Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pertanian (SP)
Oleh:
Nur Ikhsan Ramdhani Yusuf
109092000007
RINGKASAN
Nur Ikhsan Ramdhani Yusuf. 109092000007. Analisis Pendapatan Usahatani
Kangkung Organik Petani Binaan Agribusiness Development Center (ADC) di
Kabupaten Bogor. (Dibawah bimbingan Siti Rochaeni dan Junaidi)
Peranan usahatani bagi masyarakat pedesaan sangat penting untuk dikelola
oleh petani yang memiliki keterbatasan modal dan lahan antara lain subsektor
hortikulutra. Subsektor hortikultura terdiri dari buah-buahan, sayur-sayuran,
tanaman hias, dan tanaman obat. Salah satu produk hortikultura yang sangat
prospektif dikembangkan adalah sayuran. Sayuran secara ekonomis memiliki nilai
tambah dan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan
pendapatan dan kesejahteraan apabila mampu dikelola dengan baik. Selain itu,
sayuran termasuk bahan yang dibutuhkan oleh tubuh dan banyak dikonsumsi oleh
masyarakat serta cukup potensial untuk dijadikan peluang usaha. Oleh sebab itu,
adanya keberadaan Agribusiness Development Center (ADC) sebagai lembaga
yang membina petani sayuran, salah satunya kangkung organik mencoba
berupaya untuk mengembangkan produk-produk hortikultura di antara kangkung
organik agar mampu memiliki harga jual tinggi, menjadi sarana pembelajaran
teknis budidaya, sekaligus menjadi pusat pengembangan pasar, sehingga petani
tidak selalu didikte oleh pasar dan mampu meningkatkan pendapatan, sekaligus
memberikan jawaban atas usahatani yang dilakukan petani layak atau tidak untuk
dilanjutkan.
Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Menganalisis biaya usahatani
kangkung organik petani binaan Agribusiness Development Center (ADC) di
Kabupaten Bogor, 2) Menganalisis pendapatan usahatani kangkung organik
Agribusiness Development Center (ADC) di Kabupaten Bogor, 3) Menganalisis
tingkat pendapatan usahatani kangkung organik petani binaan Agribusiness
Development Center (ADC) di Kabupaten Bogor dengan menggunakan R/C
Ratio, B/C Ratio, Break Event Point dan Payback Period.
Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan cara sengaja (purposive), di
mana lokasi tersebut adalah Agribusiness Development Center (ADC) di
Kabupaten Bogor yang beralamat di desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh secara langsung dari responden dengan menggunakan
kuisioner dan wawancara dengan pihak terkait. Sedangkan data sekunder meliputi
gambaran umum wilayah penelitian, data penduduk, jurnal, buku dan instansi
terkait. Metode penentuan sampel dilakukan dengan cara sensus, artinya seluruh
petani responden binaan Agribusiness Development Center (ADC) sebanyak 16
petani meliputi 4 Kecamatan yaitu Kecamatan Ciampea, Kecamatan
Cibungbulang, Kecamatan Dramaga dan Kecamatan Leuwiliang melalui
perhitungan menggunakan R/C Ratio, B/C Ratio, Break Event Point dan Payback
Period. Pengolahan data menggunakan Microsoft Excel dan kalkukator.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: 1) Biaya usahatani kangkung
organik petani binaan Agribusiness Development Center (ADC) di Kabupaten
Bogor sebesar Rp17.985.220,-/tahun dengan nilai rata-rata lahan seluas 575 M2.
2) Pendapatan usahatani kangkung organik petani binaan Agribusiness
Development Center (ADC) di Kabupaten Bogor sebesar Rp45.801.580,M2/tahun dengan nilai rata-rata lahan seluas 575 M2. 3) Analisis pendapatan
usahatani sayuran kangkung organik petani binaan Agribusiness Development
Center (ADC) di Kabupaten Bogor dari hasil rasio penerimaan atas biaya (R/C
rasio) sebesar 3,55 (layak), rasio keuntungan atas biaya (B/C Rasio) sebesar 2,55
(layak), BEP produksi/volume mendapatkan nilai sebesar 2.569 Kg/tahun/M2,
sedangkan BEP harga mendapatkan nilai Rp1.973,-/Kg/tahun/M2 dan payback
period (PP) sebesar 1,48.
Kata kunci: Pendapatan, Usahatani, Sayuran Kangkung Organik, Agribusiness
Development Center (ADC), Kabupaten Bogor.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah S.W.T sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan penelitian ini dengan judul Analisis Pendapatan Usahatani
Kangkung Organik Petani Binaan Agribusiness Development Center (ADC) di
Kabupaten Bogor. Penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk
menyelesaikan program studi Strata-1 di Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam penulisan ini, penulis banyak mendapatkan bantuan baik berupa
materil dan moral yang sangat berarti dari berbagai pihak. Oleh sebab itu pada
kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih sebesar-besarnya
kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, bapak Mad Yusuf dan mama Nurhayati yang
tidak pernah letih memberikan kasih sayang, doa, nasihat, motivasi, saran
dan dorongan moril maupun materil. Sesungguhnya ananda tidak akan
pernah dapat membalas semua itu, semoga Allah S.W.T selalu
memberikan pahala, berkah, kasih sayang, ridho dan perlindungan kepada
bapak dan mama atas perjuangannya. Aamiin.
2. Kakak dan adik tersayang, Yusmiati dan Yunita yang turut memberikan
doa, semangat dan keceriaan. Semoga Allah S.W.T selalu memberikan
karunia-Nya. Aamiin.
3. Bapak Dr. Agus Salim, M.Si selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Dr. Elpawati. MP selaku Ketua Program Studi Sosial Ekonomi
Pertanian/ Agribisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
5. Ir. Siti Rochaeni, M.Si selaku Dosen Pembimbing 1 dan Ir. Junaidi, M.Si
selaku Dosen Pembimbing 2 yang telah membimbing, memberikan saran,
motivasi nasihat dan arahan sekaligus meluangkan waktu, tenaga dan
pemikiran dalam penyusunan skripsi kepada penulis.
6. Dr. Yon Girie Mulyono, M.Si selaku Dosen Penguji 1 dan Achmad Tjahja
Nugraha, MP selaku Dosen Penguji 2 dalam sidang munaqosah skripsi
yang telah memberikan saran, motivasi, nasihat dan arahan untuk
kesempurnaan skripsi kepada penulis.
7. Seluruh dosen pengajar Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/
Agribisnis yang tidak dapat disebutkan satu per satu tanpa mengurangi
rasa hormat atas segala ilmu dan pelajaran dalam perkuliahan maupun di
luar perkuliahan.
8. Bapak Tisna Prasetyo dan seluruh petani binaan Agribusiness
Development Center (ADC) untuk bimbingannya dan kebersamaannya.
9. Teman-teman Agribisnis 2009 atas kebersamaan, kekeluargaan dan
keceriaan yang telah kita ukir bersama semoga menjadi sejarah yang tidak
pernah dilupakan.
10. Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Jurusan Agribisnis atas proses yang
turut mengantarkan penulis ke dalam realita perjuangan dan kebersamaan
untuk bermanfaat.
11. Keluarga besar Dewan Eksekutif Mahasiswa yang telah hadir bersama
untuk membawa energi cemerlang, gemilang dan terbilang. Semoga apa
yang telah dilakukan bisa menjadi lentera untuk perjalan hidup kita.
Aamiin. Hidup Mahasiswa..!!!
12. Keluarga besar Ikatan Senat Mahasiswa Pertanian Indonesia (ISMPI) dan
Perhimpunan Organisasi Profesi Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian
Indonesia (POPMASEPI) atas segala pertanyaan dan jawaban untuk
pertanian Indonesia. Hidup Mahasiswa Pertanian Indonesia..!!!
13. Sahabat bermimpi untuk Ito Hadiansyah, Rino Mardani, Gita Ramadhan,
Prasetyo, Dian Friyana dan yang lain-lain yang tidak bisa penulis tuliskan
semuanya atas semua pelajaran kehidupan. Semoga tetap 5 cm semua
mimpi di depan kening kalian. Keep Fighting Bro.
14. Senior sekaligus kakak-kakak bagi penulis untuk bang Husnul, bang Ano,
bang Fadlik, bang Aang, kak Jeje, bang Angger, bang Heru, bang Tatag,
bang Lisan, bang Iki, bang Evan, Imay dan Hatem atas bimbingannya
mengarungi lika-liku perkuliahan dan organisasi.
15. Kawan-kawan perjuangan, satu tujuan, satu penanggungan dan satu
gagasan kepada Jazil, Ade, Jamal, Slamet, Endang, Rahman, Azzam,
Hariry, Latipeh, Benita, Zahid, Agung, Esa, Kudel, Koi, Dwina, Bella dan
semuanya yang telah mampu hadir di antara indahnya kehidupan penulis.
16. Salwati Syarifah, SP atas semua keputusannya untuk bersedia mengarungi
sebagian langkah penulis dalam melewati dinamika kehidupannya. Kisah
ini telah menjadi energi yang mudah-mudahan merengkuh semua mimpi. I
Love You.
17. Semua pihak yang telah membantu namun tidak dapat penulis tuliskan
satu per satu tanpa mengurangi rasa hormat. Terimakasih banyak.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan
saran yang membangun sangat diharapkan untuk menyempurnakan penelitian ini.
Penulis berharap semoga penulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Semoga Allah S.W.T memberkahi kita semua. Aamiin Ya Robbal Alamin.
