nifas yang dilakukan pijat oksitosin


sebesar 11,78 menit.
Pijat oksitosin merupakan suatu tindakan pemijatan tulang
belakang mulai dari costa ke 5-6 sampai scapula akan mempercepat
kerja saraf parasimpatis untuk menyampaikan perintah ke otak
bagian belakang sehingga oksitosin keluar (Suherni, 2008; Suradi,
2006). Pijat oksitosindilakukan selama 15 menit minimal sehari
sekali yang bertujuan untuk merangsang refleks oksitosin atau
reflexlet down yaitu rangsangan isapan bayi melalui serabut saraf,
memacu

hipofise bagian belakang untuk mensekresi hormon

oksitosin ke dalam darah. Oksitosin ini menyebabkan sel-sel


myopytel yang mengelilingi alveoli dan duktuli berkontraksi,
sehingga ASI mengalir dari alveoli ke duktuli menuju sinus dan
puting. Dengan demikian sering menyusu baik dan penting untuk
pengosongan
(pembengkakan

payudara

agar

payudara),

tidak

tetapi

terjadi

engorgement

sebaliknya

memperlancar

pengeluaran ASI (Pinem, 2009).


Hasil penelitian menunjuk kan rata-rata pengeluaran ASI pada
ibu nifas yang dilakukan pijat oksitosin sebesar 11,78 menit. Hal ini
menunjukkan

kesesuaian

iv

dengan

teori,

dengan

melakukan

216

pemijatan pada sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai tulang


sampai tulang costae kelima-keenam akan merangsang hormon
prolaktin dan oksitosin , sehingga ASI pun otomatis dapat lebih
lancar. Selain memperlancar ASI pijat oksitosin memberikan
kenyamanan pada ibu nifas, mengurangi bengkak (engorgement),
mengurangi

sumbatan

ASI,

merangsang

pelepasan

hormon

oksitosin, mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit.


Hasil penelitian Siti Nur Endah (2011) dengan judul
Pengaruh pijat oksitosin terhadap pengeluaran kolostrum pada Ibu
post partum di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Muhammadiyah
Bandung, menunjukkan waktu pengeluaran kolostrum kelompok
perlakuan rata rata 5,8 jam, sedangkan lama waktu kelompok
kontrol adalah rata rata 5,89 jam. Penelitian ini dilakukan pada
ibu post partum yang bersalin pada saat 2 jam post partum atau
setelah ibu post partum melakukan mobilisasi dini ke ruang
kebidanan Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung (Endah, 2011).
2.2.9

Analisis Pengaruh Pijat Oksitosin pada Ibu Nifas terhadap


Pengeluaran ASI di Kabupaten Jember
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan SPSS ditemukan
p value 0,000 <p 0,05 atau (5%). Dengan demikian Ho tolak yang
artinya adanya pengaruh pijat oksitosin pada ibu nifas terhadap
pengeluaran ASI di Kabupaten Jember
Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh pijat oksitosin
terhadap pengeluaran ASI. Hal ini dikarenakan pijat oksitosin
merupakan tindakan yang dilakukan pada ibu menyusui yang berupa
back massage pada punggung ibu untuk meningkatkan pengeluaran
hormon oksitosin. Pijat oksitosin yang dilakukan akan memberikan
kenyamanan pada ibu sehingga akan memberikan kenyamanan pada
bayi yang disusui. Secara fisiologis hal tersebut meningkatkan

iv

217

hormon oksitosin yang dikirimkan ke otak sehingga hormon oksitosin


dikeluarkan dan mengalir ke dalam darah, kemudian masuk ke
payudara

Mama

menyebabkan

otot-otot

di

sekitar

alveoli

berkontraksi dan membuat ASI mengalir di saluran ASI (milk ducts).


Hormon oksitosin juga membuat saluran ASI (milk ducts) lebih lebar,
membuat ASI mengalir lebih mudah.
Selain

Ibu

harus

memperhatikan

faktorfaktor

yang

mempengaruhi keberhasilan pijat oksitosin yaitu mendengarkan suara


bayi yang dapat memicu aliran yang memperlihatkan bagaimana
produksi susu dapat dipengaruhi secara psikologi dan kondisi
lingkungan saat menyusui, rasa percaya diri sehingga tidak muncul
persepsi tentang ketidakcukupan suplai ASI, mendekatkan diri
dengan bayi,

relaksasi yaitu latihan yang bersifat merilekskan

maupun menenangkan seperti meditasi, yoga, dan relaksasi progresif


dapat membantu memulihkan ketidakseimbangan saraf dan hormon
dan memberikan ketenangan alami; sentuhan dan pijatan ketika
menyusui; dukungan suami dan keluarga; minum minuman hangat
yang menenangkan dan tidak dianjurkan ibu minum kopi karena
mengandung kafein; menghangatkan payudara; merangsang puting
susu yaitu dengan

menarik dan memutar putting secara perlahan

dengan jari-jarinya (Astutik, 2014).


2.3 KONSEP DASAR STANDART ASUHAN KEBIDANAN SESUAI
PERMENKES NO. 938/MENKES/SK/VIII/200
2.3.1

Standar 1 Pengkajian Data


Mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan dan
lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

iv

218

Terdiri dari Data Subyektif (hasil anamnesa, biodata, keluhan


utama, riwayat obstetri, riwayat kesehatan dan latar belakang sosial
budaya) dan Data Obyektif (hasil pemeriksaan fisik, psikologis dan
pemeriksaan penunjang) (KemenKes RI, 2007).
2.3.2

Standar II Perumusan Diagnosa Dan Masalah Kebidanan


Menganalisa

data

yang

diperoleh

data

pengkajian,

menginterpretasikannya sacara a kurat dan logis untuk menegakan


diagnosa dan masalah kebidanan yang tepat. Kriteria perumusan
diagnosa dan atau masalah :
2.3.2.1 Diagnosa sesuai dengan nomenklatur kebidanan,
2.3.2.2 Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien,
2.3.2.3 Dapat diselesaikan dengan Asuhan Kebidanan secara mandiri,
kolaborasi, dan rujukan (KemenKes RI, 2007).
2.3.3

Standar III Intervensi

2.3.3.1 Merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa dan


masalah yang ditegakkan.
2.3.3.2 Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan
kondisi klien, tindakan segera, tindakan antisipasi dan asuhan
secara komprehensif, Melibatkan klien/pasien dan keluarga.
2.3.3.3 Mempertimbangkan kondisi psikologi, sosial budaya
klien/keluarga, Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan
kebutuhan klien berdasarkan evidence besed dan memastikan
bahwa asuhan yang diberikan bermanfaat untuk klien.
2.3.3.4 Memper timbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku
sumberdaya serta fasilitas yang ada. (KemenKes RI, 2007).
2.3.4

Standar IV Implementasi

2.3.4.1 Melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komprehensif,


efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada klien
dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan

iv

219

rehabilitative dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan


rujukan.
2.3.4.2 Memperhatikan keunikan klien sebagai makhluk bio, psiko,
sosisal, spiritual, dan cultural.
2.3.4.3 Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan dari klien
dan atau keluarga (inform consent).melaksanakan tindakan asuhan
berdasarkan evidence base.
2.3.4.4 Menjaga privacy klien dan melibatkan klien dalam setiap tindakan.
2.3.4.5 Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi.
2.3.4.6 Mengikuti perkembangan kondisi klien secara berkesinambungan.
2.3.4.7 Menggunakan sumber daya, sarana, dan fasilitas yang ada dan
sesuai.
2.3.4.8 Melakukan tindakan sesuai standart.
2.3.4.9 Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan. (KemenKes RI,
2007).
2.3.5

Standar V Evaluasi

2.3.5.1 Melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan


untuk melihat keefektifan dari asuhan yang diberikan, sesuai
dengan perubahan perkembangan kondisi klien.
2.3.5.2 Penilaian dilakukan segera setelah selesai melaksanakan asuhan
sesuai kondisi klien.
2.3.5.3 Hasil evaluasi segera dacatat dan dikomunikasikan pada klien dan
keluarga.
2.3.5.4 Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar.
2.3.5.5 Hasil evaluasi ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi klien.
(KemenKes RI, 2007).
2.3.6

Standar VI Pencatatan Asuhan Kebidanan

iv

220

Melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat dan jelas


mengenai keadaan atau kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam
memberikan asuhan kebidanan.
Pencatatan dilakukan segera setelah melakukan asuhan pada
formulir yang tersedia (Rekam Medis/KMS/Status pasien/Bkuku
KIA). Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP :
Subyektif

Menggambarkan

hasil

pendokumentasian

hasil

pengumpulan data melalui anamnesa.


