Você está na página 1de 7

MAKALAH

ADAB BERTAMU DALAM ISLAM

DISUSUN OLEH :
1. YULIAN
2. TIARA
3. LOLITA
4. ROSDIANTO
KELAS : X. A

SMA PERGIB 3 GANTUNG


TAHUN PELAJARAN 2015/2016

ADAB BERTAMU DALAM ISLAM


A.Pengertian Adab Bertamu
Dalam ajaran Islam ada dua konsep yang harus ditegakkan, yaitu Hablum minallah dan
Hablum minannas, Hablum Minallah artinya melakukan hubungan dengan Allah, sedangkan
Hablum minannas artinya melakukan hubungan antar sesame manusia. Bertemu termasuk salah
satu dari kegiatan hablum minannas. Jika demikian, apa bertamu itu sebenarnya..?!
Bertamu adalah berkunjung ke rumah orang lain dalm rangka mempererat silaturahim.
Maksud orang lain di sini adalah tetangga, saudara (sanak famili), teman sekantor, teman
seprofesi dan sebagainya. bertemu tentu ada maksud dan tujuannya, antara lain menjeguk yang
sedang sakit, ngobrol-ngobrol biasa, membicarakan bisnis, membicarakan masalah keluarga
keluarga dan sebagainya.
Apapun alasannya, seseorang berkunjung kerumah orang lain (bertamu) tidaklah menjadi
persoalan. Yang jelas bertamu itu pada hakekatnya mempererat silaturahmi atau tali
persaudaraan. Orang suka bersilaturahmi akan dilampangkan rezekinya dan dipanjangkan
umurnya, sebagaimana hadis Rasulullah saw, dari riowayat Abu Hurairah:
:

.


Artinya :Sabda Rasulullah saw.Burung siapa yang menginginkan diperluas rezekinya dan
diperpanjang umurnya maka sebaiknya ia bersilaturahmi. (H.R Bukhari Muslim)
Mempererat tali silaturahim, baik dengan tetangga, sanak saudara maupun teman sejawat
merupakan perintah agama islam agar senantiasa membina kasih sayang, hidup rukun, tolong
menolong, saling membantu antara yang kaya dengan yang miskin dan memiliki kesempatan
dengan yang mengalami kesempitan.
Silaturahim tidak saja menghubungkan tali persaudaraan, tetapi juga akan banyak
menambah wawasan, pengalaman karena pada saat berinteraksi terdapat pembicaraanpembicaraan yang berkaitan dengan masalah-masalah perdagangan atau penghasilan, sehingga
satu sama lain akan mendapatkan pandangan baru tentang usaha pendapatan rezeki dan
sebagainya.
Suasana yang dialami bagi orang yang biasa bersilaturahmi, hidup menjadi lebih
menyenangkan, nuaman, dan hati menjadai tentram sehingga hidup ii merasa luas dan lega
seakan umur bertambah, walaupun kenyataan yang sebenarnya umur atau ajal manusia sudah
ditentukan jauh sebelum ia dilahirkan oleh Allah Swt.
Hadis tersebut menambahkan selain bersilaturahmi, berakhlak yang baik (Husnul
Khuluq) dan bertetangga yang baik (Husnul Jawari) dapat pula mencptakan suasana yang
menyenangkan dan lebih semarak dalam hidup bermasyarakat.Karena itu ajaran islam member
tuntunan atau tatakrama dalam berinteraksi antar sesama misalnya bertamu dan yang menerima
tamu.
B. Cara Bertamu yang Baik
Cara bertamu yang baik menurut Islam antara lain sebagai berikut:
o Berpakaian yang rapi dan pantas

Bertamu dengan memakai pakaian yang pantas berarti menghormati tuan rumah dan dirinya
sendiri. Tamu yang berpakaian rapi dan pantas akan lebih dihormati oleh tuan rumah, demikian
pula sebaliknya.
o

