Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PROPOSAL PENELITIAN
OLEH :
ANDINI WINDA YATI
1218011016
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Malaria adalah suatu penyakit akut maupun kronik yang disebabkan oleh protozoa genus
plasmodium. Plasmodium pada manusia menginfeksi eritrosit dan mengalami pembiakan
aseksual di jaringan hati dan di eritrosit yang memberikan gambaran klinis berupa
demam, menggigil, anemia dan splenomegali. Malaria dapat terjadi tanpa komplikasi
tetapi ada juga beberapa kasus dengan komplikasi sistemik yang disebut malaria berat
(Sudoyo, 2009).
Malaria masih merupakan masalah kesehatan bagi negara maju maupun negara
berkembang. Indonesia termasuk negara berkembang dengan angka kejadian tinggi, yang
dilihat dari jumlah kabupaten/kota endemik tahun 2004 sebanyak 424 dari 579
kabupaten/kota, dengan perkiraan persentase penduduk yang berisiko penularan sebesar
42,42 %. Tidak sedikit kasus yang dilaporkan adanya kematian yang disebabkan oleh
malaria terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi, anak balita, ibu hamil, selain itu
malaria juga menjadi penyebab langsung anemia serta menurunkan produktivitas kerja
(kemenkes, 2011).
Pemberantasan larva adalah salah satu strategi program pengendalian vektor yang
banyak dilakukan di seluruh dunia untuk mengurangi angka kejadian malaria.
Pemberantasan vektor dengan menggunakan senyawa kimia seperti solar/minyak tanah,
parisgreen, temphos, fentoin, altosid dan lain-lain, dapat memutuskan siklus penularan
dengan cepat, namun senyawa kimia sintetik dapat menyebabkan sifat resisten pada
nyamuk dan menimbulkan masalah bagi lingkungan. Untuk mengurangi sifat resisten
serta masalah lingkungan, cara pengendalian alamiah sudah banyak digunakan.
Pengendalian alamiah dapat dilakukan dengan menggunakan bioinsektisida atau
insektisida hayati yang merupakan suatu insektisida berbahan dasar dari tumbuhan dan
mengandung bahan kimia (bioaktif) yang toksik terhadap serangga tetapi mudah terurai
(biodegradable) di alam, sehingga tidak mencemari lingkungan, relatif aman dan bersifat
selektif. Oleh karena itu sangat penting untuk menggali potensi insektisida botani sebagai
bahan pengendalian nyamuk vektor penyakit (Salaki, 2009). Salah satu tanaman yang
dapat digunakan untuk inseksida khususnya bersifat larvasida adalah daun jeruk purut
(citrus hystrix DC.). Selain karena mudah didapat, daun jeruk purut (citrus hystrix DC.)
juga memiliki kandungan zat limonoida. Limonoida adalah suatu zat yang dinilai bersifat
toksik terhadap jentik nyamuk. (Devy, 2012)
Dalam penelitian sebelumnya telah diketahui bahwa senyawa limonoida merupakan
analog hormon juvenille pada serangga yang berfungsi sebagai pangatur pertumbuhan
kutikula larva, sebagai racun di perut larva dan dapat menyerang sistem saraf pusat pada
larva nyamuk Aedes spp. (Devy, 2012)
Berdasarkan uraian diatas peneliti ingin meneliti apakah ekstrak daun jeruk purut (citrus
hystrix DC.) bersifat larvasida terhadap Anopheles aconitus karena mengandung senyawa
Limonoida yang digunakan sebagai larvasida nyamuk Aedes aegypti pada penelitian
sebelumnya. Penelitian ini diharapkan akan memberikan hasil yang cukup baik sehingga
dapat menjadi pilihan dalam upaya pengendalian vektor khususnya Anopheles aconitus
secara alami.
I.1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut rumusan masalah pada penelitian ini adalah :
1. Apakah ekstrak daun jeruk purut (citrus hystrix DC.) efektif dalam membunuh larva
Anopheles aconitus ?
2. Berapakah nilai LC50 dan LT50 ekstrak daun jeruk purut (citrus hystrix DC.) terhadap
larva Anopheles aconitus ?
3. Adakah hubungan antara peningkatan konsentrasi ekstrak daun jeruk purut (Citrus
hystrix DC.) dengan jumlah larva Anopheles aconitus persatuan waktu ?
3.3.
Tujuan
3.3.1. Tujuan Umum
1. Mengetahui efektivitas larvasida ekstrak daun jeruk purut (citrus hystrix DC.)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.2. Malaria
Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang
menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual didalam darah.
Infeksi malaria memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia dan splenomegali.
Dapat berlangsung akut ataupun kronik. Infeksi malaria dapat berlangsung tanpa
komplikasi ataupun mengalami komplikasi sistemik yang dikenal sebagai malaria berat.
Sejenis infeksi parasit yang menyerupai malaria ialah infeksi babesiosa yang
menyebabkan babesiosis (Sudoyo, 2009).
