Você está na página 1de 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Leukemia merupakan penyakit keganasan sel darah yang berasal dari sum
sum tulang yang ditandai oleh proliferasi sel sel darah putih dengan manifestasi
adanya sel sel abnormal dalam darah tepi. Pada leukemia ada gangguan dalam
pengaturan sel leokosit. Leukosit dalam darah berfloreferasi secara tidak teratur dan
tidak terkendali dan fungsinya pun menjadi normal. Oleh karena proses tersebut
fungsi fungsi lain dari sel darah merah normal terganggu hingga menimbulkan
gejala leukemia yang dikenal dalam klinik. (Bambang Permono, 2005)
Klasifikasi Leukemia
Ketika pada pemeriksaan diketahui bahwa leukemia mempengaruhi limfosit
atau sel limfoid, maka disebut leukemia limfositik.Sedangkan leukemia yang
mempengaruhi sel mieloid seperti neutrofil, basofil, dan eosinofil, disebut leukemia
mielositik.
1.

Leukemia Mielogenosa Akut


AML mengenai sel stem hematopeotik yang kelak berdiferensiasi ke semua
sel Mieloid: monosit, granulosit, eritrosit, eritrosit dan trombosit. Semua kelompok
usia dapat terkena; insidensi meningkat sesuai bertambahnya usia. Merupakan
leukemia nonlimfositik yang paling sering terjadi.

2.

Leukemia MielogenosaKronis
CML juga dimasukkan dalam sistem keganasan sel stem mieloid. Namun
lebih banyak sel normal dibanding bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih
ringan.CML jarang menyerang individu di bawah 20 tahun.Manifestasi mirip dengan
gambaran AML tetapi tanda dan gejala lebih ringan, pasien menunjukkan tanpa gejala
selama bertahun-tahun, peningkatan leukosit kadang sampai jumlah yang luar biasa,
limpa membesar.

3.

Leukemia Limfositik Akut

ALL dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada anakanak, laki-laki lebih banyak dibanding perempuan, puncak insiden usia 4 tahun,
setelah usia 15 ALL jarang terjadi. Manifestasi limfosit immatur berproliferasi dalam
sumsum tulang dan jaringan perifer, sehingga mengganggu perkembangan sel
normal.
4.

Leukemia Limfositik Kronis


CLL merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 sampai 70 tahun.
Manifestasi klinis pasien tidak menunjukkan gejala, baru terdiagnosa saat
pemeriksaan fisik atau penanganan penyakit lain.
B. Etiologi
Secara pasti penyebat dari penyakit leukemia belum diketahui, tetapi ada
beberapa faktor prediosposisi yang dapat menyebabkan terjadinya leukemia (Suriadi
& Rita Yuliani, 2001), yaitu :

Faktor genetik, dapat dilihat pada tingginya kasus leukemia pada anak kembar

monozigot.
Faktor lingkungan, berupa kontak dengan radiasi ionisasi disertai menifestasi

leukemia timbul bertahun tahun kemudian.


Zat kimia, misalnya benzene, arsen, kloramfenikol, fenilbutazone, dan agen anti

neoplastik.
Agen virus, HTLV-1 dari leukemia sel T sejak lama dapat menyebabkan timbulnya

leukemia.
Obat obatan imunosupresif, obat anti kanker, obat obatan kardiogenik seperti

diethylstilbestrol
Neoplasma
Ada persamaan jelas antara leukemia dan penyakit neoplastik lain, misalnya
proliferasi sel yang tidak terkendali, abnormalitas morfologi sel, dan infiltrasi
organ. Selain dari itu kelainan sum sum kronis dapat berubah bentuk akhirnya
menjadi leukemia akut, misalnya polisefemia vera, mielosklerosis atau anemia
plastik.
Kelainan kromosom, misalnya pada sindrom down.