Jakarta, Mei 2015
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI i
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vii
BAB I. PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 7
1.3. Tujuan Penelitian 8
1.4. Manfaat Penelitian 8
1.5. Ruang Lingkup Penelitian 9
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 10
2.1. Pendapatan 10
2.1.1. Pendapatan Usahatani 10
2.1.2. Analisis Pendapatan Usahatani 12
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Produksi Tanaman Sayuran Kangkung di Indonesia dan Jawa Barat
Tahun 2009-2013 5
2. Kandungan Gizi dalam Tiap gram Kangkung 28
3. Sebaran Responden Menurut Umur dan Tingkat Pendidikan
Usahatani Kangkung Organik Petani Binaan Agribusiness
Development Center (ADC) di Kabupaten Bogor 50
4. Sebaran Jumlah Tanggungan Keluarga Responden Usahatani
Kangkung Organik Petani Binaan Agribusiness Development
Center (ADC) di Kabupaten Bogor 52
5. Sebaran Responden Menurut Status dan Pengalaman Usahatani
Kangkung Organik Petani Binaan Agribusiness Development
Center (ADC) di Kabupaten Bogor 53
6. Sebaran Responden Menurut Luas Lahan Usahatani Kangkung
Organik Petani Binaan Agribusiness Development
Center (ADC) di Kabupaten Bogor 54
7. Rata-rata Biaya Usahatani Kangkung Organik Petani Binaan
Agribusiness Development Center (ADC) di Kabupaten
Bogor dengan Luas Lahan 575 M2/tahun 56
8. Rata-rata Produksi, Biaya Total, Harga Jual, Penerimaan dan
Pendapatan Usahatani Kangkung Organik Petani Binaan
Agribusiness Development Center (ADC) di Kabupaten
Bogor dengan Luas Lahan 575 M2/tahun 57
9. Hasil Analisis Tingkat Pendapatan dengan Menggunakan R/C Rasio,
B/C Rasio, Break Even Point (BEP), dan Payback Period (PP)
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Kerangka Pemikiran 29
2. Agribusiness Development Center (ADC) 41
3. Peta Kabupaten Bogor 43
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Kuisioner 33
2. Lokasi Agribusiness Development Center (ADC) 42
3. Responden Usahatani Kangkung Organik Petani Binaan
Agribusiness Development Center (ADC) di Kabupaten Bogor 50
4. Biaya Responden Usahatani Kangkung Organik Petani Binaan
Agribusiness Development Center (ADC) di Kabupaten
Bogor per Musim Tanam dengan Luas Lahan 575 M2 55
5. Pajak Lahan Usahatani Kangkung Organik Petani Binaan
Agribusiness Development Center (ADC) di Kabupaten Bogor 59
6. Rata-rata Total Benih dan Pupuk Usahatani Kangkung Organik
Petani Binaan Agribusiness Development Center (ADC) di
Kabupaten Bogor dengan Luas Lahan 575 M2 60
7. Penyusutan Alat dan Mesin Produksi Usahatani Kangkung Organik
Petani Binaan Agribusiness Development Center (ADC) di
Kabupaten Bogor 62
8. Rata-rata Penerimaan Usahatani Kangkung Organik
Petani Binaan Agribusiness Development Center (ADC) di
Kabupaten Bogor dengan Luas Lahan 575 M2 63
rendah. Begitu pula dengan sarana produksi organik lainnya (Widodo, 2004
dalam Poetryani, 2011).
Modal sekecil-kecilnya untuk mendapatkan untung sebesar-besarnya
menjadi salah satu acuan bagi seluruh petani dalam kegiatan usahataninya yang
disebutkan pada prinsip ekonomi dasar. Oleh sebab itu, penyelenggaraan
usahatani selalu berusaha agar hasil panennya berlimpah dengan pembiayaan yang
rendah. Kebahagiaan akan menyelimuti mereka manakala panenan tersebut cukup
besar sehingga selain untuk memberi makan seluruh keluarganya, masih ada sisa
untuk dijual ke pasar dan hasil penjualannya dapat dipakai untuk membeli
kebutuhan lain non-pangan, seperti pakaian, alat-alat rumah tangga, alat-alat
pertanian, dan lain-lain yang pada intinya hasil tersebut dapat ditingkatkan agar
kehidupan seluruh keluarganya menjadi lebih baik (Hanafie, 2010).
Perilaku tersebut menjelaskan bahwa petani pun mengadakan perhitunganperhitungan
ekonomi dan keuangan, hanya saja tidak tertulis.
Pilihan menggunakan faktor produksi yang tidak sebagaimana biasanya selalu
akan diperhitungkan untung-ruginya. Penjelasan dalam Ilmu Ekonomi,
secara tidak langsung petani membandingkan antara hasil yang diharapkan akan
diterima pada waktu panen (penerimaan atau revenue) dengan seluruh biaya yang
harus dikeluarkan (pengorbanan atau cost). Hasil yang akan diperoleh petani pada
saat panen disebut produksi dan biaya yang telah dikeluarkannya disebut biaya
produksi (Hanafie, 2010). Artinya, bagaimana pun suatu sistem yang dibangun
dalam metode usahatani yang dilakukan para petani sangat membutuhkan
keuntungan sebagai bahan bakar berlangsungnya usahatani. Selain itu, petani juga
memperhitungkan biaya tunai untuk peralatan, bahan yang digunakan, dana-dana
4
dan tidak bertahan lama kemudian tahun 2012 sejumlah 3,78% mengalami
penurunan kembali. Sementara pada tahun 2013 pengeluaran masyarakat pada
sayuran terjadi peningkatan sebesar 4,43%. Artinya, kebutuhan sayuran bagi
kalangan masyarakat kota dan desa memiliki jumlah yang cukup besar. Tantangan
yang besar juga dimiliki oleh petani dalam memenuhi kebutuhan pasar tersebut.
Faktanya, di sisi lain perkembangan produksi kangkung di Indonesia
dalam kurun waktu 5 tahun terakhir terjadi penurunan. Begitupun dengan Jawa
Barat yang merupakan salah satu wilayah penghasil kangkung terbesar di
Indonesia. Ancaman penurunan produksi kangkung akan terus menurun dari
waktu ke waktu apabila masalah-masalah sektor pertanian tidak mampu teratasi
oleh pemerintah pusat ataupun daerah. Tabel 1, menjelaskan produksi tanaman
kangkung mulai tahun 2009, 2010, 2011, 2012 dan 2013 di Jawa Barat dan
Indonesia.
Tabel 1. Produksi Tanaman Kangkung di Indonesia dan Jawa Barat Tahun 20092013
Wilayah
Produksi Tanaman Kangkung (Ton)
2009 2010 2011 2012 2013
Jawa Barat 90.528 74.428 86.949 68.592 65.419
Indonesia 360.547 350.879 355.466 320.144 308.477
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2014 (diolah)
optimal antara lain adalah penurunan jumlah lahan, jaminan harga dan ketersedian
pasar sehingga mengurangi minat petani dalam mengelola lahan.
Potensi sayur di Kabupaten Bogor cukup menjanjikan untuk memproduksi
komoditas seperti bayam dan kangkung. Kabupaten Bogor merupakan salah satu
wilayah yang menjadi sentra produksi kangkung menurut data Badan Pusat
Statistik tahun 2008 sampai dengan 2012 sebesar 103.571 ton. Pengaruh iklim
yang baik telah menjadikan Kabupaten Bogor sebagai penghasil kangkung
terbanyak di antara wilayah lainnya di Jawa Barat. Kangkung sangat mudah
ditanami dan memiliki kandungan gizi yang cukup baik sehingga menjadi
primadona bagi kalangan masyarakat pada umumnya. Menurut Rukmana, (1994),
kelebihan dari kangkung adalah tanaman ini memiliki daya penyesuaian
(adaptasi) yang luas terhadap berbagai keadaan lingkungan tumbuh, mudah dalam
pemeliharaannya dan modal terjangkau dalam penyediaan biaya usahataninya. Di
samping itu, hasil panen kangkung dapat dilakukan secara rutin (periodik) setiap
19-25 hari sekali, sehingga dengan pemasukan uang dari hasil panen yang kontinu
ini dapat memperkuat posisi petani memenuhi finansialnya sehari-hari.
Peluang pemasaran kangkung semakin luas karena tidak hanya dijual
dipasar-pasar lokal di daerah, tetapi juga telah banyak dipesan oleh pasar-pasar
elit di kota-kota besar seperti pasar Swalayan, Hero, Carefour, Hypermart atau
Kem Chick. Pada keadaan pasar tradisional, harga tiap ikat kangkung (150-250
gram) berkisar antara Rp1.000,- hingga Rp1.500,-, dan paling rendah Rp500,-.
kangkung yang menggunakan cara tanam tanpa bahan kimia (organik). Sedangkan
harga kangkung di pasar tradisional yang menggunakan bahan kimia (anorganik)
berkisar antara Rp500,- hingga Rp1.000,- per ikat (150-250 gram).
Dilema para petani dalam mengembangkan sayuran organik yang
memiliki daya tarik tersendiri masih memerlukan suatu lembaga yang mampu
memasarkan hasilnya, hal ini karena para petani belum mampu bermitra dengan
retail modern. Suatu hal yang sangat rugi bagi para petani jikalau produk sayuran
organik tersebut sama harganya dengan sayuran non-organik. Oleh sebab itu,
adanya keberadaan Agribusiness Development Center (ADC) sebagai lembaga
yang membina petani sayuran, salah satunya kangkung organik berupaya untuk
mengembangkan produk-produk hortikultura seperti kangkung organik antara lain
agar mampu memiliki harga jual tinggi, menjadi sarana pembelajaran teknis
budidaya, sekaligus menjadi pusat pengembangan pasar, sehingga petani binaan
tidak selalu di dikte oleh pasar dan mampu meningkatkan pendapatan usahatani
binaannya. Berdasarakan masalah di atas, maka perlu dilakukan penelitian dengan
judul Analisis Pendapatan Usahatani Kangkung Organik Petani Binaan
Agribusiness Development Center (ADC) Di Kabupaten Bogor.
1.2. Rumusan Masalah
Berkaitan dengan yang diuraikan di atas, maka yang menjadi perumusan
masalah dalam peneliian ini adalah :
1. Berapa biaya usahatani kangkung organik petani binaan Agribusiness
Development Center (ADC) di Kabupaten Bogor?
