Você está na página 1de 19

UJI EFEKTIVITAS BIOLARVASIDA EKSTRAK DAUN JERUK PURUT

(Citrus dystrix DC.) TERHADAP LARVA Anopheles aconitus

PROPOSAL PENELITIAN

OLEH :
ANDINI WINDA YATI
1218011016

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Malaria adalah suatu penyakit akut maupun kronik yang disebabkan oleh protozoa genus
plasmodium. Plasmodium pada manusia menginfeksi eritrosit dan mengalami pembiakan
aseksual di jaringan hati dan di eritrosit yang memberikan gambaran klinis berupa
demam, menggigil, anemia dan splenomegali. Malaria dapat terjadi tanpa komplikasi
tetapi ada juga beberapa kasus dengan komplikasi sistemik yang disebut malaria berat
(Sudoyo, 2009).
Malaria masih merupakan masalah kesehatan bagi negara maju maupun negara
berkembang. Indonesia termasuk negara berkembang dengan angka kejadian tinggi, yang
dilihat dari jumlah kabupaten/kota endemik tahun 2004 sebanyak 424 dari 579
kabupaten/kota, dengan perkiraan persentase penduduk yang berisiko penularan sebesar
42,42 %. Tidak sedikit kasus yang dilaporkan adanya kematian yang disebabkan oleh
malaria terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi, anak balita, ibu hamil, selain itu
malaria juga menjadi penyebab langsung anemia serta menurunkan produktivitas kerja
(kemenkes, 2011).
Pemberantasan larva adalah salah satu strategi program pengendalian vektor yang
banyak dilakukan di seluruh dunia untuk mengurangi angka kejadian malaria.
Pemberantasan vektor dengan menggunakan senyawa kimia seperti solar/minyak tanah,
parisgreen, temphos, fentoin, altosid dan lain-lain, dapat memutuskan siklus penularan
dengan cepat, namun senyawa kimia sintetik dapat menyebabkan sifat resisten pada
nyamuk dan menimbulkan masalah bagi lingkungan. Untuk mengurangi sifat resisten
serta masalah lingkungan, cara pengendalian alamiah sudah banyak digunakan.
Pengendalian alamiah dapat dilakukan dengan menggunakan bioinsektisida atau
insektisida hayati yang merupakan suatu insektisida berbahan dasar dari tumbuhan dan
mengandung bahan kimia (bioaktif) yang toksik terhadap serangga tetapi mudah terurai
(biodegradable) di alam, sehingga tidak mencemari lingkungan, relatif aman dan bersifat
selektif. Oleh karena itu sangat penting untuk menggali potensi insektisida botani sebagai
bahan pengendalian nyamuk vektor penyakit (Salaki, 2009). Salah satu tanaman yang
dapat digunakan untuk inseksida khususnya bersifat larvasida adalah daun jeruk purut

(citrus hystrix DC.). Selain karena mudah didapat, daun jeruk purut (citrus hystrix DC.)
juga memiliki kandungan zat limonoida. Limonoida adalah suatu zat yang dinilai bersifat
toksik terhadap jentik nyamuk. (Devy, 2012)
Dalam penelitian sebelumnya telah diketahui bahwa senyawa limonoida merupakan
analog hormon juvenille pada serangga yang berfungsi sebagai pangatur pertumbuhan
kutikula larva, sebagai racun di perut larva dan dapat menyerang sistem saraf pusat pada
larva nyamuk Aedes spp. (Devy, 2012)
Berdasarkan uraian diatas peneliti ingin meneliti apakah ekstrak daun jeruk purut (citrus
hystrix DC.) bersifat larvasida terhadap Anopheles aconitus karena mengandung senyawa
Limonoida yang digunakan sebagai larvasida nyamuk Aedes aegypti pada penelitian
sebelumnya. Penelitian ini diharapkan akan memberikan hasil yang cukup baik sehingga
dapat menjadi pilihan dalam upaya pengendalian vektor khususnya Anopheles aconitus
secara alami.
I.1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut rumusan masalah pada penelitian ini adalah :
1. Apakah ekstrak daun jeruk purut (citrus hystrix DC.) efektif dalam membunuh larva
Anopheles aconitus ?
2. Berapakah nilai LC50 dan LT50 ekstrak daun jeruk purut (citrus hystrix DC.) terhadap
larva Anopheles aconitus ?
3. Adakah hubungan antara peningkatan konsentrasi ekstrak daun jeruk purut (Citrus
hystrix DC.) dengan jumlah larva Anopheles aconitus persatuan waktu ?

