Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
Nyeri punggung bawah (NPB) merupakan salah satu masalah kesehatan yang
utama. Insiden NPB di Amerika Serikat adalah sekitar 5% orang dewasa. Kurang
lebih 60%-80% individu setidaknya pernah mengalami nyeri punggung dalam
hidupnya. Pada penderita dewasa tua, nyeri punggung bawah mengganggu aktivitas
sehari-hari pada 40% penderita, dan menyebabkan gangguan tidur pada 20%
penderita. Sebagian besar (75%) penderita akan mencari pertolongan medis, dan 25%
di antaranya perlu dirawat inap untuk evaluasi lebih lanjut.1
Nyeri punggung bawah (NPB) pada hakekatnya merupakan keluhan atau
gejala dan bukan merupakan penyakit spesifik. Penyebab NPB antara lain kelainan
muskuloskeletal, system saraf, vaskuler, viseral, dan psikogenik.5,6 Salah satu
penyebab yang memerlukan tindak lanjut (baik diagnostik maupun terapi spesifik)
adalah hernia nukleus pulposus (HNP).1
Hernia nucleus pulposus (HNP) adalah penyakit yang umum yang
menginduksi nyeri punggung dan nyeri radikuler. Pathogenesis nyeri radikuler tidak
didefinisikan secara jelas. Peradangan akar saraf dan jaringan cakram intervertebralis
mungkin menjadi faktor utama untuk radiculopthy. Beberapa kasus memerlukan
perawatan bedah akibat sakit parah persisten. Namun, dalam banyak kasus, nyeri
dapat lega dengan pengobatan konservatif atau dalam beberapa, spontan.2
BAB II
KASUS BANGSAL NEUROLOGI
RSUD RADEN MATTAHER JAMBI
I. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. Khoriyah
Umur
: 34 Tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Pasir Panjang
Pekerjaan
: IRT
MRS
: 11 November 2013
DAFTAR MASALAH
No
.
1.
Masalah Aktif
Tanggal
Masalah
Tanggal
Pasif
Sakit kepala
11 November 2013
: Mengganggu aktivitas
:
E:4 M:6 V: 5
:
Inspeksi : simetris, retraksi (-/-), ketinggalan gerak (-/-)
Palpasi : fokal fremitus kanan = kiri
Perkusi : Paru kanan sonor = paru kiri
Auskultasi : suara dasar vesikuler, suara tambahan whezzing
(-/-), Ronkhi (-/-)
Perut
:
Inspeksi : datar, luka operasi (-), darm contur (-)
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), tak teraba massa, hepar lien
Alat kelamin
Ekstremitas
3. Status Psikitus
Cara berpikir
Perasaan hati
Tingkah laku
Ingatan
Kecerdasan
tidakteraba
Perkusi : tymphani di seluruh lapang abdomen
Auskultasi : Bising usus (+) N
: tidak diperiksa
: akral hangat, edema (-/-)
: Baik
: Baik
: Normoaktif
: Baik
: Baik
4. Status neurologikus
a. Kepala
Bentuk
: Normochepal
Nyeri tekan
: (-)
Simetri
: (+)
Pulsasi
: (-)
b. Leher
Sikap
Pergerakan
Kaku kuduk
: Normal
: Normal
: (-)
N. Olfaktorius:
Subjektif
Dengan Bahan
Kanan
Normosmia
Normosmia
Normosmia
N. Optikus
Visus
Lapangan penglihatan
Melihat warna
Fundus Okuli
6/6
Tidak menyempit
Normal
tidak dilakukan
Kiri
Normosmia
Normosmia
Normosmia
6/6
Tidak menyempit
Normal
N. Okulomotorius
Sela mata
Ptosis:
Pergerakan bola mata:
Strabismus:
Nistagmus:
Eksoftalmus
Pupil; besarnya:
Bentuknya:
Reflek thd sinar
Reflek konsensual
Reflek konvergensi
Melihat kembar
Simetris
Normal
3mm
bulat
+
-
Simetris
Normal
4mm
bulat
+
-
N. Troklearis
Pergerakan bola mata
(kebawah keluar)
Sikap bulbus
Melihat kembar
Normal
Normal
-
Normal
Normal
-
N. Trigeminus