Objektif

: Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan


fisik klien, hasil laboratorium, dan tes diagnostik lain
yang dirumuskan dalam data untuk mendukung
assessment.

Assesment

: Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan


interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu
identifikasi.

Perencanaan : Menggambarkan tentang pendokumentasian dan


perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi berdasarkan
assessment (KemenKes RI, 2007).
2.4 STANDART ASUHAN KEBIDANAN MASA KEHAMIAN,
PERSALINAN, NIFAS, NEONATUS, DAN KB
2.4.1

Asuhan Kebidanan pada Kehamilan


Standart asuhan kebidanan adalah acuan dalam proses
pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai

iv

221

oleh wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan


kiat kebidanan. (Kementrian Kesehatan RI, 2007)
2.4.2

Standar 1 Pengkajian Data


Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan
dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
Terdiri dari Data Subyektif (hasil Anamnesa; biodata, keluhan utama,
riwayat obstetri, riwayat kesehatan dan latar belakang sosial budaya)
dan Data Obyektif (hasil pemeriksaan fisik, psikologi dan pemeriksaan
penunjang). (Kementrian RI, 2007)
Tanggal pengkajian :

Jam :

(1) Data subyektif


1) Identitas
a) Nama ibu
Nama

: untuk mengetahui nama Ibu hamil, agar


tidak keliru dengan pasien lain.

Umur

: umur ibu hamil.

Agama

: untuk memngatahui agama yang dianut ibu


hamil agar lebih mudah dalam melakukan
pendekatan.

Pendidikan

: untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu


hamil sebagai dasar dasar pemberian KIE.

Pekerjaan

: untuk mengetahui bagaimana taraf hidup


dan social ekonomi ibu hamil agar nasehat
yang diberikan sesuai.

Alamat

: untuk mengetahui suku daerah ibu hamil,


sehingga memudahkan dalam berkomunikasi.
b) Nama suami

Nama

: untuk mengetahui nama suami Ibu hamil,


agar tidak keliru dengan pasien lain.

iv

222

Umur

: umur suami ibu hamil.

Agama

: untuk mengetahui agama yang dianut suami


ibu hamil agar lebih mudah dalam melakukan
pendekatan.

Pendidikan

: untuk mengetahui tingkat pengetahuan


suami ibu hamil.

Pekerjaan

: untuk mengetahui bagaimana taraf hidup


dan sosial ekonomi ibu hamil agar nasehat
yang diberikan sesuai.

Alamat

: untuk mengetahui alamat rumah.


2) Anamnesa
a) Alasan kunjungan

Ibu ingin memeriksakan kehamilannya


b) KeluhanUtama
Keluhan yang sedang dirasakan oleh ibu
c) Riwayat Kesehatan
(1) Riwayat kesehatan yang lalu
Apakah ibu pernah menderita penyakit menahun
seperti jantung, menular seperti TBC, HIV/AIDS dan
menurun seperti asma, diabetes mellitus, dll
(2) Riwayat kesehatan kelurga
Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang
menahun seperti jantung, menular seperti TBC,
HIV/AIDS dan menurun seperti asma, diabetes
melitus, dll
d) Riwayat kebidanan
(1) Riwayat menstruasi
Kapan ibu menarche, ada atau tidaknya flour albus,
berapa lama siklus haid, berapa banyaknya darah yang

iv

223

keluar, ada atau tidaknya masalah pada saat haid,kapan


hari pertama haid terakhir ibu.
(2) Riwayat

kehamilan,

persalinan, dan nifas yang


lalu.
Riwayat kehamilan yang lalu melahirkan dimana,
ditolong oleh siapa dengan usia kehamilan berapa
minggu,

apakah

persalinan

terakhir

mengalami

perdarahan, melahirkan spontan, SC, VE, pernah


abortus atau tidak,berapa berat lahir bayi dan jenis
kelamin, nifas mengalami penyulit atau tidak.
(3) Riwayat KB
Alat kontrasepsi apa yang pernah digunakan, lamanya,
dan

alasan

mengapa

klien

menggunakan

alat

kontrasepsi tersebut serta keluhannya.


e) Riwayat perkawinan
Dikaji untuk mendapat gambaran tentang berapa kali
pasien menikah, umur saat menikah, dan berapa umur
suami saat menikah.
f) Pola kebiasaan sehari hari
(1) Polai stirahat
Ada atau tidaknya gangguan saat istirahat, berapa lama
waktu istirahat dalam satu hari.
(2) Pola aktivitas
Pada pola ini perlu dikaji pengaruh aktivitas terhadap
kesehatannya.

Tanyakan

pada

ibu

apakah

ibu

melakukan ambulasi seberapa sering, apakah kesulitan


atau tidak. Olahraga yang dilakukan ada atau tidak.
(3) Pola eliminasi

iv

224

BAK dan BAB berapa frekuensinya dalam sehari,


konsistensi, ada gangguan atau tidak dan bagaimana
cara mengatasinya jika ada gangguan.
(4) Pola nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum,
frekuensi, banyaknya, jenis makanan dan pantangan
makanan.
(5) Pola kebersihan
Frekuensi mandi, gosok gigi dan ganti baju dalam
sehari.
(6) Pola seksual
Frekuensi berhubungan suami istri dalam seminggu
dan ada gangguan atau tidak sat berhubungan.
g) Riwayat psikososial
(1) Psikologi : apakah ibu
merasa

cemas

dalam

menghadapi
persalinannya kedepan
(2) Sosial

Bagaimana

hubungan ibu, suami dan


keluarga.
(3) Riwayat

spiritual

Agama apa yang dianut


klien

agar

mudah
pendekatan.
(2) Data Obyektif
1) PemeriksaanFisik
Keadaan umum

: Baik atau tidak

iv

kita

lebih

melakuakan

225

Kesadaran

: Composmentis, stupor, delirium

Tekanan Darah

: 110/70 120/80 MmHg

Nadi

: 80 100 x/menit

Pernapasan

: 16 24 x/menit
: 36,5 37,5 0C

Suhu

2) Pemeriksaan Khusus
a) Inspeksi
Kepala

: Bersih atau tidak, oedema atau tidak .

Muka

: Oedema atau tidak, pucat atau tidak.

Mata

: Konjugtiva pucat atau tidak, sklera kuning

Telinga

atau putih.
: Simetris, bersih atau tidak, ada secret atau

Mulut

tidak.
: Stomatitis atau tidak, caries atau tidak, bercak

Leher

darah atau tidak


: Ada pembesaran kelenjar tiroid atau tidak, ada
pembesaran atau bendungan vena jugularis

atau tidak.
Payudara : Bentuk simetris atau tidak, benjolan abnormal
ada

atau

tidak,

keadaan

puting

susu,

hiperpigmentasi, areola besar atau tidak.


Abdomen : Bentuk simetris, pembesaran sesuai umur
kehamilan, terdapat linea nigra striae tidak ada,
luka bekas operasi tidak ada.
Genetalia : Terdapat pembengkakan atau tidak, terdapat
cairan abnormal atau tidak, terdapat varises
atau tidak.
b) Palpasi
Payudara : ada benjolan atau tidak.
Abdomen : terasa penuh pada bagian bawah, terdapat
skibala, lakukan pemeriksaan Leopold :

iv

226

Leopold I : untuk menentukan tinggi fundus uteri,


Usia Kehamilan dan bagian apa yang
berada di fundus
Leopold II : untuk menentukan letak punggung dan
letak bagian-bagian kecil
Leopold III : untuk menentukan apa yang berada
dibagian bawah.
Leopold IV : untuk menentukan berapa masuknya
bagian

bawah

ke

dalam

rongga

panggul.
Mc. Donald : TFU : di ukur dengan menggunakan
metline
TBBJ

: dengan cara (Tinggi Fundus Uteri cm


11(jika sudah masuk PAP) 12 (jika
belum masuk PAP)) x 155

Geretalia : Apakah ada nyeri tekan atau tidak.


c) Auskultasi
Dada

: apakah terdapat bunyi whezing atau ronchi

DJJ :

berada pada batas normal atau tidak (120160x/menit)

d)

