Você está na página 1de 14

analisis behavior tokoh cerpen

Posted by singgihwiryono on May 1, 2014


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu psikologi sastra telah banyak digunakan oleh para peneliti sebagai pisau bedah dalam
menyelesaikan masalah-masalah yang hendak diteliti. Psikologi sastra terdiri atas beberapa
cabang, salah satunya yaitu teori psikologi Behavioralisme. Psikologi behavioralisme merupakan
aliran yang didirikan oleh John B. Behaviorisme memandang pula bahwa ketika dilahirkan, pada
dasarnya manusia tidak membawa bakat apa-apa. Manusia akan berkembang berdasarkan
stimulus yang diterimanya dari lingkungan sekitarnya. Lingkungan yang buruk akan
menghasilkan pribadi yang buruk, begitu pun sebaliknya.
Psikologi sastra merupakan ilmu disipliner yang terlahir dari gabungann antara ilmu psikologi
dan ilmu sastra. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, psikologi adalah ilmu yang berkaitan
dengan proses mental, baik normal maupun abnormal dan pengaruhnya pada perilaku.Sementara
sastra adalah ungkapan jiwa (Suwardi, 2008:86), Sehingga dapat disimpulkan bahwa psikologi
sastra merupakan cabang ilmu yang menkaji karya sastra dari segi kejiwaan atau psikologi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam
penulisan ini yaitu bagaimanakah psikologi tokoh Aku dalam cerpen Berhijab Karya Pratiwi
Ramdhany: Kajian Psikologi Behavioralisme ?

1.3 Tujuan
Setelah merumuskan masalah, adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini yaitu
untuk mengetahui psikologi tokoh Aku dalam cerpen Berhijab Karya Pratiwi Ramdhany:
Kajian Psikologi Behavioralisme.

BAB II
LANDASAN TEORI

Behaviorisme adalah sebuah teori psikologi yang didirikan oleh John B. Watson tahun 1913.
Setelah itu mulai bermunculan ahli-ahli lain yang mengembangkan dan menyempurnakan
gagasan mengenai teori behaviorisme. B.F. Skinner adalah salah seorang tokoh behaviorisme
yang paling produktif mengemukakan gagasan dan penelitian, paling berpengaruh, serta paling
berani dalam menjawab tantangan dan kritik-kritik atas behaviorisme. (Koswara, 1991: 69)
Pada dasarnya, psikologi sastra akan ditopang oleh 3 pendekatan sekaligus. Pertama, pendekatan
tekstual, yang mengkaji aspek psikologis tokoh dalam karya sastra. Kedua, pendekatan reseptif
pragmatik, yang mengkaji aspek psikologis pembaca sebagai penikmat karya sastra yang
terbentuk dari pengaruh karya yang dibacanya, serta proses resepsi pembaca dalam menikmati
karya sastra. Ketiga, pendekatan ekspresif, yang mengkaji aspek psikologis sang penulis ketika
melakukan proses kreatif yang terproyeksi lewat karyanya, baik penulis sebagai pribadi maupun
wakil masyarakatnya (Roekhan, 1990: 88).

2.2 Pendekatan Kajian


Pendekatan behavioral berpijak pada anggapan,bahwa kepribadian manusia adalah hasil
bentukan dari lingkungan tempat ia berada.tidak seperti anggapan psikologi kognitif yang
menganngap sebaliknya,yakni kepribadian manusia dianggap dibentuk oleh faktor pembawaanya
(agen internal).Dengan anggapan ini pendekatan behavioral mengabaikan faktor pembawaan
manusia yang dibawa sejak lahir,seperti perasaan,insting,kecerdasan,bakat dan lain-lain.Dengan
anggapan ini manusia dianggap sebagai produk lingkungan.Sehingga manusia menjadi jahat
,beriman penurut,berpandangan kolot,ekstrim,adalah bentukan dari lingkungan.
Berdasarkan anggapan di atas perilaku manusia disikapi sebagai RESPON,yang akan muncul
kalau ada STIMULUS tertentu yang berupa lingkungan.Karena,suatu stimulus tertentu akan
memunculkan perilaku tertentu pula pada manusia.Pendekatan ini dalam psikologi pertama kali
diperkenalkan oleh Ivan Pavlov yang terkenal dengan anjing percobaanya yang kemudian
disempurnakan oleh skinerr.Berkenaan dengan stimulus di atas,skinerr membagi dua macam
stimulus yakni: (1) Stimulus tak berkondisi yakni stimulus yang bersikap alami seperti rasa
lapar,rasa haus yang sudah dialami oleh manusia sejak lahir dan bersifat tetap,dan (2) Stimulus
berkondisi yakni stimulus yang ada sebagai hasil manipulasi atau stimulus yang dapat dibentuk
oleh manusia dengan harapan untuk menghasilkan perilaku tertentu yang
diharapkanya,misalnya:orang tua yang secara ajeg memberi pujian pada putrinya setiap kali
menunjukan perilaku yang positif dengan harapan agar perilaku tersebut diulang oleh si