3.3.

Tujuan
3.3.1. Tujuan Umum
1. Mengetahui efektivitas larvasida ekstrak daun jeruk purut (citrus hystrix DC.)

terhadap larva Anopheles aconitus


1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mencari nilai LC50 dan LT50 ekstrak daun jeruk purut (citrus hystrix DC.)
terhadap larva Anopheles aconitus
2. Mengetahui ada tidaknya hubungan antara peningkatan konsentrasi ekstrak
daun jeruk purut (citrus hystrix DC.) dengan jumlah larva Anopheles aconitus
persatuan waktu
1.4. Manfaat

1.4.1. Manfaat teoritis


1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau masukan bagi
perkembangan ilmu khususnya dibidang kesehatan
2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya
1.4.2. Manfaat Aplikatif
1. Penelitian ini dapat memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat luas
tentang manfaat ekstrak daun jeruk purut (citrus hystrix DC.) yang dapat
digunakan sebagai larvasida Anopheles aconitus
2. Meningkatkan pemanfaatan daun jeruk purut (citrus hystrix DC.) untuk
membunuh larva Anopheles aconitus dengan harapan bisa membantu
menurunkan angka kejadian malaria

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.2. Malaria
Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang
menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual didalam darah.
Infeksi malaria memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia dan splenomegali.
Dapat berlangsung akut ataupun kronik. Infeksi malaria dapat berlangsung tanpa
komplikasi ataupun mengalami komplikasi sistemik yang dikenal sebagai malaria berat.
Sejenis infeksi parasit yang menyerupai malaria ialah infeksi babesiosa yang
menyebabkan babesiosis (Sudoyo, 2009).

Plasmodiun malaria yang sering dijumpai ialah plasmodium vivax yang menyebabkan
malaria tertiana (benign malaria) dan plasmodium falciparum yang menyebabkan
malaria tropika (malignan malaria). Plasmodium malariae pernah juga dijumpai pada
kasus kami tetapi sangat jarang. Plasmodium ovale pernah dilaporkan dijumpai di Irian
Jaya, pulau timor, pulau Owi (utara irian jaya) (Sudoyo, 2009).
Kemampuan bertahannya penyakit malaria disuatu daerah ditentukan oleh berbagai
faktor berikut :
a. Parasit malaria yaitu plasmodium
b. Nyamuk Anopheles dan penyebaran penyakit
c. Lingkungan
d. Iklim (Prabowo, 2004)
I.3. Anopheles aconitus
I.3.1. Taksonomi
Phylum
Classis
Sub Classis
Ordo
Familia
Sub Famili
Genus

: Arthropoda
: Hexapoda / Insecta
: Pterigota
: Diptera
: Culicidae
: Anophellinae
: Anopheles. (Safar, 2010)

I.3.2. Spesies Anopheles aconitus


Ada beberapa spesies Anopheles yang penting sebagai vektor malaria di
Indonesia antara lain :
- Anopheles sundauicus
Spesies ini terdapat di Sumatra, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, dan Bali.
Jentiknya ditemukan pada air payau yang biasanya terdapat tumbuhtumbuhan
enteromopha, chetomorpha dengan kadar garam adalah 1,2 sampai 1,8 %. Di
Sumatra jentik ditemukan pada air tawar seperti di Mandailing dengan
ketinggian 210 meter dari permukaan air laut dan Danau Toba pada ketinggian
-