Membuka mulut:
Mengunyah:
Menggigit:
Reflek kornea
Sensibilitas wajah:
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Menurun
N. Abdusen
Pergerakan bola mata
(lateral):
Normal
Sikap bulbus
Melihat kembar
Normal
-
Normal
-
N. Fascialis
Mengerutkan Dahi:
Menutup mata:
Memperlihatkan gigi:
Bersiul:
Perasaan lidah (depan)
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
N. Vestibulocochlearis
Detik arloji
Suara berbisik
Test Weber
Test Rinne
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
N. Glosofaringeus
Perasaan Lidah (blkg)
Sensibilitas faring
Normal
Normal
Normal
Normal
N. Vagus
Arkus faring:
Berbicara:
Gangguan menelan:
Reflek muntah:
Nadi
simetris
Normal
+
Normal
simetris
Normal
+
Normal
N. Accesorius
Memalingkan kepala
Mengangkat bahu:
Normal
Normal
Normal
Normal
N. Hipoglosus
Pergerakan lidah:
Tremor lidah
Atropi papil:
Disatria:
Normal
-
Normal
-
Kanan
simetris
simetris
Kiri
simetris
simetris
Bentuk kolumna
vertebralis
Pergerakan kolumna
vertebralis
Normal
Normal
Normal
Normal
Sensibilitas
Taktil
Nyeri
Thermi
Diskriminan
Lokalis
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Reflek
Reflek kulit perut atas
Reflek kulit perut tengah
Reflek kulit perut bawah
Reflek kremaster
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Kanan
N
5
N
Eutropi
Kiri
N
5
N
Eutropi
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
N
+
+
+
-
N
+
+
+
-
Kanan
N
5
N
Kiri
N
5
N
Trofi
Sensibilitas
Taktil
Nyeri
Thermi
Diskriminan
Lokalis
Refleks
Patella
Achilles
Babinsky
Chaddock
Rosolimo
Mendel-Bechtrew
Schaefer
Oppenheim
Klonus paha
Klonus kaki
Test Laseque
Test Kernig
Test Leg 1
Test Leg 2
Test Patrickkontra patrick
Eutropi
Eutropi
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
+
+
-
+
+
-
: (-)
: (-)
Pemeriksaan lain :
a. Darah rutin :
- WBC : 8.8 103/mm3
- RBC : 4.98 106/mm3
- HGB : 14.0 g/dl
- HCT : 43.3 %
- PLT : 132 103/mm3
- PCT : .105 %
- GDS : 105 mg/dl
(3.5-10.0)
(3.80-5.80)
(11.0-16.5)
(35.0-50.0)
(150-390)
(.100-.500)
RINGKASAN
S
sakit kepala sebelah kiri sejak 3 bulan yang lalu, sakit kepala dirasakan
seperti di tekan benda tumpul. Rasa sakit menghilang jika pasien minum
obat. 1 bulan SMRS pasien mengeluh sakit kepala yang semakin berat dan
tidak reda dengan minum obat.Sakit kepala disertai dengan mual, muntah.
Muntah menyembur warna muntah bening seperti air. 2 minggu ini pasien
merasa tangan dan kakinya sebelah kanan lemah untuk di gerakkan oleh
karena itu keluarga pasien memutuskan untuk di bawa ke RSUD Radden
Mattaher.
O : Compos mentis, GCS: 15, TD 120/80 mmHg, N 86x/menit
T :36 oC, RR 18 x/menit
A: Diagnosa Klinis
:
Diagnosa Topis
:
Diagnosa Etiologi :
Tx: IVFD RL 30 gtt/menit + Ketorolac 1 amp drip + neurobion 1 amp
Ranitidine inj 2 x 1 amp
Ceftriaxone inj 1 x 2gr
Deksametason inj 3x1 amp
Po: metilcobalamin 3x1 tab
Ibuprofen 3x1 tab
Anjuran: - Blader training per jam
- Cek KDL
- Cek urine rutin ulang
- Ro. Lumbosakralis
- MRI lumbosakralis
Mx: Pantau tanda-tanda vital
Ex: Beri penjelasan kepada keluarga dan pasien mengenai keadaan pasien dan
penatalaksanaannya.
V. PROGNOSIS
- Quo ad vitam
- Quo ad fungsionam
- Quo ad sanam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
11
VI.