Memberi isyarat dan salam ketika datang

1.Penafsiran
Ayat
Ibnu
Katsir
berkata,
Muqotil
bin
Hayyan
berkata,
Allah melarang hambanya yang beriman memasuki rumah orang lain tanpa
izin dan memerintahkan untuk memberi salam kepada penghuni / pemiliknya.
Sebab
kebiasaan
orang jahiliyah
apabila dia
berjumpa
dengan temannya
tidaklah
menyampaikan
salam menurut
Islam,
tetapi
mengucapkan
selamat
pagi, atau selamat sore.Inilah penghormatan mereka. Jika mereka pergi ke rumah temannya,
mereka langsung masuk rumah tanpa minta izin sebelumnya. Orang yang berada di rumah
merasa
keberatan,
sebab
bisa
jadi
ketika
tamu
itu
masuk
ke
rumah, shohibul bait (tuan rumah) sedang berkumpul dengan istrinya. Oleh sebab itu Allor
merubah adat jelek ini, supaya rumah itu bersih dari kotoran dan kekeruhan hati, maka
diperintahkan hamba-Nya agar meminta izin dan mengucapkan salam terlebih dahulu sebelum
masuk rumah orang lain. Berikutnya Ibnu Katsir berkata,Perkataan Muqotil bin Hayyan itu
benar. Oleh karena itu, Alloh menjelaskan, yang demikian itu (meminta izin terlebih dahulu
sebelum masuk ke rumah orang -pen) itu lebih baik untukmu (yang bertamu dan tuan rumah
-pen), semoga kamu selalu ingat.
2. Mafsadah Masuk Rumah Tanpa Izin Kita wajib meyakini, bahwa semua perintah di dalam AlQuran dan sunnah, jika diamalkan pasti ada mashlahatnya baik di dunia maupun di akhirat.
Sebaliknya, semua larangannya jika dilanggar pasti mendatangkan kerusakan. Adapun
kerusakan yang disebabkan masuk rumah orang lain tanpa izin banyak sekali. Antara lain
sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Syaikh Abdur Rahman bin Nashir As-Sadi. Beliau
berkata, Alloh menjelaskan kepada hamba-Nya yang beriman bahwa mereka dilarang masuk
rumah orang lain tanpa izin karena ada beberapa mafsadah, yaitu:
1. Kemungkinan akan terlihatnya aurot atau aib orang yang di rumah. Karena
rumah bagi manusia adalah penutup aurat di balik tabir. Ibarat pakaian
untuk menutup aurat badannya. Sabda Rosulullah yang artinya, Sesungguhnya disyariatkan
meminta izin, karena untuk keperluan melihat.
2. Menimbulkan keraguan shohibul bait, seperti munculnya kecurigaan terhadap tamu
dengan persangkaan yang buruk (ingin mencuri, merampok, atau perbuatan jahat lainnya).
Sebab, masuk rumah tanpa sepengetahuan penghuninya adalah perbuatan jelek. Oleh karena itu,
jika ingin masuk rumah orang orang lain, hendaknya minta izin.

Diriwayatkan bahwa:


: :

:


( )
Artinya: Bahwasanya seorang laki-laki meminta izin ke rumah Nabi Muhammad SAW
sedangkan beliau ada di dalam rumah. Katanya: Bolehkah aku masuk? Nabi SAW bersabda
kepada pembantunya: temuilah orang itu dan ajarkan kepadanya minta izin dan katakan
kepadanya agar ia mengucapkan Assalmu alikum, bolehkah aku masuk lelaki itu mendengar
apa yang diajarkan nabi, lalu ia berkata Assalmu alikum, bolehkah aku masuk? nabi SAW
memberi izin kepadanya maka masuklah ia. (HR Abu Daud).

Jangan mengintip ke dalam rumah

Rasulullah SAW bersabda yang artinya: Dari Sahal bin Saad ia berkata: Ada seorang
lelaki mengintip dari sebuh lubang pintu rumah Rasulullah SAW dan pada waktu itu beliau
sedang menyisir rambutnya. Maka Rasulullah SAW bersabda: Jika aku tahu engkau
mengintip, niscaya aku colok matamu. Sesungguhnya Allah memerintahkanuntuk meminta izin
itu adalah karena untuk menjaga pandangan mata. (HR Bukhari)[3]
o

Minta izin masuk maksimal sebanyak tiga kali

Jika telah tiga namun belum ada jawaban dari tuan rumah, hendaknya pulang dahulu dan
datang pada lain kesempatan.
o

Memperkenalkan diri sebelum masuk

Apabila tuan rumah belum tahu/belum kenal, hendaknya tamu memperkenalkan diri
secara jelas, terutama jika bertamu pada malam hari. Diriwayatkan dalam sebuah hadits yang
artinya: dari Jabir ra Ia berkata: Aku pernah datang kepada Rasulullah SAW lalu aku
mengetuk pintu rumah beliau. Nabi SAW bertanya: Siapakah itu? Aku menjawab: Saya
Beliau bersabda: Saya, saya! seakan-akan beliau marah (HR Bukhari)
Kata Saya belum memberi kejelasan. Oleh sebab itu, tamu hendaknya menyebutkan nama
dirinya secara jelas sehingga tuan rumah tidak ragu lagi untuk menerima kedatangannya
o

Tamu lelaki dilarang masuk kedalam rumah apabila tuan rumah hanya seorang wanita

Dalam hal ini, perempuan yang berada di rumah sendirian hendaknya juga tidak
memberi izin masuk tamunya. Mempersilahkan tamu lelaki ke dalam rumah sedangkan ia hanya
seorang diri sama halnya mengundang bahay bagi dirinya sendiri. Oleh sebab itu, tamu cukup
ditemui diluar saja.
o