Perkusi
Refleks patela : Positif/negatif

2.4.3

Standar II Perumusan Diagnosa dan Masalah Kebidanan


Bidan menganalisa data yang diperoleh data pengkajian,
menginterpretasikannya sacara akurat dan logis untuk menegakan
diagnose dan masalah kebidanan yang tepat. Kriteria perumusan
diagnosa dan atau masalah : Diagnosa sesuai dengan nomenklatur
kebidanan, Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien, Dapat

iv

227

diselesaikan dengan Asuhan Kebidanan secara mandiri, kolaborasi,


dan rujukan. (KementrianKesehatan RI, 2007)
Diagnosa
:
Asuhan kebidanan pada ibu hamil G..P umur
kehamilan ...minggu, janin hidup, tunggal, intra uterine,
letak kepala keadaan umum ibu dan janin baik.
Mx : masalah yang dialami ibu hamil
2.4.4

Standar III Intervensi


Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnose
dan masalah yang ditegakkan. Rencana tindakan disusun berdasarkan
prioritas masalah dan kondisi klien; tindakan segera, tindakan
antisipasi dan asuhan secara komprehensif, Melibatkan klien/pasien
dan keluarga, Mempertimbangkan kondisi psikologi, sosial budaya
klien/keluarga, Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan
kebutuhan klien berdasarkan evidence besed dan memastikan bahwa
asuhan

yang

diberikan

bermanfaat

untuk

klien

dan

Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku sumberdaya


serta fasilitas yang ada. (KementrianKesehatan RI, 2007)
Intervensi :
a. Lakukan pendekatan terapeutik pada ibu dan keluarga
b. Observasi TTV dan pemriksaan fisik.
c. Jelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan.
d. Jelaskan pada ibu tentang perubahan fisik dan psikologi dalam
kehamilan trimester III
e. Berikan motivasi kepada ibu untuk tidak cemas tentang perubahan
yang akan dialaminya selama kehamilan trimester III
f. Jelaskan pada ibu kebutuhan apa saja yang diperlukan selama trimester
III
g. Jelaskan kepada ibu untuk mengkonsumsi pudding atau jus jambu biji
merah agar tidak mengalami anemia serta minum tablet Fe
h. Jelaskan kepada ibu untuk menjaga kebersihan dirinya

iv

228

i. Jelaskan pada ibu untuk istirahat yang cukup serta posisi tidur yang
nyaman dan baik untuk kesejahteraan ibu dan bayi.
j. Anjurkan ibu memeriksakan kehamilannya untuk melakukan ANC
terpadu
k. Berikan konseling persiapan persalinan pada ibu.
l. Anjurkan ibu untuk membaca dan memahami isi dari buku KIA
m. Anjurkan ibu untuk melakukan senam ibu hamil
2.4.5

Standar IV Implementasi
Bidan

melaksanakan

rencana

asuhan

kebidan

secara

komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan evidene based


kepada klien/klien, dalam bentuk upaya promotif,preventif, kuratif dan
rehabilitatif dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.
(KementrianKesehatan RI, 2007)
Implementasi :
a. Melakukan pendekatan terapeutik pada ibu dan keluarga
b. Mengobservasi TTV, dan pemeriksaan fisik.
c. Menjelaskan hasil dari pemeriksaan TTV dan pemeriksaan
fisik.
d. Menjelaskan pada ibu tentang perubahan fisik dan
psikologi dalam kehamilan trimester III
e. Memberikan motivasi kepada ibu untuk tidak cemas
tentang

perubahan

yang

akan

dialaminya

selama

kehamilan trimester III


f. Menjelaskan pada ibu kebutuhan apa saja yang diperlukan
selama trimester III
g. Menjelaskan kepada ibu untuk mengkonsumsi pudding
atau jus jambu biji merah agar tidak mengalami anemia
serta rutin untuk minum tablet Fe
h. Menjelaskan kepada ibu untuk menjaga kebersihan dirinya

iv

229

i. Menjelaskan pada ibu untuk istirahat yang cukup serta


posisi tidur yang nyaman dan baik untuk kesejahteraan ibu
dan bayi.
j. Menganjurkan ibu memeriksakan kehamilannya untuk
melakukan ANC terpadu
k. Memberikan konseling persiapan persalinan pada ibu.
l. Menganjurkan ibu untuk membaca dan memahami isi dari
buku KIA
m. Menganjurkan ibu untuk melakukan senam ibu hamil
2.4.6

Standar V Evaluasi
Bidan melakukan evaluasi secara sistimatis dan
berkesinambungan untuk melihat keefektifan dari asuhan yang
diberikan, sesuai dengan perubahan perkembangan kondisi klien
(KementrianKesehatan RI, 2007).
Evaluasi :
a. Sudah
dilakuka
n
pendekat
an
terapeuti
k,

ibu

dan
keluarga
kooperat
if
b. Sudah
dilakuka
n

iv

230

observas
i

TTV

serta
pemeriks
aan fisih,
hasilnya
normal
c. Ibu
sudah
mengeta
hui hasil
pemerik
asaan
dan
senang
dengan
hasil
pemeriks
aan.
d. Ibu
sudah
mengeta
hui
perubaha
n

perubaha
n
saja
yang

iv

apa

231

akan
terjadi
pada
dirinya
e. Ibu
merasa
lega dan
aman
karena
telah
termotiv
asi oleh
bidan.
f. Ibu
mengerti
kebutuha
nkebutuha
n

apa

saja
yang
diperluk
an
selama
kehamila
n
trisemest
er III.

iv

232

g. Ibu mau
untuk
mengko
nsumsi
pudding
atau jus
jambu
biji
merah.
h. Ibu mau
untuk
menjaga
kebersih
an
dirinya.
i. Ibu
sudah
melakuk
an
istirahat
yang
cukup,
serta
posisi
tidur
yang
baik.
j. Ibu akan
memerik

iv

233

sakan
kehamila
nnya
untuk
melakuk
an ANC
terpadu.
k. Ibu
sudah
mengerti
dan
dapat
menyebu
tkan
kembali
tandatanda
persalina
n.
l. Ibu
sudah
membac
a

dan

memaha
mi buku
KIA.
m. Ibu mau
melakuk
an

iv

234

senam
ibu
hamil.
2.4.7

Standar VI Pencatatan Asuhan Kebidanan


Metode pendokumentasian yang digunakan dalam asuhan
kebidanan adalah SOAP yang merupakan salah satu metode
pendokumentasian

yang

diantaranya

menurut

PERMENKES

NO.938/MENKES/SK/VIII/2007:
Subyektif :

Menggambarkan

hasil

pendokumentasian

hasil

pengumpulan data melalui anamnesa


Objektif :

Menggambarkan

pendokumentasian

hasil

pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium, dan tes


diagnostik lain yang dirumuskan dalam data untuk
mendukung assessment
Assesment

Menggambarkan

pendokumentasian

hasil

analisis dan interpretasi data subjektif dan objektif


dalam suatu identifikasi
Penatalaksanaan: Menggambarkan tentang pendokumentasian dan
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi berdasarkan
assessment
Tanggal

Jam

: ibu ingin memeriksakan kehamilannya.

: KU

: baik

Kesadaran

: composmentis

TTV:Tensi Darah : 110/70 mmHg 120/80 mmHg


Nadi

: 80-100 x/menit

Suhu : 36,5C 37,5C


RR

:.16 24 x/menit

iv

235

BB sebelum hamil

: ...kg

BB saat hamil ini

: ...kg

Lila

: 23,5 cm

Auskultasi abdomen :
DJJ

:120 160 x/menit

Palpasi abdomen
Leopold I

: mengetahui TFU, serta letak janin pada

daerah fundus
Leopold II

: bagian janin pada daerah kanan serta

kiri perut ibu.


Leopold III

: mengetahui bagian terendah janin.

Leopold IV : untuk mengetahui seberapa jauh


janin sudah masuk PAP atau belum.
Mc Donald

: TFU.cm.

TBBJ :

(TFU-11)x155=gr atau (TFU-

12)x155=gr.
A

: Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis


daninterpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu
identifikasi.
Ny.. G..P. UK.. minggu, janin hidup, tunggal, intra
uterin, letak kepala, punggung ka/ki, kesan jalan lahir,
KU ibu dan janin.