RIWAYAT PERKEMBANGAN
Rawat hari ke-3 (13 November 2013)
S : Os mengatakan rasa baal pada telapak kaki kiri, tidak bisa BAB
O : TD : 130/80 mmHg T : 36,7oC N : 96x/menit RR : 20x/menit
A : Susp. HNP
P : - IVFD RL 30 gtt/menit + Ketorolac 1 amp drip + neurobion 1 amp
- Ranitidine inj 2 x 1 amp
- Ceftriaxone inj 1 x 2gr
- Deksametason inj 3x1 amp
- Po: metilcobalamin 3x1 tab
Ibuprofen 3x1 tab
- Anjuran: Blader Training per 2 jam
CT- Scan Lumbosakral
Rawat hari ke-4 (14 November 2013)
S : Os mengatakan rasa baal pada telapak kaki kiri, tidak bisa BAB
O : TD : 130/80 mmHg T : 36,7oC N : 96x/menit RR : 20x/menit
A : Susp. HNP
P : - IVFD RL 30 gtt/menit + Ketorolac 1 amp drip + neurobion 1 amp
- Ranitidine inj 2 x 1 amp
- Ceftriaxone inj 1 x 2gr
- Deksametason inj 3x1 amp
- Po: metilcobalamin 3x1 tab
Ibuprofen 3x1 tab
- Anjuran: Blader Training per 3 jam
MRI Lumbosakral
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
12
dihubungkan satu sama lain oleh diskus fibrokartilago yang disebut discus
invertebralis dan diperkuat oleh ligamentum longitudinalis anterior dan ligamentum
longitudinalis posterior.3,4,5
Diskus invertebralis menyusun seperempat panjang columna vertebralis.
Diskus ini paling tebal di daerah cervical dan lumbal, tempat dimana banyak terjadi
gerakan columna vertebralis, dan berfungsi sebagai sendi dan shock absorber agar
kolumna vertebralis tidak cedera bila terjadi trauma.
Diskus intervertebralis terdiri dari lempeng rawan hyalin (Hyalin Cartilage
Plate), nukleus pulposus (gel), dan annulus fibrosus. Sifat setengah cair dari nukleus
pulposus, memungkinkannya berubah bentuk dan vertebrae dapat mengjungkit
kedepan dan kebelakang diatas yang lain, seperti pada flexi dan ekstensi columna
vertebralis.4
13
14
3.3 Epidemiologi
Prevalensinya berkisar antara 1-2% dari populasi. HNP lumbalis paling sering
(90%) mengenai diskus intervetebralis L5-S1, L4-L5. Biasanya nyeri pinggang
bawah (NPB) oleh karena HNP lumbalis akan membaik dalam waktu kira-kira 6
minggu.6
HNP paling sering terjadi pada pria dewasa, dengan insiden puncak pada
dekade ke-4 dan ke-5. HNP lebih banyak terjadi pada individu dengan pekerjaan yang
banyak membungkuk dan mengangkat. Karena ligamentum longitudinalis posterior
pada daerah lumbal lebih kuat pada bagian tengahnya, maka protrusi discus
cenderung terjadi ke arah postero lateral, dengan kompresi radiks saraf.6
3.4 Etiologi
Hernia nukleus pulposus dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut:3,4,6,7
15
pekerjaan dan aktivitas, seperti duduk yang terlalu lama, mengangkat atau
menarik barang-barang berat, sering membungkuk atau gerakan memutar
pada punggung, latihan fisik yang berat, paparan dan vibrasi yang konstan
seperti supir
olah raga yang tidak teratur, mulai latihan setelah lama tidak berlatih,
latihan yang berat dalam jangka waktu yang lama
3.5 Patofisiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya HNP :6
1. Aliran darah ke discus berkurang
2. Beban berat
3. Ligamentum longitudinalis posterior menyempit
Jika beban pada discus bertambah, annulus fibrosus tidak kuat menahan
nukleus pulposus (gel) akan keluar, akan timbul rasa nyeri oleh karena gel yang
berada di canalis vertebralis menekan radiks. Bangunan peka nyeri mengandung
reseptor nosiseptif (nyeri) yang diberikan rangsang oleh berbagai stimulus lokal
16
(mekanis, termal, kimiawi). Stimulus ini akan direspon dengan pengeluaran berbagai
mediator inflamasi yang akan menimbulkan persepsi nyeri.6
Mekanisme nyeri merupakan proteksi yang bertujuan untuk mencegah
pergerakan sehingga proses penyembuhan dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi
adalah spasme otot, yang selanjutnya dapat menimbulkan iskemia. Nyeri yang timbul
dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan dengan terlibatnya berbagai mediator
inflamasi; atau nyeri neuropatik yang diakibatkan lesi primer pada sistem saraf. Iritasi
neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan 2 kemungkinan. Pertama,
penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf yang kaya nosiseptor dari
nervi nevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi. Nyeri dirasakan sepanjang serabut
saraf dan bertambah dengan peregangan serabut saraf misalnya karena pergerakan.