Masuk dan duduk dengan sopan

Setelah tuan rumah mempersilahkan untuk masuk, hendajnya tamu masuk dan duduk
dengan sopan di tempat duduk yang telah disediakan. Tamu hendaknya membatasi diri, tidak
memandang kemana-mana secara bebas. Pandangan yang tidak dibatasi (terutama bagi tamu
asing) dapat menimbulkan kecurigaan bagi tuan rumah. Tamu dapat dinilai sebagai orang yang
tidak sopan, bahkan dapat pula dikira sebagai orang jahat yang mencari-cari kesempatan.
Apabila tamu tertarik kepada sesuatu (hiasan dinding misalnya), lebih ia berterus terang kepada
tuan rumah bahwa ia tertarik dan ingin memperhatikannya.
o

Menerima jamuan tuan rumah dengan senang hati

Apabila tuan rumah memberikan jamuan, hendaknya tamu menerima jamuan tersebut
dengan senang hati, tidak menampakkan sikap tidak senang terhadap jamuan itu. Jika sekiranya
tidak suka dengan jamuan tersebut, sebaiknya berterus terang bahwa dirinya tidak terbiasa
menikmati makanan atau minuman seperti itu. Jika tuan rumah telah mempersilahkan untuk
menikmati, tamu sebaiknya segera menikmatinya, tidak usah menunggu sampai berkali-kali tuan
rumah mempersilahkan dirinya.
o

Mulailah makan dengan membaca basmalah dan diakhiri dengan membaca hamdalah

Rasulullah bersabda dalam sebuah hadits yang artinya: Jika seseorang diantara kamu
hendak makan maka sebutlah nama Allah, jika lupa menyebut nama Allah pada awalnya,
hendaklah membaca: Bismillahi awwaluhu waakhiruhu. ( HR Abu Daud dan Turmudzi)

Makanlah dengan tangan kanan, ambilah yang terdekat dan jangan memili

Islam telah memberi tuntunan bahwa makan dan minum hendaknya dilakukan dengan
tangan kanan, tidak sopan dengan tangan kiri (kecuali tangan kanan berhalangan). Cara seperti
ini tidak hanya dilakukan saat bertamu saja. Mkelainkan dalam berbagai suasana, baik di rumah
sendiri maupun di rumah orang lain
o

Bersihkan piring, jangan biarkan sisa makanan berceceran

Sementara ada orang yang merasa malu apabila piring yang habis digunakan untuk
makan tampak bersih, tidak ada makann yang tersisa padanya. Mereka khawatir dinilai terlalu
lahap. Islam memberi tuntunan yang lebih bagus, tidak sekedar mengikuti perasaan manusia
yang terkadang keliru. Tamu yang menggunakan piring untuk menikmati hidangan tuan rumah,
hendaknya piring tersebut bersih dari sisa makanan. Tidak perlu menyisakan makanan pada
pring yang bekas dipakainya yang terkadang menimbulkan rasa jijik bagi yang melihatnya.
o

Segeralah pulang setelah selesai urusan

Kesempatan bertamu dapat digunakan untuk membicarakan berbagai permasalahan


hidup. Namun demikian, pembicaraan harus dibatasi tentang permasalahan yang penting saja,
sesuai tujuan berkunjung. Hendaknya dihindari pembicraan yang tidak ada ujung pangkalnya,
terlebih membicarakan orang lain. Tamu yang bijaksana tidak suka memperpanjang waktu
kunjungannya, ia tanggap terhadap sikap tuan rumah. Apabila tuan rumah tekah memperhatikan
jam, hendaknya tamu segera pamit karena mungkin sekali tuan rumah akan segera pergi atau
mengurus masalah lain. Apabila tuan ruamh menghendaki tamunya untuk tetap tinggal dahulu,
hendaknya tamu pandai-pandai membaca situasi, apakah permintaan itu sungguh-sungguh atau
hanya sekadar pemanis suasana. Apabila permintaan itu sungguh-sungguh maka tiada salah jika
tamu memperpanjang masa kunjungannya sesuai batas kewajaran.
C. Lama Waktu Bertamu Maksimal Tiga Hari Tiga Malam
Terhadap tamu yang jauh tempat tinggalnya, Islam memberi kelonggaran bertamu selama
tiga hari tiga malam. Waktu twersebut dikatakan sebagai hak bertamu. Setelah waktu itu berlalu
maka habislah hak untuk bertamu, kecuali jika tuan rumah menghendakinya. Dengan
pembatasan waktu tiga hari tiga malam itu, beban tuan rumah tidak telampau berat dalam
menjamu tamuhnya.
Adab Menerima Tamu
1. Kewajiban Menerima Tamu
Sebagai agama yang sempurna, Islam juga memberi tuntunan bagi uamtnya dalam
menerima tamu. Demikian pentingnya masalah ini (menerima tamu) sehingga Rasulullah SAW
menjadikannya sebagai ukuran kesempurnaan iman. Artinya, salah satu tolak ukur
kesempurnaan iman seseorang ialah sikap dalam menerima tamu. Sabda Rasulullah SAW:


