Você está na página 1de 10

PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK

UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA


TERHADAP KONSEP BILANGAN BULAT
(Penelitian Tindakan Kelas terhadap Siswa Kelas VII-E SMP 2 Banjaran Kab. Bandung)
Oleh:
Siti Ummu Kultsum
NIM. 0609115

ABSTRAK
Penelitian ini bertitik tolak dari munculnya permasalahan yang dialami langsung
oleh penulis pada saat pembelajaran, yaitu rendahnya pemahaman siswa terhadap
konsep bilangan bulat. Hal ini berakibat fatal terhadap pemahaman konsep dalam
matematika, karena konsep bilangan bulat merupakan konsep dasar yang mutlak
harus dikuasai oleh siapapun yang mempelajari matematika.
Pendekatan yang dipilih oleh penulis adalah pendekatan matematika realistik,
yang bertitik tolak dari hal-hal yang nyata serta menekankan pada keterampilan
proses of doing mathematics. Sedangkan metode penelitian yang digunakan
adalah penelitian tindakan kelas (PTK), yang mengkombinasikan prosedur
penelitian dengan tindakan substantif, yang berusaha mengkaji dan merefleksi
suatu model pembelajaran dengan tujuan meningkatkan kualitas (baik proses
maupun produk) suatu pembelajaran. Penelitian ini terdiri atas tiga siklus. Setiap
siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan dan pengamatan, analisis, dan
refleksi. Adapun instrumen yang digunakan adalah instrumen pembelajaran (RPP
dan LKS) dan instrumen pengumpul data yang terdiri dari instrumen tes (tes
formatif dan tes sub sumatif) dan instrumen non tes(lembar observasi, jurnal
siswa, angket dan wawancara). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pemahaman siswa kelas VII E SMP 2 Banjaran setelah mendapatkan
pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik, dan respon siswa terhadap
pembelajaran dengan pendekatan realistik.
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan pemahaman dan respon positif
siswa kelas VII E. hal ini dapat dilihat dari hasil tes formatif yang menunjukkan
peningkatan yang signifikan antar siklus. Siswa juga memberikan respon positif
terhadap pembelajaran ini. Hal ini terlihat dari sikap mereka yang antusias dalam
mengikuti pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik. Siswa yang
semula kurang perhatian, lambat laun berubah menjadi konsentrasi, karena
mereka merasa senang terhadap pendekatan matematika realistik ini. Dalam
bekerja kelompok siswa juga tampak antusias berdiskusi dengan temannya. Hal
ini mengindikasikan adamya respon positif dari siswa terhadap pendekatan
matematika realistik.

A. Pendahuluan
Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang sangat penting.
Karena pentingnya, matematika diajarkan mulai dari jenjang SD sampai dengan
perguruan tinggi (minimal sebagai mata kuliah umum). Sampai saat ini
matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang selalu masuk dalam daftar
mata pelajaran yang diujikan secara nasional, mulai dari tingkat SD sampai
dengan SMA. Bagi siswa selain untuk menunjang dan mengembangkan ilmu-ilmu
lainnya, matematika juga diperlukan untuk bekal terjun dan bersosialisasi dalam
kehidupan bermasyarakat.
Alasan pentingnya matematika untuk dipelajari karena begitu banyak
kegunaannya. Di bawah ini akan diuraikan beberapa kegunaan matematika
sederhana yang praktis menurut Russeffendi (2006:208), yaitu:
1. Dengan belajar matematika kita mampu berhitung dan mampu melakukan
2.
3.
4.