1000 meter.
Anopheles aconitus
Di Indonesia nyamuk ini terdapat hampir di seluruh kepulauan, kecuali
Maluku dan Irianopheles Biasanya terdapat dijumpai di dataran rendah tetapi
lebih banyak di daerah kaki gunung pada ketinggian 4001000 meter dengan
persawahan bertingkat. Nyamuk ini merupakan vektor pada daerahdaerah

tertentu di Indonesia, terutama di Tapanuli, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Bali.
Anopheles barbirostris

Spesies ini terdapat di seluruh Indonesia, baik di dataran tinggi maupun di


dataran rendah. Jentik biasanya terdapat dalam air yang jernih, alirannya tidak
begitu cepat, ada tumbuhtumbuhan air dan pada tempat yang agak teduh
-

seperti pada tempat yang agak teduh seperti pada sawah dan parit.
Anopheles kochi
Spesies ini terdapat diseluruh Indonesia, kecuali Irianopheles Jentik biasanya
ditemukan pada tempat perindukan terbuka seperti genangan air, bekas tapak

kaki kerbau, kubangan, dan sawah yang siap ditanami.


Anopheles maculatus
Penyebaran spesies ini di Indonesia sangat luas, kecuali di Maluku dan
Irianopheles Spesies ini terdapat didaerah pengunungan sampai ketinggian
1600 meter diatas permukaan air laut. Jentik ditemukan pada air yang jernih

dan banyak kena sinar matahari.


Anopheles subpictus
Sepesies ini terdapat di seluruh wilayah Indonesia. Nyamuk ini dapat
dibedakan menjadi dua spesies yaitu Anopheles subpictus subpictus dan

Anopheles subpictus malayensis


Anopheles balabacensis
Spesies ini terdapat di Purwakarta, Jawa Barat, Balikpapan, Kalimantan Timur,
Kalimantan Selatanopheles Jentik ditemukan pada genangan air bekas tapak
binatang, pada kubangan bekas roda dan pada parit yang aliran airnya terhenti
(Jamil, 2010)

I.3.3. Morfologi Anopheles aconitus


Stadium telur anophelini yang diletakkan satu per satu di atas permukaan air
berbentuk seperti perahu yang bagian bawahnya konveks dan bagian atasnya
konkaf, serta mempunyai sepanjang pelampung yang terletak dibagian lateral.
Stadium larva anophelini di tempat perindukan tampak mengapung sejajar
dengan permukaan air, mempunyai bagian badan yang khas yaitu spirakel pada
bagian posterior abdomen, tergal plate pada bagian tengah setelah dorsal
abdomen dan batu palmal pada bagian lateral abdomen. Stadium pupa
mempunyai tabung pernapasan yang disebut respiratory trumple berbentuk lebar
dan pendek yang berguna untuk mengambil O2 dari udara. Pada stadium dewasa,
nyamuk jantan dan betina mempunyai palpi yang hampir sama dengan panjang
probosisnya, hanya pada nyamuk jantan palpi pada bagian apikal berbentuk gada
yang disebut club form sedangkan pada nyamuk betina ruas itu mengecil. Sayap
pada bagian pinggir yaitu kosta dan vena I, ditumbuhi sisik-sisik sayap yang yang

berkelompok hingga membentuk lengkung putih. Bagian posterior abdomen tidak


seruncing nyamuk aedes dan tidak setumpul nyamuk Mansonia, tetapi agak
sedikit lancip (Safar, 2010)

Siklus hidup Anophelini


Anophelini bermetamorfosis sempurna, yaitu : telur berubah menjadi larva yang
bertukar kulit 4 kali, lalu menjadi pupa yang kemudian berubah menjadi nyamuk
dewasa jantan dan betina. Waktu yang dibutuhkan mulai dari telur sampai
menjadi dewasa 2-5 minggu yang dapat bervariasi tergantung kepada spesies,
makanan yang tersedia, dan suhu tempat perindukannya. Tempat perindukan
anophelini ini terdiri dari 3 zone, yaitu zone pantai, zone pedalaman, serta zone
kaki gunung dan gunung.
- Pada zone pantai dengan tanaman bakau, danau dipantai atau laguna (lagoon),
rawa dan empang yang terdapat di sepanjang pantai ditemukan Anopheles
-

sundaicus dan anopheles subpictus.