anak,seorang istri yang terus berusaha memelihara kemontokan tubuhnya dengan harapan agar
suaminya tidak tertarik lagi dengan wanita lain,dan sebagainya.
Berdasarkan macam stimulus tersebut,Skinner membagi perilsku (respon) manusia menjadi dua
kelompok pula,yakni: (1) Perilaku tak berkondisi ,yakni perilaku yang bersifat alami yang
terbentuk dari stimulus tak berkondisi .misalnya orang ingin makan begitu merasa lapar,ingin
minum begitu merasa haus dan lain-lain,sedangkan (2) perilaku berkondisi yakni perilaku yang
muncul sebagai respon atas stimulus berkondisi sebagai contoh sang suami menjadi kerasan di
rumah karena mendapatkan perhatian penuh dari istrinya.Perilaku berkondisi ini ada dua macam
yakni (a) perilaku yang muncul dari stimulus yang bersifat ajeg ,(b) perilaku takhyul yang
terbentuk dari stimulus yang diberikan secara kebetulan.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian dan Pendekatan


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan
tekstual.
3.2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian kualitatif adalah
penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena yang dialami oleh subjek penelitian
misalnya pelaku, motivasi, dan tindakan dalam bentuk kata-kata pada konteks yang alamiah.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan untuk memperoleh data dan informasi
mengenai kondisi psikologi tokoh sebagai berikut, (a) memiliki, (b) membaca, (c)
mengklasifikasikan, (d) menandai, (e) memahami, dan (f) mencatat hasil teks Cerpen Cerpen
Putus karya Arif yang berhubungan dengan kondisi psikologi Behavioral.
3.4 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik analisis data model alir dari pendapat miles dan
hubermas (dalam sugiono, 2008: 337). Penelitian melakukan langkah analisis data sebagai
berikut (a) mencari dan menentukan tokoh cerita yang akan dikaji, (b) menelusuri perkembangan
karakter sang tokoh yang dikaji, (c) mengidentifikasi perilaku sang tokoh dan mendeskripsikan
serta mengklasifikasikannya. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui macam-macam prilaku
yang telah ditunjukkan oleh sang tokoh, sebagai landasan untuk, (d) mengidentifikasi lingkungan
yang telah membentuk perilakunya, dan (e) menghubungkan perilaku yang muncul dengan
lingkungan yang melatarinya.

3.5 Sumber Data


Sumber data yang digunakan oleh penulis adalah teks Cerpen Putus karya Arif
3.6 Instrument
Dalam penelitian ini, yang menjadi instrument atau alat yang merujuk pada sarana penelitian
data adalah teks Cerpen Putus karya Arif dan peneliti sendiri yang bertugas sebagai instrument
kunci.

