Você está na página 1de 19

BPJS Ketenagakerjaan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


BPJS Ketenagakerjaan

Jenis
Lembaga Negara
Industri/jasa Asuransi
Didirikan
1977 (sebagai ASTEK)
Jl. Jendral Gatot Subroto No. 79
Kantor pusat
Jakarta Selatan
Situs web
bpjsketenagakerjaan.go.id

Logo Jamsostek sebelum menjadi BPJS Ketenagakerjaan

Logo Jamsostek, berlatar belakang Gedung Jamsostek

Logo Jaminan Kesehatan Nasional


BPJS Ketenagakerjaan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan)
merupakan program publik yang memberikan perlindungan bagi tenaga kerja untuk mengatasi
risiko sosial ekonomi tertentu dan penyelenggaraan nya menggunakan mekanisme asuransi
sosial.

Sebagai Lembaga Negara yang bergerak dalam bidang asuransi sosial BPJS Ketenagakerjaan
yang dahulu bernama PT Jamsostek (Persero) merupakan pelaksana undang-undang jaminan
sosial tenaga kerja.
BPJS Ketenagakerjaan sebelumnya bernama Jamsostek (jaminan sosial tenaga kerja), yang
dikelola oleh PT. Jamsostek (Persero), namun sesuai UU No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS, PT.
Jamsostek berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan sejak tanggal 1 Januari 2014.
BPJS Kesehatan dahulu bernama Askes bersama BPJS Ketenagakerjaan merupakan program
pemerintah dalam kesatuan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diresmikan pada tanggal 31
Desember 2013. Untuk BPJS Kesehatan mulai beroperasi sejak tanggal 1 Januari 2014,
sedangkan BPJS Ketenagakerjaan mulai beroperasi sejak 1 Juli 2015.
Direktur utama saat ini adalah Elvyn G. Masassya.

Daftar isi

1 Sejarah

2 Hak dan kewajiban

3 Peraturan tentang Jamsostek

4 Perlindungan oleh jamsostek

5 Filosofi jamsostek

6 Layanan Elektronik

7 Pranala luar

Sejarah
Sejarah terbentuknya BPJS Ketenagakerjaan yang dahulu bernama Jamsostek mengalami proses
yang panjang, dimulai dari UU No.33/1947 jo UU No.2/1951 tentang kecelakaan kerja,
Peraturan Menteri Perburuhan (PMP) No.48/1952 jo PMP No.8/1956 tentang pengaturan
bantuan untuk usaha penyelenggaraan kesehatan buruh, PMP No.15/1957 tentang pembentukan
Yayasan Sosial Buruh, PMP No.5/1964 tentang pembentukan Yayasan Dana Jaminan Sosial
(YDJS), diberlakukannya UU No.14/1969 tentang Pokok-pokok Tenaga Kerja. Secara
kronologis proses lahirnya asuransi sosial tenaga kerja semakin transparan.
Setelah mengalami kemajuan dan perkembangan, baik menyangkut landasan hukum, bentuk
perlindungan maupun cara penyelenggaraan, pada tahun 1977 diperoleh suatu tonggak sejarah
penting dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) No.33 tahun 1977 tentang

pelaksanaan program asuransi sosial tenaga kerja (ASTEK), yang mewajibkan setiap pemberi
kerja/pengusaha swasta dan BUMN untuk mengikuti program ASTEK. Terbit pula PP
No.34/1977 tentang pembentukan wadah penyelenggara ASTEK yaitu Perum Astek.
Tonggak penting berikutnya adalah lahirnya UU No.3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja (JAMSOSTEK). Dan melalui PP No.36/1995 ditetapkannya PT. Jamsostek sebagai badan
penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Program Jamsostek memberikan perlindungan
dasar untuk memenuhi kebutuhan minimal bagi tenaga kerja dan keluarganya, dengan
memberikan kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti
sebagian atau seluruhnya penghasilan yang hilang, akibat risiko sosial.
Selanjutnya pada akhir tahun 2004, Pemerintah juga menerbitkan UU Nomor 40 Tahun 2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Undang-undang itu berhubungan dengan Amandemen
UUD 1945 tentang perubahan pasal 34 ayat 2, yang kini berbunyi: "Negara mengembangkan
sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak
mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan". Manfaat perlindungan tersebut dapat memberikan
rasa aman kepada pekerja sehingga dapat lebih berkonsentrasi dalam meningkatkan motivasi
maupun produktivitas kerja.
Kiprah Perusahaan yang mengedepankan kepentingan dan hak normatif Tenaga Kerja di
Indonesia terus berlanjut. Sampai saat ini, PT. Jamsostek (Persero) memberikan perlindungan 4
(empat) program, yang mencakup Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian
(JKM), Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) bagi seluruh tenaga
kerja dan keluarganya.
Tahun 2011, ditetapkanlah UU No 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
Sesuai dengan amanat undang-undang, tanggal 1 Januri 2014 PT Jamsostek akan berubah
menjadi Badan Hukum Publik. PT Jamsostek tetap dipercaya untuk menyelenggarakan program
jaminan sosial tenaga kerja, yang meliputi JKK, JKM, JHT dengan penambahan Jaminan
Pensiun mulai 1 Juli 2015.[1].
Pada tahun 2014 pemerintah menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
sebagai program jaminan sosial bagi masyarakat sesuai UU No. 24 Tahun 2011, Pemerintah
mengganti nama Askes yang dikelola PT. Askes Indonesia (Persero) menjadi BPJS Kesehatan
dan mengubah Jamsostek yang dikelola PT. Jamsostek (Persero) menjadi BPJS Ketenagakerjaan.