Pada zone pedalaman yang ada sawah, rawa, empang, dan saluran air irigasi
ditemukan An. Aconitus, An. Barbirostris, An. Subpictus, An. Nigerrimus dan

An. Sinensis.
pada zone kaki gunung dengan perkebunan atau hutan ditemukan An.
Balabacensis sedang di daerah gunung ditemukan An. Maculatus (Safar,
2010).

Perilaku Anophelini
Kelembaban udara dan suhu hangat berpengaruh terhadap aktivitas nyamuk
Anophelini. Nyamuk ini aktif mengisap darah hospes pada waktu malam hari,
mulai dari senja sampai dini hari. Jarak terbangnya antara 0,5-3 Km dapat
dipengaruhi oleh transportasi seperti kendaraan bermotor, kereta api, kapal laut
dan kapal terbang, serta kencangnya angin dimana nyamuk berada. Umur nyamuk
ini di laboratorium dapat mancapai 3-5 minggu tapi di alam bebas belum dapat
diketahui (Safar, 2010)

Pengendalian Nyamuk Anopheles


Pengendalian yang sering dilakukan adalah pengendalian dengan cara
pengelolaan lingkungan (Environmental management). Dalam pengendalian
dengan cara pengelolaan lingkungan dikenal dua cara yaitu :
Perubahan lingkungan (Environmental Modivication). Meliputi kegiatan
setiap pengubahan fisik yang permanen terhadap tanah, air dan tanaman
yang bertujuan untuk mencegah, menghilangkan atau mengurangi tempat
perindukan nyamuk tanpa menyebabkan pengaruh yang tidak baik
terhadap kuwalitas lingkungan hidup manusia. Kegiatan ini antara lain
dapat berupa penimbunan (filling), pengertian (draining), perataan
permukaan tanah dan pembuatan bangunan, sehingga vektor dan binatang
penganggu tidak mungkin hidup.
Pengendalinan Dengan Cara Kimia (Chemical Control).
Pengendalian dengan cara kimia (Chemical Control) ini disebut juga
pengendalian dengan menggunakan pestisida. Pestisida adalah suatu zat
kimia yang dapat membunuh vektor dan binatang pengganggu. Disamping
pengendalian secara langsung kepada vektor, pengendalian secara kimiawi
juga bisa dilakukan terhadap tanaman yang menunjang kehidupan vektor
dan binatang penggangu dengan menggunakan herbisida. Penggunaan
pestisida untuk mengendalikan vektor dan binatang pengganggu memang
sangat efektif tetapi dapat menimbulkan masalah yang serius karena dapat
merugikan manusia dan lingkungannya. (kemenkes, 2011)
I.4. Jeruk purut
Jeruk purut merupakan tanaman buah yang banyak ditanam orang di pekarangan atau di
kebun-kebun. Dibandingkan dengan jeruk lainnya, bentuk jeruk purut bulat dengan
tonjolan-tonjolan, di mana permukaan kulitnya kasar dan tebal. Tanaman jeruk purut
berasal dari Asia Timur dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Nama ilmiah jeruk purut
yaitu Citrus hystrix Dc (Butryee, 2009).
I.4.1. Taksonomi
Kingdom : Plantae
Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Ordo

: Sapindales

Famili

: Rutaceae

Genus

: Citrus

Spesies

: Citrus Hysrix Dc (Wikipedia, 2015)