8
dalam suatu proses produksi. Sedangkan total penerimaan diperoleh dari produksi
fisik dikalikan dengan harga produksi.
Menurut Hernanto (1995) faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan
usahatani meliputi luas usaha di mana ukuran-ukuran untuk usaha yang penting
adalah pendapatan total usahatani yang menunjukan volume usaha dan
menunjukan ukuran ekonomi usahatani. Tingkat produksi di mana ukuran tingkat
produksi dapat berupa produktivitas per hektar dan indeks pertanaman.
Pilihan dan kombinasi cabang usaha dan intensitas pengusahaan pertanaman yang
ditunjukan oleh jumlah tenaga kerja dan total biaya usahatani.
Menurut Soekartawi (1994) dalam proses produksi pertanian, luas lahan
pertanian, tenaga kerja, produksi dan sarana produksi berperan dalam
mempengaruhi tingkat pendapatan. Adapun faktor-faktor sosial ekonomi lainnya
seperti tingkat pendidikan, umur, jumlah tanggungan dan pengalaman bertani
kerugian. Ada dua jenis perhitungan BEP, yaitu BEP volume produksi dan BEP
harga. Rumus BEP volume/produksi dan BEP harga secara sistematis sebagai
berikut:
/()=
Total biaya
Harga jual
=
Total biaya
Total produksi
4. Payback Periode (PP)
Menurut Sofyan (2002, dalam Nasihah, 2014), payback periode adalah
masa pengembalian modal, artinya lama periode waktu untuk mengembalikan
modal investasi. Cepat atau lambatnya sangat tergantung pada sifat aliran kas
masuknya, jika aliran kas masuknya besar atau lancer maka proses pengembalian
modal akan lebih cepat dengan amunisi modal yang digunakan tetap atau tidak
ada penambahan modal selama umur proyek.
Menurut Choliq dkk (2004, dalam Nasihah, 2014) period dapat diartikan
sebagai jangka waktu kembalinya investasi yang telah dikeluarkan, melalui
keuntungan yang diperoleh dari suatu proyek yang telah direncanakan. Semakin
cepat waktu pengembalian, semakin baik untuk diusahakan resiko yang mungkin
terjadi. Akan tetapi, payback period ini telah mengabaikan nilai uang pada saat
sekarang ini (present value). Kelemahan-kelemahan lain dari payback period ini
sebagai berikut: (1) Payback period digunakan untuk mengukur kecepatan
kembalinya dana dan tidak mengukur keuntungan proyek pembangunan yang
telah direncanakan, (2) Payback period mengabaikan benefit yang diperoleh
sesudah dana investasi itu kembali. Rumus Payback period secara sistematis
sebagai berikut:
15
= x 1 Tahun
2.1.3. Biaya Produksi Usahatani
Fuad, dkk (2000) mendefinisikan tentang biaya bahwa biaya adalah satuan
nilai yang dikorbankan dalam suatu proses produksi untuk mencapai suatu hasil
produksi. Beban arus barang dan jasa yang dibebankan kepada pendapatan
(benefit) untuk menentukan laba (income), atau harga perolehan yang dikorbankan
dalam rangka memperoleh penghasilan dan dipakai sebagai pengurang
penghasilan yang disebut beban (expense), sedangkan nilai uang dari alat-alat
produksi yang dikorbankan disebut harga pokok.
Menurut Mulyadi (2000, dalam Nasihah, 2014) biaya produksi adalah
biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang
siap untuk dijual. Sedangkan menurut Hansen dan Mowen (2004, dalam Nasihah
2014) menjelaskan bahwa biaya produksi adalah biaya yang berkaitan dengan
pembuatan barang dan penyediaan jasa.
Menurut Mubyarto (1898, dalam Nasihah, 2014) biaya produksi dapat
dibagi menjadi dua yaitu biaya-biaya berupa uang tunai misalnya upah kerja
untuk biaya persiapan atau penggarapan tanah, termasuk upah ternak, biaya untuk
membeli pupuk, pestisida dan lain-lain. Biaya panen, bagi hasil, sumbangan dan
mungkin juga pajak-pajak dibayarkan dalam bentuk in-natura. Besar kecilnya
bagian biaya produksi yang berupa uang tunai ini sangat mempengaruhi
pengembangan usahatani.
Menurut Blocher (2007) biaya variabel (variable cost) adalah perubahan
pada biaya total yang dihubungkan dengan tiap perubahan pada jumlah (volume)
16
output. Contoh yang lazim dari biaya variabel adalah biaya bahan baku dan biaya
tenaga kerja langsung. Sebaliknya, biaya tetap (fixed cost) adalah bagian dari
biaya total yang tidak berubah meskipun jumlah penggerak biaya berubah dalam
rentan yang relevan. Penentuan apakah suatu biaya merupakan biaya variabel
tergantung pada sifat dari objek biaya. Dalam perusahaan manufaktur, objek biaya
biasanya berupa produk. Tetapi dalam perusahaan jasa, objek biaya sering kali
sulit untuk didefinisikan karena jasa bersifat kualitatif maupun kuantitatif.
Kadang-kadang, dikatakan bahwa semua biaya adalah variabel pada jangka waktu
tertentu semua dapat berubah. Meski biaya tetap berubah dengan berubahnya
waktu (contoh biaya sewa mungkin meningkat dari tahun ke tahun) tetapi, hal
tersebut tidak berarti bahwa biaya ini merupakan biaya variabel. Biaya variabel
adalah biaya dimana biaya total berubah seiring dengan perubahan jumlah output.
Biaya tetap dihubungkan dengan suatu periode waktu dan bukan jumlah output,
dan diasumsikan bahwa biaya tetap tidak akan berubah selama periode waktu
yang pada umumnya 1 tahun. Rumus biaya produksi adalah sebagai berikut:
TC = FC + VC
Dimana :
TC = Total cost/biaya total
FC = Fix cost/biaya tetap
VC = Variable cost/biaya variabel
2.1.4. Harga Jual
Menurut Kotler (1998, dalam Nasihah, 2014) harga jual dalam arti sempit
merupakan jumlah uang yang ditagihkan untuk suatu produk atau jasa. Dalam arti
17
luas, harga jual adalah jumlah dari nilai yang dipertukarkan konsumen untuk
manfaat memiliki atau menggunakan produk atau jasa.
Titik berat dari proses penetapan harga adalah harga pada berbagai pasar.
Untuk ini, harga suatu barang mungkin merupakan struktur yang kompleks dari
pada syarat-syarat penjualan yang saling berhubungan. Setiap perubahan dari
struktur tersebut merupakan keputusan harga dan akan mengubah pendapatan
yang diperoleh. Peranan perusahaan dalam proses penetapan harga jual barangnya
sangat berbeda-beda, tergantung pada bentuk pasar yang dihadapinya. Menurut
Fuad, dkk (2000) ada tiga bentuk penetapan harga jual, yakni: (1) Penetapan harga
jual oleh pasar (market pricing). Dalam bentuk penetapan harga jual ini, penjual
tidak dapat mengontrol sama sekali harga yang dilempar di pasaran. Harga di sini
betul-betul ditetapkan oleh mekanisme penawaran dan permintaan. Dalam
keadaan seperti ini, penjual tidak bisa menetapkan harga jual, (2) Penetapan harga
jual oleh pemerintah (Government Controlled Pricing). Dalam beberapa hal,
pemerintah berwenang untuk menetapkan harga barang atau jasa, terutama untuk
barang atau jasa yang menyangkut kepentingan umum. Perusahaan atau penjualan
yang bergerak dalam eksploitasi barang atau jasa terdebut di atas tidak dapat
menetapkan harga jual barang atau jasa, (3) Penetapan harga jual yang dapat
dikontrol oleh perusahaan (Administered or Business controlled pricing). Pada
situasi ini, harga ditetapkan sendiri oleh perusahaan. Penjual menetapkan harga
dan pembeli boleh memilih membeli atau tidak. Harga ditetapkan oleh
keputusan dan kebijaksanaan yang terdapat dalam perusahaan, walaupun faktorfaktor
mekanisme penawaran dan permintaan, serta peraturan-peraturan
pemerintah tetap diperhatikan. Sampai seberapa jauh perusahaan dapat
18
pasar, jenis kelamin, kualitas dan umur. Tenaga kerja ternak digunakan untuk
pengolahan tanah. Begitu pula dengan tenaga kerja mekanik yang digunakan
untuk pengolahan lahan, penanaman, pengendalian hama dan pemanenan.
3. Modal
Modal adalah faktor produksi dalam usahatani setelah lahan dan tenaga
kerja. Modal merupakan barang atau uang yang bersama-sama dengan faktor
produksi lain dan tenaga kerja serta manajemen menghasilkan barang-barang baru
yaitu produk pertanian. Penggunaan modal untuk membantu meningkatkan
produktivitas baik lahan maupun tenaga kerja guna meningkatkan pendapatan dan
kekayaan petani. Modal dalam suatu usahatani untuk membeli sarana produksi
serta pengeluaran selama kegiatan usahatani berlangsung. Sumber modal
diperoleh dari milik sendiri, pinjaman atau kredit (kredit formal, non-formal dan
lain-lain), warisan, usaha lain atau kontrak sewa.
4. Pengelolaan usahatani
Pengelolaan usahatani adalah kemampuan petani untuk menentukan,
mengorganisir, dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi dengan sebaikbaiknya
sehingga mampu memberikan produksi pertanian sedemikian rupa
sebagaimana yang diharapkan. Untuk dapat menjadi pengelola yang berhasil,
maka pemahaman mengenai prinsip teknik maupun ekonomis harus dikuasai oleh
pengelola. Kemampuan dalam mengelola usahatani yang baik akan menjadikan
setiap keputusan baik teknis maupun ekonomis akan memberikan resiko sekecil
mungkin bagi usahanya dan memberikan keuntungan yang maksimum.