Hak dan kewajiban


Sebagai program publik, Jamsostek memberikan hak dan membebani kewajiban secara pasti
(compulsory) bagi pengusaha dan tenaga kerja berdasarkan Undang-undang No.3 tahun 1992
mengatur Jenis Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Hari Tua (JHT), Jaminan
Kematian (JKM) dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK),sedangkan kewajiban peserta
adalah tertib administrasi dan membayar iuran.
Dalam meningkatkan pelayanan jamsostek tak hentinya melakukan terobosan melalui sistem
online guna menyederhanakan sistem layanan dan kecepatan pembayaran klaim hari tua (JHT)

Peraturan tentang Jamsostek

Pengaturan program kepesertaan jamsostek adalah wajib melalui Undang-Undang No.3


Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

Pengaturan tentang pelaksanaannya jamsostek dituangkan dalam:


o Peraturan Pemerintah No.14 Tahun 1993.
o Keputusan Presiden No.22 Tahun 1993.
o Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.Per-12/Men/VI/2007

Perlindungan oleh jamsostek


Program ini memberikan perlindungan yang bersifat mendasar bagi peserta jika mengalami
risiko-risiko sosial ekonomi dengan pembiayaan yang terjangkau oleh pengusaha dan tenaga
kerja.
Risiko sosial ekonomi yang ditanggulangi oleh Program Jamsostek terbatas yaitu perlindungan
pada :

Peristiwa kecelakaan

Sakit

Hamil

Bersalin

Cacat

Hari tua

Meninggal dunia

Hal-hal ini mengakibatkan berkurangnya dan terputusnya penghasilan tenaga kerja dan/atau
membutuhkan perawatan medis.

Filosofi jamsostek
Jamsostek dilandasi filosofi kemandirian dan harga diri untuk mengatasi risiko sosial ekonomi.

Kemandirian berarti tidak bergantung pada orang lain dalam membiayai perawatan pada waktu
sakit, kehidupan dihari tua maupun keluarganya, bila meninggal dunia.
Harga diri berarti jaminan tersebut diperoleh sebagai hak dan bukan belas kasihan orang lain.

http://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/page/profil/Sejarah.html
Sejarah

Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu tangung jawab dan kewajiban
Negara - untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi kepada masyarakat. Sesuai dengan
kondisi kemampuan keuangan Negara. Indonesia seperti halnya negara berkembang lainnya,
mengembangkan program jaminan sosial berdasarkan funded social security, yaitu jaminan
sosial yang didanai oleh peserta dan masih terbatas pada masyarakat pekerja di sektor formal.
Sejarah terbentuknya PT Jamsostek (Persero) mengalami proses yang panjang, dimulai dari UU
No.33/1947 jo UU No.2/1951 tentang kecelakaan kerja, Peraturan Menteri Perburuhan (PMP)
No.48/1952 jo PMP No.8/1956 tentang pengaturan bantuan untuk usaha penyelenggaraan
kesehatan buruh, PMP No.15/1957 tentang pembentukan Yayasan Sosial Buruh, PMP No.5/1964
tentang pembentukan Yayasan Dana Jaminan Sosial (YDJS), diberlakukannya UU No.14/1969
tentang Pokok-pokok Tenaga Kerja. Secara kronologis proses lahirnya asuransi sosial tenaga
kerja semakin transparan.
Setelah mengalami kemajuan dan perkembangan, baik menyangkut landasan hukum, bentuk
perlindungan maupun cara penyelenggaraan, pada tahun 1977 diperoleh suatu tonggak sejarah
penting dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) No.33 tahun 1977 tentang
pelaksanaan program asuransi sosial tenaga kerja (ASTEK), yang mewajibkan setiap pemberi
kerja/pengusaha swasta dan BUMN untuk mengikuti program ASTEK. Terbit pula PP
No.34/1977 tentang pembentukan wadah penyelenggara ASTEK yaitu Perum Astek.