Plasmodiun malaria yang sering dijumpai ialah plasmodium vivax yang menyebabkan
malaria tertiana (benign malaria) dan plasmodium falciparum yang menyebabkan
malaria tropika (malignan malaria). Plasmodium malariae pernah juga dijumpai pada
kasus kami tetapi sangat jarang. Plasmodium ovale pernah dilaporkan dijumpai di Irian
Jaya, pulau timor, pulau Owi (utara irian jaya) (Sudoyo, 2009).
Kemampuan bertahannya penyakit malaria disuatu daerah ditentukan oleh berbagai
faktor berikut :
a. Parasit malaria yaitu plasmodium
b. Nyamuk Anopheles dan penyebaran penyakit
c. Lingkungan
d. Iklim (Prabowo, 2004)
I.3. Anopheles aconitus
I.3.1. Taksonomi
Phylum
Classis
Sub Classis
Ordo
Familia
Sub Famili
Genus
: Arthropoda
: Hexapoda / Insecta
: Pterigota
: Diptera
: Culicidae
: Anophellinae
: Anopheles. (Safar, 2010)
1000 meter.
Anopheles aconitus
Di Indonesia nyamuk ini terdapat hampir di seluruh kepulauan, kecuali
Maluku dan Irianopheles Biasanya terdapat dijumpai di dataran rendah tetapi
lebih banyak di daerah kaki gunung pada ketinggian 4001000 meter dengan
persawahan bertingkat. Nyamuk ini merupakan vektor pada daerahdaerah
tertentu di Indonesia, terutama di Tapanuli, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Bali.
Anopheles barbirostris
seperti pada tempat yang agak teduh seperti pada sawah dan parit.
Anopheles kochi
Spesies ini terdapat diseluruh Indonesia, kecuali Irianopheles Jentik biasanya
ditemukan pada tempat perindukan terbuka seperti genangan air, bekas tapak
An. Sinensis.
pada zone kaki gunung dengan perkebunan atau hutan ditemukan An.
Balabacensis sedang di daerah gunung ditemukan An. Maculatus (Safar,
2010).
Perilaku Anophelini
Kelembaban udara dan suhu hangat berpengaruh terhadap aktivitas nyamuk
Anophelini. Nyamuk ini aktif mengisap darah hospes pada waktu malam hari,
mulai dari senja sampai dini hari. Jarak terbangnya antara 0,5-3 Km dapat
dipengaruhi oleh transportasi seperti kendaraan bermotor, kereta api, kapal laut
dan kapal terbang, serta kencangnya angin dimana nyamuk berada. Umur nyamuk
ini di laboratorium dapat mancapai 3-5 minggu tapi di alam bebas belum dapat
diketahui (Safar, 2010)
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Sapindales
Famili
: Rutaceae
Genus
: Citrus
Spesies
dilewati, kemudian limonoida akan masuk ke dalam sel-sel epidermis yang selalu
mengalami pembelahan dalam proses pergantian kulit, sehingga sel-sel epidermis
mengalami kelumpuhan (paralysis) dan akhirnya akan mati. Limonoida juga
sebagai racun perut larva. Limonoida masuk ke pencernaan melalui rendaman
konsentrasi ekstrak yang termakan. Inseksida akan masuk ke organ pencernaan
serangga dan diserap oleh dinding usus kemudian beredar bersama darah yang
akan mengganggu metabolisme tubuh nyamuk sehingga larva akan kekurangan
energi untuk aktivitas hidupnya yang akan mengakibatkan larva itu mati. Selain
itu, limonoida juga dapat menyebar ke jaringan saraf yang akan mempengaruhi
fungsi-fungsi saraf yang lain dan menyebabkan larva kejang yang akan
mengakibatkan terjadinya aktivitas mendadak pada saraf pusat (devy, 2010).
Sebagai racun
perut larva
Menyerang
sistem saraf
pusat
Sel epidermis
mengalami
kelumpuhan
Mengganggu
proses metabolisme
tubuh
Mempengaruhi
fungsi saraf
pusat dan
akhirnya kejang
Ekstrak daun
jeruk purut
dalam berbagai
konsentrasi
I.7. Hipotesis
Kematian larva
Gangguan metabolisme,
kutikula larva dan
gangguan saraf pusat
Jumlah mortalitas
larva An. Aconitus
persatuan waktu
Ekstrak daun jeruk purut (citrus hystrix DC.) dalam membunuh larva Anopheles
aconitus, ditunjukkan dengan nilai LC50, LT50 dan adanya hubungan antara peningkatan
konsentrasi ekstrak dengan jumlah larva yang mati persatuan waktu.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.
3.2.
3.3.
Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan post test only control group design.
Desain penelitian ini dipilih karena tidak dilakukan pretes terhadap sampel sebelum
perlakuan. Karena telah dilakukan randomisasi baik pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol; kelompok-kelompok tersebut dianggap sama sebelum dilakukan
perlakuan. Dengan cara ini memungkinkan dilakukan pengukuran pengaruh perlakuan
(intervensi) pada kelompok eksperimen yang satu dengan cara membandingkan dengan
kelompok eksperimen yang lain dan kelompok kontrol.
3.4.