21
2.3.1. Pupuk
Pupuk terbagi menjadi dua jenis yaitu, organik dan anorganik.
Susetya (2014) menjelaskan sebagai berikut:
24
1. Pupuk Organik
Pupuk organik adalah semua sisa bahan tanaman, pupuk hijau, dan kotoran
hewan yang mempunyai kandungan unsur hara rendah. Pupuk organik tersedia
setelah zat tersebut mengalami proses pembusukan oleh mikro organisme.
Selain pupuk anorganik, pupuk organik juga harus diberikan pada tanaman.
Macam-macam pupuk organik adalah sebagai berikut:
a. Kompos
Pupuk kompos adalah pupuk yang dibuat dengan cara membusukan
sisa-sisa tanaman. Pupuk jenis ini berfungsi sebagai pemberi unsur-unsur hara
yang berguna untuk perbaikan struktur tanah.
b. Pupuk Hijau
Pupuk hijau adalah bagian tumbuhan hijau yang mati dan tertimbun dalam
tanah. Pupuk organik jenis ini mempunyai pertimbangan C/N rendah, sehingga
dapat terurai dan cepat bersedia bagi tanaman. Pupuk hijau sebagai sumber
nitrogen cukup baik di daerah tropis, yaitu sebagai pupuk organik sebagai
penambah unsur mikro dan perbaikan struktur tanah.
c. Pupuk Kandang
Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan.
Kandungan hara dalam pupuk kandang rata-rata sekitar 55% N, 25% P2O5, dan
5% K2O (tergantung dari jenis hewan dan makanannya). Makin lama pupuk
kandang mengalami proses pembusukan, makin rendah perimbangan C/N-nya.
25
2.4. Hortikultura
Undang-undang Republik Indonesia nomor 13 tahun 2010 pasal 1 tentang
hortikultura ayat 1 adalah segala hal yang berkaitan dengan buah, sayuran, bahan
obat nabati, dan florikultura, termasuk di dalamnya jamur, lumut, dan tanaman air
yang berfungsi sebagai sayuran, bahan obat nabati, dan atau bahan estetika. Usaha
hortikultura undang-undang nomor 13 tahun 2010 pasal 1 ayat 2 adalah semua
kegiatan untuk menghasilkan produk dan atau menyelenggarakan jasa yang
berkaitan dengan hortikultura. Produk hortikultura undang-undang nomor 13
tahun 2010 pasal 1 ayat 4 adalah semua hasil yang berasal dari tanaman
hortikultura yang masih segar atau yang telah diolah.
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2010
pasal 3 tentang penyelenggaraan hortikultura bertujuan untuk;
a. Mengelola dan mengembangkan sumber daya hortikultura secara optimal,
bertanggungjawab, dan lestari
b. Memenuhi kebutuhan, keinginan, selera, estetika, dan budaya masyarakat
terhadap produk dan jasa hortikultura
c. Meningkatkan produksi, produktivitas, kualitas, nilai tambah, daya saing,
dan pangsa pasar
d. Meningkatkan konsumsi produk dan pemanfaatan jasa hortikultura
e. Menyediakan lapangan kerja dan kesempatan usaha
f. Memberikan perlindungan kepada petani, pelaku usaha, dan konsumen
hortikultura nasional
g. Meningkatkan sumber devisa negara, dan
h. meningkatkan kesehatan, kesejahteraan, dan kemakmuran rakyat.
26
2.5. Kangkung
Menurut Supriyati dan Heriyana (2010) kangkung (lpomea aquatic Forsk
atau lpomoea reptans Poir1.) tanaman sayuran yang umurnya bisa lebih dari satu
tahun. Pertumbuhan menjalar atau membelit pada tanaman di sekitarnya.
Kangkung merupakan jenis tanaman sayuran daun, termasuk ke dalam family
Convolvulaceae. Daun kangkung panjang, berwarna hijau keputih-putihan;
merupakan sumber pro vitamin A.
Terdapat dua jenis kangkung, yaitu sebagai berikut:
a. Kangkung rabut. Daunnya licin dan berbentuk mata panah dengan panjang
5-6 inci (12-15 cm). Batangnya menjalar dengan daun berselang.
Batangnya tumbuh tegak pada pangkal daun. Tanaman ini berwarna hijau
pucat. Bunganya berwarna putih berbentuk kantung yang mengandung
empat biji benih.
b. Kantung petik. Daunnya lebar dan tipis berwarna hijau kelam.
Bunganya berwarna hijau kelam.
2.5.1. Syarat Tumbuh Kangkung
Tanaman kangkung mudah tumbuh, terutama di kawasan berair.
Syarat tumbuh sayuran ini memang tidak rewel. Daerah perairan tawar seperti
sungai kecil, danau, aliran air, kolam, ataupun sawah dapat dijadikan lahan
kangkung. Karena toleransinya yang tinggi terhadap daerah perairan, sebaiknya
tidak menanam kangkung di perairan yang sudah tercemar. Kangkung yang dapat
ditanam di tempat tersebut akan menyerap zat-zat beracun yang terdapat di
dalamnya. Kangkung dapat ditanam di daratan rendah dan dataran tinggi.
27
Kangkung dapat tumbuh pada ketinggian sampai 1000 mdpl. Tanaman ini akan
tumbuh bagus jika ditanam pada tanah yang gembur dan subur dengan pH 6,0-7,0
dengan kelembapan 80%-90%.
2.5.2. Penanaman Kangkung
Ada dua jenis penanaman kangkung yang bisa dilakukan, yaitu penanaman
dalam keadaan kering (kangkung darat) dan penanaman dalam keadaan basah
(kangkung basah atau kangkung air). Kedua jenis penanaman ini memerlukan
bahan organik berupa kompos dan air dalam jumlah besar agar kangkung dapat
tumbuh dengan subur. Waktu kangkung yang baik adalah pada musim hujan
untuk kangkung darat dan musim kemarau untuk kangkung air. Sementara waktu
tanam kangkung yang dibudidayakan menggunakan biji adalah pada musim
kemarau.
Pada penanaman kering, kangkung ditanam pada jarak 5 inci (12,7 cm)
dan ditunjang dengan kayu sangga. Sementara pada penanaman basah, biasanya
menggunakan potongan kangkung dari batang sampai ke akar sepanjang 12 inci
(30,48 cm) ditanam dalam lumpur tanah dan dibiarkan basah.
2.5.3. Manfaat Kangkung
Menurut Rukmana (1994) sayuran kangkung merupakan sumber gizi yang
murah harganya dan mudah didapatkannya. Kandungan gizi dalam kangkung
dapat disimak pada Tabel 3.
28
Biaya Produksi :
- Biaya Tetap
- Biaya Variabel Penerimaan
Analisis Pendapatan
R/C Rasio
B/C Rasio
BEP (Break Even Point)
PP (Payback Period)
Pendapatan Usahatani
Kangkung Organik
30
32
Dokumen dapat berupa catatan pribadi, surat pribadi, buku harian, laporan
kerja, notulen rapat, catatan khusus, rekaman kaset, rekaman video, foto dan lain
sebagainya (Sukandarrumidi, 2002). Metode studi dokumentasi yang dilakukan
pada penelitian ini yaitu, dengan mengumpulkan data dari rekaman kaset,
rekaman video, foto, catatan pribadi, dan literatur.
35
3. Interview
Interview dikenal pula dengan istilah wawancara adalah suatu proses tanya
jawab lisan, di mana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik, yang satu dapat
melihat muka yang lain dan mendengar dengan telinga sendiri suaranya
(Sukandarrumidi, 2002). Interview pada penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui analisis pendapatan usahatani kangkung organik petani binaan
Agribusiness Development Center (ADC) di Kabupaten Bogor.
4. Kuisioner
Menurut Sugiyono (2009) kuisioner merupakan teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan
tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuisioner dalam penelitian ini
berupa pertanyaan kuisioner tertutup dan terbuka. Kuisioner tertutup adalah
bentuk kuisioner yang jawabannya sudah disediakan oleh peneliti sehingga
responden tinggal memilih jawaban yang sesuai. Kuisioner terbuka adalah bentuk
kuisionernya yang jawabannya belum disediakan pilihan jawabannya, sehingga
responden dapat bebas menjawab sesuai dengan ingatan dan pikirannya.
Responden diminta untuk mengisi kuisioner secara langsung sesuai
dengan pendapatnya, serta menjelaskan bahwa tidak ada jawaban yang salah.
Pengisian kuisioner ditujukan langsung kepada petani binaan Agribusiness
Development Centre (ADC) di Kabupaten Bogor. Dalam penelitian ini kuisioner
secara langsung sesuai dengan pendapatnya, serta menjelaskan bahwa tidak ada
jawaban yang salah.
36
Dimana :
TC = Biaya total kangkung organik
BT = Biaya tetap kangkung organik
37
besar dari satu (R/C > 1). Hal ini menunjukan bahwa setiap nilai rupiah yang
dikeluarkan dalam produk akan memberikan manfaat sejumlah nilai penerimaan
yang diperoleh.
3.5.3. Analisis Rasio Keuntungan atas Biaya (B/C Rasio)
Menurut Rahardi dan Hartono (2003, dalam Nasihah, 2014) analisis
keuntungan dan biaya (B/C Rasio) adalah perbandingan antara tingkat keuntungan
yang diperoleh dengan total biaya yang dikeluarkan. Suatu usaha dikatakan layak
dan memberikan manfaat apabila nilai B/C lebih besar dari nol (B/C Rasio > 0).