Tonggak penting berikutnya adalah lahirnya UU No.3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja (JAMSOSTEK). Dan melalui PP No.36/1995 ditetapkannya PT Jamsostek sebagai badan
penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Program Jamsostek memberikan perlindungan
dasar untuk memenuhi kebutuhan minimal bagi tenaga kerja dan keluarganya, dengan
memberikan kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti
sebagian atau seluruhnya penghasilan yang hilang, akibat risiko sosial.
Selanjutnya pada akhir tahun 2004, Pemerintah juga menerbitkan UU Nomor 40 Tahun 2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Undang-undang itu berhubungan dengan Amandemen
UUD 1945 tentang perubahan pasal 34 ayat 2, yang kini berbunyi: "Negara mengembangkan
sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak
mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan". Manfaat perlindungan tersebut dapat memberikan
rasa aman kepada pekerja sehingga dapat lebih berkonsentrasi dalam meningkatkan motivasi
maupun produktivitas kerja.
Kiprah Perusahaan PT Jamsostek (Persero) yang mengedepankan kepentingan dan hak normatif
Tenaga Kerja di Indonesia dengan memberikan perlindungan 4 (empat) program, yang mencakup
Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JKM), Jaminan Hari Tua (JHT)
dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) bagi seluruh tenaga kerja dan keluarganya terus
berlanjutnya hingga berlakunya UU No 24 Tahun 2011.
Tahun 2011, ditetapkanlah UU No 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
Sesuai dengan amanat undang-undang, tanggal 1 Januri 2014 PT Jamsostek akan berubah
menjadi Badan Hukum Publik. PT Jamsostek (Persero) yang bertransformsi menjadi BPJS
(Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) Ketenagakerjaan tetap dipercaya untuk
menyelenggarakan program jaminan sosial tenaga kerja, yang meliputi JKK, JKM, JHT dengan
penambahan Jaminan Pensiun mulai 1 Juli 2015.
Menyadari besar dan mulianya tanggung jawab tersebut, BPJS Ketenagakerjaan pun terus
meningkatkan kompetensi di seluruh lini pelayanan sambil mengembangkan berbagai program
dan manfaat yang langsung dapat dinikmati oleh pekerja dan keluarganya.
Kini dengan sistem penyelenggaraan yang semakin maju, program BPJS Ketenagakerjaan tidak
hanya memberikan manfaat kepada pekerja dan pengusaha saja, tetapi juga memberikan
kontribusi penting bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi bangsa dan kesejahteraan masyarakat
Indonesia ok.

Visi dan Misi


Visi
Menjadi Badan penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) berkelas dunia, terpercaya,
bersahabat dan unggul dalam Operasional dan Pelayanan.
Misi

Sebagai badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang memenuhi perlindungan dasar
bagi tenaga kerja serta menjadi mitra terpercaya bagi:

Tenaga Kerja: Memberikan perlindungan yang layak bagi tenaga kerja dan
keluarga

Pengusaha: Menjadi mitra terpercaya untuk memberikan perlindungan


kepada tenaga kerja dan meningkatkan produktivitas

Negara: Berperan serta dalam pembangunan

Filosofi Badan Penyelenggara Jamian Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan

BPJS Ketenagakerjaan dilandasi filosofi kemandirian dan harga diri untuk mengatasi
risiko sosial ekonomi. Kemandirian berarti tidak tergantung orang lain dalam membiayai
perawatan pada waktu sakit, kehidupan dihari tua maupun keluarganya bila meninggal dunia.
Harga diri berarti jaminan tersebut diperoleh sebagai hak dan bukan dari belas kasihan orang
lain. Agar pembiayaan dan manfaatnya optimal, pelaksanaan program BPJS Ketenagakerjaan
dilakukan secara gotong royong, dimana yang muda membantu yang tua, yang sehat membantu
yang sakit dan yang berpenghasilan tinggi membantu yang berpenghasilan rendah.
Motto Perusahaan
Menjadi Jembatan Menuju Kesejahteraan Pekerja

Nilai-Nilai Perusahaan (IPTIK)

Iman: Taqwa, berfikir positif, tanggung jawab, pelayanan tulus ikhlas.

Profesional: Berprestasi, bermental unggul, proaktif dan bersikap positif


terhadap perubahan dan pembaharuan

Teladan: Berpandangan jauh kedepan, penghargaan dan pembimbingan


(reward & encouragement), pemberdayaan

Integritas: Berani, komitmen, keterbukaan

Kerjasama: Kebersamaan, menghargai pendapat, menghargai orang lain.

Etika Kerja Perusahaan (TOPAS)

Teamwork: Memiliki kemampuan dalam membangun kerjasama dengan


orang lain atau dengan kelompok untuk mencapai tujuan perusahaan.

Open Mind: Memiliki kemampuan untuk membuka pikiran dan menerima


gagasangagasan baru yang lebih baik.

Passion: Bersemangat dan antusias dalam melaksanakan pekerjaan.