Kemungkinan kedua, penekanan mengenai serabut saraf. Pada kondisi ini terjadi
perubahan biomolekuler di mana terjadi akumulasi saluran ion Na dan ion lainnya.
Penumpukan ini menyebabkan timbulnya rangsang mekanik panas yang sangat peka
terhadap rangsang mekanikal dan termal6
17
18
permanen.
Kebiasaan penderita perlu diamati, bila duduk maka lebih nyaman duduk pada
sisi yang sehat.
19
20
tungkai atas dan bawah. Refleks lutut sering rendah, kadang-kadang terjadi
paresis dari muskulus ekstensor kuadriseps dan muskulus ekstensor ibu jari.
b. Hernia servicalis
- Parasthesi dan
-
rasa
sakit
ditemukan
di
daerah
extremitas
(sevikobrachialis)
Atrofi di daerah biceps dan triceps
Refleks biceps yang menurun atau menghilang
Otot-otot leher spastik dan kakukuduk.
c. Hernia thorakalis
- Nyeri radikal
- Melemahnya anggota tubuh bagian bawah dapat menyebabkan kejang
-
paraparesis
Serangannya kadang-kadang mendadak dengan paraplegia
3.7 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan amanesis, pemeriksaan klinis umum,
pemeriksaan neurologik dan pemeriksaan penunjang. Adanya riwayat mengangkat
beban yang berat dan berulang, timbulnya low back pain. Gambaran klinisnya
berdasarkan lokasi terjadinya herniasi. Diagnosa pada hernia intervertebral ,
kebocoran lumbal dapat ditemukan secepat mungkin. Pada kasus yang lain, pasien
menunjukkan perkembangan cepat dengan penanganan konservatif dan ketika tandatanda menghilang. Myelografi merupakan penilaian yang baik dalam menentukan
suatu lokalisasi yang akurat.6,7,8,9,10
21
3.7.1 Anamnesis6,7,8,9,10
Pada anamesis perlu ditanyakan kapan dan bagaimana mulai timbulnya, lokasi
nyeri, sifat nyeri, kualitas nyeri, apakah nyeri yang diderita diawali kegiatan fisik ,
didapatkan nyeri diskogenik yang akan bertambah berat apabila duduk, membungkuk,
batuk, bersin atau kegiatan yang dapat meningkatkan tekanan dari intradiscal. Adakah
riwayat trauma sebelumnya dan apakah ada keluarga penderita penyakit yang sama. Perlu
juga ditanyakan keluhan yang mengarah pada lesi saraf seperti adanya nyeri radikuler,
riwayat gangguan miksi, lemah tungkai dan adanya saddle anestes
Palpasi :
Adanya nyeri (tenderness) pada kulit bisa menunjukkan adanya kemungkinan
suatu keadaan psikologis di bawahnya (psychological overlay).
Kadang-kadang bisa ditentukan letak segmen yang menyebabkan nyeri dengan
menekan pada ruangan intervertebralis atau dengan jalan menggerakkan ke
kanan ke kiri prosesus spinosus sambil melihat respons pasien. Penekanan
dengan jari jempol pada prosesus spinalis dilakukan untuk mencari adanya
fraktur pada vertebra. Pemeriksaan fisik yang lain memfokuskan
kelainan neurologis.
22
pada
Pemeriksaan
motoris:
harus
dilakukan
dengan
seksama
dan
harus
23
tegang dan melurus dan suatu skoliosis akibat spasme otot paravertebral.