Semakin besar nilai B/C maka semakin besar nilai manfaat yang akan diperoleh
dari usaha tersebut. Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut :
B/C Rasio =
Total Keuntungan Sayuran Kangkung Organik
Total Biaya Sayuran Kangkung Organik
3.5.4. Analisis Break Even Point (BEP)
Break Even Point (BEP) merupakan titik impas usaha (Wiryanta, 2002,
dalam Marissa, 2010). Dari nilai BEP diketahui pada tingkat produksi dan harga
berapa suatu usaha tidak memberikan keuntungan dan tidak pula mengalami
kerugian. Ada dua jenis perhitungan BEP, yaitu BEP volume dan BEP harga
produksi. Dirumuskan sebagai berikut :
BEP Produksi ( ) (ton) =
UF meliputi, pertama penyediaan pasar yang pasti bagi produk yang dihasilkan
para petani. Umumnya selama ini petani tidak memiliki pasar dalam menjual hasil
dari kegiatan usahataninya, hal tersebut dimanfaatkan oleh para tengkulak dengan
harga yang rendah. Kedua, melakukan pembinaan terhadap para petani agar
mampu menghasilkan produk dengan kualitas terbaik, kuantitas yang optimal dan
kontinu. Produk yang dihasilkan para petani masih belum mampu memenuhi
kebutuhan konsumen, baik dari kualitas ataupun kontiunitas.
Pelaksanaan kerjasama dalam kedua poin secara bertahap dan berkelanjutan
harapannya dapat membantu petani meningkatkan pengetahuan, wawasan, dan
pola pikir petani dalam manajemen pertanian dengan baik, sekaligus
mempermudah petani dalam memasarkan hasil usahanya.
Agribusiness Development Center (ADC) ini merupakan pusat kegiatan
agribisnis yang beralamat di Cikarawang Dramaga Bogor yang bertujuan sebagai
lokasi pembibitan, lahan demonstrasi, packing room, dan tempat pelatihan
(Lampiran 2). Agribusiness Development Center memiliki peran tambahan yaitu
membayarkan hasil dari para petani, setelah kontrak ICDF telah habis sejak 2014.
Pembinaan kelompok dalam misi teknik Taiwan terbagi menjadi tiga kelompok
petani antara lain; kelompok organik, kelompok non-organik, dan kelompok
buah.
Kelompok organik yang menjadi fokus terdiri dari tujuh jenis yaitu,
pakcoy, caisim, selada, kailan, kangkung, bayam merah, dan bayam hijau.
Kelompok non-organik terdiri dari 13 jenis, yaitu pare putih, oyong Taiwan,
kacang panjang merah, asparagus, kucai, papaya, lobak merah, buncis, tomat
43
cherry, labu air, terong bulat, dan terong panjang. Sedangkan kelompok buah
terdiri dari jambu kristal saja.
ICDF dan ADC secara bersama mengajukan sertifikasi kepada Lembaga
Sertifiksi Organik (LSO) BIOCert pada bulan Agustus 2012. Selama satu bulan,
yaitu pada bulan September 2012, sehingga ADC telah memiliki sertifikasi
organik. Sertifikasi organik sangat penting dalam rangka mendapatkan
kepercayaan dari konsumen maupun produsen terhadap produk yang dihasilkan
merupakan proses budidaya pertanian yang sesuai dengan standar dan aturan yang
berlaku.
4.2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian kepada petani binaan Agribusiness Development Center
(ADC) khususnya petani kangkung organik tersebar di wilayah Kabupaten Bogor.
Keberadaan petani meliputi Kecamatan Dramaga, Kecamatan Ciampea,
Kecamatan Cibungbulang dan Kecamatan Leuwiliang.
Gambar 3. Peta Kabupaten Bogor
44
akses dari petani untuk menjual hasil panennya sangat mudah dibandingkan
Kecamatan yang lain. Kecamatan Dramaga memiliki luas panen kangkung 12 Ha
dan luas produksi kangkung sebanyak 49,2 Ton pada tahun 2012 (Sumber: BPS
Kecamatan Drama Dalam Angka 2013).
4.2.2. Kecamatan Ciampea
Kecamatan Cimpea merupakan bagian wilayah dari Kabupaten Bogor
yang pada tahun 2012 memiliki luas 30,62 Km2 dengan jumlah penduduk
sebanyak 149.567 jiwa. Kecamatan Ciampea memiliki beberapa wilayah
administrasi yang terdiri daari 13 desa, yaitu desa Ciampea, desa Benteng, desa
Cibadak, desa Cibanteng, desa Bojong Rangkas, desa Cihideung Ilir, desa
Cihideung Udik, desa Bojong Jongkol, desa Tegal Waru, desa Cicadas, desa
Cibuntu, desa Cimpea Udik dan desa Cinangka (Sumber: Kecamatan Ciampea
Dalam Angka 2013).
45
produksi kangkung sebanyak 61,51 Ton pada Tahun 2012 (Sumber: BPS
Kecamatan Leuwiliang Dalam Angka 2013).
4.3. Aktivitas Usahatani Kangkung Organik Petani Binaan Agribusiness
Development Center (ADC) di Kabupaten Bogor
Aktivitas usahatani kangkung organik dalam menjalani kegiatannya tidak
seragam satu dengan lainnya. Para petani sangat mempercayai pengalaman dan
ilmu yang dimillikinya dalam menjalani usahanya. Keadaan tersebut sangat sulit
dikondisikan oleh pihak ADC dalam mengantisipasi adanya kemungkinan
serangan hama, cuaca buruk dan penyakit tanaman yang berdampak buruk kepada
usahataninya.
Aktivitas usahatani dilakukan oleh para petani dimulai dari waktu shubuh
setelah mereka menjalani ibadah sholat sekitar pukul 05.30 WIB sampai dengan
pukul 12.00 WIB. Waktu selesai akan menjadi waktu istirahat saja apabila
tanaman sudah siap untuk di panen, karena hasil produk harus di sortir lalu
dikirim ke ADC saat panen tiba. Aktivitas juga bisa memungkinkan para petani ke
lahan apabila musim kemarau untuk menyiram tanaman sekitar pukul 16.00-18.00
WIB.
Proses kegiatan aktivitas usahatani yang dilakukan oleh para petani
antara lain: pengelolaan lahan, perawatan, panen dan pasca panen. Kegiatan dalam
proses pengelolaan lahan diantaranya untuk menggemburkan tanah pada area
lahan yang akan menjadi media tanaman kangkung organik. Area lahan yang telah
digemburkan kemudian dibuat bedeng (tanah yang ditinggikan sebagai media
tanam), biasanya ukuran bedeng disesuaikan dengan selera petani melihat luas
lahan yang dimilikinya. Ukuran dominan bedeng petani 1 m x 10 m, lebar 1 meter
47
dan panjang 10 meter. Proses selanjutnya membuat jarak tanam kangkung kurang
lebih 10-15 cm di area bedeng yang telah disiapkan, namun ada juga petani yang
tidak membuat jarak tanam pada kegiatan usahataninya. Jarak tanam yang telah
dibuat kemudian diberikan benih kangkung menyesuaikan pola jarak tanam yang
telah dibuat, bagi petani yang tidak melakukan pembuatan jarak tanam biasanya
telah mahir menyebar benih dengan menggunakan tangannya. Proses tersebut
yang membedakan keahlian dan pengalaman dari masing-masing petani.
Pada jarak bedeng antara bedeng yang lain kurang lebih 50 cm. Proses selanjutnya
pemberian pupuk kandang, biasanya para petani gemar memberikan pupuk dari
kotoran ayam petelur. Pemberian pupuk ada yang dilakukan sebelum dan sesudah
pemberian benih, biasanya jika sebelum pemberian benih dalam 1 bedeng ukuran
1 m x 10 m sebanyak 2 karung. Pemberian pupuk setelah pemberiaan benih
biasanya 1 karung, jumlah pupuk dalam 1 karung berkisar 18-22 Kg.
Proses selanjutnya pada kegiatan usahatani kangkung petani mitra ADC
adalah perawatan. Perawatan tanaman kangkung tidak sulit apabila pada musim
kemarau. Keadaan akan sebaliknya jika pada musim penghujan.
Tanaman kangkung mudah terkena penyakit jika pada musim penghujan,
disamping kualitas dan kuantitasnya juga tidak maksimal. Proses perawatan pada
musim kemarau melakukan penyiraman pagi dan sore. Proses pada musim hujan
dengan pengunaan paranet pada area bedeng yang ditanami. Perawatan juga
dilakukan oleh sebagian petani dengan menyemprotkan pestisida alami untuk
mencegah serangan hama seperti belalang. Merawat bedengan juga salah satu
kegiataan dilakukan saat musim hujan, apabila telah terjadi penurunan tanah-tanah
pada bagian bedeng.
48
tidak bersamaan dalam masa panennya. Hasil produksi yang dikirim akan
dibayarkan oleh pihak ADC kepada para petani tiap bulannya.
Manajemen ADC selain menentukan masa tanam dan jumlah produksi
sesuai permintaan pihak ADC kepada petani juga membuat standarisasi (SOP)
yang baik. Standarisasi tersebut antara lain seperti proses produksi yang tidak
memperbolehkan menyiram kangkung dengan air limbah (air tercemar), pupuk
non- organik (bahan kimia), daun kangkung tidak bolong-bolong (diserang hama),
keadaan daun kangkug tidak terkena penyakit (jamur), panjang kangkung tidak
boleh lebih dari 20 cm, dan batang kangkung tidak boleh terlalu besar atau terlalu
kecil.
Pengelolaan manajemen terhadap para petani dengan hal demikian salah
satu cara dalam memberikan kepercayaan kepada pelanggan ADC yang sebagian
besar ritel modern. Kualitas dan kuantitas harus selalu terjaga dan berkelanjutan
dari produksi kangkung organik oleh petani binaan ADC. Sehingga konsistensi
dan keberlangsungan produksi usahatani dapat tercapai melalui kerjasama petani
binaan ADC dengan pihak ADC dan mitra ADC dalam hal ini ritel modern.