1) lakukan pendekatan terapeutik pada ibu dan keluarga, Melakukan


pendekatan terapeutik pada ibu dan keluarga, Sudah dilakukan
pendekatan terapeutik, ibu dan keluarga Kooperatif
2) Observasi TTV dan pemriksaan fisik, Mengobservasi TTV, dan
pemeriksaan fisik, Sudah dilakukan observasi TTV serta
pemeriksaan fisih, hasilnya normal.

iv

236

3) Jelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan, Menjelaskan hasil


dari pemeriksaan TTV dan pemeriksaan fisik, Ibu sudah
mengetahui hasil pemerikasaan dan senang dengan hasil
pemeriksaan.
4) Jelaskan pada ibu tentang perubahan fisik dan psikologi dalam
kehamilan trimester III, Menjelaskan pada ibu tentang
perubahan fisik dan psikologi dalam kehamilan trimester III,
Ibu sudah mengetahui perubahan perubahan apa saja yang
akan terjadi pada dirinya
5) Berikan motivasi kepada ibu untuk tidak cemas tentang
perubahan yang akan dialaminya selama kehamilan trimester
III, Memberikan motivasi kepada ibu untuk tidak cemas
tentang perubahan yang akan dialaminya selama kehamilan
trimester III, Ibu merasa lega dan aman karena telah termotivasi
oleh bidan.
6) Jelaskan pada ibu kebutuhan apa saja yang diperlukan selama
trimester III, Menjelaskan pada ibu kebutuhan apa saja yang
diperlukan selama trimester III, Ibu mengerti kebutuhankebutuhan apa saja yang diperlukan selama kehamilan
trisemester III.
7) Jelaskan kepada ibu untuk mengkonsumsi pudding atau jus
jambu biji merah agar tidak mengalami anemia serta minum
tablet Fe, Menjelaskan kepada ibu untuk mengkonsumsi
pudding atau jus jambu

biji merah agar tidak mengalami

anemia serta rutin untuk minum tablet Fe, Ibu mau untuk
mengkonsumsi pudding atau jus jambu biji merah.
8) Jelaskan kepada ibu untuk menjaga kebersihan dirinya,
Menjelaskan kepada ibu untuk menjaga kebersihan dirinya, Ibu
mau untuk menjaga kebersihan dirinya.

iv

237

9) Jelaskan pada ibu untuk istirahat yang cukup serta posisi tidur
yang nyaman dan baik untuk kesejahteraan ibu dan bayi.,
Menjelaskan pada ibu untuk istirahat yang cukup serta posisi
tidur yang nyaman dan baik untuk kesejahteraan ibu dan bayi.,
Ibu sudah melakukan istirahat yang cukup, serta posisi tidur
yang baik.
10) Anjurkan ibu memeriksakan kehamilannya untuk melakukan
ANC terpadu, Menganjurkan ibu memeriksakan kehamilannya
untuk melakukan ANC terpadu Ibu akan memeriksakan
kehamilannya untuk melakukan ANC terpadu
11) Berikan konseling persiapan

persalinan

pada

ibu.,

Memberikan konseling persiapan persalinan pada ibu., Ibu


sudah mengerti dan dapat menyebutkan kembali tanda-tanda
persalinan.
12) Anjurkan ibu untuk membaca dan memahami isi dari buku
KIA, Menganjurkan ibu untuk membaca dan memahami isi
dari buku KIA, Ibu sudah membaca dan memahami buku KIA.
13) Anjurkan

ibu

untuk

melakukan

senam

ibu

hamil,

Menganjurkan ibu untuk melakukan senam ibu hamil, Ibu mau


melakukan senam ibu hamil.
Tanggal

: ibu ingin memeriksakan kehamilannya.

Jam
: KU

Kesadaran

: baik

: composmentis

TTV:Tensi Darah : 110/70 mmHg 120/80 mmHg


Nadi

: 80-100 x/menit

Suhu

: 36,5C 37,5C

RR

:.16 24 x/menit

iv

238

BB sebelum hamil

: ...kg

BB saat hamil ini

: ...kg

Lila

: 23,5 cm

Auskultasi abdomen

DJJ

:120 160 x/menit

Palpasi abdomen
Leopold I

: mengetahui TFU, serta letak janin pada daerah


fundus

Leopold II

: bagian janin pada daerah kanan serta kiri perut


ibu.

Leopold III : mengetahui bagian terendah janin.


Leopold IV : untuk mengetahui seberapa jauh
janin sudah masuk PAP atau belum.
Mc Donald : TFU.cm.
TBBJ

: (TFU-11)x155=gr atau (TFU12)x155=gr.

:Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan


interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu
identifikasi.
Ny.. G..P. UK.. minggu, janin hidup, tunggal, intra uterin,
letak kepala, punggung ka/ki, kesan jalan lahir, KU ibu dan janin.

1) Lakukan pendekatan terapeutik pada ibu dan keluarga, Melakukan pendekatan


terapeutik pada ibu dan keluarga, Sudah dilakukan pendekatan terapeutik, ibu
dan keluarga Kooperatif
2) Observasi TTV dan pemriksaan fisik, Mengobservasi TTV, dan pemeriksaan
fisik, Sudah dilakukan observasi TTV serta pemeriksaan fisih, hasilnya
normal.

iv

239

3) Jelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan, Menjelaskan hasil dari


pemeriksaan TTV dan pemeriksaan fisik, Ibu sudah mengetahui hasil
pemerikasaan dan senang dengan hasil pemeriksaan.
4) Jelaskan pada ibu tentang perubahan fisik dan psikologi dalam kehamilan
trimester III, Menjelaskan pada ibu tentang perubahan fisik dan psikologi
dalam kehamilan trimester III, Ibu sudah mengetahui perubahan perubahan
apa saja yang akan terjadi pada dirinya
5) Berikan motivasi kepada ibu untuk tidak cemas tentang perubahan yang akan
dialaminya selama kehamilan trimester III, Memberikan motivasi kepada ibu
untuk tidak cemas tentang perubahan yang akan dialaminya selama kehamilan
trimester III, Ibu merasa lega dan aman karena telah termotivasi oleh bidan
6) Jelaskan pada ibu kebutuhan apa saja yang diperlukan selama trimester III,
Menjelaskan pada ibu kebutuhan apa saja yang diperlukan selama trimester
III, Ibu mengerti kebutuhan-kebutuhan apa saja yang diperlukan selama
kehamilan trisemester III.
7) Jelaskan kepada ibu untuk mengkonsumsi pudding atau jus jambu biji merah
agar tidak mengalami anemia serta minum tablet Fe, Menjelaskan kepada ibu
untuk mengkonsumsi pudding atau jus jambu

biji merah agar tidak

mengalami anemia serta rutin untuk minum tablet Fe, Ibu mau untuk
mengkonsumsi pudding atau jus jambu biji merah.
8) Jelaskan kepada ibu untuk menjaga kebersihan dirinya, Menjelaskan kepada
ibu untuk menjaga kebersihan dirinya, Ibu mau untuk menjaga kebersihan
dirinya.
9) Jelaskan pada ibu untuk istirahat yang cukup serta posisi tidur yang nyaman
dan baik untuk kesejahteraan ibu dan bayi., Menjelaskan pada ibu untuk
istirahat yang cukup serta posisi tidur yang nyaman dan baik untuk
kesejahteraan ibu dan bayi., Ibu sudah melakukan istirahat yang cukup, serta
posisi tidur yang baik.

iv

240

10) Anjurkan ibu memeriksakan kehamilannya untuk melakukan ANC terpadu,


Menganjurkan ibu memeriksakan kehamilannya untuk melakukan ANC
terpaduIbu akan memeriksakan kehamilannya untuk melakukan ANC terpadu.
11) Berikan konseling persiapan

persalinan

pada

ibu.,

Memberikan konseling persiapan persalinan pada ibu., Ibu sudah mengerti


dan dapat menyebutkan kembali tanda-tanda persalinan.
12) Anjurkan ibu untuk membaca dan memahami isi dari buku KIA,
Menganjurkan ibu untuk membaca dan memahami isi dari buku KIA, Ibu
sudah membaca dan memahami buku KIA.
13) Anjurkan ibu untuk melakukan senam ibu hamil, Menganjurkan ibu untuk
melakukan senam ibu hamil, Ibu mau melakukan senam ibu hamil.
PERSALINAN
KALA I
Tanggal :

Jam :

S : Ibu merasakan kenceng-kenceng sejak jam 07.00 WIB dan keluar lendir
berwarna jernih jam 08.30 WIB
O : Keadaan umum