C. Manifestasi Klinis / Tanda dan Gejala


Manifestasi

klinik

yang

sering

dijumpai

pada

penyakit

leukemia menurut Suriadi & Rita Yuliani (2001) adalah sebagai berikut :
Pilek tidak sembuh sembuh
Demam dan anorexia
Pucat, lesu, mudah terstimulasi
Berat badan menurun
Ptechiae, memar tanpa sebab
Nyeri pada tulang dan persendian
Nyeri abdomen
Lumphedenopathy
Hepatosplenomegaly
Abnormal WBC
D. Patofisiologi
Proses patofisiologi leukemia dimulai dari transformasi ganas sel induk
hematologis dan turunannya. Proliferasi ganas sel induk ini menghasilkan sel
leukemia dan mengakibatkan penekanan hematopoesis normal, sehingga terjadi
bone marrow failure, infiltrasi sel leukemia ke dalam organ, sehingga
menimbulkan organomegali, katabolisme sel meningkat, sehingga terjadi keadaan
hiperkataboli
Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel darah putih
mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah keganasan. Perubahan
tersebut seringkali melibatkan penyusunan kembali bagian dari kromosom (bahan
genetik sel yang kompleks). Penyusunan kembali kromosom (translokasi
kromosom) mengganggu pengendalian normal dari pembelahan sel, sehingga sel
membelah tak terkendali dan menjadi ganas. Pada akhirnya sel-sel ini menguasai
sumsum tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel yang menghasilkan sel-sel
darah yang normal. Kanker ini juga bisa menyusup ke dalam organ lainnya,
termasuk hati, limpa, kelenjar getah bening, ginjal dan otak
E. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik

Menurut Ngastiyah, (1987) pemeriksaan yang dilakukan pada penderita


leukemia adalah sebagai berikut :
1. Pemeriksaan Laboratorium
1. Darah Tepi
Gejala yang terlihat pada darah tepi berdasarkan pada kelainan sum sum
tulang yaitu adanya pansitupenia, lifositosis yang terkadang menyebabkan
gambaran darah tepi terdapat sel blas yang merupakan gejala patonomenik untuk
leukemia.
2. Kimia Darah
Dari hasil pemeriksaan kimia darah biasanya terdapat kolesterol rendah, asam
urat dapat meningkat dan hipogamaglobinemia.
3. Sum sum Tulang
Dari pemeriksaan sum sum tulang dapat ditemukan gambaran yang hanya
terdiri dari sel limfopeutik patologis. Pada LMA selain gambaran tersebut terdapat
pula adanya liatus leukemia yaitu keadaan yang diperlihatkan sel blas (mie blas),
beberapa sel tua (segment) dan sangat kurang bentuk pemotongan sel yang berada
diantaranya (promielost, mielosil, metamielosit dan sel batang).
4. Biopsi Limpa
Dari hasil pemeriksaan ini akan terlihat proliferasi sel leukemia dan sel yang
berasal dari jaringan limpa yang terdesak seperti : limposit normal, RES,
Granulosit, pulp cell.
F. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
1. Pelaksanaan kemoterapi, Terdapat tiga fase pelaksanaan keoterapi :
a. Fase induksi
Dimulasi 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan
terapi kortikostreroid (prednison), vincristin dan L-asparaginase. Fase
induksi dinyatakan behasil jika tanda-tanda penyakit berkurang atau tidak
ada dan dalam sumsum tulang ditemukan jumlah sel muda kurang dari
5%.
b. Fase Profilaksis Sistem saraf pusat

Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine dan hydrocotison


melaui intrathecal untuk mencegah invsi sel leukemia ke otak. Terapi
irradiasi kranial dilakukan hanya pada pasien leukemia yang mengalami
gangguan sistem saraf pusat.
c. Konsolidasi
Pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan untuk mempertahankan
remisis dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam
tubuh. Secara berkala, mingguan atau bulanan dilakukan pemeriksaan
darah lengkap untuk menilai respon sumsum tulang terhadap pengobatan.
Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka pengobatan dihentikan
sementara atau dosis obat dikurangi.
2.

Program terapi
a. Tranfusi sel darah merah padat (Pocket Red Cell-PRC) untuk mengatasi
anemi. Apabila terjadi perdarahan hebat dan jumlah trombosit kurang dari
10.000/mm, maka diperlukan transfusi trombosit.
b. Pemberian antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi.
F. Komplikasi
Penyakit leukemia dapat menyebabkan berbagai komplikasi, diantaranya

yaitu:
1. Kelelahan (fatigue). Jika leukosit yang abnormal menekan sel-sel darah
merah, maka anemia dapat terjadi. Kelelahan merupakan akibat dari kedaan
anemia tersebut. Proses terapi Leukemia juga dapat meyebabkan penurunan
jumlah sel darah merah.
2. Pendarahan

(bleeding).

Penurunan

jumlah

trombosit

dalam

darah

(trombositopenia) pada keadaan Leukemia dapat mengganggu proses


hemostasis. Keadaan ini dapat menyebabkan pasien mengalami epistaksis,
pendarahan dari gusi, ptechiae, dan hematom.