CT scan adalah sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan level
24
3.8 Tatalaksana6,8,10
3.8.1 Terapi Konservatif
Tujuan terapi konservatif adalah mengurangi iritasi saraf, memperbaiki
kondisi fisik pasien dan melindungi dan meningkatkan fungsi tulang punggung secara
keseluruhan. Perawatan utama untuk diskus hernia adalah diawali dengan istirahat
dengan obat-obatan untuk nyeri dan anti inflamasi, diikuti dengan terapi fisik.
Dengan cara ini, lebih dari 95 % penderita akan sembuh dan kembali pada aktivitas
normalnya. Beberapa persen dari penderita butuh untuk terus mendapat perawatan
lebih lanjut yang meliputi injeksi steroid atau pembedahan.
Terapi konservatif meliputi:
1. Tirah baring
Tujuan tirah baring untuk mengurangi nyeri mekanik dan tekanan
intradiskal, lama yang dianjurkan adalah 2-4 hari. Tirah baring terlalu lama akan
menyebabkan otot melemah. Pasien dilatih secara bertahap untuk kembali ke
aktifitas biasa.
Posisi tirah baring yang dianjurkan adalah dengan menyandarkan
punggung, lutut dan punggung bawah pada posisi sedikit fleksi. Fleksi ringan dari
vertebra lumbosakral akan memisahkan permukaan sendi dan memisahkan
aproksimasi jaringan yang meradang.
2. Medikamentosa
Analgetik dan NSAID
Pelemas otot: digunakan untuk mengatasi spasme otot
Opioid: tidak terbukti lebih efektif dari analgetik biasa. Pemakaian jangka
25
dengan tirah baring dan korset saja tidak menunjukkan perbedaan dalam
kecepatan penyembuhan.
Diatermi/kompres panas/dingin
Tujuannya adalah mengatasi nyeri dengan mengatasi inflamasi dan spasme
otot. keadaan akut biasanya dapat digunakan kompres dingin, termasuk bila
terdapat edema. Untuk nyeri kronik dapat digunakan kompres panas maupun
dingin.
Korset lumbal
Korset lumbal tidak bermanfaat pada HNP akut namun dapat digunakan untuk
mencegah timbulnya eksaserbasi akut atau nyeri HNP kronis. Sebagai
penyangga korset dapat mengurangi beban diskus serta dapat mengurangi
spasme.
Latihan
Direkomendasikan melakukan latihan dengan stres minimal punggung seperti
jalan kaki, naik sepeda atau berenang. Latihan lain berupa kelenturan dan
penguatan. Latihan bertujuan untuk memelihara fleksibilitas fisiologik,
kekuatan otot, mobilitas sendi dan jaringan lunak. Dengan latihan dapat
terjadi pemanjangan otot, ligamen dan tendon sehingga aliran darah semakin
meningkat.
Proper body mechanics
Pasien perlu mendapat pengetahuan mengenai sikap tubuh yang baik untuk
mencegah terjadinya cedera maupun nyeri. Beberapa prinsip dalam menjaga
posisi punggung adalah sebagai berikut:
- Dalam posisi duduk dan berdiri, otot perut ditegangkan, punggung tegak
-
26
Saat duduk, lengan membantu menyangga badan. Saat akan berdiri badan
Laminectomy
Laminectomy, yaitu tindakan operatif membuang lamina vertebralis, dapat
dilakukan sebagai dekompresi terhadap radix spinalis yang tertekan atau terjepit oleh
protrusi nukleus pulposus.
27
Discectomy
Pada discectomy, sebagian dari discus intervertebralis diangkat untuk
28
menonjol. Prosedur ini merupakan salah satu alternatif disectomy pada kasus-kasus
tertentu.
dapat
BAB IV
ANALISA KASUS
Diagnosis pada pasien ini ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan neurologi dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis diketahui bahwa
pasien Tn. F, 28 tahun Pasien datang ke RSUD Raden Mattaher dengan keluhan nyeri
pada pinggang bawah 2 minggu ini. Nyeri dirasakan semakin berat semenjak 3 hari
29
ini. Awal mulanya nyeri pinggang ini terjadi pada tahun 2009, pasien pernah
mengalami trauma pada tulang belakang saat bermain voley. Saat itu, pasien dibawa
ke RS DKT dan keadaan semakin baik. Pasien juga dianjurkan untuk melakukan
fisioterapi. Selanjutnya, 2 tahun kemudian (2011) pasien mengalami keluhan yang
sama nyeri pada pinggang bawah, kemudian dilakukan fisioterapi nyeri berangsur
menghilang. Semenjak 2 minggu ini pasien mengalami nyeri pinggang bawah dan
sudah dilakukan fisioterapi namun keluhan juga belum menghilang, dan semakin
berat. Nyeri terutama pada saat pasien batuk, mengejan, dan dalam posisi duduk atau
berdiri. 1 minggu ini pasien merasakan nyeri menjalar sampai ke kaki kiri yang
disertai rasa baal atau kesemutan. Selain itu, pasien juga mengalami kesulitan dalam
BAK dan BAB.
