Você está na página 1de 7

IV.

ANATOMI DAN FISIOLOGI SENDI


Sendi sinovial memiliki karakteristik sedemikian rupa sehingga memungkinkan jangkauan
gerakan yang luas. Sendi sinovial diklasifikasikan berdasarkan jangkauan gerakan atau
berdasarkan bentuk bagian sendi dari tulang yang terlibat.8

Gambar 1 : Gambaran skematik dari sendi sinvial. (1) periosteum, (2) lapisan fibrous
terluar dari kapsul, (3) lapisan sinovial bagian dalam dari kapsul, (4) lemak dan jaringan
lunak longgar, (5) celah artikular, (6) kartilago, (7) tulang, (8) bare area. [dikutip dari
kepustakaan 5]

Setiap jenis sendi sinovial memiliki karakteristik yang sama, yaitu:8


a. Kartilago hialin
Bagian tulang yang bersentuhan pasti dilindungi oleh kartilago hialin yang menyediakan
permukaan yang lembut dan cukup kuat untuk menyerap gaya tekan serta menahan berat
tubuh. Lapisan kartilago memiliki ketebalan 7 mm pada orang muda dan semakin tipis dan
rentan terhadap tekanan seiring dengan pertambahan usia. Hal ini menyebabkan
bertambahnya tekanan pada struktur sendi. Kartilago tidak diperdarahi tetapi menerima
nutrisi dari cairan sinovial.
b. Ligamentum kapsuler

Sendi dikelilingi dan ditutupi oleh jaringan fibrosa yang mengikat tulang-tulang yang
berkaitan. Jaringan tersebut cukup regang sehingga pergerakan dapat dilakukan tapi juga
cukup kuat untuk dapat melindungi dari jejas.
c. Membran sinovial
Membran sinovial disusun oleh sel epitel dan berfungsi:
-

Melapisi kapsul

Menutupi bagian tulang di dalam sendi yang tidak ditutupi oleh kartilago sendi

Menutupi seluruh struktur intrakapsuler yang tidak menyokong berat tubuh

d. Cairan sinovial
Cairan sinovial merupakan cairan kental dengan konsistensi menyerupai putih telur dan
disekresikan oleh membran sinovial kedalam kavitas sinovial, dan berfungsi:
-

Menyediakan nutrisi untuk struktur di dalam kavitas sinovial

Mengandung fagosit yang mengeliminasi mikroba dan debris seluler

Berfungsi sebagai lubrikan

Mempertahankan stabilitas sendi

Mencegah terpisahnya kedua ujung tulang yang berlengketan, seperti sedikit air yang
terdapat diantara dua permukaan kaca

e. Struktur intrakapsular lainnya


Beberapa sendi memiliki struktur-struktur yang terdapat di dalam kapsul, tetapi berada di
luar membran sinovial yang membantu mempertahankan stabilitas, contohnya bantalan
lemak dan meniskus pada sendi lutut. Jika struktur tersebut tidak menyokong berat tubuh,
biasanya struktur tersebut tidak ditutupi oleh membran sinovial
f. Struktur ekstrakapsular
-

Ligamentum, yang bergabung dengan kapsul memberikan stabilitas lebih lagi pada
kebanyakan sendi

Otot atau tendon, juga menyediakan stabilitas. Selain itu otot dan tendon juga meregang
melintasi sendi ketika terjadi pergerakan. Jika otot berkontraksi, otot tersebut akan
memendek dan menarik dua tulang sehingga semakin berdekatan.

g. Suplai darah dan persarafan


Saraf dan pembuluh darah yang melintasi sendi biasanya bertugas menyuplai kapsul dan otot
yang menggerakkannya.

VII. DIAGNOSIS BANDING


VII.1 GOUT ARTRITIS
Gout merupakan gangguan metabolik yang ditandai dengan meningkatnya konsentrasi
asam urat (hiperurisemia). Gout dapat bersifat primer maupun sekunder. Gout primer merupakan
akibat langsung dari pembentukan asam urat tubuh yang berlebihan atau akibat penurunan
eksresi asam urat, sedangkan gout sekunder disebabkan oleh pembentukan asam urat yang
berkurang akibat proses penyakit lain atau pemakaian obat-obatan tertentu.16

Pada artritis gout akut, terjadi pembengkakan yang mendadak dan nyeri yang luar biasa,
biasanya pada sendi ibu jari kaki, sendi metatarsofalangeal. Artritis bersifat monoartrikular dan
menunjukkan tanda-tanda peradangan lokal. Mungkin terdapat demam dan peningkatan sejumlah
leukosit. Serangan dapat dipicu oleh pembedahan, trauma, obat-obatan, alkohol, atau stres
emosional. Sendi-sendi lain dapat terserang, termasuk sendi jari tangan, lutut, mata kaki,
pergelangan tangan, dan siku.16

Gambar 9 : Pembengkakan dan erosi pada sendi PIP-5 [dikutip dari kepustakaan 13]

VII.2 OSTEOARTRITIS
Osteoartritis adalah gangguan pada sendi yang bergerak. Penyakit ini bersifat kronik,
berjalan progresif lambat, tidak meradang, dan ditandai oleh adanya deteorisasi dan abrasi rawan
sendi dan adanya pembentukan tulang baru pada permukaan persendian. Gambaran klinis
osteoartritis umumnya berupa nyeri sendi, terutama apabila sendi bergerak atau menanggung
beban. Nyeri tumpul ini berkurang bila sendi digerakkan atau bila memikul beban tubuh. Dapat
pula terjadi kekakuan sendi setelah sendi tersebut tidak digerakkan beberapa lama, tetapi
kekakuan ini akan menghilang setelah digerakkan. Kekakuan pada pagi hari, jika terjadi,
biasanya hanya bertahan selama beberapa menit, bila dibandingkan dengan kekakuan sendi di
pagi hari yang disebabkan oleh artritis reumatoid yang terjadi lebih lama.17