perhitungan-perhitungan lainnya.
Matematika merupakan persyaratan untuk beberapa mata pelajaran lainnya.
Dengan belajar matematika perhitungan menjadi lebih sederhana dan praktis.
Dengan belajar matematika diharapkan kita mampu menjadi manusia yang
berpikir logis, kritis, tekun, bertanggung jawab dan mampu menyelesaikan
persoalan.
Uraian di atas menunjukkan bahwa matematika itu sangat penting, tetapi

banyak yang beranggapan bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit untuk
diajarkan dan dipelajari. Hal ini selaras dengan pendapat yang dikemukakan oleh
Cockroft (dalam Wahyudin, 2001:2) bahwa "Mathematics is a difficult subject
both to teach and to learn." Salah satu materi yang sulit untuk dipahami siswa
kelas VII SMP adalah Bilangan Bulat, padahal konsep bilangan bulat ini,
merupakan konsep yang mutlak harus dikuasai oleh siapapun yang mempelajari
matematika. Salah satu penyebab sulitnya siswa kelas VII SMP mempelajari
bilangan bulat adalah karena konsep bilangan yang bersifat abstrak.
Menurut Russeffendi (2006: 148), dilihat dari segi umur, sebagian siswa
SMP di negara kita belum masuk ke dalam tahap operasi formal. Karena itu tahap
operasi formal ini lebih aman digunakan bagi anak kelas III SMP ke atas.
Diilhami oleh pendapat Ruseffendi di atas akhirnya penulis memutuskan untuk
menerapkan pendekatan matematika realistik pada penelitian ini.
2

A. Studi Literatur
1. Pendekatan Matematika realistik
Menurut Suherman (2001:7), pendekatan (approach) pembelajaran
matematika adalah cara yang ditempuh guru dalam pelaksanaan pembelajaran
agar konsep yang disajikan bisa beradaptasi dengan siswa.
Salah satu pendekatan yang berorientasi pada matematisasi pengalaman
sehari-hari dan menerapkan matematika dalam pengalaman sehari-hari adalah
pendekatan matematika realistik. Pendekatan ini mengacu pada pendapat
Freudenthal yang menyatakan bahwa pembelajaran matematika sebaiknya
berangkat dari aktifitas manusia karena

Mathematics is a human activity

(Suherman,2001:128).
Dalam pendekatan matematika realistik dikenal dua jenis matematisasi
yang diformulasikan oleh Treffers (dalam Zainurie, 2007:3) yaitu matematisasi
horizontal dan matematisasi vertikal. Contoh matematisasi horizontal adalah:
pengidentifikasian, perumusan, pemvisualisasian masalah dalam cara-cara yang
berbeda dan pentransformasian masalah dalam dunia real ke dalam masalah
matematik. Matematika dalam tingkat ini disebut matematika informal. Adapun
contoh matematisasi vertikal adalah: representasi hubungan-hubungan dalam
rumus, perbaikan dan penyesuaian model matematika, penggunaan model-model
yang berbeda dan penggeneralisaian.
Menurut Zulkardi (dalam Kania, 2006:19), pedekatan matematika
realistik memiliki lima karakteristik, yaitu:
1. The use of context (penggunaan konteks),
2. The use of models(penggunaan model),
3. The use of students own production and construction ( penggunaan
kontribusi dari siswa sendiri),
4. the interactive character of teaching process (interaktifitas dalam proses
pengajaran, dan
5. the interviewments of various learning strands (terintegrasi dengan berbagai
topik pengajaran lainnya.

Kelima karakteristik pembelajaran menurut filosofi realistik inilah


yang menjiwai setiap aktivitas pembelajaran matematika. Meskipun kelima
karakteristik tersebut menjadi acuan dalam pengembangan pembelajaran
matematika, namun dalam desain pembelajaran kadang-kadang tidak semua
prinsip itu dimunculkan.
2. Pemahaman
Pemahaman merupakan terjemahan dari comprehension. Purwadinata
(dalam Emiliani, 2000:7) menyatakan bahwa paham artinya "mengerti benar",
sehingga pemahaman konsep artinya mengerti benar tentang konsep.
Menurut