3. Rasa sakit (pain). Rasa sakit pada leukemia dapat timbul dari tulang atau
sendi. Keadaan ini disebabkan oleh ekspansi sum-sum tulang dengan leukosit
abnormal yang berkembang pesat.
4. Pembesaran Limpa (splenomegali). Kelebihan sel-sel darah yang diproduksi
saat keadaan leukemia sebagian berakumulasi di limpa. Hal ini menyebabkan
limpa bertambah besar, bahkan beresiko untuk pecah.
5. Stroke atau clotting yang berlebihan (excess clotting). Beberapa pasien
dengan kasus leukemia memproduksi trombosit secara berlebihan. Jika tidak
dikendalikan, kadar trombosit yang berlebihan dalam darah (trombositosis)
dapat menyebabkan clot yang abnormal dan mengakibatkan stroke.
6. Infeksi. Leukosit yang diproduksi saat keadaan leukemia adalah abnormal,
tidak menjalankan fungsi imun yang seharusnya. Hal ini menyebabkan pasien
menjadi lebih rentan terhadap infeksi. Selain itu pengobatan leukemia juga
dapat menurunkan kadar leukosit hingga terlalu rendah, sehingga sistem imun
tidak efektif.

BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian

1. Identitas klien : Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat,


pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register,
diagnose medis
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat kesehatan sekarang pada penyakit leukemia klien biasanya lemah,
lelah,wajah terlihat pucat, sakit kepala, anoreksia, muntah, sesak, nafas cepat.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu : Pada riwayat kesehatan dahulu pada klien
dengan leukemia, kaji adanya tanda-tanda anemia yaitu pucat, kelemahan,
sesak, nafas cepat. Adanya tanda-tanda leucopenia yaitu demam dan adanya
infeksi. Kaji adanya tanda-tanda trombositopeniayaitu ptechiae, purpura,
perdarahan membran mukosa. Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra
medulola yaitu limfadenopati, hepatomegali, splenomegali. Kaji adanya
pembesaran testis. Kaji adanya hematuria, hipertensi, gagal ginjal, inflamasi
disekitar rectal, nyeri ( Lawrence, 2003).
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dari riwayat kesehatan keluarga, adanya keluarga yang mengalami gangguan
hematologis serta adanya faktor herediter misal kembar monozigot.
B. Pemerikasaan Fisik
1. Keadaan Umum : Keadaan umum pada penderita leukemia tampak lemah,
kesadaran bersifat composmentis selama belum terjadi komplikasi.
2. Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah : tidak normal (TD normal 120/80 mmHg)
Nadi ,Suhu : meningkat jika terjadi infeksi,RR : Dispneu, takhipneu
3. Pemeriksaan fisik head to toe
a. Pemeriksaan kepala
- Bentuk : perhatikan bentuk kepala apakah simetris atau tidak.
-

Biasanya pada penderita leukemia betuk kepala simetris.


Rambut: perhatikan keadaan rambut mudah dicabut atau tidak,warna,

hygiene
Nyeri tekan: palpasi nyeri tekan, ada atau tidak. Biasanya pada

penderita tidak ada nyeri tekan.


b. Pemeriksaan mata
- Palpebra: perhatikan kesimetrisan kiri dan kanan
- Konjungtiva : anemis atau tidak. Pada penderita leukemia akan
ditemukan konjungtiva yang anemis.

Sclera : ikterik atau tidak. Sclera penderita leukemia akan terlihat

tidak ikterik.
c. Pemeriksaan hidung : Inskpeksi kesimetrisan bentuk hidung, mukosa
hidung, palpasi adanya polip. Penderita leukemia memiliki pemeriksaan
hidung yang normal.
d. Pemeriksaan mulut : Inspeksi apakah terdapat peradangan (infeksi oleh
jamur atau bakteri ), perdarahan gusi. Biasa papa penderita leukemia,
ditemukan bibir pucat, sudut sudut bibir pecah pecah.
e. Pemeriksaan telinga : Inspeksi simetris kiri dan kanan, sirumen. Palpasi
nyeri tekan. Periksa fungsi pendengaran dan keseimbangan. Pada
penderita leukemia biasanya tidak ditemukan kelainan dan bersifat
normal.
f. Pemeriksaan leher : Inspeksi dan palpasi adanya pembesaran getah bening
kelenjer tiroid, JVP, normalnya 5-2. Penderita leukemia tidak mengalami
pembesaran kelenjer tiroid.
g. Pemeriksaan thorak
Jantung
- Inspeksi : iktus terlihat atau tidak, inspeksi kesimetrisan. Pada
penderita leukemia, iktus terlihat
- Palpasi : raba iktus kordis. Normalnya, iktus teraba.
- Perkusi : tentukan batas jantung.
- Auskultasi : terdengar bunyi jantung 1 dan 2, normal.
Paru paru
- Inspeksi : kesimetrisan kiri dan kanan saat inspirasi dan ekspirasi,
biasanya normal.
- Palpasi
: vokal femoris teraba, simetris kiri dan kanan.
- Perkusi :
- Auskultasi : biasanya bunyi nafas vesikuler.
Pemeriksaan abdomen
- Inspeksi : apakah dinding abdomen mengalami memar, bekas operasi,
-

dsb.
Auskultasi : bising usus normal
Palpasi : palpasi apakah ada nyeri tekan, hepar teraba atau tidak.