( )

Artinya: Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia memuliakan
tamunya. (HR Bukhari).
2. Cara Menerima Tamu yang Baik
o Berpakaian yang pantas
Sebagaimana orang yang bertamu, tuan rumah hendaknya mengenakan pakaian yang
pantas pula dalam menerima kedatangan tamunya. Berpakaian pantas dalam menerima
kedatangan tamu berarti menghormati tamu dan dirinya sendiri. Islam menghargai kepada
seorang yang berpakaian rapih, bersih dan sopan. Rasululah SAW bersabda yang artinya:

Makan dan Minunmlah kamu, bersedekahlah kamu dan berpakaianlah kamu, tetapi tidak
dengan sombong dan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah amat senang melihat bekas
nikmatnya pada hambanya. (HR Baihaqi)
o

Menerima tamu dengan sikap yang baik


Tuan rumah hendaknya menerima kedatangan tamu dengan sikap yang baik, misalnya
dengan wajah yang cerah, muka senyum dan sebagainya. Sekali-kali jangan acuh, apalagi
memalingkan muka dan tidak mau memandangnmya secara wajar. Memalingkan muka atau
tidak melihat kepada tamu berarti suatu sikap sombong yang harus dijauhi sejauh-jauhnya.
o

Menjamu tamu sesuai kemampuan


Termasuk salah satu cara menghormati tamu ialah memberi jamuan kepadanya.

Tidak perlu mengada-adakan


Kewajiban menjamu tamu yang ditentukan oleh Islam hanyalah sebatas kemampuan tuan
rumah. Oleh sebab itu, tuan rumah tidak perlu terlalu repot dalam menjamu tamunya. Bagi tuan
rumah yang mampu hendaknya menyediakan jamuan yang pantas, sedangkan bagi yang kurang
mampu henaknya menyesuaikan kesanggupannya. Jika hanya mampu memberikan air putih
maka air putih itulah yang disuguhkan. Apabila air putih tidak ada, cukuplah menjamu tamunya
dengan senyum dan sikap yang ramah
o

Lama waktu
Sesuai dengan hak tamu, kewajiban memuliakan tamu adalah tiga hari, termasuk hari
istimewanya. Selebihnya dari waktu itu adalah sedekah baginya. Sabda Rasulullah SAW:


( )

Artinya: Menghormati tamu itu sampai tiga hari. Adapun selebihnya adalah merupakan
sedekah baginya,. (HR Muttafaqu Alaihi)[4]
o Antarkan sampai ke pintu halaman jika tamu pulang
Salah satu cara terpuji yang dapat menyenangkan tamu adalah apabila tuan rumah
mengantarkan tamunya sampai ke pintu halaman. Tamu akan merasa lebih semangat karena
merasa dihormati tuan rumah dan kehadirannya diterima dengan baik.
3. Wanita yang sendirian di rumah dilarang menerima tamu laki-laki masuk ke dalam
rumahnya tanpa izin suaminya
Larangan ini bermaksud untuk menjaga fitnah dan bahaya yang mungkin terjadi atas diri
wanita tersebut. Allah berfirman:
Artinya: Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada SAW lagi memelihara diri ketika
suaminya tidak ada, oleh karena SAW telah memelihara (mereka) (QS An Nisa : 34
Rasulullah SAW bersabda;
)
(
Artinya: Wanita itu adalah (ibarat) pengembala di rumah suaminya. Dia akan ditanya tentang
pengembalaannya (dimintai pertanggung jawaban). (HR Ahmad, bukhari, Muslim, Abu Daud,
Turmudzi dan Ibnu Umar)
Oleh sebab itu, tamu lelaki cukup ditemui diluar rumah saja, atau diminta datang lagi
(jika perlu) saat suaminya telah pulang bekerja. Membiarkan tamu lelaki masuk ke dalam rumah
padahal dia (wanita tersebut) hany seorang diri, sama saja dengan membuka peluang besar akan

timbulnya bahaya bagi diri sendiri. Bahaya yang dimaksud dapat berupa hilangnya harta dan
mungkin sekali akan timbul fitnah yang mengancam kelestarian rumah tangganya.

Você também pode gostar