Você está na página 1de 7

ANALISIS MONOPOLI DARI SEGI EKONOMI

Dilihat dari Pihak Pemegang Paten


A. Biaya Produksi Obat yang Tinggi
Industri beralasan bahwa penelitian dan pengembangan menghabiskan dana yang
besar serta R&D yang berisiko tinggi, sehingga monopoli dan harga tinggi
diperlukan untuk membiayai inovasi obat baru.
Perusahaan farmasi berpendapat bahwa paten, dan akibat dari harga monopoli
yang sering dianggap kejam, diperlukan untuk pengembangan teknologi.
Mematenkan produk adalah cara untuk menyuntikkan sumber daya ke dalam
penelitian untuk pengembangan produk baru dan teknologi. Dengan demikian, harga
produk, dimana obat paten hanya dapat dipasarkan oleh pemegangnya, termasuk
biaya pengembangan dan pemasaran menjadi salah satu biaya terbesar untuk
perusahaan obat.
Proses mengembangkan obat dari awal sampai memasuki pasar farmasi memakan
waktu rata-rata 12 tahun. Akan tetapi hal itu sangat tergantung pada hakikat molekul
(nature of the molecule) dan penyakit yang dapat disembuhkan oleh obat itu. Obatobatan baru yang muncul pada masa kini merupakan hasil dari investasi investasi dan
ilmu pengetahuan dari 10-12 tahun yang lalu. Mencari kekayaan dari penelitian dan
pengembangan obat-obatan sebetulnya adalah bisnis yang penuh resiko. Calon obatobatan dapat jatuh atau gagal pada setiap tahap dari proses. (Spillance.2011)
Semakin lama semakin banyak waktu yang dibutuhkan untuk memasukkan obatobatan ke dalam pasar farmasi dan tambahan waktu yang terbesar terjadi di tahap testes klinis. Menurut perusahaan farmasi karena ada tuntutan tambahan data oleh para
regulator, tes-tes klinis menjadi lebih besar dan lebih lama sehingga obat baru
telambat masuk ke dalam pasar farmasi dan pengeluaran total R&D naik sehingga
harga jual produk pun naik.

B. Hak Kekayaan Intelektual


Menurut Industri farmasi pemegang paten, monopoli termasuk Hak Kekayaan
Intelektual (HAKI). HAKI sendiri diartikan sebagai suatu hak milik yang berada
dalam ruang lingkup teknologi, ilmu pengetahuan, seni atau karya sastra. Pemilikan
tersebut bukan terhadap barang melainkan terhadap hasil kemampuan intelektual
manusia, misalnya berupa ide. Perlindungan atas kekayaan intelektual didasari atas
alasan bahwa, walaupun sangat abstrak, kekayaan intelektual dianggap memiliki nilai
komersial atau nilai ekonomi. Hal ini karena kekayaan intelektual mengacu pada
rancang bangun, teknologi atau produk yang ditemukan oleh pribadi atau perusahaan
tertentu, dan hak mengacu pada pengakuan bahwa penemunya harus diberi imbalan,
seperti hak secara eksklusif untuk memanfaatkannya, atau untuk menarik royalti
dengan cara menyewakan penggunaannya. Perlindungan HAKI diberikan melalui hak
paten, hak cipta, atau merk dagang, kepada pemilik atau penemunya.
(Jhamtani.2002)
Pada saat yang sama, perusahaan obat memotong pasokan biaya obat (generik)
murah yang berasal dari negara-negara seperti India, Brazil dan Thailand, untuk
memastikan bahwa mereka tidak kehilangan satu pelanggan pun.
Semakin banyak produsen yang menghasilkan produk yang sama, semakin kompetitif
suatu pasar. Pasar merupakan monopoli kalau hanya ada satu produsen atau jumlah
produsen sedikit sekali.
Keuntungan bagi Perusahaan
Produsen monopolis memperoleh keuntungan lebih (excess profit), memberikan
layanan yang buruk dan tidak ada reaksi, mengeksploitasi pembeli dan pemilik faktor
produksi. Dalam pasar monopoli yang hanya ada satu penjual dari suatu produk
(barang atau jasa) yang tidak mempunyai alternatif produk pengganti, penjual dalam
pasar monopoli dapat menentukan harga jual yang dapat memaksimalkan
keuntungan. Penentuan tingkat harga oleh produsen monopolis akan mengakibatkan