: Baik

Kesadaran : composmentis
TTV:Tensi Darah : 110/70 mmHg 120/80 mmHg
Nadi

: 80-100 x/menit

Suhu

: 36,5C 37,5C

RR

:.16 24 x/menit

BB sebelum hamil : ...kg


BB saat hamil ini : ...kg
Lila

: 23,5 cm

Auskultasi abdomen
Konjungtiva

: merah muda

iv

241

Dada

: retraksi dinding dada ( - )

Payudara

: hyperpigmentasi areola mammae (-), putting menonjol,


kolostrum (+)

Abdomen

Leopold I : TFU 2 jari diatas pusat, teraba bulat lunak tidak


melenting.
Leopold II : bagian kanan teraba keras, memanjang seperti papan,
bagian kiri teraba bagian-bagian kecil janin.
Leopold III : bagian terendah janin teraba bulat, keras, melenting,
kepala belum masuk PAP
Leopold IV: konvergen
TFU menurut Mc. Donald

: 28 cm,

TBJ

: (28-11) x155= 2675 gram

His

: 3x/10 menit, selama 35 detik

DJJ

: 120 160 x/menit

Ketuban

: (+)

Presentasi

: kepala

Molase

:0

Pembukaan : 4 cm
Penurunan
A

: 3/5

: Ny. S GIIP10001 Uk 31 minggu, janin hidup, tunggal, letak


kepala, intrauterine, kesan jalan lahir normal, keadaan umum ibu
baik dengan inpartu kala I fase aktif.

:
1) Jelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan. Memberitahu ibu tentang
hasil pemeriksaan bahwa pembukaan sudah 4 cm. Ibu sudah mengetahui
hasil pemeriksaan.
2) Persiapkan

ruangan

untuk

persalinan

dan

kelahiran

bayi.

Mempersiapkan ruangan untuk peralinan dan kelahiran bayi yang

iv

242

bersih, hangat, dan terlindung dari tiupan angin. Ruangan untuk


persalinan dan kelahiran bayi telah disiapkan.
3) Siapkan perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obatan yang diperlukan.
Menyiapkan perlengkapan, bahan-bahan, dan obat-obatan yang
diperlukan untuk asuhan persalinan. Perlengkapan, bahan-bahan, dan
obat-obatan untuk asuhan persalinan telah disiapkan.
4) Berikan dukungan emosional pada ibu. Memberikan dukungan
emosional pada ibu untuk mengurangi kecemasan ibu terhadap
persalinan dengan menghadirkan suami dan atau keluarga untuk
mendampingi ibu selama persalinan. Ibu tampak lebih tenang dengan
kehadiran keluarga.
5) Bantu ibu untuk mengatur posisi yang nyaman. Membantu ibu mengatur
posisi yang nyaman untuk berbaring saat kontraksi datang. Ibu
kooperatif dengan berbaring ke kiri.
6) Berikan makan dan minum selama proses persalinan. Memberikan
makanan dan minuman ringan yang cukup selama persalinan agar
tenaga ibu bertambah lebih banyak dan mencegah dehirasi. Ibu bersedia
makan dan minum sedikit demi sedikit.
7) Jelaskan pada ibu untuk sering mengosongkan kandung kemih selama
persalinan. Menjelaskan pada ibu untuk sering mengosongkan kandung
kemih selama persalinan sedikitnya tiap 2 jam atau setiap kandung
kemih terasa penuh. Ibu mengerti dan akan berkemih setiap kandung
kemih penuh.
8) Lakukan pencegahan infeksi. Melakukan pencegahan infeksi dengan
menjaga lingkungan tetap bersih. Pencegahan infeksi telah dilakukan.
9) Lakukan pencatatan selama kala I fase aktif. Lakukan pencatatan selama
kala I fase aktif dalam lembar partograf yaitu informasi tentang ibu,
kondisi janin, kemajuan persalinan, jam dan waktu, kontraksi uterus,

iv

243

obat-obatan dan cairan yang diberikan, kondisi ibu. Pencatatan telah


dilakukan.
10) Berikan massage efflurage pada perut ibu. Memberi massage efflurage
pada perut ibu untuk mengurangi rasa nyeri saat kontraksi datang. Ibu
merasa lebih nyaman dan rasa nyerinya berkurang.
Kala II
Tanggal :
Jam :
S : Ibu merasakan kenceng-kenceng semakin sering dan ia tidak
lagi menahan keinginan untuk meneran.
O

: Keadaan umum

: Baik

Kesadaran

: composmentis

TTV: Tensi Darah

: 110/70 mmHg 120/80 mmHg

Nadi

: 80-100 x/menit

Suhu

: 36,5C 37,5C

RR

:.16 24 x/menit

BB sebelum hamil

: ...kg

BB saat hamil ini

: ...kg

Lila

: 23,5 cm

Auskultasi abdomen :
DJJ

: 120 160 x/menit.

Pemeriksaan Dalam :
Ketuban

: (-)

Molase

:0

Efficement : 100%
Hodge

: III

Pembukaan: 10 cm
Penurunan : 1/5

iv

mampu

244

: Ny. S GIIP10001 Uk 31 minggu, janin hidup, tunggal, letak kepala,


intrauterine, kesan jalan lahir normal, keadaan umum ibu baik dengan
inpartu kala II.

1) Dengar dan lihat tanda gejala kala II. Mendengar dan melihat tanda dan
gejala kala II yaitu doran, teknus, perjol, vulka. Tanda dan gejala kala II
sudah tampak.
2) Pastikan kelengkapan alat, bahan, dan obat-obatan untuk pertolongan
persalinan. Memastikan kelengkapan alat, bahan, dann obat-obatan esensial
untuk pertolongan persalinan.alat, bahan, dann obat-obatan esensial sudah
lengkap.
3) Lakukan

persiapan

pertolongan

persalinan.

Melakukan

persiapan

pertolongan persalinan dengan memakai Alat Perlindungan Diri (APD).


APD telah dipakai.
4) Lepas semua aksesoris di tangan kemidian cuci tangan dengan sabun dan
air mengalir. Melepas semua aksesoris di tangan kemudian mencuci tangan
dengan sabun dan air mengalir. Aksesoris sudah dilepas dan cuci tangan
telah dilakukan.
5) Gunakan sarung tangan pada tangan kanan. Menggunakan sarung tangan
pada tangan kanan. Sarung tangan sudah di gunakan,
6) Lakukan apirasi oksitosin 10 I.U. Melakukan aspirasi oksitosin 10 I.U
kedalam spuit 3 cc. Oksitosin 10 I.U sudah di dalam spuit 3 cc.
7) Bersihkan vulva dan perineum. Membersihkan vulva dan perineum dengan
kasa yang dibasahi air DTT dari depan ke belakang. Vulva dan vagina
sudah dibersihkan.
8) Lakukan pemeriksaan dalam. Melakukan pemeriksaan dalam untuk
menentukan pembukaan lengkap. Pembukaan sudah lengkap (10 cm)

iv

245

9) Lakukan amniotomi. Melakukan amniotomi bila ketuban belum pecah,


pembukaan sudah lengkap, dan ibu meneran spontan.
10) Lakukan pemeriksaan DJJ. Melakukan pemeriksaan DJJ untuk memastikan
kondisi janin normal. DJJ janin masih dalam batas normal 146 x/detik.
11) Jelaskan pada ibu dan keluarga bahwa pembukaan sudah lengkap.
Menjelaskan pada ibu dan keluarga bahwa pembukaan sudah lengkap. Ibu
mengerti dan bersiap untuk persalinan.
12) Jelaskan pada keluarga untuk membantu ibu berganti posisi yang nyaman
dan memberi dukungan pada ibu selama persalinan. Menjelaskan pada
keluarga untuk membantu ibu berganti posisi yang nyaman untuk meneran
dan memberikan dukumgan selama persalinan. Keluarga kooperatif
13) Bimbing ibu untuk meneran dan berikan nutrisi saat istirahat kontraksi.
Membimbing ibu untuk meneran bila ada dorongan meneran dan
memberikan nutrisi saat tidak ada kontraksi.
14) Jelaskan pada ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang
nyaman. Menjelaskan pada ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil
posisi yang nyaman bila dalam 60 menit belum ada dorongan meneran. Ibu
mengambil posisi setengah duduk.
15) Letakkan handuk diatas perut ibu. Meletakkan handuk diatas perut ibu
untuk mengeringkan tubuh bayi. Handuk sudah diatas perut ibu.
16) Gelar kain dibawah bokong ibu. Menggelar kain yang dilipat 1/3 bagian
dibawah bokong ibu. Kain sudah digelar di bawah bokong ibu.
17) Buka tutup partus set. Membuka tutp partus set untuk memastikan
kelengkapan alat. Alat sudah lengkap.
18) Pakai sarung tangan. Memakai sarung tangan pada kedua tangan. Sarung
tangan sudah dipakai.
19) Lindungi perineum ibu. Melindungi perineum ibu setelah kepala bayi
tampak 5-6 cm di introitus vagina dengan satu tangan yang dilapaisi kain
dan tangan yang lain menahan kepala agar tidak defleksi.