Peran petani binaan ADC sebagai penyedia lahan pertanian, tenaga kerja,
dan sarana produksi. Sementara ADC bertugas sebagai pembina dan pendamping
para petani, sekaligus mengadakan pertemuan rutin, memberikan bimbingan
teknis, mengadakan training course (pelatihan budidaya per komoditas),
menyediakan benih dan bibit, dan membeli hasil petani sesuai Standard
Operation Prosedur (SOP) ADC.
Tahapan menjadi petani binaan dengan ADC sangat mudah dilakukan oleh
siapapun yang mungkin ingin melakukan usahatani. Pertama, petani mengajukan
50
diri kepada pihak ADC sekaligus memberikan informasi terkait potensi yang
dimiliki seperti lokasi, luas lahan, letak lahan, riwayat lahan, dan sumber air.
Ruang lingkup lahan ADC hanya menerima petani yang berasal dari wilayah
Kabupaten Bogor, karena akan mempengaruhi cost yang sangat tinggi untuk
petani dalam mengirimkan produksinya. Kedua, ADC memberikan keputusan
diterima atau tidaknya pengajuan tersebut sebagai petani binaan secara lisan
dengan mengundang ke kantor. Selanjutnya ADC akan membuat perjanjian
kepada petani binaan terkait kewajiban terhadap ADC antara lain mengikuti rapat
bulanan dan mematuhi serta taat pada keputusan hasil rapat bersama.
Petani binaan dapat langsung diperbolehkan melakukan produksi
komoditas dengan kuota benih sesuai permintaan ADC yang tersedia di pasar.
Kuota kangkung organik adalah 8 kg per minggu, kuota ini dapat diambil oleh
semua petani mitra yang ingin membudidayakannya. Jumlah kuota berbeda antara
petani dan akan terus bertambah apabila petani mampu memberikan hasil dan
kualitas yang baik kepada pihak ADC sesuai dengan ketersediaan modal dan
lahan, seiring berjalannya proses perluasan pangsa pasar oleh pihak manajemen
ADC.
4.5. Karakteristik Responden UsahataniKangkung Organik Petani Binaan
Agribusiness Development Center (ADC)
Karakteristik petani adalah ciri-ciri atau sifat-sifat yang dimiliki oleh
seseorang petani yang ditampilkan melalui pola pikir, pola sikap dan pola
tindakan terhadap lingkungannya (Mislini, 2006 dalam Amalia, 2013).
Pada penelitian ini karakteristik petani kangkung organik di ADC terdiri dari
51
paling rendah bahkan tidak ada adalah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)
0 orang (0%). Jumlah responden pada Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA)
adalah 1 orang (6,25%), sementara jumlah responden Pendidikan Tinggi (PT)
adalah 4 orang (25%). Data tersebut dapat sedikit menggambarkan bahwa tingkat
petani masih rendah dalam sektor pertanian dibandingkan sektor lainnya.
Suratiyah (2009 dalam Amalia, 2013) menjelaskan bahwa pendidikan akan
membuka cakrawala petani, menambah keterampilan dan pengalaman petani
dalam mengelola usahataninya. Kenyataan tersebut masih dianggap oleh sebagian
petani bahwa pendidikan kurang memiliki peranan penting dalam berusahatani
selama tenaga dan semangat masih dimilikinya.
2. Jumlah Tanggungan Keluarga
Petani kangkung binaan ADC yang menjadi responden yaitu sebanyak 16
orang (100%). Tanggungan keluarga tani yang berdasarkan jumlah anggota
keluaga petani dibagi menjadi dua kelompok yang terdiri dari 1-4 orang dan 5-10
orang. Mayoritas petani kangkung organik binaan ADC memiliki tanggungan
keluarga terbanyak ada pada kelompok yang terdiri dari 1-4 yaitu berjumlah 9
orang (56,25%). Tabel 4, menyajikan sebaran jumlah tanggungan keluargaa petani
responden kangkung organik binaan ADC.
Tabel 4. Sebaran Jumlah Tanggungan Keluarga Responden Usahatani Kangkung
Organik Petani Binaan Agribusiness Development Center (ADC)
No Tanggungan Keluarga (Orang) Jumlah (Orang) %
1 1-4 9 56,25
2 5-10 7 43,75
Jumlah 16 100
Sumber: Hasil Penelitian, 2015 (Diolah)
kangkung organik binaan ADC pada kelompok 2-5 tahun merupakan yang paling
mendominasi yaitu sebanyak 11 orang (68,74%). Sedangkan petani responden
yang berusahatani padi sawah pada kelompok pengalaman berusahatani > 5 tahun
sebanyak 4 orang (24%). Hal tersebut dapat mempengaruhi kemampuan petani
dalam mengetahui dan menguasai teknik budidaya berusahatani kangkung
organik yang mereka jalankan.
54
Tabel 8. Rata-rata Produksi, Biaya Total, Harga Jual, Penerimaan dan Pendapatan
Usahatani Kangkung Organik Petani Binaan Agribusiness Development
Center (ADC) dengan Luas Lahan 575 M2/tahun
Uraian
Produksi (Kg) Biaya Total
(Rp)
Harga
Jual (Rp)
Penerimaan
(Rp)
Pendapatan
(Rp)
Jumlah 9.113 17.985.220 7.000 63.787.500 45.802.280
Sumber: Hasil Penelitian, 2015 (Diolah)
organik binaan ADC, yaitu sebesar Rp45.802.280,-. Nilai tersebut diperoleh dari
hasil selisih antara jumlah penerimaan dengan biaya produksi.
5.1.3. Hasil Analisis Tingkat Pendapatan dengan Menggunakan R/C Rasio,
B/C Rasio, Break Even Point (BEP), dan Payback Period (PP)
Usahatani Kangkung Organik Petani Binaan Agribusiness
Development Center (ADC) di Kabupaten Bogor
Analisis tingkat pendapatan dengan menggunakan R/C rasio, B/C rasio,
BEP dan PP pada pendapatan usahatani kangkung organik petani binaan
Agribusiness Development Center (ADC) di Kabupaten Bogor digunakan untuk
melihat kelayakan usaha dan mengevaluasi agar lebih optimal dalam mendapatkan
keuntungan. Tabel 9, menyajikan hasil analisis tingkat pendapatan usahatani
kangkung organik petani binaan Agribusiness Development Center (ADC).
Tabel 9. Hasil Analisis Tingkat Pendapatan dengan Menggunakan R/C Rasio, B/C
Rasio, Break Even Point (BEP), dan Payback Period (PP) Usahatani
Kangkung Organik Petani Binaan Agribusiness Development Center
(ADC) dengan Luas Lahan 575 M2/tahun
No Uraian Hasil
1 R/C Rasio 3,55
2 B/C Rasio 2,55
3 Break Even Point (BEP)
BEP Produksi/volume 2.569 (Kg)
BEP Harga 1.973 (Rp)
4 Payback Period (PP) 1,48
Sumber: Data Primer, 2015 (Diolah)
58
Berdasarkan tabel 9, dapat disimpulkan bahwa nilai R/C rasio dan B/C
rasio layak dan memberikan manfaat dari usahatani kangkung organik. Nilai BEP
produksi/volume 2.569 dan BEP harga Rp1.973,-. Sedangkan PP mendapatkan
nilai 1,48.
Berikut ini merupakan Tabel 10, yang akan merangkum seluruh hasil
perhitungan dari analisis pendapatan usahatani kangkung organik petani binaan
ADC. Perhitungan tersebut meliputi penerimaan, pendapatan, R/C rasio, B/C
rasio, break event point dan payback period.
Tabel 10. Hasil Analisis Pendapatan Usahatani Kangkung Organik Petani Binaan
Agribusiness Development Center (ADC) di Kabupaten Bogor dengan
Rata-rata Luas Lahan 575 M2/tahun
No Uraian Nilai (Rp)
1 Penerimaan 63.787.500
2 Pendapatan 45.801.580
3 Biaya Tetap
Pajak Lahan 66.220
Total Biaya Tetap (Fixed Cost) 66.220
4 Biaya Variabel
Benih 246.000
Pupuk 8.670.000
Listrik 356.250
Tenaga Kerja 6.656.250
Transportasi 825.000
Penyusutan 1.165.500
Total Biaya Variabel (Variable Cost) 17.919.700
5.2. Pembahasan
Pembahasan penelitian analisis pendapatan usahatani kangkung organik
petani binaan Agribusiness Development Center di Kabupaten Bogor dengan ratarata
luas lahan 575 M2/tahun. Pembahasan penelitian analisis yang meliputi;
analisis biaya, analisis pendapatan serta analisis tingkat pendapatan dengan
menggunakan R/C rasio, B/C rasio, Break Even Point (BEP) dan Payback Period
(PP).
5.2.1. Pembahasan Analisis Biaya Usahatani Kangkung Organik Petani
Binaan Agribusiness Development Center (ADC) di Kabupaten Bogor
Biaya usahatani terdiri dari biaya tetap (fix cost) dan biaya variabel
(variable cost). Biaya tetap hasil analisis hanya terdiri dari biaya pajak lahan.
Sedangkan, biaya variabel hasil analisis terdiri dari biaya benih, pupuk, tenaga
kerja, listrik dan biaya penyusutan.
Berikut ini merupakan kategori biaya tetap yaitu pajak lahan.
Adapun penjelasannya sebagai berikut:
1. Pajak Lahan
Terdapat pajak lahan yang dibayarkan oleh petani kangkung organik
binaan ADC. Rata-rata pajak lahan (PBB) yang dibayarkan petani responden
adalah sebesar Rp66.220,- /m2/Tahun. Biaya yang dikeluarkan petani berbedabeda
seperti yang dijelaskan sebelumnya (lampiran 4). Pajak lahan berupa tanah
Kabupaten Bogor telah disesuaikan dengan kebijakan Peraturan Daerah Nomor 10
Tahun 2011 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan. (Lampiran 5).