penerimaan keuntungan produsen yang lebih dari keuntungan normal karena


menerima keuntungan yang lebih besar daripada produsen lainnya. Disamping itu,
karena tidak ada produsen yang lain yang menghasilkan produk substitusi maka
produsen monopolis dapat saja dengan semaunya untuk tidak memperhatikan saran
maupun kritik dari pembeli (Rosyidi.1991).
Dampak Positif Bagi Perusahaan Pemilik Paten
1. Memotivasi penggunaan dan inovasi baru dari teknologi, dengan tujuan biaya
per unit dapat ditekan sehingga keuntungan dapat ditingkatkan.
2. Meningkatkan produksi secara masal dan meningkatkan produktivitas, sehingga
status sebagai pemegang monopoli dapat dipertahankan.
3. Kesejahteraan karyawan relatif lebih baik.
4. Aktivitas dan Kreativitas bagian penelitian dan pengembangan perusahaan lebih
diperhatikan.
Dilihat dari Pihak Konsumen
A.

HAKI menyulitkan Negara berkembang


Sebagaimana yang diketahui bahwa Amerika Serikat merupakan pemegang utama
hak paten untuk obat-obatan ARV selama hampir 20 tahun di negara bagian selatan
termasuk afrika selatan dan brazil
Perpanjangan ini dipertanyakan manfaatnya karena bukti menunjukkan bahwa
sebagian besar obat-obatan tidak lagi laku di pasaran setelah melebihi jangka waktu
10 tahun karena berbagai alasan. Perpanjangan waktu paten hanya menyulitkan
negara berkembang mengakses teknologi pembuatan obat sehingga masa harga obat
yang mahal karena paten menjadi lebih panjang (Jhamtani.2002)
B. Harga Jual tidak Rasional
Dengan adanya hak paten tersebut pihak industri dapat memberikan harga obat
yang jauh lebih mahal dibandingkan dengan harga normalnya, diketahui bahwa di

Afrika Selatan harga obat ARV ditingkatkan 5 kali lebih besar daripada negara
berkembang lainnya.
Dalam hal ini bisa kita lihat bahwa disini terjadi diskriminasi harga, dimana
pemegang paten menaikkan harga sampai 5 kali lipat. Diskriminasi harga digunakan
untuk meningkatkan laba dari monopolis. Secara umum diskriminasi harga dianggap
merugikan masyarakat dan merupakan parktek yang tidak jujur. Dalam Undangundang Sherman hal tersebut dinyatakan ilegal. Akan tetapi, meskipun demikian
diskriminasi harga ditoleransi di bagian banyak instansi-instansi karena dia mungkin
menghasilkan keluaran rata-rata yang lebih besar, dan kadang-kadang merupakan
bentuk redistribusi pendapatan.
Dalam teori ilmu hukum antimonopoli kasus Afrika Selatan ini termasuk kedalam
diskriminasi harga geografis, suatu diskriminasi harga dimana harga dibeda-bedakan
menurut letak geografisnya. (Hutabalian.2011).
Dilihat dari segi bisnis menaikkan harga sampai 5 kali lipat dinilai wajar karena
perusahaan ingin meraup keuntungan yang maksimal, tetapi dari segi etika tidak
wajar karena Afrika Selatan dalam keadaan sangat membutuhkan obat tersebut,
hampir 4 juta orang di Afrika Serikat menghidap penyakit AIDS, dan tidak semua
orang yang menghidap penyakit AIDS termasuk golongan menengah ke atas. Dari
sisi ekonomi sendiri untuk perusahan yang memegang hak paten terjadi peningkatan
kesejahteraan di negara tersebut, tetapi dampak monopoli pada Afrika Selatan adalah
terjadi penurunan kesejahteraan masyarakat, terutama untuk golongan menengah
kebawah dengan pendapatan pas-pasan.
84% dana di seluruh dunia yang digunakan untuk penelitian dan penemuan obat
bersumber dari pemerintah dan masyarakat, hanya 12% yang berasal dari
perusahaan farmasi, dimana rata-rata menghabiskan 19 kali digunakan lebih banyak
untuk pemasaran daripada untuk penelitian.