iv

246

20) Periksa adanya lilitan tali pusat. Memeriksa adanya lilitan tali pusat. Tidak
ada lilitan tali pusat.
21) Tunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar. Menunggu
hingga kepala bayi melakukan putar paksi luar secara spontan. Kepala bayi
telah melakukan putar paksi luar.
22) Pegang kepala bayi secara biparietal. Memegang kepala bayi secara
biparietal, melakukan curam bawah untuk melahirkan bahu atas, kemudian
curam atas untuk melahirkan bahu bawah. Kedua bahu telah lahir.
23) Geser tangan bawah kearah perineum ibu. Menggeser tangan bawah kearah
perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan, dan siku sebelah bawah.
Kepala, lengan, serta siku sudah di sanggah.
24) Susuri badan bayi sampai ke tungkai. Menyusuri badan bayi dari punggung,
bokong, tungkai dan kaki, memegang kedua mata kaki. Seluruh tubuh bayi
telah lahir.
25) Lakukan penilain sepintas. Melakukan penilaian sepintas apakah bayi
menangis kuat, bergerak aktif, warna kulit kemerahan. Bayi menangis kuat,
bergerak aktif, warna kulit kemerahan
26) Keringkan bayi dengan seksama. Mengeringkan bayi mulai dari muka,
kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali telapak tangan, mengganti handuk
basah dengan kain kering, meletakkan bayi diatas perut ibu.

Kala III
Tanggal :
Jam :
S : Ibu merasa lega dan bahagia karena bayinya telah lahir, Ibu merasa
O

lelah karena merenan, Ibu merasa perutnya masih mules.


: Bayi lahir
: spontan
Jenis kelamin : laki-laki/perempuan
Menangis
: kuat

iv

247

A
P

Kulit
: kemerahan.
Plasenta
: belum lahir,
Uterus
: globuler
TFU
: setinggi pusat.
: Ny. S P20002 dengan inpartu kala III
:

27) Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada janin kedua. Memeriksa
kembali uterus dengan meraba abdomen untuk memastikan tidak ada janin
kedua. Tidak ada janian kedua.
28) Jelaskan bahwa ibu akan disuntik oksitosin 10 I.U IM. Menjelaskan bahwa
ibu akan disuntik oksitosin 10 I.U secara IM pada 1/3 paha atas bagian
distal lateral agar uterus berkontraksi dengan baik. Ibu mengerti
29) Suntikkan oksitosin 10 I.U IM pada 1/3 paha atas bagian distal lateral
dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir. Menyuntikkan oksitosin 10 I.U IM
pada 1/3 paha atas bagian distal lateral dalam waktu 1 menit setelah bayi
lahir. Oksitosin telah disuntikkan, ibu kooperatif.
30) Jepit tali pusat setelah 2 menit pasca persalinan. Menjepit tali pusat kirakira 3 cm dari pusat bayi, mendorong isi tali pusat ke arah ibu dan klem 2
cm dari klem pertama.
31) Potong dan ikat tali pusat. Memotong tali pusat dengan melindungi perut
bayi dengan memegang tali pusat menggunakan satu tangan, kemudian
melakukan pemotongan diantara kedua klem tersebut, mengikat tali pusat
dengan benang DTT atau steril. Tali pusat telah dipotong dan diikat dengan
benang DTT atau steril.
32) Letakkan bayi di atas perut ibu. Meletakkan bayi di atas perut ibu agar
terjadi kontak kulit (skin to skin). Bayi berada di atas perut ibu.
33) Selimuti ibu dan bayi. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan
memasang topi di kepala bayi. Ibu dan bayi sudah merasa hangat.
34) Pindahkan klem tali pusat 5-10 cm dari vulva. Memindahkan klem tali
pusat 5-10 cm dari vulva. Klem sudah dipindahkan

iv

248

35) Letakkan satu tangan di atas kain di atas perut ibu. Meletakkan satu tangan
di atas kain di atas perut ibu di tepi atas simpisis, tangan yang lain
melakukan peregangan tali pusat. Tangan sudah di tepi atas simpisis.
36) Tegangkan tali pusat setelah uterus berkontraksi. Menegangkan tali pusat ke
arah bawah setelah uterus berkontraksi sambil tangan yag lain mendorong
uterus ke arah dorsokranial. Penegangan tali pusat telah dilakukan.
37) Lakukan penegangan dan dorsokranial hingga plasenta terlepas. Melakukan
penegangan dan dorsokranial hingga plasenta terlepas, sambil menarik tali
pusat sejajar dengan lantai kemudian ke arah atas mengikuti poros jalan
lahir sambil tetap melakukan dorsokranial.
38) Lahirkan plasenta dengan kedua tangan, saat plasenta muncul di introitus
vagina. Melahirkan plasenta dengan kedua tangan, saat plasenta muncul di
introitus vagina, pegang dan putar plasenta searah jarum jam hingga selput
ketuban terpilin, kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah
yang telah disediakan. Plasenta telah lahir < 30 menit.
39) Lakukan masasse uterus sampai uterus berkontraksi dengan baik.
Melakukan masasse uterus sampai uterus berkontraksi dengan baik. Masase
telah dilakukan, uterus berkontraksi dengan baik (keras).

Kala IV
Tanggal :
S

Jam :

: ibu merasa perutnya masih mules, darah masih keluar sur-sur bila ibu
bergerak

:
Keadaan umum

: baik

Kesadaran

: Composmentis

Tanda Vital : TD : 110/70 mmHg 120/80 mmHg

iv

249

: 80 100 x/menit

: 36,50C 37,50C

RR : 16-24 x/menit
TFU

: 2 jari di bawah pusat

Kontraksi uterus

: baik

Perdarahan

: 250 cc

A : Ny. S P20002 dengan inpartu kala IV


P :
40) Lakukan pemeriksaan kelengkapan plasenta pada kedua sisi Memeriksa
kelengkapan plasenta pada kedua sisi. Kotiledon lengkap (16 20), selaput
ketuban utuh.
41) Evalusi laserasi jalan lahir pada vagina dan perineum. Mengevalusi laserasi
jalan lahir pada vagina dan perineum. Tidak tampak adanya laserasi, jalan
lahir ibu tampak normal.
42) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan.
Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan.
Uterus teraba keras.
43) Biarkan bayi tetap skin to skin di dada ibu selama kurang lebih 1 jam.
Membiarkan bayi tetap skin to skin di dada ibu selama kurang lebih 1 jam.
Bayi masih tetap skin to skin di dada ibu.
44) Lakukan penimbangan, pemeriksaan antropometri, pemberian tetes mata
antibiotik, vitamin K 1 mg. Melakukan penimbangan, pemeriksaan
antropometri, pemberian tetes mata antibiotik profilaksis, vitamin K 1 mg
intramuskular di paha kiri anterolateral. Hasil :
BB
LK
LD
PB