Action: Segera melaksanakan


disepakati dan ditetapkan bersama

rencana/pekerjaan/tugas

yang

telah

Sense: Rasa memiliki, kepedulian, ikut bertanggung jawab dan memiliki


inisiatif yang tinggi untuk memecahkan masalah perusahaan.

https://m.facebook.com/notes/universitas-borobudur-jakarta/undang-undangjaminan-dan-jenis-perlindungan-tenaga-kerja/546860785327961/

Pengertian Tenaga Kerja, Undang Undang dan Jenis Perlindungan Dalam pasal 1 angka 2 Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan
disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di
dalam maupun di luar hubungan kerja, guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi
kebutuhan sendiri maupun masyarakat.

Tenaga kerja merupakan modal utama serta pelaksanaan dari pembangunan masyarakat
pancasila. Tujuan terpenting dari pembangunan masyarakat tersebut adalah kesejahteraan rakyat
termasuk tenaga kerja. Tenaga kerja sebagai pelaksana pembangunan harus di jamin haknya,
diatur kewajibannya dan dikembangkan daya gunanya. Dalam peraturan Menteri Tenaga Kerja
Nomor: PER-04/MEN/1994 pengertian tenaga kerja adalah setiap orang yang bekerja pada
perusahaan yang belum wajib mengikuti program jaminan social tenaga kerja karena adanya
pentahapan kepesertaan.

Bentuk perlindungan tenaga kerja di Indonesia yang wajib di laksanakan oleh setiap pengusaha
atau perusahaan yang mempekerjakan orang untuk bekerja pada perusahaan tersebut harus
sangat diperhatikan, yaitu mengenai pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraan di maksud
diselenggarakan dalam bentuk jaminan social tenaga kerja yang bersifat umum untuk
dilaksanakan atau bersifat

dasar, dengan bersaskan usaha bersama, kekeluargaan dan kegotong royongan sebagai mana
yang tercantum dalam jiwa dan semangat Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Jaminan pemeliharaan kesehatan merupakan jaminan sebagai upaya penanggulangan dan


pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan, dan/atau
perawatan termasuk kehamilan dan persalinan. Pemeliharaan kesehatan dimaksudkan untuk
meningkatkan produktivitas tenaga kerja sehingga dapat melaksanakan tugas sebaik-baiknya dan
merupakan upaya kesehatan dibidang penyembuhan. Oleh karena itu upaya penyembuhan
memerlukan dana yang tidak sedikit dan memberatkan jika dibebankan kepada perorangan, maka
sudah selayaknya diupayakan penanggulangan kemampuan masyarakat melalui program jaminan
social tenaga kerja. Para pekerja dalam pembangunan nasional semakin meningkat, dengan
resiko dan tanggung jawab serta tantangan yang dihadapinya. Oleh karena itu kepada mereka
dirasakan perlu untuk diberikan perlindungan, pemeliharaan, dan peningkatan kesejahteraannya
sehingga menimbulkan rasa aman dalam bekerja.
Adapun syarat-syarat keselamatan kerja antara lain :
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan
4. Memberikan kesempatan atau jalan penyelamatan diri waktu kebakaran atau kejadiankejadian lain yang berbahaya
5. Memberikan pertolongan pada kecelakaan
6. Memberi alat-alat perlindungan diri pada pekerja
7. Memperoleh penerangan yang cukp dan sesuai
8. Menyelanggarakan suhu dan lembab udara yang baik
9. Memeliharaan kebersihan, kesehatan dan ketertiban

B.

Jenis Perlindungan Kerja

Secara teoritis dikenal ada tiga jenis perlindungan kerja yaitu sebagai berikut : Zaeni Asyhadie,
Hukum Kerja (Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubungan Kerja), Jakarta, Raja Grafindo
Persada, 2007, hal 78
1. Perlindungan sosial, yaitu suatu perlindungan yang berkaitan dengan usaha
kemasyarakatan, yang tujuannya untuk memungkinkan pekerja/buruh mengenyam dan
mengembangkan kehidupannya sebagaimana manusia pada umumnya, dan khususnya

sebagai anggota masyarakat dan anggota keluarga. Perlindungan sosial disebut juga
dengan kesehatan kerja.
2. Perlindungan teknis, yaitu jenis perlindungan yang berkaitan dengan usaha-usaha untuk
menjaga agar pekerja/buruh terhindar dari bahaya kecelakaan yang ditimbulkan oleh alatalat kerja atau bahan yang dikerjakan. Perlindungan ini lebih sering disebut sebagai
keselamatan kerja.
3. Perlindungan ekonomis, yaitu suatu jenis perlindungan yang berkaitan dengan usahausaha untuk memberikan kepada pekerja/buruh suatu penghasilan yang cukup guna
memnuhi keperluan sehari-hari baginya dan keluarganya, termasuk dalam hal
pekerja/buruh tidak mampu bekerja karena sesuatu diluar kehendaknya. Perlindungan
jenis ini biasanya disebut dengan jaminan sosial.