BAB IV
PEMBAHASAN
Prngkajian behavioral secara umum adalah perubahan sikap tokoh yang diakibatkan oleh
lingkungan kehidupan tokoh dalam karya sastra. Dalam cerpen Putus Karya Arif menceritakan
seorang mahasiswi bernama iva yang mengalami perubahan sikap setelah ia memasuki dunia
dakwah kampus.
Perubahan sikap tokoh aku dalam cerpen putus karya arif dapat diamati menjadi dua bagian.
Yakni ketika si Aku sudah memasuki lembaga dakwah kampus dan mengikuti pengajian islam
secara rutin, menemukan sahabat bernama rina (1), dan ketika ia belum mengenal islam dan
dakwah kampus, sangat dekat dengan pacarnya bernama dion(2).
Ketika tokoh aku mengenal rina dan mengikuti kajian islam di lingkungan kampus. Perangan iva
sebagai tokoh aku banyak berubah seiring pemahaman tentang agama islam bertambah. Ia
mengerti apa yang dilarang oleh ajaran agama, termasuk berpacaran dengan dion. Sikap tegas si
aku untuk mengikuti apa yang ia dapatkan di lingkungan barunya terlihat dalam kutipan cerpen
berikut.
Kita harus berhenti. Harus berani berpisah. Aku sudah menjelaskan padamu semuanya. Tidak
ada bedanya kalau sekarang harus memberikan penjelasan lagi, kataku padanya di suatu sore.
Waktu serasa lambat berputar. Aku dengannya di sebuah kafe.
Tapi aku menyayangi kamu.
Aku tahu. Aku juga menyayangi kamu. Karena itu aku menawarkan padamu, kita mengkaji
Islam bersama-sama.
Kalau aku ngaji, apa kamu masih tetap menginginkan kita berpisah?
Ya.
Perubahan sikap itu ditunjukan secara gambling. Tidak seperti ketika ia belum mengenal
dakwah. Berpacaran dengan tokoh dion adalah hal yang lumrah. Bahkan sudah berjalan lima
tahun lamanya.
Ah, Rani. Diam-diam aku cemburu padanya. Di usia yang begitu belia, ia nampak begitu
basah dengan Islam. Sudah ngaji sejak masih SMU, katanya. Jauh berbeda denganku dan
Dion yang menghabiskan masa sekolah menengah di sekolah non-Islam.

Semula aku ragu harus memutuskan hubungan dengannya. Aku dan dia sudah pacaran hampir
lima tahun. Sejak kami masih duduk di bangku SMP. Membuat kami saling terbuka dan
mengenal sifat-sifat kami. Aku tahu aku mencintainya. Tapi kini, aku memahami ada yang aku
cintai lebih darinya. Walau tak kunafikan, ada banyak kenangan tersendiri dalam hatiku.
Bagaimana pun juga, sekarang aku harus berani dalam kesendirianku.
Pengaruh lingkungan dakwah kampus mengubah sikap tokoh Aku dalam cerpen ini 180 derajat
mengubah hidup dan pola pikirnya, bahkan bisa melawan kehendak yang sudah tertanam lima
taun lamanya.

BAB V
SIMPULAN

Teori behavior menganggap manusia bertindak atas stimulus yang dibuat oleh lingkungan tempat
ia berada. Stimulus akan diproses di dalam otak mengikuti perintah otak dan tindakan adalah
wujud dari pengaruh stimulus. Tindakan tersebut yang dinamakan respon. Bukan hanya berupa
tindakan, tetapi sikap, pola piker, cara berbahasa dan perkembangan ideology termasuk product
dari pengaruh lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Muhibbinsyah. 2001. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.

Tim Penyusun. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi kedua. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
http://www.gaulislam.com/putus

PUTUS
KARYA : ARIF
Kita harus berhenti. Harus berani berpisah. Aku sudah menjelaskan padamu semuanya. Tidak
ada bedanya kalau sekarang harus memberikan penjelasan lagi, kataku padanya di suatu sore.
Waktu serasa lambat berputar. Aku dengannya di sebuah kafe.
Tapi aku menyayangi kamu.