: 3000 gr
: 34 cm
: 36 cm
: 50 cm

iv

250

45) Lakukan pemberian suntikan imunisasi hepatitis B. Lakukan pemberian


suntikan imunisasi hepatitis B di paha kanan anterolateral. Imunisasi telah
diberikan
46) Lanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan mencegah perdarahan
pervaginam. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan mencegah
perdarahan pervaginam. Pemantauan dan pencegahan telah dilakukan, tidak
tampak adanya perdarahan.
47) Ajari ibu atau keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi. Mengajari ibu atau keluarga cara melakukan masase uterus dan
menilai kontraksi. Ibu sudah mengetahui cara melakukan masase uterus dan
menilai kontraksi yang baik yaitu uterus teraba keras.
48) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah. Melakukan evaluasi dan
estimasi jumlah kehilangan darah. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan
darah telah dilakukan, perdarahan 10 cc
49) Observasi tekanan darah, nadi, suhu, TFU, kontraksi, kandung kemih, dan
jumlah perdarahan. Melakukan observasi tekanan darah, nadi, suhu, TFU,
kontraksi, kandung kemih, dan jumlah perdarahan tiap 15 menit pada 1 jam
pertama dan tiap 30 menit pada 1 jam kedua. Observasi telah dilakukan
50) Lakukan pemeriksaan ulang kondisi bayi. Melakukan pemeriksaan ulang
kondisi bayi untuk memastikan kondisi bayi bernafas dengan baik dan suhu
dalam batas normal. Kondisi bayi dalam keadaan baik serta bernafas secara
teratur.
51) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%.
Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi dan cuci dengan sabun dan sikat. Peralatan sudah
ditempatkan di dalam lerutan klorin 0,5% dan sudah dicuci bilas.
52) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang
sesuai. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat

iv

251

sampah yang sesuai. Bahan-bahan terkontaminasi telah dibuang pada


tempat yang sesuai.
53) Bersihkan ibu dengan air DTT . Membersihkan ibu dengan air
DTT menggunakan waslap, memakaikan pembalut dan pakaian bersih. Ibu
sudah bersih dan tampak nyaman.
54) Bantu ibu untuk menyusui dan memberikan makanan dan minuman kepada
ibu. Membantu ibu untuk menyusui dan memberikan makanan dan
minuman kepada ibu untuk menggantikan cairan yang hilang selama
persalinan. Ibu menyusui bayinya dengan baik dan ibu sudah mau minum
serta makan.
55) Dekontaminsai

tempat

persalinan

dengan

larutan

klorin

0,5%.

Mendekontaminsai tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%. Tempat


persalinan telah didekontaminasi dengan larutan klorin 0,5%.
56) Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%. Mencelupkan
sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% dalam keadaan terbalik
selama 10 menit.
57) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Mencuci tangan dengan sabun
dan air mengalir. Tangan sudah dicuci dengan sabun dan air.
58) Lengkapi partograf. Melengkapi partograf pada halaman depan dan
belakang. Partograf telah dilengkapi.
NIFAS
Tanggal :
S

jam :
: ibu mengatakan bahagia telah melahirkan anaknya secara normal, dan
keadaan bayinya sehat

: KU baik
TD

: 110/70 120/80 mmHg

: 60-80 x/menit

RR

: 16 - 24 x/menit

iv

252

: 36,50C -37,50C

TFU

: setinggi pusat

UC

: keras

Kandung kemih

: kosong

Lochea

: Rubra, bau biasa,tidak ada bekuan darah


atau butir- butir darah beku (ukuran jeruk
kecil), jumlah perdarahan sedikit

Keadaan perineum

: odema, hematoma, bekas luka episiotoma/


robekan.

: Ny.P UmurP...AP..I..A..H..Post Partum hari keDengan


Fisiologis

:
1) Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga serta berikan dukungan
emosional, melakukan pendekatan pada klien dan keluarga serta berikam
dukungan emosional, ibu dan keluarga kooperatif.
2) Lakukan Observasi TTV, TFU, UC, Kandung kemih, Lochea,
mengobservasi TTV, TFU, UC, Kandung kemih, Lochea, sudah
dilakukan.
3) Jelaskan tentang personal hygiene, menjelaskan tentang personal hygiene
dengan sering mengganti pembalut bila sudah terasa penuh dan
membersihkannya dari arah depan ke belakang, ibu mengerti dan mau
melakukan.
4) Jelaskan pada ibu tentang istirahat yang cukup, menjelaskan pada ibu
tentang istirahat yang cukup, ibu mengerti
5) Beritahu ibu untuk mengkonsumsi nutrisi yang adekuat tidak tarak,
memberitahu ibu untuk mengkonsumsi nutrisi yang adekuat tidak tarak,
ibu mengerti.

iv

253

6) Anjurkan ibu melakukan mobilisasi untuk mempercepat proses involusi,


menganjurkan ibu melakukan mobilisasi untuk mempercepat proses
involusi, ibu mengerti.
7) Jelaskan pada ibu dan keluarga cara melakukan pijat oksitosin untuk
melancarkan produksi ASI, menjelaskan pada ibu dan keluarga cara
melakukan pijat oksitosin untuk melancarkan produksi ASI, ibu dan
keluarga paham.
8) Jelaskan tanda bahaya masa nifas, Menjelaskan tanda bahaya masa nifas
yang meliputi Demam, infeksi, perdarahan abnormal, ibu mengerti
Tanggal :
S

jam :
: ibu mengatakan bahagia telah melahirkan anaknya secara normal,
dan keadaan bayinya sehat

: KU baik
TD

: 110/70 120/80 mmHg

: 60-80 x/menit

RR

: 16 - 24 x/menit

: 36,50C -37,50C

TFU

: pertengahan antara pusat simphisis

UC

: keras

Kandung kemih

: kosong

Lochea

: Sanguinolenta

Keadaan perineum

: odema, hematoma, bekas luka episiotoma/


robekan.

: Ny.P UmurP...AP..I..A..H..Post Partum hari keDengan


Fisiologis

iv

254

1) Lakukan pendekatan pada klien dan

keluarga serta berikan dukungan

emosional, melakukan pendekatan pada klien dan keluarga serta berikam


dukungan emosional, ibu dan keluarga kooperatif.
2) Lakukann observasi ulang TTV, TFU, UC, Kandung kemih, Lochea
melakukan observasi ulang TTV, TFU, UC, Kandung kemih, Lochea kembali,
observasi sudah dilakukan.
3) Jelaskan tanda bahaya masa nifas yang meliputi Demam, infeksi, perdarahan
abnormal, Menjelaskan tanda bahaya masa nifas yang meliputi

Demam,

infeksi, perdarahan abnormal. Ibu mengerti


4) Jelaskan kembali tentang asupan nutrisi yang baik pada ibu, menjelaskan
kembali asupan nutrisi yang baik pada ibu, ibu paham
5) Pastikan ibu meneteki dengan benar, memastikan ibu meneteki dengan benar,
sudah dilakukan dengan benar.
6) Berikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga
bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari- hari, memberikan konseling pada
ibu mengenai asuhan pada bayi, talipusat, menjaga bayi tetap hangat dan
merawat bayi sehari- hari, ibu paham tentang penjelasan petugas kesehatan
7) Jelaskan tentang personal hygiene, menjelaskan tentang personal hygiene
dengan

sering

mengganti

pembalut

bila

sudah

terasa

penuh

dan

membersihkannya dari arah depan ke belakang, ibu mengerti dan mau


melakukan.
8) Jelaskan pada ibu dan keluarga cara melakukan pijat oksitosin untuk
melancarkan produksi ASI, menjelaskan pada ibu dan keluarga cara
melakukan pijat oksitosin untuk melancarkan produksi ASI, ibu dan keluarga
paham.
9) Jelaskan tanda bahaya masa nifas yang meliputi Demam, infeksi, perdarahan
abnormal, Menjelaskan tanda bahaya masa nifas yang meliputi
infeksi, perdarahan abnormal, Ibu mengerti.

iv

Demam,

255

Tanggal :
S

jam :
: ibu mengatakan bahagia telah melahirkan anaknya secara normal, dan
keadaan bayinya sehat

: KU baik
TD

: 100/70 mmHg

: 60-80 x/menit

RR

: 16 - 24 x/menit

: 36,50C -37,50C

TFU

: tidak teraba

UC

: keras

Kandung kemih

: kosong

Lochea

: Serosa

Keadaan perineum

: odema, hematoma, bekas luka episiotoma/

robekan.
A

: Ny.P UmurP...AP..I..A..H..Post Partum hari keDengan


Fisiologis

:
1) Lakukan pendekatan kembali pada klien dan

keluarga serta berikan

dukungan emosional, melakukan pendekatan pada klien dan keluarga serta


berikam dukungan emosional, ibu dan keluarga kooperatif.
2) Lakukann observasi ulang TTV, TFU, UC, Kandung kemih, Lochea
kembali, melakukan observasi ulang TTV, TFU, UC, Kandung kemih,
Lochea kembali, observasi sudah dilakukan.
3) Jelaskan keadaan umum ibu dari hasil pemeriksaan, menjelaskan keadaan
umum ibu dari hasil pemeriksaan, ibu ngerti dan lega..
4) Jelaskan kembali tanda bahaya masa nifas yang meliputi