Ketiga jenis perlindungan di atas akan di uraikan sebagai berikut :

1.

Perlindungan Sosial atau Kesehatan Kerja

Kesehatan kerja sebagaimana telah dikemukakan di atas termasuk jenis perlindungan sosial
karena ketentuan-ketentuan mengenai kesehatan kerja ini berkaitan dengan sosial
kemasyarakatan, yaitu aturan-aturan yang bermaksud mengadakan pembatasan-pembatasan
terhadap kekuasaan pengusaha untuk memperlakukan pekerja/buruh semaunya tanpa
memperhatikan norma-norma yang berlaku, dengan tidak memandang pekerja/buruh sebagai
mahluk Tuhan yang mempunyai hak asasi.

Karena sifatnya yang hendak mengadakan pembatasan ketentuan-ketentuan perlindungan


sosial dalam UU No. 13 Tahun 2003, Bab X Pasal 68 dan seterusnya bersifat memaksa, bukan
mengatur. Akibat adanya sifat memaksa dalam ketentuan perlindunga sosial UU No. 13 Tahun
2003 ini, pembentuk undang-undang memandang perlu untuk menjelaskan bahwa ketentuan
yang berkaitan dengan perlindungan sosial ini merupakan hukum umum (Publiek-rechtelijk)
dengan sanksi pidana. Hal ini disebabkan beberapa alasan berikut : Ibid, hal 80

Aturan-aturan yang termuat di dalamnya bukan bermaksud melindungi kepentingan


seorang saja, melainkan bersifat aturan bermasyarakat.

Pekerja/buruhIndonesia umumnya belum mempunyai pengertian atau kemampuan untuk


melindungi hak-haknya sendiri.

Jadi, jelasnya kesehatan kerja bermaksud melindungi atau menjaga pekerja/buruh dari
kejadian/keadaan hubungan kerja yang merugikan kesehatan dan kesusilaannya dalam hal
pekerja/buruh melakukan pekerjaannya. Adanya penekanan dalam suatu hubungan kerja
menunjukkan bahwa semua tenaga kerja yang tidak melakukan hubungan kerja dengan
pengusaha tidak mendapatkan perlindungan sosial sebagaimana ditentukan dalam Bab X UU No
13 Tahun 2003.

2.

Perlindungan Teknis Atau Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja termasuk dalam apa yang disebut perlindungan teknis, yaitu perlindungan
terhadap pekerja/buruh agar selamat dari bahaya yang dapat ditimbulkan oleh alat kerja atau
bahan yang dikerjakan.

Berbeda dengan perlindungan kerja lain yang umumnya ditentukan untuk kepentingan
pekerja/buruh saja, keselamatan kerja ini tidak hanya memberikan perlindungan kepada
pekerja/buruh, tetapi kepada pengusaha dan pemerintah.

Bagi pekerja/buruh, adanya jaminan perlindungan keselamatan kerja akan menimbulkan


suasana kerja yang tentram sehingga pekerja/buruh dapat memusatkan perhatian pda
pekerjaannya semaksimal mungkin tanpa khawatir sewaktu-waktu akan tertimpa
kecelakaan kerja.

Bagi pengusaha, adanya pengaturan keselamatan kerja di dalam perusahaannya akan


dapat mengurangi terjadinya kecelakaan yang dapat mengakibatkan pengusaha harus
memberikan jaminan sosial.

Bagi pemerintah (dan masyarakat), dengan adanya dan ditaatinya peraturan keselamatan
kerja, maka apa yang direncanakan pemerintah untuk mensejahterakan masyrakat akan
tercapai dengan meningkatnya produksi perusahaan baik kualitas maupun kuantitas. Ibid,
hal 84

Dasar pembicaraan masalah keselamatan kerja ini sampai sekarang adalah UU No 1 Tahun 1970
tentang keselamatan kerja. Namun, sebagian besar peraturan pelaksanaan undang-undang ini
belum ada sehingga beberapa peraturan warisan Hindia Belanda masih dijadikan pedoman dalam
pelaksanaan keselamatan kerja di perusahaan. Peraturan warisan Hindia Belanda itu dalah
sebagai berikut : Ibid, hal 84

3.

Veiligheidsreglement, S 1910 No. 406 yang telah beberapa kali dirubah, terakhir dengan
S. 1931 No. 168 yang kemudian setelah Indonesia merdeka diberlakukan dengan
Peraturan Pemerintah No. 208 Tahun 1974. Peraturan ini menatur tentang keselamatan
dan keamanan di dalam pabrik atau tempat bekerja.

Stoom Ordonantie, S 1931 No. 225, lebih dikenal dengan peraturan Uap 1930.

Loodwit Ordonantie, 1931 No. 509 yaitu peraturan tentang pencegahan pemakaian timah
putih kering.