Aku tahu. Aku juga menyayangi kamu. Karena itu aku menawarkan padamu, kita mengkaji
Islam bersama-sama.
Kalau aku ngaji, apa kamu masih tetap menginginkan kita berpisah?
Ya.
Sudah tidak ada artinya cinta buatmu?
Cinta saja tidak cukup untuk apa yang menjadi keinginanku saat ini. Harusnya kita memang
mendasarkan hidup kita dengan cinta. Cinta pada Allah, Rasulullah, pada Islam. Aku sudah
mengatakannya padamu sebelum aku berjilbab. Dan aku tidak akan menariknya kembali. Kita
jalan sendiri-sendiri mulai sekarang, aku berusaha menguatkan hati. Meskipun aku merasa
lumer di hadapannya. Begitu lemahnya, hingga merasakan pandanganku kabur oleh air mata.
Tapi aku tidak akan menangis. Tidak boleh menangis.
Kenapa kamu membuat luka?
Waktu akan menyembuhkan luka, aku mencoba tegar.
Waktu akan menyembuhkan luka, tapi kita tidak akan pernah lupa pada sakitnya. Aku tahu
kamu menyayangi aku seperti kamu menyayangi dirimu sendiri. Aku tidak meminta banyak
darimu. Aku bahkan tidak mempermasalahkan ngaji dan jilbabmu. Apa kamu tidak bisa
menerima aku apa adanya? Kenapa kamu menyakiti dirimu sendiri?
Dia masih menatapku. Suaranya bergetar.
Apakah aku masih harus mengulanginya lagi? Bahwa apa yang kita lakukan selama ini salah?
Bahwa tidak pernah ada kata pacaran dalam Islam? Bahwa kita adalah muslim dengan
konsekuensi melaksanakan Islam secara keseluruhan? Kuakui aku memang sedang meruntuhkan
apa yang pernah kita bangun selama ini. Aku tidak ingin memberimu harapan kosong. Aku
menjawab dengan memandang matanya.
Kamu tidak pernah memberi alasan kenapa menolak diajak ngaji.
Beri aku waktu.
Jangan buat aku menunggu. Itu tidak akan mengubah apa pun. Ini kali terakhir kita bertemu.
Tidak! Dia berteriak keras. Beberapa pengunjung menoleh ke tempat kami duduk, terkejut
mendengar teriakannya. Kafe ini memang tempat favorit kami sejak pacaran pertama kali.
Lokasinya strategis. Di jantung kota. Areanya luas. Nyaman. Penuh rimbun dedaunan. Desain
interiornya bernuansa Jawa kesukaanku.

Meskipun beberapa pengunjung mendengar teriakannya, aku yakin mereka tidak akan mengerti.
Tepatnya, tidak akan peduli. Hidup dalam masyarakat kapitalis membuat setiap orang berpikir
kepentingan diri sendiri. Kapitalisme memang ibu kandung individualisme.
Aku tidak mau, katanya dengan suara tinggi.
Aku tidak pernah berniat menyakitimu. Maafkan aku, aku berjalan keluar. Meninggalkan dia
dalam kebisuan.
Semula aku ragu harus memutuskan hubungan dengannya. Aku dan dia sudah pacaran hampir
lima tahun. Sejak kami masih duduk di bangku SMP. Membuat kami saling terbuka dan
mengenal sifat-sifat kami. Aku tahu aku mencintainya. Tapi kini, aku memahami ada yang aku
cintai lebih darinya. Walau tak kunafikan, ada banyak kenangan tersendiri dalam hatiku.
Bagaimana pun juga, sekarang aku harus berani dalam kesendirianku.
ooOoo
Menurutmu bagaimana, Ran? aku bertanya pada Rani, sahabatku sejak aku menyandang
predikat mahasiswa. Aku memang meminta pertimbangannya ketika memutuskan dia.
Kamu sanggup, kan?
Insya Allah. Kenapa tidak? Kalau aku tidak memutuskannya sekarang, nanti atau besok akan
sangat terlambat. Dan aku memang sudah sangat terlambat, ucapku.
Kamu mengatakan semuanya?
Ya. Kita sudah membuat pilihan masing-masing. Sejujurnya aku tidak pernah menyangka
bahwa aku yang akan memutuskannya. Cukup menyakitkan buat dia, juga untukku.
Rani memelukku. Sabar ya, Va Innallaha maas shobiriin sesungguhnya Allah beserta
orang-orang yang sabar. Ingat, laki-laki yang baik untuk perempuan yang baik dan perempuan
yang baik adalah untuk laki-laki yang baik
Langit cerah saat aku mengantar Rani menemui dokter Aryanti. Meminta beliau berkenan
menjadi salah satu pemateri Seminar bulan Juli mendatang.
Selain saya, siapa yang akan hadir sebagai narasumber? Tanya dokter spesialis anak yang juga
anggota sebuah lembaga perlindungan anak itu.
Ada Ibu Handayani dari Yayasan Tumbuh Kembang Aqila, dan dokter Laily Rahmawati dari
partai politik Islam Ideologi, terang Rani.
Bisa diceritakan sedikit apa yang harus saya presentasikan?