Demam,

infeksi, perdarahan abnormal.Menjelaskan kembali tanda bahaya masa


nifas yang meliputi Demam, infeksi, perdarahan abnormal, ibu mengerti.

iv

256

5) Jelaskan tentang personal hygiene, menjelaskan tentang personal hygiene


dengan sering mengganti pembalut bila sudah terasa penuh dan
membersihkannya dari arah depan ke belakang, ibu mengerti dan mau
melakukan.
6) Berikan penjelasan ulang tentang asupan nutrisi yang baik pada ibu,
memberikan penjelasan ulang tentang asupan nutrisi yang baik pada ibu,
ibu paham
7) Pastikan ibu meneteki dengan benar, memastikan ibu meneteki dengan
benar, sudah dilakukan dengan benar.
8) Berikan konseling ulang pada ibu mengenai asuhan pada bayi, talipusat,
menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari- hari, memberikan
konseling ulang pada ibu mengenai asuhan pada bayi, talipusat, menjaga
bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari- hari, ibu paham tentang
penjelasan petugas kesehatan
9) Jelaskan pada ibu dan keluarga cara melakukan pijat oksitosin untuk
melancarkan produksi ASI, menjelaskan pada ibu dan keluarga cara
melakukan pijat oksitosin untuk melancarkan produksi ASI, ibu dan
keluarga paham.
10) Jelaskan tanda bahaya masa nifas, Menjelaskan tanda bahaya masa nifas
yang meliputi Demam, infeksi, perdarahan abnormal.
Tanggal :
S

jam :
: ibu mengatakan bahagia telah melahirkan anaknya secara normal, dan
keadaan bayinya sehat

: KU baik
TD

: 100/70 mmHg

: 60-80 x/menit

RR

: 16 - 24 x/menit

: 36,50C -37,50C

iv

257

TFU

: normal

UC

: keras

Kandung kemih

: kosong

Lochea

: Alba

Keadaan perineum

: odema, hematoma, bekas luka episiotoma/

robekan.
A

: Ny.P UmurP...AP..I..A..H..Post Partum hari keDengan


Fisiologis

:
1) Lakukan pendekatan kembali pada klien dan

keluarga serta berikan

dukungan emosional, melakukan pendekatan pada klien dan keluarga serta


berikam dukungan emosional, ibu dan keluarga kooperatif.
2) Jelaskan kembali tanda bahaya masa nifas yang meliputi Demam, infeksi,
perdarahan abnormal, Menjelaskan tanda bahaya masa nifas yang meliputi
Demam, infeksi, perdarahan abnormal, ibu mengerti
3) Lakukan Observasi ulang TTV, TFU, UC, Kandung kemih, Lochea,
melakukan observasi ulang TTV, TFU, UC, Kandung kemih, Lochea,
observasi sudah dilakukan.
4) Jelaskan keadaan umum ibu dari hasil pemeriksaan, menjelaskan keadaan
umum ibu dari hasil pemeriksaan, ibu ngerti dan lega..
5) Jelaskan kembali tentang asupan nutrisi yang baik pada ibu, menjelaskan
asupan nutrisi yang baik pada ibu, ibu paham
6) Pastikan kembali ibu meneteki dengan benar, memastikan kembali ibu
meneteki dengan benar, sudah dilakukan dengan benar.
7) Jelaskan kembali tentang personal hygiene, menjelaskan tentang personal
hygiene dengan sering mengganti pembalut bila sudah terasa penuh dan
membersihkannya dari arah depan ke belakang, ibu mengerti dan mau
melakukan.

iv

258

8) Berikan KIE tentang pemakaian KB, memberikan KIE tentang pemakaian


KB, ibu mengerti penjelasan petugas.
9) Jelaskan pada ibu dan keluarga cara melakukan pijat oksitosin untuk
melancarkan produksi ASI, menjelaskan pada ibu dan keluarga cara
melakukan pijat oksitosin untuk melancarkan produksi ASI, ibu dan keluarga
paham.
NEONATUS
Tanggal :
S
O

jam :

: ibu mengatakan telah melahirkan bayinya pukul : WIB, bayi sudah bisa
minum ASI.
:KU
: baik
Kesadaran
: Composmentis.
Nadi
: 120-160x/menit
Suhu
:36,5-37,5 C
RR
: 40-50x/menit
LD
: 30-38cm.cm
BB
: 2500gr-4000gr
PB
: 48-52cm
LK
: 32-34 cm
BAB/BAK
:..x, jam
Bayi mau menyusu
Kepala
: Ubun-ubun datar dan berdenyut, terdapat darah, lemak,
verniks caseosa.
Dada
: putting susu meninjol, simetris.
Perut

: tali pusat tidak ada perdarahan, masih basah terbungkus


kasa steril

Genetalia

: testis turun untuk laki-laki, labia minor tertutupi labia


Minora untuk perempuan.

Anus

: normal, tidak ada atresia anni.

Kulit

: kemerahan

Akral

: hangat

iv

259

A
P

Gerak bayi
: aktif
Reflek
: baik
: By Ny.x Neonatus cukup bulan usia jam.
:
1) Observasi TTV, eliminasi, tali pusat, reflek; mengobservasi TTV,
eliminasi, tali pusat, reflek; sudah dilakukan.
2)

Berikan imunisasi Hb uniject di 1/3 paha kanan bagian luar secar IM


dosis 0,5 cc, memberikan Hb uniject di 1/3 paha kanan bagian luar secar
IM dosis 0,5 cc, Hb uniject sudah diberikan.

3) Jelaskan pada ibu dan keluarga cara merawat tali pusat, menjelaskan pada
ibu dan keluarga cara merawat tali pusat, ibu dan keluarga mengerti dan
paham tetnang cara merawat tali pusat pada bayi.
4) Beritahu ibu dan keluarga tentang pemberian ASI sesuai umur bayi,
memberitahu ibu dan keluarga tentang pemberian ASI sesuai umur bayi,
ibu dan keluarga mengerti
5) Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang tanda-tanda bahaya bayi,
menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang tanda-tanda bayi sakit agar
segera memriksakannya ketenaga kesehatan yaitu : demam/ kulit teraba
dingin, sesak nafas, kejang, merintih, tidak mau menyusu, diare, mata
bernanah banyak, pusar kemerahan, bayi lemah, kulit kuning 24 jam dan
> 14 hari setelah bayi lahir, ibu dan keluarga mengerti dan dapat
mengulangi penjelasan yang dijelaskan oleh tenaga kesehatan.
6) Jelaskan pada ibu untuk follow up 4 hari lagi untuk melihat kondisi bayi,
menjelaskan pada ibu untuk follow up 4 hari lagi untuk melihat kondisi
bayi, ibu mengerti.

Keluarga Berencana
Tanggal :

jam :

iv

260

: Ibu datang ingin melakukan KB

: KU

: baik

Kesadaran

: composmentis

TTV: Tensi Darah

: 110/70 mmHg 120/80 mmHg

Nadi

: 80-100 x/menit

Suhu

: 36,5C 37,5C

RR

:.16 24 x/menit

: Ny E umur 27 tahun P10001 akseptor baru KB

:
1) Lakukan pendekatan terapeutik, melakukan pendekatan terapeutik, ibu
kooperatif.
2) Jelaskan tentang penggunaan KB, menjelaskan tentang penggunaan KB, ibu
mengerti dan paham tentanga KB.
3) Jelaskan tujuan menggunakan KB, menjelaskan tujuan menggunakan KB,
ibu mengerti dan memahami tujuan menggunajkan KB.
4) Beritahu ibu macam-macam KB, memberitahu ibu macam-macam KB, ibu
memahami dan tahu macam-macam KB.
5) Jelaskan keuntungan dan kerugian tentang penggunaan KB, Menjelaskan
keuntungan dan kerugian tentang penggunaan KB, Ibu Mengerti.
6) Memberitahu ibu untuk memilih KB yang akan digunakan, memberitahu ibu
untuk memilih KB yang akan digunakan. Ibu mengerti dan nemilih KB yang
akan digunakan.Berikan Asuhan Tentang KB, memberikan Asuhan Tentang
KB, Asuhan KB sudah diberikan.
7) Berikan asuhan tentang KB, memberikan asuhan tentang KB, Asuhan KB

sudah diberikan.

iv

Você também pode gostar