Perlindungan ekonomis atau Jaminan Sosial

Penyelenggara program jaminan sosial merupakan salah satu tangung jawab dan kewajiban
Negara untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi kepada masyarakat. Sesuai dengan
kondisi kemampuan keuangan Negara, Indonesia seperti halnya berbagai Negara berkembang
lainnya, mengembangkan program jaminan sosial berdasarkan funded social security, yaitu
jaminan sosial yang didanai oleh peserta dan masih terbatas pada masyarakat pekerja di sektor
formal.

Jaminan sosial tenaga kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan
berupa uang sebagai pengganti sebagian penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan
sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja,
sakit, hamil, bersalin, hari tua dan meninggal dunia.
Indonesia, Undang-undang Jaminan SosialTenagakerja, No, 3 Tahun 1992 Pasal 10.

Dari pengertian diatas jelaslah bahwa jaminan sosial tenaga kerja adalah merupakan
perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang ( jaminan kecelakaan kerja,
kematian, dan tabungan hari tua ), dan pelyanan kesehatan yakni jaminan pemeliharaan
kesehatan.

Jaminan sosial tenaga kerja yang diatur dalam Undang Undang Nomor. 3 Tahun 1992
adalah : Lalu Husni, Pengantar hukum ketenaga kerjaan indonesia, ( Jakarta : PR Raja
Grafindo Persada, 2003 ), hal 122
Merupakan hak setiap tenaga kerja yang sekaligus merupakan kewajiban dari majikan. Pada
hakikatnya program jaminan soisal tenaga kerja dimaksud untuk memberikan kepastian
berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga yang sebagian yang hilang.
Disamping itu program jaminan sosial tenaga kerja mempunyai beberapa aspek antara lain :
Indonesia, (Undang-undang jaminan soail tenaga kerja, 3 Tahun 1992.)

Memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhanhidup minimal bagi tenaga


kerja beserta keluarganya.

Merupakan penghargaan kepada tenaga kerja mendidik kemandirian pekerja sehingga


pekerja tidak harus meminta belas kasihan orang lain jika dalam hubungan kerja terjadi
resiko resiko seperti kecelakaan kerja, sakit, hari tua dan lainnya.

C.

Jenis Jenis Jaminan Sosial tenaga kerja

1.

Jaminan Kecelakaan Kerja

Kecelakaan Kerja maupun penyakit akibat kerja maerupakan resiko yang dihadapi oleh tenaga
kerja yang melakukan pekerjaan. Untuk menanggulangi hilangnya sebagian atau seluruh
penghasilannya yang diakibatkan oleh kematian atau cacat karena kecelakaan kerja baik fisik
maupun mental, maka perlu adanya jaminan kecelakaan kerja.

2.

Jaminan Kematian

Tenaga kerja yang meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja akan mengakibatkan
terputusnya penghasilan, dan sangat berpengaruh pada kehidupan sosial ekonomi bagi keluarga
yang ditinggalkan. Oleh karena itu, diperlukan jaminan kematian dalam upaya meringankan
beban keluarga baik dalam bentuk biaya pemakaman maupun santunan berupa uang.

3.

Jaminan hari Tua

Hari tua dapat mengkibatkan terputusnya upah karena tidak lagi mapu bekerja. Akibat
terputusnya upah tersebut dapat menimbulkan kerisauan bagi tenaga kerja dan mempengaruhi
ketenaga kerjaan sewaktu masih bekerja, teruma bagi mereka yang penghasilannya rendah.
Jaminan hari tua memberikan kepastian penerimaan yang dibayarkan sekaligus dan atau berkala
pada saat tenaga kerja mencapai usia 55 ( lima puluh lima ) tahun atau memnuhi persyaratan
tersebut.

4.

Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

Pemeliharaan kesehatan dimaksudkan unutk meningkatkan produktivitas tenaga kerja sehingga


dapat melaksankan rugas sebaik-baiknya dan merupakan upaya kesehatan dibidang
penyembuhan ( kuratif ).

Oleh karena, upaya penyembuhan memerlukan dana yang tidak sedikit dan memberatkan jika
dibebankan kepada perorangan, maka sudah selayaknya diupayakan penggulangan kemampuan
masyarakat melalui program jaminan sosial tenaga kerja.