Adanya keluhan nyeri pada pinggang bawah dan sifat nyeri yang radikuler ini
perlu dipikirkan sebagai ischialgia sinistra ec susp. HNP. Nyeri tersebut juga
diperberat saat pasien batuk, mengejan, dan dalam posisi duduk atau berdiri. Nyeri
berkurang saat pasien jika tidur terlentang. Gejala lain yang mendukung adalah
pasien mengaku tidak bisa BAK dan BAB dalam satu minggu ini.
Status generalis dalam batas normal, terdapat nyeri tekan suprapubik. Pada
status neurologis ditemukan sensibilitas menurun pada daerah dermatom L4, L5 dan
S1. Pada pasien ini juga didapatkan test laseque (-), test kernick (-), test patrick dan
kontra petrick (-), dan test valsava (-). Seharusnya pada kasus-kasus HNP ditemukan
(+) pada beberapa kasus yang menunjukkan bahwa nyeri radikuler yang
menunjukkan penjalaran dari n.schiatica. Pada kasus ini kemungkinan hasil (-) karena
pada saat pemeriksaan pasien dalam kondisi di drip analgetik yaitu ketorolac. Hal ini
menyebabkan hasil menjadi negatif palsu.
Pada pemeriksaan penunjang, laboratorium darah, darah rutin dalam batas
normal. Dari pemeriksaan Ro.Lumbosakral didapatkan osteoarthritis lumbal dan
stenosis spinalis L4-5. Hal ini juga sesuai dengan gejala yang didapatkan pada pasien
dan pemeriksaan neurologis yang terdapat pada pasien. Selain itu, seharusnya pasien
30
ini segera dilakukan MRI lumbosakral, karena diagnose pasti dari HNP adalah
dengan pemeriksaan MRI, tujuannya adalah untuk mengetahui adanya kompresi atau
tidak.
Rencana terapi pada pasien ini dengan terapi konservatif, yaitu dengan tirah
baring dan diberikan medikamentosa seperti analgetik (ketorolac), NSAID
(ibuprofen) dan kortikosteroid (dexametason). Edukasi sangat penting pada pasien
ini. Pada pasien perlu diberikan edukasi mengenai larangan dan posisi yang
seharusnya dilakukan pada pergerakan di daerah lumbosakral dan pelvis.
Prognosis pada pasien ini, prognosis quo ad vitam adalah bonam karena HNP
tidak mengancam
BAB V
KESIMPULAN
Hernia Nukleus pulposus (HNP) atau potrusi Diskus Intervertebralis (PDI)
adalah suatu keadaan dimana terjadi penonjolan pada diskus intervertebralis ke dalam
kanalis vertebralis (protrusi diskus) atau ruptur pada diskus vebrata yang diakibatakan
oleh menonjolnya nukleus pulposus yang menekan anulus fibrosus yang
menyebabkan kompresi pada syaraf, terutama banyak terjadi di daerah lumbal dan
servikal sehingga menimbulkan adanya gangguan neurologi (nyeri punggung) yang
didahului oleh perubahan degeneratif pada proses penuaan.
HNP dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu hernia lumbosacralis, hernia
thoracalis, dan hernia cervicalis. Masing-masing hernia tersebut memiliki gejala yang
31
berbeda-beda, tergantung dari radix syaraf yang lesi. Namun, gejala yang paling
sering adalah ischialgia, nyeri biasanya bersifat tajam, seperti terbakar, berdenyut,
dan menjalar sampai bawah lutut.
Untuk penegakan diagnosis dapat dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan
klinis umum, pemeriksaan neurologik, dan pemeriksaan penunjang. Adapun beberapa
pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan adalah pemeriksaan radiologi, MRI, CT
Scan, mielogram, elektromiografi.
32