I.4.2. Kandungan zat


Senyawa aktif yang terkandung pada jeruk purut adalah flavonoid, glikosida,
saponin, kumarin, asam sitrat, asam amino, bergamottin, oxypeucedain, minyak
atsiri dan masih banyak lagi. Menurut Uji Analisa Jeruk purut diperkirakan
memiliki efek antioksidan, stimultan, anti inflamasi, astrigen dan antifungi. Pada
jeruk purut kandungan triterpenoid dan minyak atsirinya mampu menekan
beragam resiko penyakit terutama sebagai anti bakteri. Jeruk purut pada awalnya
banyak dimanfaatkan sebagai herbal pada pengobatan influenza, kulit yang
bersisik dan mengelupas, perawatan rambut, dan sebagainya. Minyak atsiri pada
jeruk purut, selain dimanfaatkan di dunia kuliner, dapat juga digunakan untuk
kecantikan dan kesehatan rambut, minyak atsiri juga terdapat pada kulit buah
jeruk purut selain terdapat pada daunnya. Jeruk purut mengandung minyak atsiri
dan hesperidin pada flavonoid yang dapat memperkuat folikel-folikel rambut,
sehingga jeruk purut dapat digunakan untuk merawat rambut serta akar rambut,
jeruk purut juga bisa berfungsi sebagai antiketombe, mengatasi rambut kusam
serta menghilangkan bau pada rambut dan kulit kepala. Minyak atsiri dalam jeruk
purut mengandung sitrat 2-2,5 % (Butryee, 2009).
Tanaman jeruk purut digunakan sebagai biolarvasida karena mengandung
senyawa limonoida. Limonoida merupakan senyawa aktif alam penting yang
terdiri atas komponen triterpenoid teroksidasi. Pada tanaman jeruk, limonoid
diproduksi pada daun dan ditansfer ke buah dan biji. Dalam daun dan buah,
kandungan total limonid meningkat selama masa pertumbuhan anopheles.
Senyawa limonoida merupakan analog hormon juvenille pada serangga yang
berfungsi sebagai pengatur pertumbuhan kutikula larva. Limonoida dapat masuk
kedalam tubuh larva melalui kulit atau dinding tubuh dengan cara osmosis,
karena kulit atau dinding tubuh larva bersifat permeabel terhadap senyawa yang

dilewati, kemudian limonoida akan masuk ke dalam sel-sel epidermis yang selalu
mengalami pembelahan dalam proses pergantian kulit, sehingga sel-sel epidermis
mengalami kelumpuhan (paralysis) dan akhirnya akan mati. Limonoida juga
sebagai racun perut larva. Limonoida masuk ke pencernaan melalui rendaman
konsentrasi ekstrak yang termakan. Inseksida akan masuk ke organ pencernaan
serangga dan diserap oleh dinding usus kemudian beredar bersama darah yang
akan mengganggu metabolisme tubuh nyamuk sehingga larva akan kekurangan
energi untuk aktivitas hidupnya yang akan mengakibatkan larva itu mati. Selain
itu, limonoida juga dapat menyebar ke jaringan saraf yang akan mempengaruhi
fungsi-fungsi saraf yang lain dan menyebabkan larva kejang yang akan
mengakibatkan terjadinya aktivitas mendadak pada saraf pusat (devy, 2010).

I.5. Kerangka Teori

Ekstrak daun jeruk


purut
(Citrus aurantifolia)
Pengaturan
pertumbuhan
kutikula larva

Sebagai racun
perut larva

Menyerang
sistem saraf
pusat

Sel epidermis
mengalami
kelumpuhan

Mengganggu
proses metabolisme
tubuh

Mempengaruhi
fungsi saraf
pusat dan
akhirnya kejang

I.6. Kerangka Konsep

Ekstrak daun
jeruk purut
dalam berbagai
konsentrasi
I.7. Hipotesis

Kematian larva

Gangguan metabolisme,
kutikula larva dan
gangguan saraf pusat

Jumlah mortalitas
larva An. Aconitus
persatuan waktu

Ekstrak daun jeruk purut (citrus hystrix DC.) dalam membunuh larva Anopheles
aconitus, ditunjukkan dengan nilai LC50, LT50 dan adanya hubungan antara peningkatan
konsentrasi ekstrak dengan jumlah larva yang mati persatuan waktu.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1.

Ruang Lingkup Penelitian


Ruang lingkup penelitian ini bidang farmasi dan parasitologi

3.2.