Biasaya terdapat nyeri tekan, dan hepar akan teraba.


Perkusi : lakukan perkusi, biasa didapat bunyi tympani untuk semua
daerah abdomen

h. Pemeriksaan Ekstremitas : inspeksi kesemetrisan, palpasi adanya nyeri


tekan pada ekstremitas atas dan bawah. Biasanya pada penderita leukemia
akan mengalami nyeri pada tulang dan persendian.

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. Keperawatan Medikal Bedah Volume 2 ed.8. Jakarta: EGC
Bulechek, Gloria M., Howard K. Butcher, Joanne McCloskey Dochterman.
2008.Nursing Interventions Classification (NIC) : Fifth Edition. Missouri : Mosby
Elsevier.
Elizabeth J. Corwin. 1996. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Geissler Doenges moorhouse, 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta:
EGC.
Moorhead, Sue., Marion Johnson, Meridean L. Maas, Elizabeth Swanson. 2008.
Nursing Outcomes Classification (NOC) : Fourth Edition. Missouri : Mosby
Elsevier.
Price, Sylvia A. 2002. Patofisiologi: Konsep klinis Proses-proses penyakit.
Jakarta: EGC
Wiley, John dan Sons Ltd. 2009. NANDA International : 2009-2011. United
Kingdom : Markono Print Media.

LAMPIRAN
Obat Tradisional Leukimia
Posted by Penyakit Leukemia
Sumber : http://penyakitleukemia.com/obat-tradisional-leukimia/ akses tanggal 20
Januari 2013.
Leukimia bisa disebabkan oleh banyak faktor seperti virus,mutasi gen, radiasi,
dan kemoterapi. Paparan radiasi atau penyinaran dosis tinggi dan pemakaian
beberapa jenis obat kemoterapi antikanker kemungkinan bisa meningkatkan
terjadinya leukimia. Karena ini sebelum mengambil tindakan, tenaga medis biasanya
akan melakukan konsultasi yang cemat agar pasien yang dikemoterapi melakukan
konsultasi yang cermat agar pasien yang dikemoterapi menyadari resikonya.

Ramuan tradisional untuk mengatasi leukimia adalah perpaduan dari buah


mahkota dewa, sambiloto, daun pegagan, temu putih, dan buah mengkudu.
Tanaman perdu yang dulu dianggap buah simalakama ini, kini dimanfaatkan untuk
menyembuhkan berbagai macam penyakit.
Buah mahkota dewa mengandung flavonoid, antihistamin untuk alergi, polifenol,
alkaloid, dan saponin.Oleh sebab itu dampak farmakologi yang timbul adalah rasa
pahit, adstringent, antikanker, antitumor, antiseptik, dan antihipertensi. Jika
dikonsumsi sesuai dengan dosis dan anjuran, buah pusaka para dewa ini selalu
berfungsi untuk mengobati kanker, juga bisa mnegobati sakit rematik, asam urat,
diabetes, jantung, ginjal, darah tinggi, flu, alergi, sakit paru-paru, sirosis hati, aneka

penyakit kulit, ketergantungan narkoba, menurunkan kolesterol, dan menambah


stamina.
Siapa sangka tanaman yang dulunya disia-siakan, kini menjadi idola dan
banyak di cari orang. Di Jawa buah ini dikenal dengan nama pace (Morinda citrifolia,
L), di tatar Parahyangan dinamai cangkuang atau cengkudu, di Nias disebut
Mangkudu, di Madura disebut kodhuk, dan orang Dayak menyebutnya rewong.
Setelah melalui berbagai penelitian, ternyata buah mengkudu mengandung zat
xeronin yang memiliki banyak khasiat bagi kesehatan tubuh -meningkatkan aktivitas
enzim dan struktur protein, polisakarida (asam glukonat, glikosida) sebagai
imunostimulan, anti kanker, antibakteri, skopoletin berfungsi memperlebar pembuluh
darah. Di dalam akar terkandung antrakuinon yang berfungsi sebagai antiseptik,
senyawa

morindin

dan

morindan

sebagai

antibakteri

dan

zat

pewarna.

Didalam daun terkandung antrakuinon, glikosida sebagai antikanker dan karotin yang
merupakan sumber vitamin A.

Você também pode gostar