Walaupun biaya untuk penelitian besar tetapi sebagian besar biaya disubsidi oleh
pemerintah sehingga penetapan harga jual yang tinggi dianggap tidak rasional, hanya
untuk keinginan pemilik perusahaan untuk mengambil keuntungan yang sebesarbesarnya.
Dampak pada Masyarakat
1. Kekuatan monopoli yang dicirikan sebagai kemampuan untuk menentukan harga
yang akan merugikan masyarakat karena mereka harus membayar produk dengan
harga yang lebih tinggi, dibandingkan jika pasar dalam keadaan kompetitif.
2. Berkurangnya tingkat kesejahteraan konsumen (Deadweight Loss). Pada pasar
monopoli terdapat kemungkinan berlakunya keadaan berikut : harga akan lebih
tinggi, jumlah produksi lebih rendah, dan keuntungan lebih besar daripada di
dalam pasar persaingan sempurna. Berdasarkan kepada kemungkinan ini,
monopoli dapat menimbulkan akibat yang buruk terhadap kesejahteraan
masyarakat dan distribusi pendapatan menjadi lebih tidak merata. Monopoli akan
memperoleh keuntungan yang lebih dari normal, dan ini akan dinikmati oleh
pengusaha monopoli dan pemegang-pemegang sahamnya. Mereka pada umumnya
terdiri dari penduduk yang berpendapatan tinggi atau menengah. Para pekerja,
yang juga merupakan konsumen adalah golongan yang relative miskin, tidak akan
memperoleh sesuatu apa pun dari keuntungan yang lebih tinggi dari keuntungan
normal tersebut.
3. Produksi tidak berjalan secara efisien, karena perusahaan mempunyai dorongan
untuk mengurangi suplai pasar guna mendapatkan harga yang lebih tinggi. Tingkat
produksi yang dihasilkan para monopolis senantiasa akan lebih rendah
dibandingkan dengan jika pasar berjalan secara sempurna.
4. Perekonomian secara keseluruhan mengalami dead weight losses dari sisi produksi
maupun konsumsi. Dead weight losses yang dialami oleh konsumen ini tidak akan
dapat ditutupi, meskipun semua keuntungan yang diterima oleh pemegang
monopoli didistribusikan melalui kebijakan fiskal pada masyarakat yang menjadi
konsumennya.
Saran yang Diajukan

Kebutuhan akan hukum persaingan yang tegas merupakan kebutuhan esensial yang
dapat mengarahkan pelaku usaha untuk bersaing secara sehat dan jujur, karena
sebenarnya persaingan sendiri merupakan suatu elemen yang esensial dalam
perekonomian modern. Pelaku usaha menyadari dalam dunia bisnis adalah wajar
untuk mencari keuntungan usaha yang jujur.
Adanya ekonomi pasar dan persaingan dapat menjamin ;

Terjadinya pemasokan yang paling baik bagi konsumen


Kemampuan masyarakat akan meningkat
Bahwa persaingan akan membawa kepada keadaan dimana sumber daya yang
terbatas terutama modal akan digunakan di tempat-tempat yang paling

bermanfaat bagi pemanfaatan sumber daya tersebut.


Persaingan selalu memaksa produsen untuk mencoba tecknologi produksi baru
dan meningkatkan kualitas produk.

Dari sudut ekonomi persaingan mendukung masalah efisiensi, sumber daya ekonomi
akan bisa dialokasikan dan didistribusikan secara baik, apabila para pelaku ekonomi
dibebaskan untuk melakukan aktivitas mereka dalam kondisi bersaing dan bebas
menentukan pilihan mereka sendiri (Hutabalian.2011).

Spillance., James J. 2011. Ekonomi Farmasi. Jakarta. PT. Gramedian Widiasarana


Indonesia. Jakarta.
Jhamtani., H. 2002. Memahami rejim Hak Kekayaan Intelektual Terkait Perdagangan
(TRIPS). Diunduh dari http://dgi-indonesia.com/wp-content/uploads /
2008/10/memahami-rejim-hak-kekayaan-intelektual-terkait-perdagangan1.
pdf tanggal 7 April 2016 pkl 20.00.
Hutabalian., Adryanov.2011. Tinjauan Hukum Persaingan Usaha Terhadap Perjanjian
Antara Pelaku Usaha Farmasi Lokal dengan Pelaku Usaha Asing
Berbentuk Holding Company.UI.Depok.

Rosyidi., Suherman. 1991. Pengantar Teori Ekonomi, (Pendekatan Kepada Teori


Ekonomi Mikro Dan Makro), Cetakan ke empat. Penerbit: Duta Jasa,
Surabaya.
.

Você também pode gostar