Secara garis besar sudah kami sertakan di dalam proposalnya, Dokter. Kami mengagendakan,
Ibu Handayani memaparkan fakta permasalahan anak saat ini. Misalnya, berkaitan dengan anak
jalanan, tindakan kriminalitas yang dilakukan anak, anak-anak yang dieksploitasi secara seksual,
anak-anak yang jadi pengungsi, juga anak yang putus sekolah.. terang Rani lebih lanjut.
Untuk dokter Aryanti, karena dokter adalah aktivis sebuah lembaga perlindungan anak, kami
harapkan bisa memberikan uraian singkat tentang upaya yang sudah dilaksanakan untuk
menanggulanginya. Misalnya, dengan adanya Undang-undang Perlindungan Anak, hasil
ratifikasi Konvensi Hak Anak, dan peraturan lainnya. Sementara dokter Laily nanti bisa
memberikan penyelesaiannya dari sudut pandang syariat Islam, imbuhnya lagi.
Dokter Aryanti masih memberikan beberapa pertanyaan lain yang semua dijawab lugas oleh
Rani.
Ah, Rani. Diam-diam aku cemburu padanya. Di usia yang begitu belia, ia nampak begitu basah
dengan Islam. Sudah ngaji sejak masih SMU, katanya. Jauh berbeda denganku dan Dion yang
menghabiskan masa sekolah menengah di sekolah non-Islam.
Alhamdulillah, beliau bersedia, kata Rani riang saat kami melintasi halaman parkir RS Saiful
Anwar. Mungkin besok-besok kita bisa meminta beliau ngaji bareng kita
Aku senyum-senyum ikut senang.
Ada yang ingin kutanyakan, kalau kamu tidak keberatan, aku mencoba membuka diskusi.
Silakan.
Kenapa mengangkat tema permasalahan anak?
Karena Islam memandang anak sebagai generasi muda yang punya peran vital terhadap
kemajuan umat di masa yang akan datang.
Aku menyimak sambil mengawasi jalanan yang padat. Ini kondisi tidak ideal untuk berdiskusi.
Dua semester mengenal Rani, hampir semua penjelasannya memerlukan perenungan untuk bisa
kupahami.
Karena itu, Islam sangat concern untuk melindungi anak. Anak adalah amanah dari Allah untuk
dijaga dan dipelihara oleh keluarga, masyarakat, dan negara agar tetap berada dalam kebenaran.
Orangtua adalah penanggungjawab pertama atas anak. Tanggungjawab ini secara bertingkat juga
dibebankan kepada masyarakat. Sementara negara dalam ajaran Islam, berkewajiban melindungi
dan memfasilitasi seluruh potensi anak agar tetap berada di jalan yang benar.
Kupikir untuk itulah ada Konvensi Hak Anak dan Undang-undang Perlindungan Anak.
Kamu pasti tahu siapa yang meratifikasi dan membuat kebijakan tersebut.