Driver

(dalam

Suzana,

2003:22)

pemahaman

adalah

kemampuan untuk menjelaskan suatu situasi atau suatu tindakan. Dari pengertian
ini ada tiga aspek pemahaman, yaitu:
a. Kemampuan mengenal
b. Kemampuan menjelaskan
c. Kemampuan menginterpretasi atau menarik kesimpulan
Menurut Machener (dalam Sumarmo, 1987:24), untuk memahami suatu
objek secara mendalam, seseorang harus mengetahui:
a. Objek itu sendiri.
b. Relasinya dengan objek lain yang sejenis.
c. Relasinya dengan objek lain yang tidak sejenis.
d. Relasi dual dengan objek lain yang sejenis.
e. Relasi dengan objek dalam teori lainnya.
Menurut Sumarmo (1987:24) ada 3 macam pemahaman, yaitu:
a. pengubahan (translation),
b. pemberian arti (interpretation),
c. pembuatan ekstrapolasi (extrapolation).
Pemahaman siswa terhadap konsep matematika menurut NCTM (dalam
Munggaranti, 2007:25) dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam :
a. Mendefinisikan konsep secara verbal dan tulisan.

b. Membuat contoh dan non contoh penyangkal.


c. Mempresentasikan suatu konsep dengan model, diagram, dan simbol.
d. Mengubah suatu bentuk representasi ke bentuk yang lain.
e. Mengenal berbagai makna dan interpretasi konsep.
f. Mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep dan mengenal syarat-syarat yang
menentukan suatu konsep.
g. Membandingkan dan membedakan konsep-konsep.
3. Penelitian yang Relevan
Pendekatan matematika realistik sudah banyak diteliti sebelumnya, antara lain oleh:
Turmudi dkk (2000), Sundari (2004), Haji (2005), Suharyati (2006), Kania (2006), dan Huri
(2006). Aspek yang diteliti oleh keenam peneliti di atas adalah: minat siswa terhadap
matematika, kemampuan komunikasi matematika, hasil belajar matematika, prestasi belajar
matematika, kemampuan penalaran dan komunikasi, dan kemampuan berpikir kreatif
matematika. Berdasarkan hasil penelitiannya, keenam peneliti tersebut menyimpulkan bahwa
pendekatan matematika realistik dapat meningkatkan kemampuan dan minat siswa. Menurut
Burril penelitian lainnya yang dilakukan di Puerto Rico mencatat bahwa siswa yang
mengikuti program realistik berada pada presentil ke 90 ke atas, hanya dua orang saja yang
menduduki presentil ke 82 dan presentil ke 84 (Turmudi, 2001:3).
B. Diskusi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan
kelas (PTK), yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan
substantif, yang berusaha mengkaji dan merefleksi suatu model pembelajaran
dengan tujuan meningkatkan kualitas (baik proses maupun produk) suatu
pembelajaran.
Menurut Lewin (dalam Sukmadinata, 2007:142), penelitian tindakan
merupakan suatu proses yang memberikan kepercayaan pada pengembangan
kekuatan berpikir reflektif, diskusi, penentuan keputusan dan tindakan oleh orang-

orang biasa, berpartisipasi dalam penelitian kolektif dalam mengatasi kesulitankesulitan yang mereka hadapi dalam kegiatannya.
Menurut Hopkins (dalam Wiriatmaja, 2005:11) penelitian tindakan kelas
(PTK) adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan
tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri atau
usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi sambil terlibat dalam
sebuah proses perbaikan dan perubahan.
Borg (dalam Rohayati, 2003:12) menyebutkan bahwa tujuan utama PTK
adalah mengembangkan keterampilan guru yang bertolak dari kebutuhan untuk
menanggulang berbagai permasalahan pembelajaran aktual yang terjadi di
kelasnya, dan atau di sekolahnya, dengan atau atau tanpa program pelatihan yang
khusus.
Penelitian ini terdiri atas tiga siklus. Tiap siklus meliputi 5 tahap, yaitu:
identifikasi

permasalahan,

perencanaan

atau

persiapan

tindakan,

pelaksanaan tindakan serta analisis dan refleksi.