Populasi dan Sampel
3.4.1. Populasi
Populasi penelitian adalah larva Anopheles aconitus. Telur nyamuk ini diperoleh
dari Lokasi Litbang P2B2 Ciamis dalam bentuk kering dengan media kertas
saring. Untuk memudahkan dalam penentuan sampel maka dipakai kriteriainklusi
dan eksklusi sebagai berikut:
a. Kriteria inklusi
- Larva Anopheles aconius sehat
- Larva bergerak aktif
b. Kriteria eksklusi
- Larva yang berubah menjadi pupa ataupun nyamuk dewasa
- Larva yang mati sebelum diberi perlakuan
c. Besar sampel
Berdasarkan acuan Guideline WHO (2005) disebutkan bahwa setiap seri
pemeriksaan setidaknya melibatkan 4 konsentrasi, masing-masing 4 kali
ulangan dari 25 larva anopheles aconitus yang diuji, maka pada penelitian ini
dibutuhkan total larva sebanyak 600 larva
d. Cara pengambilan sampel
Cara pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan simple random
sampling terhadap larva anopheles aconitus. Walaupun populasi homogen
terdapat kriteria inklusi dan ekskusi dalam menentukan sample untuk
penelitian.
Variabel terikat atau dependent variable dalam penelitian ini adalah Lethal
Concentration 50 (LC50) dan kecepatan kematian larva (ekor/jam).
3.6. Alat dan Bahan
3.6.1. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, neraca analitik, pipet, gelas ukur
1000cc, nampan plastik, 15 wadah plastik (sebagai kontainer), beker glass, kain
(sebagai pelindung agar nyamuk yang menjadi dewasa tidak terbang keluar),
blender atau juicer, batang pengaduk kaca, ekstraktor (Peralatan Maserasi),
evaporator, kertas label, pisau.
3.6.2. Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah daun jeruk purut (citrus hystrix
DC.) sebanyak 5 Kg, ethanol 96% sebagai pelarut asat pembuatan stock ekstrak
dan aquades sebanyak 200 ml sebagai pengencer stock ekstrak untuk
mendapatkan konsentrasi yang diinginkan. Penelitian ini juga memerlukan pelet
kelinci sebagai makanan larva.
3.7.
Cara Kerja
Dalam penelitian ini larutan ekstrak daun jeruk purut dalam setiap kontainer
tidak diganti selama percobaan. Setiap konsentrasi dari kelompok percobaan
direplikasi tiga kali.
3.7.3. Pemindahan Larva Pada Kontainer
- Larva pada nampan plastik dipindahkan ke beker glass.
- Dengan menggunakan pipet, ambil 25 ekor larva dan taruh kedalam tiap
-
kontainer.
Setelah semua larva dipindahkan kedalam kontainer, setiap kelompok
Rancangan Penelitian
Rancangan Penelitian seperti terlihat pada tabel sebagai baerikut :
Jumlah mortalitas Anopheles aconitus yang diberi ekstrak daun jeruk purut (citrus hystrix
DC.).
ekstrak daun
perlakuan
Kelompok A
Kelompok B
Kelompok C
Kelompok D
jeruk purut
2,5 g/L
5 g/L
10 g/L
20 g/L
Kelompok K
3.9.
Alur Penelitian
Hari I
Telur Anopheles aconitus
Penetasan larva Anopheles
aconitus
Hari VI
Pemeliharaan larva Anopheles aconitus diberikan fish food, sampai
stadium IV
Randomisasi sampel
Kelompok
A
Kelompok
B
Kelompok
C
Kelompok
D
Kelompok
D
Hari XI
Keterangan :
Kelompok A : ekstrak daun jeruk purut dengan konsentrasi 2.5 g/L
Kelompok B : ekstrak daun jeruk purut dengan konsentrasi 5 g/L
Kelompok C : ekstrak daun jeruk purut dengan konsentrasi 10 g/L
Kelompok D : ekstrak daun jeruk purut dengan konsentrasi 20 g/L
Kelompok K : ekstrak daun jeruk purut dengan konsentrasi 0 g/L
Variabel
Ekstrak
Definisi operasional
Skala
jeruk purut
dengan
metode
menggunakan
2.
3.
4.
pelarut
maserasi
dan
ethanol,
untuk
Larva
Anopheles
aconitus
Mortalitas
larva
Anopheles
aconitus
LC50
5.
LT50
6.
Kecepatan
kematian
DAFTAR PUSTAKA
Devy, Yulianti, dan Andrini, 2010, Kandungan Flavanoid dan Limonoida pada berbagai
pertumbuhan tanaman jeruk kalamondin (Citrus mitis Blanco) dan Purut (Citrus
hystrix Dc,), Balai Penelitian Buah dan Jeruk Subtropika, Batu.
Jamil, Anisa.2010. Nyamuk Anopheles. Jakarta:Unimus
Laihad, FJ. dkk. Epidemiologi Malaria di Indonesia. Kementerian Kesehatan RI: Jakarta
Notoatmodjo S.2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT Rineka Cipta. Jakarta.
Prabowo, Arlan. 2004. Malaria, Mencegah dan Mengatasi. Jakarta: Niaga Swadaya