Waktu dan Lokasi Penelitian


Pelaksanaan penelitian dilakukan kurang lebih selama tiga puluh hari pada bulan juni
2015. Lokasi penelitian di laboratorium parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung.

3.3.

Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan post test only control group design.
Desain penelitian ini dipilih karena tidak dilakukan pretes terhadap sampel sebelum
perlakuan. Karena telah dilakukan randomisasi baik pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol; kelompok-kelompok tersebut dianggap sama sebelum dilakukan
perlakuan. Dengan cara ini memungkinkan dilakukan pengukuran pengaruh perlakuan
(intervensi) pada kelompok eksperimen yang satu dengan cara membandingkan dengan
kelompok eksperimen yang lain dan kelompok kontrol.

3.4.
Populasi dan Sampel
3.4.1. Populasi
Populasi penelitian adalah larva Anopheles aconitus. Telur nyamuk ini diperoleh
dari Lokasi Litbang P2B2 Ciamis dalam bentuk kering dengan media kertas
saring. Untuk memudahkan dalam penentuan sampel maka dipakai kriteriainklusi
dan eksklusi sebagai berikut:
a. Kriteria inklusi
- Larva Anopheles aconius sehat
- Larva bergerak aktif
b. Kriteria eksklusi
- Larva yang berubah menjadi pupa ataupun nyamuk dewasa
- Larva yang mati sebelum diberi perlakuan
c. Besar sampel
Berdasarkan acuan Guideline WHO (2005) disebutkan bahwa setiap seri
pemeriksaan setidaknya melibatkan 4 konsentrasi, masing-masing 4 kali
ulangan dari 25 larva anopheles aconitus yang diuji, maka pada penelitian ini
dibutuhkan total larva sebanyak 600 larva
d. Cara pengambilan sampel
Cara pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan simple random
sampling terhadap larva anopheles aconitus. Walaupun populasi homogen
terdapat kriteria inklusi dan ekskusi dalam menentukan sample untuk
penelitian.

3.5. Variabel Penelitian


3.5.1. Variabel Bebas
Variabel bebas atau independent variable penelitian ini adalah ekstrak daun jeruk
purut (citrus hystrix DC.)
3.5.2. Variabel Terikat

Variabel terikat atau dependent variable dalam penelitian ini adalah Lethal
Concentration 50 (LC50) dan kecepatan kematian larva (ekor/jam).
3.6. Alat dan Bahan
3.6.1. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, neraca analitik, pipet, gelas ukur
1000cc, nampan plastik, 15 wadah plastik (sebagai kontainer), beker glass, kain
(sebagai pelindung agar nyamuk yang menjadi dewasa tidak terbang keluar),
blender atau juicer, batang pengaduk kaca, ekstraktor (Peralatan Maserasi),
evaporator, kertas label, pisau.
3.6.2. Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah daun jeruk purut (citrus hystrix
DC.) sebanyak 5 Kg, ethanol 96% sebagai pelarut asat pembuatan stock ekstrak
dan aquades sebanyak 200 ml sebagai pengencer stock ekstrak untuk
mendapatkan konsentrasi yang diinginkan. Penelitian ini juga memerlukan pelet
kelinci sebagai makanan larva.

3.7.

Cara Kerja

3.7.1. Persiapan Bahan


- Pembuatan larutan induk dari ekstrak ethanol daun jeruk purut yang memiliki
-

konsentrasi 100% di dalam air 500 ml


Telur Anopheles diteteskan dalam nampan plastik berisi air bersih 1000cc.
Telur yang telah menetas diberi makan fish food setiap hari. Larva-larva
tersebut dipelihara sampai stadium IV, kurang lebih selama 6 hari, kemudian
digunakan untuk penelitian.

3.7.2. Pembagian Kelompok


Larutan yang telah dipersiapkan yang berisi ekstrak daun jeruk purut,
dipindahkan kedalam kontainer yang telah dipersiapkan dan dibagi menjadi 5
kelompok perlakuan secara merata. Dengan pembagian sebagai berikut :
- Kelompok A : ekstrak daun jeruk purut dengan konsentrasi 2,5 g/L.
- Kelompok B : ekstrak daun jeruk purut dengan konsentrasi 5 g/L.
- Kelompok C : ekstrak daun jeruk purut dengan konsentrasi 10 g/L.
- Kelompok D : ekstrak daun jeruk purut dengan konsentrasi 20 g/L.
- Kelompok K : ekstrak daun jeruk purut dengan konsentrasi 0 g/L.