4. Hasil Penelitian dan Pembahasan

a.Tingkat Pemahaman
Gambaran tentang kriteria pemahaman siswa pada penelitian ini dapat
dilihat dari hasil tes formatif I - III yang terangkum pada Tabel C.1 berikut.
Tabel C.1
Rekapitulasi Tingkat Pemahaman Siswa
No

Kriteria

Tes Formatif I

1
2
3
4
5

Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Buruk

85.00
10.00
5.00
0.00
0.00

Persentase (%)
Tes Formatif
Tes Formatif III
II
32.50
37.50
27.50
37.50
22.50
20.00
7.50
0.00
10.00
5.00

Berdasarkan Tabel di atas terlihat bahwa siswa yang masuk kualifikasi


tingkat pemahaman sangat baik meningkat dalam setiap siklusnya kecuali pada

Siklus II. Ada beberapa alasan yang menyebabkan terjadinya penurunan


kemampuan pemahaman pada siklus II, diantaranya: materi pengurangan yang
relatif lebih sulit dibandingkan materi (penjumlahan) pada Siklus I. Begitu juga
dengan kualifikasi pemahaman baik, menunjukkan peningkatan pada setiap
siklusnya. Berbeda dengan tingkat pemahaman cukup yang mengalami penurunan
pada Siklus III. Kualifikasi pemahaman kurang dan buruk mengalami kenaikan
pada siklus II tetapi turun kembali pada siklus III. Hal ini mengindikasikan bahwa
tingkat pemahaman siswa pembelajaran bilangan bulat dengan pendekatan
matematika realistik, rata-rata mengalami peningkatan pada setiap siklusnya.
b. Respon Siswa
Respon siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan matematika
realistik ini dapat dilihat dari hasil jurnal, angket, dan wawancara. Hasil jurnal
siswa pada tiap siklus dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel C.2
Persentase Hasil Jurnal Harian Tiap Siklus

Kategori
komentar
Positif
Negatif
Biasa-biasa

Jumlah tiap
siklus
I
43
0
1

II
36
9
2

III
38
6
1

Persentase tiap siklus


I
97,73%
0,00%
2,27%

II
76,60%
19,15%
4,26%

III
84,44%
13,33%
2,22%

Dari tabel di atas nampak bahwa pada umumnya siswa memberikan


respon positif terhadap pembelajaran pada setiap siklus.
Senada dengan hasil jurnal, hasil angket

dan

wawancarapun

menunjukkan bahwa pada umumnya siswa merasa senang belajar dengan


pendekatan realistik. Menurut mereka pembelajaran seperti ini lebih mudah
dipahami, praktis dan menyenangkan, karena mereka dapat berdiskusi dengan
teman sebaya mereka juga berpendapat bahwa pembelajaran ini meningkatkan
minat mereka terhadap matematika.
C. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan

a. Setelah melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik,


pemahaman siswa kelas VII-E SMP 2 Banjaran menjadi lebih baik
dibandingkan sebelumnya. Hal ini ditandai dengan cara mereka menjawab
soal, baik dengan menggunakan alat bantu ataupun tanpa alat bantu. Siswa
yang tadinya belum dapat melakukan operasi pada bilangan bulat karena
belum memahami konsep bilangan bulat, sekarang menjadi terampil
melakukannya. Penggunaan model sebagai representasi untuk menyelesaikan
masalah, menjembatani kesulitan siswa untuk memahami konsep bilangan
bulat.
b. Pada umumnya siswa memberikan

respon positif terhadap pembelajaran

bilangan bulat dengan pendekatan matematika realistik. Hal ini terungkap dari
aktifitas siswa selama pembelajaran denagn menggunakan pendekatan
matematika realistik. Siswa yang semula kurang perhatian pada saat belajar,
lambat laun menjadi lebih konsentrasi. Ketika berdiskusi dalam kelompok,
mereka tampak antusias mencoba mengerjakan LKS dengan menggunakan
model yang baru mereka kenal. Siswa juga merasa senang bekerja dalam
kelompok, karena mereka dapat menyakan hal-hal yang kurang dipahami
kepada teman sebayanya tanpa rasa malu atau takut. Pada umumnya siswa
berpendapat

bahwa

pembelajaran

dengan

menggunakan

pendekatan

matematika realistik ini lebih menyenangkan, mudah dipahami. Hal ini


menunjukkan bahwa siswa memberikan respon positif terhadap pembelajaran.
Walaupun konteks yang digunakan tidak murni dari masalah sehari-hari yang
sering

dialami

oleh

siswa,

namun

mereka

dapat

membayangkan

(mengimajinasikan) masalah yang dikemukakan.