Disamping itu pengusaha tetap berkewajiban mengadakan pemeliharaan kesehatan tenaga kerja
yang meliputi upaya peningkatan (promotif), pencegahan (oreventif), penyembuhan (kuratif),
dan pemulihan (rehabilitatif).

http://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Penyelenggara_Jaminan_Sosial

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS merupakan lembaga yang dibentuk untuk
menyelenggarakan program jaminan sosial di Indonesia menurut Undang-undang Nomor 40
Tahun 2004 dan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011. Sesuai Undang-undang Nomor 40
Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, BPJS merupakan badan hukum nirlaba.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011, BPJS akan menggantikan sejumlah
lembaga jaminan sosial yang ada di Indonesia yaitu lembaga asuransi jaminan kesehatan PT
Askes Indonesia menjadi BPJS Kesehatan dan lembaga jaminan sosial ketenaga kerjaan PT
Jamsostek menjadi BPJS Ketenagakerjaan.[1] Transformasi PT Askes dan PT Jamsostek menjadi
BPJS dilakukan secara bertahap. Pada awal 2014, PT Askes akan menjadi BPJS Kesehatan,
selanjutnya pada 2015 giliran PT Jamsostek menjadi BPJS Ketenagakerjaan.[2]
Lembaga ini bertanggung jawab terhadap Presiden. BPJS berkantor pusat di Jakarta, dan bisa
memiliki kantor perwakilan di tingkat provinsi serta kantor cabang di tingkat kabupaten kota.

Daftar isi

1 Kepesertaan Wajib

2 Dasar hukum

3 Sejarah pembentukan

4 Besaran iuran

5 Proses transformasi

6 Referensi

7 Pranala luar

Kepesertaan Wajib
Setiap warga negara Indonesia dan warga asing yang sudah berdiam di Indonesia selama
minimal enam bulan wajib menjadi anggota BPJS. Ini sesuai pasal 14 UU BPJS. [3]
Setiap perusahaan wajib mendaftarkan pekerjanya sebagai anggota BPJS. Sedangkan orang atau
keluarga yang tidak bekerja pada perusahaan wajib mendaftarkan diri dan anggota keluarganya
pada BPJS. Setiap peserta BPJS akan ditarik iuran yang besarnya ditentukan kemudian.
Sedangkan bagi warga miskin, iuran BPJS ditanggung pemerintah melalui program Bantuan
Iuran.
Menjadi peserta BPJS tidak hanya wajib bagi pekerja di sektor formal, namun juga pekerja
informal. Pekerja informal juga wajib menjadi anggota BPJS Kesehatan. Para pekerja wajib
mendaftarkan dirinya dan membayar iuran sesuai dengan tingkatan manfaat yang diinginkan.
Jaminan kesehatan secara universal diharapkan bisa dimulai secara bertahap pada 2014 dan pada
2019, diharapkan seluruh warga Indonesia sudah memiliki jaminan kesehatan tersebut. Menteri
Kesehatan Nafsiah Mboi menyatakan BPJS Kesehatan akan diupayakan untuk menanggung
segala jenis penyakit namun dengan melakukan upaya efisiensi.[4]

Dasar hukum
1. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, Pasal 5
ayat (1) dan Pasal 52.

Sejarah pembentukan
Sejumlah fraksi di DPR dan pemerintah menginginkan agar BPJS II (BPJS Ketenagakerjaan)
bisa beroperasi selambat-lambatnya dilakukan 2016. Sebagian menginginkan 2014. Akhirnya
disepakati jalan tengah, BPJS II berlaku mulai Juli 2015. Rancangan Undang-undang tentang
BPJS pun akhirnya disahkan di DPR pada 28 Oktober 2011. [5]
Menteri Keuangan (saat itu) Agus Martowardojo mengatakan, pengelolaan dana sosial pada
kedua BPJS tetap perlu memerhatikan prinsip kehati-hatian. Untuk itu, pemerintah mengusulkan
dibuat katup pengaman jika terjadi krisis keuangan maupun kondisi tertentu yang memberatkan
kondisi perekonomian.[6]

Besaran iuran
Di tahap awal program BPJS kesehatan, pemerintah akan menggelontorkan dana Rp 15,9 triliun
dari APBN untuk menyubsidi asuransi kesehatan 86 juta warga miskin.[7]
Pada September 2012, pemerintah menyebutkan besaran iuran BPJS Kesehatan sebesar Rp22
ribu per orang per bulan. Setiap peserta BPJS nanti harus membayar iuran tersebut, kecuali
warga miskin yang akan ditanggung oleh pemerinta.[8].
Namun pada Maret 2013, Kementerian Keuangan dikabarkan memotong besaran iuran BPJS
menjadi Rp15,500, dengan alasan mempertimbangkan kondisi fiskal negara.[9]
Pemangkasan anggaran iuran BPJS itu mendapat protes dari pemerintah DKI Jakarta. DKI
Jakarta menganggap iuran Rp15 ribu per bulan per orang tidak cukup untuk membiayai
pengobatan warga miskin. Apalagi DKI Jakarta sempat mengalami kekisruhan saat
melaksanakan program Kartu Jakarta Sehat. DKI menginginkan agar iuran BPJS dinaikkan
menjadi Rp23 ribu rupiah per orang per bulan.[10]
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Dr. Zaenal Abidin menilai bahwa iuran untuk Penerima
Bantuan Iuran (PBI) sebesar Rp15.500 yang akan dibayarkan pemerintah itu belumlah angka
yang ideal untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang layak. IDI telah mengkaji besaran iuran
yang ideal berdasarkan pengalaman praktis dari PT Askes, dimana untuk golongan satu sebesar
Rp38.000.[11]
Sementara itu kalangan anggota DPR mendesak pemerintah agar menaikkan pagu iuran BPJS
menjadi sekitar Rp 27 ribu per orang per bulan. [12]
Direktur Konsultan Jaminan Sosial Martabat Dr. Asih Eka Putri, menilai bahwa rumusan iuran
JKN belum mampu menyertakan prinsip gotong-royong dan keadilan. Formula iuran juga belum
mampu mengoptimalkan mobilisasi dana publik untuk penguatan sistem kesehatan, khususnya
penyelenggaraan pelayanan kesehatan perorangan. [13]