Dalam penelitian ini larutan ekstrak daun jeruk purut dalam setiap kontainer
tidak diganti selama percobaan. Setiap konsentrasi dari kelompok percobaan
direplikasi tiga kali.
3.7.3. Pemindahan Larva Pada Kontainer
- Larva pada nampan plastik dipindahkan ke beker glass.
- Dengan menggunakan pipet, ambil 25 ekor larva dan taruh kedalam tiap
-

kontainer.
Setelah semua larva dipindahkan kedalam kontainer, setiap kelompok

kontainer ditutup dengan kain.


Larva diberi makan fish food selama penelitian.

3.7.4. Data Yang Dikumpulkan


Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer yang didapat dari
jumlah larva yang mati setiap 12 jam pada setiap konsentrasi ekstrak daun jeruk
purut. Data yang dikumpulkan dicatat didalam bentuk tabel.
3.7.5. Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah dengan menghitung jumlah larva yang mati pada
setiap kontainer. Penghitungan larva yang mati dilakukan setiap 12 jam, dicatat
didalam bentuk tabel. Larva yang mati merupakan larva yang tenggelam ke dasar
kontainer, tidak bergerak, meninggalkan larva lain yang dapat bergerak dengan
jelas dan tidak berespon terhadap rangsang.
3.8.

Rancangan Penelitian
Rancangan Penelitian seperti terlihat pada tabel sebagai baerikut :
Jumlah mortalitas Anopheles aconitus yang diberi ekstrak daun jeruk purut (citrus hystrix
DC.).

Tabel 2 : pencatatan jumlah Mortalitas Larva Anopheles aconitus per 12 jam


Konsentrasi
Kelompok

ekstrak daun

perlakuan
Kelompok A
Kelompok B
Kelompok C
Kelompok D

jeruk purut
2,5 g/L
5 g/L
10 g/L
20 g/L

Jumlah mortalitas Larva Anopheles aconitus


12 jam
24 jam
36 jam
48 jam
Dst..

Kelompok K

3.9.

Alur Penelitian
Hari I
Telur Anopheles aconitus
Penetasan larva Anopheles
aconitus

Hari VI
Pemeliharaan larva Anopheles aconitus diberikan fish food, sampai
stadium IV

Randomisasi sampel

25 ekor larva Anopheles aconitus dimasukkan


kedalam kontainer yang berisi 500 ml pada
setiap kelompok

Kelompok
A

Kelompok
B

Kelompok
C

Kelompok
D

Kelompok
D

Ditambah fish food dan


ditutup kain

Diamati dan dicatat waktu dan jumlah larva


yang mati setiap 12 jam

Dihitung harga LC50 dan dicari korelasi antara


peningkatan konsentrasi dan kecepatan
kematian

Hari XI

Keterangan :
Kelompok A : ekstrak daun jeruk purut dengan konsentrasi 2.5 g/L
Kelompok B : ekstrak daun jeruk purut dengan konsentrasi 5 g/L
Kelompok C : ekstrak daun jeruk purut dengan konsentrasi 10 g/L
Kelompok D : ekstrak daun jeruk purut dengan konsentrasi 20 g/L
Kelompok K : ekstrak daun jeruk purut dengan konsentrasi 0 g/L

3.10. Validitas dan Reliabilitas


Validitas dijaga dengan :
- Matching, yaitu dengan menyamakan kondisi larva nyamuk
- Mengambil sampel secara acak
- Menggunakan kriteria standar dalam menilai kematian larva nyamuk dan
menggunakan alat ukur yang sama.
Reliabilitas data dijaga dengan replikasi tiga kali pada setiap kelompok uji.