2. Saran-Saran
Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, penulis mengemukakan
beberapa saran sebagai berikut:
a. Penerapan pendekatan matematika realistik dapat digunakan sebagai alternatif
yang perlu dicobakan oleh guru untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap
bilangan bulat.
b. Dalam pelaksanaannya, penerapan pendekatan matematika realistik pada
pembelajaran bilangan bulat ini memerlukan waktu yang cukup lama agar
mendapatkan hasil yang optimal. Untuk itu bagi guru yang akan menggunakan
pendekatan matematika realistik ini disarankan untuk merencanakan alokasi
waktu dengan cermat dan melaksanaknnya secara disiplin. Jika dipandang perlu
dapat diadakan sistem kontrol, sehingga pelaksanaan di lapangan membuahkan
hasil sesuai dengan yang diharapkan.
__________________________________________________________________
Daftar Pustaka
Emiliani, Sri. (2000).
Peningkatan
Pemahaman dan
Aplikasi
Tentang
Konsep Keanekaragaman Hayati Melalui Lembar Kerja Rumah
(LKR) di Madarasah Aliyah, Tesis, PPS Bandung UPI: Tidak di
terbitkan.
Kania, Fitri. (2006).
Pembelajaran
Matematika dengan
Pendidikan
Realistic Mathematic Education (RME) Sebagai Upaya
Meningkatkan
Kemampuan
Penalaran
dan
Komunkasi
Matematika Siswa SD Kelas II SDN Sukajadi IX Bandung. Skripsi
PGSD.Bandung: UPI.
Munggaranti, Asri, Niene. (2007).
Penerapan
Model
Pembelajaran
Berprogama Tipe Bercabang dalam Pembelajaran Matematika
Terhadap Kemamapuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa
SMK. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika. FPMIPA. UPI
Bandung: Tidak diterbitkan.
Rohayati, Yati. ( 2003). Pembelajaran
Matematika
dengan
Pendekatan
Metakognitif Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Siswa
SMU. Skripsi Sarjana FP MIPA UPI: Tidak diterbitkan.
Russeffendi, E.T. (2006 ). Pengantar Kepada Guru Mengembangkan
kompetensinya
dalam
Pengajaran
Matematika
Untuk
Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.
Suherman, et al. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika
Kontemporer.
Bandung: JICA
Sumarmo, Utari. (1987). Kemampuan Pemahaman dan Penalaran
9

Matematika Siswa ( SMA) dan Beberapa Unsur. Disertasi Doktor


FPS IKIP Bandung: Tidak diterbitkan
Suzana, Yenny. (2003).
Mengikatkan
Kemampuan
Pemahaman
dan
Penalaran Matematik Siswa Sekolah Menengah Umum ( SMU)
Melalui Pembelajaran denganPendekatan Metakognif. Tesis. PPS.
UPI Bandung.
Turmudi dan Permana, Yanto. (2001). Implementasi Awal Pembelajaran
Matematika dengan Pendekatan Realistik di Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama Negeri 2 Bandung. Laporan Penelitian Seminar
pendidikan Matematika. Jurusan Pendidikan Mateamtika. UPI.
Bandung: Tidak diterbitkan.
Wahyudin. (2001). Belajar Tuntas dalam Pembelajaran Matematika
Perlu Dipertanyakan. Makalah Seminar Pendidikan Matematika.
UPI Bandung.
Wiriatmaja, Rochiati. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas.
Bandung:
PT.
Zainurie. (2007). Pembelajaran Matematika Realistik. [Online] Tersedia:
Http: // WWW.duniaguru.Com.

10

Você também pode gostar