Gambar 10: Penyempitan celah sendi medial yang asimetrik [dikutip dari kepustakaan 13]

Tabel 2: Perbandingan artritis reumatoid dengan diagnosa banding berdasarkan temuan radiologi
9

Tabel 2: Perbandingan artritis reumatoid dengan diagnosa banding berdasarkan temuan radiologi
9

Gambaran

Artritis

Radiologi

Reumatoid
Periartrikular,

Soft tissue swelling


Subluksasi
Mineralisasi

simetris
Ya
Menurun di
periartrikular

Kalsifikasi

Tidak

Celah sendi

Menyempit

Erosi

Tidak

Gout
Esentrik, tophi

Osteoartritis
Intermitten, tidak
sejelas yang lain

Tidak biasa

Kadang-kadang

Baik

Baik

Kadang-kadang
pada tophi
Baik hingga
menyempit
Punched out
dengan garis

Tidak
Menyempit
Ya, pada
intraartikular

sklerotik
Produksi tulang
Simetri

Lokasi

Karakteristik yang
membedakan

Tidak
Bilateral,
simetri
Proksimal ke
distal

Poliartrikular

Menjalar ke tepi
korteks
Asimetri

Ya
Bilateral, simetri

Kaki,
pergelangan kaki,

Distal ke proksimal

tangan dan siku


Pembentukan
kristal

Seagull appearance
pada sendi
interfalangeal

VIII. PENATALAKSANAAN
Tujuan terapi dari artritis reumatoid adalah (1) mengurangi nyeri, (2) mengurangi
inflamasi, (3) menjaga struktur persendian, (4) mempertahankan fungsi sendi, dan (5)
mengontrol perkembangan sistemik.1,10
Adapun penatalaksanaan dari artritis reumatoid adalah sebagai berikut:
1. Obat-obatan
a. Non-steroid anti-inflammatoy drugs (NSAID)
Kelompok obat ini mengurangi peradangan dengan menghalangi proses produksi
mediator peradangan. Tepatnya, obat ini menghambat sintetase prostaglandin atau
siklooksigenase. Enzim-enzim ini mengubah asam lemak sistemik andogen, yaitu asam
arakidonat menjadi prostaglandin, prostasiklin, tromboksan dan radikal-radikal oksigen.
Obat standar yang sudah dipakai sejak lama dalam kelompok ini adalah aspirin.10
Selain aspirin, NSAID yang lain juga dapat menyembuhkan artritis reumatoid. Produksi
dari prostaglandin, prostasiklin, dan tromboksan ini memberikan efek analgesik, antiinflamasi, dan anti-piretik.1
b. Disease-modifying antirheumatic drugs (DMARD)
Kelompok obat-obatan ini termasuk metotrexat, senyawa emas, D-penicilamine,
antimalaria, dan sulfasalazine. Walaupun tidak memiliki kesamaan kimia dan
farmakologis, pada prakteknya, obat-obat ini memberikan beberapa karakteristik.1

Pemberian obat ini baru menjadi indikasi apabila NSAID tidak dapat mengendalikan
artritis reumatoid. Beberapa obat-obatan yang telah disebutkan sebelumnya tidak
disetujui oleh U.S Food and Drugs Administration untuk dipakai sebagai obat artritis
reumatoid. Tujuan pengobatan dengan obat-obat kerja lambat ini adalah untuk
mengendalikan manifestasi klinis dan menghentikan atau memperlambat kemajuan
penyakit.10
2. Terapi glukokortikoid
Terapi glukokortikoid sistemik dapat memberikan efek untuk terapi simptomatik pada
penderita artritis reumatoid. Prednison dosis rendah (7,5 mg/hari) telah menjadi terapi
suportif yang berguna untuk mengontrol gejala. Walaupun demikian, bukti-bukti terbaru
mengatakan bahwa terapi glukokortikoid dosis rendah dapat memperlambat progresifitas
erosi tulang.1
3. Operasi
Operasi memiliki peranan penting dalam penanganan penderita artritis reumatoid dengan
kerusakan sendi yang parah. Meskipun artroplasti dan penggantian total sendi dapat
dilakukan pada beberapa sendi, prosedur yang paling sukses adalah operasi pada pinggul,
lutut, dan bahu. Tujuan realistik dari prosedur ini adalah mengurangi nyeri dan mengurangi
disabilitas.1
IX.

PROGNOSIS
Beberapa tampakan klinis pada pasien artritis reumatoid nampaknya memiliki nilai

prognostik. Remisi dari aktivitas penyakit cenderung lebih banyak terjadi pada tahun pertama.
Jika aktivitas penyakit berlangsung lebih dari satu tahun biasanya prognosis buruk. Wanita kulit
putih cenderung memiliki sinovitis yang lebih persisten dan lebih erosif dibanding pria.1
Harapan hidup rata-rata orang dengan artritis reumatoid memendek 3-7 tahun dari orang
normal. Peningkatan angka mortalitas tampaknya terbatas pada pasien dengan penyakit sendi
yang lebih berat, sehubungan dengan infeksi dan perdarahan gasrointestinal. Faktor yang
dihubungkan dengan kematian dini mencakup disabilitas, durasi dan tingkat keparahan penyakit,
penggunaan glukokortikoid, umur onset, serta rendahnya status sosio-ekonomi dan pendidikan.1

Você também pode gostar