60
Berikut ini merupakan kategori biaya variabel, yaitu: biaya benih, biaya
pupuk, biaya tenaga kerja, biaya penyusutan, biaya listrik dan biaya transportasi.
Adapun penjelasannya sebegai berikut:
1. Biaya Benih
Biaya benih merupakan biaya penggunaan benih yang dikeluarkan petani
responden pada usahatani kangkung organik binaan ADC per Tahun 2014.
Benih menentukan keunggulan dari suatu komoditas. Benih yang unggul
cenderung menghasilakan produk dengan kualitas yang baik. Pemakaian benih
yang dilakukan oleh petani kangkung binaan ADC berbeda-beda (Lampiran 6),
mulai dari harga, kualitas dan kuantitas. Harga benih berkisar dari Rp15.000,hingga Rp25.000,- /Kg, sementara jumlah benih per tahun sebanyak 210 Kg.
Penggunaan rata-rata benih pada petani kangkung organik binaan ADC per Tahun
2014 adalah sebesar Rp246.000,- (Lampiran 6).
2. Biaya Pupuk
Biaya pupuk adalah biaya yang dikeluarkan petani responden pada
usahatani kangkung binaan ADC per tahun 2014 berbeda satu sama lain
(Lampiran 4). Pupuk merupakan tambahan nutrisi bagi tanah agar tanaman dapat
tumbuh secara optimal. Bahan baku pupuk untuk petani ADC merupakan
campuran dari kotoran unggas dan sekam. Kotoran unggas yang digunakan pada
usahatani kangkung organik ADC ini adalah kotoran ayam petelur, sebab
kandungan protein dari kotoran unggas tersebut sangat baik untuk kesuburan
tanah. Satuan dalam penyebutan penelitian ini yaitu karung, sebab para petani
sulit menghitung dengan satuan kilogram apabila dipindah dalam bentuk satuan
rupiah. Penyebabnya biaya yang dikeluarkan oleh petani satuannya karung kepada
61
gunakan diantara petani responden. Rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh petani
kangkung binaan ADC per Tahun 2014 adalah sebesar Rp6.656.250,-.
5. Biaya Transportasi
Biaya transportasi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh petani
responden pada usahatani organik binaan ADC tahun 2014. Biaya transportasi
yang dikeluarkan oleh petani responden berbeda antara petani satu dengan lainnya
(Lampiran 4), begitupun dengan jumlah biaya yang dikeluarkan. Hal tersebut
dikarenakan banyaknya hasil panen dan jarak tempuh antara petani responden
berbeda. Luas lahan dari 500 m2 ke atas menggunakan mobil dalam mengirimkan
hasil usahataninya, sedangkan luas lahan 500 m2 ke bawah menggunakan motor.
Rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh petani kangkung mitra ADC per tahun
adalah sebesar Rp825.000,-.
6. Biaya Penyusutan
Biaya penyusutan adalah biaya yang dikeluarkan berdasarkan alokasi
sistematis jumlah yang dapat sisusutkaan dari suatu aset selama usia
ekonomisnya. Terdapat 7 komponen alat yang digunakan dalam usahatani
kangkung organik binaan ADC yaitu cangkul, arit, parang, gembor, garpu, paranet
dan mesin air. Pembelian alat tersebut tidak dilakukan pada tiap musim panen
ataupun tiap tahun, karena alat tersebut dapat digunakan hingga tidak terpakai
(rusak) kembali. Alat pertanian yang digunakan tersebut namun akan mengalami
penyusutan setiap tahunnya yang dapat dihitung melalui metode garis lurus,
dimana biaya penyusutan didapat dari harga beli dengan umur ekonomis (tahun).
Satuan pengukuran umur ekonomis alat pertanian diperoleh dari rata-rata petani
berusahatani kangkung organik per tahun sebesar Rp1.165.500,- (Lampiran 7).
63
biaya (R/C Rasio), analisis keuntungan atas biaya (B/C Rasio), break event point
(BEP) dan payback period (PP).
1. Analisis Rasio Penerimaan atas Biaya (R/C Rasio)
Analisis rasio penerimaan atas biaya (R/C Rasio) merupakan perbandingan
(ratio atau nisbah) antara penerimaan (revenue) dan biaya (cost).
Penerimaan yang diperoleh pada petani kangkung organik binaan ADC yaitu
sebesar Rp63.787.500,-, sedangkan biaya total usahatani kangkung organik adalah
Rp17.985.220,-. Perhitungan analisis penerimaan atas biaya (R/C Rasio) usahatani
kangkung organik adalah 3,55. Hasil tersebut didapat dari pembagian antara
penerimaan dan biaya total usahatani. Tabel 11, menyajikan rincian analisis rasio
penerimaan atas biaya (R/C Rasio) yang diperoleh petani responden kangkung
organik binaan Agribusiness Development Center (ADC) di Kabupaten Bogor.
Tabel 11. Analisis Rasio Penerimaan atas Biaya (R/C Rasio) yang Diperoleh
Usahatani Kangkung Organik Petani Binaan Agribusiness
Development Center (ADC) di Kabupaten Bogor dengan Rata-rata
Luas Lahan 575 M2/tahun
Berdasarkan tabel 11, dapat dilihat bahwa nilai rasio atas biaya (R/C
Rasio) sebesar 3,55 mengindikasikan setiap Rp1.000.000,- atas keseluruhan biaya
usahatani yang dikeluarkan akan memberikan penerimaan sebesar Rp3.550.000,kepada petani organik binaan ADC. Usahatani kangkung organik dapat
dikatakan efisien karena memiliki nilai rasio penerimaan atas biaya yang lebih
dari satu (R/C Rasio > 1), sehingga kegiatan usahatani kangkung organik layak
65
Berdasarkan tabel 13, dapat dilihat bahwa nilai rasio keuntungan atas
biaya (B/C Rasio) usahatani kangkung organik sebesar 2,55 mengindikasikan jika
modal yang dikeluarkan sebesar Rp1.000.000,-, maka petani kangkung organik
akan mendapatkan manfaat keuntungan sebesar Rp2.550.000,-.
Usahatani kangkung organik dapat dikatakan memberikan manfaat untuk
66
memiliki tiga cara yaitu: BEP Produksi atau volume dan BEP harga.
1. BEP Produksi
Analisis BEP Produksi atau volume merupakan hasil pembagian antara
total biaya usahatani yang dikeluarkan oleh petani responden kangkung organik.
Total biaya usahatani yang dikeluarkan oleh petani kangkung adalah sebesar
Rp17.985.220,- M2/tahun, sedangkan harga jual kangkung organik adalah sebesar
Rp7000/Kg. Tabel 13, menyajikan analisis BEP produksi yang diperoleh petani
responden kangkung organik binaan Agribusiness Development Center (ADC) di
Kabupaten Bogor.
Tabel 13. BEP Produksi yang Diperoleh Usahatani Kangkung Organik Petani
Binaan Agribusiness Development Center (ADC) di Kabupaten Bogor
dengan Rata-rata Luas Lahan 575 M2/tahun
No Jenis Biaya Nilai (Rp)
1 Total Biaya Usahatani 17.985.220
2 Harga Jual 7.000/Kg
BEP Produksi 2.569 Kg
Sumber: Data Primer, 2015 (Diolah)
Berdasarkan tabel 13, menunjukan bahwa hasil BEP produksi atau volume
yang dikeluarkan oleh petani kangkung organik sebesar 2.569 Kg/tahun/M2.
67
Perhitungan yang dihasilkan akan mengalamai kerugian jika nilai BEP produksi
tidak melebihi 2.569 Kg/tahun/M2. Perhitungan yang dihasilkan juga tidak akan
mengalami keuntungan, artinya dalam hasil tersebut merupakan titik impas.
2. BEP Harga
Analisis BEP harga merupakan hasil BEP produksi yang ada pada petani
kangkung organik dengan total produksi usahatani kangkung organik. Biaya total
usahatani kangkung yang dikeluarkan oleh petani adalah sebesar Rp17.985.220,-,
sedangkan rata-rata total produksi adalah 9.113 Kg/tahun/M2. Tabel 14,
menyajikan analisis BEP harga yang diperoleh petani responden kangkung
organik binaan Agribusiness Development Center (ADC) di Kabupaten Bogor.
Tabel 14. BEP Harga yang Diperoleh Usahatani Kangkung Organik Petani Binaan
Agribusiness Development Center (ADC) di Kabupaten Bogor dengan
Rata-rata Luas Lahan 575 M2/tahun
No Jenis Biaya Nilai (Rp)
1 Total Biaya Usahatani 17.985.220
2 Total Produksi 9.113/Kg
BEP Harga 1.973Kg
Sumber: Data Primer, 2015 (Diolah)
Berdasarkan tabel 14, menunjukan bahwa hasil BEP harga yang ada pada
petani responden kangkung organik adalah Rp1.973,-/Kg. Hasil yang dihasilkan
akan mengalami kerugian jika nilai BEP kurang dari Rp1.973,-/Kg.
Perhitungan yang dihasilkan juga tidak akan mengalami keuntungan, artinya
dalam hasil tersebut merupakan titik impas.
4. Analisis Payback Period (PP)
Analisis Payback Period (PP) digunakan untuk mengetahui jangka waktu
pengembalian modal telah dikeluarkan oleh petani responden kangkung organik
selama produksi yang diperoleh dari perbandingan nilai investasi dengan nilai
pendapatan. Investasi adalah menempatkan uang atau dana dengan harapan untuk
68
memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu atas uang atau dana tersebut
(Ahmad, 2004). Nilai investasi pada penelitian ini dihasilkan dari total biaya dari
mesin dan alat yang digunakan oleh petani responden usahatani kangkung
organik sebagai sarana pendukung untuk melakukan kegiatan usahatani
kangkung organik sebesar Rp5.640.000,- (Lampiran 9), sedangkan dari nilai
Payback Period (PP) pada petani responden kangkung organik adalah sebesar
1,48. Tabel 15, menyajikan analisis payback period petani responden kangkung
organik binaan Agribusiness Development Center (ADC) di Kabupaten Bogor.