3.11. Definisi Operasional Variabel


Tabel 3. Definisi Operasional Variabel
N
O
1.

Variabel
Ekstrak

Definisi operasional

daun Daun jeruk purut yang telah diekstraksi Rasio

Skala

jeruk purut

dengan

metode

menggunakan
2.

3.

4.

pelarut

maserasi

dan

ethanol,

untuk

Larva

menghilangkan variabel perancu.


Larva Anopheles aconitus yang berumur Rasio

Anopheles

5-7 hari setelah menetas

aconitus
Mortalitas

Larva Anopheles aconitus dianggap mati Rasio

larva

dengan kriteria : larva tidak bergerak atau

Anopheles

tidak berespon terhadap rangsang.

aconitus
LC50

Merupakan konsentrasi larvasida yang Rasio


menyebabkan terjadinya kematian pada

5.

LT50

50% hewan coba


Merupakan panjang waktu saat 50% Rasio
hewan coba rasio sudah mati dan 50%

6.

Kecepatan

hewan coba lainnya masih hidup


Jumlah kematian tiap 12 jam dibagi Rasio

kematian

satuan waktu (kelipatan 12 jam). Satuan :


ekor/jam

3.12. Analisis Data


Untuk menganalisa data jumlah kematian larva nyamuk digunakan analisa analitik (uji
statistik) dengan menggunakan metode analisa probit untuk mengetahui harga LC50
dan dari ekstrak daun jeruk purut. Kemudian dilakukan uji Regresi Linier untuk
mengetahui pengaruh LC50 terhadap Probit. Dilakukan uji normalitas Kolmogorov
Smirnov untuk mengetahui normalitas sebaran data kecepatan kematian Kemudian
untuk mengetahui hubungan antara peningkatan konsentrasi dengan banyaknya larva
yang mati persatuan waktu (kecepatan kematian) dilakukan uji korelasi Pearson (untuk
sebaran data normal) dan uji korelasi Spearman (untuk sebaran data tidak normal atau
nonparametrik). Data hasil penelitian akan diolah dan disajikan dalam bentuk tabel dan
grafik menggunakan program statistik komputer (SPSS 15.0 for Windows).

DAFTAR PUSTAKA

Devy, Yulianti, dan Andrini, 2010, Kandungan Flavanoid dan Limonoida pada berbagai
pertumbuhan tanaman jeruk kalamondin (Citrus mitis Blanco) dan Purut (Citrus
hystrix Dc,), Balai Penelitian Buah dan Jeruk Subtropika, Batu.
Jamil, Anisa.2010. Nyamuk Anopheles. Jakarta:Unimus
Laihad, FJ. dkk. Epidemiologi Malaria di Indonesia. Kementerian Kesehatan RI: Jakarta
Notoatmodjo S.2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT Rineka Cipta. Jakarta.
Prabowo, Arlan. 2004. Malaria, Mencegah dan Mengatasi. Jakarta: Niaga Swadaya

Safar R. 2010. Parasitologi Kedokteran : Protozoologi, Entomologi, dan Helmintologi.


Yrama Widya. Bandung.
Salaki, C.L dan Sembiring, L. 2009. Eksplorasi Bakteri Bacillus thuringiensis dari berbagai
Habitat Alami yang Berpotensi sebagai Agensia Pengendali Hayati Nyamuk Aedes
Aegypti Linnaeus. Seminar Nasional Biologi XX dan Kongres PBI XIV UIN Maliki.
Malang, 24-25 Juli 2009.hal. 156-161.
Sudoyo, Aru W. Dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi V. Jakarta: Interna
Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam
Morrissey, J.P and A,E. Osbourn.1999. Fungal resistance to plant antibiotic as a mechanism
of pathogenesis Microbiological and molecular biology review 63.708-724
Butryee, C., Sungpuag, P., and Chitchumroonchokchai, C., 2009, Effect of Processing on the
Flavonoid Content and Antioxidant Capacity of Citrus hystrix Leaf, Int. J. Food Sci.
Nutr., 2009, Suppl. 2: 162-174.

Você também pode gostar