Konvensi Hak Anak dicetuskan oleh PBB. Lalu diratifikasi oleh lembaga tinggi negara untuk
menjadi undang-undang. Siapa yang membuat peraturan? Ya negara. Siapa lagi? jawabku.
Dan kita juga sama-sama tahu bagaimana track-record mereka dalam menyelesaikan
permasalahan baik hukum dan undang-undang.
Aku membenarkan dalam hati.
Satu hal yang perlu kita perhatikan. Sejarah panjang permasalahan anak di dunia tidak jauh dari
sistem atau ideologi yang dianut suatu masyarakat. Munculnya penindasan, penyiksaan, dan
kekerasan lain terhadap anak adalah implikasi dari pemikiran dan pemahaman suatu masyarakat
terhadap anak, Rani melanjutkan.
Suburnya penindasan terhadap anak bisa dilihat setelah munculnya ideologi kapitalisme pasca
dark age di Eropa. Sampai sekarang fenomena ini banyak terjadi di negara-negara pengusung
kapitalisme. Misalnya di Amerika dan Perancis. Juga tidak ketinggalan di India, Pakistan,
Indonesia, dan negara dunia ketiga lainnya
Kamu salah satu pembicara, ya? tanyaku. Sedikit mengagumi keluasan wawasannya.
Jangan menghina, dong. Ini kudapatkan dari membaca, kok. Mau dilanjutkan?
Boleh, jawabku.
Karena itu muncul Konvensi Hak Anak. Tetapi, karena lahir dari aturan demokrasi kapitalistik,
permasalahan baru terus saja bermunculan. Patah tumbuh, hilang berganti. Kita perlu solusi yang
benar. Dan itu hanya ada pada sistem pemerintahan Islam. Tutur Rani lagi.
Jadi Islam memiliki solusi untuk semua permasalahan?
Tepat.
Apa solusi Islam untuk orang yang sedang broken-hearted? Aku memandang lurus ke depan.
Aku serius, Dia di kafe, suatu siang sepulang sekolah.
Kenapa musti aku?
Apa itu perlu dijawab?
Ya.
Apa ya mungkin karena kamu tidak membosankan. Pertanyaannya susah diperkirakan.
Aku tertawa. Jawaban konyol, menurutku. Lalu apa yang membuatmu yakin aku tidak akan
menolak?

Kalau kamu bertanya berapa dalam aku mencintaimu, sulit kujawab tanyamu itu. Karena cinta
tidak dinilai dari kata-kata. Tapi dari perhatian dan perilaku kita.
Va? suara Rani yang agak nyaring mengembalikan aku ke masa sekarang.
Rani memandangku. Senyum simpul mengembang di bibirnya.
Putus cinta memang menyakitkan. Tapi, lanjutnya. In the end it doesnt even ?matter*?
Kali ini aku tergelak. ?Ive put my trust in you. Pushed as far as I can go.*
And for all this, theres one thing you should know*. Islam juga memberikan solusi bagi
mereka yang lagi patah hati. Rani ikut tertawa.
Kita bicarakan di dalam saja, aku membelokkan mobil ke halaman sebuah restoran muslim di
bilangan Kayutangan.
Saat masuk ke ruangan, Rani menyenggol lenganku.
Lihat, katanya.
Apa? tanyaku.
Dion.
Aku mengikuti arah pandangnya. Di sudut ruangan kulihat Dion, bersama seorang gadis. Dianti,
fakultas Sastra. Aku pernah ditugaskan meliput berita bersamanya. Keduanya nampak begitu
dekat. Akrab. Dan berbahagia.
Tiba-tiba saja aku ingat. Juni ini genap lima tahun aku pacaran dengan Dion. Aku seperti
meneguk ramuan jamu pahit yang akan menambah kekuatanku.
Iva, kamu nggak apa-apa? Kita pindah ke resto lain saja, yuk, ajak Rani. Mungkin dia berpikir
aku akan pingsan di tempat kejadian perkara.
Tidak perlu, Ran. Aku baik-baik saja, ucapku tenang dan yakin. Begitu yakinnya sampai aku
sendiri heran. Kita makan di sini saja.
Senja. Kusongsong jingga di barat kota. Siluetnya memahat wajah Dion di sela mega. Hanya
sekejap, lalu sirna. Berganti dengan bayangan Rani, Anisah, Prawesti, Mbak Tias, dan aktivis
dakwah kampus lainnya.
Kita hidup hanya sekali. Sesudah itu mati, ucap Mbak Tias suatu ketika. Dan dalam hidup ini,
kita harus tahu pasti untuk apa kita hidup.

Sayup kudengar lantunan adzan maghrib berkumandang. Dari jendela mobil yang kubiarkan
terbuka, angin menerpa khimarku. Mengucapkan selamat petang.

Você também pode gostar