Tabel 15. Analisis Payback Period (PP) Usahatani Kangkung Organik Petani
Binaan Agribusiness Development Center (ADC) di Kabupaten Bogor
dengan Rata-rata Luas Lahan 575 M2/tahun
No Komponen Nilai (Rp)
1 Investasi Usahatani Kangkung Organik 5.640.000
2 Pendapatan Usahatani Kangkung Organik 45.801.580
Analisis Payback Period (PP) 1,48
Sumber: Data Primer, 2015 (Diolah)
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil pembahasan dan uraian mengenai Analisis
Pendapatan Usahatani Kangkung Organik Binaan Agribusiness Development
Center (ADC) di Kabupaten Bogor, maka dapat diberikan kesimpulan sebagai
berikut:
1. Biaya usahatani kangkung organik petani binaan Agribusiness
Development Center (ADC) di Kabupaten Bogor memiliki biaya produksi
usahatani sebesar Rp17.985.220,-/tahun dengan nilai rata-rata lahan seluas
575 M2.
2. Pendapatan usahatani kangkung organik petani binaan Agribusiness
Development Center (ADC) di Kabupaten Bogor memperoleh nilai ratarata
sebesar Rp45.801.580,- M2/tahun dengan nilai rata-rata lahan seluas
575 M2.
3. Analisis tingkat pendapatan usahatani kangkung organik petani binaan
Agribusiness Development Center (ADC) di Kabupaten Bogor
memperoleh nilai rasio penerimaan atas biaya (R/C Rasio) adalah sebesar
3,55. Nilai rasio keuntungan atas biaya (B/C Rasio) merupakann
perbandingan antara tingkat keuntungan/pendapatan adalah sebesar 2,55.
Sementara perhitungan break event point (BEP) terbagi menjadi 2, yaitu
70
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Kamaruddin. Dasar-dasar Manajemen Investasi dan Portofolio. PT.
Rineka Cipta. 2004. Jakarta.
Blocher. 2007. Cost Management: Manajemen Biaya (Penekanan Strategis).
Salemba 4. Jakarta.
Cahyo Saparinto dan Rini Susiana, 2014. Panduan Lengkap Budi Daya Ikan dan
Sayuran dengan Sistem Akuaponik, Lily Publisher, Yogyakarta.
Direktorat Gizi Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1981.
Downey W.D. dan Ericson S.P. Tanpa Tahun. Manajemen Agribisnis Edisi
Kedua.
Fess, Warren Reeve. 2005. Pengantar Akuntansi. Salemba 4. Jakarta.
Food dan Nutrion Center Hand-Book No.1. 1994. Manila.
Fuad, M., dkk. 2000. Pengantar Bisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Hanafie, Rita. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Andi. Yoyakarta.
Hernanto. F. 1995. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.
Idani, Florent Rostrina. 2012. Analisis Pendapatan Usahatani dan Optimalisasi
Pola Tanam Sayuran di Kelompok Tani Pondok Menteng Desa
Citapen di Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor Jawa Barat [skripsi].
Bogor. Institut Pertanian Bogor.
Marissa. 2010. Analisi Pendapatan Usahatani Tebu di PT. PG Rajawali II Unit PG
Tersana Baru, Babakan, Cirebon, Jawa Barat. [skripsi]. Jakarta.
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Mosher, A. T. 1991. Menggerakan Pembangunan Pertanian: Syarat-Syarat
Pokok Pembangunan dan Moderenisasi. CV. Yasaguna. Jakarta.
Nasihah, Mia Fidyatun. 2014. Analisis Pendapatan Usahatani Belimbing Dewa
pada Petani Mitra di Depok Organik. [skripsi]. Jakarta. Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
72
Lampiran 1. Kuisioner
Analisis Pendapatan Usahatani Kangkung Organik Petani Binaan
Agribusiness Development Centre (ADC) di Kabupaten Bogor
Oleh : Nur Ikhsan Ramdhani Yusuf / 109092000007
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmatNya kepada kita semua. Perkenankanlah saya mahasiswa meminta bantuan
kepada Bapak / Ibu untuk mengisi kuisioner di bawah ini. Kuisioner ini
merupakan alat bantu dalam penelitian saya. Sekecil apapun informasi yang anda
berikan kepada saya, akan sangat besar artinya bagi kelancaran penelitian skripsi
saya ini. Atas perhatian dan kerjasamanya, saya ucapkan terimakasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Hari / Tanggal :
*) lingkari pilihannya
A. Data Responden
1. Nama :
2. Alamat / No. Hp :
3. Jenis kelamin : L / P *
4. Umur : tahun
5. Status pernikahan : 1. Belum Menikah; 2.
Menikah *
Berusahatani
Status
Lahan
Luas
Lahan
Luas Lahan
Kangkung
Tanggungan
Keluarga
1 Novicha Perempuan 27 Desa Cibanteng Ilir S2 Belum Menikah 2 Sendiri 500 300 2
2
Febri
Khafidain Laki-laki 20 Desa Cibanteng S1 Belum Menikah 1 Sendiri 1800 400 2
3 Encep Laki-laki 64
Desa Gunung
Bunder SD Menikah 5 Sendiri 2500 600 6
4 Endang. S Laki-laki 65
Desa Gunung
Bunder SD Menikah 6 Sendiri 2500 1000 7
5
Darma
Maulana Laki-laki 34
Desa Gunung
Bunder SD Belum Menikah 6 Sendiri 2000 500 2
6 Sujino Laki-laki 35
Desa Bojong
Jengkol S1 Menikah 5 Sendiri 1500 300 4
7 H. Sholeh Laki-laki 78 Desa Karekhel SD Menikah 7 Sendiri 3000 1000 9
8 Asmin Laki-laki 60 Desa Karekhel SD Menikah 7 Sendiri 1000 500 7
9 Yani Laki-laki 51 Desa Karekhel SD Menikah 4 Sendiri 1000 500 6
10 Galung Laki-laki 49 Desa Karekhel SD Menikah 4 Sendiri 1000 500 5
11 H. Endang Laki-laki 45 Desa Ciraruteun SD Menikah 5 Sendiri 2500 900 7
12 Hidayat Laki-laki 58 Desa Ciraruteun SD Menikah 5 Sendiri 4000 1500 10
13 Budi Laki-laki 34 Desa Cibatok SD Menikah 3 Sendiri 1500 400 4
14 Eman Laki-laki 49 Desa Karekhel SD Menikah 5 Sendiri 1000 300 5
15 Fauzi Laki-laki 57 Desa Ciampea SMU Menikah 4 Sendiri 1600 600 3
16 Mad Yusa Laki-laki 44 Desa Babulak SD Menikah 2 Sendiri 500 250 4
78
Kerja (Rp)
Biaya
Penyusutan
(Rp)
Jumlah Biaya
Usahatani
(Rp/MT)
Jumlah Biaya
Usahatani
(Rp/Tahun)
1 Hidayat 1500 42.500 1.800.000 50.000 172.700 100.000 1.200.000 2.650.500 6.015.700 41.133.200
2 H. Endang 900 25.500 1.260.000 50.000 102.740 100.000 900.000 2.650.500 5.088.740 30.779.240
3 Yani 500 18.000 600.000 25.000 56.100 100.000 600.000 490.500 1.889.600 16.662.600
4 Aswin 500 18.000 700.000 25.000 56.100 100.000 600.000 490.500 1.989.600 17.862.600
5 H. Sholeh 1000 34.000 1.400.000 50.000 116.000 100.000 900.000 2.650.500 5.251.100 32.575.100
6 Sujino 300 10.000 420.000 20.000 34.980 20.000 300.000 490.500 1.295.480 9.765.480
7 Darma 500 25.000 700.000 20.000 56.100 100.000 450.000 490.500 1.841.600 16.086.600
8 Febri 400 17.000 250.000 25.000 46.640 30.000 450.000 490.500 1.309.140 9.801.140
9 Mad Yusa 250 17.000 350.000 20.000 29.150 20.000 150.000 490.500 1.076.650 7.203.650
10 Eman 300 10.000 300.000 20.000 34.980 20.000 300.000 490.500 1.175.480 8.325.480
11 Novicha 300 10.000 300.000 20.000 34.980 30.000 300.000 490.500 1.185.480 8.445.480
12 Galung 500 17.000 600.000 25.000 56.100 100.000 600.000 2.650.500 4.048.600 18.810.600
13 Encep 600 18.000 720.000 30.000 69.960 100.000 525.000 490.500 1.953.460 17.276.460
14 Endang S 1000 36.000 1.200.000 50.000 116.600 100.000 1.000.000 2.650.500 5.153.100 31.399.100
15 Budi 400 20.000 560.000 25.000 46.640 50.000 450.000 490.500 1.642.140 13.797.140
16 Fauzi 250 10.000 400.000 20.000 29.150 30.000 150.000 490.500 1.129.650 7.839.650
Jumlah 9.200 328.000 11.560.000 475.000 1.059.520 1.100.000 8.875.000 18.648.000 42.045.520 287.763.520
Total (Tahun) 9.200 3.936.000 138.720.000 5.700.000 1.059.520 13.200.000 106.500.000 18.648.000 - Rata-rata 575 246.000 8.670.000 356.250 66.220 825.000 6.656.250 1.165.500 2.627.845 17.985.220
79
Lampiran 7. Penyusutan Alat dan Mesin Produksi Usahatani Kangkung Organik Petani
Binaan Agribusiness Development
Center (ADC) di Kabupaten Bogor
No
Nama Harga per Unit Umur Ekonomis Biaya Penyusutan / Tahun Jumlah unit
Total Penyusutan
per Tahun
1 Cangkul 60,000 2 27,000 32 864,000
82