Proses transformasi
Kementerian Sosial mengklaim Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan yang
berlaku pada awal 2014 akan menjadi program jaminan sosial terbaik dan terbesar di Asia.[14]
Namun pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional oleh BPJS pada 2014 diperkirakan
terkendala persiapan dan infrastruktur. Misalnya, jumlah kamar rumah sakit kelas III yang masih
kurang 123 ribu unit. Jumlah kamar rumah sakit kelas III saat ini tidak bisa menampung 29 juta
orang miskin. Kalangan DPR menilai BPJS Kesehatan belum siap beroperasi pada 2014
mendatang.[15]

Você também pode gostar

  • TEORI SISTEM
    TEORI SISTEM
    Documento21 páginas
    TEORI SISTEM
    SherenMurniUtami
    Ainda não há avaliações
  • Agraria
    Agraria
    Documento13 páginas
    Agraria
    SherenMurniUtami
    Ainda não há avaliações
  • Bab I Pendahuluan 1. Latar Belakang
    Bab I Pendahuluan 1. Latar Belakang
    Documento19 páginas
    Bab I Pendahuluan 1. Latar Belakang
    SherenMurniUtami
    Ainda não há avaliações
  • KEPATUHAN HUKUM
    KEPATUHAN HUKUM
    Documento26 páginas
    KEPATUHAN HUKUM
    SherenMurniUtami
    Ainda não há avaliações
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Documento13 páginas
    Kata Pengantar
    SherenMurniUtami
    Ainda não há avaliações
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Documento22 páginas
    Kata Pengantar
    SherenMurniUtami
    Ainda não há avaliações
  • Korelasi Rendahnya Kesadaran Hukum
    Korelasi Rendahnya Kesadaran Hukum
    Documento10 páginas
    Korelasi Rendahnya Kesadaran Hukum
    SherenMurniUtami
    Ainda não há avaliações
  • Sosiologi Hukum Indonesia
    Sosiologi Hukum Indonesia
    Documento12 páginas
    Sosiologi Hukum Indonesia
    SherenMurniUtami
    Ainda não há avaliações
  • Sosiologi Hukum Indonesia
    Sosiologi Hukum Indonesia
    Documento12 páginas
    Sosiologi Hukum Indonesia
    SherenMurniUtami
    Ainda não há avaliações
  • Hukum Dagang
    Hukum Dagang
    Documento48 páginas
    Hukum Dagang
    SherenMurniUtami
    Ainda não há avaliações
  • Masyarakat Ekonomi Asean
    Masyarakat Ekonomi Asean
    Documento10 páginas
    Masyarakat Ekonomi Asean
    SherenMurniUtami
    Ainda não há avaliações
  • Hukum Dagang
    Hukum Dagang
    Documento13 páginas
    Hukum Dagang
    SherenMurniUtami
    Ainda não há avaliações
  • BERAKHIRNYA KONTRAK
    BERAKHIRNYA KONTRAK
    Documento10 páginas
    BERAKHIRNYA KONTRAK
    SherenMurniUtami
    Ainda não há avaliações
  • Artikel
    Artikel
    Documento17 páginas
    Artikel
    SherenMurniUtami
    Ainda não há avaliações
  • Perbandingan Hukum
    Perbandingan Hukum
    Documento18 páginas
    Perbandingan Hukum
    SherenMurniUtami
    Ainda não há avaliações
  • Masyarakat Ekonomi Asean
    Masyarakat Ekonomi Asean
    Documento10 páginas
    Masyarakat Ekonomi Asean
    SherenMurniUtami
    Ainda não há avaliações
  • HUKUM BENDA
    HUKUM BENDA
    Documento22 páginas
    HUKUM BENDA
    SherenMurniUtami
    Ainda não há avaliações
  • Masyarakat Ekonomi Asean
    Masyarakat Ekonomi Asean
    Documento10 páginas
    Masyarakat Ekonomi Asean
    SherenMurniUtami
    Ainda não há avaliações